oleh
Telemetri adalah suatu sistem komunikasi untuk transfer data pengukuran jarak
jauh dengan menggunakan medium transmisi tertentu sebagai pembawa data.
Pada percobaan ini akan digunakan medium gelombang radio. Pada percobaan ini
dilakukan pengambilan data secara berulang untuk menentukan keakuratan dari
komponen-komponen pembangun sistem telemetri. Pada percobaan ini akan
dilakukan empat percobaan, yaitu percobaan data digital, percobaan data analog,
percobaan data temperatur dan percobaan data frekuensi. Data -data yang
diperoleh pada percobaan data digital dan analog, berupa nilai yang tertera pada
stasiun kontrol (CTU), kemudian data yang diperoleh dari percobaan temperatur
berupa data yang terbaca pada CTU dengan sumber panasnya dari praktikkan,
serta untuk percobaan frekuensi, data yang diperoleh berupa input dari nilai
frekuensi yang dikirim oleh RTU ke CTU, namun data ini akan terbaca pada PC.
Data-data ini kemudian diolah dengan mengkonversi data dengan menggunakan
analisis fourier, kemudian akan diperoleh grafik hubungan tegangan DC terhadap
tegangan CTU, plot grafik hubungan temperatur RTU terhadap temperatur CTU,
plot grafik hubungan IMABS FFT terhadap frekuensi dan plot grafik input
terhadap urutan data serta akan diperoleh besar galat frekuensi terhadap frekuensi
referensi. Dari percobaan ini, adanya galat dapat disebabkan oleh konversi analog
ke digital, dan adanya keterbatasan dari ketelitian display.
Bab I Pendahuluan...........................................................................................1
Bab II Dasar Teori.............................................................................................2
II.1 Sinyal Analog dan Digital................................................................2
II.2 Sistem Telemetri ELKAHFI 200.....................................................3
II.3 Sistem Telemetri ............................................................................3
Bab III Hasil dan Pembahasan...........................................................................6
III.1 Hasil Eksperimen ...........................................................................6
III.2 Pembahasan..................................................................................16
III.2.1 Pertanyaan.......................................................................16
III.2.2 Analisis............................................................................17
III.2.3 Open Problem.................................................................19
Bab IV Kesimpulan...........................................................................................20
ii
Bab I Pendahuluan
Informasi yang akurat dan cepat sangat diperlukan untuk menunjang kinerja di
segala bidang. Masalah dalam keterlambatan informasi dapat ditanggulangi
dengan sistem telemetri dikarenakan, telemetri adalah proses dimana obyek dapat
diukur dan hasilnya kemudian ditransmisikan pada dimana data pengukuran
tersebut ingin ditampilkan. Pada percobaan ini, digunakan sistem telemetri
ELKAHFI 200 yang dirancang sebagai alat bantu pengajaran sistem instrumentasi
nirkabel (Telemetri). Sistem telemetri ELKAHFI 200 merupakan sistem telemetri
yang berbasis ADC (Analog to Digital Converter).
1. Tidak ada sumber noise dari alat yang digunakan dan dari lingkungan.
1
Bab II Dasar Teori
Sinyal analog adalah sinyal data dalam bentuk gelombang yang kontinu yang
bergantung terhadap waktu, sinyal ini membawa informasi dengan mengubah
karateristik gelombang. Parameter karateristik utama dari sinyal analog adalah
adanya amplitudo dan frekuensi. Berdasarkan analisis fourier, sinyal analog dapat
diperoleh dari perpaduan sejumlah gelombang sinus. Gelombang analog ini
dimanfaatkan untuk transmisi data dengan jangkauan jarak yang jauh, namun
sinyal ini sangat mudah dipengaruhi oleh noise. Bentuk dari sinyal analog dapat
dilihat pada Gambar II.1.1
Sinyal digital adalah sinyal yang terdiri atas gabungan bilangan angka 1 dan 0.
Sinyal digital ini, tidak mudah terpengaruh oleh noise. Sinyal digital ini,
mentransmisikan informasi secara cepat dan akurat, namun jangakuan jarak
transmisi ini relatif dekat.
