Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PROJECT MATA KULIAH

RANGKAIAN PENGUAT OPERASIONAL

Sensor Intensitas Cahaya

Disusun Oleh:
Yusuf Nainggolan. (0415100)
Muthia Amandha (04171050)
Mutiara Akbar Hermayanti (04171051)
Rifqi Bagja Rizqullah (04171060)

Institut Teknologi Kalimantan


2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan Project Mata Kuliah Rangkaian
Penguat Operasional sebagai bagian dari pembelajaran kami di Program Studi Teknik
Elektro, Jurusan Teknologi Industri dan Proses Institut Teknologi Kalimantan.
Kami berterima kasih kepada Bapak Mudeng, Vicky Vendy
Hengki,S.T.,M.ScH selaku dosen mata kuliah Rangkaian Penguat Operasional. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mudeng, Vicky Vendy
Hengki,S.T.,M.Sc yang telah menyempatkan waktu untuk asistensi kelompok kami.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih pula kepada teman-teman seperjuangan
yang juga mengambil mata kuliah Rangkaian Penguat Operasional.
Dalam perkembangan penyusunan Laporan ini, kami mendapati bahwa
laporan yang kami susun masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kami
mengharapkan kritik dan saran demi meningkatkan kualitas diri kami dikemudian
hari.

Balikpapan, 11 April 2018

Penulis
DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ................................................................................................ 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................... 3
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 4
1.2 Tujuan Penulisan .......................................................................................... 4
1.3 Batasan Masalah ........................................................................................... 5
BAB II. DASAR TEORI ............................................................................................ 6
2.1. Sensor Cahaya (LDR) .................................................................................. 6
2.2. Rangkaian Pembagi Tegangan ..................................................................... 7
2.3. Operational-Amplifier .................................................................................. 7
2.4. Rangkaian Penguat Instrumentasi ................................................................ 8
BAB III. DESKRIPSI ALAT .................................................................................... 10
3.1 Bahan ........................................................................................................ 10
3.2. Skematik Rangkaian ................................................................................... 10
BAB IV. ANALISA DATA...................................................................................... 11
4.1. Analisa Rangkaian Pembagi Tegangan ...................................................... 11
4.2. Analisa Rangkaian Penguat Instrumentasi ................................................. 11
4.3. Analisa Hasil Simulasi dan Perhitungan ................................................... 14
4.4. Error Simulasi dan Error Percobaan ........................................................... 17
4.5 Resolusi ADC ............................................................................................. 18
4.6 Hasil Rangkaian Operational Amplifier Sensor Intensitas Cahaya ........... 18
BAB V. KESIMPULAN ........................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 21
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangan teknologi listrik saat ini, banyak komponen-komponen


penunjang yang menjadikan listrik lebih bermanfaat bagi konsumen. Pada hal tersebut
dapat kita ambil contoh dalam pengembangan tanaman hidroponik,Tanaman untuk
pangan harus dapat dibudidayakan dengan optimal dimanapun lokasi dan medianya.
Dalam hal ini sistem hidroponik merupakan alternatif yang baik karena
menggunakan media air, sehingga konsentrasi nutrisi relatif, distribusi nutrisi, lebih
mudah dikontrol pada masa budidaya. Lokasi budidaya yang dipilih adalah rumah
tanaman (greenhouse), karena rumah tanaman dapat melindungi tanaman dari
pengaruh buruk faktor luar seperti angin kencang, hujan deras, hama dan lain
sebagainya. Pengendalian iklim mikro di dalam rumah tanaman relatif lebih mudah
untuk aplikasikan. Perawatan intensif dapat dilakukan agar kegagalan panen akibat
iklim yang tidak stabil dapat diminimalkan.
Sawi hijau (Brassica rappa var. parachinensis L.) tergolong sayuran yang
banyak dikonsumsi oleh penduduk Indonesia.Namun demikian sayuran sawi peka
terhadap perubahan lingkungan yang tidak sesuai dengan pertumbuhannya. Hal ini
ditunjukkan langsung oleh perubahan fisik pada tanaman seperti daun menjadi layu,
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan tanaman tersebut adalah
salah satunya adalah cahaya matahari yang ia dapatkan ,disini sangat diperlukan
komponen penunjang listrik (elektronika) untuk mengoperasikanya. Hasil yang
diperoleh adalah cahaya dan suhu yang lebih tinggi memiliki hasil produksi yang
lebih baik. Sehingga faktor cahaya memiliki keterikatan untuk pendukung
pertumbuhan tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan pola
pertumbuhan tanaman sawi yang ditanam di dalam greenhouse dengan sistem
hidroponik dengan Cara kerjanya adalah dengan menggunakan sensor cahaya ( LDR
), cahaya yang diperlukan adalah 7000 lux dengan besaran segitu didapatkan kondisi
yang ideal untuk budidaya sawi. Berdasarkan hasil tersebut, pada penelitian ini
dilakukan pengukuran perubahan luas daun terhadap penambahan variasi untuk
mendapatkan kombinasi masing-masing faktor pertumbuhan

