SISTEM INSTRUMENTASI
DISUSUN OLEH :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas segala Rahmat dan
KaruniaNya, yang telah memberikan kami kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Didalam pembuatan makalah ini kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini
masih banyak kekurangan di segala sisi, baik dalam bentuk penyajian isi makalah maupun
tata bahasanya.
Kami berharap pembaca dapat menerima dan memahami makalah ini dan kami
berharap pembaca bisa memberi kritik dan saran yang sifatnya mendidik dan membangun.
kami berdoa semoga Allah S.W.T memberikan Taufiq dan HidayahNya kepada kita.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih.
Penyusun
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan.................................................................................................................1
1.1.Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah..................................................................................................1
Bab II Pembahasan..................................................................................................................2
2.1 Pengenalan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.2 Photodioda . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.3 Phototransistor . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.4 Photoresistor . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.5 Cooled Detector . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.6 Thermal Detector . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.6.1 Golay Cells . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.6.2 Thermopile Sensor . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.6.3 Pyroelectric Sensor . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.6.4 Bolometer . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.7 Gas Flame Detectors . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Daftar Pustaka.........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu Photodioda
2. Mengetahui apa itu Phototransistor
3. Mengetahui apa itu Photoresistor
4. Mengetahui apa itu Cooled Detector
5. Mengetahui apa itu Thermal Detector
6. Mengetahui apa itu n Golay Cells
7 . Mengetahui apa itu Thermopile Sensor
8. Mengetahui apa itu Pyroelectric Sensor
9. Mengetahui apa itu Bolometer
10. Mengetahui apa itu Gas Flame Detectors
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengenalan
Sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi gejala- gejala atau
sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan suatu energi seperti energi listrik, energi fisika,
energi kimia, energi biologi, energi mekanik. Contoh;
Camera sebagai sensor penglihatan, telinga sebagai sensor pendengaran, kulitsebagai
sensor peraba, LDR (light dependent resistance) sebagai sensor cahaya,dan lainnya.
2.2 Photodioda
Photodioda adalah suatu jenis dioda yang resistansinya berubah-ubah jika cahaya
yang jatuh pada dioda berubahubah intensitasnya.Dalam gelap nilai tahanannya sangat
besar hingga praktis tidak ada arus yang mengalir.Semakin kuat cahaya yang jatuh pada
dioda maka makin kecil nilai tahanannya, sehingga arus yang mengalir semakin besar.
Jika photodioda persambungan p-n bertegangan balik disinari, maka arus akan berubah
secara linier dengan kenaikan fluks cahaya yang dikenakan pada persambungan tersebut.
Photodioda terbuat dari bahan semikonduktor.
Berbeda dengan diode biasa, komponen elektronika ini akan mengubah cahaya
menjadi arus listrik. Cahaya yang dapat dideteksi oleh diode foto ini mulai dari cahaya
infra merah, cahaya tampak, ultra ungu sampai dengan sinar-X. Aplikasi diode foto mulai
dari penghitung kendaraan di jalan umum secara otomatis, pengukur cahaya pada kamera
serta beberapa peralatan di bidang medis.
KARAKTERISTIK PHOTODIODA
Photodioda mempunyai respon 100 kali lebih cepat daripada phototransistor
Dikemas dengan plastik transparan yang juga berfungsi sebagai lensa. Lensa tsb lebih
dikenal sebagai ‘lensa fresnel’ dan ‘optical filter’
Penerima infra merah juga dipengaruhi oleh ‘active area’ dan ‘respond time’
APLIKASI PHOTODIODA
Diode sebagai kondisi open circuit jika dianalogikan seperi sakelar
Photodiode sebagai close circuit jika dianalogikan seperti sakelar
2.3 Phototransistor
Transistor foto atau fototransistor secara sederhana adalah sebuah transistor bipolar
yang memakai kontak (junction) base-collector yang menjadi permukaan agar dapat
menerima cahaya sehingga dapat digunakan menjadi sensor cahaya. fototransistor Berfungsi
untuk menggerakkan arus listrik dari satu sisi ke sisi lainnya dengan menggunakan cahaya.
