BIOGAS
Oleh
KELOMPOK V
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul biogas ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Fisika Energi. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Biogas bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari , makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang cocok untuk sistem biogas sederhana. Bila sampah-sampah organik tersebut
membusuk, akan dihasilkan gas metana (CH4) dan Karbondioksida (CO2). Tetapi
hanya CH4 yang dimanfaatkan bahan bakar. Biogas sebagian besar mengandung
gas metana (CH4) dan karbondiokasida (CO2). Energi yang terkandung dalam
biogas tergantung dari konsentrasi metana (CH4). Semakin tinggi kandungan
metana maka semakin besar kandungan energi pada biogas (Sikanna, Rismawaty
dkk, 2013).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biogas
3
2.2 Sejarah Perkembangan Biogas
4
penggunaan energi biogas di benua Asia dan pengguna energi biogas ini
dilakukan sejak masih dijajah oleh Inggris. India sudah membuat instalasi biogas
sejak tahun 1900.Negara tersebut mempunyai lembaga khusus yang meneliti
pemanfaatan limbah kotoran ternak yang disebut Agricultural Research Institute
dan Gobar Gas Research Station.
Menginjak abad ke 21 ketika sadar akan kebutuhan energi pengganti
energi fosil, di berbagai negara mulai menggalangkan energi baru terbarukan.
Negara adidaya seperti Amerika Serikat menunjukkan perhatian khususnya bagi
perkembangan biogas. Departemen Energi Amerika Serikat memberikan dana
sebesar US$ 2,5 juta untuk perkembangan biogas di California.
Teknologi biogas mulai diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1970-an.
Pada awalnya teknik pengolahan limbah dengan instalasi biogas dikembangkan di
wilayah pedesaan, tetapi saat ini teknologi ini sudah mulai diterapkan di wilayah
perkotaan. Pada tahun 1981, pengembangan instalasi biogas di Indonesia
dikembangkan melalui Proyek Pengembangan Biogas dengan dukungan dana dari
Food and Agriculture Organization (FAO) dengan dibangun contoh instalasi
biogas di beberapa provinsi. Mulai tahun 2000-an telah dikembangkan reaktor
biogas skala kecil (rumah tangga) dengan konstruksi sederhana yang terbuat dari
plastik secara siap pasang dan dengan harga yang relatif murah .
5
Tabel 1. Komposisi gas dalam biogas
No Jenis gas Campuran Kotoran Kotoran Sapi
+ Sisa Pertanian
1 Methana (CH4) 54-70% 65,7%
2 Karbon dioksida (CO2) 27-45% 27,0%
3 Nitrogen (N2) 0,5-3% 2,3%
4 Karbon Monoksida (CO) 0,1% 0,0%
5 Oksigen (O2) 0,1% 1,0%
6 Propen (C3H8) - 0,7%
7 Hidrogen sulfida (H2S) Sedikit sekali Tidak teratur
8 Nilai kalori (Kcal/m3) 4800-6700 6513
Sumber : www.komposisi biogas.2009
Sumber : www.herman.B,dkk.2007
6
2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Biogas
1. Temperatur
Proses pengubahan zat organik polimer menjadi senyawa yang lebih
sederhana didalam reaktor dipengaruhi oleh temperatur. Berdasarkan temperatur
yang biasa pada pengoperasian reaktor, maka bakteri yang terdapat didalam
reaktor dapat dibedakan atas dua golongan, yaitu: Termofilik yang hidup pada
suhu antara 40–60℃., dan Mesofilik yang hidup pada suhu antara 25– 40℃.
Temperatur yang terbaik untuk pertumbuhan mikroba mesofilik adalah 30℃. atau
lebih tinggi sedikit. Bila reaktor anaerobik dioperasikan pada suhu yang lebih
rendah, misalnya 20℃., pertumbuhan mikroba pada kondisi ini
2. Derajat Keasaman
Pada dekomposisi anaerob, faktor pH sangat berperan karena pada rentang pH
yang tidak sesuai, mikroba tidak dapat tumbuh dengan maksimum. Bahkan dapat
menyebabkan kematian yang pada akhirnya dapat menghambat perolehan gas
metana. Bakteri-bakteri anaerob membutuhkan pH optimal antara 6,2 – 7,6, tetapi
pH yang terbaik adalah 6,6 – 7,5. Pada awalnya media mempunyai pH ± 6
selanjutnya naik sampai 7,5. Bila pH lebih kecil atau lebih besar maka akan
mempunyai sifat toksik terhadap bakteri metanogenik. Bila proses anaerob sudsah
berjalan menuju pembentukan biogas, pH berkisar 7-7,8. Pengontrolan pH secara
alamiah dilakukan oleh ion NH4+ dan HCO3-. Ion-ion ini akan menentukan
besarnya pH (Yunus, 2010).
