Anda di halaman 1dari 13

STRUKTUR BANGUNAN DAN UTILITAS

1. Struktur Bangunan

Bangunan bertingkat adalah bangunan yang memiliki lebih dari satu lantai secara vertikal. Bangunan
bertingkat ini dibangun berdasarkan keterbatasan tanah yang mahal di perkotaan dan tingkat
permintaan ruang untuk berbagai macam kegiatan. Semakin banyak jumlah lantai yang dibangun akan
meningkatkan efisiensi lahan sehingga suatu kota dapat ditingkatkan, namun di sisi lain juga diperlukan
tingkat perencanaan dan perancangan yang semakin rumit, yang harus melibatkan berbagai bidang
tertentu.

Bangunan bertingkat pada umumnya dibagi dua, bangunan bertingkat rendah dan bangunan bertingkat
tinggi. pembagian ini berdasarkan persyaratan teknis struktur bangunan.

Unsur – Struktur Dasar Bangunan Adalah Sebagai Berikut :

1. tidak linier
2. kolom dan balok, mampu menahan gaya aksial dan gaya rotasi
3. tidak tampak permukaan
4. dinding bisa berlubang atau berangka, menahan gaya – gaya aksial dan rotasi
5. plat padat atau beruas, ditupu pada rangka lantai, mampu memil\kul beban di dalam dan tegak
lurus terhadap bidang tersebut.
6. tidak dpasial
7. pembungkus fasade atau inti (core ), isalnya mengiat bangunan agar berlaku sebagai kesatuan.

Semua konstruksi yang direncanakan akan didukung oleh tanah terdiri dari dua bagian yaitu bagian atas
(superstructure) dan elemen bangunan bawah (substructure). Elemen bangunan bawah disebut terletak
antara bangunan atas dan tanah pendukung.

Dalam bangunan terdapat beberapa beban bangunan diantaranya :

a) Beban Vertikal

Adalah beban yang bekerja secara grafitasi (tegak) dari atap, lantai atas sampai lantai paling bawah yang
menciptakan ke pondasi. Baban vertikal yang diterima oleh struktur vertikal berupa kolom atau dinding
(dinding geser sebagai penyalur beban) terdiri dari beban mati dan beban hidup.

b) Beban Mati

Adalah berat sendiri dari bangunan seperti; berat atap (plat atap), lantai, dinding, kolom, balok, pintu,
jendela, plafon, tangga dan lain-lain, yang merupakan konstruksi dan bahan bangunan. Di samping beban
mati ada juga beban tetap yang tidak termasuk konstruksi tetapi merasa tidak ada bangunan yaitu; lift,
eskalator, jaringan instalasi seperti; listrik, telpon, AC, gas, air bersih, air kotor, pipa kotoran, mesin-mesin,
reservoir (tangki/tandon air) dan lain sebagainya

c) Beban Hidup

Adalah beban yang dapat berubah-ubah atau bergerak sesuai dengan penggunaannya yang bukan bagian
dari konstruksi. Beban hidup dapat menopang beban mati. Adapun jenis beban hidup dapat
mencakup; manusia, mebel (korsi, almari,meja, rak, perlengkapan komputer), kendaraan bermotor dan
gerakan yang terjadi seperti ledakan, kedatangan dan lain-lain.

d) Beban Horizontal

Adalah beban yang bekerja secara horizontal (mendatar), disebut juga beban lateral yang terdiri dari
beban angin dan gempa.

e) Beban Angin

Adalah beban yang datang dari segala arah yang diterima oleh bangunan secara horizontal. Beban ini
dapat bersifat statis apabila kecepatannya tetap dan dinamis apabila kecepatannya besar, tekanan angin
yang besar dapat dipengaruhi oleh lingkungan yang disekelilingnya ada bangunan yang tinggi juga. Makin
tinggi bangunan tersebut makin besar beban angin yang terjadi.

f) Beban Gempa (Seismik)

Berdasarkan teori Geologi, permukaan bumi terdiri dari beberapa lempengan batu tebal yang diatas
mantel bumi yang cair. Lempengan-lempengan tektonik baru terbentuk terus menerus sepanjang lembah
yang curam di dasar laut, dimana bahan cair dari dalam bumi mendukung ke atas sehingga samudra baru
membentuk tepi lempengan samudra terdorong. Pada pertemuan itu, maka lempengan akan terkunci di
tempat tersebut, yang akhirnya dapat menyebabkan bumi patah bagian atas sepanjang arah
tertentu. sebagian tenaga yang akan menjalar ke semua arah. Dengan demikian maka gerak gelombang
itulah yang disebut gempa. Pondasi yang terletak di dalam tanah adalah bagian dari bangunan yang
menerima gerakan gempa. Oleh karena itu, pondasi dapat menerima goyangan gempa secara bolak balik.

