Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TERMODINAMIKA

KUSUTNYA PAKAIAN KETIKA DISETRIKA

NAMA : FITHRATUL AINI

NIM/TM : 17034042 / 2017

PRODI : FISIKA

DOSEN PEMBIMBING : Dr. Desnita,M.Si

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAN NEGERI PADANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya sehinnga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Rusaknya Pakaian Ketika
Disetrika”tepat pada waktunya.Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Termodinamika.
Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Termodibamika atas
bimbingannya dan pengarahannya dalam penyusunan makalah ini serta semua pihak yang telah
membantu penyusunan makalah ini.
Saya menyadari, penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, serta masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun untuk memperbaiki dan menyempurnakan karya-karya ke depannya.
Akhirnya saya berharap, makalah ini bisa bermanfaat bagi saya sendiri ataupun semua
pihak yang memerlukan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………. i


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………. 1
A. Latar Belakang ………………………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………….. .2
C. Tujuan …………………………………………………………………………………  2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………… . 4
A. Teori Dasar…………………………………………………………………………….. 7
B Komponen- komponen setrika……………………………………………………. …… 7
C.Penerapan Perpindahan Kalor Setrika………………………………………………….. 9
D.Hubungan Dengan Termodinamika ……………………………………………………9
E. Faktor-faktor setrika……………………………………………………………………..10

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………..12


A.Kesimpulan ……………………………………………………………………………..12

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….. 14
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perpindahan kalor sangat banyak penerapannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Mulai
dari yang paling sederhana seperti penggunaan setrika, pemanas air, rice cooker dan kulkas
dalam rumah tangga, sampai kepada hal-hal yang lebih kompleks seperti perancangan ketel uap
(boiler) di pabrik-pabrik. Bahkan, salah satu penyebab kehidupan di bumi ini masih ada karena
adanya perpindahan kalor dari matahari ke bumi. Tanpa adanya perpindahan kalor dari matahari,
maka mustahil ada kehidupan di bumi ini.

Secara umum, pengertian kalor adalah sejumlah energi yang berpindah dari suatu sistem
ke lingkungan atau sebaliknya, yang dipengaruhi oleh perbedaan suhu. Kata kalor berasal dari
kata Caloric yang pertama kali diperkenalkan oleh A.L. Lavoisier, seorang ahli kimia dari
Perancis. Kalor merupakan salah satu bentuk energi, maka memiliki satuan yaitu Joule (N.m)
atau kalori (disingkat kal) dan beberapa dimensi lain sebagai satuan dari energi.Sedangkan
perpindahan kalor dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari laju perpindahan kalor di
antara material atau benda karena adanya perbedaan suhu. Setiap kali terdapat perbedaan suhu
dalam material atau di antara material maka perpindahan kalor akan terjadi. Kalor akan mengalir
dari tempat yang bersuhu tinggi ke tempat yang bersuhu rendah. Mekanisme perpindahan kalor
ada tiga macam yaitu perpindahan kalor secara konduksi, perpindahan kalor secara konveksi, dan
perpindahan kalor secara radiasi.

Pada pembahasan bentuk aplikasi perpindahan kalor ini, alat yang digunakan sebagai
objek kajian adalah setrika listrik, suatu alat yang biasa kita jumpai sehari-hari. Setrika listrik
adalah alat yang digunakan untuk melicinkan atau menghaluskan pakaian agar terlihat lebih rapi
setelah dicuci dan dikeringkan. Terkadang lipatan-lipatan pakaian cukup sulit dihilangkan akibat
dari proses pencucian maupun ketika pakaian diperas, sehingga pakaian yang sudah dikeringkan
akan kusut. Dengan menggunakan setrika, maka lipatan pada pakaian tersebut dapat dihaluskan
secara mudah dan praktis.

Setrika listrik pada dasarnya memanfaatkan perubahan energi dari listrik menjadi panas.
Energi panas itulah yang kemudian kita manfaatkan untuk menghaluskan permukaan pakaian
yang kusut. Akan tetapi, tentunya perubahan energi listrik dalam setrika tidak terjadi begitu saja.
Ada beberapa komponen yang mendukung cara kerja setrika listrik sehingga dapat menghasilkan
panas.

B. RUMUSAN MASALAH

1.Apakah yang dimaksud dengan kalor ?


2.Apa saja komponen- komponen pada setrika ?
3. Sebutkan prinsip kerja dari setrika?
4. Bagaimana hubungan hukum termodinamika dengan setriaka?
5. Apakah yang menyebabkan pakaian kusut ketika disetrika?