7
bagi pertumbuhan bakteri. Penambahan nutrisi dengan bahan yang sederhana
seperti glukosa, buangan industri, dan sisa sisa tanaman terkadang diberikan
dengan tujuan menambah pertumbuhan di dalam digester. Walaupun demikian
kekurangan nutrisi bukan merupakan masalah bagi mayoritas bahan, karena
biasanya bahan memberikan jumlah nutrisi yang mencukupi (Gunerson and
Stuckey, 1986).
8
7. Rasio perbandingan Karbon dan Nitrogen.
Rasio C/N adalah besaran yang menyatakan perbandingan jumlah atom
karbon dibagi dengan atom nitrogen. Di dalam reaktor terdapat populasi mikroba
yang memerlukan karbon dan nitrogen. Apabila nitrogen tidak tersedia dengan
cukup, maka mikroba tidak dapat memproduksi enzim yang berguna untuk
mencerna karbon. Apabila nitrogen terlalu banyak maka pertumbuhan mikroba
akan terganggu, hal ini khususnya terjadi apabila kandungan ammonia didalam
substrat terlalu tinggi. Kebutuhan atom atom karbon selama respirasi
pembentukan untuk setiap 1 atom nitrogen adalah sebanyak 30 atom karbon. Oleh
karena itu nilai C/N yang baik adalah sekitar 30.
Tabel 3. Rasio C/N beberapa bahan organik
Bahan Organik Rasio C/N
Kotoran ayam 10
Kotoran kambing 12
Kotoran babi 2
Kotoran sapi 24
Kotoran manusia 6- 10
Kotoran kerbau 18
Kotoran kuda 25
Kotoran buah- buahan dan sayuran ( organik). 25
Sumber : Agung Sulistyo,2010
9
ke pengumpul gas di luar reaktor. Indikator produksi gas dapat dilakukan dengan
memasang indikator tekanan. Skema digester kubah dapat dilihat pada Gambar .
10
dalam suatu rangan tanpa sekat. Material organik terletak dibagian bawah karena
memiliki berat yang lebih besar dibandingkan gas yang akan mengisi pada rongga
atas.
11
Bahan
Organik
Bakteri
Anaerobik
Alamiah Buatan
9
Biogas Humas Biogas Tinja Biogas Pupuk cair
Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih dari pada
batubara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida
yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam
manajemen limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih
berbahaya dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida.
Karbon dalam biogas merupakan karbon yang diambil dari atmosfer oleh
fotosintesis tanaman, sehingga bila dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan
menambah jumlah karbon diatmosfer bila dibandingkan dengan pembakaran
bahan bakar fosil (Anonim,2008).
12
Gambar 6. Penggunaan biogas untuk berbagai aplikasi
Sumber (Kosaric dan Velikonja, 1995)
Kotoran sapi adalah limbah dari usaha peternakan sapi yang bersifat padat
dan dalam proses pembuangannya sering bercampur dengan urin dan gas, seperti
metana dan amoniak. Kandungan unsur hara dalam kotoran sapi bervariasi
tergantung pada keadaan tingkat produksinya, jenis, jumlah konsumsi pakan, serta
individu ternak sendiri (Abdulgani, 1988). Kandungan unsur hara dalam kotoran
sapi, terdiri atas N2 (0,29%), P2O5 (0,17%), dan K2O (0,35%) (Hardjowigeno,
2003). Kotoran sapi yang tinggi kandungan hara dan energinya berpotensi untuk
dijadikan bahan baku penghasil biogas (Sucipto, 2009).
13
Proses pembentukan biogas dilakukan secara anaerob, bakteri merombak
bahan organik yang terdapat pada kotoran sapi yang telah dijelaskan diatas
menjadi biogas dan pupuk organik, proses pelapukan bahan organik ini dilakukan
oleh mikroorganisme dalam proses fermentasi anaerob. Proses pembentukan
biogas ini memerlukan instalasi khusus yang disebut dengan digester atau
bioreaktor anaerobik. Barnett et al menyatakan bahwa terdapat tiga keuntungan
dari instalasi penghasil biogas yaitu:
1. Penggunaan bahan bakar yang lebih efisien
2. Menambah nilai pupuk
3. Menyehatkan lingkungan
Proses perombakan bahan organik pada kotoran sapi secara anaerob yang
terjadi di dalam digester terdiri dari 4 tahap proses yaitu hidrolisis, fermentasi
(asidogenesis), asetogenesis, dan metanogenesis. Pembentukan Biogas melalui
tiga tahap proses yaitu:
14
mikroorganisme pada proses selanjutnya. Pada suasana anaerobik produk yang
dihasilkan ini akan menjadi substrat pada pembentukan gas metan oleh bakteri
metanogenik. Tahap ini berlangsung pada suhu 25℃ hingga 30℃ di digester
(Price dan Cheremisinoff, 1981).
