Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PROTEKSI RADIASI

“DETEKTOR ISIAN GAS”

Disusun untuk memenuhi tugas Proteksi Radiasi Semester 2


Disusun Oleh :
Neneng Santinah ( P1337430116001)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Detektor Isian Gas”
tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Proteksi Radiasi semester 2
Program Studi Diploma III Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Semarang.

Dalam Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1.      Bapak Ardi Soesilo Wibowo selaku dosen koordinator Mata Kuliah Proteksi Radiasi semester 2
Program Studi Diploma III Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Semarang.
2.      Ibu Darmini selaku tim dosen Mata Kuliah Proteksi Radiasi semester 2 Program Studi Diploma
III Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.
3.      Kedua Orang Tua dan Semua yang selalu memberikan dukungan baik moral, spiritual, dan
material.
4.      Rekan-rekan senasib dan seperjuangan serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun, sehingga menjadi lebih sempurna. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya. Amin yaa robal
alamin.
                                                                                               Semarang,   Mei 2017

                                                                                                                        Penulis


DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.    Deskripsi
B.     Jenis-jenis
C.     Cara Pengukuran Radiasi
D.    Prinsip Kerja
E.     Keunggulan dan Kelemahan
F.      Contoh
BAB III PENUTUP
A.    Simpulan
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang
Manusia tidak memiliki indra khusus yang peka terhadap radiasi pengion, sehingga
keberadaan radiasi ini tidak dapat diketahui secara langsung oleh sistem panca indra manusia,
meskipun indra itu bersentuhan langsung dengan radiasi pengion. Mata manusia misalnya, hanya
peka atau mampu melihat radiasi elektromagnetik berupa cahaya tampak dengan rentang energi
antara 1,5-3 eV. Sementara radiasi elektromagnetik lainnya, seperti sinar-X dengan rentang
energi antara 12 sampai dengan beberapa ratus eV tidak akan dapat dilihat oleh mata manusia.
Oleh sebab itu, untuk keperluan memantau adanya radiasi pengion disekitarnya, manusia harus
mengandalkan pada kemampuan alat pantau radiasi.
Setiap alat pantau mempunyai detektor yang mampu mengenali adanya radiasi. Apabila
radiasi pengion melintasi bahan detektor, maka antara bahan detektor dan radiasi pengion akan
terjadi interaksi sehingga menimbulkan berbagai jejak atau tanggapan tertentu yang merupakan
hasil interaksi antara radiasi dan bahan detektor. Besar jejak yang timbul sebanding dengan dosis
radiasi yang diterimanya. Jejak tersebut dapat timbul karena dalam interaksi itu radiasi
menyerahkan sebagian atau seluruh energinya kepada medium yang dilewati.
Dalam proses pemindahan energi dari radiasi kepada medium biasanya disertai dengan
timbulnya proses ionisasi medium, pancaran cahaya, pemanasan medium, perubahan kimia, dan
lain lain bergantung pada jenis materi yang dilaluinya. Pengamatan adanya radiasi dapat
dilakukan melalui pengamatan terhadap salah satu dari jejak-jejak tersebut. Saat ini telah berhasil
dikembangkan berbagai jenis alat pantau radiasi dengan spesifikasi dan keunggulan masing-
masing.
Untuk mengukur besarnya tanggapan yang terjadi, detektor dihubungkan dengan
rangkaian elektronik yang mampu memberikan  sinyal masukan pada rangkaian pembaca
(meter). Oleh rangkaian pembaca sinyal tersebut ditampilkan dalam bentuk angka-angka hasil
pengukuran radiasi. Angka tersebut selanjutnya dapat diubah dengan faktor konversi tertentu
menjadi angka-angka hasil bacaan yang menunjukkan tingkat radiasi yang diterima detektor.
Ada berbagai jenis alat pantau radiasi dirancang untuk maksud-maksud penggunaan tertentu.
Adakalanya alat pantau tersebut dapat memberikan hasil pengukuran dalam bentuk paparan
radiasi per satuan waktu, misalnya dalam mR/jam. Ada pula yang memberikan hasil pengukuran
dalam bentuk dosis serap per satuan waktu, misalnya dalam mRad/jam atau Gy/jam dan
sebagainya.
Dikaitkan dengan jenis radiasi pengion yang perlu dipantau, ada berbagai jenis alat
pantau radiasi yang hanya mampu memantau satu jenis radiasi saja, misalnya untuk memantau
laju dosis sinar-X/gamma, beta maupun electron. Namun beberapa jenis alat pantau yang ada
saat ini dirancang sedemikian rupa sehingga mampu memantau lebih dari satu jenis radiasi.

