Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KONSEP TEKNOLOGI
PERKEMBANGAN LAMPU

Di Susun :
ALIAS ADE SUYA (D1022131015)

UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK
ELEKTRO
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang. Saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kita semua. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah konsep
teknologi tentang perkembangan lampu.

Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu saya menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca. Terima Kasih.

Pontianak, 28 September 2017


Penyusun

ALIAS ADE SURYA


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 4
BAB II PEMBAHASAN
Sejarah Lampu Non-Elektrik 5
Sejarah Lampu Elektrik 5
BAB III PENUTUP
Kesimpulan 11
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejarah Lampu

Sejarah perkembangan perlampuan bermula pada puluhan abad yang lalu dari suatu
penemuan manusia yang membutuhkan penerangan (cahaya buatan) untuk malam hari dengan
cara menggosok-gosokan batu hingga mengeluarkan api, kemudian dari api dikembangkan
dengan membakar benda-benda yang mudah menyala hingga membentuk sekumpulan cahaya
dan seterusnya. Sampai ditemukan bahan bakar minyak dan gas yang dapat digunakan sebagai
bahan penyalaan untuk lampu obor, lampu minyak maupun lampu gas.

Teknologi berkembang terus dengan ditemukannya lampu listrik


oleh Thomas Alpha Edison pada tanggal 21 Oktober 1879 di
laboratorium Edison-Menlo Park, Amerika. Prinsip kerja dari lampu
listrik tersebut adalah dengan cara menghubung singkat listrik pada
filamen carbon (C) sehingga terjadi hubung singkat yang
mengakibatkan timbulnya panas. Panas yang terjadi dibuat hingga
suhu tertentu sampai mengeluarkan cahaya, dan cahaya yang didapat
pada waktu itu baru mencapai 3 Lumen/W (Lumen = satuan arus
1. Thomas Alpha Edison
cahaya).

Sampai sekarang ada dua orang yang dianggap paling berjasa dalam
penemuan yaitu Thomas Edison dan Joseph Swan, praktis pada saat
bersamaan mereka berhasil membuat lampu yang berbeda. Prinsip
kerja dari lampu pijar temuan Thomas Alpha Edison ini adalah dengan
cara menghubung singkatkan listrik pada filamen carbon (C) sehingga
terjadi arus hubung singkat yang mengakibatkan timbulnya panas.
Panas yang terjadi dibuat mencapai suhu tertentu agar filamen carbon
tersebut berpijar dan mengeluarkan cahaya. Besarnya arus cahaya
yang dihasilkan pada saat itu baru mencapai 3 Lumen/Watt (Lumen =
2. Joseph W. Swan
satuan arus cahaya). Lampu yang menggunakan tekanan rendah untuk
menjaga agar filamen tidak terbakar, sedangkan yang dibuat oleh Swam yaitu menggunakan
filamen karbon yang berpijar jika dilalui listrik. Bola lampu tidak sepenuhnya hampatan
oksigen didalamnya begitu sedikit sehingga filamen dapat menjadi sangat panas tanpa
menimbulkan lidah api.
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah Lampu Non-Elektrik

Sejarah Lampu Non-Elektrik yang dimaksud lampu non-elektrik adalah lampu yang dapat
menerangi tanpa perlu menggunakan energi listrik. Lampu non elektrik pertama kali ditemukan
pada tahun 70.000 SM. Cara pembuatannya yaitu batu cekung, kerang, atau bahan alami
apapun diisi dengan lumut. Lumut tersebut dibasahi dengan lemak binatang dan dinyalakan.
Sekitar abad ke 7 SM masyarakat Yunani kuno sudah menggunakan teknologi lamputerakota
untuk menggantikan obor. Kata lampu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu Lampas yang
berarti obor.
Macam-macam Lampu Non-Elektrik
1. Lampu Minyak

Perkembangan selanjutnya dalam sejarah lampu terjadi di


abad 18M. Saat itu manusia menemukan alat pembakar sentral,
hal ini merupakan perubahan yang signifikan pada desain lampu.
Bahan bakar lampu disimpan sangat ketat di dalam besi dan
sebuah pipa metal yang dapat disetel digunakan untuk mengatur
intentitas pembakaran bahan bakar dan intensitas cahaya yang
dihasilkan. Di abad yang sama corong asap kaca kecil
ditambahkan pada lampu untuk menjaga nyala api dan mengatur
aliran udara ke nyala api tersebut.
2. Bahan bakar penerangan

