Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH FISIKA ENERGI

BIOGAS

Oleh

KELOMPOK V

1. FITHRATUL AINI (17034042)


2. RIFKI ALGIFAHRI (17034054)

Dosen Pembimbing : Dr. RAMLI, S.Pd, M.Si

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul biogas ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Fisika Energi. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Biogas bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari , makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Padang , 11 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI.........................................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL.............................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................................iv
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................... 2
BAB II................................................................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 3
2.1 Biogas ....................................................................................................................... 3
2.2 Sejarah Perkembangan Biogas ................................................................................. 4
2.3 Karakteristik Biogas................................................................................................. 5
2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Biogas ................................................ 7
2.5 Reaktor Biogas .......................................................................................................... 9
2.6 Digestifikasi Anaerobik .......................................................................................... 11
2.7 Tahap Pembentukan Biogas .............................................................................. 13
2.8 Contoh Pembuatan Biogas Dari Kotoran Ternak ............................................. 16
2.9 Keterkaitan fisika dalam bioteknologi yaitu biogas ................................................ 17
2.10 Konversi Energi Biogas Untuk Ketenagalistrikan ................................................ 19
BAB III ............................................................................................................................. 21
PENUTUP ........................................................................................................................ 21
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 21
3.2 Saran ................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 22

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi gas dalam biogas ................................................................................. 6


Tabel 2. Komposisi Biogas ................................................................................................. 6
Tabel 3. Rasio C/N beberapa bahan organik....................................................................... 9
Tabel 4. Nilai Kalor Pembakaran Biogas dan Natural Gas ............................................... 18
Tabel 5. Nilai Kesetaraan Biogas dan Energi Lainnya ..................................................... 20

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Reaktor kubah tetap.............................................Error! Bookmark not defined.


Gambar 2. Kubah Apung ......................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 3. Reaktor balon (Sumber : shodikin,2011).............Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. Reaktor bahan fiber glass (Sumber : Shodikin,2011) ........ Error! Bookmark not
defined.
Gambar 5. Proses Digestifikasi Anaerobik ...........................Error! Bookmark not defined.
Gambar 6. Penggunaan biogas untuk berbagai aplikasi........Error! Bookmark not defined.
Gambar 7. Tahapan Proses Pembentukan Biogas .................Error! Bookmark not defined.
Gambar 8.Alur Proses Pembuatan Biogas Dari Kotoran Ternak ........ Error! Bookmark not
defined.
Gambar 9. Alur diagram dari kotoran menjadi listrik ...........Error! Bookmark not defined.

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Energi merupakan komponen penting untuk menunjang aktivitas dan


usaha produktif, dalam menghasilkan barang dan jasa. Sumber energi dapat
berasal dari energi fosil, energi matahari, air, angin atau energi dari sumber daya
hayati (bioenergi). Kelangkaan bahan bakar minyak sudah tidak dapat dipungkiri
lagi. Persediaan minyak bumi di dunia makin lama makin menipis dan harganya
makin melonjak. Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan
sumber energi makin meningkat, terutama dari minyak bumi. (Wahyuni, 2011 :
34).
Dengan kekayaan dan keragaman sumber daya hayati yang ada di
Indonesia, pemanfaatan bioenergi merupakan pilihan yang tepat dalam rangka
penyediaan energi yang terbarukan, murah, dan ramah lingkungan. Salah satu
sumber energy terbarukan yang berasal dari sumber daya alam hayati adalah
biogas. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan
organik oleh mikroorganisme pada kondisi yang relatif kurang oksigen (anaerob).
Biogas dihasilkan dari limbah rumah tangga, kotoran hewan, kotoran
manusia, sampah organik dan sebagainya, yang mengalami proses penguraian
atau fermentasi oleh mikroorganisme. Produk utama dari biogas adalah gas
metana sebagai hasil sampingnya adalah pupuk organik. Biogas memiliki nilai
ekonomis tinggi dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepeluan seperti untuk
memasak.
Biogas yang telah dikenal tersebut diolah dari kotoran ternak dalam
keadaan kedap udara. Secara Ilmiah, biogas yang dihasilkan dari sampah organik
adalah gas yang mudah terbakar. Gas ini dihasilkan dari fermentasi bahan – bahan
organik oleh bakteri anaerob. Umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses
untuk menghasilkan biogas. Tetapi hanya bahan organik baik padat maupun cair