2
II.2 Sistem Telemetri ELKAHFI 200
Sistem telemetri ELKAHFI terdiri dari Remote Terminal Unit (RTU), I/O board
dan Control Terminal Unit (CTU). Subsistem yang terhubung langsung dengan
papan I/O board yang berfungsi sebagai pengirim data hasil pengukuran ke sistem
kontrol disebut RTU, sedangkan I/O board berfungsi sebagai pensimulasi kondisi
pengukuran dengan menggunakan masukan digital berupa saklar, simulasi
tegangan analog dengan potensiometer, dan keluaran sensor temperatur.
Subsistem yang memiliki peranan penting dalam pengendalian stasiun ukur atau
penerima hasil pengukuran data dari stasiun ukur disebut CTU.
Sistem telemetri terbagi atas 3 blok besar pembangun sistem, yaitu blok sumber
data, blok saluran transmisi dan blok penerima/pengolah data. Pada blok sumber
data terdapat Analog to Digital Converter (ADC) dan mikrokontroller. Saluran
transmisi adalah alat yang dipakai untuk menyalurkan/menghubungkan antara
sumber data dan penerima data. Pada saluran transmisi terdapat Data
Circuitterminating Equipment (DCE) dan Modulator Demodulator (MODEM)
serta transceiver atau radio pemancar/penerima. Berdasarkan fungsinya sistem
telemetri dibagi 2, yaitu stasiun ukur dan stasiun pengolah data.
Pada stasiun ukur terdiri atas sensor, multiplekser, Analog to Digital Converter
(ADC), mikrokontroller, modem dan pemancar-peneriman (transceiver). Proses
yang terjadi pada stasiun ukur ini adalah sinyal analog dideteksi oleh sensor,
kemudian masuk ke multiplekser untuk diseleksi keluaran mana yang akan
dikirim melalui telemetri, lalu sinyal ini akan dikonversi menjadi data digital oleh
ADC dan dikirimkan oleh mikrokontroller untuk diolah. Setelah itu, data
dikirimkan secara serial melalui modem dan dikirimkan ke stasiun kontrol oleh
pemancar.
3
Gambar II.3.1 Diagram blok stasiun ukur.
Pada pengukuran data digital, besar nilai galat yang pengukuran dapat diperoleh
melalui hubungan berikut :
ndata salah
%Error= (1)
ntotal data
Pada pengukuran data analog, nilai tegangan referensi dan nilai tegangan pada
stasiun kontrol dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan :
V ref
V CTU = × V CTU 10 (3)
(2n −1)
(2¿¿ n−1)
∆ U =∆ V × ¿ (4)
V ref
Dengan V ref adalah tegangan referensi, a adalah nilai gradien dari grafik yang
hubungan tegangan dari RTU terhadap data yang diterima oleh CTU, V CTU adalah
nilai tegangan pada CTU hasil dari konversi V CTU 10 yang dari bentuk DEC dan
∆ U adalah beda tegangan yang dihasilkan dapat juga disebut galat LSB
4
Pada pengukuran data temperatur, nilai tegangan referensi dan konversi nilai
temperatur dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut :
a (2n−1)
V ref = (5)
100
Dengan V ref adalah tegangan referensi, a adalah nilai gradien dari grafik yang
hubungan antara temperatur yang dikirim oleh RTU terhadap data DEC yang
diterima oleh CTU, T CTU adalah nilai temperatur pada CTU hasil dari konversi
T CTU 10.
Pada pengukuran data frekuensi, nilai frekuensi sampling, nilai hasil fourier
analisis, dan nilai frekuensi tiap data dapat diperoleh dengan menggunakan
persamaan berikut :
X× N
f sampling = (7)
T u ×12
n × f sampling
f= (9)
N
5
6
Bab III Hasil dan Pembahasan
Pada percobaan ini, akan diperoleh data dari percobaan data digital, percobaan
data analog, percobaan data temperatur, dan percobaan data frekuensi.
