Anda di halaman 1dari 12

PENERAPAN KENYAMANAN THERMAL RUANGAN PADA

DESAIN VENTILASI
(Studi Kasus Kosan Orange Camp di Desa Bojongsoang Kabupaten Bandung)
Petrus Adinata, petrusadinatta@student.telkomuniversity.ac.id
Universitas Telkom

ABSTRAK

Penelitian ini menjelaskan penerapan kenyamanan termal sebagai upaya meminimalkan penggunaan energi pada
desain kosan untuk mahasiswa. Metode penilitian yang dipakai adalah metode penelitian kuantitatif
eksperimental. Analisis dilakukan pada kegiatan penghuni kosan, analisis iklim pada tapak bangunan serta
simulasi pada bangunan. Dari hasil analisa tersebut nantinya akan diperoleh bentuk ventilasi yang dapat
memenuhi kenyamanan termal penghuni kosan. Disimpulkan untuk mengurangi energi, demi mencapai
kenyamanan termal penyelesaian tidak harus menggunakan AC atau kipas angin tetapi dapat diselesaikan pada
desain ventilasi.

Kata kunci : kenyamanan termal, energi, kosan, ventilasi, termal

ABSTRACT

This research describes the application of thermal comfort as an effort to minimize energy use in boarding
designs for students. The research method used is an experimental quantitative research method. Analysis was
carried out on boarding house activities, climate analysis on building sites and simulations on buildings. From
the results of the analysis, it will be obtained a form of ventilation that can meet the thermal comfort of
boarding houses. It was concluded to reduce energy, in order to achieve thermal comfort, the completion did
not have to use AC or fan but could be completed in the ventilation design.