1
yang cocok untuk sistem biogas sederhana. Bila sampah-sampah organik tersebut
membusuk, akan dihasilkan gas metana (CH4) dan Karbondioksida (CO2). Tetapi
hanya CH4 yang dimanfaatkan bahan bakar. Biogas sebagian besar mengandung
gas metana (CH4) dan karbondiokasida (CO2). Energi yang terkandung dalam
biogas tergantung dari konsentrasi metana (CH4). Semakin tinggi kandungan
metana maka semakin besar kandungan energi pada biogas (Sikanna, Rismawaty
dkk, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud biogas ?
2. Apa manfaat dan karakteristik dari biogas tersebut?
3. Apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi pembuatan biogas ?
4. Bagaimana proses pembuatan biogas tersebut ?
5. Apa keterkaitan fisika dengan bioteknologi khususnya biogas?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan pengertian dari biogas.
2. Menjelaskan manfaat dan karakteristik biogas
3. Menjelaskan faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi pembuata biogas
4. Menjelaskan bagaimana proses dan tahapan pembuatan biogas
5. Menjelaskan keterkaitan fisika dengan bioteknologi khususnya biogas

1.4 Manfaat Penulisan

1. Untuk mahasiswa, dapat digunakan sebagai pembelajaran tentang


pembuatan teknologi dan dapat menambah pengetahuan yang lebih luas
tentang limbah sebagai penghasil energi alternatif.
2. Untuk lingkungan, dengan pembuatan biogas, maka dapat mengurangi
pencemaran pada lingkungan.
3. Untuk masyarakat, dapat meringankan beban karena biogas merupakan
alternative bahan bakar yang lebih mudah

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biogas

Biogas merupakan bahan bakar gas yang dihasilkan oleh aktivitas


anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya kotoran
manusia dan hewan, limbah domestik (rumah tangga), atau degradasi anaerobic
bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerobik. Metana dalam biogas, bila
terbakar akan relatif lebih bersih daripada batubara, dan menghasilkan energi yang
lebih besar dengan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit.
Biogas sebagian besar mengandung gas metana (CH4) dan karbon
dioksida (CO2), dan beberapa kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya
hydrogen sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) serta hydrogen dan (H2), nitrogen
yang kandungannya sangat kecil.
Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi metana
(CH4). Semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar kandungan energi
(nilai kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil kandungan metana
semakin kecil nilai kalor. Kualitas biogas dapat ditingkatkan dengan
memperlakukan beberapa parameter yaitu : Menghilangkan hidrogen sulphur,
kandungan air dan karbon dioksida (CO2). Hidrogen sulphur mengandung racun
dan zat yang menyebabkan korosi, bila biogas mengandung senyawa ini maka
akan menyebabkan gas yang berbahaya sehingga konsentrasi yang di ijinkan
maksimal 5 ppm. Bila gas dibakar maka hidrogen sulphur akan lebih berbahaya
karena akan membentuk senyawa baru bersama-sama oksigen, yaitu sulphur
dioksida /sulphur trioksida (SO2 / SO3). senyawa ini lebih beracun.
Pada saat yang sama akan membentuk Sulphur acid (H2SO3) suatu senyawa yang
lebih korosif. Parameter yang kedua adalah menghilangkan kandungan karbon
dioksida yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas, sehingga gas dapat
digunakan untuk bahan bakar kendaraan. Kandungan air dalam biogas akan
menurunkan titik penyalaan biogas serta dapat menimbukan korosif.

3
2.2 Sejarah Perkembangan Biogas

Sejarah awal penemuan biogas pada awalnya muncul di benua Eropa.


Biogas yang merupakan hasil dari proses anaerobik digestion ditemukan seorang
ilmuan bernama Alessandro Volta yang melakukan penelitian terhadap gas yang
dikeluarkan rawa-rawa pada tahun 1770. Willam Henry pada tahun 1806
mengidentifikasikan gas yang dapat terbakar tersebut sebagai metan. Pada
perkembangannya, pada tahun 1875 dipastikan bahwa biogas merupakan produk
dari proses anaerobik digestion. Selanjutnya, tahun 1884 seorang ilmuan lainnya
bernama Pasteour melakukan penelitian tentang biogas menggunakan mediasi
kotoran hewan. Becham (1868), murid Louis Pasteur dan Tappeiner (1882),
memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan metan. Sedangkan dalam
kebudayaan Mesir, China, dan Roma kuno diketahui telah memanfaatkan gas
alam ini untuk dibakar dan digunakan sebagai penghasil panas.
Perkembangan biogas mengalami pasang surut, seperti pada akhir abad ke-
19 tercatat Jerman dan Perancis memanfaatkan limbah pertanian menjadi
beberapa unit pembangkit yang berasal dari biogas. Selama perang dunia II
banyak petani di Inggris dan benua Eropa lainnya yang membuat digester kecil
untuk menghasilkan biogas. Namun, dalam perkembangannya karena harga BBM
semakin murah dan mudah diperoleh, pada tahun 1950-an pemakaian biogas di
Eropa mulai ditinggalkan.
Jika era tahun 1950-an Eropa mulai meninggalkan biogas dan beralih ke
BBM, hal sebaliknya justru terjadi di negara-negara berkembang seperti India dan
Cina yang membutuhkan energi murah dan selalu tersedia. Cina menggunakan
teknologi biogas dengan skala rumah tangga yang telah dimanfaatkan oleh
hamper sepertiga rumah tangga di daerah pinggiran Cina. Perkembangan biogas di
Cina bisa dikatakan mengalami perkembangan yang signifikan, pada tahun 1992
sekitar lima juta rumah tangga menggunakan instalasi biogas sehingga biogas
menjadi bahan bakar utama sebagian penduduk Cina.
Perkembangan yang senada juga terjadi di India, tahun 1981 mulai
dikembangkan instalasi biogas di India.India merupakan negara pelopor dalam