A. STRUKTUR BAWAH ( SUB STRUKTUR ).

Struktur bawah ( sub-structure ) adalah merupakan bagian dari struktur bangunan yang terletak di bawah
atau pada dasar sebuah bangunan yang memiliki fungsi tertentu. adapun beberapa elemen yang terlihat
dalam sub struktur adalah sebagai berikut :
1. Pondasi

Pondasi adalah salah satu bagian konstruksi bangunan yang berfungsi untuk menempatkan bangunan
dan beban yang disalurkan dari struktur atas ke tanah dasar pondasi yang cukup kuat untuk menahannya
tanpa terjadi penyelesaian diferensial pada sistem strukturnya.

Hal-hal berikut perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tipe pondasi:

 Keadaan tanah pondasi

 Batasan akibat konstruksi diatasnya (struktur atas)

 Keadaan daerah sekitar lokasi

 Waktu dan biaya pekerjaan

 Kokoh, kaku dan kuat

Karena letaknya di dalam tanah tertutup oleh lapisan tegel maupun tanah halaman, maka pondasi harus
dibuat kuat, aman, stabil, awet dan mampu mendukung beban bangunan, karena kerusakan pada
pondasi akan sangat sulit untuk diperbaiki.

 Jenis-jenis Pondasi

Pondasi Dangkal

Pondasi dangkal adalah pondasi yang digunakan pada kedalaman 0.8-1 meter. Karena dianggap daya
dukung tanah telah mencukupi. Berikut adalah contoh-contoh pondasi
dangkal: Pondasi Setempat , Pondasi Menerus , Pondasi Pelat , Pondasi Cakar Ayam , Pondasi Sarang
Laba-laba , Pondasi Grid , Pondasi Gasing

Pondasi Dalam

Pondasi dalam dalah fondasi yang kedalamannya lebih dari 2 meter dan biasa digunakan pada bangunan-
bangunan bertingkat. Berikut salah satu contoh dari jenis pondasi dalam :

B. STRUKTUR UTAMA ( STRUKTUR UTAMA ).

Sistem struktur bangunan gedung secara garis besar menggunakan beberapa sistem utama

1. Struktur Rangka atau Skeleton

Struktur kerangka atau kerangka terdiri atas komposisi dari kolom-kolom dan balok-balok. Kolom sebagai
unsur vertikal berfungsi sebagai penyalur beban dan gaya menuju tanah, sedangkan balok adalah unsur
horisontal yang berfungsi sebagai pemegang dan media pembagian beban dan gaya ke kolom. Kedua
unsur ini harus tahan terhadap tekuk dan lentur.

Selanjutnya dilengkapi dengan sistem lantai, dinding, dan komponen lain untuk melengkapi kebutuhan
bangunan untuk pembentuk ruang. Sistem dan komponen tersebut diletakkan dan ditempelkan pada
kedua elemen rangka bangunan. Dapat dikatakan bahwa elemen yang menempel pada rangka elemen
struktural (elemen non-struktural). Bahan yang umumnya dipakai pada sistem struktur rangka adalah
kayu, baja, beton termasuk beton pra-cetak. Semua bahan tersebut harus tahan terhadap gaya-gaya
tarik, tekan, puntir dan lentur. Saat ini bahan yang paling banyak digunakan adalah baja dan beton
bertulang karena mampu menahan gaya-gaya tersebut dalam skala yang besar. Untuk bahan pengisi non-
strukturalnya dapat digunakan bahan yang ringan dan tidak memiliki daya dukung yang besar, seperti
susunan bata, dinding kayu, kaca dan lainnya.