Jaman dahulu bahan bakar untuk lampu non elektrik adalah minyak zaitun, minyak kacang,
minyak wijen, minyak paus, dan minyak-minyak lainnya. Bahan bakar tersebut digunakan
sampai akhir abad ke 18. Pada tahun 1859, pengeboran minyak pertoleum mulai sering
dilakukan. Alhasil lampu kerosin menjadi popular. Lampu seperti ini pertama kali digunakan
di jerman. Lampu berbahan bakar batu bara dan gas mulai marak digunakan.
Sejarah Lampu Elektrik

Lampu elektrik pertama di dunia ditemukan oleh Edison, Setelah berkali-kali gagal dalam
percobaan. Edison mematenkan penemuannya pada 1879. Ide lampu sebenarnya sudah berusia
70 tahun sebelum Edison mematenkannya. Sir Humpry Davy adalah orang pertama yang
mendemontrasikan dua batang karbon yang memercikkan cahaya. Hanya saja, cahaya yang
dihasilkan terlalu terang, seperti percikan cahaya saat mengelas besi. Selain itu, lampu ini
membutuhkan sumber listrik yang terlalu besar. Lampu Davy masih bisa Anda lihat saat ini di
konser musik atau pembukaan toko baru yang meriah.

Banyak ilmuwan tertarik pada penemuan Davy. Mereka berusaha memecah cahaya yang
terlalu terang itu. Salah satu caranya adalah dengan mengalirkannya melalui suatu material.
Hanya saja, material tersebut akan termakan oleh listrik yang berpijar. Untuk mengatasinya
maka perlu membatasi kontak antara listrik pijar dengan oksigen. Di situlah muncul ide untuk
mengurungnya dalam bola.

Pada 1841, Freederick De Moleyns mematenkan bohlam yang terbuat


dari campuran platina dan carbon. Empat tahun kemudian, J.W. Starr
mematenkan bohlam vakum dengan bahan pembakar karbon.
Kemudian, banyak orang berusaha memvakum bohlam menggunakan
material lain, kadang dengan bentuk yang berbeda. Penemuan mereka
berhasil di laboratium tetapi tidak bisa digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. 3. Freederick De Moleyns
Pada 1878, Thomas Alva Edison bergabung dalam kompetisi pembuatan bohlam yang
efektif dan efisien. Sebelumnya, Edison sudah terkenal sebagai penemu telegram dan fonograf.
Pada oktober, dia mengumumkan bahwa dia sudah mampu mengatasi masalah bohlam.
Pengumuman itu terlalu dini, Edison memang sudah punya gagasannya, tetapi dia belum
sempat menyempurnakannya. Bicara memang lebih mudah ketimbang melakukannya. Itulah
yang terjadi. Dalam usaha menyempurnakan gagasannya, Edison gagal terus.

Edison mengajak Francis Upton, dari Universitas Princeton, bergabung dalam


penelitiannya.mereka mulai percobaan gagal yang dilakukan orang lain dan menghindari cara-
cara tersebut. Mereka juga mendaftar sifat-sifat material yang telah digunakan dan mencari
material yang tepat.

Mereka menemukan bahwa pembakar yang tepat adalah material yang memiliki hambatan
besar. Material dengan hambatan besar tidak menghabiskan banyak listrik. Mereka mulai
menyeleksi semua material yang memiliki hambatan besar.
Macam-macam Lampu Elektrik
1. Lampu Bohlam atau pijar

Pada Oktober 1879, setahun setelah


pengumuman gagasannya, Edison
menggunakan kapas yang dikarbonasi
sebagai pembakar. Lampu itu menyala,
tetapi hanya mampu bertahan 13 jam. Itulah
lampu yang diklaim sebagai bohlam
pertama.