B.     Rumusan Masalah


1.      Bagaimana deskripsi dari detektor isian gas ?
2.      Apa saja jenis-jenis detektor isian gas ?
3.      Bagaimana cara pengukuran radiasi dari detektor isian gas ?
4.      Bagaimana prinsip kerja detektor isian gas ?
5.      Apa saja keunggulan dan kelemahan dari detektor isian gas ?
6.      Apa saja contoh dari detektor isian gas ?
C.     Tujuan
1.      Mengetahui deskripsi dari detektor isian gas.
2.      Mengetahui jenis-jenis detektor isian gas.
3.      Mengetahui cara pengukuran radiasi dari detektor isian gas.
4.      Mengetahui prinsip kerja detektor isian gas.
5.      Mengetahui keunggulan dan kelemahan dari detektor isian gas.
6.      Mengetahui contoh dari detektor isian gas.
BAB II PEMBAHASAN

A.                Deskripsi
Salah satu jenis alat pantau radiasi yang pertama kali diperkenalkan ini adalah alat pantau
dengan detektor ionisasi gas. Detektor ini bekerja dengan memanfaatkan hasil interaksi antara
radiasi pengion dengan atom atau molekul gas yang dipakai sebagai detektor. Lintasan radiasi
pengion di dalam bahan detektor dapat mengakibatkan terlepasnya elektron-elektron dari atonm
bahan itu sehingga terbentuklah pasangan ion positif dan negatif. Pasangan ion tersebut terdiri
dari elektron bebas dan atom atau molekul residu yang bermuatan positif. Proses pembentukan
ini disebut proses ionisasi. Partikel bermuatan seperti sinar-α dan sinar-β dapat melakukan
ionisasi secara langsung. Proses interaksi secara tidak langsung itu dimulai dari interaksi antar
foton maupun neutron dengan bahan detektor sehingga dihasilkan partikel bermuatan.  Partikel
inilah yang selanjutnya melakukan ionisasi terhadap bahan detektor.
            Kemampuan radiasi dalam mengionisasi bahan, baik ionisasi langsung maupun tidak
langsung, digunakan dalam beberapa jenis alat pantau radiasi untuk mengukur dosis radiasi
maupun aktivitas zat radioaktif. Karena bahan detektornya gas maka detektor radiasi ini disebut
detektor ionisasi gas. Jumlah pasangan dan ionisasi yang terbentuk bergantung pada jenis dan
energi radiasinya. Radiasi-α dengan energi kinetiknya 3 MeV misalnya, mempunyai jangkauan
dalam udara pada kondisi (P,T) standar sejauh 2,8 cm dan dapat menghasilkan 4.000 pasangan
ion per mm lintasannya. Sedang radiasi-β dengan energi kinetiknya 3MeV mempunyai
jangkauan dalam udara pada kondisi (P,T) standar lebih dari 1.000 cm, radiasi ini hanya mampu
menghasilkan 4 pasangan ion tiap mm lintasannya.
            Detektor ionisasi gas berbentuk silinder yang diisi gas yang mempunyai dua elektroda.
Dinding tabung yang dipakai sebagai selubung gas dihubungkan dengan kutub negatif sumber
tegangan sehingga berfungsi sebagai elektroda megatif(katoda). Kawat ditengah-tengah tabung
dihubungkan dengan kutub positif sumber tegangan sehingga berfungsi sebagai elektroda
positif(anoda). Fenomena fisika yang dipakai dalam detektor gas ini adalah fenomena listrik.
Kedua elektroda akan berfungsi sebagai keping-keping kapasitor.
Gambar 1 Kontruksi detektor isian gas
            Apabila kapasitas dari kapasitor adalah C dan beda potensial antara kedua elektrodanya
adalah sebesar sumber tegangan V, maka muatan listrik Q yang dapat disimpan dalam kapasitor
ini adalah :
Q=C.V
            Masuknya radiasi pengion ke dalam tabung detektor akan menyebabkan detektor isian
gas sehingga terbentuklah pasangan-pasangan ion. Ion-ion positif akan tertarik ke arah katoda
dan ion-ion negatif akan tertarik ke arah anoda. Karena menarik ion0ion yang muatannya
berlawanan, maka akan terjadi pengurangan muatan listrik pada masing-masing elekroda.
Sebagian muatan listrik pada keping elektroda dinetralisasi oleh ion-ion yang ditariknya.
Penurunan jumlah muatan pada masing-masing elektroda akan mengakibatkan penurunan
tegangan antara kedua elektroda itu yang dapat dirumuskan dengan:

