Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN EKSPERIMEN FISIKA I

RADIOAKTIVITAS

oleh

Sondang Bulan Simarmata, Christopher Jaya, Sekar Tanjung


10217043, 10217080, 10217081

LABORATORIUM FISIKA LANJUT


PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019-2020
ABSTRAK

Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang tidak stabil untuk memancarkan
radiasi menjadi inti yang stabil. Zat radioaktif adalah materi yang mengandung
inti tidak stabil yang dapat memancarkan radiasi dan radiasi adalah perambatan
energi dari sutau sumber energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan medium
atau bahan penghantar tertentu. Pada percobaan radioaktvitas ini digunakan
detektor Geiger - Muller untuk mendeteksi adanya energi radiasi, percobaan ini
dilakukan secara berulang dan akan diterapkan konsep statistik. Data yang
diperoleh dari percobaan ini berupa banyaknya cacahan terhadap tegangan kerja
Geiger – Muller, serta terhadap variasi yang dilakukan seperti, variasi jarak,
ketebalan penghalang, jenis penghalang, kemudian perbedaan sumber radioaktif.
Dari data-data yang diperoleh akan diolah menjadi grafik dengan menggunakan
grafik distribusi normal. Percobaan ini menunjukkan bahwa adanya variasi –
variasi percobaan yang dilakukan akan menentukan banyaknya cacahan yang
dihasilkan oleh detektor Geiger Muller. Detektor Geiger-Muller ini juga dapat
digunakan untuk menunjukkan pengaruh dari nilai aktivitas awal terhadap jumlah
cacahan yang terukur oleh Geiger-Muller.

Kata Kunci : Cacahan, Distribusi Normal, Geiger-Mueller, Radiasi, Radioaktivitas


DAFTAR ISI

Bab I Pendahuluan...........................................................................................1
Bab II Dasar Teori.............................................................................................3
II.1 Radioaktivitas...........................................................................................3
II.2 Detektor Geiger-Muller............................................................................3
Bab III Hasil dan Pembahasan...........................................................................5
III.1 Hasil Eksperimen……………………………………...………………..5
III.2 Pembahasan............................................................................................15
III.2.1 Pertanyaan................................................................................15
III.2.2 Analisis.....................................................................................15
III.2.3 Open Problem...........................................................................17
Bab IV Kesimpulan...........................................................................................19

ii
Bab I Pendahuluan

Pada percobaan ini akan dibahas mengenai radiasi dari zat radioaktivitas.
Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang tidak stabil untuk memancarkan
radiasi menjadi inti yang stabil dan radiasi adalah perambatan energi dari suatu
sumber energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan medium atau bahan
penghantar tertentu. Besarnya radiasi dari zat radioaktif ditentukan oleh peluruhan
zat radioaktif tersebut. Pada percobaan ini akan digunakan jenis detektor isian gas
yaitu pencacah Geiger-Muller, dengan terlebih dahulu ditentukan tegangan
kerjanya. Pada percobaan ini akan diperoleh bahwa radiasi yang dihasilkan
bersifat acak, tidak semua inti meluruh pada saat yang sama, dan tidak dapat
ditentukan inti mana yang meluruh pada saat tertentu. Hal ini dikarenakan suatu
bahan radioaktif memancarkan partikel radiasi yang keluar dari inti belum tentu
dapat masuk ke dalam tabung Geiger-Muller dan tentu saja belum tentu tercatat
oleh pencacah. Pada percobaan ini diterapkan konsep statistik dan distribusi
normal, dikarenakan data yang dihasilkan acak dan mengikuti sifat probabilitas
distribusi normal.