4
penggunaan energi biogas di benua Asia dan pengguna energi biogas ini
dilakukan sejak masih dijajah oleh Inggris. India sudah membuat instalasi biogas
sejak tahun 1900.Negara tersebut mempunyai lembaga khusus yang meneliti
pemanfaatan limbah kotoran ternak yang disebut Agricultural Research Institute
dan Gobar Gas Research Station.
Menginjak abad ke 21 ketika sadar akan kebutuhan energi pengganti
energi fosil, di berbagai negara mulai menggalangkan energi baru terbarukan.
Negara adidaya seperti Amerika Serikat menunjukkan perhatian khususnya bagi
perkembangan biogas. Departemen Energi Amerika Serikat memberikan dana
sebesar US$ 2,5 juta untuk perkembangan biogas di California.
Teknologi biogas mulai diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1970-an.
Pada awalnya teknik pengolahan limbah dengan instalasi biogas dikembangkan di
wilayah pedesaan, tetapi saat ini teknologi ini sudah mulai diterapkan di wilayah
perkotaan. Pada tahun 1981, pengembangan instalasi biogas di Indonesia
dikembangkan melalui Proyek Pengembangan Biogas dengan dukungan dana dari
Food and Agriculture Organization (FAO) dengan dibangun contoh instalasi
biogas di beberapa provinsi. Mulai tahun 2000-an telah dikembangkan reaktor
biogas skala kecil (rumah tangga) dengan konstruksi sederhana yang terbuat dari
plastik secara siap pasang dan dengan harga yang relatif murah .

2.3 Karakteristik Biogas

Biogas didefinisikan sebagai gas yang dilepaskan jika bahan-bahan


organik (seperti kotoran hewan, kotoran manusia, jerami, sekam, dan
sayursayuran) difermentasi atau mengalami proses metanisasi. Biogas terdiri dari
campuran metana (50-75%) CO2 (25-45%), serta sejumlah kecil H2, N2, dan
H2S.

5
Tabel 1. Komposisi gas dalam biogas
No Jenis gas Campuran Kotoran Kotoran Sapi
+ Sisa Pertanian
1 Methana (CH4) 54-70% 65,7%
2 Karbon dioksida (CO2) 27-45% 27,0%
3 Nitrogen (N2) 0,5-3% 2,3%
4 Karbon Monoksida (CO) 0,1% 0,0%
5 Oksigen (O2) 0,1% 1,0%
6 Propen (C3H8) - 0,7%
7 Hidrogen sulfida (H2S) Sedikit sekali Tidak teratur
8 Nilai kalori (Kcal/m3) 4800-6700 6513
Sumber : www.komposisi biogas.2009

Biogas merupakan campuran gas yang dihasilkan oleh bakteri


metanogenik yang terjadi pada material-material yang dapat terurai secara alami
dalam kondisi anaerobik, pada umumnya biogas terdiri atas gas metana (CH4) 50
samapi 70 %, gas karbon dioksida (CO2) 30 sampai 40%, hidrogen (H2) 5 sampai
10%, dan gas-gas lainnya dalam jumlah yang sedikit (Sri Wahyuni, 2009).
Komposisi gas yang terkandung di dalam biogas dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Biogas


Komponen % volume
Metana (CH4) 55-75
Karbon dioksida (CO2) 25-45
Nitrogen (N2) 0-0.3
Hidrogen (H2) 1-5
Hidrogen sulfida (H2S) 0-3
Oksigen (O2) 0.1-0.5

Sumber : www.herman.B,dkk.2007

6
2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Biogas

Aktivitas metabolisme mikroorganisme penghasil metana tergantung pada faktor:

1. Temperatur
Proses pengubahan zat organik polimer menjadi senyawa yang lebih
sederhana didalam reaktor dipengaruhi oleh temperatur. Berdasarkan temperatur
yang biasa pada pengoperasian reaktor, maka bakteri yang terdapat didalam
reaktor dapat dibedakan atas dua golongan, yaitu: Termofilik yang hidup pada
suhu antara 40–60℃., dan Mesofilik yang hidup pada suhu antara 25– 40℃.
Temperatur yang terbaik untuk pertumbuhan mikroba mesofilik adalah 30℃. atau
lebih tinggi sedikit. Bila reaktor anaerobik dioperasikan pada suhu yang lebih
rendah, misalnya 20℃., pertumbuhan mikroba pada kondisi ini

