Anda di halaman 1dari 14

Mekanisme Pendeteksian Radiasi

Detektor radiasi bekerja dengan cara mengukur perubahan yang disebabkan oleh penyerapan energi radiasi oleh medium penyerap. Sebenarnya terdapat banyak mekanisme yang terjadi di dalam detektor tetapi yang sering digunakan adalah proses ionisasi dan proses sintilasi. Proses Ionisasi Ionisasi adalah peristiwa lepasnya elektron dari ikatannya karena menyerap energi eksternal. Peristiwa ini dapat terjadi secara langsung oleh radiasi alpha atau beta dan secara tidak langsung oleh radiasi sinar-X, gamma dan neutron.

Jumlah elektron lepas ! " sebanding dengan jumlah energi yang terserap # dibagi dengan daya ionisasi materi penyerap w ".

Dalam proses ionisasi, energi radiasi diubah menjadi pelepasan sejumlah elektron energi listrik". $ila terdapat medan listrik maka elektron akan bergerak menuju ke kutub positi% sehingga dapat menginduksikan arus atau tegangan listrik. Semakin besar energi radiasinya maka arus atau tegangan listrik yang dihasilkannya juga semakin besar pula. Proses Sintilasi Proses sintilasi adalah terpancarnya percikan cahaya ketika terjadi transisi elektron dari tingkat energi yang lebih tinggi ke tingkat energi yang lebih rendah di dalam detektor, bila terdapat kekosongan elektron pada orbit yang lebih dalam. &ekosongan tersebut dapat disebabkan oleh lepasnya elektron

proses ionisasi" atau loncatnya elektron ke lintasan yang lebih tinggi ketika dikenai radiasi proses eksitasi".

Dalam proses sintilasi ini, energi radiasi diubah menjadi pancaran cahaya tampak. Semakin besar energi radiasi yang diserap maka semakin banyak percikan cahayanya.

Cara Pengukuran Radiasi


'erdapat dua cara pengukuran radiasi yaitu cara pulsa pulse mode" dan cara arus current mode". Sistem pengukur yang digunakan dalam kegiatan proteksi radiasi, seperti sur(aimeter dan monitor radiasi biasanya menerapkan cara arus current mode" sedangkan dalam kegiatan aplikasi dan penelitian menerapkan cara pulsa pulse mode". Cara pulsa Setiap radiasi yang mengenai alat ukur akan dikon(ersikan menjadi sebuah pulsa listrik, baik dengan mekanisme ionisasi maupun sintilasi. $ila kuantitas radiasinya semakin tinggi maka jumlah pulsa listrik yang dihasilkannya semakin banyak. Sedangkan semakin besar energinya semakin tinggi pulsanya. In%ormasi yang dihasilkan dengan cara pulsa adalah jumlah pulsa cacahan" tinggi pulsa listrik. )ntuk meng *kon(ersi* kan sebuah radiasi menjadi sebuah pulsa listrik dibutuhkan waktu tertentu, yang sangat dipengaruhi oleh jenis detektornya. $ila terdapat dua buah radiasi yang datang secara berurutan dengan selang waktu lebih cepat daripada waktu kon(ersi detektor, maka radiasi yang terakhir tidak akan tercacah.

'ampilan sistem pengukur dengan cara pulsa biasanya berupa angka seperti gambar berikut.

Cara Arus Pada cara arus, radiasi yang memasuki detektor tidak dikon(ersikan menjadi pulsa listrik secara satu per satu, melainkan rata-rata dari akumulasinya dalam konstanta waktu tertentu dan dipresentasikan sebagai arus listrik. Semakin banyak kuantitas atau energi radiasi per satuan waktu yang memasuki detektor, akan semakin besar arusnya. &arena proses kon(ersi pada cara arus ini tidak dilakukan secara indi(idual maka cara ini tidak dapat memberi in%ormasi jumlah pulsa cacahan" maupun tinggi setiap pulsa. In%ormasi yang dihasilkan cara pulsa ini adalah intensitas radiasi yang sebanding dengan perkalian jumlah pulsa dan tingginya. 'ampilan sistem pengukur dengan cara arus biasanya berupa jarum penunjuk seperti gambar berikut.