Tujuan :

1. menentukan tegangan kerja dari detektor Geiger-Muller,


2. menentukan distribusi statistik dari radioaktif,
3. menentukan hubungan jarak sumber radioaktif terhadap jumlah cacahan,
4. menentukan hubungan variasi tebal penghalang terhadap jumlah cacahan,
5. menentukan hubungan variasi jenis penghalang terhadap jumlah cacahan,
6. menentukan perbedaan jumlah cacahan untuk sumber radioaktif yang
berbeda,
7. menentukan pengaruh nilai aktivitas awal terhadap jumlah cacahan yang
dihasilkan,
8. menentukan hubungan waktu terhadap jumlah cacahan yang terukur,

1
Batasan-batasan pada percobaan ini :

1. besar nilai tegangan yang digunakan dalam rentang 350V sampai 600V
dengan kenaikan 10V,
2. waktu pengambilan data 10 detik ,
3. tegangan dari catu daya 9VDC,
4. tegangan kerja yang digunakan adalah 510V,
5. radioaktif yang digunakan Cs-137, Ba-133, dan Ti-204,

Asumsi yang digunakan dalam eksperimen ini adalah:

1. nilai tegangan kerja dari Geiger-Muller diperoleh dari nilai rata-rata


tegangan pada keadaan jumlah cacahan cenderung stabil (keadaan datar),
2. radiasi yang terdeteksi hanya berasal dari sumber radiasi,
3. rambatan dari radiasi adalah lurus,
4. nilai aktivitas dari sumber radioaktif sesuai dengan yang tertera pada
keterangan sumber radiasinya,

2
Bab II Dasar Teori

II.1 Radioaktivitas

Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang tidak stabil untuk memancarkan
radiasi menjadi inti yang stabil. Proses perubahan ini disebut peluruhan dan inti
atom yang tak stabil disebut radionuklida. Zat radioaktif adalah materi yang
mengandung inti tidak stabil yang memancarkan radiasi. Peluruhan adalah
perubahan inti atom yang tak stabil menjadi inti atom yang lain, atau berubahnya
suatu unsur radioaktif menjadi unsur yang lain.

II.2 Detektor Geiger-Muller

Prinsip Kerja dari Geiger Muller ialah, apabila kedalam tabung masuk suatu zat
radioaktif, maka zat radioaktif tersebut akan menghasilkan radiasi yang akan
mengionisasi gas yang berada dalam tabung. Radiasi yang datang pada tabung
Geiger-Muller tidak sebanding dengan banyaknya pasangan elektron-ion yang
terbentuk. Hasil ionisasi ini disebut dengan elektron primer. Medan listrik akan
timbul pada kedua eleketroda tersebut karena antara anoda dan katoda diberikan
beda tegangan. Pada katoda, ion positif akan bergerak dengan kecepatan yang
lebih lambat bila dibandingkan dengan elektron yang bergerak ke arah anoda.
Kecepatan gerak ini bergantung pada tegangan yang diberikan. Pada tegangan
yang bernilai besar, akan terbentuk elektron dan ion yang bergantung pada jenis
gas yang digunakan. Pada tegangan ini, elektron akan mampu mengionisasi atom-
atom disekitarnya yang kemudian membentuk elektron sekunder. Kemudian
elektron dan ion sekunder ini masih mampu menghasilkan ionisasi kembali yang
disebut pasangan elektron dan ion tersier dan begitu seterusnya, hal ini disebut
dengan peristiwa avalanche. Peristiwa avalanche akan semakin besar jika nilai
tegangan yang diberikan semakin besar, maka yang terjadi adalah anoda akan
diselubungi dan dilindungi oleh muatan negatif elektron, sehingga peristiwa
ionisasi akan berhenti. Setelah itu, akan terbentuk space charge effect akibat gerak
ion-ion positif yang lambat sehingga membentuk lapisan pelindung positif pada
permukaan dinding tabung. Tegangan yang menghasilkan space charge effect
adalah tegangan yang berada pada keadaan maksimum yang membatasi

3
berkumpulnya elektron dan ion pada anoda. Pada keadaan ini, detektor tidak
memiliki respon terhadap datangnya radiasi. Oleh karena itu, efek space charge
effect harus dihindari dengan cara menambah tegangan yang diberikan. Adanya
penambahan tegangan dimaksudkan agar terjadi pelepasan muatan pada anoda,
sehingga detektor dapat berkerja kembali. Hal ini dapat terjadi karena elektron
mendapat energi kinetik dari tegangan yang diberikan. Avalanche akan terjadi
terus-menerus apabila tegangan diperbesar. Pada nilai tegangan tertentu, peristiwa
avalanche elektron sekunder akan tidak bergantung pada jenis radiasi yang datang,
sehingga pulsa yang dihasilkan akan memiliki tinggi yang sama. Dalam hal ini,
detektor Geiger-Muller tidak dapat membedakan energi dari radiasi yang datang.
Apabila tegangan yang diberikan lebih besar dari tegangan kerja, maka detektor
Geiger-Muller akan rusak akibat dari avalanche yang terus-menerus yanng
disebut continous discharge.

