Anda di halaman 1dari 8

sifat-sifat nuklir

Berdasarkan definisi, dua atom dengan jumlah proton yang identik dalam intinya termasuk
ke dalam unsur kimia yang sama. Atom dengan jumlah proton sama namun dengan jumlah
neutron berbeda adalah dua isotop berbeda dari satu unsur yang sama. Sebagai
contohnya, semua hidrogen memiliki satu proton, namun terdapat satu isotop hidrogen
yang tidak memiliki neutron (hidrogen-1), satu isotop yang memiliki satu neutron
(deuterium), dua neutron (tritium), dll. Hidrogen-1 adalah bentuk isotop hidrogen yang
paling umum. Kadang-kadang ia disebut sebagai protium.[51] Semua isotop unsur yang
bernomor atom lebih besar daripada 82 bersifat radioaktif.[52][53]

Dari sekitar 339 nuklida yang terbentuk secara alami di Bumi, 269 di antaranya belum
pernah terpantau meluruh.[54] Pada unsur kimia, 80 dari unsur yang diketahui memiliki satu
atau lebih isotop stabil. Unsur 43, 63, dan semua unsur lebih tinggi dari 83 tidak memiliki
isotop stabil. Dua puluh tujuh unsur hanya memiliki satu isotop stabil, manakala jumlah
isotop stabil yang paling banyak terpantau pada unsur timah dengan 10 jenis isotop stabil.
[55]

BAB I
PENDAHLUAN
A.    Latar Belakang
Radiasi merupakan suatu cara perambatan energi dari sumber energi ke lingkungannya
tanpa membutuhkan medium atau bahan penghantar tertentu. Radiasi nuklir memiliki dua sifat
yang khas :
- tidak dapat dirasakan secara langsung dan
- dapat menembus berbagai jenis bahan.
oleh karena itu untuk menentukan ada atau tidak adanya radiasi nuklir diperlukan suatu alat,
yaitu pengukur radiasi, yang digunakan utuk mengukur kuantitas, energi, atau dosis radiasi.
Panca indera manusia secara langsung tidak dapat digunakan untuk menangkap atau
melihat ada tidaknya zarah radiasi nuklir, karena manusia memang tidak mempunyai sensor
biologis untuk zarah radiasi nuklir. Walaupun demikian, dengan bantuan peralatan instrumentasi
nuklir maka manusia dapat mendeteksi dan mengukur radiasi nuklir. Jadi manusia sepenuhnya
tergantung pada peralatan instrumentasi nuklir untuk mengetahui dan memanfaatkan zarah
radiasi nuklir tersebut. Detektor merupakan suatu bahan yang peka terhadap radiasi, yang bila
dikenai radiasi akan menghasilkan tanggapan mengikuti mekanisme yang telah dibahas
sebelumnya. Perlu diperhatikan bahwa suatu bahan yang sensitif terhadap suatu jenis radiasi
belum tentu sensitif terhadap jenis radiasi yang lain. Sebagai contoh, detektor radiasi gamma
belum tentu dapat mendeteksi radiasi neutron.
Detektor radiasi bekerja dengan cara mengukur perubahan yang disebabkan oleh
penyerapan energi radiasi oleh medium penyerap. Apabila dilihat dari segi jenis radiasi yang
akan dideteksi dan diukur, diketahui ada beberapa jenis detektor, seperti detektor untuk radiasi
alpha, detektor untuk radiasi beta, detektor untuk radiasi gamma, detektor untuk radiasi sinar-X,
dan detektor untuk radiasi neutron. Kalau dilihat dari segi pengaruh interaksi radiasinya, dikenal
beberapa macam detektor, yaitu detektor ionisasi, detektor proporsional, detektor Geiger muller,
detektor sintilasi, dan detektor semikonduktor atau detektor zat padat.
Walaupun jenis peralatan untuk mendeteksi zarah radiasi nuklir banyak macamnya, akan
tetapi prinsip kerja peralatan tersebut pada umumnya didasarkan pada interaksi zarah radiasi
terhadap detektor (sensor) yang sedemikian rupa sehingga tanggap (respon) dari alat akan
sebanding dengan efek radiasi atau sebanding dengan sifat radiasi yang diukur. detektor radiasi
dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
a) Detektor Isian Gas
b) Detektor Sintilasi
c) Detektor Semikonduktor
            akan tetapi dalam makalah ini akan saya bahas mengenai detector radiasi eiger muller.
Detector Geiger muller ini pada hakekatnya termasuk ke dalam 3 jenis detector diatas. Di dalam
pembahasannya nanti akan kita ketahui kalau ternyata detector Geiger muller termasuk ke dalam
detector isian gas. Ini mengindikasskan bahwa detekor Geiger muller di pengaruhi oleh gas.
B.     Rumusan Masalah
Apa itu detector geiger muller?
Bagaimana prinsip kerja detector Geiger muller?
C.    Tujuan
Memahami detektektor radiasi Geiger muller dan prinsip kerja.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Tabung Geiger Muller
Tabung Geiger muller merupakan salah satu dari alat detector radiasi nuklir yang
menggunakan interaksi radiasi sehingga menimbulkn besaran lain yang mudah di lihat dan atau
di ukur. Tabung ini memamfaatkanionisasi sekunder sehingga setiap radiasi pengion yan dating
menghasilkan satu pulsa. Kehadirannya dalam kehidupan manusia dikenal dengan istilah
pencacah Geiger muller.
Pencacah Geiger, atau disebut juga Pencacah Geiger-Müller adalah sebuah alat pengukur
radiasi ionisasi. Pencacah Geiger bisa digunakan untuk mendeteksi radiasi alpha dan beta.
Sensornya adalah sebuah tabung Geiger-Müller, sebuah tabung yang diisi oleh gas yang akan
bersifat konduktor ketika partikel atau foton radiasi menyebabkan gas (umumnya Argon)
menjadi konduktif. Alat tersebut akan membesarkan sinyal dan menampilkan pada indikatornya
yang bisa berupa jarum penunjuk, lampu atau bunyi klik dimana satu bunyi menandakan satu
partikel. Pada kondisi tertentu, pencacah Geiger dapat digunakan untuk mendeteksi radiasi
gamma, walaupun tingkat reliabilitasnya kurang. Pencacah geiger tidak bisa digunakan untuk
mendeteksi neutron.
Bagian – bagian Detektor Geiger Muller :