            Jika N menyatakan jumlah pasangan ion yang terbentuk dan e adalah muatan elementer
( muatan 1 buah elektron, e = 1,6 x 10 -19 C), maka jumlah penurunan muatan pada kapasitor
adalah :
Dengan mensubsitusikan persamaan (2) ke persamaan (1) diperoleh :
            Dari persamaan diatas, terlihat bahwa jumlah penurunan tegangan selalu sebanding
dengan jumlah pasangan ion yang terbentuk. Sedang jumlah pasangan ion itu sendiri bergantung
pada jenis dan energi radiasi yang ditangkap detektor. Perubahan tegangan itu akan
mengakibatkan terjadinya aliran listrik ( denyut out pu) yang dapat diubah menjadi angka-angka
hasil cacahan radiasi.

            Dengan memanfaatkan tingkah laku ion-ion gas dalam medan listrik, kini telah berhasil
dikembangkan tiga jenis alat pantau radiasi yang menggunakan gas sebagai detektornya, yaitu
alat pantau kamar ionisasi, alat pantau proporsional dan alat Geiger-Muller (GM). Ketiganya
mempunyai bentuk dasar dan prinsip kerja yang sama. Detektor ini berupa tabung yang diisi gas.
Perbedaannya terletak pada tegangan operasi masing-masing alat tersebut. Kamar ionisasi
beroperasi pada tegangan yang lebih rendah dibandingkan pencacah proporsional, sedang
pencacah proporsional beroperasi pada tegangan yang lebih randah dibandingkan detektor GM.
B.                 Jenis-jenis
1.      Detektor kamar ionisasi
Alat pantau kamar ionisasi beroperasi pada tegangan paling rendah. Pasangan ion
dihasilkan secara langsung oleh interaksi radiasi dengan bahan detektor. Jumlah electron yang
terkumpul di anoda sama dengan jumlah yang dihasilkan oleh proses ionisasi radiasi pengion
primer. Dalam daerah kamar ionisasi ini tidak terjadi pelipatgandaan ( multiplikasi ) jumlah ion
oleh proses ionisasi sekunder atau factor multiplikasi gas pada daerah ini sama dengan satu.
Dalam daerah ini dikemungkinkan untuk membedakan antara radiasi yang berbeda ionisasi
spesifikasinya, misal antara partikel –α, partikel –β, atau radiasi -ɣ.
Aliran electron di dalam detektor dapat menimbulkan aliran listrik yang dipakai sebagai
dasar pengukuran untuk radiasi yang diterima detektor. Arus yang timbul biasanya sangat rendah
( kira-kira 10-12A ) dan rangkaian elektronik sangat sensitive yang dikenal sebagai amplifier dc (
direct current ) digunakan untuk pengukuran arus tersebut. Alat pantau jenis ini dikenal sebagai
alat pantau kamar ionisasi, sedangkan arus yang terukur merupakan hasil interaksi langsung
antara radiasi dan bahan detektor. Tinggi pulsa listrik tidak tergantung pada besarnya tegangan.
Desain tabung dan gas pengisi yang digunakan bergantung pada maksud penggunaan alat
itu. Untuk keperluan dalam instrumentasi fisika kesehatan, tabung detektor dibuat dari material
bernomor atom rendah dan biasanya berisi udara sebagai bahan detektornya. Alat pantau ini
dapat dipakai untuk pemantauan radiasi jenis foton maupun beta. Jika detektor dirancang juga
untuk pemantauan radiasi –β, maka pada tabung detektor memiliki bagian yang berdinding
sangat tipis yang dikenal sebagai Jendela. Melalui jendela itulah radiasi –β dapat mencapai
detektor. Sedang tanpa jendela, hanya radiasi foton saja yang dapat mencapai detektor,
sementara radiasi –β akan tertahan oleh dinding tabung detektor.