Gambar II.2.1 Kurva daerah tegangan kerja detektor Geiger-Muller

Daerah kerja Geiger-Muller berada pada daerah V, pada daerah ini, elektron dapat
dipercepat membentuk elektron sekunder yang dihasilkan dari ionisasi dalam gas
tabung gas Geiger-Muller. Pada peristiwa ini, proses ionisasi tidak bergantung
pada jenis radiasi dan besarnya nilai radiasi. Pada tabung ini pulsa yang tingginya
sama dihasilkan dengan memanfaatkan ionisasi sekunder. Oleh karena itu,
detektor Geiger-Muller tidak dapat digunakan untuk menentukan jenis radiasi dan
energi radiasi dari suatu zat radioaktif.

4
Bab III Hasil dan Pembahasan

III.1 113Equation Chapter 3 Section 1 Hasil Eksperimen

Pada percobaan ini akan diperoleh data besar nilai tegangan kerja, distribusi
statistik dari radioaktif, hubungan jarak sumber radioaktif terhadap jumlah
cacahan, hubungan variasi tebal penghalang terhadap jumlah cacahan, hubungan
variasi jenis penghalang terhadap jumlah cacahan, perbedaan jumlah cacahan
untuk sumber radioaktif yang berbeda, pengaruh nilai aktivitas awal jumlah
cacahan dari sumber radiasi serta hubungan waktu terhadap distribusi cacahan.

1. Menentukan Tegangan Kerja Geiger-Mueller Counter

Pada percobaan ini digunakan Cs-137 dengan jarak 10 cm. Besar nilai tegangan
yang diberikan berada pada rentang 350V sampai 600V dengan variasi tegangan
10V dan waktu pengambilan data adalah 10 detik.

Tabel III.1. Data tegangan kerja detektor Geiger-Mueller

No. Tegangan (V) Cacahan


1 350 0
2 360 0
3 370 0
4 380 0
5 390 0
6 400 0
7 410 0
8 420 0
9 430 0
10 440 0
11 450 0
12 460 0
13 470 1
14 480 0
15 491 51
16 500 109
17 510 103
18 520 109
19 530 122
20 540 112
21 550 107
22 560 128
23 570 136

5
24 580 134
25 590 127
26 600 109

Dari Tabel III.1. dapat diperoleh plot hubungan cacahan dari Geiger Muller
terhadap tegangan dari Geiger Muller yang disajikan pada Gambar III.1.

Gambar III.1. Grafik cacahan terhadap tegangan Geiger Muller.

Pada daerah yang datar grafik tersebut, tegangan Geiger Muller berada pada
rentang 500V sampai 520V, jadi diperoleh tegangan kerja dari Geiger Muller
adalah 510V.

Tegangan GM = 510V

2. Distribusi Statistik Radiaoktif

Pada percobaan ini digunakan sumber radioaktif Cs-137 dengan besar nilai
tegangan kerja 510V. Pengambilan data pada percobaan ini dilakukan 60 kali
dengan waktu pengambilan data 10 detik.

6
Gambar III.2 Distribusi statistik dari radioaktif Cs-137

Dari data percobaan, diperoleh nilai rata rata sebesar 108,182 dengan nilai standar
deviasi 11.17

3. Hubungan Jarak terhadap Jumlah Cacahan

Pada percobaan ini digunakan sumber radioaktif Cs-137 dengan besar nilai
tegangan kerja 510V. Pengambilan data pada percobaan ini dilakukan sebanyak
20 kali dengan variasi jarak 10 cm, 15 cm, 20 cm, 25 cm, dan 30 cm, dengan
masing-masing waktu pengambilan data 10 detik.