C. TUJUAN

1. Mengetahui prinsip kerja dari setrika


2. Untuk mengetahui komponen- komponen yang ada dalam setrika
3.Untuk mengetahui pengertian kalorUntuk mengetahui bagaimana penerapan kalor dalam
kehidupan sehari-hari
4. Untuk mengetahui bagaimana penerapan hukum thermodinamika pada setrika
BABII

PEMBAHASAN

A.Teori Dasar

Setrika listrik merupakan alat elektronika yang berfungsi menghaluskan kerutan pada
pakaian. Bagian setrika menempel pada baju terbuat dari logam aluminium, ataupun lapisan
Teflon. Setrika listrik bekerja dengan mengubah energy listrik menjadi energi panas. Saat
dihubungkan pada sumber tegangan, elemen panas pada setrika mengalirkan arus listrik yang
membangkitkan panas. Semakin besar arus yang mengalir akan menyebabkan semakin tinggi
panas yang dihasilkan.

Elemen pemanas yang telah teralir oleh arus listrik akan mengalami pemanasan.
Thermostat pada setrika berfungsui mengatur agar panas yang dihasilkan setrika stabil dan tidak
berlebih. Saat sudah mencapai suhu maksimal, thermostat pada strika akan memutuskan aliran
arus dari sumber tegangan dengan membuat salah satu logam pada saklar mengalami pemuaian
dan saklar akan terbuka sehingga lampu mati karena tidak ada arus yang mengalir. Kemudian
thermostat akan mengalirkan arus kembali pada saat suhu sudah mulai kurang optimal. Proses ini
akan berulang secara otomatis, panas yang dihasilkan kemudian dialirkan menuju alas setrika
yang bersentuhan langsung dengan pakaian.

Setrika listrik yaitu alat yang digunakan untuk melicinkan atau menghaluskan pakaian
agar terlihat lebih rapi setelah dicuci dan dikeringkan. Terkadang lipatan-lipatan pakaian cukup
sulit dihilangkan akibat dari proses pencucian maupun ketika pakaian diperas, sehingga pakaian
yang sudah dikeringkan akan kusut. Dengan menggunakan setrika, maka lipatan pada pakaian
tersebut dapat dihaluskan secara mudah dan praktis.

(Munir, Rinaldi, 2010 : 5).

B. Komponen-Komponen Pada Setrika

Setrika listrik pada dasarnya memanfaatkan perubahan energi dari listrik menjadi panas. Energi
panas itulah yang kemudian kita manfaatkan untuk menghaluskan permukaan pakaian yang
kusut. Akan tetapi, tentunya perubahan energi listrik dalam setrika tidak terjadi begitu saja.
Ada beberapa komponen yang mendukung cara kerja setrika listrik sehingga dapat
menghasilkan panas. Komponen utama pada setrika listik antara lain :

1.      Elemen pemanas

Elemen pemanas adalah suatu elemen yang akan menimbulkan panas bila dialiri arus listrik.
Sebenarnya, elemen pemanas listrik hanyalah sebuah resistor listrik yang bekerja pada prinsip
pemanasan Joule, yaitu arus listrik mengalir melalui resistor dan mengubah energi listrik menjadi
panas. Elemen pemanas ini biasanya terdiri dari kawat (wire) yang terbuat dari nichrome (80%
nikel dan 20% krom). Nichrome merupakan bahan yang ideal, karena memiliki resistansi yang
relatif tinggi. Dari keseluruhan lilitan pada elemen pemanas tersebut, kemudian ditutup dengan
isolator untuk mencegah induksi listrik dari elemen menuju alas setrika.
2.      Plat dasar (alas/sole plate)

Alas setrika adalah bagian setrika yang akan bersentuhan langsung dengan kain yang
dihaluskan. Alas setrika dibuat dari bahan konduktor antikarat seperti alumunium, stainless
steel atau teflon, agar tidak mudah kotor, lengket dan tidak mengotori kain yang disetrika.

3.      Besi pemberat

Pemberat biasanya terbuat dari besi. Sesuai dengan namanya, komponen ini berfungsi
sebagai pemberat pada setrika agar lebih mudah dalam pemakaiannya.

4.      Tutup

Penutup atau selungkup setrika dibuat dari bahan isolator untuk mencegah bahaya
sengatan listrik. Disamping itu, penutup juga memiliki sifat antipanas guna mencegah bahaya
sentuhan ke bagian tubuh manusia.

5.      Pemegang

Tangkai pemegang setrika terbuat dari bahan isolasi (kayu atau plastik). Ini dimaksudkan
apabila ada kebocoran arus listrik tidak akan membahayakan pemakainya.

