Pengertian struktur
Kegunaan lain dari struktur bangunan yaitu meneruskan beban bangunan dari bagian
bangunan atas menuju bagian bangunan bawah, lalu menyebarkannya ke tanah.
Perancangan struktur harus memastikan bahwa bagian-bagian sistem struktur ini
sanggup mengizinkan atau menanggung gaya gravitasi dan beban bangunan,
kemudian menyokong dan menyalurkannya ke tanah dengan aman.
Pengertian Beban :
Beban mati adalah berat dari semua bagian bangunan yang bersifat tetap, termasuk
segala unsur tambahan, pekerjaan pelengkap (finishing), serta alat atau mesin, yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari rangka bangunannya.
Beban hidup adalah berat dari penghuni dan atau barang-barang yang dapat
berpindah, yang bukan merupakan bagian dari bangunan. Pada atap, beban hidup
termasuk air hujan yang tergenang.
Beban angin adalah beban yang bekerja pada bangunan atau bagiannya, karena
adanya selisih tekanan udara (hembusan angin kencang).
Beban gempa adalah besarnya getaran yang terjadi di dalam struktur rangka
bangunan akibat adanya gerakan tanah oleh gempa, dihitung berdasarkan suatu analisa
dinamik
Beban khusus adalah beban kerja yang berasal dari adanya selisih suhu, penurunan
pondasi, susut bahan, gaya rem dari kran, getaran mesin berat.
Rangka portal untuk bangunan bertingkat rendah, umumnya dibuat dari bahan
konstruksi beton bertulang. Bahan beton merupakan konstruksi yang kuat menahan
gaya desak, sedang tulangan baja mampu menahan gaya tarik, jadi bahan beton
bertulang merupakan konstruksi bangunan yang mampu menahan gaya desak dan
gaya tarik, yaitu gaya-gaya yang bersifat merusak pada konstruksi.Selain itu beton
bertulang juga merupakan konstruksi tahan gempa, tahan api, merupakan bahan yang
kuat dan awet yang tidak perlu perawatan dan dapat berumur panjang.
2.Kolom Pier
a.Pier
b.Pier Head
Pondasi sering disebut struktur bangunan bagian bawah (sub structure) terletak
paling bawah dari bangunan yang berfungsi mendukung seluruh beban bangunan dan
meneruskan ke tanah dibawahnya. Mengingat letaknya yang didalam tanah tertutup
oleh lapisan tegel maupun tanah halaman, maka pondasi harus dibuat kuat, aman,
stabil, awet dan mampu mendukung beban bangunan, karena kerusakan pada pondasi
akan sangat sulit untuk memperbaikinya.
Kerusakan pondasi akan selalu diikuti oleh kerusakan-kerusakan pada bangunan
bagian atasnya. Misalnya pondasi pecah atau mengalami penurunan, maka dibangun
bagian atas akan tampak kerusakan yang berupa :
- Dinding retak-retak dan miring
- Lantai bergelombang dan pecah-pecah
- Kedudukan kusen pintu/jendela bergeser, menyebabkan daun pintu/daun jendela
sulit dibuka
- Sudut kemiringan tangga berubah
- Penurunan bangunan, atap bangunan, bahkan mungkin menyebabkan keruntuhan
seluruh bangunan.
Dalam merencakan pondasi ada 2 hal penting yang perlu selalu diingat, yaitu ; bahwa
kekuatan pondasi didasarkan pada kekuatan bahan pondasinya sendiri dan kekuatan
tanah dibawahnya. Bahan pondasi harus mempunyai kekuatan penuh dan tidak akan
rusak oleh beban bangunan, hal ini dapat dilakukan analisa hitungan berdasarkan
tegangan ijin bahan. Kekuatan tanah di bawah pondasi harus mampu mendukung
beban pondasi dan beban bangunan diatasnya tanpa adanya penurunan, hal ini dapat
direncanakan dengan membuat ukuran pondasi sedemikian besar berdasarkan
rekomendasi penyelidikan tanah, sehingga tegangan ijin tanah tidak dilampaui.
Pondasi sumuran (bored pile) dibedakan yang menggunakan casing atau tanpa
casing.
Pondasi tiang pancang
Pondasi caisson; yaitu macam pondasi dalam yang mempunyai diameter tiang
yang besar.
1. Kekuatan (strength)
2. Kekakuan (stiffness)
Agar bangunan berfungsi dengan baik dan memberikan kinerja yang tinggi diperluan
kondisi yang nyaman bagi para penggunanya. Aspek kenyamanan meliputi pergerakan
dalam gedung, pencahayaan, suhu, aliran udara, dll)
Sebagai sarana publik, gedung akan berada pada suatu kawasan dan terkait dengan
sarana yang lain. Dengan demikian keindahan bangunan tidak boleh dilupakan dalam
perancangan bagunan.
4. Keawetan (durability)
Selama mendukung beban dalam masa layan yang direncanakan, struktur atau elemen
struktur akan mengalami berbagai kondisi yang dapat mengakibatkan degradasi
struktur. Kondisi lingkungan yang agresif dengan adanya kandungan asam, garam,
perbedaan suhu dll, dapat menyebabkan rusaknya elemen penyusun struktur. Dengan
demikian dalam perencanaan dan perancangan harus ditentukan material yang sesuai
dengan kondisi setempat.