Gambar III.3.1 Distribusi statistik dengan jarak 10 cm dari sumber

Dari data percobaan, diperoleh nilai rata rata sebesar 106 dengan nilai standar
deviasi 9,49

7
Gambar III.3.2 Distribusi statistik dengan jarak 15 cm dari sumber

Dari data percobaan, diperoleh nilai rata rata sebesar 45,05 dengan nilai standar
deviasi 8,42

Gambar III.3.3 Distribusi statistik dengan jarak 20 cm dari sumber

Dari data percobaan, diperoleh nilai rata rata sebesar 25,7 dengan nilai standar
deviasi 5,62

Gambar III.3.4 Distribusi statistik dengan jarak 25 cm dari sumber

Dari data percobaan, diperoleh nilai rata rata sebesar 19,15 dengan nilai standar
deviasi 4,31

8
Gambar III.3.5 Distribusi statistik dengan jarak 30 cm dari sumber

Dari data percobaan, diperoleh nilai rata rata sebesar 14,15 dengan nilai standar
deviasi 3,60

4. Hubungan Variasi Tebal Penghalang terhadap Jumlah Cacahan

Pada percobaan ini digunakan sumber radioaktif Cs-137 dengan besar nilai
tegangan kerja 510V. Pengambilan data pada percobaan ini dilakukan
sebanyak 20 kali dengan variasi tebal penghalang kode G, M, dan P. Jarak
diatur sebesar 15 cm dengan masing-masing waktu pengambilan data 10 detik.
G adalah aluminium dengan ketebalan 0,02 cm, M adalah aluminium dengan
ketebalan 0,08 cm dan P adalah aluminium dengan ketebalan 0,125 cm

Gambar III.4.1. Distribusi statistik dengan variasi penghalang G

Dari data percobaan, diperoleh nilai rata rata sebesar 12,9 dengan nilai standar
deviasi 3,91

9
Gambar III.4.2. Distribusi statistik dengan variasi penghalang M

Dari data percobaan, diperoleh nilai rata rata sebesar 10,65 dengan nilai standar
deviasi 2,62

Gambar III.4.3. Distribusi statistik dengan variasi penghalang P

Dari data percobaan, diperoleh nilai rata rata sebesar 9,55 dengan nilai standar
deviasi 4,12

5. Hubungan Variasi Jenis Penghalang terhadap Jumlah Cacahan

Pada percobaan ini digunakan sumber radioaktif Cs-137 dengan besar nilai
tegangan kerja 510V. Pengambilan data pada percobaan ini dilakukan
sebanyak 20 kali dengan variasi jenis penghalang kode E, I dan Q. Jarak diatur
sebesar 15 cm dengan masing-masing waktu pengambilan data 10 detik. E
adalah jenis penghalang plastic, I adalah jenis penghalang aluminium, dan Q
adalah jenis penghalang timbal.

10
Gambar III.5.1. Distribusi statistik dengan jenis penghalang E

Dari data percobaan, diperoleh nilai rata rata sebesar 16,2 dengan nilai standar
deviasi 4,81

Gambar III.5.2. Distribusi statistik dengan jenis penghalang I

Dari data percobaan, diperoleh nilai rata rata sebesar 11,8 dengan nilai standar
deviasi 3,52

Gambar III.5.3. Distribusi statistik dengan jenis penghalang Q

Dari data percobaan, diperoleh nilai rata rata sebesar 13,65 dengan nilai standar
deviasi 3,95

11
6. Perbedaan Jumlah Cacahan untuk Sumber Radioaktif Berbeda

Pada percobaan ini digunakan sumber radioaktif Cs-137, Ba-133 dan Ti-204
dengan besar nilai tegangan kerja 510V. Pengambilan data pada percobaan ini
dilakukan sebanyak 20 kali . Jarak diatur sebesar 10 cm dengan masing-
masing waktu pengambilan data 10 detik.