Dalam pengembangannya, Edison


menemukan bahwa bahwa bambu Jepang yang dikarbonasi merupakan material yang paling
tepat sebagai pembakar. Material ini kemudian dikenal sebagai filamen. Bohlam yang
menggunakan filamen bertahan sampai 600 jam. Jawaban Thomas Alva Edison sebagai
penemu bohlam tidak sepenuhnya tepat karena sudah banyak oranag yang menemukan bohlam.
Hanya saja, Edison menemukan bohlam yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari
dengan konsumsi listrik yang efisien.
Lampu pijar adalah sumber cahaya buatan yang dihasilkan melalui penyalur arus listrik
melalui filamen yang kemudian memanas dan menghasilkan cahaya. Kaca yang menyelubungi
filamen panas tersebut menghalangi udara untuk berhubungan dengannya sehingga filamen
tidak akan langsung rusak akibat teroksidasi.

Lampu pijar dipasarkan dalam berbagai macam bentuk dan tersedia untuk tegangan
(voltase) kerja yang bervariasi dari mulai 1,25 volt hingga 300 volt. Energi listrik yang
diperlukan lampu pijar untuk menghasilkan cahaya yang terang lebih besar dibandingkan
dengan sumber cahaya buatan lainnya seperti lampu pendar dan dioda cahaya, maka secara
bertahap pada beberapa negara peredaran lampu pijar mulai dibatasi.
Di samping memanfaatkan cahaya yang dihasilkan, beberapa penggunaan lampu pijar lebih
memanfaatkan panas yang dihasilkan, contohnya adalah pemanas kandang ayam, dan pemanas
inframerah dalam proses pemanasan di bidang industri.
2. Lampu Fluorescent

Berkat penemuan lampu pijar oleh penemu


serba bisa Thomas Alva Edison, manusia di
dunia bisa menikmati cahaya pada malam hari.
Penemuan brilian Edison ini kemudian di
adaptasi oleh seorang insinyur ahli kimia,
Georges Claude. Pada 1902, pria kebangsaan
Prancis ini menemukan sinar cahaya melalui
lampu neon untuk keprluan periklanan. Berkat
usahanya, selururh dunia mulai mengenal neon
(TL/tube lamp) hingga saat ini.

Pada 1902, insinyur dan ahli kimia ini


berusaha mengembangkan aliran listrik ke
dalam tabung gas neon. Usahanya pun berbuah
manis. Ia berhasil membuat lampu neon (neon
berasal dari bahasa Yunani neos, yang berarti
gas baru), berwarna merah. Merasa tertarik ia
lalu menambah jumlah tabung dan mengisinya
dengan neon. Segera setelah itu ia mendapatkan
untuk pertama kalinya tabung neon yang sesungguhnya.

Sebagian besar literatur menyebutkan, lampu neon ciptaan Georges Claude, memiliki
sebuah tabung kaca tertutup yang mengandung sangat sedikit udara, sedikit air raksa, bubuk
putih fosfor, dan dua elektroda (katoda dan anoda) pada setiap ujung tabung. Selain itu terdapat
transformer yang mengatur aliran listrik ke tabung. Begitu saklar dihidupkan transformer
mengaliri listrik ke dalam tabung. Aliran listrik tersebut meloncat (arc) dari katoda ke anoda
sehingga menguapkan air raksa menjadi ion. Gas air raksa mengeluarkan sinar ultraviolet yang
tidak tampak yang membentur bubuk putih fosfor sehingga menghasilkan cahaya yang
memancar.
Namun penemuan lampu neon belum sempurna. Sinar tabung-tabung merah itu tak seperti
sumber cahaya lainnya yang berguna untuk keperluan umum sehari-hari, seperti menerangi
rumah atau jalan tangga, akibatnya lampu neon menjadi lembap. Pada waktu itu, para ilmuwan
dan saintis menyebutkan, kelemahan lampu neon pada waktu itu diakibatkan neon tak bisa di
kompilasikan dengan elemen lain pada tabung lainnya, artinya gas baru tak membutuhkan
katup gas.