Untuk membangun suatu gedung, diperlukan perhitungan dan analisis berbagai hal
yang saling terkait dengan bekal pengetahuan sebagai berikut :
Analisis Struktur
Mekanika Bahan
Struktur Beton Bertulang
Struktur Baja
Struktur kayu
Mekanika Tanah
Teknik Fondasi
Bahan Bangunan
Analisis Dinamik dan Ilmu Gempa
Peraturan (standar) yang berlaku
Pengetahuan tambahan yang diperlukan untuk meningkatkan manfaat, kenyamanan
dan fasilitas lainnya antara lain :
Elektrikal
Sanitasi
Teknik peenyehatan
Plumbing / perpipaan
Drainasi
Pengaturan udara
Konservasi lingkungan, dll.
Terkadang suatu elemen bisa termasuk struktural atau non struktural tergantung dalam
perencanaan struktur bangunannya. Contohnya adalah lantai atau kolom praktis.
1. Beban mati (berat bagian-bagian bangunan). Beban ini otomatis ada dalam
setiap struktur dan arahnya sesuai dengan gravitasi. Keberadaan beban ini
adalah tetap selama bangunan tersebut ada.
2. Beban hidup. Beban ini muncul karena pemanfaatan struktur bangunan susai
dengan fungsinya. contoh beban hidup adalah beban orang, mesin-mesin dan
barang lainnya.
3. Beban sementara. Disebut beban sementara karena keberadaanya tidak
menerus dan tidak dapat diprediksi waktu kehadirannya. Termasuk beban
sementara adalah beban angin dan beban gempa.
Beban-beban yang harus didukung oleh struktur bangunan memiliki arah yang
bervariasi.
1. Arah gravitasi. Beban mati dan beban hidup biasanya akan memiliki arah
sesuai dengan gravitasi.
2. Arah menyudut. Beban dengan arah yang menyudut biasanya ditimbulkan oleh
beban angin pada rangka atap.
3. Arah horisontal. Beban angin dapat juga mempunyai arah horisontal yaitu
mengenai bagian dinding bangunan. Selain gaya angin, gaya gempa juga
membebani struktur bangunan dalam arah horisontal.
Beban angin dan beban hidup di atap didukung oleh struktur rangka atap. Beban dari
struktur rangka atap diterima oleh struktur rangka bangunan. Beban dari lantai
diterima oleh plat lantai, diteruskan oleh balok-balok dan kemudian dilimpahkan
kepada struktur rangka dengan sistem struktur tertentu.
Dengan mekanisme tertentu pula beban dari rangka struktur atas diteruskan ke sub
structure / pondasi. Beban pondasi dipikul oleh tanah tempat bangunan berdiri. Tanah
harus cukup kuat memikul beban, yaitu tegangan ijin tanah yang ada tidak sampai
terlampaui karena adanya beban dari pondasi.
Jenis-jenis elemen struktur dapat dikategorikan sebagai berikut :
Kolom dibebani beban secara aksial oleh balok, kemudian mentransfer beban
tersebut
ke tanah. Kolom yang memikul balok tidak melentur ataupun melendut
karena kolom
pada umumnya mengalami gaya aksial tekan saja.
2. Rangka
Rangka mempunyai aksi struktural yang berbeda dengan jenis balok-tiang,
karena
adanya titik hubung kaku antara elemen vertikal dan elemen horisontal.
Kekakuan titik
hubung ini memberikan banyak kestabilan terhadap gaya lateral. Kekakuan
titik hubung
adalah salah satu dari berbagi jenis hubungan yang ada di antara berbagai
elemen
struktur.
Pada sistem rangka, baik balok maupun kolom akan melentur sebagai akibat
adanya
aksi beban pada struktur.
3. Rangka Batang
Struktur rangka batang adalah struktur yang terdiri dari kumpulan elemen
batang yang
disambung untuk membentuk suatu geometri tertentu sedemikian sehingga
apabila diberi beban pada titik buhul (titik pertemuan antar batang) maka
struktur tersebut akan
menyalurkan beban ke tumpuan melalui gaya aksial (tarik atau tekan) pada
batangbatangnya.
Titik buhul dimodelkan berperilaku sebagai sambungan pin (engsel) sehingga
tidak bisa
menahan atau menyalurkan momen ke batang yang lain.
4. Pelengkung
Pelengkung adalah struktur yang dibentuk oleh elemen garis yang melengkung
dan
membentang di antara dua titik. Pada umumnya terdiri atas
potonganpotongan kecil
yang mempertahankan posisinya akibat adanya tekanan dari beban.
Sebagai contoh dapat dilihat pada ilustrasi Gambar 3.5 (b) dan Gambar 3.12,
serta
contoh jembatan pelengkung seperti terlihat pada Gambar 3.13. Contoh lain
adalah
pada bangunan-bangunan modern, atau dinamakan pelengkung kaku (rigid
arch).
Struktur atas suatu gedung adalah seluruh bagian struktur gedung yang berada
di atas muka tanah (SNI 2002). Struktur atas ini terdiri atas kolom, pelat,
balok,dinding geser dan tangga, yang masing-masing mempunyai peran yang sangat
penting.
