Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM PROTEKSI RADIASI

KEBOCORAN TABUNG DAN RUANG

Dosen Pengampu : Intan Andriani,M.Si

DISUSUN OLEH :

1. APRILYANI
2. ARIN NUR
3. INNAS GUSDAWAN
4. DERYANA ANDANI
5. M JAUHARIL LUTFI
6. NORMA PUPUT W
7. NOVIA
8. RAMDANI
9. SEPTYANING SURYA
10. YOGA REGINALD

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK RONTGEN


UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program Proteksi dan Keselamatan Radiasi adalah tindakan sistematis dan
terencana untuk melindungi pekerja, anggota masyarakat dan lingkungan hidup dari bahaya
radiasi. Salah satu program proteksi radiasi adalah pengujian kebocoran tabung sinar x dan
pengujian kebocoran ruangan. Pengujian kebocoran tabung adalah pengujian yang bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya kebocoran tabung sinar-X. Tujuan pengujian untuk
menentukan area kebocoran radiasi yang terjadi pada rumah tabung sinar-X dan untuk
mengukur nilai kebocoran yang terjadi. Uji ini juga perlu dikerjakan jika telah dilakukan
perawatan atau perbaikan terhadap rumah tabung sinar-X.
Menurut KMK No.1250 tahun 2009 pengujian kebocoran rumah tabung dilakukan
1 tahun sekali atau setelah perbaikan atau perawatan rumah tabung dan kolimator. Nilai
maksimum yang diperkenankan terjadinya kebocoran radiasi adalah 1 mGy per jam pada
jarak 1 meter ketika tabung sinar-X beroperasi pada tegangan maksimum rata-rata dan arus
tabung kontinu maksimum. Spesifikasi beban tabung yang dikeluarkan oleh pabrik akan
diperlukan sebagai referensi.
Sedangkan Pengujian kebocoran ruangan merupakan bagian dari proteksi radiasi
yang harus dilakukan dalam setiap pemanfaatan tenaga nuklir. Pengujian kebocoran ruangan/
laju paparan dilakukan ketika ruangan akan digunakan, atau dicurigai adanya kebocoran.
Pengujian kebocoran ruangan pada prinsipnya adalah kegiatan pengukuran tingkat radiasi per
satuan waktu, missal dalam rem/jam, mSv/jam dan sebagainya.
Menurut Perka Bapeten No.4 tahun 2013 Nilai Batas Dosis untuk pekerja radiasi
adalah sebesar 20 mSv per tahun. Sedangkan, nilai batas dosis untuk anggota masyarakat
adalah sebesar 1 mSv per tahun. Pengujian ini menggunakan alat ukur radiasi atau lebih
dikenal dengan surveymeter radiasi. Tujuan dari pengujian kebocoran ruangan adalah untuk
menentukan ada atau tidaknya kebocoran radiasi yang berasal dari ruang pemeriksaan.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui hasil pengujian kebocoran tabung pada pesawat sinar-X.
2. Untuk mengetahui hasil pengujian laju paparan radiasi di setiap titik pengukuran di
sekitar ruang pemeriksaan laboratorium radiologi.