Jenis Detektor Radiasi


Detektor merupakan suatu bahan yang peka terhadap radiasi, yang bila dikenai radiasi akan menghasilkan tanggapan mengikuti mekanisme yang telah dibahas sebelumnya. Perlu diperhatikan bahwa suatu bahan yang sensiti% terhadap suatu jenis radiasi belum tentu sensiti% terhadap jenis radiasi yang lain. Sebagai contoh, detektor radiasi gamma belum tentu dapat mendeteksi radiasi neutron. Sebenarnya terdapat banyak jenis detektor, tetapi di sini hanya akan dibahas tiga jenis detektor yaitu, detektor isian gas, detektor sintilasi, dan detektor semikonduktor. Detektor Isian Gas

Detektor isian gas merupakan detektor yang paling sering digunakan untuk mengukur radiasi. Detektor ini terdiri dari dua elektroda, positi% dan negati%, serta berisi gas di antara kedua elektrodanya. #lektroda positi% disebut sebagai anoda, yang dihubungkan ke kutub listrik positi%, sedangkan elektroda negati% disebut sebagai katoda, yang dihubungkan ke kutub negati%. &ebanyakan detektor ini berbentuk silinder dengan sumbu yang ber%ungsi sebagai anoda dan dinding silindernya sebagai katoda sebagaimana berikut.

+adiasi yang memasuki detektor akan mengionisasi gas dan menghasilkan ionion positi% dan ion-ion negati% elektron". Jumlah ion yang akan dihasilkan tersebut sebanding dengan energi radiasi dan berbanding terbalik dengan daya ionisasi gas. Daya ionisasi gas berkisar dari ,- e. s.d. /0 e.. Ion-ion yang dihasilkan di dalam detektor tersebut akan memberikan kontribusi terbentuknya pulsa listrik ataupun arus listrik.

Ion-ion primer yang dihasilkan oleh radiasi akan bergerak menuju elektroda yang sesuai. Pergerakan ion-ion tersebut akan menimbulkan pulsa atau arus listrik. Pergerakan ion tersebut di atas dapat berlangsung bila di antara dua

elektroda terdapat cukup medan listrik. $ila medan listriknya semakin tinggi maka energi kinetik ion-ion tersebut akan semakin besar sehingga mampu untuk mengadakan ionisasi lain.

Ion-ion yang dihasilkan oleh ion primer disebut sebagai ion sekunder. $ila medan listrik di antara dua elektroda semakin tinggi maka jumlah ion yang dihasilkan oleh sebuah radiasi akan sangat banyak dan disebut proses 1a(alanche2. 'erdapat tiga jenis detektor isian gas yang bekerja pada daerah yang berbeda yaitu detektor kamar ionisasi, detektor proporsional, dan detektor 3eiger 4ueller 34". Detektor Kamar Ionisasi (ionization cham er! Sebagaimana terlihat pada kur(a karakteristik gas di atas, jumlah ion yang dihasilkan di daerah ini relati% sedikit sehingga tinggi pulsanya, bila menerapkan pengukuran model pulsa, sangat rendah. 5leh karena itu, biasanya, pengukuran yang menggunakan detektor ionisasi menerapkan cara arus. $ila akan menggunakan detektor ini dengan cara pulsa maka dibutuhkan penguat pulsa yang sangat baik. &euntungan detektor ini adalah dapat membedakan energi yang memasukinya dan tegangan kerja yang dibutuhkan tidak terlalu tinggi. Detektor Proporsional Dibandingkan dengan daerah ionisasi di atas, jumlah ion yang dihasilkan di daerah proporsional ini lebih banyak sehingga tinggi pulsanya akan lebih tinggi. Detektor ini lebih sering digunakan untuk pengukuran dengan cara pulsa. 'erlihat pada kur(a karakteristik di atas bahwa jumlah ion yang dihasilkan sebanding dengan energi radiasi, sehingga detektor ini dapat membedakan energi radiasi. 6kan tetapi, yang merupakan suatu kerugian, jumlah ion atau tinggi pulsa yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh tegangan kerja dan daya tegangan untuk detektor ini harus sangat stabil.