1. Kolom
Elemen struktur kolom yang mempunyai nilai perbandingan antara panjang dan
dimensi penampang melintangnya relatif kecil disebut kolom pendek. Kapasitas pikul-
beban kolom pendek tidak tergantung pada panjang kolom dan bila mengalami beban
berlebihan, maka kolom pendek pada umumnya akan gagal karena hancurnya
material. Dengan demikian, kapasitas pikul-beban batas tergantung pada kekuatan
material yang digunakan. Semakin panjang suatu elemen tekan, proporsi relatif
elemen akan berubah hingga mencapai keadaan yang disebut elemen langsing.
Perilaku elemen langsing sangat berbeda dengan elemen tekan pendek. Perilaku
elemen tekan panjang terhadap beban tekan adalah apabila bebannya kecil, elemen
masih dapat mempertahankan bentuk liniernya, begitu pula apabila bebannya
bertambah. Pada saat beban mencapai nilai tertentu, elemen tersebut tiba-tiba tidak
stabil, dan berubah bentuk menjadi seperti tergambar.
Hal inilah yang dibuat fenomena tekuk (buckling) apabila suatu elemen
struktur (dalam hal ini adalah kolom) telah menekuk, maka kolom tersebut tidak
mempunyai kemampuan lagi untuk menerima beban tambahan. Sedikit saja
penambahan beban akan menyebabkan elemen struktur tersebut runtuh. Dengan
demikian, kapasitas pikul-beban untuk elemen struktur kolom itu adalah besar beban
yang menyebabkan kolom tersebut mengalami tekuk awal. Struktur yang sudah
mengalami tekuk tidak mempunyai kemampuan layan lagi. Fenomena tekuk adalah
suatu ragam kegagalan yang diakibatkan oleh ketidakstabilan suatu elemen struktur
yang dipengaruhi oleh aksi beban. Kegagalan yang diakibatkan oleh ketidakstabilan
dapat terjadi pada berbagai material. Pada saat tekuk terjadi, taraf gaya internal bisa
sangat rendah. Fenomena tekuk berkaitan dengan kekakuan elemen struktur. Suatu
elemen yang mempunyai kekakukan kecil lebih mudah mengalami tekuk
dibandingkan dengan yang mempunyai kekakuan besar. Semakin panjang suatu
elemen struktur, semakin kecil kekakuannya.
Banyak faktor yang mempengaruhi beban tekuk (Pcr) pada suatu elemen
struktur tekan panjang. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1 .Panjang Kolom
Pada umumnya, kapasitas pikul-beban kolom berbanding terbalik dengan
kuadrat panjang elemennya. Selain itu, faktor lain yang menentukan besar beban
tekuk adalah yang berhubungan dengan karakteristik kekakuan elemen struktur (jenis
material, bentuk, dan ukuran penampang).
2. Kekakuan
Kekakuan elemen struktur sangat dipengaruhi oleh banyaknya material dan
distribusinya. Pada elemen struktur persegi panjang, elemen struktur akan selalu
menekuk pada arah seperti yang diilustrasikan pada di bawah bagian (a). Namun
bentuk berpenampang simetris (misalnya bujursangkar atau lingkaran) tidak
mempunyai arah tekuk khusus seperti penampang segiempat. Ukuran distribusi
material (bentuk dan ukuran penampang) dalam hal ini pada umumnya dapat
dinyatakan dengan momen inersia (I).
3. Kondisi ujung elemen struktur
Apabila ujung-ujung kolom bebas berotasi, kolom tersebut mempunyai
kemampuan pikul-beban lebih kecil dibandingkan dengan kolom sama yang ujung-
ujungnya dijepit. Adanya tahanan ujung menambah kekakuan sehingga juga
meningkatkan kestabilan yang mencegah tekuk. Mengekang (menggunakan bracing)
suatu kolom pada suatu arah juga meningkatkan kekakuan. Fenomena tekuk pada
umumnya menyebabkan terjadinya pengurangan kapasitas pikul-beban elemen tekan.
Beban maksimum yang dapat dipikul kolom pendek ditentukan oleh hancurnya
material, bukan tekuk.
Untuk kolom pada bangunan sederhana bentuk kolom ada dua jenis yaitu
kolom utama dan kolom praktis.
a. Kolom Utama
Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya
menyanggah beban utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan
jarak kolom utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak
tidak begitubesar, dan apabila jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka
struktur bangunan harus dihitung. Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan
rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan pokok 8 d12
mm, danbegel d 8-10cm ( 8 d 12 maksudnya jumlah besi beton diameter 12mm 8
buah, 8 – 10 cmmaksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10 cm).
b. Kolom Praktis
Adalah kolom yang berpungsi membantu kolom utama dan juga sebagai
pengikat dinding agardinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter,atau pada
pertemuan pasangan bata, (sudutsudut).Dimensi kolom praktis 15/15 dengantulangan
beton 4 d 10 begel d 8-20.
Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga
jenis kolom beton bertulang yaitu :
Balok juga merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Balok merupakan
bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan pengikat kolom lantai
atas. Fungsinya adalah sebagai rangka penguat horizontal bangunan akan beban-
beban.
Persyaratan balok menurut PBBI 1971.N.I – 2 hal. 91 sebagai berikut :
a. Lebar badan balok tidak boleh diambil kurang dari 1/50 kali bentang bersih.