2. Struktur Rangka Ruang

Struktur rangka ruang adalah komposisi dari batang-batang masing-masing berdiri sendiri, gaya tekan
atau gaya tarik yang sentris dan satu sama lain dengan sistem tiga dimensi. Bentuk rangka ruang yang
dikembangkan dari pola grid dua lapis (doubel-layer grids), dengan batang-batang yang menghubungkan
titik-titik grid secara tiga dimensi. Elemen dasar pembentuk struktur rangka ini adalah:

 Rangka batang bidang

 Piramid dengan dasar segi empat membentuk oktahedron

 Piramid dengan dasar segitiga membentuk tetrahedron

3. Struktur Permukaan Bidang

Struktur permukaan termasuk juga struktur form-active biasanya digunakan pada keadaan khusus
dengan persyaratan struktur dengan tingkat efisiensi yang tinggi.Struktur struktur permukaan pada
umumnya menggunakan material-material khusus yang dapat memiliki kekuatan yang lebih tinggi
dengan ketebalan yang minimum.

4. Struktur Cangkang

Struktur cangkang adalah sistem dengan pelat melengkung ke satu arah atau lebih tebalnya jauh lebih
kecil daripada bentangnya. Gaya-gaya yang harus didukung dalam struktur cangkang disalurkan secara
merata melalui permukaan bidang sebagai membran gaya-gaya yang diserap oleh elemen
strukturnya. Gaya-gaya disalurkan sebagai gaya normal, dengan demikian tidak terdapat gaya yang
fleksibel dan fleksibel. Hasil gaya yang diserap ke dalam gaya tangensial yang searah dengan
kelengkungan bidang permukaannya.

5. Struktur Membran
Struktur membran memiliki prinsip yang sama dengan struktur cangkang, tetapi dengan bahan
permukaan yang sangat tipis. Kekakuan memperbaiki hal tersebut diperoleh dengan elemen tarik yang
membentuk jala-jala yang saling membantu untuk menambah kapasitas menahan beban-beban lending.

KOLOM

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang beban dari balok. Kolom merupakan suatu
elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada
suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang
bersangkutan dan juga runtuh total (totalcollapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996).SK SNI T -15-1991-
03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya adalah beban aksial
tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral
terkecil. Fungsi kolom adalah sebagai penerus seluruh bangunan ke pondasi. Bila diumpamakan, kolom
itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan berdiri.

Jenis – Jenis Kolom

Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis kolom ada tiga:

1. Kolom ikat (kolom ikat)

2. Kolom spiral (kolom spiral)

3. Kolom komposit (kolom komposit)

Dalam buku struktur bertulang bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga jenis kolom bertulang
yaitu :

1. Kolom pengikat menggunakan sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom brton yang ditulangi
dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak tertentu pengikatan dengan
pengikatan sengkang ke arah lateral. Tulangan ini bekerja untuk mempertahankan tulangan
pokoknya agar tetap kokoh pada tempatnya.
2. Kolom menggunakan spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama hanya sebagai pengikat
tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks terus
menerus di sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom
untuk
3. Menyerap deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya
kehancuran di seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan mewujudkan terwujud.

4. Struktur kolom komposit seperti tampak pada gambar. Komponen berikut adalah struktur tekan
yang bekerja pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa
diberi batang tulangan pokok memanjang.
Jenis-jenis kolom.

Kolom Utama ( Kolom Struktur )

Kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyangah beban utama yang berada
diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom utama adalah 3,5 m, agar dimensi balok untuk
menompang lantai tidak tidak disarankan, dan jika jarak antara kolom dibuat lebih dari 3,5 meter, maka
bangunan harus dihitung. Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2
biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan pokok 8d12mm, dan begel d 8-10cm.

Kolom Praktis

Adalah kolom yang berfungsi membantu kolom utama dan juga sebagai pengikat dinding agar dinding
stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter, atau pada pertemuan pasangan bata, (sudut-sudut). Dimensi
kolom praktis 15/15 dengan tulangan beton 4 d 10 begel d 8-20. Letak kolom dalam konstruksi. Kolom
portal harus dibuat terus menerus dari lantai bawah sampai lantai atas, artinya letak kolom-kolom portal
tidak boleh digeser pada setiap lantai, karena hal ini akan menghilangkan sifat kekakuan dari struktur
rangka portalnya. Jadi harus dihindarkan denah kolom portal yang tidak sama untuk tiap-tiap lapis
lantai. Ukuran kolom makin ke atas boleh makin kecil, sesuai dengan beban bangunan yang
didukungnyamakin ke atas juga makin kecil. Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapis
lantai,agar pada suatu lajur kolom memiliki kekakuan yang sama. Prinsip penerusan gaya pada kolom
pondasi adalah portal merangkai kolom-kolom menjadi satu kesatuan.Balok menerima seluruh beban dari
plat lantai dan terus ke kolom-kolom pendukung.Hubungan balok dan kolom adalah jepit-jepit, yaitu suatu
sistem dukungan yang dapat menahan momen, gaya vertikal dan gaya horisontal. Untuk menambah
kekakuan, di bagian pangkal pada pertemuan dengan kolom, boleh ditambah tebalnya.