2.      Detektor proporsional


Salah satu kelemahan dalam pengoprasian detektor pada daerah kamar ionisasi adalah denyut
out put yang dihasilkanya sangat lemah sehingga memerlukan penguat arus yang besar atau
sensitivitas alat baca ( scaler ) yang tinggi. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, tetapi masih
tetap dapat memanfaatkan kemampuan detektor dalam membedakan berbagai jenis radiasi, 
maka detektor dapat dioperasikan dalam daerah proporsional. Alat pantau proporsional
beroperasi pada tegangan yang lebih tinggi dari pada alat pantau kamar ionisasi. Daerah ini
ditandai dengan mulai terjadinya multiplikasi gas yang besarnya bergantung pada jumlah
electron mula-mula dan tegangan yang digunakan. Karena terjadi multiplikasi maka ukuran pulsa
yang dihasilkan sangat besar. Dalam hal ini dikatakan bahwa multiplikasi gas pada daerah
proporsional lebih besar dari satu.
Multiplikasi terjadi karena electron-elektron yang dihasilkan oleh proses ionisasi dipercepat
oleh tegangan yang digunakan sehingga electron tersebut mempunyai energi yang cukup tinggi
untuk melakukan proses ionisasi berikutnya ( ionisasi sekunder ) terhadap bahan detektor
sebelum mencapai anoda. Meskipun terjadi multiplikasi, namun jumlah total electron yang
dihasilkan tetap sebanding ( proporsional ) dengan ionisasi mula-mula. Karena alat pantau jenis
ini disebut alat pantau proporsional. Keuntungan dari alat pantau proporsional adalah bahwa alat
ini mampu mendeteksi radiasi dengan intensitas yang cukup rendah. Penggunaanya yang sangat
luas adalah untuk mengukur aktivitas zat radioaktif. Detektor gas yang beroperasi  pada daerah
proporsional memerlukan sumber tegangan yang super stabil karena pengaruh tegangan pada
daerah ini sangat besar terhadap multiplikasi gas dan terhadp tinggi pulsa out put.