C. Manfaat
Laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan pembaca
khususnya mahasiswa DIII Teknik Rontgen Universitas Widya Husada agar dapat
dijadikan panduan untuk mengetahui kebocoran tabung pada pesawat sinar-X dan laju
paparan radiasi di setiap titik pengukuran di sekitar ruang pemeriksaan laboratorium
radiologi.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Teori dasar
Sebagai dasar teorinya, sejarah singkat ditemukannya SinarX dimulai pada tanggal 8
November 1895, Wilhelm Conrad Roentgen seorang profesor fisika dan rektor Universitas
Wuerzburg di Jerman dengan sungguhsungguh melakukan penelitian tabung sinar katoda.
Roengent membungkus tabung dengan suatu kertas hitam agar tidak terjadi kebocoran
fotoluminesensi dari dalam tabung ke luar, kemudian dia membuat ruang penelitian menjadi
gelap. Pada saat membangkitkan sinar katoda, dia mengamati sesuatu yang di luar dugaan.
Pelat fotoluminesensi yang ada di atas meja mulai berpendar di dalam kegelapan. Walaupun
dijauhkan 1 m dari tabung, pelat masih tetap berpendar.
Pada tahun itu juga Roentgen mempublikasikan laporan penelitiannya. Berikut ini adalah
sifat sifat SinarX menurut Roengent :
1. SinarX dipancarkan dari tempat yang paling kuat tersinari oleh sinar katoda. Intensitas
cahaya yang dihasilkan pelat fotoluminesensi, berbanding terbalik dengan kuadrat jarak
antara titik terjadinya SinarX dengan pelat fotoluminesensi.
2. Meskipun pelat dijauhkan sekitar 2 m, cahaya masih dapat terdeteksi.
3. SinarX dapat menembus buku 1000 halaman tetapi hampir seluruhnya terserap oleh
timbal setebal 1,5 mm.
4. Pelat fotografi sensitif terhadap SinarX.
5. Ketika tangan terpapari SinarX di atas pelat fotografi, maka akan terGambar foto tulang
tersebut pada pelat fotografi.
6. Lintasan SinarX tidak dibelokkan oleh medan magnet (daya tembus dan lintasan yang
tidak terbelokkan oleh medan magnet merupakan sifat yang membuat SinarX berbeda
dengan sinar katoda). Karena tidak dibelokkan oleh medan magnet, maka orang tahu
bahwa SinarX berbeda dengan sinar katoda (Yudhi 2008).
Pada saat itu belum ditemukan Rudi / Unnes Physics Journal1 (1) (2012) 21 fenomena
interferensi dan difraksi, oleh karena itu muncul persaingan antara teori partikel dengan teori
gelombang untuk menjelaskan esensi atau substansi SinarX. Teori partikel dikemukakan
antara lain oleh W.H. Bragg, teori gelombang dikemukakan antara lain oleh Stokes dan C.G.
Barkla. Sejak saat itu teori gelombang didukung oleh lebih banyak orang. Pada tahun 1912,
fenomena difraksi SinarX oleh kristal ditemukan oleh Max von Laue dan kemudian dapat
dipastikan bahwa SinarX adalah gelombang elektromagnetik. Tahun 1922 Compton
menemukan efek Compton berdasarkan penelitian hamburan Compton. Berdasarkan
penelitian Sinar-X ia dapat memastikan bahwa gelombang elektromagnetik memiliki sifat
dualisme gelombang dan materi (partikel) (Yudhi 2008). Ada beberapa sifat SinarX menurut
Beiser :
1. 1.SinarX merupakan gelombang elekromagnetik dengan panjang gelombang (0,0210) Å
sehingga termasuk gelombang di luar daerah cahaya tampak.
2. 2.Seperti gelombang elektromagnetik lainnya, SinarX dapat merambat seperti halnya laju
cahaya.
3. 3.SinarX tidak dapat dibelokkan oleh lensa atau prisma, namun dapat dihamburkan oleh
kristal.
4. 4.sinarX juga mengalami serapan selama proses transmisi di dalam bahan sehingga daya
tembus SinarX bergantung pada jenis materi dan energinya.

Tabung sinar-X adalah sumber radiasi, identik dengan zat radioaktif. Tabung
merupakan komponen utama dari pesawat sinar-X. Materi bahasan diperluas mengenai
kebocoran tabung mengingat salah satu lingkup pengawasan yang dilakukan Bapeten adalah
mengetahui keandalan tabung sinar-X melalui inspeksi.
Sinar-X dihasilkan oleh filamen yang dipanaskan lalu menghasilkan berkas elektron
yang difokuskan dan menubruk target sehingga akan dipancarkan sinar-X.Pesawat sinar-X
fluoroskopi adalah pesawat sinar-X yang memiliki tabir atau lembar penguat fluorosensi
yang dilengkapi dengan sistem video yang dapat mencitrakan obyek secara terus menerus.
Radiasi memiliki beberapa satuan misalnya R, Gy, Sv, Rad, Ram, Bq dan Ci. Metode
Penelitian Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengukuran dan Rerata data
yang telah diolah selanjutnya dilakukan verikasi data menurut acuan paparan radiasi yang
telah diizinkan. Untuk pengukuran paparan tabung pada pesawat SinarX, tolok ukur tingkat
paparan radiasi tidak boleh lebih dari 100 mR/jam. Tolok ukur paparan radiasi yang
ditempati oleh pekerja radiasi tidak boleh melebihi 2,5 mR/jam, sedangkan untuk penduduk
umum tidak boleh melebihi 0,25 mR/jam (Siemens 2003). Hasil dan Pembahasan Para
petugas instalasi nuklir (termasuk di dalamnya adalah fasilitas radiodiagnostik dengan Sinar-
X) sesuai dengan segala ketentuan yang berlaku, wajib menyusun program proteksi radiasi
sejak proses perencanaan, tahap pembangunan instalasi, dan pada tahap operasi.
Program ini dimaksudkan untuk menekan serendah mungkin kemungkinan terjadinya
penyinaran radiasi yang tidak dikehendaki. Oleh sebab itu, perlu adanya penerapan prinsip
keselamatan radiasi dalam pengoperasian suatu instalasi nuklir sesuai dengan yang
direkomendasikan oleh Komisi Internasional untuk Perlindungan Radiologi (ICRP). Untuk
menciptakan kondisi kerja yang aman, harus mengikuti kaidahkaidah yang telah digariskan.
ICRP menekankan tiga azas dalam pemanfaatan teknik nuklir dalam berbagai bidang
kegiatan. Ketiga azas tersebut adalah jastifikasi atau pembenaran, optimisasi proteksi, dan
pembatasan penerimaan dosis. Azas optimisasi dimaksudkan agar kemungkinan penerimaan
paparan radiasi oleh pekerja maupun anggota masyarakat dapat ditekan serendah mungkin
dengan mempertimbangkan faktor sosial dan ekonomi. Jadi, penekanan penerimaan paparan
radiasi ini tidak bisa dilakukan hanya dengan mengandalkan pada aspek teknis, misalnya
menggunakan peralatan atau teknologi terbaik yang belum tentu layak secara ekonomi.
Untuk memenuhi azas optimisasi tadi, telah diperkenalkan tiga falsafah dasar proteksi
radiasi, yaitu pengaturan waktu ketika berada di tempat radiasi, pengaturan jarak yang aman
terhadap sumber radiasi, dan penggunaan perisai radiasi. Dua falsafah dasar proteksi radiasi,
yaitu pengaturan waktu dan jarak, merupakan cara yang sangat sederhana untuk menekan
penerimaan paparan radiasi selama menjalankan tugas, dan keduanya dapat dilakukan oleh
setiap pekerja meski hanya dengan fasilitas proteksi radiasi yang sederhana. Satu hal yang
sangat penting agar setiap pekerja mampu mengenali medan tempatnya melakukan
pekerjaan adalah adanya informasi yang jelas mengenai tingkat radiasi pada titiktitik tertentu
yang harus menjadi perhatiannya. Dengan informasi tingkat radiasi ini, setiap pekerja
mampu mengatur waktu keberadaannya di tempat radiasi, menghindari tempat radiasi jika
tidak perlu, serta mencari posisi yang aman dari radiasi dalam menjalankan tugasnya. Oleh
sebab itu, adanya pengukuran tingkat paparan radiasi di tempat kerja akan sangat banyak
membantu setiap pekerja radiasi dalam upaya membatasi penerimaan paparan radiasi selama
menjalankan tugas di medan radiasi.
BAB III
METODE PENGUJIAN