2. Derajat Keasaman
Pada dekomposisi anaerob, faktor pH sangat berperan karena pada rentang pH
yang tidak sesuai, mikroba tidak dapat tumbuh dengan maksimum. Bahkan dapat
menyebabkan kematian yang pada akhirnya dapat menghambat perolehan gas
metana. Bakteri-bakteri anaerob membutuhkan pH optimal antara 6,2 – 7,6, tetapi
pH yang terbaik adalah 6,6 – 7,5. Pada awalnya media mempunyai pH ± 6
selanjutnya naik sampai 7,5. Bila pH lebih kecil atau lebih besar maka akan
mempunyai sifat toksik terhadap bakteri metanogenik. Bila proses anaerob sudsah
berjalan menuju pembentukan biogas, pH berkisar 7-7,8. Pengontrolan pH secara
alamiah dilakukan oleh ion NH4+ dan HCO3-. Ion-ion ini akan menentukan
besarnya pH (Yunus, 2010).

3. Ketersediaan Unsur Hara


Bakteri Anaerobik membutuhkan nutrisi sebagai sumber energi yang
mengandung nitrogen, fosfor, magnesium, sodium, mangan, kalsium dan kobalt
(Space and McCarthy didalam Gunerson and Stuckey, 1986). Level nutrisi harus
sekurangnya lebih dari konsentrasi optimum yang dibutuhkan oleh bakteri
metanogenik, karena apabila terjadi kekurangan nutrisi akan menjadi penghambat

7
bagi pertumbuhan bakteri. Penambahan nutrisi dengan bahan yang sederhana
seperti glukosa, buangan industri, dan sisa sisa tanaman terkadang diberikan
dengan tujuan menambah pertumbuhan di dalam digester. Walaupun demikian
kekurangan nutrisi bukan merupakan masalah bagi mayoritas bahan, karena
biasanya bahan memberikan jumlah nutrisi yang mencukupi (Gunerson and
Stuckey, 1986).

4. Konsentrasi substrat (COD)


Konsentrasi bahan organik sangat berpengaruh terhadap perencanaan
pembuatan dimensi reaktor dan juga bagi kelangsungan proses penguraian zat
organic kompleks menjadi senyawa sederhana. Kelemahan perencanaan reactor
dengan kandungan COD yang rendah adalah kebutuhan volum reaktor yang
cukup besar untuk dapat menampung umpan substrat.

5. Kandungan asam lemak organik (Volatile fatty acid).


Asam lemak organik bisa disebut sebagai volatile fatty acid yang mempunyai
rumus R – COOH, dimana R/ = CH3 (CH2), Asam lemak yang dibentuk dalam
hidrolisa polisakarida umumnya adalah jenis rantai pendek seperti asetat,
propionate dan butirat. Konsentrasi asam lemak yang tinggi akan menyebabkan
turunnya pH reaktor dan akan membuat terbentuknya asam lemak rantai panjang.
Batas konsentrasi asam asetat yang dapat ditoleransi adalah
dibawah 10 mg/L; diatas batas tersebut menyebabkan rusaknya sistem biologi.

6. Senyawa racun dan penghambat.


Senyawa penghambat atau inhibitor pada proses fermentasi anaerob dapat
dibedakan atas 2 jenis yaitu penghambat fisik dan penghambat kimia. Penghambat
fisik adalah temperatur dan penghambat kimia biasa disebut juga dengan racun
diantaranya adalah logam berat, antibiotik dan Volatile Fatty Acid(VFA). Proses
pengolahan yang dilakukan tidak hanya secara anaerobik akan tetapi dilakukan
pula secara aerobik. Proses aerobik menurut Stefan S, 1986, adalah pengolahan
biologi yang memanfaatkan mikroorganisme dalam mendegradasi bahan organik
dalam kondisi memberikan oksigen dengan cara aerasi.

8
7. Rasio perbandingan Karbon dan Nitrogen.
Rasio C/N adalah besaran yang menyatakan perbandingan jumlah atom
karbon dibagi dengan atom nitrogen. Di dalam reaktor terdapat populasi mikroba
yang memerlukan karbon dan nitrogen. Apabila nitrogen tidak tersedia dengan
cukup, maka mikroba tidak dapat memproduksi enzim yang berguna untuk
mencerna karbon. Apabila nitrogen terlalu banyak maka pertumbuhan mikroba
akan terganggu, hal ini khususnya terjadi apabila kandungan ammonia didalam
substrat terlalu tinggi. Kebutuhan atom atom karbon selama respirasi
pembentukan untuk setiap 1 atom nitrogen adalah sebanyak 30 atom karbon. Oleh
karena itu nilai C/N yang baik adalah sekitar 30.
Tabel 3. Rasio C/N beberapa bahan organik
Bahan Organik Rasio C/N
Kotoran ayam 10
Kotoran kambing 12
Kotoran babi 2
Kotoran sapi 24
Kotoran manusia 6- 10
Kotoran kerbau 18
Kotoran kuda 25
Kotoran buah- buahan dan sayuran ( organik). 25
Sumber : Agung Sulistyo,2010

2.5 Reaktor Biogas

Reaktor merupakan komponen utama dalam produksi biogas. Digester


merupakan tempat dimana bahan organik diurai oleh bakteri secara anaerob (tanpa
udara) menjadi gas CH4 dan CO2. Digester harus dirancang sedemikian rupa
sehingga proses fermentasi anaerob dapat berjalan dengan baik.