3.      Detektor Geiger-muller


Alat pantau Geiger-muller ( GM ) beroperasi pada tegangan diatas alat pantau proporsional.
Dengan mempertinggi tegangan melampaui daerah proporsional akan mengakibatkan proses
ionisasi yang terjadi dalam detektor makin luas memanjang keseluruh anoda. Jika hal ini terjadi
maka berakhirlah daerah operasi proporsional dan detektor mulai memasuki daerah operasi GM.
Pulsa yang dihasilkan alat ini tidak lagi bergantung pada ionisasi mula-mula maupun jenis
radiasi yang mengakibatkan proses ionisasi. Jadi radiasi jenis apa pun yang tertangkap oleh
detektor GM akan menghasilkan keluaran yang sama.
Karena tidak mampu lagi membedakan berbagai jenis radiasi yang ditangkap detektor,
maka detektor GM hanya dipakai untuk mengetahui ada tidaknya radiasi saja. Keuntungan
pengoprasian di daerah GM ini adalah denyut out put yang dihasilkanya sangat tinggi, sehingga
untuk pengukurannya tidak diperlukan penguat pulsa ( amplifier ) atau cukup digunakan penguat
pulsa yang sederhana saja. Dalam praktek, baik alat pantau proporsional maupun GM biasanya
dibuat dalam bentuk silinder yang berperan sebagai katoda dan kawat halus di tengah yang
berperan sebagai anoda. Keseluruhan detektor dilapisi  tabung gelas atau logam yang diisi
dengan campuran gas tertentu. 
C.                 Cara Pengukuran
Cara pengukuran radiasi pada detektor isian gas adalah dengan cara arus. Pada cara arus,
radiasi yang memasuki detektor tidak dikonversikan menjadi pulsa listrik melainkan rata-rata
akumulasi energi radiasi persatuan waktunya yang akan dikonversikan menjadi arus listrik.
Semakin banyak kuantitas radiasi per satuan waktu yang memasuki detektor, akan semakin besar
arusnya. Demikian pula bila energi radiasi semakin besar, arus yang dihasilkannya semakin
besar. Alat ukur radiasi cara arus dapat menampilkan integrasi dari jumlah muatan yang
dihasilkan oleh radiasi tersebut dalam satu satuan waktu. Proses konversi pada cara pengukuran
arus ini tidak dilakukan secara individual setiap radiasi melainkan secara akumulasi. Informasi
yang ditampilkan adalah intensitas radiasi yang memasuki detektor. Kelemahan cara ini adalah
ketidakmampuannya memberikan informasi energi dari setiap radiasi, sedangkan keuntungannya
proses pengukurannya jauh lebih cepat daripada cara pulsa.
D.                Prinsip Kerja
Detektor isian gas bekerja dengan memanfaatkan ionisasi yang dihasilkan oleh radiasi
selama melewati suatu gas. Secara khas pencacah seperti ini terdiri dari dua buah elektrode yang
diberi beda potensial listrik tertentu. Ruang antara dua elektrode itu diisi dengan suatu gas.
Radiasi pengion, yang melewati ruang antara elektrode tersebut, akan melesapkan sebagian atau
semua energinya dengan membangkitkan pasangan-pasangan elektron ion. Elektron dan ion ini
merupakan pembawa muatan yang bergerak karena pengaruh medan listrik. Ketika radiasi
memasuki detektor kemudian berinteraksi dengan atom-atom gas isian maka atom-atom tersebut
akan mengeluarkan elektron dari orbitnya. Elektron-elektron ini kemudian dikumpulkan
menggunakan medan listrik dan dibentuk menjadi pulsa tegangan atau arus listrik yang dapat
dianalisa oleh suatu rangkaian elektronik. Dengan kata lain muatan yang dihasilkan oleh radiasi
tersebut diubah menjadi pulsa oleh piranti elektronika dan partikel-partikel itu dicacah secara
individual.

  

Gambar Skema Detektor Isian Gas


Misalkan antara anoda dan katoda terpasang beda potensial sebesar V volt dan radiasi
memasuki detektor sehingga terbentuklah sejumlah elektron dan ion-ion positif. Amplitudo
sinyal listrik yang terbentuk sebanding dengan jumlah elektron atau ion ( dengan demikian
sebanding dengan tenaga radiasi yang memasuki detektor) dan tidak tergantung pada tegangan
V. Beda tegangan antara katoda dan anoda hanyalah mempengaruhi laju gerak elektron menuju
ke anoda dan ion positif menuju katoda. Detektor gas isian dengan tegangan V yang relatif
rendah seperti ini dinamakan detektor ionisasi.