6.      Kabel penghubung

Kabel daya ini terbuat dari kabel fleksibel dengan inti serabut yang dibungkus dengan
bahan isolasi, menjadikannya tetap lentur sehingga tidak mudah putus dan aman dari bahaya
sengatan listrik.

7.      Pengatur On-Off dan panas

Hampir semua setrika listrik dilengkapi dengan pengatur suhu, sehingga tinggi rendahnya
suhu dapat disesuaikan dengan jenis tekstil/kain yang akan disetrika. Pengatur suhu ini biasanya
menggunakan prinsip bimetal.

(Haryono, M., & Bariyah, C. 2014).


B. Prinsip Kerja Dan Penerapan Perpindahan Kalor

Sistim kerja setrika listrik adalah dengan mengubah energi listrik menjadi energi panas.
Perubahan bentuk energi tersebut dihasilkan oleh rangkaian listrik yang memiliki hambatan
cukup besar. Hambatan inilah yang menyebabkan timbulnya panas pada bagian setrika yang
disebut elemen pemanas. Elemen pemanas membangkitkan panas secara bertahap dan setrika
listrik modern sudah dilengkapi dengan komponen yang disebut termostat. Dengan adanya
komponen ini dalam rangkaian setrika listrik, maka panas yang dikehendaki oleh pengguna dapat
diatur dan stabil sehingga tidak menyebabkan timbulnya panas berlebih yang dapat memicu
kebakaran pada elemen.

Arus listrik mengalir dari sumber tegangan menuju lampu, kemudian langsung ke saklar
bimetal. Pada sistim saklar ini, ketika kedua logam tersebut kontak, maka arus akan terus
mengalir menuju elemen pemanas yang terdiri dari lilitan kawat sebagai bentuk resistor. Saklar
yang kontak tersebut menyebabkan rangkaian tertutup dan setrika akan mengalami pemanasan
pada tingkatan tertentu. Ketika panas yang ditentukan telah mengalami keadaan maksimal, maka
secara otomatis termostat pada rangkaian saklar akan bekerja. Rangkaian akan terputus karena
prinsip bimetal tadi menyebabkan salah satu logam mengalami pemuaian dan menyebabkan
saklar terbuka. Akibatnya tidak ada arus yang mengalir serta lampu indikator akan mati. Jadi,
prinsip kerja rangkaian setrika listrik sebenarnya sederhana. Setelah sejumlah energi panas
dibangkitkan oleh elemen pemanas, maka selanjutnya panas tersebut dialirkan menuju alas
setrika. Mekanisme perpindahan kalor tersebut berlangsung secara konduksi. Konduksi
merupakan proses transfer kalor di dalam zat perantara dimana energi panas berpindah dari
molekul satu ke molekul lain hanya dengan jalan getaran termal berkala, tanpa ada pemindahan
massa zat perantara sama sekali (Abdul Jamal dan Tamrin, 1995).

Aliran perpindahan panas yang terjadi pada elemen pemanas kemudian dihubungkan
(kontak) secara langsung dengan alas setrika, sehingga panas merambat pada alas akibat
konduksi. Tidak ada transfer massa pada peristiwa tersebut, hanya saja perpindahan kalor
dibantu dengan pergerakan-pergerakan elektron yang terdapat pada kedua bahan logam tersebut,
yaitu pada elemen maupun alas. (Mubah, A Safril, 2001)
D. Hubungan Dengan Hukum Termodinamika

Fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala alam dengan mengumpulkan dan mencari
hubungan di antaranya untuk memperoleh manfaat.Pemahaman Fisika ditujukan kepada
kemampuan mahasiswa untuk memahami hukum-hukum Fisika. Penerapan Fisika dalam
kehidupan sehari-hari , penerapan fisika dalam teknologi, pengembangan Fisika dan
pengembangan kemampuan diri dalam bidang keahlian khusus.

Termodinamika (bahasa Yunani: thermos = ‘panas’ and dynamic = ‘perubahan’) adalah


fisika energi , panas, kerja, entropi dan kespontanan proses. Termodinamika berhubungan dekat
dengan mekanika statistik di mana banyak hubungan termodinamika berasal. Pada sistem di
mana terjadi proses perubahan wujud atau pertukaran energi, termodinamika klasik tidak
berhubungan dengan kinetika reaksi (kecepatan suatu proses reaksi berlangsung.