Keywords : thermal comfort, energy, boarding house, ventilation, thermal

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kabupaten Bandung terletak di Cekungan Bandung dengan ciri khas dataran tinggi
luas di bagian tengah yang dikelilingi pegunungan di sebelah barat, selatan, utara dan
timurnya. Sungai Citarum yang berhulu di Gunung Wayang mengalir di kawasan ini
sebelum masuk ke waduk Saguling. Sebagian besar kota-kota Kecamatan padat penduduk
di Kabupaten ini seperti Majalaya, Soreang, Banjaran, Rancaekek, Dayeuhkolot,
Margahayu, Cileunyi, Baleendah, Bojongsoang dan lain-lain terletak di dataran ini.
Kawasan ini juga selalu dihantui banjir yang melanda setiap musim hujan dikarenakan
aliran kali yang ada di seluruh Cekungan Bandung bermuara ke sungai Citarum ditambah
drainase yang buruk, pencemaran sungai yang parah serta dangkalnya sungai. Adapun
wilayah yang terletak di Pegunungan yaitu Ciwidey, Pangalengan di selatan serta
Cimenyan dan Cilengkrang di bagian utara yang jika dilihat dari peta seolah terpisah dari
wilayah utama Kabupaten Bandung karena terhalang Kota Bandung. Gunung yang ada di
Kabupaten Bandung antara lain: Gunung Patuha (2.334 m), Gunung Malabar (2.321 m),
Gunung Papandayan (2.262 m), dan Gunung Manglayang.
Dengan mengembangkan dan memaksimalkan potensi di Kabupaten Bandung dan
sekitarnya sebagai tempat mahasiswa dan pendatang untuk menimba ilmu dan bekerja
dari berbagai daerah yang datang mengingat banyaknya perguruan tinggi dan pabrik di
Kabupaten Bandung dan sekitarnya. Di sekitar Kabupaten Bandung terdapat kos-kosan
yang digunakan oleh mahasiswa dan pekerja sebagai tempat untuk menginap dan tinggal
dalam beberapa waktu.
Berdasarkan letak astronomisnya, Kabupaten Bandung terletak di 6°41`-7°19` LS;
107°22`-108°5` BT memiliki karakteistik iklim tropis lembab dengan suhu udara normal
berkisar 30o c hingga 33o c , curah hujan rata-rata 200.4 mm dan jumlah hari hujan rata-
rata 21.3 hari per bulan. Hal ini menyebabkan suhu di Kabupaten Bandung cenderung
panas ketika siang hari. Demi menjaga suhu ruangan tetap nyaman di Kabupaten Bandung,
bangunan penginapan seperti kos-kosan cenderung boros dalam penggunaan energi
khusunya listrik. Fasilitas dan sarana yang tersedia hamper semua menggunakan kipas
angin atau Air Conditioner (AC) sebagai pendingin udara dalam bangunan. Temperatur
udara yang tinggi diluar bangunan seringkali dijawab dengan menggunakan kipas angina
atau Air Conditioner (AC). Menurut Prianto (Prianto, 2007), penghawaan buatan seperti
AC akan memakai 40-50% dari total kebutuhan listrik pada bangunan.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa dalam setiap pembangunan akan memakan energi yang
cukup besar. Menurut Priatman (Priatman, 2002), hampir 50% konsumsi energi fosil dunia
digunakan untuk kebutuhan energi bangunan.Kini cadangan bahan bakar fosil semakin
menipis, dan emisi yang dihasilkan berupa karbondioksida menyebabkan pemanasan
bumi. Dari kenyataan tersebut maka sudah seharusnya diperlukan kesadaran untuk
memperhatikan pembangunan yang sifatnya berkelanjutan, salah satunya dengan cara
menghemat pemakaian energi listrik. Untuk bangunan didaerah tropis seperti di Jakarta,
salah satu kunci sukses dalam konsep hemat energi adalah bangunan yang dapat
beradaptasi dengan kondisi iklimnya.Namun yang menjadi permasalahan di KAbupaten
Bandung adalah karena temperature yang cenderung panas dan kelembapan udara yang
tinggi menyebabkan aktifitas manusia di dalam bangunan terganggu karena tiddak adanya
kenyamanan termal. .Dalam upaya mengurangi dampak negatif akan penggunaan energi
pada bangunan dan lingkungan namun tetap dapat sehat dan nyaman bagi pengguna
bangunan, perancangan sebaiknya menggunakan desain bangunan yang berkelanjutan.
Desain bangunan yang tanggap akan iklim disekitarnya dengan memperhatikan
kenyamanan termal.
Dengan kemajuan teknologi dimasa kini, banyak cara yang dapat dilakukan untuk
memodifikasi bangunan dan ruang sesuai dengan iklimnya tanpa harus menggunakan
energi yang berlebihan seperti desain ventilasi alami atau bukaan pada bangunan sebagi
pertukaran udara alami dalam bangunan atau penggunaan material insulasi pada bangunan
untuk mengurangi penggunaan pendinginan udara buatan. Kos-kosan merupakan
akomodasi tempat tinggal sementara dengan budget minim, baik dalam harga sewa kamar
maupun biaya operasional, dengan penerapan kenyamanan termal pada desain bangunan
selain mengurangi penggunaan energi dalam bangunan kos-kosan sebagai upaya
menjadikan perancangan bangunan yang dapat meminimalkan konsumsi energi tentunya
juga akan menghemat biaya operasional kos-kosan namun tetap memfasilitasi dan
menjaga kenyamanan termal pengguna kos-kosan.
B. Kajian Pustaka