A. Pengujian Kebocoran Tabung Sinar-X

Untuk pengujian ini, akan diambil 6 titik disekeliling tabung Sinar-X. Yaitu di atas, di
bawah, di kanan, di kiri, di depan, di bawah dari tabung Sinar-X.

Alat dan Bahan

1. pesawat sinar-x
2. Apron
3. Pb 2mm
4. Surveymeter analog

metode

Langkah-langkah pada pengujian kebocoran tabung adalah sebagai berikut :

a. Pastikan bahwa sebelum pengujian dilakukan, prosedur warm up pesawat sinar-X


telah dilakukan dan posisi shutter kolimator dalam keadaan tertutup.
b. Letakkan film sinar-X yang terbungkus karton/amplop kedap cahaya di sekitar dekat
rumah tabung sinar-X dan pastikan pada posisi tersebut film dapat merespon (untuk
itu pemasangan marker pada amplop film akan sangat berguna).
c. Sebaiknya dilakukan juga pemakaian beberapa film dan pengujian pada penempatan
di lokasi/area yang berbeda di sekitar rumah tabung.
d. Posisikan surveimeter mengarah ke tabung sinar-X dengan jarak 1 meter.
e. Lakukan eksposi dengan pengaturan tegangan tabung +/- 10 kVp dari kVp
maksimum yang ada pada pesawat dengan pengaturan arus tabung +/- 50 mAs untuk
penggunaan kaset sinar-X (jika memakai film sinar-X yang terbungkus
karton/amplop kedap cahaya nilai mAs diperlukan lebih besar )
f. Proses film selanjutnya untuk mengetahui ada atau tidaknya kebocoran radiasi berikut
besarnya nilai kebocoran tersebut.
g. Catat besarnya nilai yang tertera pada alat surveimeter saat sebelum dan saat eksposi.
h. Hitung dan analisa hasil yang didapatkan.

