Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

EKSPERIMEN FISIKA MODERN


PERCOBAAN : ABSORPI RADIASI NUKLIR DALAM BAHAN

OLEH :

NAMA : Siti Nurjanah


NIM : 20/455406/PA/19621
KELOMPOK : II
HARI, TGL PRAKTIKUM : Rabu, 2 November 2022
TEMAN KERJA : 1. Oki Fitria Hasani
ASISTEN : Syahrul Ramadhan

LABORATORIUM FISIKA ATOM & INTI


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022

I. Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Radioaktivitas merupakan hasil dari perubahan yang menghaslkan suatu
jenis bahan kimia dan menyelidiki secara mendalam tentang radiasi alam (Geiger
dan Marsden,1909). Contoh sumber radioaktif dapat diketahui adalah Thalium-204
dan Caesium-137, yang memiliki daya serap terhadap radiasi beta dan gamma.
Dari contoh kedua sumber radoaktif tersebut, maka dapat dideteksi laju radiasi
dideteksi dengan menggunakan detektor, yaitu detektor Geiger-Muller. Detektor
Geiger Muller memanfaatkan ionisasi dalam tabung atau ionisasi sekunder agar
menghasilkan ionisasi dan arus listrik dari partikel. Hasil dari ionisasi akan
menghasilkan satu pulsa, dengan tinggi pulsa tersebut tidak bergantung besar
kecilnya energi radiasi pengion. Dengan detektor ini dapat dicari nilai tegangan
operasional suatu sumber dan didapatkan tetapan serapan bahan. Pada percobaan
kali ini akan dipelajari proses serapan sinar beta dan gamma, penentuan tetapan
sinar gamma, jangkauan tempuh sinar beta dalam bahan, dan tenaga sinar beta.
1.2 Tujuan
1 Mempelajari cara kerja detektor tabung GM (Geiger-Muller).
2 Membuat kurva Plateau dan menentukan tegangan operasi.
3 Menentukan waktu mati detektor GM.
4 Mempelajari watak statistik dari radiasi nuklir.
II. Dasar Teori
2.1 Radiasi Nuklir
Radiasi Nuklir adalah suatu berkas foton yang dipancarkan dari suatu
sumber yang mengalami proses perubahan inti atom dari keadaan tidak stabil
menjadi stabil (Sayono,1991). Ketidakstabilannya disebabkan karena tingkat
energinya yang berada pada keadaan tereksitasi maka akan berubah dengan
memancarkan radiasi gamma. Proses perubahan inti atom yang tidak stabil menjadi
atom yang lebih stabil tersebut dinamakan peluruhan radioaktif.
2.2 Detektor Geiger Muller
Detektor Geiger Mueller termasuk jenis detektor isian gas dengan 2 tipe
yaitu tipe end window dan tipe side window. Detektor Geiger Mueller tipe end
window disamping dapat merespon partikel gamma juga dapat merespon partikel
beta, 3 maupun partikel alfa. Bahan yang digunakan biasanya millar, alumunium
dan plastik (Sarwono,2009).
Detektor Geiger-Muller adalah alat yang ditujukan untuk mendeteksi
partikel, dimana ditemukan pertama kali oleh Hans Geiger dan W. Muller (Jones
dan Childers, 1999). Detektor Geiger-Muller adalah perangkat untuk mendeteksi