Percobaan ini dilakukan dengan mengatur saklar I/O board, lalu nilai digital
diatur terlebih dahulu sebelum dikirim. Pada stasiun ukur, nilai digital yang
tertera dicatat, kemudian tekan tombol SEND. Setelah itu, data yang tertera
pada stasiun kontrol dicatat. Berikut disajikan data percobaan dengan data
digital dikirimkan dari RTU dalam bentuk biner 8 bit, kemudian data digital
diterima oleh CTU dalam bentuk heksadesimal.
Pada percobaan ini, diperoleh tidak ada perbedaan hasil antara data yang
diberikan oleh RTU (stasiun ukur) dan data yang terbaca pada CTU (stasiun
kontrol). Sehingga, dengan menggunakan persamaan (1) dapat diperoleh galat
pada percobaan ini adalah 0%.
7
Pada percobaan ini, potensiometer I/O board diatur, kemudian dicatat nilai
tegangan yang terbaca. Setelah itu, data tegangan yang telah diatur dari RTU
dikirim ke CTU, lalu nilai tegangan yang terbaca pada CTU dicatat. Berikut
disajikan data percobaan dengan data analog dikirimkan dari RTU dalam bentuk
tegangan, kemudian data analog diterima oleh CTU dalam bentuk heksadesimal,
kemudian data diolah dengan mengubah bentuk heksadesimal ke desimal.
Dari data percobaan ini, diperoleh grafik hubungan antara tegangan DC V RTU
terhadap data DEC yang diterima di CTU yang disajikan pada Gambar III.2.
8
2.5
2
Tegangan RTU (Volt)
f(x) = 0 x − 0
R² = 1
1.5
0.5
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
Tegangan CTU10
Gambar IIII.2 Grafik Hubungan antara tegangan DC VRTU terhadap data DEC
yang
diterima di CTU.
Dari plot grafik hubungan diatas, diperoleh nilai gradien a bernilai 0,0006 dan
nilai Vref bernilai 2,457 Volt. Nilai Vreff ini dapat diperoleh dari persamaan (2)
Dengan telah diperolehnya nilai tegangan referensi, maka dapat ditentukan hasil
konversi besaran CTU dari DEC menjadi volt melalui persamaan (3). Besar nilai
tegangan yang diperoleh spada CTU disajikan pada Tabel III.2.2.
Tabel III.2.2. Pengolahan data untuk menentukan untuk VCTU dan ∆U.
9
1,367 1,400 0,033 54,667
1,561 1,598 0,037 62,333
1,624 1,663 0,039 64,333
1,982 2,029 0,047 78,667
2,004 2,052 0,048 80,000
Dari tabel diatas dapat dilihat adanya perubahan yang semakin besar antara V RTU
dan VCTU dari hasil konversi besaran CTU dari DEC, seiring dengan tegangan
masukan dari RTU dalam bentuk sinyal analog diperbesar. Sehingga diperoleh
galat LSB yang semakin besar.
Dari data percobaan pada tabel diatas, dapat diperoleh grafik hubungan antara
temperatur yang dikirimkan dari RTU terhadap data DEC yang diterima di CTU
10
36
33
32
31
30
29
530 540 550 560 570 580 590 600 610
TCTU10
Gambar IIII.3. Grafik Hubungan antara temperatur RTU terhadap data DEC yang
diterima di CTU.
Dari plot grafik hubungan diatas, diperoleh nilai gradien a bernilai 0,0586 dan
nilai Vref bernilai 2,400 Volt. Nilai Vreff ini dapat diperoleh dari persamaan (5)
Dengan telah diperolehnya nilai tegangan referensi, maka dapat ditentukan hasil
konversi nilai suhu CTU dari DEC menjadi derajat celcius melalui persamaan (6).
Besar nilai tegangan yang diperoleh spada CTU disajikan pada Tabel III.3.2
Tabel III.3.2. Pengolahan data untuk menentukan untuk TCTU dan error.
11
11 34,87 34,867 0,009
12 34,93 34,926 0,013
13 35,04 35,043 0,008
14 35,16 35,160 0,000
15 35,22 35,219 0,004
Dari data diatas dapat diperoleh error yang sangat kecil, sehingga diperoleh tidak
ada perubahan yang sangat besar saat mengkonversi nilai suhu CTU dari DEC
menjadi derajat celcius.