Menurut jurnal yang ditulis oleh Handayani mengatakan penghematan energi akan
memberikan kontribusi besar terhadap penurunan konsumsi energi secara nasional.
Bangunan pada masa kini tidak hanya sekedar indah secara bentukan dan fungsional tetapi
juga dituntut untuk memperhatikan keefisienan dalam penggunaan energi.Contoh dasar
pengurangan penggunaan listrik tetapi tidak mengurangi atau mengabaikan keindahan,
fungsionalitas dan kenyamanan dari bangunan.Handayani menjabarkan faktor-faktor yang
harus diperhatikan dalam rancangan bangunan untuk menghemat energi, yaitu pengaruh
iklim tropis, pengaruh kualitas lingkungan, pengaruh orientasi bangunan, pengaruh denah
bangunan, dan pengaruh bahan bangunan.Didalam jurnal ini, Handayani juga
menyebutkan beberapa konsep rancangan bangunan hemat energi, diantaranya arah
terhadap bangunan, bentuk bangunan dan volume ruangan, jendela dan ventilasi, bahan
selubung bangunan dan konfigurasi masa bangunan.
Berdasarkan hasil studi literatur, bangunan selain indah secara bentukan dan fungsi
juga harus memperhatikan penggunaan energi.Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
mengurangi penggunaan energi adalah memperhatikan beberapa faktor seperti
perancangan jendela atau ventilasi agar terjadi aliran udara didalam bangunan, pemilihan
bahan atau material bangunan, serta memperhatikan orientasi bangunan. Yang
membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penerapan teori-teori
kenyamanan termal tersebut pada ruang hostel khususnya ruang kamar dorm dengan
pengaplikasian bukaan/ventilasi alami, teritisan (overhang) dan material insulasi termal
sehingga penggunaan Air Conditioner (AC) dapat diminimalkan.
C. Tinjauan dan Landasan Teori
1. Definisi Kos-kosan
 Indekos atau kos adalah sebuah jasa yang menawarkan sebuah kamar atau tempat
untuk ditinggali dengan sejumlah pembayaran tertentu untuk setiap periode
tertentu (umumnya pembayaran per bulan). Kata ini diserap dari frasa bahasa
Belanda "in de kost". Definisi "in de kost" sebenarnya adalah "makan di dalam",
tetapi dapat pula berarti "tinggal dan ikut makan" di dalam rumah tempat
menumpang tinggal.
2. Definisi Mahasiswa
 Mahasiswa adalah sebutan bagi orang yang sedang menempuh pendidikan tinggi
di sebuah perguruan tinggi yang terdiri atas sekolah tinggi, akademi, dan yang
paling umum adalah universitas.
3. Definisi Suistainable Design
 Desain yang berkelanjutan (sustainable design) merupakan salah satu bagian yang
terlingkupi oleh pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).
McLennan (McLennan, 2004)menjelaskan bahwa desain berkelanjutan merupakan
sebuah filosofi desain yang berusaha untuk memaksimalkan kualitas lingkungan
binaan namun meminimalkan atau menghilangkan dampak negatifnya kepada
alam.
4. Definisi Hemat Energi
 Priatman (Priatman, 2002) mengartikan arsitektur hemat energi adalah arsitektur
yang berlandaskan pada pemikiran ‘meminimalkan penggunaan energi tanpa
membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan maupun produktivitas
penghuninya’ dengan memanfaatkan sains dan teknologi secara aktif.
5. Definisi Kenyamanan Termal
 Kenyamanan termal (thermal comfort) pada dasarnya merupakan perancangan
bangunan hemat energi dengan pendekatan perancangan pasif yang bertujuan
untuk mencapai kenyamanan termal. Menurut Satwiko (Satwiko, 2004) ada enam
faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal, dimana empat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan dan dua dipengaruhi oleh faktor manusia, yaitu suhu
udara/temperatur udara, kecepatan angin, kelembapan udara relatif (Relative
Humidity), radiasi matahari, aktivitas manusia dan jenis pakaian.
6. Perancangan Pasif dari Sisi Penghawaan.
 Tri Harso Karyono (Karyono, 2009) berpendapat bahwa pengurangan radiasi
matahari pada bangunan dapat dilakukan dengan menciptakan pembayangan oleh
bangunan disekitarnya, atau dengan pembayangan pohon besar disekitar bangunan.
Jika perolehan panas matahari dapat diminimalkan, maka suhu udara didalam
bangunan akan rendah. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa ada
beberapa cara yang dapat digunakan untuk meminimalisirkan penggunaan AC
namun tetap dapat menjaga kenyamanan termal, yaitu orientasi bangunan,ventilasi
alami dan vegetasi.

D. Rumusan Masalah
1. Sarana dan fasilitas apa saja yang dibutuhkan pada desain kos-kosan yang
membedakan dengan kos-kosan pada umumnya?
2. Bagaimana perencanaan dan perancangan kos-kosan dlam mengakomodasi
mahasiswa dan pekerja di Kawasan Desa Bojongsoang Kabupaten Bandung?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang dan memenuhi kebutuhan kamaar
atau tempat tinggal sementara dalam beberapa waktu bagi mahasiswa dan pekerja di
sekitar Desa Bojongsoang Kabupaten Bandung, mengetahui sarana dan fasilitas pada
kos-kosan yang berbeda dengan kos-kosan pada umumnya dalam mengurangi konsumsi
energi.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian kuantitatif
eksperimental.Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi pada tapak dan
mencari literatur terkait dengan topik penelitian, lalu disimulasikan melalui
software.Observasi dilakukan pada tapak yang digunakan yaitu di kawasan Desa
Bojongsoang Kabupaten Bandung untuk mengetahui kondisi eksisting, lingkungan sekitar
dan potensi dari tapak. Melakukan studi banding terhadap proyek sejenis untuk
mengetahui fasilitas dan sarana pada hostel dengan observasi pastisipasi.Studi banding
dilakukan pada Kos-kosan Orange Camp 1 dan Orange Camp 2. Pencarian data dan
informasi mengenai kenyamanan termal, material insulasi, perancangan pasif, dan
pengertian kos-kosan pada literature dari buku-buku dan internet.Hasil analisa dari hasil
studi banding, observasi pada tapak dan literature yang didapat kemudian dimasukkan
kedalam simulasi. Simulasi dipusatkan pada ruang kamar yang menjadi permasalahan dari
hasil analisa dan studi banding.