radiasi berdasarkan pasangan ion yang terbentuk dalam tabung berisi gas. Detektor
berisi gas, lalu terdiri dari tabung logam berdinding yang diisi dengan gas dan
dengan kawat di tengahnya. Dinding tabung juga bertindak sebagai katoda dan
kawat bertindak sebagai anoda (Susetyo, 1988).
2.3 Kurva Plateu
Daerah plateau atau kurva plateau merupakan daaerah tegangan operasional. Kurva
atau daerah plateau terjadi akibat peningkatan tegangan antara anoda dan katoda
tabung detektor. Menurut literatur karya (Feyves dan Haiman, 1969) dalam
didapatkan daerah plateau detektor Geiger-Muller pada antara 50 hingga 300 volt.
Jumlah elektron dalam kurva plateau tidak dipengaruhi oleh tegangan yang
diberikan dan jumlah elektron yang dihasilkan tidak dipengaruhi oleh jumlah
elektron yang dihasilkan oleh radiasi awal (Hendro dan Yahya, 2014).
2.4 Cs-137
Cesium-137 atau Cs-137 digunakan untuk mengkalibrasi peralatan deteksi
radiasi, seperti GM Counter. Dalam jumlah yang lebih besar, Cs-137 digunakan
dalam medis sebagai perangkat terapi radiasi untuk mengobati kanker. Sedangkan
dalam bidang industri digunakan untuk mendeteksi aliran cairan melalui pipa dan
di industri lainnya digunakan untuk mengukur ketebalan bahan, seperti kertas,
fotografi film, atau lembaran logam (Spatz, 1943)
2.5 Waktu mati
Keadaan mati ialah keadaan dimana detektor tidak dapat mendeteksi
radiasiyang masuk. Hal ini dikarenakan lapisan ion positif yang terbentuk akibat
masih berada dalam ruang antara anoda dan katoda dan menyebabkan
berkurangnya kuatmedan listrik antara anoda dan katoda sehingga menghalangi
terkumpulnya elektron yang ditimbulkan oleh radiasi yang datang berikutnya.
Sehingga pulsa yang terbentuk akan sangat kecil dan tidak tercatat. Selain itu,
selang waktu dimana detektor tidak dapat membentuk pulsa disebut waktu mati
(𝑡𝑚). Ketika ion positif sudah terkumpul pada katoda, kuat medan listrik telah pulih
kembali seperti semula dan tinggi pulsa pulih seperti pada pulsa yang terdahulu.
Selang waktu antara akhir waktu mati sampai dengan pulihnya kembali tinggi pulsa
disebut waktu pemulihan (𝑡𝑝). Resolving time adalah selisih waktu minimum yang
diperlukan oleh radiasi yang berurutan agar radiasi dapat tercatat atau selang waktu
antara satu cacahan sampai cacahan berikutnya yang dapat teramati. Resolving time
merupakan ciri yang karakteristik dari sistem pencacah karena makin kecil
resolving time sistempencacah makin baik untuk mencacah pada laju cacahan yang
tinggi (Martiningsih dan Patricia, 2015).
III. Metode Percobaan
3.1 Alat dan bahan
1 Detektor GM dalam sungkup timbal timah.
2 Penyedia tegangan tinggi (High Voltage).
3 Pencacah (counter).
4 Sumber radioaktif Cs137 dan Tl204 .
5 Bahan atau lempeng penyerap dari alumunium (Al). Skema percobaan
3.2 Skema Percobaan