Jenis-jenis Digester Biogas :


1. Reaktor kubah tetap (Fixed Dome)
Digester jenis ini mempunyai Volum tetap. Seiring dengan dihasilkannya
biogas, terjadi peningkatan tekanan dalam digester. Karena itu, dalam
konstruksinya digester jenis kubah tetap, gas yang terbentuk akan segera dialirkan

9
ke pengumpul gas di luar reaktor. Indikator produksi gas dapat dilakukan dengan
memasang indikator tekanan. Skema digester kubah dapat dilihat pada Gambar .

Gambar 1. Reaktor kubah tetap


Sumber : http://andrew.getux.com/2008

2. Floating Dome (Kubah Apung)


Pada digester tipe ini terdapat bagian yang reaktor yang dapat bergerak
seiring dengan kenaikan tekanan reaktor. Pergerakan bagian kubah dapat
dijadikan indikasi bahwa produksi biogas sudah mulai atau sudah terjadi. Bagian
yang bergerak juga berfungsi sebagai pengumpul biogas. Dengan model ini,
kelemahan tekanan gas yang berfluktuasi pada reaktor biodigester jenis kubah
tetap dapat diatasi sehingga tekanan gas menjadi konstan.

Gambar 2. Kubah Apung


3. Reaktor balon
Reaktor balon merupakan jenis reaktor yang banyak digunakan pada skala
rumah tangga yang mengguankan bahan plastik sehingga lebih efisiensi dalam
penanganan dan perubahan tempat biogas. Reaktor ini terdiri dari suatu bagian
yang berfungsi sebagai digester dan penyimpanan gas masing-masing bercampur

10
dalam suatu rangan tanpa sekat. Material organik terletak dibagian bawah karena
memiliki berat yang lebih besar dibandingkan gas yang akan mengisi pada rongga
atas.

Gambar 3. Reaktor balon (Sumber : shodikin,2011)

4. Reaktor Dari Bahan Fiber Glass


Reaktor bahan fiberglass merupakan jenis reaktor yang banyak digunakan
pada skala rumah tangga yang menggunakan bahan fiberglass sehingga lebih
efisien dalam penanganan dan perubahan tempat biogas.

Gambar 4. Reaktor bahan fiber glass (Sumber : Shodikin,2011)

2.6 Digestifikasi Anaerobik

Digestifikasi anaerobik adalah proses pembusukan bahan organik oleh


bakteri anaerobik pada kondisi tanpa udara, yang menghasilkan biogas dan pupuk
cair. Ada dua jenis digestifikasi anaerobik, yaitu alamiah dan buatan, seperti
terlihat pada Gambar 1.

11
Bahan
Organik

Bakteri
Anaerobik

Alamiah Buatan

Daerah Air Dalam Usus Digester


( Rawa) Binatang

9
Biogas Humas Biogas Tinja Biogas Pupuk cair

Gambar 5. Proses Digestifikasi Anaerobik

Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih dari pada
batubara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida
yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam
manajemen limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih
berbahaya dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida.
Karbon dalam biogas merupakan karbon yang diambil dari atmosfer oleh
fotosintesis tanaman, sehingga bila dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan
menambah jumlah karbon diatmosfer bila dibandingkan dengan pembakaran
bahan bakar fosil (Anonim,2008).

Biogas digunakan dalam berbagai keperluan seperti memasak, penerangan,


pompa air, boiler dan sebagainya. Penggunaan gas metana untuk berbagai aplikasi
dapat dilihat pada Gambar 2.

12
Gambar 6. Penggunaan biogas untuk berbagai aplikasi
Sumber (Kosaric dan Velikonja, 1995)

Pemanfaatan biogas mempunyai beberapa keunggulan jika dibandingkan


dengan BBM (bahan bakar minyak) yang berasal dari fosil diantaranya biogas
mempunyai sifat yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui. Bahan bakar
fosil yang pembakarannya kurang sempurna menghasilkan CO2 yang merupakan
salah satu gas penyebab pemanasan global. Sampah organik yang dibiarkan
menumpuk dalam alam terbuka dapat menghasilkan gas metana (CH4) sebagai
akibat proses pembusukan sampah yang bereaksi dengan oksigen (O2), gas metan
mempunyai sifat polutan 21 kali dari sifat polutan CO2, sehingga dengan
dimanfaatkanya sampah sebagai bahan baku biogas dapat menekan jumlah gas
metan yang langsung dilepaskan keudara karena gas metan sebagai salah satu
komponen utama biogas digunakan dalam proses pembangkitan tenaga listrik dan
bahan bakar.