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun Tujuan dari penulisan laporan ialah :


1.Mengetahui pengertian dari sensor cahaya ( LDR )
2.Memahami prinsip kerja sensor cahaya ( LDR )
3.Dapat merangkai sensor cahaya dengan lampu serta dapat
memanfaatkannya untuk memudahkan manusia

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah yang akan di bahas sehingga tidak terjadi pemikiran yang
terlalu luas dan keluar dari pokok bahasan maka bat7asan masalah dari makalah ini
adalah :
1.Pengertian secara rinci mengenai sensor cahaya ( LDR )
2.Prinsip kerja sensor cahaya ( LDR )
3.Rangkaian LDR dengan lampu dan keuntungan pemanfaatanya dalam
kehidupan sehari – hari.
BAB II. DASAR TEORI

2.1. Sensor Cahaya (LDR)

Sensor adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi dan mengetahui


magnitude tertentu. Sensor merupakan jenis transduser yang digunakan untuk
mengubah variasi mekanis, magnetis,panas,sinar dan kimia menjadi tegangan dan
arus listrik. Sensor memegang peranan penting dalam mengendalikan proses
pabrikasi modern.
Sensor yang sering digunakan dalam berbagai rangkaian elektronik salah
satunya adalah sensor cahaya (LDR). Sensor cahaya adalah alat yang digunakan
dalam bidang elektronika yang berfungsi untuk mengubah besaran cahaya menjadi
besaran listrik. Sensor cahaya LDR (Light Dependent Resistor) merupakan suatu jenis
resistor yang peka terhadap cahaya. Nilai resistansi LDR akan berubah-ubah sesuai
dengan intensitas cahaya yang diterima. Jika LDR tidak terkena cahaya maka nilai
tahanan akan menjadi besar (sekitar 10MΩ) dan jika terkena cahaya nilai tahanan
akan menjadi kecil (sekitar 1kΩ).
Cara kerja dari sensor ini adalah mengubah energi dari foton menjadi elektron,
umumnya satu foton dapat membangkitkan satu elektron. Sensor ini mempunyai
kegunaan yang sangat luas salah satu yaitu sebagai pendeteksi cahaya pada tirai
otomatis. Beberapa komponen yang biasanya digunakan dalam rangkaian sensor
cahaya adalah LDR (Light Dependent Resistor), Photodiode, dan Photo Transistor.