Gambar 3.2.1. Skema percobaan Geiger-Muller Counter


3.3 Langkah kerja
1 Rangkaian disusun seperti gambar 3.2.1.
2 Menghitung korelasi pencacahan Koreksi radiasi latar dan waktu mati
terhadap radiasi sumber dengan cara:
a. Ukurlah cacah Nb, yaitu cacah permenit tanpa sumber.
b. Untuk memperoleh kesalahan pencacahan suatu sumber sebesar 2%,
maka √ N N < 0, 02 atau N > 2500
c. Berikan koreksi waktu mati pada N dengan waktu mati detektor τ .
d. Kemudian kurangi dengan cacah latar. Harga cacah radiasi sumber
terkoreksi dengan n = N 1 − Nτ − Nb
3 Menentukan kurva serapan
a. Setelah sistem peralatan disusun seperti gambar, listrik dinyalakan.
b. Letakkan sumber radiasi di bawah detektor kemudian ditutup.
c. Naikkan tegangan HV secara perlahan sampai timbul pencacahan.
Tentukan tegangan operasi detektor dengan memvariasi HV sebesar
25 volt sampai tampak cacah per menit (cpm) mulai menanjak.
d. Setelah tegangan operasinya ditetapkan, mulailah percobaan
serapan β dan γ. Letakkan bahan Al di atas detektor mulai dari yang
tipis sampai paling tebal, kemudian ganti dengan bahan timbal.
Masing-masing dicatat cacah per menitnya.
e. Sumber diganti dengan Tl204 Ulangi percobaan d, tetapi hanya
bahan penyerap Al karena sumber tidak memiliki radiasi γ.
f. Ganti sumbernya dengan Cs137, kemudian lakukan hal yang sama
seperti pada poin d.
g. Setelah selesai, turunkan HV pelan-pelan sampai 0 volt, kemudian
matikan listrik..
IV. Analisa Data
V. Data
2.1 Hasil Data
2.1.1 Sumber Cs-137
1. Menentukan Vop
No. Cacah
Voltase (Cpm)
1.
600 0
2.
620 0
3.
640 0
4.
660 0
5.
680 0
6.
700 0
7.
720 0
8.
740 6912
9.
760 11485
10.
780 12167
11.
800 12989
12.
820 13189
13.
840 13470
14.
860 13790
15.
880 14392
16.
900 14473
17.
920 14898
18.
940 15232
19.
960 15446
20.
980 15548
21.
1000 15852
22.
1020 15921
23.
1040 16521
24.
1060 16128
25.
1080 16915
26.
1100 16789
27.
1120 16744
28.
1140 16974
29.
1160 17084
30.
1180 17313
31.
1200 17594

2. Menentukan koefisien serapan


No. Ketebalan Cacah
(mm) (Cpm)
1.
0 15583
2.
0.47 1657
3.
0.63 747
4.
0.79 521
5.
0.96 445
6.
1.21 522
7.
1.55 500
8.
2 462
9.
2.215 466
10.
2.47 511
11.
3.12 482

2.1.2 Sumber TI-204


No. Ketebalan Cacah
(mm) (Cpm)
1.
0.00 2620
2.
0.05 2003
3.
0.10 1556
4.
0.15 1293
5.
0.20 1054
6.
0.25 835
7.
0.30 676
8.
0.35 597
9.
0.40 499
10.
0.45 448

2.2 Grafik
1 Sumber Cs-137
Grafik 2.2.1 N vs V Sumber Cs-137
Grafik 2.2.2 Grafik lh(No/n) vs X Sumber Cs-137
Grafik 2.2.3 N vs X sumber Cs-137