Tinggi balok harus dipilih sedemikian rupa hingga dengan lebar badan yang dipilih.
b. Untuk semua jenis baja tulangan, diameter (diameter pengenal) batang tulangan
untuk balok tidak boleh diambil kurang dari 12 mm. Sedapat mungkin harus
dihindarkan pemasangan tulangan balok dalam lebih dari 2 lapis, kecuali pada
keadaan-keadaan khusus.
c. Tulangan tarik harus disebar merata didaerah tarik maksimum dari penampang.
d. Pada balok-balok yang lebih tinggi dari 90 cm pada bidang-bidang sampingnya
harus dipasang tulangan samping dengan luas minimum 10% dari luas tulangan tarik
pokok. Diameter batang tulangan tersebut tidak boleh diambil kurang dari 8 mm pada
jenis baja lunak dan 6 mm pada jenis baja keras.
e. Pada balok senantiasa harus dipasang sengkang. Jarak sengkang tidak boleh
diambil lebih dari 30 cm, sedangkan dibagian balok sengkang-sengkang bekerja
sebagai tulangan geser. Atau jarak sengkang tersebut tidak boleh diambil lebih dari
2/3 dari tinggi balok. Diameter batang sengkang tidak boleh diambil kurang dari 6 mm
pada jenis baja lunak dan 5 mm pada jenis baja keras.
3. Plat Lantai
Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, jadi
merupakan lantai tingkat. Plat lantai ini didukung oleh balok-balok yang bertumpu
pada kolom-kolom bangunan.
Ketebalan plat lantai ditentukan oleh :
a. Besar lendutan yang diijinkan
b. Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung
c. Bahan konstruksi dan plat lantai
Berdasarkan aksi strukturalnya, pelat dibedakan menjadi empat (Szilard, 1974)
a. Pelat kaku
Pelat kaku merupakan pelat tipis yang memilikki ketegaran lentur (flexural
rigidity), dan memikul beban dengan aksi dua dimensi, terutama dengan momen
dalam (lentur dan puntir) dan gaya geser transversal, yang umumnya sama dengan
balok. Pelat yang dimaksud dalam bidang teknik adalah pelat kaku, kecuali jika
dinyatakan lain.
b. Membran
Membran merupakan pelat tipis tanpa ketegaran lentur dan memikul beban lateral
dengan gaya geser aksial dan gaya geser terpusat. Aksi pemikul beban ini dapat
didekati dengan jaringan kabel yang tegang karena ketebalannya yang sangat tipis
membuat daya tahan momennya dapat diabaikan.
c. Pelat flexibel
Pelat flexibel merupakan gabungan pelat kaku dan membran dan memikul beban
luar dengan gabungan aksi momen dalam, gaya geser transversal dan gaya geser
terpusat, serta gaya aksial. Struktur ini sering dipakai dalam industri ruang angkasa
karena perbandingan berat dengan bebannya menguntungkan.
d. Pelat tebal
Pelat tebal merupakan pelat yang kondisi tegangan dalamnya menyerupai kondisi
kontinu tiga dimensi
Bahan untuk Plat lantai dapat dibuat dari :
a. Plat Lantai Kayu
Ukuran Lebar papan umumnya 20-30cm. Tebal papan ukuran 2-3cm, dengan
jarak balok-balok pendukung antara 60-80cm. Ukuran balok berkisar antara 8/12,
8/14, 10/14. Untuk bentangan 3-3,5cm. Balok-balok kayu ini dapat diletakkan diatas
pasangan bata 1 batu atau ditopang oleh balok beton. Bahan kayu yang dipaki harus
mempunyai berat jenis antara 0,6-0,8 (t/m3) atau dari jenis kayu kelas II.
Keuntungannya :
1. Harga relative murah, berarti biaya bangunan rendah
2. Mudah dikerjakan, berarti pekerjaan lebih cepat selesai
3. Beratnya ringan, berarti menghemat ukuran fondasi
Kerugiannya :
1. Hanya boleh untuk konstruksi bangunan sederhana dengan beban ringan ringan
2. Bukan peredam suara yang baik
3. Sifat bahan “permeable” ( rembes air ), jadi tidak dapat dibuat KM/WC di
lantai atas
4. Mudah terbakar, jadi tidak dapat membuat dapur dilantai atas
5. Tidak dapat dipasang keramik
6. Dapat dimakan bubuk atau serangga, berarti keawetan bahan terbatas
7. Mudah rusak oleh pengaruh cuaca yang berubah-ubah.
b. Plat Lantai Beton
Dipasang tulangan baja pada kedua arah, tulangan silang, untuk menahan
momen tarik dan lenturan. Untuk mendapatkan hubungan jepit-jepit, tulangan plat
lantai harus dikaitkan kuat pada tulangan balok penumpu. Perencanaan dan hitungan
plat lantai dan beton bertulang, harus mengikuti persyaratan yang tercantum dalam
buku SNI I Beton 1991.
Beberapa persyaratan tersebut antara lain :
a. Plat lantai harus mempunyai tebal sekurang-kurangnya 12cm, sedangkan untuk
plat atap sekurangkurangnya7cm
b. Harus diberi tulangan silang dengan diameter minimum 8mm dari baja lunak
atau baja sedang
c. Pada plat lantai yang tebalnya > 25cm harus dipasang tulangan rangkap atas
bawah
d. Jarak tulangan pokok yang sejajar tidak kurang dari 2,5cm dan tidak lebih dari
20cm atau dua kalitebal plat lantai, dipilih yang terkecil
e. Semua tulangan plat harus terbungkus lapisan beton setebal minimum 1cm,
untuk melindungi bajadari karat, korosi atau kebakaran
f. Bahan beton untuk plat harus dibuat dari campuran 1semen : 2pasir : 3kerikil +
air, bila untuk lapiskedap air dibuat dari campuran 1semen : 1 ½ pasir : 2 ½ kerikil +
air secukupnya.