Gambar 1. LDR (Light Dependent Resistor)


Salah satu komponen yang menggunakan sensor adalah LDR (Light Dependent
Resistor), adalah suatu komponen elektronika yang memiliki hambatan yang dapat
berubah sesuai perubahan intensitas cahaya, resistensi dari LDR akan menurun jika
ada penambahan intensitas cahaya yang mengenainya. Pada dasarnya komponen ini
merupakan suatu resistor yang memiliki nilai hambatan bergantung pada jumlah
cahaya yang jatuh pada permukaan sensor tersebut. LDR dapat dibuat dari
semikonduktor beresistensi tinggi yang tidak dilindungi dari cahaya. Jika cahaya yang
mengenainya memiliki frekuensi yang cukup tinggi, foton yang diserap oleh
semikonduktor akan menyebabkan elektron memiliki energi yang cukup untuk
meloncat ke pita konduksi. Elektron bebas yang dihasilkan dan pasangan lubangnya
akan mengalirkan listrik, sehingga menurunkan resistansinya. Komponen yang
menggunakan sensor cahaya berikutnya adalah Photo Transistor , secara sederhana
adalah sebuah transistor bipolar yang memakai kontak (junction) base-collector yang
menjadi permukaan agar dapat menerima cahaya sehingga dapat digunakan menjadi
konduktivitas transistor. Secara lebih detail Photo Transistor merupakan sebuah
benda padat pendeteksi cahaya yang memiliki gain internal. Hal ini yang membuat
foto transistor memiliki sensivitas yang lebih tinggi dibandingkan photodiode / foto
diode, dalam ukuran yang sama. Alat ini dapat menghasilkan sinyal analog maupun
sinyal digital. Photo Transistor sejenis dengan transistor pada umumnya, bedanya
pada Photo Transistor dipasang sebuah lensa pemfokus sinar pada kaki basis untuk
memfokuskan sinar jatuh pada pertemuan PN.(sumber: komponenelektronika.biz)

2.2. Rangkaian Pembagi Tegangan

Rangkaian Pembagi Tegangan terdiri dari dua buah resistor yang dirangkai
secara Seri.

Gambar 2. Rangkaian Pembagi Tegangan


Aturan pembagi tegangan sangat sederhana, yaitu tegangan input dibagi
secara proporsional sesuai dengan nilai resistansi dua resistor yang dirangkai Seri.
𝑅1
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝑉𝑖𝑛 × ( )
𝑅1 + 𝑅2

2.3. Operational-Amplifier

Operational Amplifier atau lebih dikenal dengan istilah Op-Amp adalah salah
satu dari bentuk IC Linear yang berfungsi sebagai Penguat Sinyal listrik. Sebuah Op-
Amp terdiri dari beberapa Transistor, Dioda, Resistor dan Kapasitor yang
terinterkoneksi dan terintegrasi sehingga memungkinkannya untuk menghasilkan
Gain (penguatan) yang tinggi pada rentang frekuensi yang luas. Op-Amp umumnya
dikemas dalam bentuk IC, sebuah IC Op-Amp dapat terdiri dari hanya 1 (satu)
rangkaian Op-Amp atau bisa juga terdiri dari beberapa rangkaian Op-Amp. Jumlah
rangkaian Op-Amp dalam satu kemasan IC dapat dibedakan menjadi Single Op-Amp,
dual Op-Amp dan Quad Op-Amp. Ada juga IC yang didalamnya terdapat rangkaian
Op-Amp disamping rangkaian utama lainnya. Sebuah rangkaian Op-Amp memiliki
dua input (masukan) yaitu satu Input Inverting dan satu Input Non-inverting serta
memiliki satu Output (keluaran).

Gambar 3. Simbol Op-Amp


Konfigurasi pin IC pada op-amp ditunjukkan oleh gambar 3 dibawah ini.