Meski demikian, Claude tidak menyerah dan berusaha untuk menyempurnakan temuannya
ini. Setelah melakukan penelitian, lampu neon yang memancarkan warna merah ini menarik
perhatian dan kemampuannya bertahan di tengah siraman hujan dan kabut. Alhasil, temuan
yang spektakuler ini cukup efektif digunakan untuk iklan dan reklame. Hasil temuannya ini, ia
publikasikan di Paris pada 1910. Atas bantuan kawannya, ia memperkenalkan lampu buatannya
itu ke Amerika. Agar temuannya tidak ditiru orang. Claude mematenkan lampu neon di
Amerika Serikat. Semenjak itu ia mulai dikenal sebagai seorang jenius yang berhasil
menemukan lampu neon yang merupakan pelopor lampu pijar untuk keperluan periklanan

Pada 1915, untuk pertama kalinya lampu neon dijual kepada khalayak umum. Seorang
Pengusaha Earle C. Anthony, membeli lampu neon seharga U$ 24 ribu. Lampu itu, ia gunakan
untuk menerangi papan reklame perusahaan penjualan mobil miliknya di Los Angeles. Pertama
kali lampu neon Claude hanya berwarna biru dan merah. Bisa dikatakan sejak saat itu hingga
kini lampu bikinan Claude kerap dipakai untuk menerangi papan reklame seperti kasino, hotel,
swalayan, maupun lampu lalu lintas dan keperluan lainnya.

Claude lalu mengembangkan teknologi neon buatannya itu. Ia menemukan elektroda-


elektroda nonreaktif yang cukup untuk menangani gempuran ion tanpa membuatnya panas.
Temuan itu membuka cakrawala bagi perawatan tabung-tabung neon sehingga menjadi awet
digunakan.

Karakteristik dari Lampu Flourescent/TL ini, adalah mampu menghasilkan cahaya output
per watt daya yang digunakan lebih tinggi daripada lampu bohlam biasa (incandescent lamp).
Sebagai contoh, sebuah penelitian menunjukkan bahwa 32 watt lampu TL akan menghasilkan
cahaya sebesar 1700 lumens pada jarak 1 meter sedangkan 75 watt lampu bolam biasa (lampu
bolam dengan filamen tungsten) menghasilkan 1200 lumens. Atau dengan kata lain
perbandingan effisiensi lampu TL dan lampu bohlam adalah 53 : 16. Efisiensi disini
didefinisikan sebagai intensitas cahaya yang dihasilkan dibagi dengan daya listrik yang
digunakan. Prinsip kerja lampu TL (Fluorescent Lamp) ketika tegangan AC 220 volt di
hubungkan ke satu set lampu TL maka tegangan diujung-ujung starter sudah cukup untuk
menyebabkan gas neon didalam tabung starter untuk panas (terionisasi) sehingga menyebabkan
starter yang kondisi normalnya adalah normally open ini akan closed sehingga gas neon di
dalamnya dingin (deionisasi) dan dalam kondisi starter closed ini terdapat aliran arus yang
memanaskan filamen tabung lampu TL sehingga gas yang terdapat di dalam tabung lampu TL
ini terionisasi. Pada saat gas neon di dalam tabung starter sudah cukup dingin maka bimetal di
dalam tabung starter teersebut akan open kembali sehingga ballast akan menghasilkan spike
tegangan tinggi yang akan menyebabkan terdapat lompatan elektron dari kedua elektroda dan
memendarkan lapisan fluorescent pada tabung lampu TL tersebut.
Peristiwa ini akan berulang ketika gas di dalam tabung lampu TL tidak terionisasi penuh
sehingga tidak terdapat cukup arus yang melewati filamen lampu neon tersebut. Lampu neon
akan tampak berkedip. Selain itu jika tegangan induksi dari ballast tidak cukup besar maka
walaupun tabung neon TL tersebut sudah terionisasi penuh tetap tidak akan menyebabkan
lompatan elektron dari salah satu elektroda tersebut.