SISTEM PENULANGAN PLAT

Sistem perencanaan tulangan pada dasarnya dibagi menjadi 2 macam yaitu :

 1.Sistem perencanaan pelat dengan tulangan pokok satu arah (selanjutnya disebut :pelat satu
arah/ one way slab)

 Sistem perencanaan pelat dengan tulangan pokok dua arah (disebut pelat duaarah/two way slab).

1) Penulangan pelat satu arah


Konstruksi pelat satu arah. Pelat dengan tulangan satu arah ini akan dijumpai jika pelat beton lebih
dominan menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang satu arah saja. Contoh pelat satu
arah adalah pelat kantilever (luifel) dan pelat yang ditumpu oleh 2 tumpuan. Karena momen lentur hanya
bekerja pada 1 arah saja, yaitu bentang bentang L (lihat gambar di bawah), maka tulangan pokok juga
dipasang 1 arah bentang bentang L tersebut. Untuk menjaga agar

kedudukan tulangan pokok tidak berubah dari tempat semula maka dipasang pula tulangan tambahan
yang arahnya tegak lurus tulangan pokok. Tulangan tambahan ini lazim disebut : tulangan bagi (seperti
terlihat pada gambar di bawah). Kedudukan tulangan pokok dan tulangan bagi selalu bersilangan tegak
lurus, tulangan pokok dipasang dekat dengan tepi luar beton, sedangkan tulangan bagi dipasang di
bagian dalamnya dan menempel pada tulangan pokok. Tepat pada lokasi persilangan tersebut, kedua
tulangan yang kuat dengan kawat binddraad. Fungsi tulangan bagi, selain memperkuat kedudukan
tulangan pokok, juga sebagai tulangan untuk penahan retak beton akibat susut dan perbedaan suhu
beton.

2) Penulangan pelat 2 arah

Konstruksi pelat 2 arah. Pelat dengan tulangan pokok 2 arah ini akan dijumpai jika pelat beton menahan
beban yang berupa momen lentur pada bentang 2 arah. Contoh pelat 2 arah adalah pelat yang ditumpu
oleh 4 sisi yang saling sejajar. Karena momen bekerja pada 2 arah, yaitu searah dengan bentang (lx) dan
bentang (ly), maka tulangan juga dipasang pada 2 arah yang saling tegak lurus (bersilang), tidak perlu
tulangan lagi. Tetapi pada di daerah tumpuan hanya bekerja saat lentur 1 arah saja, sehingga untuk
daerah tumpuan ini tetap dipasang tulangan pokok dan bagi, seperti terlihat pada gambar di
bawah. Bentang (ly) selalu dipilih > atau =(lx), tetapi momennya Mly selalu < atau = Mlx, sehingga
tulangan arah (lx) (momen yang besar ) dipasang di dekat tepi luar (urutan ke-1).

Perlu ditegaskan : untuk pelat 2 arah, bahwa di daerah lapangan hanya ada tulangan pokok saja (baik
arah lx maupun arah ly) yang saling bersilangan, di daerah tumpuan ada tulangan pokok dan tulangan
bagi.

BALOK

Menggambar penulangan balok agak sedikit berbeda dengan menggambar penulangan pelat
atap/lantai, karena dalam menggambar penulangan balok, tulangannya harus dibuka satu pertemuan (
harus digambarkan bukaan tulangan) agar terlihat jelas susunan tulangan-t yang digunakan dan
bentuknya. Tulangan yang dipilih luasnya harus disesuaikan dengan luas tulangan yang dibutuhkan serta
memenuhi persyaratan konstruksi beton bertulang.

 Setiap sudut balok harus ada 1 (satu) batang tulangan sepanjang balok .