Gambar 4. Konfigurasi IC Op-Amp


Secara umum, Operational Amplifier (Op-Amp) yang ideal memiliki
karakteristik penguatan tegangan Open-loop atau Av = ∞ (tak terhingga), tegangan
offset keluaran (Output Offset Voltage) atau Voo = 0 (nol), impedansi masukan (input
impedance) atau Zin= ∞ (tak terhingga), impedansi output (output impedance) atau
Zout = 0 (nol), lebar pita (bandwidth) atau BW = ∞ (tak terhingga) dan karakteristik
tidak berubah dengan suhu,

2.4. Rangkaian Penguat Instrumentasi

Penguat instrumentasi sering digunakan sebagai penguat tegangan yang


langsung berasal dari sensor atau transduser. Penguat instrumentasi merupakan
penguat lingkar tertutup dengan masukan diferensial, rasio penolakan modus bersama
(CMRR) tinggi yakni lebih dari 100 dB, dan penguatannya dapat diatur dengan
potensiometer (resistor variabel) tanpa mempengaruhi harga CMRR. Penguat
instrumentasi yang bermutu tinggi sudah dibuat dalam bentuk IC yang dalam
penggunaannya tidak perlu dipasang rangkaian umpan balik seperti Op-Amp.
Penguat instrumentasi dapat disusun dengan menggunakan Op-Amp. Mutu
penguatannya bergantung pada mutu Op-Amp yang digunakan. Parameter Op-Amp
yang mempengaruhi mutu penguatan meliputi Offset masukan, Impedansi masukan,
drift tegangan keluaran, CMRR, PSRR (power supply rejection ratio), dan
sebagainya. CMRR dan ketepatan penguat instrumentasi juga bergantung pada
kepresisian dari komponen pasif yang digunakan.
BAB III. DESKRIPSI ALAT

Alat yang dibuat adalah Rangkaian Pengondisi Sinyal (RPS) pada sensor
Cahaya (S: 0.222222 Ω/lux ; range: 1000-10000 Lux ).

3.1 Bahan

Bahan yang diperlukan dalam pembuatan RPS ini adalah sebagai berikut.
Komponen yang digunakan:
1. 1 Buah breadboard
2. 1 Buah sensor LDR
3. 3 Buah IC LM 741
4. 1 Resistor 301 Ohm
5. 7 Resistor 1k
6. 1 Resistor 326 Ohm

3.2. Skematik Rangkaian

Skematik dari alat yang telah dibuat adalah sebagai berikut

Gambar 7. Skematik Alat


BAB IV. ANALISA DATA

4.1. Analisa Rangkaian Pembagi Tegangan

Sumber yang digunakan adalah 5 V. Sensor LDR akan dikonversi menjadi


besaran listrik dengan menggunakan RPS pasif yaitu pembagi tegangan yang dimana
R2 ialah LDR dan R1 resistor 1k.

Gambar 10. Rangkaian Pembagi Tegangan


𝑅1
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝑉𝑖𝑛 × ( )
𝑅1 + 𝑅2
Apabila diambil R2 = 300Ω (minimum) dan 100 Ω (Maksimum), dengan
memisalkan R1 = 1000Ω
Didapatkan hasil keluaran RPS pasif pada saat input minimum yaitu 1000 lux
dengan resistansi 300 Ω ialah 3.846 Volt. Pada saat input maksimum yaitu 10000
lux dengan resistansi 100 Ω didapatkan tegangan sebesar 4.545 Volt.

4.2. Analisa Rangkaian Penguat Instrumentasi

Pada pembuatan RPS ini diberikan masalah dimana terdapat sensor cahaya
dengan sensitivitas -0.222222222 Ω/lux dan range intensitas cahaya 1000-10000 Lux.
Range ADC yang digunakan adalah 0-5V. Persamaan yang akan digunakan dalam
mencari output agar hasilnya sesuai ialah :
𝑅 = 𝑅𝑟𝑒𝑓 − (𝐻 ∗ (𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡 𝐿𝑢𝑥 − 1000))
Rref pada persamaan bernilai 300 dan input lux dikurang 1000, dikarenakan
batas input yang diterima ialah 1000 lux dengan resistansi 300 Ω
Dengan data tersebut, maka output minimum dan maksimum yang dikeluarkan
dari sensor adalah sebagai berikut.