Deskripsi evaluasi pada pemeriksaan ini :

 FFD : 100 cm
 KV : 75
 mAs : 10

B. pengujian kebocoran ruangan

alat dan bahan

1. Pesawat sinar-X
2. Surveymeter
3. Phantom
4. Meteran
5. Apron
6. Alat Tulis
7. Kalkulator
8. Form hasil pengukuran

Metode

Langkah-langkah pada pengujian kebocoran ruangan adalah sebagai berikut:

a. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan.


b. Catat data pesawat sinar-X meliputi : merk pesawat, tipe tabung, dan nomor seri
tabung (tabung bagian dalam/insert tube), filter bawaan dan filter tambahan.
c. Catat data ruangan tempat sinar-X meliputi ukuran ruangan, dinding, ruang
operator, pintu, tanda radiasi.
d. Gunakan apron sebelum melakukan penyinaran.
e. Menyalakan pesawat sinar-X dan mengatur faktor eksposi yang tertinggi yang
biasa digunakan pada pesawat sinar-X tersebut, misal kondisi Abdomen atau
thorax.
f. Menentukan titik pengukuran, misal : ruang tunggu, ruang operator, kamar gelap
dan ruang disekitar ruangan yang akan diukur laju paparannya.
g. Posisikan switch pada surveimeter diawali dengan skala yang lebih besar untuk
pengukuran dosis radiasi, bila tidak terbaca ulangi dengan skala lebih kecil hingga
skala penunjuk terbaca saat pengukuran dilakukan.
h. Kondisi ruang penyinaran tertutup.
i. Pastikan saat melakukan penyinaran pengamat selalu memperhatikan monitor
display untuk melihat hasilnya.
j. Catat data pengukuran surveymeter sebelum dan sesudah ekspos.
k. Pengambilan data pengukuran minimal 3 kali di setiap titiknya.
l. Setelah di dapatkan hasil dari semua titik kemudian dimasukkan dalam tabel hasil
pengukuran, dihitung dan dianalisa dengan nilai batas dosis yang masih bisa
ditoleran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil Pengukuran Pengujian Kebocoran Ruangan

Area Pengujian Hasil Pengukuran

1 2 3

A 1 0 1

B 1 0 0

C 0 0 0

D 0 0 0

Tabel 2. Hasil rata-rata pengukuran kebocoran ruangan


Area Hasil pengukuran
pengujian Rata-rata

1 2 3
A 1-0,6=0,4 1-0,0=0,4 1-0,6=0,4 0,4
B 1-0,3=0,7 1-0,3=0,7 1-0,3=0,7 0,7
C 1-0=1 1-0=1 1-0=1 1
D 1-0 = 1 1-0=0,1 1-0=1 1
Tabel 3. Hasil rata-rata pengukuran kebocoran ruangan dalam satuan
mSv/tahun
Area Pengukuran Hasil Rata-Rata Hasil Konversi
(satuan) (mSv/tahun)
A 04/1000 x 3600 1,44

B 0,7/1000x3600 2,52
C 1/1000x3600 3,6
D 1/1000x3600 3,6

Table 4. Evaluasi bagi pekerja dan masyarakat

Keterangan NBD untuk pekerja dan masyarakat di Indonesia

Pekerja : 4 mSv/tahun
Masyarakat umum : 1 mSv/tahun

Dosis radiasi pekerja Masyarakat


(mSv/tahun)

1,44 aman Tidak aman

2,52 aman Tidak aman

3,6 aman Tidak aman

3,6 aman Tidak aman


BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. jika ada radiasi yang terdeteksi bukan berasal dari berkas utama maka radiasi tersebut
adalah radiasi bocor. Radiasi bocor dapat berasal dari tabung dan atau disain ruang
penyinaran radiasi.
2. Artinya, pada kondisi normal nilai tersebut tidak akan dicapai kecuali tabung pesawat
sinar-X rusak bungkusnya atau ada penggantian kolimator yang diduga terdapat rongga
antara tabung dan kolimator. Permasalahan yang muncul adalah tata cara atau prosedur
pengukuran untuk memastikan bahwa persyaratan radiasi bocor tabung sinar-X dipenuhi
dan mengetahui besaran kebocoran tabung sinar- X atau ruang tersebut.
3. Untuk pengujian ini, akan diambil 6 titik disekeliling tabung Sinar-X. Yaitu di atas, di
bawah, di kanan, di kiri, di depan, di bawah dari tabung Sinar-X.
4. Untuk pengukuran paparan tabung pada pesawat SinarX, tolok ukur tingkat paparan
radiasi tidak boleh lebih dari 100 mR/jam. Tolok ukur paparan radiasi yang ditempati
oleh pekerja radiasi tidak boleh melebihi 2,5 mR/jam, sedangkan untuk penduduk umum
tidak boleh melebihi 0,25 mR/jam (Siemens 2003).
DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 8 tahun 2011 tentang Keselamatan Radiasi Dalam
Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional, Jakarta
2. Permenkes. Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan.
PERMENKES No. 1014/MENKES/SK/XI/2008. Jakarta. 2008.
3. KMK No. 1014 tentang Standar pelayanan radiologi diagnostik di sarana pelayanan
kesehatan.2008
4. http://roes-rusmanto.blogspot.com/2011/02/pengukuran-kebocoran-radiasi-tabung.html
5. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upj/article/view/777/802

Anda mungkin juga menyukai