 Jarak pusat ke pusat tulangan pokok maksimal 15 cm dan jarak bersih 3 cm pada bagian-bagian
yang memaksimalkan momen.
 Hindarkan pemasangan tulangan dalam 2 (dua) lapis untuk tulangan pokok.

 Jika jarak tulangan atas dan tulangan bawah (tulangan pokok) dibagian samping lebih dari 30
cm, harus dipasang tulangan ekstra (montage).

Selimut beton (beton deking) pada balok minimal untuk kontruksi

• Di dalam : 2.0 cm

• Di luar : 2,5 cm

• Tidak terlihat : 3.0 cm

Jika tegangan geser beton yang bekerja lebih kecil dari tegangan geser beton yang, jarak sengkang /
beugel dapat diatur menurut aturan beton dengan jarak masimal selebar balok dalam segala hal tidak
boleh lebih dari 30 cm.

Jika tegangan geser beton yang bekerja lebih besar dari tegangan geser beton yang, maka untuk menahan
/ menahan tegangan yang bekerja tersebut ada 2 (dua) cara:

 koneksi geser yang bekerja secara keseluruhan (100 %) dapat ditahan/dipikul oleh sengkang-
sengkang atau oleh tulangan serong / miring sesuai dengan perhitungan yang berlaku.

 Jika tegangan geser yang bekerja tersebut ditahan / dipikul oleh kombinasi dari sengkang-
sengkang dan tulangan serong / miring (sengkang-sengkang dipasang bersama-sama dengan
tulangan serong / miring atau dengan kata lain sengkang mengarah dengan tulangan serong),
maka 50 % dari tegangan yang bekerja tersebut harus dipikul / ditahan oleh sengkang-sengkang
dan sisinya ditahan / dipikul oleh tulangan serong/miring.

Tulangan tumpuan harus dipasang simetris (tulangan tumpuan bawah harus dipasang minimal sama
dengan tulangan tumpuan atas).

C. STRUKTUR ATAS ( STRUKTUR UPPER ).

Atap adalah bagaian paling atas dari suatu bangunan, yang meliputi gedung dan penghuninya secara fisik
maupun metafisik (mikrokosmos/makrokosmos). Masalah atap tergantung pada luasnya ruang yang
harus dilindungi, bentuk dan konstruksi yang dipilih, dan penutupnya. Di daerah tropis atap merupakan
salah satu bagian terpenting.

Fungsi Dari Atap Antara Lain :

 mencegah pengaruh :angin, bobot sendiri, curah hujan.


 melindungi ruang bawah mnusia serta elemen bangunan dari pengaruh : hujan sinar cahaya
matahari, sinar panas matahari, petir dan bunga api penerbangan

Jenis-Jenis Penutup Atap

Macam-macam tipe atap antara lain :

a) Atap datar (platdak), biasanya menggunakan beton bertulang yang dihitung sesuai dengan
bentangan dan pelat tebal.
b) Atap strandar (lessenaar), terdiri dari sebuah bidang atap miring kebagian tepi atas menempel
pada dinding bangunan induk.
c) Atap pelana (Zadeldak), terdiri dari dua bidang miring atap yang tepi atasnya bertemu pada satu
garis lurus yang disebut bubungan.
d) Atap pelindung (schildak), merupakan penyempurna dari bentuk atap pelana dengan
menambahkan dua bidang atap miring yang membentuk segitiga pada ujung akhir atap
bangunan.
e) Atap tenda (tentdak), biasa dipakai pada bangunan yang ukuran panjang dan lebarnya sama.
f) Atap runcing atau menara (terendak), serupa dengan bentuk atap tenda, akan tetapi kemiringan
dari jurai lebih curam.
g) Atap kerucut (kegeldak), jika atap itu berdenah bundar maka didapat atap berbentuk kerucut.