Katoda yaitu dinding tabung logam yang merupakan elektroda negatif. Jika tabung terbuat dari
gelas maka dinding tabung harus dilapisi logam tipis.
Anoda yaitu kawat tipis atau wolfram yang terbentang di tengah - tengah tabung. Anoda sebagai
elektroda positif.
Isi tabung yaitu gas bertekanan rendah, biasanya gas beratom tunggal dicampur gas poliatom (gas
yang banyak digunakan Ar dan He)
B.     Prinsip Kerja
Detektor Geiger Muller meupakan salah satu detektor yang berisi gas. Detector Geiger
muller tersebut secara garis besar prinsip kerjanya, yaitu menggunakan medium gas. Dan
tegangan yang sangat mempengaruhi proses kerjanya, sehingga tegangan menjadi pembeda dari
sekian banyak detector lainnya.
Apabila ke dalam labung masuk zarah radiasi maka radiasi akan mengionisasi gas isian.
Banyaknya pasangan elekron-ion yang terjadi pada detektor Geiger-Muller tidak sebanding
dengan tenaga zarah radiasi yang datang. Hasil ionisasi ini disebut elektron primer. Karena
antara anode dan katode diberikan beda tegangan maka akan timbul medan listrik di antara kedua
elektrode tersebut. Ion positif akan bergerak kearah dinding tabung (katoda) dengan kecepatan
yang relative lebih lambat bila dibandingkan dengan elektron-elektron yang bergerak kearah
anoda (+) dengan cepat. Kecepatan geraknya tergantung pada besarnya tegangan V. sedangkan
besarnya tenaga yang diperlukan untuk membentuk elektron dan ion tergantung pada macam gas
yang digunakan. Dengan tenaga yang relatif tinggi maka elektron akan mampu mengionisasi
atom-atom sekitarnya. sehingga menimbulkan pasangan elektron-ion sekunder. Pasangan
elektron-ion sekunder inipun masih dapat menimbulkan pasangan elektron-ion tersier dan
seterusnya. sehingga akan terjadi lucutan yang terus-menerus (avalence).
Kalau tegangan V dinaikkan lebih tinggi lagi maka peristiwa pelucutan elektron sekunder
atau avalanche makin besar dan elektron sekunder yang terbentuk makin banyak. Akibatnya,
anoda diselubungi serta dilindungi oleh muatan negative elektron, sehingga peristiwa ionisasi
akan terhenti. Karena gerak ion positif ke dinding tabung (katoda) lambat, maka ion-ion ini dapat
membentuk semacam lapisan pelindung positif pada permukaan dinding tabung. Keadaan yang
demikian tersebut dinamakan efek muatan ruang atau space charge effect. Tegangan yang
menimbulkan efek muatan ruang adalah tegangan maksimum yang membatasi berkumpulnya
elektron-elektron pada anoda. Dalam keadaan seperti ini detektor tidak peka lagi terhadap
datangnya zarah radiasi. Oleh karena itu efek muata ruang harus dihindari dengan menambah
tegangan V. penambahan tegangan V dimaksudkan supaya terjadi pelepasan muatan pada anoda
sehingga detektor dapat bekerja normal kembali. Pelepasan muatan dapat terjadi karena elektron
mendapat tambahan tenaga kinetic akibat penambahan tegangan V.
Apabila tegangan dinaikkan terus menerus, pelucutan alektron yang terjadi semakin
banyak. Pada suatu tegangan tertentu peristiwa avalanche elektron sekunder tidak bergantung
lagi oleh jenis radiasi maupun energi (tenaga) radiasi yang datang. Maka dari itu pulsa yang
dihasilkan mempunyai tinggi yang sama. Sehingga detektor Geiger muller tidak bisa digunakan
untuk mengitung energi dari zarah radiasi yang datang. Kalau tegangan V tersebut dinaikkan
lebih tinggi lagi dari tegangan kerja Geiger Muller, maka detektor tersebut akan rusak, karena
sususan molekul gas atau campuran gas tidak pada perbandingan semula atau terjadi peristiwa
pelucutan terus menerusbyang disebut continous discharge. Hubungan antara besar tegangan
yang dipakai dan banyaknya ion yang dapat dikumpulkan dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Pembagian daerah tegangan kerja tersebut berdasarkan jumlah ion yang terbentuk akibat
kenaikan tegangan yang diberikan kepada detektor isian gas. Adapun pembagian tegangan
tersebut dimulai dari tegangan terendah adalah sebagai berikut:
I. = daerah rekombinasi (Tidak saya bahas)
II. = daerah ionisasi (tidak dbahas dadalm makalah)
III. = daerah proporsional (tidak dibahas)
IV. = daerah proporsioanl terbatas (tidak dibahas)
V. = daerah Geiger Muller (terbahas)
Kurva yang atas adalah ionisasi Alpha, sedangkan kurva bawah adalah ionisasi oleh Beta. Kedua
kurva menunjukkan bahwa pada daerah tegangan kerja tersebut, detektor ionisasi dan detektor
proporsional masih dapat membedakan jenis radiasi dan energi radiasi yang datang. Dengan
demikian, detektor ionisasi dan detektor proporsional dapat digunaknan pada analisis spectrum
energi. Sedangkan detektor Geiger Muller tidak dapat membedakan jenis radiasi dan energi
radiasi.
Tampak dari gambar tersebut bahwa daerah kerja detektor Geiger Muller terletak pada
daerah V. pada tegangan kerja Geiger Muller elektron primer dapat dipercepat membentuk
elektron sekunder dari ionisasi gas dalam tabung Geiger Muller. Dalam hal ini peristiwa ionisasi
tidak tergantung pada jenis radiasi dan besarnya energi radiasi. Tabung Geiger Muller
memanfaatkan ionisasi sekunder sehingga zarah radiasi yang masuk ke detektor Geiger Muller
akan menghasilkan pulsa yang tinggi pulsanya sama. Atas dasar hal ini, detektor Geiger Muller
tidak dapat digunakan untuk melihat spectrum energi, tetapi hanya dapat digunakan untuk
melihat jumlah cacah radiasi saja. Maka detektor Geiger Muller sering disebut dengan detektor
Gross Beta gamma karena tidak bisa membedakan jenis radiasi yang datang.
Besarnya sudut datang dari sumber radiasi tidak mempengaruhi banyaknya cacah yang
terukur karena prinsip dari detektor Geiger Muller adalah mencacah zarah radiasi selama radiasi
tersebut masih bisa diukur. Berbeda dengan detektor lain misalnya detektor sintilasi dimana
besarnya sudut datang dari sumber radiasi akan mempengaruhi banyaknya pulsa yang dihasilkan.