Fototransistor sejenis dengan transistor pada umummya. Bedaannya, pada fototransistor
dipasang sebuah lensa pemfokus sinar pada kaki basis untuk memfokuskan sinar jatuh pada
pertemuan pn.
Fototransistor mempunyai kemampuan kepekaan yang lebih baik dibanding dengan
diodafoto, Ini disebabkan elektron yang dihasilkan oleh foton cahaya pada kaki junction
diinjeksikan dibagian base transistor tersebut yang kemudian diperkuat di kaki c atau
kolektornya. Kekurangannya adalah respon dari sensor cahaya fototransistor ini akan lebih
lambat dibanding dengan diode foto.
Bahan utama dari transistor adalah germanium , memiliki dua tipe NPN dan PNP
STRUKTUR PHOTOTRANSISTOR
Photo Transistor dirancang khusus untuk aplikasi pendeteksian cahaya
sehingga memiliki Wilayah Basis dan Kolektor yang lebih besar dibanding dengan
Transistor normal umumnya. Bahan Dasar Photo Transistor pada awalnya terbuat dari
bahan semikonduktor seperti Silikon dan Germanium yang membentuk struktur
Homo-junction. Namun seiring dengan perkembangannya, Photo Transistor saat ini
lebih banyak menggunakan bahan semikonduktor seperti Galium Arsenide yang
tergolong dalam kelompok Semikonduktor III-V sehingga membentuk struktur
Hetero-junction yang memberikan efisiensi konversi lebih tinggi. Yang dimaksud
dengan Hetero-junction atau Heterostructure adalah Struktur yang menggunakan
bahan yang berbeda pada kedua sisi persimpangan PN.
Gambar 2.3.2 Struktur Photo Transistor
Photo Transistor pada umumnya dikemas dalam bentuk transparan pada area dimana Photo
Transistor tersebut menerima cahaya.
Photo Transistor pada umumnya dikemas dalam bentuk transparan pada area dimana
Photo Transistor tersebut menerima cahaya. Berikut ini adalah bentuk dan simbol Photo
Transistor (Transistor Foto).
Pada prinsipnya, apabila Terminal Basis pada Photo Transistor menerima intensitas
cahaya yang tinggi, maka arus yang mengalir dari Kolektor ke Emitor akan semakin besar.
KARAKTERISTIK PHOTOTRANSISTOR
Berdasarkan tanggapan spektral, sifat – sifat dan cara kerja dari fototransistor
tersebut, maka perubahan cahaya yang kecil dapat dideteksi. Oleh karena itu
fototransistor digunakan sebagai detektor cahaya yang peka, terutama terhadap cahaya
inframerah.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PHOTOTRANSISTOR
Meskipun Phototransistor memiliki berbagai kelebihan, namun bukan juga tanpa
kelemahan. Berikut ini adalah beberapa Kelebihan dan kelemahan Phototransistor :
KELEBIHAN PHOTOTRANSISTOR
Tegangan Output merupakan tegangan digital atau sudah mempunyai logika 1 / logika
0.
1. Tidak membutuh Pre-Amp sebagai penguat sinyal.
2. Tegangan yang dibutuhkan relatif rendah, yaitu cukup dengan 5 Volt DC.
3. Aplikasi Pembuatan Proyek atau alat elektronika menggunakan PhotoTransistor lebih
mudah.
4. Photo Transistor menghasilkan arus yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Photo
Diode.
5. Photo Transistor relatif lebih murah, lebih sederhana dan lebih kecil sehingga mudah
untuk diintegrasikan ke berbagai rangkaian elektronika.
6. Photo Transistor memiliki respon yang cepat dan mampu menghasilkan Output yang
hampir mendekati instan.
7. Photo Transistor dapat menghasilkan Tegangan, sedangkan Photoresistor tidak bisa.
KELEMAHAN PHOTOTRANSISTOR
1. Photo Transistor yang terbuat dari Silikon tidak dapat menangani tegangan yang
melebihi 1000Volt
2. Photo Transistor sangat rentan terhadap lonjakan listrik yang mendadak (electric
surge).