3. Lampu Halogen
Lampu halogen adakan sebuah lampu pijar
di mana sebuah filamen wolfram disegel di
dalam sampul transparan kompak yang diisi
dengan gas lembam dan sedikit unsur
halogen seperti iodin atau bromin. Putaran
halogen menambah umur dari bola lampu dan
mencegah penggelapan kaca sampul dengan
mengangkat serbuk wolfram dari bola lampu
bagian dalam kembali ke filamen. Lampu
halogen dapat mengoperasikan filamennya
pada suhu yang lebih tinggi dari lampu pijar
biasa tanpa pengurangan umur. Lampu ini memberikan efisiensi yang lebih tinggi dari lampu
pijar biasa (10-30 lm /W), dan juga memancarkan cahaya dengan suhu warna yang lebih tinggi.
Fungsi dari halogen dalam lampu adalah untuk membalik reaksi kimia penguapan wolfram
dari filamen. Pada lampu pijar biasa, serbuk wolfram biasanya ditimbun pada bola lampu.
Putaran halogen menjaga bola lampu bersih dan keluaran cahaya tetap konstan hampir seumur
hidup. Pada suhu sedang, halogen bereaksi dengan wolfram yang menguap, halida wolfram(V)
bromin yang terbentuk dibawa berputar oleh pengisi gas lembam. Pada suatu saat ini akan
mencapai daerah bersuhu tinggi (filamen yang memijar), di mana ini akan berpisah,
melepaskan wolfram dan membebaskan halogen untuk mengulangi proses. Untuk membuat
reaksi tersebut, suhu keseluruhan bola lampu harus lebih tinggi daripada lampu pijar biasa.
Bola lampu harus dibuat dari kuarsa leburan atau gelas dengan titik lebur tinggi
seperti alumina. Karena gelas kuarsa sangat kuat, tekanan gas dapat ditingkatkan, sehingga
mengurangi laju penguapan dari filamen, memungkinkan untuk beroperasi pada suhu yang
lebih tinggi untuk umur yang sama, sehingga menambah efisiensi dan keluaran cahaya.
Wolfram yang diuapkan dari bagian filamen yang lebih panas tidak selalu dikembalikan pada
tempatnya semula, jadi bagian tertentu dari filamen menjadi sangat tipis dan akhirnya gagal.
Regenerasi juga mungkin dilakukan dengan flourin, tetapi reaksi kimianya terlalu kuat
sehingga bagian lain dari bola lampu ikut direaksikan.
4. Lampu LED

Isamu Akasaki dan Hiroshi


Amano dari Universitas Nagoya,
serta Shuji Nakamura dari
Universitas California. Dua
ilmuwan Jepang dan satu dari
Amerika Serikat, berhasil meraih
Nobel Fisika 2014 atas jasanya
menemukan lampu LED biru.
Lampu jenis (Light Emitting
Diode) LED ini merupakan
generasi lampu yang lebih hemat
energi dan ramah lingkungan.
Pemenang Nobel Fisika 2014 ini akan berbagi hadiah sebesar 8 juta kronor atau sekitar Rp 13
miliar.

Ketiganya menciptakan LED biru dalam sebuah riset terpisah pada awal 1990-an.
Sebelumnya, memang sudah diciptakan lampu LED oleh peneliti lain, namun itu masih
berwarna merah dan hijau. Sedangkan warna biru ini merupakan sebuah inovasi karena
cahayanya bisa digunakan untuk teknologi penerangan yang lebih hemat energi, termasuk
untuk lampu jalan dan bahkan layar pada monitor dan smartphone saat ini.
Kelebihan Lampu LED Dibandingkan Dengan Lampu Biasa

Lebih Hemat Energi.


Lebih Aman.
Tahan lebih lama dibandingkan dengan jenis lampu lainnya.
Lampu LED tidak memancarkan panas.
Lebih Terang.
Penemuan mereka terus disempurnakan hingga akhirnya dapat memancarkan cahaya putih
terang yang tahan lama dan hemat energi. Penemuan LED biru baru berusia 20 tahun, namun
telah memberikan kontribusi untuk menciptakan cahaya putih dengan cara yang baru untuk
kepentingan kita semua, kata panitia Nobel dalam keterangan resminya.

Lampu LED biru mampu menghasilkan tingkat penerangan hingga 300 luminasi per watt.
Tingkat penerangan itu setara dengan cahaya yang dihasilkan oleh 16 lampu pijar dan 70 lampu
neon. Sedangkan daya tahan LED hingga 100.000 jam, lebih lama dibanding lampu pijar yang
hanya 1.000 jam dan lampu neon 10.000 jam.