2 Sumber TI-204
Grafik 2.2.4 Grafik N VS X Sumber TI-204
2.3 Hasil
1. Tegangan operasional
𝑉1 +𝑉2
𝑉𝑜𝑝 = = 960 𝑣𝑜𝑙𝑡𝑎𝑠𝑒
2

2. Tetapan koefisien serapan 𝛾 bahan


𝜇 ± ∆𝜇 = (2,5 ± 1,3)𝑐𝑚−1
3. Jangkauan atau range (𝛽) dalam bahan (𝐸𝛽 )
𝑅𝛽 ± ∆𝑅𝛽 = (0,46 ± 0,11)𝑔/𝑐𝑚2
4. Tenaga radiasi (𝑅𝛽 )
𝐸𝛽,𝑇𝐼 = 770 𝐾𝑒𝑉 = 0,77 𝑀𝑒𝑉
VI. Hasil dan Pembahasan
Pada praktikum ini, praktikan akan melakukan percobaan absorpi radiasi nuklir dalam
bahan. Praktikum ini mempunyai empat tujuan, yaitu mempelajari cara kerja detektor
tabung GM (Geiger-Muller), membuat kurva plateau dan menentukan tegangan operasi,
menentukan waktu mati detektor GM, dan mempelajari watak statistik dari radiasi nuklir.
Sama halnya dengan praktikum beta, praktikum alpha juga menggunakan detektor, namun
dalam praktikum kali ini menggunakan detektor GM.
Dalam praktikum ini, digunakan dua sumber bahan radiasi, yaitu Cs-137 dan Tl-204. Dari
kedua bahan tersebut, didaparkan hasil data cacah dengan variasi voltase yang tertulis di
lembar hasil data. Selanjutnya, pada bahan ditentukan nilia tegangan operasional yang
terlihat pada kurva plateu. Kurva plateau dapat dilihat pada grafik yang telah dilampirkan.
Setelah mendapatkan nilai tegangan operasional, lalu mulai mencari nilai tetapan serapan
beta yang terlihat dari grafik. Dari hasil percobaan tersebut, praktikan mendapatkan hasil
sebesar
1. Tegangan operasional
𝑉1 +𝑉2
𝑉𝑜𝑝 = = 960 𝑣𝑜𝑙𝑡𝑎𝑠𝑒
2

Nilai tegangan operasional didapatkan dari kurva plateau pada grafik yaitu sekitar
900 sampai 1040 voltase. Dan dengan perhitungan didapatkan sebesar 970 voltase.
Karena dalam alat hanya ada interval 20 voltase, maka praktikan menggunkana 960
voltase sebagai tegangan operasional.
2. Tetapan koefisien serapan 𝛾 bahan
𝜇 ± ∆𝜇 = (2,5 ± 1,3)𝑐𝑚−1
𝑁𝑜
Koefisien serapan bahan ditentukan dengan plot grafik, yaitu antara 𝑙𝑛 dengan x.
𝑁

Dari plottingan tersebut, didapatkan hasil gradien grafik yang merupakan hasil tetapan
koefisien serapan bahan.
3. Jangkauan atau range (𝛽) dalam bahan (𝑅𝛽 )
𝑅𝛽 ± ∆𝑅𝛽 = (0,46 ± 0,11)𝑔/𝑐𝑚2
Sama halnya menentukan tetapan untuk menentukan range juga didapatkan dari hasil
plottingan grafik. Hasil tersebut dari hubungan banyaknya pencacahan dengan variasi
ketebalan bahan penyerap. Dengan plot hasil tersebut, praktikan dapat menentukan
𝑋1/2 𝑑𝑎𝑛 𝑁1/2 bahan yang digunakan dalam menentukan 𝑅𝛽 .
4. Tenaga radiasi (𝐸𝛽 )
𝐸𝛽,𝑇𝐼 = 770 𝐾𝑒𝑉 = 0,77 𝑀𝑒𝑉

Selanjutnya praktikan membandingkan hasil percobaaan dengan hasil referensi. Menurut


literatur karya (Feyves dan Haiman, 1969) dalam didapatkan daerah plateau detektor
Geiger-Muller pada antara 50 hingga 300 volt.Praktikan menggunakan refrensi dari
literatur karya Susanto dan Yanyah (2015), yang menyatakan bahwa nilai nilai kofisien
absorpsi linear untuk bahan alumunium sebesar 0,102/mm. Hasil referensi koefisien
tersebut kita bandingkan dengan hasil dari percobaan praktikan. Diketahui dari hasil
percobaan jauh berbeda dengan hasil referensi. Namun hasil tersebut telah sesuai dengan
menggunakan nilai tegangan operasional yang berada pada kurva plateau, yang sesuai
literatur karya (Hilyana, 2017), yang mengatakan bahwa daerah plateau, yaitu daerah pada
grafik yang terlihat mendatar. Selain itu dari grafik diapatkan hubungan anatara
𝑋1/2 𝑑𝑎𝑛 𝑁1/2 , dimana diketahui bahwa semakin besar 𝑁1/2 maka 𝑋1/2 semakin besar.
Maka terlihat dari grafik TI-204 nilai 𝑁1/2 dan 𝑋1/2 lebih besar dibandingkan Cs-137.
Hasil dari praktikum ini tidak sempurna, karena terdapat faktor internal dan eksternal
dalam percobaan. Faktor tersebut didapatkan dari fluktuasi tegangan, aktivitas bahan
radioaktif serta ketelitian detektor, bahkan ketelitian praktikan dalam perhitungan. Maka
diharapkan untuk kedepannya, praktikan lebih teliti adalam penggunaan alat dan
perhitungan.
VII. Kesimpulan
1 Kerja detektor Geiger-Muller (GM) adalah mengukur cacah radiasi dari sumber
yang berupa pulsa. Dari cacah radiasi tersebut, maka akan didabatkan kurva plateu
yang menunjukkan terukurnya pulsa oleh detektor GM.
2 Dari praktikum didapatkan hasil
 Tegangan operasional
𝑉1 +𝑉2
𝑉𝑜𝑝 = = 960 𝑣𝑜𝑙𝑡𝑎𝑠𝑒
2