Detektor Geiger Mueller (GM! Jumlah ion yang dihasilkan di daerah ini sangat banyak, mencapai nilai saturasinya, sehingga pulsanya relati% tinggi dan tidak memerlukan penguat pulsa lagi. &erugian utama dari detektor ini ialah tidak dapat membedakan energi radiasi yang memasukinya, karena berapapun energinya jumlah ion yang dihasilkannya sama dengan nilai saturasinya. Detektor ini merupakan detektor yang paling sering digunakan, karena dari segi elektonik sangat sederhana, tidak perlu menggunakan rangkaian penguat. Sebagian besar peralatan ukur proteksi radiasi, yang harus bersi%at portabel, terbuat dari detektor 3eiger 4ueller.

Detektor Sintilasi Detektor sintilasi selalu terdiri dari dua bagian yaitu bahan sintilator dan photomultiplier. $ahan sintilator merupakan suatu bahan padat, cair maupun gas, yang akan menghasilkan percikan cahaya bila dikenai radiasi pengion. Photomultiplier digunakan untuk mengubah percikan cahaya yang dihasilkan bahan sintilator menjadi pulsa listrik. 4ekanisme pendeteksian radiasi pada detektor sintilasi dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu 7 proses pengubahan radiasi yang mengenai detektor menjadi percikan cahaya di dalam bahan sintilator dan proses pengubahan percikan cahaya menjadi pulsa listrik di dalam tabung photomultiplier "ahan Sintilator Proses sintilasi pada bahan ini dapat dijelaskan dengan 3ambar /. Di dalam kristal bahan sintilator terdapat pita-pita atau daerah yang dinamakan sebagai pita (alensi dan pita konduksi yang dipisahkan dengan tingkat energi tertentu. Pada keadaan dasar, ground state, seluruh elektron berada di pita (alensi sedangkan di pita konduksi kosong. &etika terdapat radiasi yang memasuki kristal, terdapat kemungkinan bahwa energinya akan terserap oleh beberapa elektron di pita (alensi, sehingga dapat meloncat ke pita konduksi. $eberapa saat kemudian elektron-elektron tersebut akan kembali ke pita (alensi melalui pita energi bahan akti(ator sambil memancarkan percikan cahaya.

Jumlah percikan cahaya sebanding dengan energi radiasi diserap dan dipengaruhi oleh jenis bahan sintilatornya. Semakin besar energinya semakin banyak percikan cahayanya. Percikan-percikan cahaya ini kemudian 1ditangkap2 oleh photomultiplier. $erikut ini adalah beberapa contoh bahan sintilator yang sering digunakan sebagai detektor radiasi. &ristal !aI 'l" &ristal 8nS 6g" &ristal 9iI #u" Sintilator 5rganik Sintilator Cair (#i$uid Scintillation! Detektor ini sangat spesial dibandingkan dengan jenis detektor yang lain karena berwujud cair. Sampel radioakti% yang akan diukur dilarutkan dahulu ke dalam sintilator cair ini sehingga sampel dan detektor menjadi satu kesatuan larutan yang homogen. Secara geometri pengukuran ini dapat mencapai e%isiensi :00 ; karena semua radiasi yang dipancarkan sumber akan <ditangkap= oleh detektor. 4etode ini sangat diperlukan untuk mengukur sampel yang memancarkan radiasi b berenergi rendah seperti tritium dan >:/.