3. Photo Transistor tidak memungkin elektron bergerak sebebas perangkat lainnya
(contoh: Tabung Elektron)
4. Rawan terhadap kotoran, sehingga lensa tidak dapat menerima cahaya dengan baik.
Sehingga perlu perawatan lebih.
2.4 Photoresistor
Photoresistor, dikenal dengan banyak nama: LDR, foto-konduktor, sel foto-
konduktif, atau hanya foto-sel. Dan yang sering digunakan dalam literatur adalah
foto-resistor atau foto-sel.
Resistansi Photoresistor akan berubah seiring dengan perubahan intensitas cahaya yang
mengenainya atau yang ada disekitarnya. Dalam keadaan gelap resistansi Photoresistor
sekitar 10MΩ dan dalam keadaan terang sebesar 1KΩ atau kurang. Photoresistor terbuat dari
bahan semikonduktor seperti kadmium sulfida. Dengan bahan ini energi dari cahaya yang
jatuh menyebabkan lebih banyak muatan yang dilepas atau arus listrik meningkat. Artinya
resistansi bahan telah mengalami penurunan.
Biasanya Photoresistor (atau lebih dikenal dengan fotoresistor) dibuat berdasarkan
kenyataan bahwa kadmium sulfida mempunyai tahanan yang besar kalau tidak terkena
cahaya dan tahanannya akan menurun kalau permukaan Photoresistor itu terkena sinar.
Resistor peka cahaya atau fotoresistor adalah komponen elektronik yang resistansinya
akan menurun jika ada penambahan intensitas cahaya yang mengenainya. Fotoresistor dapat
merujuk pula pada light dependent resistor (LDR), atau fotokonduktor.
Fotoresistor dibuat dari semikonduktor beresistansi tinggi. Jika cahaya yang
mengenainya memiliki frekuensi yang cukup tinggi, foton yang diserap oleh semikonduktor
akan menyebabkan elektron memiliki energi yang cukup untuk meloncat ke pita konduksi.
Elektron bebas yang dihasilkan (dan pasangan lubangnya) akan mengalirkan listrik, sehingga
menurunkan resistansinya.
Besarnya tahanan Photoresistor dalam kegelapan mencapai jutaan ohm dan turun
sampai beberapa ratus ohm dalam keadaan terang. Photoresistor dapat digunakan dalam suatu
jaringan kerja (network) pembagi potensial yang menyebabkan terjadinya perubahan
tegangan kalau sinar yang datang berubah.
Photoresistor digunakan untuk mendeteksi intensitas cahaya, yang mana intensitas
cahaya sendiri dinyatakan dalam dua satuan fisika, yaitu lumens per meter persegi dan Watt
per meter persegi. Kedua satuan itu agak berbeda. yang satu berdasarkan pada kepekaan mata
manusia, yang satu lagi berdasarkan energi listrik yang dialirkan ke sumber cahaya .
.
100 K
Resistansi
10 K
1K
0,1 K
LUX
10 L 100 L 1000 L
Illuminasi
Pada karakteristik diatas dapat dilihat bila cahaya mengenai sensor itu maka harga
tahanan akan berkurang. Perubahan yang dihasilkan ini tergantung dari bahan yang
digunakan serta kekuatan cahaya yang mengenainya.
Simbol Rangkaian Photoresistor
Photoresistor, terdiri dari sebuah cakram semikonduktor yang mempunyai dua buah
elektroda pada permukaannya. Pada saat gelap atau cahaya redup, bahan dari cakram tersebut
menghasilkan elektron bebas dengan jumlah yang relatif kecil. Sehingga hanya ada sedikit
elektron untuk mengangkut muatan elektrik. Artinya pada saat cahaya redup Photoresistor
menjadi konduktor yang buruk, atau bisa disebut juga Photoresistor memiliki resistansi yang
besar pada saat gelap atau cahaya redup.