   Pada dasarnya, termodinamika adalah ilmu yang mempelajari tentang panas sebagai
energi yang mengalir. Oleh karena itu, sejarah berkembangnya ilmu termodinamika berawal
sejak manusia mulai “memikirkan” tentang panas. Orang yang pertama kali melakukannya
adalah Aristoteles (350 SM). Dia mengatakan bahwa panas adalah bagian dari materi atau materi
tersusun dari panas. Ilmu termodinamika merupakan ilmu yang berupaya untuk memprediksi
perpindahan energi yang mungkin terjadi antara material atau benda sebagai akibat dari
perbedaan suhu

(Holman, 2010 : 12).

Ilmu termodinamika mengajarkan bahwa transfer energi yang dimaksud didefinisikan


sebagai panas. Ilmu perpindahan panas tidak hanya menjelaskan bagaimana energi panas dapat
ditransfer, akan tetapi juga untuk memprediksi tingkat dimana pertukaran berlangsung di bawah
kondisi tertentu. Menurut jenis perambatannya, perpindahan panas digolongkan menjadi tiga
yaitu perpindahan panas secara konduksi, konveksi dan radiasi.
Adakalanya energi panas diisolasi agar dapat digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya
pada mesin pembakaran internal kendaraan bermotor yang menghasilkan panas dalam jumlah
besar selama siklus pembakaran. Hal tersebut memberi efek negatif apabila sampai pada
komponen yang peka terhadap panas, maka dari itu isolasi energi panas diperlukan supaya panas
tidak sampai pada komponen-komponen tersebut. Contoh lain pemanfaatan energi panas dalam
kehidupan sehari-hari adalah pada setrika listrik. Setrika dipanaskan oleh sumber panas berupa
kumparan yang dialiri arus listrik. Kumparan akan memanaskan logam setrika secara konduksi.
(Zill, Wright, & Cullen, 2012 : 2)

E. Faktor- faktor dari setrika

Bagian-bagian seterika listrik yang mudah rusak antara lain:

1. Elemen pemanas, hal ini dapat terjadi karena biasanya dipakai secara berlebihan,
misalnya pada seterika yang tidak memakai pengatur panas. Atau terjadi kerusakan pada
termostat sehingga tidak berfungsi dengan baik. Ada kemungkinan juga salah pemakaian
tegangan, terutama seterika yang baru dibeli/dipakai. Kejadian-kejadian diatas dapat
mengakibatkan kawat elemen rusak/putus, isolasi mika rusak sehingga dapat
menyebabkan terjadinya hubung badan.
2. Kawat penghubung, kerusakan ini dapat terjadi misalnya, karena  salah satu atau kedua-
dua kawat putus akibat sering terpuntir waktu menggunakannya atau dilipat-lipat waktu
menyimpannya. Lebih mudah rusak yang berisolasi karet, sedang yang berisolasi plastik
lebih tahan.Kabel terlalu kecil yang berakibat menjadi terlalu panas jika digunakan.
Isolasi menjadi rusak, dapat menyebabkan kabel hubung pendek.Letak sumber
tegangan/stop kontak yang tidak sesuai dengan pemakaian, berakibat kabel selalu
terpuntir. Seharusnya bagi orang yang biasa bekerja dengan tangan kanan, sumber
tegangan dipasang di sebelah kanan pemakai. Bagi orang kidal letak stop kontak di
sebelah kiri.Kabel yang memang sudah terlalu tua.
3. Terminal, yang dimaksud dengan terminal adalah tempat persambungan antara ujung
kawat elemen pemanas dengan kabel penghubung dari sumber arus. Terminal ini ada dua
macam, sambungan langsung dan yang melalui tusuk kontak. Kerusakan terjadi karena:
Panas yang berlebihan, terminal menjadi hangus.Porselen tusuk kontaknya pecah atau
pegas/penjepit hangus atau meregang sehingga tidak akan terjadi kontak hubungan yang
baik .
4. Tusuk kontak (pada kabel penghubung), porselinnya pecah sebab sering jatuh.
Sambungan kabelnya putus/terlepas karena sewaktu mencabut tusuk kontak yang ditarik
kabelnya, seharusnya tusuk kontaknya.
5. Termostat, ialah pengatur panas. Termostat ini dapat rusak, jika pemakai kurang
mentaati aturan pemakaiannya. Pemakai seharusnya bekerja untuk bahan-bahan yang
tipis dan lunak, kemudian meningkat ke bahan yang lebih tebal dan keras. Dengan
demikian pengaturan panasnya mula2 dari tingkat yang rendah ke tingkat yang lebih
tinggi. (Purnomo, H. 2014.)