Plat-lantai beton dapat dibuat menerus/menjadi satu dengan plat luifel dengan
balok penumpu sebagai pembatasnya.
Pada bangunan bangunan beton bertulang, suatu jenis lantai yang umum dan
dasar adalah tipe konstruksi pelat balok-balok induk (gelagar). Dimana permukaan
pelat itu dibatasi oleh dua balok yang bersebelahan pada sisi dan dua gelagar pada
kedua ujung. Pelat satu arah adalah pelat yang panjangnya dua kali atau lebih besar
dari pada lebarnya, maka hampir semua beban lantai menuju ke balok-balok dan
sebagian kecil saja yang akan menyakur secara langsung ke gelagar.
Kondisi pelat ini dapat direncanakan sebagai pelat satu arah dengan tulangan
utama sejajar dengan gelagar atau sisi pendek dan tulangan susut atau suhu sejajar
dengan balok-balok atau sisi panjangnya. Permukaan yang melendut dari sistem pelat
satu arah mempunyai kelengkungan tunggal. Sistem pelat satu arah dapat terjadi pada
pelat tunggal maupun menerus, asal perbandingan panjang bentang kedua sisi
memenuhi.
Sistem Pelat Dua Arah
Sistem pelat dua arah dapat terjadi pada pelat tunggal maupun menerus, asal
perbandingan panjang bentang kedua sisi memenuhi. Persyaratan jenis pelat lantai dua
arah jika perbandingan dari bentang panjang terhadap bentang pendek kurang dari dua
Beban pelat lantai pada jenis ini disalurkan ke empat sisi pelat atau ke empat
balok pendukung, akibatnya tulangan utama pelat diperlukan pada kedua arah sisi
pelat. Permukaan lendutan pelat mempunyai kelengkungan ganda.
4. Tangga
Tangga merupakan suatu komponen struktur yang terdiri dari plat, bordes dan
anak tangga yang menghubungkan satu lantai dengan lantai di atasnya. Tangga
mempunyai bermacam-macam tipe, yaitu tangga dengan bentangan arah horizontal,
tangga dengan bentangan ke arah memanjang, tangga terjepit sebelah (Cantilever
Stairs) atau ditumpu oleh balok tengah., tangga spiral (Helical Stairs), dan tangga
melayang (Free Standing Stairs).
Bagian-Bagian struktur tangga :
a. Ibu Tangga
Bagian konstruksi pokok yang berfungsi mendukung anak tangga. Ibu tangga
dapat merupakan konstruksi yang menjadi satu dengan rangka bangunannya.
Jenis-jenis tangga menurut strukturnya :
a. Tangga Plat
Tangga dengan faktor pendukung berupa plat (biasanya berupa plat beton
bertulang). Diatas tangga plat tangga yang miring ini terdapat anak tangga.
b. Tangga Balok
Tangga dengan struktur pendukung berupa balok (dapat berupa balok beton
bertulang, kayu atau baja profil)
c. Tangga kantilever
Anak-anak tangga berupa kantilever yang terjepit salah satu ujungnya di dalam
dinding atau balok.
Persyaratan pembuatan tangga adalah sebagai berikut :
1. Lebar tangga dan bordes memenuhi kebutuhan
2. Panjang tangga cukup, sehingga dapat memberikan aantrede optrede yang
proporsional, aman dan nyaman.
3. Sandaran yang cukup kuat dan aman
4. Memenuhi persyaratan struktural.
5. Dinding Geser
Dinding Geser (shear wall) adalah suatu struktur balok kantilever tipis yang
langsing vertikal, untuk digunakan menahan gaya lateral. Biasanya dinding geser
berbentuk persegi panjang, Box core suatu tangga, elevator atau shaft lainnya. Dan
biasanya diletakkan di sekeliling lift, tangga atau shaft guna menahan beban lateral
tanpa mengganggu penyusunan ruang dalam bangunan.
Usaha untuk memonolitkan antara profil dengan beton pada struktur dinding
geser, diberikan kabel pada dinding yang berupa baja mutu tinggi. Dengan pemberian
profil sebagai tambahan untuk pengaku dalam menahan gaya lateral. Dinding geser
dengan penambahan profil memberikan hasil kapasitas yang jauh lebih besar
dibandingkan penampang dinding geser biasa dengan selisih beda 100% yang bisa
dilihat pada diagram interaksi momen (Mn) dan beban axial(Pn). Perbedaan tersebut
didapat dengan menarik garis linear pada diagram tersebut. Didapat momen pada
dinding geser tanpa profil sebesar Mn = 25000 KNm, sedangkan momen pada dinding
geser dengan profil sebesar Mn =50000 KNm.