Kelebihan Detektor Geiger Muller :


 Konstruksi simple dan Sederhana
 Biaya murah
 Operasional mudah
Kekurangan Detektor Geiger Muller :
 Tidak dapat digunakan untuk spektroskopi karena semua tinggi pulsa sama.
 Efisiensi detektor lebih buruk jika dibandingkan dengan detektor jenis lain.
 Resolusi detektor lebih rendah.
 Waktu mati besar, terbatas untuk laju cacah yang rendah.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Tabung Geiger muller merupakan salah satu dari alat detector radiasi nuklir yang menggunakan
interaksi radiasi sehingga menimbulkn besaran lain yang mudah di lihat dan atau di ukur.
Pencacah Geiger, atau disebut juga Pencacah Geiger-Müller adalah sebuah alat pengukur radiasi
ionisasi. Pencacah Geiger bisa digunakan untuk mendeteksi radiasi alpha.
Adapun bagian- bagian detector Geiger muller
- Katoda yaitu dinding tabung logam yang merupakan elektroda negatif
- Anoda sebagai elektroda positif.
- Isi tabung
Prinsip kerja detektor geiger muller

Detektor Geiger Muller merupakan salah satu detektor yang berisi gas. Detector Geiger
muller tersebut secara garis besar prinsip kerjanya, yaitu menggunakan medium gas. Dan
tegangan yang sangat mempengaruhi proses kerjanya, sehingga tegangan menjadi pembeda dari
sekian banyak detector lainnya.