Faktor yang menebabkan pakaian kusut ketika di setrika

Seterika listrik digunakan untuk melicinkan/menghaluskan pakaian agar dapat lebih rapi
dipakai, umumnya setelah dicuci dan dikeringkan. Terkadang lipatan-lipatan pakaian cukup sulit
untuk dihilangkan sehingga memerlukan sedikit air untuk membasahi bagian yang terlipat,
terlebih untuk bahan-bahan dari wol. Pada saat-saat seperti ini kehadiran seterika dengan
penyemprot uap sangat diperlukan. Ketika setrika dipanaskan dan digosokkan pada pakaian,
seakan-akan pakaian itu tertarik oleh setrika .Menggosok pakaian dengan setrika menimbulkan
perpindahan energi gerak yang diberikan ke baju. Setrika yang panas akan memudahkan
perpindahan muatan, sedangkan sifat atau jenis baju sangat menentukan mudah tidaknya terjadi
perpindahan muatan. Oleh karena itu, baju yang kering akibat disetrika, akan mudah
menimbulkan sifat kelistrikan.

Faktor yang menyebabkan pakaian kusut ketika disetrika antara lain :

1. Karena terlalu panasnya kalor yang dihantarkan pada setrika, ini menyebabkan pakaian
akan berkerut dan akan lengket dengan setrika. Bahkan jika terlalu panas pakaian tersebut
bisa bolong.
2. Bahan pakaian yang digunakan, menyetrika pakaian berbahan halus dengan suhu yang
sangat panas akan merusak bahannya, bahkan meninggalakan bekas hangus.
3. Tidak menyesuaikan suhu alat setrika dengan jenis baju, mulailah menyetrikan pakaian
dengan bahan yang paling halus tidak perlu disetrika dengan suhu yang terlalu panas,
sebaliknya pakaian dengan bahan katun yang perlu disetrikan dengan suhu yang lebih
panas.
4. Terlalu lama mengeringkan pakaian, ini menyebabkan pakaian menjadi kaku dan keras,
pakaian dalam kondisi ini akan sulit untuk disetrika.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setrika memerlukan adanya panas untuk memudahkan dalam menghaluskan permukaan


pakaian. Energi panas diperoleh dari konversi energi listrik. Prinsip kerja alat tersebut bermula
dari penutupan saklar bimetal pada rangkaian, sehingga arus mengalir dari sumber tegangan
menuju lampu, kemudian melalui saklar, dan melalui hambatan lilitan kawat nichrome pada
elemen pemanas. Akibat besarnya nilai resistansi pada hambatan tersebut, maka akan
menimbulkan panas yang besar. Panas tersebut akan ditransfer secara konduksi dari elemen
pemanas menuju alas setrika, sehingga alas setrika mulai memanas dan siap digunakan. Ketika
panas pada pengatur suhu tingkatan tertentu telah mencapai puncaknya, maka arus akan otomatis
terputus akibat prinsip pemuaian bimetal yang mengakibatkan saklar terbuka. Hal tersebut
digunakan agar tidak menimbulkan overheat (panas berlebih) pada elemen pemanas, sehingga
tidak mengalami kerusakan maupun terbakar.

Mekanisme perpindahan kalor yang terjadi pada alat setrika listrik ini terdapat pada kontak
langsung antara elemen pemanas dengan alas setrika. Panas akan merambat dari elemen pemanas
secara konduksi menuju ke alas setrika karena panas ditransfer tanpa adanya perpindahan massa
di antara kedua logam tersebut.

B. Rekomendasi

Berdasarka kesimpulan yang dipaparkan, maka saya mengajukan rekomondasi yang dapat
berguna dan dapat dimanfaatkan. Yaitu kita agar tahu lebih dalam tentang setrika. Dan
mengetahui proses terjadinya pemanasan pada setrika, ini berkaitan dengan hubungan fisika
termodinamika. Dan ini akan bermanfaat bagi kehidupan sehari- hari dan bagi saya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Jamal, Abdul dan Tamrin. 1995. Buku Pintar Fisika. Surabaya : Gitamedia Press

Haryono, M., & Bariyah, C. (2014). Komponen- komponen alat .Jakarta: Rineka Cipta

Munir, Rinaldi. 2010.Buku Ajar Termodinamika.yogyakarta:graha ilmu


Holman.2010. Diktat Termodinamika. Indralayu
Zill, Wright, & Cullen.2012.Physics Jakarta : PT Gramedia
Mubah, A Safril. 2001. Termodinamika .UNAIR: Surabaya
Purnomo, H. 2014. Termodinamika . Yogyakarta :UNY.

Anda mungkin juga menyukai