HASIL DAN BAHASAN


Simulasi dilakukan untuk mengetahui keadaan ruang pada tiap kondisi.
Berdasarkan hasil analisa radiasi matahari dan kecepatan angin diperoleh massa dan
zoning bangunan seperti pada gambar dibawah ini. Orientasi bangunan memanjang
menghadap Utara Selatan, dimana kecepatan angin terbesar dari arah Selatan.Sedangkan
untuk zoning pada bangunan, seperti pada analisa zoning vertikal sebelumnya, kamar dorm
diletakkan disisi Selatan yang berdasarkan hasil analisa merupakan sisi terbaik.Pada sisi
Selatan mendapat sedikit radiasi matahari serta angin terbesar dari arah Selatan dapat
dimaksimalkan untuk penghawaan alami demi mencapai kenyamanan termal dan
mengurangi konsumsi penggunaan energi pada AC.

Gambar 1. Area Simulasi Kamar kos-kosan


Gambar diolah pribadi
Kamar kos-kosan pada kosan merupakan area yang cukup boros dalam penggunaan
listrik untuk pendingin ruangan yaitu kipas angina atau AC. Simulasi difokuskan pada
ruang kamar yang diletakkan pada sisi Timur yang merupakan sisi terbaik sesuai dengan
hasil analisa. Dalam upaya mengurangi penggunaankipas angina atau AC pada kamar,
perancangan atau desain kamar menggunakan perancangan pasif, dimana akan
diaplikasikan bukaan berupa jenis kaca, kisi-kisi jendela, dan overhang. Kaca yang
digunakan pada simulasi adalah single, double, dan triple glazing. Kisi-kisi jendela akan
terpasang disisi luar jendela. Pada simulasi ini analisa diarahkan pada rancangan bukaan
pada satu lantai tipikal.Parameter dalam simulasi ini menggunakan bulan Mei dimana
arah pergerakan matahari terdapat pada titik-titik terjauh dan terdekat dengan garis
khatulistiwa. Selain perancangan pada bagian bukaan atau ventilasi, untuk mencapai
kenyamanan termal simulasi ruang juga menggunakan material insulasi termal pada
dinding dan plafon ruang kamar dorm.Material insulasi yang digunakan adalah
Expanded Polystirene (EPS), material ini memiliki Rvalue yang tinggi dan merupakan
material insulasi yang baik.

1. Simulasi A1, B1, C1

Gambar 2 Model Simulasi A1, B1, C1


Data di dapat dari Sketchup 2016
Terdapat 5 kamar ditiap lantai tipikal dan terdapat koridor selebar 2,5 meter. Pada
simulasi A1, B1 dan C1, bukaan disetiap kamar dorm dan koridor masing-masing dengan
kaca jenis single glazing (A1), double glazing (B1) dan triple glazing (C1).

2. Simulasi A2, B2, C2

Gambar 3 Model Simulasi A2, B2, C2


Data didapat dari Sketchup 2016

Pada simulasi A2, B2 dan C2 ditambahkan kisi-kisi pada bagian bawah jendela
sehingga angin dapat masuk kedalam ruang kamar.