2.7 Tahap Pembentukan Biogas

Kotoran sapi adalah limbah dari usaha peternakan sapi yang bersifat padat
dan dalam proses pembuangannya sering bercampur dengan urin dan gas, seperti
metana dan amoniak. Kandungan unsur hara dalam kotoran sapi bervariasi
tergantung pada keadaan tingkat produksinya, jenis, jumlah konsumsi pakan, serta
individu ternak sendiri (Abdulgani, 1988). Kandungan unsur hara dalam kotoran
sapi, terdiri atas N2 (0,29%), P2O5 (0,17%), dan K2O (0,35%) (Hardjowigeno,
2003). Kotoran sapi yang tinggi kandungan hara dan energinya berpotensi untuk
dijadikan bahan baku penghasil biogas (Sucipto, 2009).

13
Proses pembentukan biogas dilakukan secara anaerob, bakteri merombak
bahan organik yang terdapat pada kotoran sapi yang telah dijelaskan diatas
menjadi biogas dan pupuk organik, proses pelapukan bahan organik ini dilakukan
oleh mikroorganisme dalam proses fermentasi anaerob. Proses pembentukan
biogas ini memerlukan instalasi khusus yang disebut dengan digester atau
bioreaktor anaerobik. Barnett et al menyatakan bahwa terdapat tiga keuntungan
dari instalasi penghasil biogas yaitu:
1. Penggunaan bahan bakar yang lebih efisien
2. Menambah nilai pupuk
3. Menyehatkan lingkungan

Proses perombakan bahan organik pada kotoran sapi secara anaerob yang
terjadi di dalam digester terdiri dari 4 tahap proses yaitu hidrolisis, fermentasi
(asidogenesis), asetogenesis, dan metanogenesis. Pembentukan Biogas melalui
tiga tahap proses yaitu:

1. Reaksi Hidrolisa / Tahap pelarutan


Pada tahap hidrolisis terjadi pemecahan enzimatis dari bahan yang tidak
mudah larut seperti lemak, polisakarida, protein, asam nukleat dan lain- lain
menjadi bahan yang mudah larut. Pada tahap ini bahan yang tidak mudah larut
seperti selulosa, polisakarida dan lemak diubah menjadi bahan yang larut dalam
air seperti karbohidrat dan asam lemak. Tahap pelarutan berlangsung pada suhu
25℃ di digester (Price dan Cheremisinoff, 1981).
Reaksi:
(C6H10O5)n (s) + n H2O(l) → n C6H12O6
Selulosa air glukosa
(C6H10O6)x + xH2O → (C6H12O6)
Karbohidrat air glukosa

2. Reaksi Asidogenik / Tahap pengasaman


Pada tahap ini Bakteri menghasilkan asam merupakan bakteri anaerobic
yang dapat tumbuh dan berkembang pada keadaan asam. Pembentukan asam
dalam kondisi anaerob sangat penting untuk membentuk gas metan oleh

14
mikroorganisme pada proses selanjutnya. Pada suasana anaerobik produk yang
dihasilkan ini akan menjadi substrat pada pembentukan gas metan oleh bakteri
metanogenik. Tahap ini berlangsung pada suhu 25℃ hingga 30℃ di digester
(Price dan Cheremisinoff, 1981).

Adapun reaksi asidogenik senyawa glukosa adalah sebagai berikut :


-n(C6H12O6) → 2n (C2H5OH) + 2n CO2(g) + kalor
Glukosa etanol karbondioksida
2n(C2H5OH)(ag) + n CO2(g) → 2n (CH3COOH)(aq) + nCH4(g)
etanol karbondioksida asam asetat metana

3. Reaksi Metanogenik / Tahap Pembentukan Gas Metana


Pada tahap ini, bakteri metanogenik membentuk gas metana secara
perlahan anaerob. Bakteri penghasil asam dan gas metan bekerja secara simbiosis.
Bakteri penghasil asam membentuk keadaan atmosfir yang ideal untuk bakteri
penghasil metan, sedangkan bakteri pembentuk gas metan menggunakan asam
yang dihasilkan bakteri penghasil asam. Proses ini berlangsung selama 14 hari
dengan suhu 25℃ hingga 35℃ di dalam digester. Pada proses ini akan dihasilkan
70% CH4, 30 % CO2, sedikit H2 dan H2S (Price dan Cheremisinoff, 1981).

Secara umum akan ditunjukan pada reaksi berikut :


2n (CH3COOH) → 2n CH4(g) + 2n CO2(g)
asam asetat gas metana gas karbondioksida

Gambar 7. Tahapan Proses Pembentukan Biogas

15
2.8 Contoh Pembuatan Biogas Dari Kotoran Ternak

Cara pemnbuatannya
Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas selain menghasilkan gas metan
untuk memasak juga mengurangi pencemaran lingkungan, menghsilkan pupuk
organic padat dan pupuk organic cair dan yang lebih penting adalah mengurangi
ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa
diperebarui.