 Tetapan koefisien serapan 𝛾 bahan


𝜇 ± ∆𝜇 = (2,5 ± 1,3)𝑐𝑚−1
 Jangkauan atau range (𝛽) dalam bahan (𝑅𝛽 )
𝑅𝛽 ± ∆𝑅𝛽 = (0,46 ± 0,11)𝑔/𝑐𝑚2
 Tenaga radiasi (𝐸𝛽 )
𝐸𝛽,𝑇𝐼 = 770 𝐾𝑒𝑉 = 0,77 𝑀𝑒𝑉
VIII. Daftar Pustaka
Geiger, H. and Marsden, E., 1909, On a Diffuse Reflection of the α-Particles. Proceedings
of the Royal Society, 82 : 495.
Sayono., 1991, Pembuatan Detektor Geiger Muller tipe Jendela Samping dengan Gas isian
Neon dan Bromine, BATAN, Yogyakarta.
Susetyo, Wisnu, 1988, Spektrometri Gamma dan Penerapannya dalam Analisis
Pengaktifan Neutron, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Feyves, E. and Haiman, O. (1969), The Phycical Principles of Nuclear Radiation
Measurement, Budapest: Academisi Kiado.
Hendro dan Yahya M. N., 2014, Studi Karakteristik Detektor Sodium Iodide Dalam
Pemanfaatannya Sebagai Segmented Gamma Scanner Limbah Radioaktif. Jurnal
Teknologi Pengelolaan Limbah (Journal of Waste Management Technology), 17. 2, 1320.
Spatz, W.D.B., 1943. The factors influencing the plateau characteristics of self quenching
Geiger-M¨uller counters. Physical Review, 64(7-8), p.236. Centers for Disease Control and
Prevention, 2017. Radioisotope Brief: Cesium-137 (Cs-137
Patricia, R.M., 2015, Percobaan Geiger Muller, Unviersitas Airlangga, Surabaya.
Laboratorium Fisika Atom dan Inti. 2022. Panduan Eksperimen Fisika Inti. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Susanto, H. dan Yanyah, A., 2015, Penentuan Nilai Koofisien Serapan Bahan dan Dosis
Radiasi pada Variasi Kombinasi Kayu dan Alumunium. Youngster Physics Journal, Vol:
4, Hal 87-92.
Hilyana, F.S., 2017, Penentuan Tegangan Operasional Pada Detektor Geiger Muller
Dengan Perbedaan Jari-Jari Window Detektor. Simetris: Jurnal Teknik Mesin, Elektro dan
Ilmu Komputer, 8(1), pp.393-398.
IX. Lembar Perhitungan
9.1 Menentukan Vop
Diambil dari kurva plateau pad grafik yaitu sekitar 900-1040 voltase, maka
perhtiungannya :
𝑉1 +𝑉2
𝑉𝑜𝑝 = = 960 𝑣𝑜𝑙𝑡𝑎𝑠𝑒
2