Dengan adanya dinding geser yang kaku pada bangunan, sebagian besar beban
gempa akan terserap oleh dinding geser tersebut. Menurut Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2006 (Purwono et al., 2007),
perencanaan geser pada dinding structural untuk bangunan tahan gempa didasarkan
pada besarnya gaya dalam yang terjadi akibat beban gempa. Namun, dalam
prakteknya masih terdapat keraguan akan keandalan hasil desain dinding geser
berdasarkan konsep ini. Hal ini menyebab kan masih disyaratkannya konsep desain
kapasitas untuk perencanaan dinding geser dalam berbagai proyek gedung tinggi di
Indonesia. Menurut konsep desain kapasitas, kuat geser dinding didesain berdasarkan
momen maksimum yang paling mungkin terjadi di dasar dinding.
Dalam prakteknya dinding geser selalu dihubungkan dengan system rangka
pemikul momen pada gedung. Dinding struktural yang umum digunakan pada gedung
tinggi adalah dinding geser kantilever dan dinding geser berangkai. Berdasarkan SNI
03-1726-2002 (BSN, 2002), dinding geser beton bertulang kantilever adalah suatu
subsistem struktur gedung yang fungsi utamanya adalah untuk memikul beban geser
akibat pengaruh gempa rencana. Kerusakan pada dinding ini hanya boleh terjadi
akibat momen lentur (bukan akibat gaya geser), melalui pembentukkan sendi plastis di
dasar dinding.
Penempatan dinding geser ada 2 macam :
1. Dinding geser sebagai dinding tunggal
Jenis dinding geser berdasarkan variasi susunan dinding geser dalam denah
dibagi atas :
1. Dinding geser sebagai dinding eksterior
6. Atap
Atap adalah bagaian paling atas dari suatu bangunan, yang melilndungi gedung
dan penghuninya secara fisik maupun metafisik (mikrokosmos/makrokosmos).
Permasalahan atap tergantung pada luasnya ruang yang harus dilindungi,
bentuk dan konstruksi yang dipilih, dan lapisan penutupnya. Di daerah tropis atap
merupakan salah satu bagian terpenting. Struktur atap terbagi menjadi rangka atap dan
penopang rangka atap. Rangka atap berfungsi menahan beban dari bahan penutup.
Penopang rangka atap adalah balok kayu / baja yang disusun membentuk
segitiga,disebut dengan istilah kuda-kuda.
7. Kuda – kuda
Kontruksi kuda-kuda adalah suatu komponen rangka batang yang berfungsi
untuk mendukung beban atap termasuk juga beratnya sendiri dan sekaligus dapat
memberikan bentuk pada atapnya. Kuda – kuda merupakan penyangga utama pada
struktur atap. Umumnya kuda-kuda terbuat dari :
Kuda-kuda kayu
Kuda-kuda bambu
Kuda-kuda baja
Sebagai pendukung atap, dengan sistem frame work atau lengkung dapar mendukung
beban atap sampai beban atap sampai dengan bentang 75 m, seperti pada hanggar
pesawat, stadion olahraga, bangunan pabrik, dan lain-lain.
Pada dasarnya konstruksi kuda-kuda terdiri dari rangkaian batang yang selalu
membentuk segitiga. Kuda-kuda diletakkan di atas dua tembok selaku tumpuannya.
Perlu diperhatikan bahwa tembok diusahakan tidak menerima gaya horizontal maupun
momen, karena tembok hanya mampu menerima beban vertikal saja. Kuda-kuda
diperhitungkan mampu mendukung beban-beban atap dalam satu luasan atap tertentu.
Beban-beban yang dihitung adalah beban mati (yaitu berat penutup atap, reng, usuk,
gording, kuda-kuda) dan beban hidup (angin, air hujan, orang pada saat
memasang/memperbaiki atap).
Tipe-tipe Kuda-kuda
a. Tipe Pratt
b. Tipe Howe
c. Tipe Fink
d. Tipe Bowstring
e. Tipe Sawtooth
f. Tipe Waren
Bentuk-bentuk Kuda-kuda
Untuk bentang sekitar 4 sampai dengan 8 meter, bahan dari kayu atau beton
bertulang.
Untuk bentang 9 sampai dengan 16 meter, bahan dari baj (double angle).
d. Bentang 20 Meter
Bentang maksimal sekitar 20 meter, bahan dari baja (double angle) dan kuda-
kuda atap sebagai loteng, bahan dari kayu.
Pada dasarnya ada dua metode Analisa Perencanaan Gempa, yaitu : (Soetoyo,
2000)
Analisis Beban Statik Ekuivalen (Equivalent Static Load Analysis).
Analisis ini adalah suatu cara analisa struktur, dimana pengaruh gempa pada struktur
dianggap sebagai beban statik horizontal untuk menirukan pengaruh gempa yang
sesungguhnya akibat gerakan tanah. Metode ini digunakan untuk bangunan struktur
yang beraturan dengan ketinggian tidak lebih dari 40 m.
Analisis Dinamik (Dynamic Analysis).
Metode ini digunakan untuk bangunan dengan struktur yang tidak beraturan.
Perhitungan gempa dengan analisis dinamik ini terdiri dari :
Analisa Ragam Spektrum Respons
Analisa Ragam Spektrum Respons adalah Suatu cara analisa dinamik struktur, dimana
suatu model dari matematik struktur diberlakukan suatu spektrum respons gempa
rencana, dan berdasarkan itu ditentukan respons struktur terhadap gempa rencana
tersebut.