Gambar III.6.1 Distribusi statistik dengan jarak 10 cm dari sumber

Dari data percobaan, diperoleh nilai rata rata sebesar 106 dengan nilai standar
deviasi 9,49

Gambar III.6.2. Distribusi statistik dengan sumber radioaktif Ba-133

Dari data percobaan, diperoleh nilai rata rata sebesar 27,4 dengan nilai standar
deviasi 5,62

Gambar III.6.2. Distribusi statistik dengan sumber radioaktif Ti-204

Dari data percobaan, diperoleh nilai rata rata sebesar 17,75 dengan nilai standar
deviasi 4,85

12
7. Pengaruh Nilai Aktivitas terhadap jumlah cacahan

Pada percobaan ini digunakan zat radioaktif Cs-137 1 µCi dan Cs-137 5 µCi
dengan besar nilai tegangan kerja 510V. Pengambilan data pada percobaan ini
dilakukan sebanyak 20 kali. Jarak diatur sebesar 10 cm dengan masing-masing
waktu pengambilan data 10 detik.

Gambar III.7.1. Distribusi statistik dari Cs-137 1 µCi

Dari data percobaan, diperoleh nilai rata rata sebesar 106 dengan nilai standar
deviasi 9,49

Gambar III.7.2. Distribusi statistik dari Cs-137 5 µCi

Dari data percobaan, diperoleh nilai rata rata sebesar 623,45 dengan nilai standar
deviasi 19,72

8. Hubungan Waktu terhadap Distribusi Cacahan

Pada percobaan ini digunakan sumber radioaktif Cs-137 5 µCi dengan besar nilai
tegangan kerja 510V. Pengambilan data pada percobaan ini dilakukan sebanyak 1

13
kali. Jarak diatur sebesar 10 cm dengan masing-masing waktu pengambilan data 1
detik, 10 detik dan 60 detik.

Tabel III.8. Data waktu pengambilan terhadap jumlah cacahan yang terukur

No. Waktu (Detik) Jumlah cacahan


1 1 57
2 20 625
3 60 3679

Dari percobaan ini diperoleh jumlah cacahan 57 pada waktu 1 detik dan jumlah
cacahan 625 pada waktu 20 detik dan jumlah cacahan 3679 pada waktu 60 detik.

14
III.2 Pembahasan

Pada bagian ini akan dijawab soal-soal yang ada pada modul 04 : Radioaktivitas
yang meliputi pertanyaan, analisis dan open problem

III.2.1 Pertanyaan

Penentuan tegangan kerja pada Geiger-Muller ditentukan dengan mengambil nilai


rata-rata tegangan pada keadaan jumlah cacahan yang relatif stabil. Pengambilan
nilai tegangan kerja ini, dilakukan karena pada kedaan jumlah cacahan relatif
stabil menunjukkan bahwa tegangan tersebut dapat mengurangi efek pembentukan
proses avalanche yang terjadi terus-menerus.

Detektor Geiger-Muller tidak dapat digunakan untuk menentukan jenis sumber


radioaktif dikarenakan pada tegangan kerja Geiger-Muller, elektron primer akan
dipercepat dengan tegangan tersebut dan akan membentuk elektron sekunder
(peristiwa avalanche) dari proses ionisasi gas dalam tabung Geiger-Muller. Maka,
dalam hal ini proses ionisasi tidak bergantung pada jenis radiasi dan besarnya
energi radiasi. Ionisasi sekunder yang terjadi pada tabung Geiger-Muller
dimanfaatkan untuk menghasilkan pulsa yang tinggi pulsanya sama. Oleh karena
itu, Geiger-Muller tidak dapat membedakan jenis sumber radioaktif.