4asalah yang harus diperhatikan pada metode ini adalah quenching yaitu berkurangnya si%at transparan dari larutan sintilator cair" karena mendapat campuran sampel. Semakin pekat konsentrasi sampel maka akan semakin buruk tingkat transparansinya sehingga percikan cahaya yang dihasilkan tidak dapat mencapai photomultiplier. %a ung Photomultiplier Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, setiap detektor sintilasi terdiri atas dua bagian yaitu bahan sintilator dan tabung photomultiplier. $ila bahan sintilator ber%ungsi untuk mengubah energi radiasi menjadi percikan cahaya maka tabung photomultiplier ini ber%ungsi untuk mengubah percikan cahaya tersebut menjadi berkas elektron, sehingga dapat diolah lebih lanjut sebagai pulsa ? arus listrik. 'abung photomultiplier terbuat dari tabung hampa yang kedap cahaya dengan photokatoda yang ber%ungsi sebagai masukan pada salah satu ujungnya dan terdapat beberapa dinode untuk menggandakan elektron seperti terdapat pada gambar -. Photokatoda yang ditempelkan pada bahan sintilator, akan memancarkan elektron bila dikenai cahaya dengan panjang gelombang yang sesuai. #lektron yang dihasilkannya akan diarahkan, dengan perbedaan potensial, menuju dinode pertama. Dinode tersebut akan memancarkan beberapa elektron sekunder bila dikenai oleh elektron.

#lektron-elektron sekunder yang dihasilkan dinode pertama akan menuju dinode kedua dan dilipatgandakan kemudian ke dinode ketiga dan seterusnya sehingga elektron yang terkumpul pada dinode terakhir berjumlah sangat banyak. Dengan sebuah kapasitor kumpulan elektron tersebut akan diubah menjadi pulsa listrik.

Detektor Semikonduktor $ahan semikonduktor, yang diketemukan relati% lebih baru daripada dua jenis detektor di atas, terbuat dari unsur golongan I. pada tabel periodik yaitu silikon

atau germanium. Detektor ini mempunyai beberapa keunggulan yaitu lebih e%%isien dibandingkan dengan detektor isian gas, karena terbuat dari @at padat, serta mempunyai resolusi yang lebih baik daripada detektor sintilasi.

Pada dasarnya, bahan isolator dan bahan semikonduktor tidak dapat meneruskan arus listrik. Aal ini disebabkan semua elektronnya berada di pita (alensi sedangkan di pita konduksi kosong. Perbedaan tingkat energi antara pita (alensi dan pita konduksi di bahan isolator sangat besar sehingga tidak memungkinkan elektron untuk berpindah ke pita konduksi B - e. " seperti terlihat di atas. Sebaliknya, perbedaan tersebut relati% kecil pada bahan semikonduktor C D e. " sehingga memungkinkan elektron untuk meloncat ke pita konduksi bila mendapat tambahan energi. #nergi radiasi yang memasuki bahan semikonduktor akan diserap oleh bahan sehingga beberapa elektronnya dapat berpindah dari pita (alensi ke pita konduksi. $ila di antara kedua ujung bahan semikonduktor tersebut terdapat beda potensial maka akan terjadi aliran arus listrik. Jadi pada detektor ini, energi radiasi diubah menjadi energi listrik.

Sambungan semikonduktor dibuat dengan menyambungkan semikonduktor tipe ! dengan tipe P P! junction". &utub positi% dari tegangan listrik eksternal dihubungkan ke tipe ! sedangkan kutub negati%nya ke tipe P seperti terlihat pada 3ambar E. Aal ini menyebabkan pembawa muatan positi% akan tertarik ke atas kutub negati%" sedangkan pembawa muatan negati% akan tertarik ke bawah kutub positi%", sehingga terbentuk depletion layer" lapisan kosong muatan pada sambungan P!. Dengan adanya lapisan kosong muatan ini maka tidak akan terjadi arus listrik. $ila ada radiasi pengion yang memasuki lapisan kosong muatan ini maka akan terbentuk ion-ion baru, elektron dan hole, yang