Pada saat cahaya terang, ada lebih banyak elektron yang lepas dari atom bahan
semikonduktor tersebut. Sehingga akan ada lebih banyak elektron untuk mengangkut muatan
elektrik. Artinya pada saat cahaya terang Photoresistor menjadi konduktor yang baik, atau
bisa disebut juga Photoresistor memiliki resistansi yang kecil pada saat cahaya terang.
Misalnya untuk rangkaian system alarm cahaya (menggunakan LDR / Photoresistor) yang
aktif ketika terdapat cahaya. Ketika kita akan mengatur kepekaan Photoresistor dalam suatu
rangkaian maka kita perlu menggunakan potensiometer. Kita atur letaknya agar ketika
mendapat cahaya maka buzzer atau bell akan berbunyi dan ketika tidak mendapat cahaya
maka buzzer atau bell tidak akan berbunyi.
Dengan kata lain, detektor akan merasakan radiasi termal sendiri. Tingkat kebisingan
tergantung pada suhu; oleh karena itu, ketika mendeteksi foton panjang-gelombang
panjang, rasio sinyal-ke-suara dapat menjadi sangat kecil sehingga pengukuran yang
akurat menjadi tidak mungkin. Ini adalah alasan mengapa, untuk operasi dalam
rentang spektrum inframerah menengah dan jauh, detektor tidak hanya harus memiliki
celah energi yang cukup sempit, tetapi suhunya harus diturunkan ke tingkat di mana
suara intrinsik dikurangi ke tingkat yang dapat diterima. . gambar menunjukkan
respon spektral khas dari beberapa detektor dengan suhu operasi yang
direkomendasikan. Prinsip operasi dari detektor yang didinginkan secara cryogenik
hampir sama dengan sebuah fotoresistor, kecuali bahwa ia beroperasi pada panjang
gelombang yang jauh lebih panjang pada suhu yang jauh lebih rendah. Dengan
demikian, desain sensor menjadi sangat berbeda. Tergantung pada kepekaan yang
diperlukan dan operasi panjang gelombang, kristal berikut biasanya digunakan untuk
jenis sensor ini: timbal sulfida (PbS), indium arsenide (InAs), germanium (G),
selenide timbal (PbSe), dan merkuri-cadmium-telluride (HgCdTe). Pendinginan
menggeser tanggapan ke panjang gelombang yang lebih panjang dan meningkatkan
sensitivitas. Namun, kecepatan respons PbS dan PbSe menjadi lebih lambat dengan
pendinginan. Metode pendinginan termasuk pendinginan Dewar menggunakan es
kering, atau nitrogen cair, helium cair, atau pendingin termoelektrik yang beroperasi
pada detektor fotokonduktif efek Peltier. MCT adalah merkuri-cadmium-telluride dari
elemen sensitif. Aplikasi detektor kuantum cryogenically didinginkan termasuk
pengukuran daya optik melalui rentang spektral yang luas, pengukuran suhu termal
dan pencitraan termal, deteksi kadar air dan analisis gas. menggambarkan spektrum
penyerapan gas untuk berbagai molekul. Sangat kuat
menyerap pada 1.1, 1.4, 1.9, dan 2.7 μm. Dengan demikian, untuk menentukan kadar
air, misalnya, dalam batubara, cahaya monokromatik diproyeksikan pada sampel uji
dan referensi. Cahaya yang dipantulkan dideteksi dan rasio dihitung untuk penyerapan
2.6 Thermal Detector
Sensor thermal adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala
perubahan panas/temperature/suhu pada suatu dimensi benda atau dimensi ruang
tertentu. Contoh : bolometer, Golay Cells termopile, dan Pyroelectric Sensor
2.6.1 Golay Cells
Sel Golay adalah detektor broadband radiasi inframerah. Sel golay sensitif dan
peka. Prinsip operasi sel golay didasarkan pada deteksi pemuaian termal gas yang
terperangkap di dalam suatu ruang tertutup.