III.2.2 Analisis

Pengaruh dari variasi jarak sumber radioaktif terhadap detektor Geiger Muller
dapat dilihat pada Gambar III.3.1 sampai Gambar III.3.5. Dari gambar tersebut
menunjukkan bahwa semakin besar jarak antara sumber radioaktif terhadap
detektor Geiger-Muller maka semakin kecil nilai jumlah cacahan yang dihasilkan.
Dari hasil percobaan diperoleh semakin besar jarak sumber radioaktif terhadap
detektor Geiger-Muller, maka nilai rata-rata yang dihasilkan semakin bernilai
kecil. Secara fisis, apabila jarak sumber radioaktif terhadap detektor Geiger-
Muller diperbesar maka, dibutuhkan waktu untuk energi dari zat radioaktif
tersebut merambat, yang mana hal ini mempengaruhi ionisasi di dalam tabung
Geiger-Muller pada waktu pengambilan data yang sama. Hal ini yang

15
menyebabkan semakin sedikit pulsa yang dihasilkan yang ditandai dengan
banyaknya jumlah cacahan yang terukur. Ukuran detektor yang diperbesar akan
mempengaruhi jumlah cacahan yang dihasilkan. Apabila ukuran detektor
diperbesar, maka jumlah cacahan yang dihasilkan semakin besar juga. Hal ini
dikarenakan akan semakin banyak radiasi yang terdeteksi pada detektor dan akan
menyebabkan ionisasi gas pada tabung yang semakin banyak dan akan
menghasilkan ionisasi sekunder yang semakin banyak pula, yang terdeteksi
sebagai pulsa.

Pengaruh jenis penghalang dan tebal penghalang terhadap kurva distribusi untuk
sumber radioaktif Cs-137 dapat dilihat pada Gambar III.5.1 sampai Gambar
III.5.3 dan pada Gambar III.4.1 sampai Gambar III.4.3. Pada variasi jenis
penghalang, ketebalan jenis penghalang E lebih kecil daripada ketebalan jenis
penghalang I dan ketebalan jenis penghalang I sama dengan ketebalan jenis
penghalang Q, diperoleh nilai rata rata jenis penghalang E lebih besar daripada
nilai rata-rata jenis penghalang I dan nilai rata – rata jenis penghalang I lebih
kecil daripada jenis penghalang Q. Apabila dikaitkan dengan stopping power yang
merupakan besarnya jumlah energi yang hilang oleh partikel dalam bahan tertentu
karena terjadinya penyerapan partikel, maka diperoleh dari percobaan ini nilai
stopping power dari jenis penghalang E lebih kecil dari nilai stopping power jenis
penghalang < I dan nilai stopping power jenis penghalang I lebih besar dari nilai
stopping power jenis penghalang Q. Maka dari percobaan variasi jenis
penghalang ini, besar nilai stopping power dari suatu jenis penghalang tidak
dipengaruhi dari ketebalan jenis penghalang, melainkan nilai stopping power
merupakan karateristik dari suatu bahan tersebut. Dari percobaan 4 variasi tebal
penghalang digunakan penghalang jenis aluminium dengan ketebalan yang
berbeda dan ini merupakan sifat atenuasi dari suatu bahan. Semakin tebal
alumnium yang digunakan, maka semakin kecil nilai rata-ratanya. Stopping
Power aluminium pada percobaan bernilai lebih besar daripada timbal dan
plastik, dikarenakan pada ketebalan yang sama antara aluminium dan timbal,
radiasi yang terukur saat menggunakan penghalang aluminum bernilai lebih kecil
daripada menggunkan penghalang jenis timbal. Berdasarkan percobaan ini
material yang lebih cocok digunakan untuk proteksi radiasi adalah material

16
aluminium, dikarenakan nilai stopping power aluminium lebih besar daripada
jenis penghalang lainnya yang digunakan pada pratikum ini.

Kurva distribusi Cs-137, Ba-133 dan Ti-204 berturut-turut dapat dilihat pada
Gambar III.6.1 sampai Gambar III.6.3. Dari kurva tersebut terlihat bahwa Ti-
204 meluruh lebih cepat dibandingkan sumber radioaktif lainnya. Hal ini dapat
ditunjukkan oleh kurva peluruhan Ti-204 yang lebih awal meluruh dibanding
kurva Ba-133 dan kurva Cs-137.Nilai rata-rata cacahan juga menunjukkan bahwa
Ti-204 bersifat lebih tidak stabil dibandingkan Ba-133 dan Cs-137. Dengan
demikian diperoleh bahwa Ti-204 memiliki ketidakstabilan yang lebih besar
daripada Ba-133 dan Ba-133 memiliki ketidakstabilan yang lebih besar drai Cs-
137. Hal ini juga menunjukkan bahwa dua sumber yang berbeda dengan nilai
aktivitas yang sama tidak akan menghasilkan jumlah cacahan yang sama
dikarenakan pengaruh dari sifat radioaktif atom tersebut dan waktu paruh dari
setiap radioaktif yang berbeda-beda.