Siklus pembentukan sinyal listrik berakhir ketika ion sampai di katoda. Namun demikian,
ion-ion ini dapat menumbuk katoda sehingga dapat menumbuk katoda sehingga dapat dihasilkan
elektron dari katoda sehingga dapat memicu terjadinya proses ionisasi sekunder. Untuk
menghindari agar proses ini tidak terjadi maka gas pengisi pada detektor adalah gas dengan
struktur molekul sederhana misalnya gas argon dan gas dengan struktur molekul kompleks
seperti ethanol.
E.                 Keunggulan dan Kelemahan
Dari pembahasan di atas terlihat bahwa setiap radiasi akan diubah menjadi sebuah pulsa
listrik dengan ketinggian yang sebanding dengan energi radiasinya. Hal tersebut merupakan
fenomena yang sangat ideal karena pada kenyataannya tidaklah demikian. Terdapat beberapa
karakteristik detektor yang membedakan satu jenis detektor dengan lainnya yaitu efisiensi,
kecepatan dan resolusi.
a.      Efisiensi detektor
Efisiensi detektor adalah suatu nilai yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pulsa
listrik yang dihasilkan detektor terhadap jumlah radiasi yang diterimanya. Nilai efisiensi detektor
sangat ditentukan oleh bentuk geometri dan densitas bahan detektor. Bentuk geometri sangat
menentukan jumlah radiasi yang dapat 'ditangkap' sehingga semakin luas permukaan detektor,
efisiensinya semakin tinggi. Sedangkan densitas bahan detektor mempengaruhi jumlah radiasi
yang dapat berinteraksi sehingga menghasilkan sinyal listrik. Bahan detektor yang mempunyai
densitas lebih rapat akan mempunyai efisiensi yang lebih tinggi karena semakin banyak radiasi
yang berinteraksi dengan bahan.
b.      Kecepatan detektor
Kecepatan detektor menunjukkan selang waktu antara datangnya radiasi dan
terbentuknya pulsa listrik. Kecepatan detektor berinteraksi dengan radiasi juga sangat
mempengaruhi pengukuran karena bila respon detektor tidak cukup cepat sedangkan intensitas
radiasinya sangat tinggi maka akan banyak radiasi yang tidak terukur meskipun sudah mengenai
detektor.

c.       Resolusi detektor


Resolusi detektor adalah kemampuan detektor untuk membedakan energi radiasi yang
berdekatan. Suatu detektor diharapkan mempunyai resolusi yang sangat kecil (high resolution)
sehingga dapat membedakan energi radiasi secara teliti. Resolusi detektor disebabkan oleh
peristiwa statistik yang terjadi dalam proses pengubahan energi radiasi, noise dari rangkaian
elektronik, serta ketidak-stabilan kondisi pengukuran.
Aspek lain yang juga menjadi pertimbangan adalah konstruksi detektor karena semakin rumit
konstruksi atau desainnya maka detektor tersebut akan semakin mudah rusak dan biasanya juga
semakin mahal.
Tabel berikut menunjukkan karakteristik beberapa jenis detektor secara umum berdasarkan
beberapa pertimbangan di atas.

F.               Contoh
Beberapa contoh dari detektor isian gas adalah :
1.      Babyline 81

2.      Ram Ion

3.      Victoren

BAB III PENUTUP


A.             Simpulan
          Detektor isian gas merupakan detektor yang paling sering digunakan untuk mengukur
radiasi. Detektor ini terdiri dari dua elektroda, positif dan negatif, serta berisi gas di antara kedua
elektrodanya. Elektroda positif disebut sebagai anoda, yang dihubungkan ke kutub listrik positif,
sedangkan elektroda negatif disebut sebagai katoda, yang dihubungkan ke kutub negatif.
Kebanyakan detektor ini berbentuk silinder dengan sumbu yang berfungsi sebagai anoda dan
dinding silindernya sebagai katoda.
           Terdapat tiga jenis detektor isian gas yang bekerja pada daerah yang berbeda yaitu
detektor kamar ionisasi yang bekerja di daerah ionisasi, detektor proporsional yang bekerja di
daerah proporsional serta detektor Geiger Mueller (GM) yang bekerja di daerah Geiger Mueller.
B.              Saran
Sebaiknya mahasiswa mengetahui macam-macam detektor isian gas dan cara kerjanya 
agar bisa mengukur radiasi yang ada di lingkungannya dan bisa mencegah kemungkinan over
radiasi serta mengamankan diri dari bahaya akibat paparan radiasi.

DAFTAR PUSTAKA
Akhadi, Mukhlis. 2000. Dasar-Dasar Proteksi Radiasi. Jakarta : Rineka Cipta
Biru, Elang. 2011. Detektor Radiasi, [online],
(http://elangbiru3004.blogspot.co.id/2011/04/detektor-radiasi.html, diakses tanggal 11 Mei 2017)
Nanik, DN. Detektor Radiasi, [pdf], (http://nanikdn.staff.uns.ac.id/files/2011/04/detektorradiasi-
compatibility-mode.pdf, diakses tanggal 11 Mei 2017)

Anda mungkin juga menyukai