Jenis-Jenis Material Penutup Atap

Setiap jenis materi penutup atap punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Ada beberapa jenis
material atap yang saat ini banyak digunakan, yaitu sebagai berikut.

a) Atap Sirap Penutup atap yang terbuat dari kepingan tipis kayu ulin (eusideroxylon zwageri) dalam
ketahanannya tergantung keadaan lingkungan, kualitas kayu yang digunakan, dan besarnya
sudut atap.
b) Atap Genteng Tanah Liat Bahan tradisional ini banyak digunakan untuk rumah . gentang terbuat
dari tanah liat yang dicetak dan dibakar.
c) Atap Genteng Keramik Bahan genteng ini berbahan dasar tanah liat. Namun genteng ini telah
mengalami proses finishing, jadi permukaannya sudah diglasur.
d) Atap Genteng Beton Bentuk dan ukurannya hampir sama dengan genteng tanah tradisional,
hanya saja bahan dasarnya adalah campuran semen PC dan pasir kasar.
e) Atap Seng Atap ini terbuat dari lembaran baja tipis yang diberi lapisan elektrolisis yang tujuannya
untuk membuat tahan karat. Jadi, kata 'seng' berasal dari bahan pelapisnya.
f) Atap Dak Beton Atap ini biasanya merupakan atap datar yang terbuat dari kombinasi besi dan
beton. Penerapannya biasanya pada rumah – rumah modern minimalis dan kontemporer.
g) Atap Genteng Metal Atap ini berbentuk lembaran material, mirip seng. Genteng ini ditanam pada
balok gording rangka atap dengan menggunakan dasar.
h) Genteng Aspal Material genteng yang satu ini bersifat transparan, terbuat dari campuran
lembaran bitumen (turunan aspal) dan bahan kimia lain.
i) Atap Polikarbonat Atap ini berbentuk lembaran besar yang dapat dipasang tanpa
sambungan. Keunggulan polikarbonat adalah pada kualitas materialnya dan ketahanannya
terhadap radiasi matahari.

D. SISTEM UTILITTAS

Sistem Mekanikal

Yang dimaksud sistem mekanik disini adalah sistem penghawaan AC, air bersih, air kotor, air limbah dan
air buangan.

1. Air Conditioner (AC)

Ada 2 sistem, yaitu :

 Sentral, yaitu menggunakan Chiller, AHU, Ducting, FCU, Cooling Tower (utk sistem water to
water). Sistem ini berguna untuk bangunan-bangunan besar seperti kantor dan mall.

 Split, yaitu yang menggunakan unit indoor dan outdoor unit (seperti AC rumah biasa). Sistem ini
cocok untuk bangunan seperti apartemen dan hotel.

2. Air Bersih

 Sumber udara berasal dari PAM, atau menggunakan sumur dalam, yang kemudian ditampung
dalam reservoir atau tanki. Tanki ini bisa diletakkan di atas atau di bawah, atau di keduanya. Ada
dua sistem distribusi yang digunakan untuk air bersih, yaitu : Sistem Up Feed yaitu air dipompakan
dari bawah ke outlet air.

 Sistem Down Feed yaitu air dipompakan dari bawah ke reservoir atas, untuk kemudian disalurkan
ke outlet air secara gravitasi. Kebutuhan pompa akan tergantung dari tinggi/jarak dari sumber
penampungan air di bawah ke sumber penampungan air di atas / outlet air. Pipa untuk air bersih
biasanya di cat biru.

3. Air Kotor

Sumber air kotor kita kenal dengan toilet, dimana limbah padat dari toilet yang harus dikeluarkan menuju
tangki septik. Panduannya adalah usahakan toilet selalu dalam posisi yang sama tiap lantainya, agar tidak
terjadi pembelokan pipa yang dapat mengakibatkan kerusakan. Selain itu harus ditambahkan pipa
pembuangan gas agar tidak terjadi desakan gas dari sumber ke septic tank yang dapat menimbulkan resiko
septic tank meledak karena gas penuh. Pipa untuk air kotor biasanya di cat hitam.

4. Air Limbah

Air limbah juga biasa dikenal dengan grey water. Biasanya grey water akan disaring sebelum dikeluarkan
ke tempat pembuangan akhirnya. Hal ini dilakukan agar tidak lingkungan.

1. 5. Sistem Air Bungaan/Limpasan

Biasanya air buangan/limpasan ini adalah untuk pembuangan air hujan yang jatuh di atap bangunan. Air
ini sebaiknya ditampung untuk cadangan udara bangunan, Kalaupun mau dibuang, bisa langsung dibuang
ke riol atau saluran terbuka karena pada dasarnya air ini masih bersih. Yang perlu diperhatikan adalah
saluran untuk air buangan/limpasan ini harus cepat tersalurkan ke bawah, karena kalau volumenya besar
akan menimbulkan beban bagi bangunan.