Inilah sebabnya mengapa detektor ini kadang-kadang disebut detektor
termopneumatic.
Gambar 2.6.1.1 menggambarkan ruang tertutup memiliki dua lapisan: bagian atas dan
bawah. lapisan atas dilapisi dengan penyerap panas dan lapisan bawah memiliki
permukaan cermin (dilapisi dengan aluminium).
Gambar 2.6.1.1 Golay cell detector untuk radiasi inframerah pertengahan dan jauh
Cermin disinari oleh sumber cahaya. terjadi pemantulan Sinar cahaya dari
cermin dan menimpa detektor posisi sensitif (PSD). lapisan atas terkena radiasi
inframerah, yang diserap oleh lapisan bawah dan meningkatkan suhu seluruh lapisan.
memanaskan gas yang terperangkap di dalam sensor. Gas meluas dan tekanannya
meningkat. Peningkatan tekanan gas internal membelokkan lapisan bawah, yang
membengkak. Perubahan kelengkungan cermin memodulasi arah sinar cahaya yang
dipantulkan. Cahaya yang dipantulkan menimpa PSD di berbagai lokasi, tergantung
pada tingkat intensitas radiasi yang diserap dan terjadi pembengkak lapisan.
Sensor suhu thermopile adalah salah satu jenis detektor suhu pasif infrared.
Karakteristik dari sensor ini adalah mengukur suhu berdasarkan prinsip pengukuran
suhu radiasi inframerah. Infra merah merupakan sinar elektromagnetik yang memiliki
panjang gelombang lebih dari cahaya yang terlihat, yakni antara 700 nm dan 1 mm.
Sinar infrared adalah cahaya yang tidak terlihat atau tak tertangkap mata. Apabila
dilihat dengan menggunakan spektroskop cahaya maka radiasi dari sinar infrared akan
terlihat pada spektrum elektromagnet dengan panjang gelombang yang berada di atas
panjang gelombang cahaya merah. Dengan adanya panjang gelombang ini
menyebabkan sinar infrared tidak tertangkap mata, tetapi radiasi dari panas yang
ditimbulkan masih dapat terdeteksi. Respon terhadap sinar infra merah dapat dilihat
pada diagram gambar 2.6.2.1
d. Mampu mendeteksi api sebuah lilin atau panas di dalam ruangan bersuhu 20°C pada jarak
maksimum 2 m dari mata sensor.
e. Membutuhkan catu daya catu daya 4,8V - 5,4V DC, sehingga dapat langsung dihubungkan
dengan supply mikrokontroler.
Gambar Detektor api UV. (A) tabung berisi kaca; (B) sudut dalam bidang horizontal; (C)
sirkuit operasi yang direkomendasikan.
housing menjamin sudut pandang yang lebar pada bidang horisontal dan vertikal
(Gbr.14.30C). Perangkat ini membutuhkan tegangan tinggi untuk operasi, dan dalam
kondisi normal, itu tidak konduktif secara elektrik. Setelah terkena api, foton UV
energi tinggi menyerang katoda, melepaskan elektron bebas ke interior tabung berisi
gas. Atom gas menerima semburan energi dari elektron yang dipancarkan, yang
menghasilkan luminescence gas dalam rentang spektral UV. Ini, pada gilirannya,
menyebabkan lebih banyak elektron yang dipancarkan, yang menyebabkan lebih
banyak sinar UV. Dengan demikian, elemen mengembangkan perkalian elektron
avalanche-jenis cepat, membuat wilayah anoda-katoda elektrik konduktif. Oleh
karena itu, setelah terkena nyala gas, elemen bekerja sebagai pengatur arus,
menghasilkan lonjakan tegangan positif yang kuat pada outputnya. Ini mengikuti dari
uraian di atas bahwa elemen menghasilkan radiasi UV dalam menanggapi deteksi api.
Meskipun berintensitas rendah, UV tidak membahayakan orang; namun, hal ini dapat
menyebabkan terjadinya pembicaraan silang antara sensor sebelah yang serupa.