Minimum : 300 Ω − (0.222222222 lux ∗ (1000 − 1000)𝑙𝑢𝑥) = 300 Ω

Maksimum : 300 Ω − (0.222222222 lux ∗ (10000 − 1000)𝑙𝑢𝑥) = 100 Ω

10000 Lux 300 Ω 5V

Sensor RPS

1000 Lux
0V
100 Ω
Gambar 11. Bagan pengubahan dari intensitas cahaya ke output RPS

Sensor menerima intensitas cahaya dan menghasilkan resistansi. Resistansi


tersebut diubah menjadi Tegangan dengan RPS pasif yaitu pembagi tegangan yang
dimana keluarannya pada saat input minimum yaitu 1000 lux dengan resistansi 300
Ω ialah 3.846 Volt. Pada saat input maksimum yaitu 10000 lux dengan resistansi 100
Ω didapatkan tegangan sebesar 4.545 Volt. Selanjutnya tegangan tersebut perlu
dikuatkan dan dilemahkan. Nilai 1000 lux yaitu 3.846 Volt akan diubah menjadi nol
dan 4.545 Volt yaitu 10000 Lux akan menjadi 4.98 Volt. Hubungan antara kenaikan
nilai keluaran RPS pasif dan aktif seperti pada gambar 12.

Perbandingan Vin dan Vout Teori


6.000

y = 7.1531x - 27.511
5.000
R² = 1

4.000

3.000

2.000

1.000

0.000
3.800 3.900 4.000 4.100 4.200 4.300 4.400 4.500 4.600

Gambar 12. Output Rps Aktif dan RPS Pasif


Grafik tersebut memiliki kemiringan m, output RPS Vout (0-5V), dan Output
sensor Vin (3.846 V- 4.545 V). Dari grafik tersebut, dapat dibentuk persamaan dengan
cara sebagai berikut.
Vout = Vin.m + Vo
0 = 3,84165m + Voffset
4.98 = 4.5454m + Voffset
Dengan menggunakan metode substitusi dan eliminasi didapatkan m = 7.1219 dan
Vo = -27.16, sehingga didapatkan persamaan garis,
Vout = 7.1219Vin – 27.16
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 7.1219 (𝑉𝑖𝑛 − 3.84165)
Persamaan RPS instrumentasi adalah sebagai berikut.

𝑅1 + 𝑅4 𝑅2
𝑉𝑜 = (1 + )( )(𝑉2 − 𝑉1 )
𝑅3 𝑅6
Apabila dipilih R1 = R2 = 1kΩ, dan R2 = R6 = 1 kΩ, maka
20𝑘
𝑉𝑜 = (1 + )(𝑒𝑏 − 𝑒𝑎 )
𝑅3
Dengan membandingkan persamaan tersebut dengan persamaan garis yang
telah didapatkan (V2 =Vin) sebelumnya sehingga diperoleh,

RG = 326.6959604 Ω dan V1 = 1000 Ω.

Masukkan V1 pada persamaan intrumentasi ialah 3.841 Volt, tegangan tersebut


dapat digunakan dengan cara memberi pembagi tegangan yang menghasilkan nilai
tersebut, berikut perhitungannya :
Dengan memisalkan R1 1k Ω maka didapatkan :

1000
3.841 = 5 × ( )
1000 + 𝑅2
5000 − 3841
𝑅2 = ( )
3.841

Sehingga 𝑅2 = 301.171 Ω. Berikut gambaran hasil rancangan.

Gambar 13. Rangkaian Op-Amp Instrumentasi


4.3. Analisa Hasil Simulasi dan Perhitungan

Digunakan Vcc+ = 5 Volt


Tabel 2. Hasil Simulasi Menggunakan PSIM

SIMULASI PSIM

Pembacaan dari Sensor Keluaran RPS Pasif

Keluaran
Keluaran RPS Pasif
LUX Resistansi LUX Resistansi RPS Aktif
(V)
(V)