Pada percobaan ini, akan divariasikan frekuensi, yaitu frekuensi 1500 Hz, 2800
Hz,6900 Hz dan 7300 Hz. Pada percobaan ini diperoleh 128 data. Data yang telah
diperoleh, akan diolah menggunakan transformasi fourier, sehingga menghasilkan
besar galat dari hasil pengukuran, data ini disajikan pada tabel III.4. Setelah itu,
akan diperoleh nilai absolut nilai hasil analisis fourier dan akan diperoleh nilai
frekuensi tiap data. Pada percobaan ini, akan diperoleh grafik frekuensi terhadap
IMABS dan grafik urutan data terhadap input yang diterima.
Dari data pada tabel diatas, dapat diperoleh besar galat frekuensi terhadap
frekuensi referensi nya bernilai 3,2% untuk frekuensi 1500 Hz, 1,25% untuk
frekuensi 2800 Hz, 0,69% untuk frekuensi 6900 .Hz dan 1,25% untuk frekuensi
7300 Hz.
12
180000
160000
140000
120000
IMABSFFT 100000
80000
60000
40000
20000
0
0 5000 10000 15000 20000 25000
FREKUENSI (Hz)
Gambar IIII.4.1. Grafik Hubungan antara IMABS FFT terhadap frekuensi pada
frekuensi 1500 Hz
Pada grafik hasil percobaan diatas, diperoleh nilai frekuensi in bernilai 1548 Hz,
dimana hal ini mengakibatkan adanya galat sebesar 3,2% terhadap frekuensi
referensi.
3000
2500
2000
INPUT
1500
1000
500
0
0 20 40 60 80 100 120 140
URUTAN
Gambar IIII.4.2. Grafik Hubungan antara input terhadap urutan data pada
frekuensi
1500 Hz
13
Dari grafik diatas diperoleh sampling time dari pengukuran diatas adalah
0,005952 detik.
180000
160000
140000
120000
IMABS FFT
100000
80000
60000
40000
20000
0
0 5000 10000 15000 20000 25000
FREKUENSI (Hz)
Gambar IIII.4.3. Grafik Hubungan antara IMABS FFT terhadap frekuensi pada
frekuensi 2800 Hz
Pada grafik hasil percobaan diatas, diperoleh nilai frekuensi in bernilai 2765 Hz,
dimana hal ini mengakibatkan adanya galat sebesar 1,25% terhadap frekuensi
referensi.
3000
2500
2000
INPIT
1500
1000
500
0
0 20 40 60 80 100 120 140
URUTAN
14
Gambar IIII.4.4. Grafik Hubungan antara input terhadap urutan data pada
frekuensi
2800 Hz
Dari grafik diatas diperoleh sampling time dari pengukuran diatas adalah
0,005999 detik.
160000
140000
120000
IMABS FFT
100000
80000
60000
40000
20000
0
0 5000 10000 15000 20000 25000
FREKUENSI (Hz)
Gambar IIII.4.5. Grafik Hubungan antara IMABS FFT terhadap frekuensi pada
frekuensi 6900 Hz
Pada grafik hasil percobaan diatas, diperoleh nilai frekuensi in bernilai 6852 Hz,
dimana hal ini mengakibatkan adanya galat sebesar 0,69% terhadap frekuensi
referensi.
15
3000
2500
2000
INPUT
1500
1000
500
0
0 20 40 60 80 100 120 140
URUTAN
Gambar IIII.4.6. Grafik Hubungan antara input terhadap urutan data pada
frekuensi
6900 Hz
Dari grafik diatas diperoleh sampling time dari pengukuran diatas adalah
0,005918 detik.
180000
160000
140000
120000
IMABS FFT
100000
80000
60000
40000
20000
0
0 5000 10000 15000 20000 25000
FREKUENSI (Hz)
Gambar IIII.4.7. Grafik Hubungan antara IMABS FFT terhadap frekuensi pada
frekuensi 7300 Hz
16
Pada grafik hasil percobaan diatas, diperoleh nilai frekuensi in bernilai 7388 Hz,
dimana hal ini mengakibatkan adanya galat sebesar 1,25% terhadap frekuensi
referensi.