3. Simulasi A3, B3, C3

Pada simulasi A3, B3 dan C3 ditambahkan kisi-kisi pada bagian bawah jendela
sehingga angin dapat masuk kedalam ruang kamar dorm serta ditambahkan overhang
untuk menghalangi radiasi matahari langsung kedalam ruang kamar dorm. Berdasarkan
simulasi yang telah dilakukan bukaan dengan triple glazing, kisi-kisi dan overhang pada
simulasi C3 yang paling mendekati pada diagram kenyamanan termal.Agar udara dalam
ruang mengalir diaplikasikan ventilasi silang pada semua simulasi dengan membuat
bukaan berupa kisi-kisi diatas pintu kamar dorm. Berikut kontur kecepatan udara pada
simulasi C3:
Gambar 4 Model Simulasi A3, B3, C3
Data didapat dari Sketchup 2016

Gambar 5 Kontur Kecepatan Udara Pada Simulasi C3


Data Didapat dari Design Builder (Jurnal Jenice Hertania)
Berikut kontur penghawaan udara dalam satu lantai tipikal dalam simulasi
C3.Penghawaan udara merata disetiap kamar kosan.

Gambar 6. Kontur penghawaan udara dengan CFD (horizontal) pada simulasi C3 Data didapat dari Design
Builder (Jurnal Jenice Hertania)

Tabel 1 Hasil Perbandingan Simulasi

Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan Simulasi C3 merupakan simulasi yang


mendekati pada diagram kenyamanan termal dibanding simulasi lainnya. Menggunakan
software Design Builder dan Sketchup 2016, simulasi bukaan jendela dalam keadaan tertutup
sehingga kelembapan udara cenderung lebih tinggi.Kelembapan udara tersebut dapat dikurangi
dengan membuka jendela.Jika tidak memungkinkan untuk jendela dibuka, dapat menggunakan
kipas angin yang tidak memerlukan energi terlalu besar/boros. Konsep rancangan bukaan yang
optimal berdasarkan simulasi adalah sebagai berikut:

Gambar 7. Kaca Triple Glazing


Sumber google.com/glassking.com/triple-glazing

Gambar 8.Kisi-kisi
Sumber google.com/Indonesian.alibaba.com
Gambar 9. Overhang
Sumber 3dwarehouse
Berdasarkan hasil simulasi, jenis kaca yang paling baik untuk penerapan kenyamanan
termal pada desain kamar kosan adalah jenis kaca dengan triple glazing.Selain dengan
penggunaan jenis kaca tersebut, untuk mengalirkan udara didalam ruang kamar hostel
diaplikasikan ventilasi silang dimana memberik bukaan dari kedua sisi yaitu sisi jendela
yang langsung menghadap keluar bangunan dan sisi seberangnya yaitu sisi pintu.

KISI-KISI

Gambar 9.Cross ventilation pada kamar kos-kosan Data olahan pribadi


SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan dari hasil penelitian dan analisa yang telah dilakukan maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Lokasi tapak kos kosan berada pada kawasan Desa Bojongsoang sehingga dapat
mewadahi mahasiswa dan pekerja untuk keperluan akomodasi penginapan.
2. Aplikasi stack ventilation pada bangunan kosa-kosan agar aliran udara didalam
bangunan dapat mengalir secara silang.
3. Berdasarkan hasil simulasi, untuk mencapai kenyamanan termal akan dioptimalkan
perancangan pasif yaitu pengaplikasian ventilasi dengan jenis kaca triple glazing, kisi-
kisi, overhang dan cross ventilation pada desain ruang kamar. Melalui pembuatan
laporan penelitian ini, adapun saran yang dapat disampaikan bahwa perancangan kamar
kos-kosan di masa mendatang diharapkan dapat memperhatikan kenyamanan termal
serta efisiensi penggunaan energi, dengan mengoptimalkan perancangan pasif seperti
ventilasi alami serta material insulasi termal pada rancangan kamar kos-kosan.
Penyusunan laporan penelitian ini jauh dari kata sempurna, masih terdapat kesalahan
dan kekurangan, diharapkan di masa mendatang penulis lain dapat menyusun laporan
yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Idealistina, F. (1991). Model Termoregulasi Tubuh Untuk Penentuan Besaran Kesan Termal Terbaik
dalam Kaitannya dengan Kinerja Manusia. Bandung: ITB
Karyono, T. H. (2009). Pemanasan Bumi Sebagai Konsekuensi Pembangunan Modern yang Tidak
Terkontrol, 15-32
Lippsmeier, G. (1997). Bangunan Tropis. Jakarta: Erlangga.
Mangunwijaya, R. (1997). Fisika Bangunan. Jakarta: Erlangga.
Prianto, E. (2007). Rumah Tropis Hemat Energi Untuk Kepedulian Global Warming.
Satwiko, P. (2004). Fisika Bangunan I. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Anda mungkin juga menyukai