Analisa Respons Riwayat Waktu
Analisa Respons Riwayat Waktu adalah suatu cara analisa dinamik struktur, dimana
suatu model matematik dari struktur dikenakan riwayat waktu dari gempa-gempa hasil
pencatatan atau gempa-gempa tiruan terhadap riwayat waktu dari respons struktur
ditentukan.
b. Beban Angin (Wind Load)
Beban angin adalah beban yang bekerja pada bangunan atau bagiannya karena
adanya selisih tekanan udara (hembusan angin kencang). Beban angin ini ditentukan
dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif (isapan angin), yang
bekerja tegak lurus pada bidang-bidang bangunan yang ditinjau (Benny, 1996).
c. Tekanan Tanah dan Air Tanah
Selain beban-beban tersebut diatas, masih ada beban lain yang perlu
diperhitungkan, yaitu :
1. Beban Temperatur
Beban akibat temperatur ini perlu diperhitungkan jika letak bangunannya
berada di daerah yang perbedaan temperaturnya sangat tinggi.
2. Beban Konstruksi (Construction Load)
Beban konstruksi ini timbul pada saat pelaksanaan pembangunan fisik gedung.
KLASIFIKASI STRUKTUR
1.Klasifikasi struktur berdasarkan geometri dan bentuk dasarnya :
Elemen garis adalah elemen yang panjang dan langsing dengan potongan melintang
nya lebih kecil dibandingkan ukuran panjangnya.Elemen garis dapat dibedakan
menjadi elemen lurus dan elemen melengkung.
Elemen permukaan adalah elemen yang ketebalannya lebih kecil dari pada ukuran
panjang nya.Elemen datar dapat berupa datar atau lengkung.Elemen lengkung bisa
berupa lengkung tunggal atau lengkung ganda.
Struktur kerangka atau skeleton terdiri atas komposisi dari kolomkolom dan balok-
balok. Kolom sebagai unsur vertikal berfungsi sebagai penyalur beban dan gaya
menuju tanah, sedangkan balok adalah unsur horisontal yang berfungsi sebagai
pemegang dan media pembagian beban dan gaya ke kolom. Kedua unsur ini harus
tahan terhadap tekuk dan lentur.
Selanjutnya dilengkapi dengan sistem lantai, dinding, dan komponen lain untuk
melengkapi kebutuhan bangunan untuk pembentuk ruang. Sistem dan komponen
tersebut diletakkan dan ditempelkan pada kedua elemen rangka bangunan. Dapat
dikatakan bahwa elemen yang menempel pada rangka bukanlah elemen struktural
(elemen non-struktural). Bahan yang umumnya dipakai pada sistem struktur rangka
adalah kayu, baja, beton (Gambar 4.19) termasuk beton pra-cetak . Semua bahan
tersebut harus tahan terhadap gaya-gaya tarik, tekan, puntir dan lentur. Saat ini bahan
yang paling banyak digunakan adalah baja dan beton bertulang karena mampu
menahan gaya-gaya tersebut dalam skala yang besar. Untuk bahan pengisi non-
strukturalnya dapat digunakan bahan yang ringan dan tidak mempunyai daya dukung
yang besar, seperti susunan bata, dinding kayu, kaca dan lainnya.
Sistem rangka yang dibentuk dengan elemen vertikal dan horisontal baik garis atau
bidang, akan membentuk pola satuan ukuran yang disebut grid (Gambar4.20). Grid
berarti kisi-kisi yang bersilangan tegak lurus satu dengan lainnya membentuk pola
yang teratur. Berdasarkan pola yang dibentuk serta arah penyaluran pembebanan atau
gayanya, maka sistem rangka umumnya terdiri atas dua macam yaitu: sistem rangka
dengan bentang satu arah (one way spanning) dan bentang dua arah (two way
spanning). Bentuk grid persegi panjang menggunakan sistem bentang satu arah,
dengan penyaluran gaya ke arah bentang yang pendek. Sedangkan untuk pola grid
yang cenderung bujursangkar maka penyaluran gaya terjadi ke arah kedua sisinya,
maka sistem struktur yang digunakan adalah sistem bentang dua arah. Aksi struktur
dua arah dapat diperoleh jika perbandingan dimensi bentang panjang dengan bentang
pendek lebih kecil dari 1,5.
Sistem struktur rangka banyak berkembang untuk aplikasi pada bangunan tinggi
(multi-storey structure) dan bangunan dengan bentang lebar (long-span structure)
Sistem rangka ruang dikembangkan dari sistem struktur rangka batang dengan
penambahan rangka batang kearah tiga dimensinya (gambar 4.21). Struktur rangka
ruang adalah komposisi dari batang-batang yang masing-masing berdiri sendiri,
memikul gaya tekan atau gaya tarik yang sentris dan dikaitkan satu sama lain dengan
sistem tiga dimensi atau ruang. Bentuk rangka ruang dikembangkan dari pola grid dua
lapis (doubel-layer grids), dengan batang-batang yangmenghubungkan titik-titik grid
secara tiga dimensional.
Gambar 4.21. Contoh aplikasi sistem rangka ruang
− Sistem Mero
− Sistem Triodetic
− Sistem Unistrut
− Sistem Oktaplatte
− Sistem Unibat
− Sistem Nodus
Cara yang paling tepat untuk memahami perilaku struktur rangka sederhana adalah
dengan membandingkan perilakunya terhadap beban dengan struktur post and beam.