3000
2500
2000
INPUT
1500
1000
500
0
0 20 40 60 80 100 120 140
URUTAN
Gambar IIII.4.8. Grafik Hubungan antara input terhadap urutan data pada
frekuensi
7300 Hz
Dari grafik diatas diperoleh sampling time dari pengukuran diatas adalah
0,006112 detik.
III.2 Pembahasan
Pada bagian ini akan dijawab soal-soal yang ada pada modul 01: Sistem Telemetri
Radio yang meliputi pertanyaan, analisis dan open problem
III.2.1 Pertanyaan
17
sumber gangguan dari kabel, serta sistem telemetri menggunakan medium udara
lebih murah dibandingkan dengan penggunaan kabel.
III.2.2 Analisis
Pada percobaan transmisi data input digital menggunakan telemetri, dari 10 data
percobaan yang dapat dilihat pada Tabel III.1 diperoleh tidak ada kesalahan akibat
perbedaan hasil keluaran terhadap data masukan dikarenakan pada percobaan ini
tidak ada proses konversi data analog ke data digital. Kesalahan akibat adanya
perbedaan hasil keluaran terhadap masukan dapat disebabkan oleh adanya
kerusakan dari alat telemetri dan dari efek skin depth. Hal ini dikarenakan
telemetri pada percobaan ini menggunakan medium gelombang radio.
Pada sistem telemetri yang digunakan pada percobaan ini, layar atau display pada
RTU hanya dapat memuat 3 digit sedangkan LSB dapat mengkonversi sampai 4
angka dibelakang koma. Oleh karena itu, diperoleh galat akibat adanya data yang
tidak dapat ditampilkan pada layar atau display RTU dikarenakan keterbatasan
dari skala pada layar RTU.
Adanya kesalahan antara data temperatur yang dibaca langsung dengan data suhu
melalui telemetri diakibatkan karena, pada proses pengiriman data temperatur
hingga data temperatur diterima oleh CTU terdapat proses konversi dari sinyal
analog ke sinyal digital. Kesalahan ini juga dapat dikaitkan dengan galat LSB,
yaitu LSB dapat mengkonversi sampai 4 angka dibelakang koma, artinya
18
ketelitian yang tinggi sedangkan layar pada RTU hanya dapat menampilkan 3
angka dibelakang koma.
Proses konversi Analog to Digital Converter atau (ADC) adalah proses mengubah
sinyal analog menjadi sinyal digital dengan melalui proses Sample dan Hold, pada
proses ini sinyal analog akan dicacah, kemudian hasil pencacahan ini akan di
pisahkan sesuai dengan tingkat kuantisasi dan pada proses ini terjadi pengkodean.
Hasil dari proses ini yang akan menjadi bentuk keluaran dari ADC. Pengaruh
jumlah bit ADC terhadap nilai hasil konversi ADC adalah resolusi. Semakin besar
jumlah bit maka semakin tinggi resolusi dari suatu alat dan apabila semakin besar
jumlah bit maka nilai keluarannya semakin banyak.
Grafik frekuensi hasil percobaan dapat dilihat pada Gambar III.4.1 sampai
Gambar III.4.8. Grafik yang dihasilkan simetris disebabkan oleh konsekuensi dari
analisis fourier dikarenakan data yang diperoleh diolah menggunakan fast fourier
transform. Analisis fourier digunakan untuk merekontruksi sifat simetri
gelombang. Metode dengan menggunakan analisis fourier ini diterapkan pada
jumlah data yang terbatas dan pada perioda tertentu sehingga analisis fourier ini
akan menghasilkan bilangan kompleks.