akan bergerak ke kutub-kutub positi% dan negati%. 'ambahan elektron dan hole inilah yang akan menyebabkan terbentuknya pulsa atau arus listrik. 5leh karena daya atau energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan ion-ion ini lebih rendah dibandingkan dengan proses ionisasi di gas, maka jumlah ion yang dihasilkan oleh energi yang sama akan lebih banyak. Aal inilah yang menyebabkan detektor semikonduktor sangat teliti dalam membedakan energi radiasi yang mengenainya atau disebut mempunyai resolusi tinggi. Sebagai gambaran, detektor sintilasi untuk radiasi gamma biasanya mempunyai resolusi sebesar -0 ke., artinya, detektor ini dapat membedakan energi dari dua buah radiasi yang memasukinya bila kedua radiasi tersebut mempunyai perbedaan energi lebih besar daripada -0 ke.. Sedang detektor semikonduktor untuk radiasi gamma biasanya mempunyai resolusi , ke.. Jadi terlihat bahwa detektor semikonduktor jauh lebih teliti untuk membedakan energi radiasi. Sebenarnya, kemampuan untuk membedakan energi tidak terlalu diperlukan dalam pemakaian di lapangan, misalnya untuk melakukan sur(ai radiasi. 6kan tetapi untuk keperluan lain, misalnya untuk menentukan jenis radionuklida atau untuk menentukan jenis dan kadar bahan, kemampuan ini mutlak diperlukan. &elemahan dari detektor semikonduktor adalah harganya lebih mahal, pemakaiannya harus sangat hati-hati karena mudah rusak dan beberapa jenis detektor semikonduktor harus didinginkan pada temperatur !itrogen cair sehingga memerlukan dewar yang berukuran cukup besar.

Keunggulan & Kelemahan Detektor Dari pembahasan di atas terlihat bahwa setiap radiasi akan diubah menjadi sebuah pulsa listrik dengan ketinggian yang sebanding dengan energi radiasinya. Aal tersebut merupakan %enomena yang sangat ideal karena pada kenyataannya tidaklah demikian. 'erdapat beberapa karakteristik detektor yang membedakan satu jenis detektor dengan lainnya yaitu e%isiensi, kecepatan dan resolusi. '(isiensi detektor adalah suatu nilai yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pulsa listrik yang dihasilkan detektor terhadap jumlah radiasi yang diterimanya. !ilai e%isiensi detektor sangat ditentukan oleh bentuk geometri dan densitas bahan detektor. $entuk geometri sangat menentukan jumlah radiasi yang dapat FditangkapF sehingga semakin luas permukaan detektor, e%isiensinya semakin tinggi. Sedangkan densitas bahan detektor mempengaruhi jumlah radiasi yang dapat berinteraksi sehingga menghasilkan sinyal listrik. $ahan detektor yang mempunyai densitas lebih rapat akan mempunyai e%isiensi

yang lebih tinggi karena semakin banyak radiasi yang berinteraksi dengan bahan. Kecepatan detektor menunjukkan selang waktu antara datangnya radiasi dan terbentuknya pulsa listrik. &ecepatan detektor berinteraksi dengan radiasi juga sangat mempengaruhi pengukuran karena bila respon detektor tidak cukup cepat sedangkan intensitas radiasinya sangat tinggi maka akan banyak radiasi yang tidak terukur meskipun sudah mengenai detektor. Resolusi detektor adalah kemampuan detektor untuk membedakan energi radiasi yang berdekatan. Suatu detektor diharapkan mempunyai resolusi yang sangat kecil high resolution" sehingga dapat membedakan energi radiasi secara teliti. +esolusi detektor disebabkan oleh peristiwa statistik yang terjadi dalam proses pengubahan energi radiasi, noise dari rangkaian elektronik, serta ketidak-stabilan kondisi pengukuran. 6spek lain yang juga menjadi pertimbangan adalah konstruksi detektor karena semakin rumit konstruksi atau desainnya maka detektor tersebut akan semakin mudah rusak dan biasanya juga semakin mahal. 'abel berikut menunjukkan karakteristik beberapa jenis detektor secara umum berdasarkan beberapa pertimbangan di atas.

Pemilihan detektor harus mempertimbangkan spesi%ikasi keunggulan dan kelemahan sebagaimana tabel di atas. Sebagai contoh, detektor yang digunakan pada alat ukur portabel mudah dibawa" sebaiknya adalah detektor isian gas, detektor yang digunakan pada alat ukur untuk radiasi alam intensitas sangat rendah" sebaiknya adalah detektor sintilasi, sedangkan detektor pada sistem spektroskopi untuk menganalisis bahan sebaiknya detektor semikonduktor.