Pengertian Radiasi, Sifat Radiasi, Jenis Radiasi dan Sumber Radiasi

PENGERTIAN RADIASI Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam
bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber radiasi. Ada
beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita, contohnya adalah televisi,
lampu penerangan, alat pemanas makanan (microwave oven), komputer, dan lain-lain.Selain
benda-benda tersebut ada sumber-sumber radiasi yang bersifat unsur alamiah dan berada di
udara, di dalam air atau berada di dalam lapisan bumi. Beberapa di antaranya adalah Uranium
dan Thorium di dalam lapisan bumi; Karbon dan Radon di udara serta Tritium dan Deuterium
yang ada di dalam air. Radiasi dalam bentuk partikel adalah jenis radiasi yang mempunyai massa
terukur. Sebagai contoh adalah radiasi alpha dengan simbol: 2α4 angka 4 pada simbol radiasi
menunjukkan jumlah massa dari radiasi tersebut adalah 4 satuan massa atom (sma) dan angka 2
menunjukkan jumlah muatan radiasi tersebut adalah positif 2, serta radiasi beta dengan simbol:
-1β0 menunjukkan bahwa jumlah massa dari jenis radiasi tersebut adalah 0 dan jumlah
muatannya adalah 1 negatif, sedangkan radiasi neutron dengan simbol: 1η0 menunjukkan bahwa
jumlah massa dari neutron adalah 1 sma dan jumlah muatannya adalah 0. Radiasi dalam bentuk
gelombang elektromagnetik atau disebut juga dengan foton adalah jenis radiasi yang tidak
mempunyai massa dan muatan listrik. Misalnya adalah gamma dan sinar-X, dan juga termasuk
radiasi tampak seperti sinar lampu, sinar matahari, gelombang microwave, radar dan handphone.
SIFAT RADIASI Ada dua macam sifat radiasi yang dapat digunakan untuk mengetahui
keberadaan sumber radiasi pada suatu tempat atau bahan, yaitu sebagai berikut : • Radiasi tidak
dapat dideteksi oleh indra manusia, sehingga untuk mengenalinya diperlukan suatu alat bantu
pendeteksi yang disebut dengan detektor radiasi. Ada beberapa jenis detektor yang secara
spesifik mempunyai kemampuan untuk melacak keberadaan jenis radiasi tertentu yaitu detektor
alpha, detektor gamma, detektor neutron, dll. • Radiasi dapat berinteraksi dengan materi yang
dilaluinya melalui proses ionisasi, eksitasi dan lain-lain. Dengan menggunakan sifat-sifat
tersebut kemudian digunakan sebagai dasar untuk membuat detektor radiasi. JENIS RADIASI
Secara garis besar radiasi digolongkan ke dalam radiasi pengion dan radiasi non-pengion. o
Radiasi Pengion Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses ionisasi
(terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi dengan materi. Yang termasuk
dalam jenis radiasi pengion adalah partikel alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan
neutron. Setiap jenis radiasi memiliki karakteristik khusus. Yang termasuk radiasi pengion
adalah partikel alfa (α), partikel beta (β), sinar gamma (γ), sinar-X, partikel neutron. o Radiasi
Non Pengion Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan efek
ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Radiasi non-pengion tersebut berada di sekeliling
kehidupan kita. Yang termasuk dalam jenis radiasi non-pengion antara lain adalah gelombang
radio (yang membawa informasi dan hiburan melalui radio dan televisi); gelombang mikro (yang
digunakan dalam microwave oven dan transmisi seluler handphone); sinar inframerah (yang
memberikan energi dalam bentuk panas); cahaya tampak (yang bisa kita lihat); sinar ultraviolet
(yang dipancarkan matahari). SUMBER RADIASI Ada macam-macam sumber radiasi yang
dapat dibedakan pada garis besarnya menjaadi : a. Sumber Radiasi Alam Radiasi alam dapat
berasal dari sinar kosmos, sinar gamma dari kulit bumi, hasil peluruhan radon dan thorium di
udara, serta berbagai radionuklida yang terdapat dalam bahan makanan. Di beberapa negara
seperti India, Brazil dan Perancis terdapat daerah yang memiliki radioaktivitas alam yang lebih
tinggi dibandingkan dengan di negara lain. b. Sumber Radiasi Buatan Radiasi buatan adalah
radiasi yang timbul karena atau berhubungan dengan kegiatan manusia; seperti penyinaran di
bidang medic, jatuhan radioaktif, radiasi yang diperoleh pekerja radiasi di fasilitas nuklir, radiasi
yang berasal dari kegiatan di bidang industri : radiografi, logging, pabrik lampu, dsb.

Anda mungkin juga menyukai