Sumber radiasi selain dari dari sampel radioaktif yang terbaca pada detektor
Geiger-Mulller adalah adanya radiasi yang berasal dari zat-zat radioaktif yang
terdapat pada bawah permukaan bumi, dan disebabkan oleh radiasi kosmik diluar
bumi, radiasi matahari, dan radiasi akibat sisa-sisa ionisasi pada tabung Geiger-
Muller sebelumnya .

Konsep statistik diterapkan pada peristiwa radioaktivitas karena diperoleh data


yang sangat acak pada pengukuran yang berulang, dan pada percobaan ini
diperoleh data yang berbeda dalam kondisi yang sama. Oleh karena itu, pada
percobaan ini dicari nilai cacahan rata-rata yang mewakili suatu data, dan dicari
nilai ketidakpastian dari data tersebut. Distribusi normal digunakan pada
percobaan ini karena data pada percobaan ini bersifat kontinu dan tidak memiliki
variasi waktu, dikarenakan pada percobaan ini waktu untuk pengambilan data
relatif pendek. Sedangkan pada distribusi Poisson bersifat diskrit yang
menyatakan peluang jumlah peristiwa yang terjadi pada periode waktu tertentu.

17
III.2.3 Open Problem

Eksperimen yang dapat menunjukkan pengaruh dari nilai aktivitas awal terhadap
Jumlah cacahan yang terdeteksi pada Geiger-Muller Counter adalah dengan
menggunakan dua sumber jenis radiasi yang serupa dengan nilai aktivitas awal
yang berbeda. Nilai rata-rata cacahan antara Cs- 137 dengan nilai aktivitas awal 5
µCi dan Cs- 137 dengan nilai aktivitas awal 1 µCi pada waktu yang sama yaitu 10
detik dengan pengambilan data sebanyak 20 kali untuk masing-masing zat
radioaktif diperoleh hasil percobaan yang dapat dilihat pada Gambar III.7.1
sampai Gambar III.7.2. Dari percobaan ini diperoleh bahwa jumlah nilai rata-rata
cacahan akan semakin besar untuk nilai aktivitas sumber yang bernilai besar.
Artinya, pada sumber zat radioaktif yang sama dan pada umur yang sama, nilai
aktivitas sebanding dengan nilai rata-rata cacahannya.

Hubungan waktu terhadap jumlah cacahan dapat dilihat pada Tabel III.8. Pada
percobaan ini diperoleh bahwa semakin lama waktu pengambilan data maka
semakin banyak jumlah cacahan yang terukur pada percobaan ini. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah radiasi yang terpancar dari suatu zat radioaktif
sebanding dengan waktu yang diperlukan untuk suatu zat radioaktif menuju
kestabilan.