1000,000 300,000 1000,000 300,000 3,846 0,025

2000,000 277,778 2000,000 277,778 3,913 0,501

3000,000 255,556 3000,000 255,556 3,982 0,994

4000,000 233,333 4000,000 233,333 4,054 1,505

5000,000 211,111 5000,000 211,111 4,128 2,035

6000,000 188,889 6000,000 188,889 4,206 2,584

7000,000 166,667 7000,000 166,667 4,286 3,155

8000,000 144,444 8000,000 144,444 4,369 3,747

9000,000 122,222 9000,000 122,222 4,455 4,364

10000,000 100,000 10000,000 100,000 4,545 5,005


2𝑅1 𝑅
Dimana : 𝑉𝑜𝑢𝑡 = (1 + ) (𝑅3 ) (𝑉𝑖𝑛 − 𝑉𝑜 )
𝑅𝐺 2

Dengan Vin hasil dari keluaran RPS pasif dan 𝑉𝑜 merupakan tegangan refrensi dari
rangkaian. 𝑉𝑜𝑢𝑡 adalah tegangan keluaran RPS aktif yaitu keluaran dari rangkaian
Op-Amp instrumentasi.
Tabel 3. Hasil Perhitungan Teoritis

PERHITUNGAN TEORI

Pembacaan dari
Sensor Keluaran RPS Pasif

Keluaran
Keluaran RPS Pasif
LUX Resistansi LUX Resistansi RPS Aktif
(V)
(V)

1000,000 300,000 1000,000 300,000 3,846 0,001

2000,000 277,778 2000,000 277,778 3,913 0,480

3000,000 255,556 3000,000 255,556 3,982 0,975

4000,000 233,333 4000,000 233,333 4,054 1,488

5000,000 211,111 5000,000 211,111 4,128 2,020

6000,000 188,889 6000,000 188,889 4,206 2,572

7000,000 166,667 7000,000 166,667 4,286 3,145

8000,000 144,444 8000,000 144,444 4,369 3,741

9000,000 122,222 9000,000 122,222 4,455 4,359

10000,00 100,000 10000,000 100,000 4,545 5,003

Untuk mengolah keluaran dari suatu sensor diperlukan Rangkaian Pengondisi


Sinyal (RPS). RPS berfungsi untuk menyesuaikan keluaran dari sensor sebelum
dimasukkan ke ADC (Analog to Digital Converter). RPS yang digunakan adalah
Rangkaian Penguat Instrumentasi. Rangkaian Penguat Instrumentasi yang digunakan
tersusun dari tiga buah Op Amp (Operational Amplifier), dimana yang digunakan
adalah IC dengan tipe LM741. Tujuan dari simulasi ini adalah untuk membandingkan
keluaran dari RPS dengan jenis Rangkaian Penguat Instrumentasi terhadap rancangan
yang telah dibuat dan hasil perhitungan. Pada simulasi dan perhitungan digunakan R1
1 kΩ, R2 1 kΩ dan R3 1 kΩ, RG 326,6959604 Ω. Kemudian digunakan Vo (tegangan
Refrensi) sebesar 3.841 Volt dan Vin (tegangan input) yang divariasikan. Setelah
merangkai Rangkaian Penguat Instrumentasi akan diperhatikan pengaruh perubahan
Vin terhadap keluaran yaitu Vout. Pada simulasi nilai Vin berasal dari sumber tegangan
(Vsource). Digunakan Vcc+ sebesar 5 volt pada LM741.
Setelah dilakukan analisa dan perhitungan maka terlihat bahwa kenaikan nilai
Vin berbanding lurus dengan kenaikan Vout. Untuk polaritas dari Vout adalah sama
dengan Vin, ini terlihat dari tidak ada perubahan tanda yang terjadi pada Vout. Tidak
seperti rangkaian Inverting yang polaritas Vin dan Vout selalu berkebalikan. Nilai dari
simulasi dan perhitungan menunjukkan hasil yang relatif sama. Dengan variasi
inputnya sebesar 1000,2000,3000,4000,5000,6000,7000,8000,9000,10.000 lux
Didapatkan nilai resistansinya sebesar 300,000 ; 277,778 ; 255.556 ; 233,333
; 211,111 ; 188,889 ; 166,667 ; 144,444 ; 122,222;100 lalu didapatkan nilai Vout RPS
Pasif sebesar 3,846 ; 3,913 ; 3,982 ; 4,054 ; 4,128 ; 4,206 ; 4,286 ; 4,369 ; 4,455 ;
4,545 , Sedangkan pada perhitungan didapatkan Vout pada RPS aktif didapatkan
nilainya sebesar 0,001 ; 0,480 ; 0,975 ; 1,488 ; 2,020 ; 2,572 ; 3,145 ; 3,741 ; 4,359 ;
5,003.
Rangkain Penguat Instrumentasi merupakan rangkaian yang terdiri dari tiga
buah Op Amp. Rangkaian ini biasanya digunakan untuk memperkuat tegangan yang
berasal dari sensor. Untuk menganalisa dapat menggunakan Hukum Kirchoff I dan
II, atau dengan persamaan umum yang sering digunakan, yaitu :
2𝑅1 𝑅3
𝑉𝑜𝑢𝑡 = (1 + ) ( ) (𝑉𝑖𝑛 − 𝑉𝑜 )
𝑅𝐺 𝑅2
Pada Rangkaian Penguat Instrumentasi terlihat bahwa jika nilai Vin adalah
nol, mka akan bekerja seperti Rangkaian Penguat Inverting. dan jika Vo adalah nol
maka akan bekerja seperti Rangkaian Penguat Non-Inverting.
Dari data tabel yang telah didapatkan sebelumnya dapat digambarkan grafik
simulasi dan perhitungan ditunjukkan oleh gambar 14 dan gambar 15.