Berikut adalah langkah-langkahnya :


1. Mencampurkan kotoran ternak siram air sampai terbentuk lumpuran
dengan perbandingan 1 : 1 pada bak penampung sementara. Bentuk
lumpur akan mempermudah pemasukan ked ala digester.
2. Mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan. Pada
pengisian pertama kran gas yang ada diatas digester dibuka agar
pemasukan lebih muda dan udara yang ada di dalam digester terdesak
keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpuran kotoran sapi
dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh
3. Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter
dan isi rumen segar dari rumah potong hewan ( RPH) sebanyak 5 karung
untuk kapasitas digester 3,5 – 5,0 𝑚2 . Setelah digester penuh, kran gas
ditutup supaya terjadi proses fermentasi.
4. Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke- 1sapai ke- 8 karena
yang terbentuk gas 𝑐𝑜2 . Sedangkan pada hari ke -10 sampai hari ke -14
baru terbentuk gas metana (𝐶𝐻4 ) dan 𝑐𝑜2 mulai menurun. Pada komposisi
𝐶𝐻4 54 % dan 𝑐𝑜2 27% maka biogas akan menyala.
5. Pada hari ke- 14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan
api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita
sudah bisa menghasilkan energi biogas. Biogas ini tidakberbau seperti
kotoran sapi,. Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran ternak
secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal.

16
Gambar 8.Alur Proses Pembuatan Biogas Dari Kotoran Ternak
(Sumber : BPLH Majalengka, 2010)

2.9 Keterkaitan fisika dalam bioteknologi yaitu biogas

1. Nilai Kalor Pembakaran Biogas


Panas pembakaran dari suatu bahan bakar adalah panas yang dihasilkan
dari pembakaran sempurna bahan bakar pada volume konstan dalam kalorimeter
dan dinyatakan dalam kal/kg atau Btu/lb. Panas pembakaran dari bahan bakar bisa
dinyatakan dalam High Heating Value (HHV) dan Lower Heating Value (LHV).
High Heating Value merupakan panas pembakaran dari bahan bakar yang di
dalamnya masih termasuk latent heat dari uap air hasil pembakaran. Low Heating
Value merupakan panas pembakaran dari bahan bakar setelah dikurangi latent
heat dari uap air hasil pembakaran Nilai kalor pembakaran yang terdapat pada
biogas berupa High Heating Value (HHV) dan Lower Heating Value (LHV)
pembakarannya dapat diperoleh dari Tabel 6 berikut (Price dan Cheremisinoff,
1981)

17
Tabel 4. Nilai Kalor Pembakaran Biogas dan Natural Gas
Komponen High Heating Value Low Heating Value
| (Kkal/m3) (Kkal/kg) (Kkal/m3) (Kkal/kg)
Hidrogen (H2) 2842,21 33903,61 2402,62 28661,13
Karbon 2811,95 2414,31 2811,95 2414,31
Monoksida (CO)
Gas Metan (CH4) 8851,43 13265,91 7973,13 11953,76
Natural Gas 9165,55 12943,70 8320,18 11749,33
Sumber : Price dan Cheremisinoff, 1981

Pada biogas dengan kisaran normal yaitu 60-70% metana dan 30-40%
karbondioksida, nilai kalori antara 20 – 26 J/cm3. Nilai kalori bersih dapat
dihitung dari persentase metana seperti berikut (Meynel, 1976) :
𝑄 = 𝑘 × 𝑚
Dimana :
Q = Nilai kalor bersih ( joule/cm3 )
k = Konstanta ( 0,33 )
m = Persentase metana ( % )

2. Tinjauan dari ilmu fisika


Tekanan yang terjadi pada biogas terdapat dalam biodigester. Tekanan adalah
gaya normal yang diberikan pada suatu permukaan persatuan luas.
𝐹
𝑝= (1)
𝐴
Dimana :
F: gaya yang bekerja (N)
A : luas permukaan (𝑚2 )
Karena gaya yang bekerja pada biodigester berupa fluida cair maka dari
persaman (1) bisa didekati dengan
𝐹 𝑚𝑔
𝑝= =
𝐴 𝐴
𝑚
Dimana : 𝜌 = dan 𝑚 = 𝜌𝑣
𝑣

18
𝑉𝜌𝑔
𝑃= karena 𝑉 = ℎ 𝐴
𝐴

persamaan menjadi :
𝑃ℎ = 𝜌𝑔ℎ
Dimana :
𝜌 = massa jenis fluida (𝑘𝑔/𝑚2 )
g = percepatan gravitasi (𝑚/𝑠 2 )
h = kedalaman (m)
𝜌ℎ = tekanan hifdrostatis ( Pa) atau (𝑁𝑚2 )

Manometer digunakan untuk mengukur beda antara intensita tekanan suatu


titik dan tekanan atmosfer.