Penggunaan Alat )kur Radiasi


$erdasarkan kegunaannya, alat ukur radiasi dapat dibedakan menjadi alat ukur proteksi radiasi sistem pencacah dan spektroskopi

6lat ukur proteksi radiasi digunakan untuk kegiatan keselamatan kerja dengan radiasi, nilai yang ditampilkan dalam satuan dosis radiasi seperti +ontgent, rem, atau Sie(ert. Sedangkan sistem pencacah dan spektroskopi digunakan untuk melakukan pengukuran intensitas radiasi dan energi radiasi secara akurat. Sistem pencacah lebih banyak digunakan di %asilitas laboratorium. Alat )kur Proteksi Radiasi Sebagai suatu ketentuan yang diatur dalam undang-undang bahwa setiap pengguna @at radioakti% atau sumber radiasi pengion lainnya harus memiliki alat ukur proteksi radiasi. 6lat ukur proteksi radiasi dibedakan menjadi tiga dosimeter perorangan sur(eimeter monitor kontaminasi. Dosimeter perorangan digunakan untuk <mencatat= dosis radiasi yang telah mengenainya secara akumulasi dalam selang waktu tertentu, misalnya selama satu bulan. >ontoh dosimeter perorangan adalah %ilm badge, '9D dan dosimeter saku. Setiap pekerja radiasi diwajibkan menggunakan dosimeter perorangan. Sur*eimeter digunakan untuk mengukur laju dosis intensitas" radiasi secara langsung. Sur(eimeter mutlak diperlukan dalam setiap pekerjaan yang menggunakan @at radioakti% atau sumber radiasi pengion lainnya agar setiap pekerja mengetahui atau dapat memperkirakan dosis radiasi yang akan diterimanya setelah melaksanakan kegiatan tersebut. Sur(eimeter harus bersi%at portabel, mudah dibawa dalam kegiatan sur(ei radiasi di segala medan.

Monitor kontaminasi digunakan untuk mengukur tingkat kontaminasi @at radioakti%, baik di udara, di tempat kerja, maupun yang melekat di tangan, kaki atau badan pekerja. Peralatan ini mutlak diperlukan bagi %asilitas yang menggunakan @at radioakti% terbuka, misalnya untuk keperluan teknik perunut menggunakan @at radioakti%. Sistem Pencacah dan Spektroskopi Sistem pencacah dan spektroskopi digunakan untuk aplikasi yang meman%aatkan @at radioakti% atau sumber radiasi pengion lainnya. Sebagai contoh aplikasi thickness gauging untuk mengukur tebal lapisan, level gauging untuk menentukan batas permukaan %luida, X+G untuk menentukan jenis dan kadar material, dan sebagainya. Sistem pencacah digunakan untuk mengukur kuantitas jumlah" radiasi yang mengenai detektor. Salah satu contoh penggunaan sistem pencacah adalah pada aplikasi pengukuran tebal kertas, sebagaimana gambar berikut.

4etode di atas dapat digunakan untuk pengukuran lapisan bahan yang lain, misalnya plastik atau bahkan lapisan logam. 'entu saja untuk setiap jenis bahan diperlukan pengaturan jenis sumber radiasi dan detektor yang berbeda. Sistem spektroskopi mempunyai prinsip yang sangat berbeda dengan pencacah karena alat ini mengukur energi dari setiap radiasi yang mengenai detektor. Aasil pengukuran alat ini berupa spektrum distribusi energi radiasi sebagaimana contoh pada gambar berikut.

'erlihat dari contoh spektrum di atas bahwa terdapat beberapa tingkat energi yang menghasilkan cacahan relati% lebih tinggi dari pada daerah lain. Posisi atau tingkat energu tersebut disebut sebagai puncak energi energy peak". Spektrum energi radiasi yang ditandai oleh puncak-puncak energinya merupakan karakteristik dari setiap unsur atau @at radioakti%. Sehingga jenis unsur atau isotop yang terkandung di dalam suatu bahan dapat ditentukan bila spektrum energinya dapat diukur. Salah satu contoh aplikasi yang harus menggunakan sistem spektroskopi adalah penentuan jenis dan kadar unsur yang menerapkan metode X+G X ray fluresence" dan metode !66 neutron activation analysis".

Anda mungkin juga menyukai