Nilai harga frekuensi dapat diperoleh dengan menghubungkan kabel serial CTU
dengan COM serial PC kemudian CTU direset. Setelah itu, pada I/O board saklar
frekuensi dipastikan berada pada posisi F_OUT, lalu RTU di reset. Pada modul
RTU, mode penyimpanan diubah menjadi mode Save kemudian tombol SEND
ditekan lalu tombol ENTER ditekan. Setelah itu, pengaturan pada modul RTU
diatur dengan menekan Output Module lau Frequency Out. Setelah itu, nilai
frekuensi diatur dengan menekan tombol ENTER, UP dan DOWN, lalu tekan
tombol SEND untuk mengirim frekuensi. Lampu LED akan berkelap-kelid yang
menandai proses pengiriman frekuensi dari RTU ke CTU. Proses pengiriman data
akan selesai dengan ditandai padamnya lampu LED. Selanjutnya, frekuensi diatur
kembali untuk pengiriman kedua dan langkah yang sama dilakukan untuk
pengiriman frekuensi. Pengambilan data dilakukan sebanyak 4 kali dengan
rentang 100-9900 Hz ke stasiun pengolah data. Data yang diterima pada stasiun
kontrol dicatat. Setelah pengukuran selesai, tombol SEND ditekan untuk
19
mengakhiri penulisan file pada memori CTU, layar pada RTU akan menampilkan
File Update. Setelah itu, data frekuensi yang diperoleh akan diolah menggunakan
persamaan (7),(8) dan (9).
Pada saat CTU berada dalam kaleng logam, data yang dikirimkan dari RTU
langsung diterima dalam waktu yang singkat dan benar oleh CTU dalam kaleng.
Hal ini terjadi sebaliknya pada percobaan dengan panggilan telepon yang berada
pada kaleng logam. Pada percobaan panggilan telepon dalam kaleng logam
diamati bahwa telepon dalam kaleng logam tidak merespon panggilan telepon
yang dilakukan dari luar kaleng logam. Hal ini diakibatkan oleh efek Skin Depth,
dimana semakin dalam kedalaman suatu medium homogen maka amplitudonya
akan tereduksi.
20
BAB IV Kesimpulan
1. Perbandingan data masukan RTU dan data keluaran pada CTU pada
pengiriman data secara digital dapat dilihat pada Tabel III.1. Pada percobaan
ini diperoleh data yang bernilai sama dengan data yang diterima pada CTU
2. Kesalahan pengukuran secara LSB pada pengiriman data secara analog dapat
dilihat pada Tabel III.2.2. Dari percobaan ini diperoleh bahwa semakin besar
nilai tegangan pada RTU dan CTU maka semakin besar nilai galat LSB yang
dihasilkan.
3. Grafik hubungan antara temperatur yang dikirimkan dari RTU terhadap data
yang diterima oleh CTU dapat dilihat pada Gambar III.3. Dari grafik tersebut
dapat diperoleh kelinearan yang sangat bagus yaitu, R2 = 1.
4. Besar nilai tegangan referensi pada pengiriman data analog bernilai 2,457 Volt
dan besar nilai tegangan referensi pada pengiriman data temperatur bernilai
2,400 Volt
5. Galat yang diperoleh pada pengiriman data temperatur antara temperatur di
RTU dan CTU dapat dilihat pada Tabel III.3.2. Galat pada percobaan ini dapat
disebabkan oleh adanya proses konversi sinyal analog ke sinyal digital serta
adanya tingkat sensitivitas dari sensor LM35 yang digunakan.
6. Grafik IMABS FFT terhadap nilai frekuensi dapat dilihat pada Gambar III.4.1,
Gambar III.4.3, Gambar III.4.5, dan Gambar III.4.7. Pada grafik ini, terlihat
adanya kesimetrisan yang dihasilkan.
7. Galat pada pengiriman data digital bernilai 0%, hal ini dikarenakan tidak ada
proses konversi sinyal yang terjadi. Galat pada pengiriman data frekuensi
dapat dilihat pada Tabel III.4, dimana pada pengukuran ini terjadi proses
konversi sinyal analog ke sinyal digital yang menyebabkan adanya galat.
21
DAFTAR PUSTAKA
Amaliyah, Riska. (2019) : Pengertian Sinyal Analog & Digital Beserta Fungsi dan
Perbedaan Keduanya, https://www.nesabamedia.com/pengertian-sinyal-
analog-digital/. Dilihat pada 28 September 2019.
Pambudi, Ismail R., Nugraha, Yudi., Djamal, Mitra. (2011) : Sistem Telemetri
Pemantau Gempa – ITB Journal,
http://journals.itb.ac.id/index.php/joki/article/download/3911/1950.
Dilihat pada 28 September 2019.
22