Sehingga dapat diuraikan persamaan tekanan terjadi , sebagai berikut


𝑃 + 𝜌𝑔𝑎𝑠 𝑏𝑖𝑜 𝑔𝑋𝑖+ 𝜌𝑔𝑋= 𝑃𝑎 + 𝜌𝑔𝐻

2.10 Konversi Energi Biogas Untuk Ketenagalistrikan

Biogas selain dapat digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan
sebagai sumber energi alternatif untuk penggerak generator pembangkit tenaga
listrik serta menghasilkan energi panas. Pembakaran 1 ft3 (setara dengan 0.028
m3) biogas menghasilkan energi panas sebesar 10 Btu (2.25 kcal) yang setara
dengan 6 kWh/m3 energi listrik atau 0.61 L bensin, 0.58 L minyak tanah, 0.55 L
diesel, 0.45 L LPG (natural gas), 1.5 kg kayu bakar, dan 0.79 L bioetanol.
Konversi energi biogas untuk pembangkit tenaga listrik dapat dilakukan dengan
menggunakan gas turbine, microturbines, dan Otto Cycle Engine. Pemilihan
teknologi ini sangat dipengaruhi oleh potensi biogas yang ada, seperti konsentrasi
gas metan maupun tekanan biogas, kebutuhan beban, dan ketersediaan dana.

19
Gambar 9. Alur diagram dari kotoran menjadi listrik

Pembangkitan tenaga listrik sebagian besar dilakukan dengan cara


memutar generator sehingga dihasilkanenergi listrik. Energi mekanik yang
diperlukan untuk menggerakan generator di dapatkan dari mesin penggerak atau
yang sering di gunakan yaitu : mesin diesel, turbin uap, turbin air, dan turbin gas.
Jadi sesungguhnya mesin penggerak melakukan penggerakan energi
primer menjadi energi mekanik, penggerak energi mekanik akan di kopel ke
generator untuk menghasilkan energi listrik. Biogas dapat digunakan sebagai
bahan bakar dan sebagai sumber energi alternatif untuk penggerak generator
pembangkit tenaga listrik, biogas menghasilkan energi panas pada pembakaran
dengan kesetaraan 1 kaki kubik (0,028 meter3) biogas menghasilkan energi panas
sebesar 10 Btu (2,25 kkal).
Tabel 5. Nilai Kesetaraan Biogas dan Energi Lainnya
Aplikasi 1 m3 Biogas setara dengan

1 m3 Elpii 0,46
Minyak Tanah 0,62 Liter
Minyak Solar 0,52 Liter
Bensin 0,8 Liter
Kayu Bakar 3,50 Kg
Listrik 4,7 Kwh
Sumber : Suyitno, 2012

Konversi energi biogas untuk pembangkit tenaga listrik dapat dilakukan


dengan menggunakan generator yang di modifikasi. Pemilihan teknologi ini
sangat dipengaruhi potensi biogas yang ada seperti konsentrasi gas metan maupun
tekanan biogas.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Biogas menjadi sumber energi alternatif berupa bahan bakar yang diperbarui.
Biogas sebagian besar mengandung gas metana (CH4) dan karbon dioksida
(CO2), dan beberapa kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya hydrogen
sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) serta hydrogen dan (H2), nitrogen yang
kandungannya sangat kecil.
Biogas dihasilkan dari limbah rumah tangga, kotoran hewan, kotoran
manusia, sampah organik dan sebagainya, yang mengalami proses penguraian
atau fermentasi oleh mikroorganisme. Produk utama dari biogas adalah gas
metana sebagai hasil sampingnya adalah pupuk organik. Biogas memiliki nilai
ekonomis tinggi dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepeluan.

3.2 Saran

Kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca. Kami akan menerima
kritik dan saran tersebut sebagai bahan pertimbangan dan akan memperbaiki
makalah ini di kemudian hari. Semoga makalah berikutnya dapat kami selesaikan
dengan lebih baik lagi

21
DAFTAR PUSTAKA

Adi rahmat, 1994, Bioteknologi Bahan Bakar (Biotenologi Energi), Jurusan


Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Bandung.

Elan Suherlan, 1994, Bioteknologi Bahan Pangan, Jurusan Pendidikan Biologi


FPMIPA IKIP Bandung.

Harayti, T. Biogas: Limbah Peternakan yang Menjadi Sumber Energi Alternatif:


Wartazoa vol 16 no 03, 2006.

Hermawan, Beni dkk. 2007. Pemanfaatan Sampah Organik sebagai Sumber


Biogas . Bandar Lampung : Universitas Lampung.

Sahidu, S. 1983. Kotoran Ternak Sebagai Sumber Biogas. Dewaruci, Jakarta

Wahyuni, Sri. 2008. Biogas. Jakarta: Penebar Swadaya.

22

Anda mungkin juga menyukai