Perbandingan Vin dan Vout Simulasi


6.000
y = 7.1211x - 27.364
5.000
R² = 1
4.000

3.000

2.000

1.000

0.000
3.800 3.900 4.000 4.100 4.200 4.300 4.400 4.500 4.600

Gambar 14. grafik Vout terhadap Vin pada Simulasi


Perbandingan Vin dan Vout Teori
6.000

y = 7.1531x - 27.511
5.000
R² = 1

4.000

3.000

2.000

1.000

0.000
3.800 3.900 4.000 4.100 4.200 4.300 4.400 4.500 4.600

Gambar 15. Grafik Vout terhadap Vin pada Teori

4.4. Error Simulasi dan Error Percobaan

Simulasi dan percobaan yang dilakukan didapatkan error terhadap perhitungan


dimana Vout 1 = Hasil keluaran RPS simulasi dan Vout 2 = Hasil keluaran RPS
perhitungan, dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 4. Error Simulasi


Vout 1 Vout 2 |Vout2 – Vout1| Error (%)
0.001 0.025 0.023557527 2.35575268
0.480 0.501 0.021422917 2.142291659
0.975 0.994 0.019199435 1.919943522
1.488 1.505 0.016933576 1.693357615
2.020 2.035 0.01455264 1.455263968
2.572 2.584 0.012080453 1.208045325
3.145 3.155 0.009520374 0.9520374
3.741 3.747 0.006887476 0.688747614
4.359 4.364 0.00411981 0.411981005
5.003 5.005 0.001248602 0.12486019

Terdapat error yang relatif kecil dikarenakan perhitungan pembulatan dan


perbedaan nilai dibelakang koma pada percobaan dan perhitungan.
4.5 Resolusi ADC

Keluaran dari RPS akan diubah menggunakan ADC (Analog to Digital


Converter), sehingga keluaran RPS dimasukkan kedalam Arduino dan kemudian
dikirimkan ke LCD untuk ditampilkan nilai dari lux.