9.2 Menentukan koefisien tetapan serapan bahan


Kofisien tetapan serapn bahan didaptakn dengan metode regresi linear yaitu dari
persamaan :
𝑁0
𝑙𝑛 = 𝜇𝑥
𝑁

Dengan
𝑁0
𝑙𝑛 =𝑦
𝑁

𝜇=𝑚
𝑥=𝑥
Dari persamaan tersebut dibuatkan tabel data

∑ x y 𝑥2 𝑦2 xy

7.79778E
0 -0.00883 0 -05 0
0.0022 4.983347
0.047 2.232341 09 821 0.10492
0.0039 9.175084
0.063 3.02904 69 315 0.19083
0.0062 11.48772
0.079 3.389355 41 94 0.267759
0.0092 12.58142
0.096 3.547031 16 939 0.340515
0.0146 11.47473
0.121 3.387438 41 459 0.40988
0.0240 11.76831
0.155 3.430497 25 139 0.531727
12.31687
0.2 3.50954 0.04 423 0.701908
0.0490 12.25643
0.2215 3.50092 62 885 0.775454
0.0610 11.61947
0.247 3.408736 09 947 0.841958
0.0973 12.02120
0.312 3.467161 44 703 1.081754
0.3077 109.6846
1.5415 32.90206 16 365 5.246705
Keteran
(∑ 𝑥)2 =2.37 (∑ 𝑦)2 =108 (∑ 𝑥𝑦)2 =27.5
gan
6222 2.546 2791
1 ∑ 𝑥 2 (∑ 𝑦)2 −2 ∑ 𝑥 ∑ 𝑦 ∑ 𝑥𝑦+𝑁(∑ 𝑥𝑦)2
𝑆𝑦 = √𝑁−2 [∑ 𝑦 2 − ]=0,352475
𝑁 ∑ 𝑥 2 −(∑ 𝑥)2

𝑁 ∑ 𝑥𝑦−∑ 𝑥 ∑ 𝑦
𝑚= =2,494534
𝑁 ∑ 𝑥 2 −(∑ 𝑥)2
𝑁
∆𝑚 = 𝑆𝑦√𝑁 ∑ 𝑥 2 −(∑ 𝑥)2 =1,331335

Dengan 𝑚 ± ∆𝑚 = 𝜇 ± ∆𝜇
Maka
𝜇 ± ∆𝜇 = (2,5 ± 1,3)𝑐𝑚−1
9.3 Menentukan range radiasi (𝑅𝛽 )
𝐸𝛽,𝑇𝐼 = 770 𝐾𝑒𝑉 = 0,77 𝑀𝑒𝑉
𝑅𝛽,𝑇𝐼 = 0,407𝐸1,38 = 0,284 𝑔/𝑐𝑚2
𝑋1
,𝐶𝑠−137
𝑅𝛽,𝐶𝑠 = 𝑋2 𝑅𝛽,𝑇𝐼 = 0,46 𝑔/𝑐𝑚2
1
,𝑇𝐼−204
2

2 2
∆𝑋1 ∆𝑋1
,𝐶𝑠−137 ,𝑇𝐼−204
∆𝑅𝛽,𝐶𝑠 = √[( 𝑋 2 ) +(𝑋2 ) ] = 0,11 𝑔/𝑐𝑚2
1 1
,𝐶𝑠−137 ,𝑇𝐼−204
2 2

Dengan
∆𝑋1,𝐶𝑠−137 = 0,025
2

∆𝑋1,𝑇𝐼−204 = 0,003
2

𝑅𝛽 ± ∆𝑅𝛽 = (0,46 ± 0,11)𝑔/𝑐𝑚2


9.4 Menentukan tenaga (𝐸𝛽 )
𝐸𝛽,𝑇𝐼 = 770 𝐾𝑒𝑉 = 0,77 𝑀𝑒𝑉

Anda mungkin juga menyukai