Anda di halaman 1dari 3

PENENTUAN CACAH RADIASI NUKLIR

A. TUJUAN
1. Menentukan cacah radiasi dari bahan radioaktif
2. Menentukan penyerapan radioaktif dari bahan pelindung

B. ALAT DAN BAHAN
1. Satu set GM counter beserta counter
2. Sumber radioaktif (Amersium, Barium)
3. Kabel penghubung
4. Aluminium foil
5. Timah hitam
6. Stopwatch

C. PROSEDUR
Percobaan 1
1. Menyiapkan peralatan
2. Menyalakan Geiger Counter dan detektor
3. Meletakkan bahan radioaktif (Barium) tanpa pelindung di dekat detektor
4. Mengoperasikan alat pencacah radiasi bersamaan dengan stopwatch
5. Mencatat cacah radiasi selama selang waktu satu menit
6. Lakukan langkah 1 s/d 5. Ganti bahan radioaktif dengan amersium

Percobaan 2
1. Letakkan sumber aktif barium kemudian lakukan cacah radiasi dalam waktu satu
menit
2. Bahan radioaktif dibungkus dengan alumunium foil
3. Mencatat cacah radiasi selama selang waktu satu menit

D. PEMBAHASAN
Pengukuran besaran radiasi yang dipancarkan bahan radioaktif seperti
uranium, radon, plutonium diperlukan suatu sensor yang dapat mengubah radiasi
menjadi aliran listrik. Akan tetapi besaran radiasi tersebut memiliki beberapa
parameter seperti tenaga radiasi dan cacah radiasi. Oleh sebab itu dalam mengukur
besaran radiasi tersebut diperlukan beberapa teknik untuk dapat membuat sensor
radiasi.
Pada percobaan ini diperkenalkan sensor untuk mencacah radiasi dari bahan
radioaktif yaitu Geiger-Muller Counter. Detektor GM terdiri dari satu tabung
gelas/ebonit/logam berisi gas mulia dengan tekanan rendah, dan pada umumnya juga
berisi poliatomik berupa alkohol atau gas halogen. Ditengah-tengah tabung sepanjang
sumbunya dimasukkan suatu lapisan logam silinder yang dilapiskan pada dinding
tabung. Antara anoda dan katoda diberi tegangan tinggi dengan polaritas positif pada
anoda. Oleh karena itu perlu ionisasi yang baik antara anoda dan katoda.
Jika partikel gamma membentuk katoda akan terjadi pembebasan elektron
melalui efek fotolistrik maupun efek Compton yang memungkinkan produksi
pasangan. Bila peristiwa yang ditimbulkan oleh partikel gammayang menumbuk
katoda masuk ke dalam tabung yang menimbulkan ionisasi pada gas mulia. Pada
peristiwa ionisasi ini terbentuk pasangan ion positif dan ion negatif yang jumlahnya
berbanding lurus dengan energi pengionnya.
Adanya tegangan tinggi dalam tabung antara anoda dan katoda menyebabkan
ion positif yang terbentuk dari peristiwa ionisasi bergerak ke anoda dengan cepat,
sedangkan ion positif terhanyut ke katoda bergerak lebih lambat. Elektron selama
bergerak ke anoda mendapat percepatan dari medan listrik yang ada diantara anoda
dan katoda. Dalam perjalanan elektron menuju juga mengionisasi atom-atom lain
dengan jalan tumbukan. Elektron hasil ionisasi disebut elektron sekunder dan
dipercepat lagi sehingga menjadi arus ion positif dan elektron semakin besar. Jadi ion
positif dan elektron sekunder terjadi secara beranting terkumpul di anoda sejumlah N
jauh lebih besar daripada elektron primernya yang dirumuskan sebagai beriku.
N = M n
M merupakan faktor multifikasi yang besarnya M >> 1
Pulsa yang timbul di anoda tiap kali ada partikel pengion masuknya beberapa
volt sehingga dapat dideteksi secara langsung. Pencacahan pulsa ini dilakukan oleh
counter . Pulsa-pulsa ini tingginya tetap waktu terdeteksi karena karakteristik dari
counter dan kondisi alat ketika sedang bekerja. Bila Geiger-Muller terkena radiasi
nuklir yang intensitasnya tetap maka terjadi ketergantungan laju pencacah terhadap
tegangan yang merupakan karakteristik dari Geiger-Muller.
Jika terbentuknya pulsa sebagai msuknya pengion, sewaktu ion positif
bergerak menuju katoda, kuat medan listrik di sekitar kawat anoda naik dari harga
rendah. Sedikit demi sedikit sampai mencapai harga maksimum yang diperlukan
untuk bisa menimbulkan avelanche yang baru. Sampai ini dicapai detektor dalam
keadaan tak peka. Sesudah medannya kembali lagi ke harga starting operation,
detektor menjadi peka lagi dan siap untuk menerima pulsa-pulsa. Waktu selama
mana detektor memberikan pulsa-pulsa dengan ukuran yang kurang dari harga
penuhnya disebut recovery time.
Deteksi dari radiasi dengan intensitas yang tinggi memerlukan koreksi
dengan adanya dead time counter , maka bila counting rate yang diberika oleh
counter = N, maka selama waktu N counter tersebut mengalami keadaan mati.



Untuk N yang tinggi maka koreksi adanya dead time perlu diperhitungkan.
Dead time dapat ditentukan dengan mudah dengan metode dua sumber. Di
dalam metode ini bila masing-masing counting rate yang teramati N1 dan N2 dan bila
dua sumber radiasi memberikan N12 maka n1 dan n2 masing-masing adalah counting
rate yang sebenarnya yang dirumuskan sebagai berikut.
|


|

Anda mungkin juga menyukai