Adapun perhitungan resolusi ialah :


255
𝑅𝑒𝑠𝑜𝑙𝑢𝑠𝑖 𝐵𝑖𝑛𝑒𝑟 = ∗ 5 = 4.98
256
Sehingga nilai 1000 lux sama dengan 0b 0000 0000 dan 10000 lux sama
dengan 0b 1111 1111. Dengan resolusi persatuan biner ialah :
4.98
= 0.02 𝑉𝑜𝑙𝑡/𝑏𝑖𝑡
255
Nilai 0.02 Volt/bit setara dengan :
5.003 − 0.001
𝐾𝑒𝑛𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑙𝑢𝑥 = = 0.00055 𝑉𝑜𝑙𝑡/𝐿𝑢𝑥
10000 − 1000
𝑣𝑜𝑙𝑡
0.02 = 36 𝑙𝑢𝑥
𝑏𝑖𝑡
Sehingga kenaikan setiap satu bit sama dengan 36 lux
Tabel 5. Nilai Lux menjadi Biner
LUX Resistansi Keluaran RPS Aktif (V) Biner
1000 300.000 0.001 0b 0000 0000
2000 277.778 0.480 0b 0001 1001
3000 255.556 0.975 0b 0011 0010
4000 233.333 1.488 0b 0100 1100
5000 211.111 2.020 0b 0110 0110
6000 188.889 2.572 0b 1000 0011
7000 166.667 3.145 0b 1010 0000
8000 144.444 3.741 0b 1011 1110
9000 122.222 4.359 0b 1101 1110
10000 100.000 5.003 0b 1111 1111

4.6 Hasil Rangkaian Operational Amplifier Sensor Intensitas Cahaya

Setelah dilakukan perhitungan dan analisis didapatkan bagan-bagan. Masukan


dari sensor ialah 1000 lux hingga 10000 lux dengan keluaran dari RPS untuk dibaca
ADC dari 0 Volt hingga 5.003 Volt, dan kemudian diubah menjadi nilai biner yang
dimana 0 volt menjadi 0b 0000 0000 dan 5 volt 0b 1111 1111. Berikut bagan-bagan
rangkaian instrumentasi sensor cahaya :

Gambar 16. Bagan Rangkaian Instrumentasi Sensor Cahaya


BAB V. KESIMPULAN

Setelah dilakukan percobaan dapat disimpulkan ialah sensor LDR merupakan


resistor variabel yang bergantung pada intensitas cahaya. Intensitas cahaya yang
masuk ke dalam LDR maka akan berkurang nilai resistansi pada LDR. Pada
percobaan LDR diberikan 1000 lux hingga 10000 lux dan dipatkan nilai resistansinya
menurun yaitu dari 300 Ohm menjadi 100 Ohm. Karakteristik tersebut sangat tepat
untuk dijadikan sensor yang ditujukan untuk agribisnis sawi. Berdasarkan penelitian
Universitas UGM pada tahun 2016 dinyatakan bahwa sawi membutuhkan 7000 Lux
untuk tumbuh dengan optimal, jika intensitas cahaya meningkat maka akan lebih baik
pertumbuhannya. Sistem yang telah dibuat sangat tepat untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Ada, 2019. Photocell. [Online]


Available at: https://learn.adafruit.com/photocells/using-a-photocell
[Accessed 10 April 2019].

Suotha, V. A., Mosey, H. I. & Tellenga, R. C., 2018. Rancang bangun alat pendeteksi
intensitas cahaya berbasis Sensor Light Dependent Resistance (LDR). JURNAL MIPA
UNSRAT ONLINE, 7(2), p. 47.

Telaumbanua, M., Purwantana, B., Sutiarso, L. & Falah, M. A. F., 2016. STUDI POLA
PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI (Brassica rapa var.parachinensis L.) HIDROPONIK DI
DALAM GREENHOUSE TERKONTROL. AGRITECH, 36(1), p. 104.

Williams, D., 2015. Design a Luxmeter Using a Light Dependent Resistor. [Online]
Available at: https://www.allaboutcircuits.com/projects/design-a-luxmeter-using-a-light-
dependent-resistor/
[Accessed 10 April 2019].

Anda mungkin juga menyukai