15
2.8 Contoh Pembuatan Biogas Dari Kotoran Ternak
Cara pemnbuatannya
Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas selain menghasilkan gas metan
untuk memasak juga mengurangi pencemaran lingkungan, menghsilkan pupuk
organic padat dan pupuk organic cair dan yang lebih penting adalah mengurangi
ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa
diperebarui.
16
Gambar 8.Alur Proses Pembuatan Biogas Dari Kotoran Ternak
(Sumber : BPLH Majalengka, 2010)
17
Tabel 4. Nilai Kalor Pembakaran Biogas dan Natural Gas
Komponen High Heating Value Low Heating Value
| (Kkal/m3) (Kkal/kg) (Kkal/m3) (Kkal/kg)
Hidrogen (H2) 2842,21 33903,61 2402,62 28661,13
Karbon 2811,95 2414,31 2811,95 2414,31
Monoksida (CO)
Gas Metan (CH4) 8851,43 13265,91 7973,13 11953,76
Natural Gas 9165,55 12943,70 8320,18 11749,33
Sumber : Price dan Cheremisinoff, 1981
Pada biogas dengan kisaran normal yaitu 60-70% metana dan 30-40%
karbondioksida, nilai kalori antara 20 – 26 J/cm3. Nilai kalori bersih dapat
dihitung dari persentase metana seperti berikut (Meynel, 1976) :
𝑄 = 𝑘 × 𝑚
Dimana :
Q = Nilai kalor bersih ( joule/cm3 )
k = Konstanta ( 0,33 )
m = Persentase metana ( % )
18
𝑉𝜌𝑔
𝑃= karena 𝑉 = ℎ 𝐴
𝐴
persamaan menjadi :
𝑃ℎ = 𝜌𝑔ℎ
Dimana :
𝜌 = massa jenis fluida (𝑘𝑔/𝑚2 )
g = percepatan gravitasi (𝑚/𝑠 2 )
h = kedalaman (m)
𝜌ℎ = tekanan hifdrostatis ( Pa) atau (𝑁𝑚2 )
Biogas selain dapat digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan
sebagai sumber energi alternatif untuk penggerak generator pembangkit tenaga
listrik serta menghasilkan energi panas. Pembakaran 1 ft3 (setara dengan 0.028
m3) biogas menghasilkan energi panas sebesar 10 Btu (2.25 kcal) yang setara
dengan 6 kWh/m3 energi listrik atau 0.61 L bensin, 0.58 L minyak tanah, 0.55 L
diesel, 0.45 L LPG (natural gas), 1.5 kg kayu bakar, dan 0.79 L bioetanol.
Konversi energi biogas untuk pembangkit tenaga listrik dapat dilakukan dengan
menggunakan gas turbine, microturbines, dan Otto Cycle Engine. Pemilihan
teknologi ini sangat dipengaruhi oleh potensi biogas yang ada, seperti konsentrasi
gas metan maupun tekanan biogas, kebutuhan beban, dan ketersediaan dana.
19
Gambar 9. Alur diagram dari kotoran menjadi listrik
1 m3 Elpii 0,46
Minyak Tanah 0,62 Liter
Minyak Solar 0,52 Liter
Bensin 0,8 Liter
Kayu Bakar 3,50 Kg
Listrik 4,7 Kwh
Sumber : Suyitno, 2012
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Biogas menjadi sumber energi alternatif berupa bahan bakar yang diperbarui.
Biogas sebagian besar mengandung gas metana (CH4) dan karbon dioksida
(CO2), dan beberapa kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya hydrogen
sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) serta hydrogen dan (H2), nitrogen yang
kandungannya sangat kecil.
Biogas dihasilkan dari limbah rumah tangga, kotoran hewan, kotoran
manusia, sampah organik dan sebagainya, yang mengalami proses penguraian
atau fermentasi oleh mikroorganisme. Produk utama dari biogas adalah gas
metana sebagai hasil sampingnya adalah pupuk organik. Biogas memiliki nilai
ekonomis tinggi dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepeluan.
3.2 Saran
Kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca. Kami akan menerima
kritik dan saran tersebut sebagai bahan pertimbangan dan akan memperbaiki
makalah ini di kemudian hari. Semoga makalah berikutnya dapat kami selesaikan
dengan lebih baik lagi
21
DAFTAR PUSTAKA
22