Sekitar seperempat dari konsumsi listrik dunia digunakan untuk tujuan penerangan, LED
ini bisa berkontribusi untuk menghemat sumber daya bumi, kata panitia Nobel yang
menambahkan, Penemuan mereka revolusioner. Bola lampu pijar menyala di abad 20,
sedangkan abad ke 21 akan diterangi oleh lampu LED,
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

perkembangan perlampuan bermula pada puluhan abad yang lalu dari suatu penemuan
manusia yang membutuhkan penerangan (cahaya buatan) untuk malam hari dengan cara
menggosok-gosokan batu hingga mengeluarkan api, kemudian dari api dikembangkan dengan
membakar benda-benda yang mudah menyala hingga membentuk sekumpulan cahaya. Setelah
itu mereka lampu non-elektrik, lampu yang bisa di nyalakan menggunakan bahan bakar.
Seperti minyak zaitun, minyak kacang, minyak wijen, minyak paus, dan minyak-minyak
lainnya. Bahan bakar tersebut digunakan sampai akhir abad ke 18. Pada tahun 1859,
pengeboran minyak pertoleum mulai sering dilakukan. Alhasil lampu kerosin menjadi popular.
Lampu seperti ini pertama kali digunakan di jerman. Lampu berbahan bakar batu bara dan gas
mulai marak digunakan.

Teknologi berkembang terus dengan ditemukannya lampu listrik oleh Thomas Alpha Edison
pada tanggal 21 Oktober 1879 di laboratorium Edison-Menlo Park, Amerika. Sampai sekarang
ada dua orang yang dianggap paling berjasa dalam penemuan yaitu Thomas Edison dan Joseph
Swan, praktis pada saat bersamaan mereka berhasil membuat lampu yang berbeda. Lampu
yang menggunakan tekanan rendah untuk menjaga agar filamen tidak terbakar, sedangkan yang
dibuat oleh Swam yaitu menggunakan filamen karbon yang berpijar jika dilalui listrik. Bola
lampu tidak sepenuhnya hampatan oksigen didalamnya begitu sedikit sehingga filamen dapat
menjadi sangat panas tanpa menimbulkan lidah api. Energi listrik yang diperlukan lampu pijar
untuk menghasilkan cahaya yang terang lebih besar dibandingkan dengan sumber cahaya
buatan lainnya seperti lampu pendar dan dioda cahaya, maka secara bertahap pada beberapa
negara peredaran lampu pijar mulai dibatasi.

Penemuan brilian Edison ini kemudian di adaptasi oleh seorang insinyur ahli kimia, Georges
Claude. Pada 1902, pria kebangsaan Prancis ini menemukan sinar cahaya melalui lampu neon
untuk keprluan periklanan. Berkat usahanya, selururh dunia mulai mengenal neon (TL/tube
lamp) hingga saat ini.

Selanjutnya lampu Halogen adalah lampu gabungan antara lampu pijar dengan lampu TL.
Fungsi dari halogen dalam lampu adalah untuk membalik reaksi kimia penguapan wolfram dari
filamen. Pada lampu pijar biasa, serbuk wolfram biasanya ditimbun pada bola lampu. Putaran
halogen menjaga bola lampu bersih dan keluaran cahaya tetap konstan hampir seumur hidup.

Isamu Akasaki dan Hiroshi Amano dari Universitas Nagoya, serta Shuji Nakamura dari
Universitas California. menciptakan LED biru dalam sebuah riset terpisah pada awal 1990-an.
Sebelumnya, memang sudah diciptakan lampu LED oleh peneliti lain, namun itu masih
berwarna merah dan hijau. Sedangkan warna biru ini merupakan sebuah inovasi karena
cahayanya bisa digunakan untuk teknologi penerangan yang lebih hemat energi, termasuk
untuk lampu jalan dan bahkan layar pada monitor dan smartphone saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.anneahira.com/sejarah-lampu.htm
https://newsdotcom.wordpress.com/2008/06/19/georges-claude-1870-1960/

https://id.wikipedia.org/wiki/Lampu_halogen

http://biografi-penemu-terkenal-dunia.blogspot.co.id/2016/01/penemu-lampu-led-yang-hemat-
energi.html

Anda mungkin juga menyukai