Sistem Elektrikal

Bangunan 10 lantai menggunakan energi yang besar. Sumber energi pada umumnya adalah melalui PLN
atau melalui genset. Oleh karena itu dibutuhkan ruangan panel untuk menampung panel listrik utama dan
meterannya, genset dan kelengkapannya, termasuk ruang teknisinya. Setiap lantai sebaiknya diberi ruang
elektrikal yang berisi panel-panel pembagi untuk ruangan di lantai tersebut. Ruangan tidak sebaiknya
diakses untuk umum karena sifatnya servis. Sebisanya, manfaatkan sistem alam untuk mengurangi
penggunaan energi listrik yang berlebihan. Sebisanya pisahkan panel untuk kebutuhan pencahayaan,
kebutuhan peralatan/mesin besar, dan kebutuhan lingkungan.

Sistem Transportasi

Untuk bangunan 10 lantai, tentu saja dibutuhkan lift. menggunakan lift yang disesuaikan dengan
kebutuhan pengguna, agar tidak menggunakan energi boros karena lift listrik yang besar. Selain itu lift
juga disarankan dibuat zona-zona tertentu dan dibuat lift express (yang hanya singgah di lantai-
lantai). Selain itu tangga darurat juga dibutuhkan, hal ini sama dengan kebakaran untuk kebakaran. Tangga
darurat sebaiknya langsung mengarah keluar bangunan. Selain lift dan tangga, ada juga tangga berjalan
(eskalator) maupun ramp (lantai datar yang miring), atau pun conveyor (semacam ramp tapi mekanis).
PENUTUP

KESIMPULAN:

jadi kesimpulan dari hasil studi literatur dan studi banding bangunan tinggi yaitu bangunan yang
jumlah lantainya 5 atau lebih. Yang membedakan dengan bangunan 2 sampai 4 lantai adalah alat
trasnportasi naik turun lantai tingkat dan susunan ruang denahnya, struktur bangunan dalah
gabungan dari beberapa konstruksi bangunan yang dirangkai menjadi sebuah bangunan yang sifatnya
statis (tidak berubah) yang terdiri dari sub struktur, struktur utama dan atas yang memiliki unsur –
unsur : unsur lineaar, kolom dan balok, mampu menahan gaya aksial dan gaya rotasi, unsur
permukaan, dinding bisa berlubang atau berangka, mampu menahan gaya – gaya aksial dan rotasi,
plat padat atau beruas, ditupu pada rangka lantai, mampu memil\kul beban di dalam dan tegak lurus
terhadap bidang tersebut, tidak dpasial dan pembungkus fasade atau inti (core ),

Utilitas Bangunan merupakan kelengkapan dari suatu bangunan gedung, agar bangunan gedung
tersebut dapat bekerja secara optimal, dan terdiri dari : Sistem Elektrikal, sistem mekanikal, Sistem
Plambing Air Bersih, Sistem Plambing Air Kotor, Sistem Pembuangan Air Kotor, Sistem Plambing
Limbah, Sistem Pembuangan Sampah , Sistem Plambing Air Hujan, Sistem Sumur Resapan dan
Lif/Escalator.

DAFTAR PUSTAKA

 (http://www.google.co.id/search?q=konstruksi+atap&ie=utf-8&oe=utf
8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-beta)

 (http://ciputraentrepreneurship.com/component/content/article/164-umum/6365-jenis-jenis-
material-penutup-atap.html)

 Sistem Air Udara Pusat AC _ Isnanto.htm

 drs. H. widomoko,st, m.si, 2002. STRUKTURNBANGUNAN II( BANGUNAN BERTI9NGKAT TINGGI,


ITN malang

 Mata kuliah, struktur bangunan tinggi, semester II Teknik Sipil ITN Malang, dosen mata kuliah,
DR. IR. Lalu mulyadi, MTA

 Mata kuliah, pondasi, semester II Teknik Sipil ITN Malang, dosen mata kuliah, Ir.ibnu hidayat PJ
MT

 Materi Kuliah, Sistem Struktur Bangunan Tinggi, Institut Teknologi Nasional Malang
 frick heinz, 1980, ilmu konstruksi bangunan, penerbit yayasan komsius, yogyakarta.

 juwana .s. jimmy, 2005, panduan sistem bangunan tinggi untuk arsitek dan praktik
bangunan,erlangga, jakarta.

Anda mungkin juga menyukai