Perilaku kedua macam struktur ini berbeda dalam hal titik hubung, dimana titik
hubung ini bersifat kaku pada rangka dan tidak kaku pada struktur post and beam.
Gambar 4.25 menunjukkan jenisjenis struktur rangka dan perbedaannya dengan
struktur post and beam.
Gambar 4.25. Perbandingan Perilaku Struktur ’Post and Beam’dan Rangka
Pada setiap struktur statis tak tentu, termasuk juga rangka (frame), besar momen dan
gaya internal tergantung pada karakteristik relatif antara elemen-elemen strukturnya.
Kolom yang lebih kaku akan memikul beban horisontal lebih besar. Sehingga tidak
dapat digunakan asumsi bahwa reaksi horisontal sama besar. Momen yang lebih besar
akan timbul pada kolom yang memikul beban horisontal lebih besar (kolom yang
lebih kaku). Perbedaan kekakuan relatif antara balok dan kolom juga mempengaruhi
momen akibat beban vertikal. Semakin kaku kolom, maka momen yang timbul akan
lebih besar daripada kolom yang relatif kurang kaku terhadap balok. Untuk struktur
yang kolomnya relatif lebih kakudan struktur post and beam sebagai respon terhadap
beban vertikal adalah terhadap balok, momen negatif pada ujung balok yang bertemu
dengan kolom kaku akan membesar sementara momen positifnya berkurang. Efek
variasi kekakuan tersebut seperti pada Gambar 4.26.
(a) Struktur pelengkung tiga sendi. Momen negatif besar terjadi pada balok.
(b) Struktur ’post and beam’. Momen positif besar terjadi pada balok.
(d) Rangka dengan kolom sangat fleksibel dan balok kaku. Kolom fleksibel
memberikan sedikit tahanan thdp rotasi, sehingga balok berlaku seperti sendi.
(e) Rangka dengan kekakuan balok & kolom normal. Kolom dpt memberi tahanan
rotasi, shg terjadi rotsi titik hubung.
(g) Kolom dpt memberi tahanan rotasi cukup besar, shg bersifat jepit thdp ujung
balok.
Gambar 4.26. Efek variasi kekakuan relatif balok dan kolom terhadap momen dan gaya
internal pada struktur rangka kaku
(a) Struktur pelengkung tiga sendi. Momen negatif besar terjadi pada balok.
(b) Struktur ’post and beam’.Momen positif besar terjadi pada balok.
(d) Rangka dengan kolom sangat fleksibel dan balok kaku. Kolom fleksibel
memberikan sedikit tahanan thdp rotasi, sehingga balok berlaku seperti sendi.
(e) Rangka dengan kekakuan balok & kolom normal. Kolom dapat memberi tahanan
rotasi, sehingga terjadi rotsi titik hubung.
(f) Rangka dengan kolom sangat kaku & balok fleksibel.
(g) Kolom dpt memberi tahanan rotasi cukup besar, sehinggs bersifat jepit terhadap
ujung balok.
Seperti halnya pada balok menerus, rangka kaku sangat peka terhadap turunnya
tumpuan (Gambar 4.27). Berbagai jenis tumpuan (vertikal, horisontal, rotasional)
dapat menimbulkan momen. Semakin besar differential settlement, akan semakin
besar pula momen yang ditimbulkan. Bila gerakan tumpuan ini tidak diantisipasi
sebelumnya, momen tersebut dapat menyebabkan keruntuhan pada rangka. Oleh
karena itu perlu diperhatikan desain pondasi struktur rangka kaku untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya gerakan tumpuan.
Gambar 4.27. Efek turunnya tumpuan (support settlement) pada struktur Rangka Kaku
d) Efek Kondisi Pembebanan Sebagian
Seperti yang terjadi pada balok menerus, momen maksimum yang terjadi pada
struktur rangka bukan terjadi pada saat rangka itu dibebani penuh. Melainkan pada
saat dibebani sebagian. Hal ini sangat menyulitkan proses analisisnya. Masalah
utamanya adalah masalah prediksi kondisi beban yang bagaimanakah yang
menghasilkan momen kritis.
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk melakukan analisis rangka bertingkat
banyak yang mengalami beban lateral. Salah satunya adalah Metode Kantilever
(Gambar 4.28), yang mulai digunakan pada tahun 1908. Metode ini menggunakan
banyak asumsi, yaitu antara lain :
sebanding dengan jarak horisontal kolom tersebut ke pusat berat semua kolom di
tingkat tersebut. Metode analisis lain yang lebih eksak adalah menggunakan
perhitungan berbantuan komputer. Walaupun dianggap kurang eksak, metode
kantilever sampai saat ini masih digunakan, terutama untuk memperlajari perilaku
struktur bertingkat banyak.
1. Struktur atas suatu gedung adalah seluruh bagian struktur gedung yang berada di
atas muka tanah (SNI 2002)
2. Struktur atas ini terdiri atas kolom, pelat/lantai, balok,dinding geser dan tangga,
yang masing-masing mempunyai peran yang sangat penting.
3. Beban-beban pada struktur bangunan bertingkat, menurut arah bekerjanya dapat
dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Beban Vertikal (Gravitasi)
Beban mati (Dead Load)
Beban hidup (Live Load)
Beban Air Hujan
Saran