18
Bab IV Kesimpulan

1. Tegangan kerja dari Geiger-Muller pada percobaan ini adalah 510 V. Nilai
tegangan kerja Geiger-Muller ini diperoleh dari hasil rata-rata nilai tegangan
yang diberikan pada jumlah cacahan yang relatif stabil atau dapat disebut nilai
rata-rata pada daerah datar.
2. Distribusi statistik dari radioaktif dengan sumber Cs-137 dengan nilai aktivasi
awal 1 µCi dapat dilihat pada Gambar III.3.2. Dari grafik distribusi statistik
radioaktif tersebut diperoleh bahwa data yang diperoleh pada percobaan
bersifat acak, dan ditribusi stastistik radioaktif tersebut mengikuti distribusi
normal.
3. Hubungan jarak sumber radioaktif terhadap jumlah cacahan dapat dilihat pada
Gambar III.3.1 sampai Gambar III.3.5. Percobaan ini diperoleh bahwa
semakin besar jarak antar sumber radiasi dari detektor Geiger-Muller maka
semakin kecil nilai rata-rata cacahan yang terukur. Dengan demikian, jarak
antara sumber radiasi berbanding terbalik terhadap nilai rata-rata cacahan yang
dihasilkan.
4. Hubungan variasi tebal penghalang terhadap jumlah cacahan dapat dilihat
pada Gambar III.4.1 sampai Gambar III.4.3 . Pada percobaan ini diperoleh
bahwa semakin tebal suatu penghalang maka semakin kecil nilai rata-rata
cacahan yang terukur. Dengan demikian, ketebalan suatu penghalan
berbanding terbalik dengan nilai rata-rata cacahan yang terukur.
5. Hubungan variasi jenis penghalang terhadap jumlah cacahan dapat dilihat
pada Gambar III.5.1 sampai Gambar III.5.3. Pada percobaan ini diperoleh
nilai rata-rata cacahan yang berbeda yang bergantung pada jenis penghalang.
Dari data yang diperoleh, nilai rata-rata cacahan pada aluminium bernilai kecil
apabila dibandingkan dengan jenis penghalang lainnya. Dengan demikian,
aluminium merupakan material yang bagus untuk digunakan sebagai proteksi
radiasi.

19
6. Perbedaan jumlah cacahan untuk sumber radioaktif yang berbeda dapat dilihat
pada Gambar III.6.1 sampai Gambar III.6.3. Dari percobaan ini, diperoleh
nilai rata-rata cacahan Ti-204 lebih kecil daripada Ba-133, dan nilai rata-rata
cacahan ba-133 lebih kecil dari Cs-137. Dengan demikian, diperoleh bahwa
Cs-137 bersifat paling stabil diantara zat radioaktif lainnya, dan Ti-204
bersifat paling tidak stabil diantara zat radioaktif lainnya.
7. Pengaruh nilai aktivitas awal dari sumber yang sama terhadap jumlah cacahan
dapat dilihat pada Gambar III.7.1 dan Gambar III.7.2. Pada percobaan ini,
nilai rata-rata cacahan bernilai besar sebanding dengan nilai aktivitas awal dari
suatu zat radioaktif.
8. Hubungan waktu terhadap distribusi cacahan pada suatu sumber radiasi dapat
dilihat pada Tabel III.8. Pada percobaan ini, diperoleh bahwa semakin lama
waktu pengambilan data yang dilakukan, maka semakin besar jumlah cacahan
yang terukur.

20
DAFTAR PUSTAKA

Martin, Brian. (2009) : Nuclear and Particle Physics : An Introdiction, 2nd edition,
John Wiley & Sons, 4, 128 – 130.

Knoll, Glenn F. (2009) : Radiation Detection and Measurement, 3rd edition, John
Wiley & Sons, 4, 128 – 130.

Pustaka dari Situs Internet :

Hilyana, F shoufika : Penetuan tegangan operasional pada detektor geiger mueller


dengan perbedaan jari-jari window detektor,
https://www.researchgate.net/publication/320975282_PENENTUAN_TE
GANGAN_OPERASIONAL_PADA_DETEKTOR_GEIGER_MULLER
_DENGAN_PERBEDAAN_JARI-JARI_WINDOW_DETEKTOR.
Dilihat pada 21 September 2019.

Anonim : Radioaktivitas atom terdiri atas inti atom dan elektron,


http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/1957080719
82112-WIENDARTUN/2._Radioaktivitas.pdf. Dilihat pada 21
September 2019.

Anonim : Radioaktivitas – direktori file UPI,


http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/1981050320
08012-IRMA_RAHMA_SUWARMA/13._radioaktivitas.pdf. Dilihat
pada 21 September 2019.

Agust. (2011) : Geiger Muller, https://agusts.blog.uns.ac.id/2011/04/27/60/.


Dilihat pada 21 September 2019.

Batan : Radioaktivitas – BATAN,


http://www.batan.go.id/ensiklopedi/08/01/01/03/08-01-01-03.html.
Dilihat pada 21 September 2019.

21

Anda mungkin juga menyukai