Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................. i

DAFTAR ISI ........... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............. 1

B. Rumusan Masalah........... 1

C. Tujuan.. .......................... 2

D. Manfaat.............. ............ 2

BAB II PEMBAHASAN.............. ..................... 3

2.1. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas

2..2 Pasal dan undang undang yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan

2.3. Fenomena yang terjadi dalam pelayanan kesehatan di lingkup Puskesmas.

2.4. Faktor penyebab terjadinya fenomena yang terjadi di lingkup Puskesmas.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..............................................14

3.2 Saran........................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara teori, sebuah negara dibentuk oleh masyarakat di suatu wilayah yang tidak lain
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama setiap anggotanya dalam koridor
kebersamaan. Dalam angan setiap anggota masyarakat, negara yang dibentuk oleh mereka ini akan
melaksanakan fungsinya menyediakan kebutuhan hidup anggota berkaitan dengan konstelasi hidup
berdampingan dengan orang lain di sekelilingnya. Di kehidupan sehari-hari, kebutuhan bersama itu
sering kita artikan sebagai kebutuhan publik. Salah satu contoh kebutuhan publik yang mendasar
adalah kesehatan.

Kesehatan adalah pelayanan publik yang bersifat mutlak dan erat kaitannya dengan
kesejahteraan masyarakat. Untuk semua pelayanan yang bersifat mutlak, negara dan aparaturnya
berkewajiban untuk menyediakan layanan yang bermutu dan mudah didapatkan setiap saat. Salah
satu wujud nyata penyediaan layanan publik di bidang kesehatan adalah adanya Puskesmas. Tujuan
utama dari adanya Puskesmas adalah menyediakan layanan kesehatan yang bermutu namun dengan
biaya yanng relatif terjangkau untuk masyarakat, terutama masyarakat dengan kelas ekonomi
menengah ke bawah.

Dalam makalah ini, saya akan membahas mengenai Fenomena Sistem Pelayanan
Kesehatan di Puskesmas karena Puskesmas sebagai bentuk nyata peran birokrasi dalam
memberikan pelayanan publik kepada masyarakat, khususnya dalam bidang kesehatan sdan karena
Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja fenomena masalah yang terjadi dalam pelayanan kesehatan di lingkup
Puskesmas?

2. Pasal pasal dan undang undang apa saja yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan
di Puskesmas

3.Mengapa Fenomena masalah yang terjadi dalam pelayanan kesehatan di lingkup


Puskesmas bisa terjadi?

4.Bagaimana penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas?

5. Siapa saja yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas?

6. Dimana fenomena masalah pelayanan kesehatan di lingkup Puskesmas terjadi?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas

2. Mengetahui pasal pasal dan undang undang yang berkaitan dengan pelayanan
kesehatan

3. Mengidentifikasi fenomena yang terjadi dalam pelayanan kesehatan di lingkup


Puskesmas.

4. Mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab terjadinya fenomena yang terjadi di


lingkup Puskesmas.

1.4 Manfaat

Dari pembahasan materi yang tersedia dalam makalah ini, diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada pembaca untuk mengetahui tentang penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
dilakukan oleh Puskesmas, mengetahui pasal dan undang undang yang berkaian dengan pelayanan
kesehatan. Selain itu pembaca dapat mengetahui fenomena yang terjadi dalam pelayanan kesehatan
di lingkup Puskesmas dan mencari serta menemukan faktor-faktor penyebab terjadinya masalah-
masalah di lingkup Puskesmas.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan yang di lakukan oleh Puskesmas

Visi dan misi Puskesmas di Indonesia merujuk pada program Indonesia Sehat 2010. Hal ini
dapat kita lihat pula dalam SPM (Standar Pelayanan Minimal). Standar Pelayanan Minimal adalah
suatu standar dengan batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan
wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup : jenis
pelayanan, indikator, dan nilai (benchmark). Pelaksanaan Urusan Wajib dan Standar Pelayanan
Minimal (UW-SPM) diatur dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1457/MENKES/SK/X/2003 dibedakan atas : UW-SPM yang wajib diselenggarakan oleh seluruh
kabupaten-kota di seluruh Indonesia dan UW-SPM spesifik yang hanya diselenggarakan oleh
kabupaten-kota tertentu sesuai keadaan setempat. UW-SPM wajib meliputi penyelenggaraan
pelayanan kesehatan dasar, penyelenggaraan perbaikan gizi masyarakat, penyelenggaraan
pemberantasan penyakit menular, penyelenggaraan promosi kesehatan, dll. Sedangkan UW-SPM
spesifik meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria, dll.
Hal ini diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 65 Tahun 2005 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standard Pelayanan Minimal.
RANCANGAN KEWENANGAN WAJIB DAN STANDARD PELAYANAN MINIMAL

Kewenangan Wajib Jenis Pelayanan


1. Penyelenggaraan Pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
Pelayanan Kesehatan Dasar Pelayanan kesehatan bayi dan anak pra
sekolah
Pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan
remaja
Pelayanan kesehatan usia subur
Pelayanan kesehatan usia lanjut
Pelayanan imunisasi
Pelayanan kesehatan jiwa masyarakat
Pelayanan pengobatan / perawatan
2. Penyelenggaraan Pelayanan kesehatan dengan 4 kompetensi
pelayanan kesehatan rujukan dan dasar (kebidanan, bedah, penyakit dalam, anak)
penunjang Pelayanan kesehatan darurat
Pelayanan laboratorium kesehatan yang
mendukung upaya kesehatan perorangan dan kesehatan
masyarakat
Penyediaan pembiayaan dan jaminan
kesehatan
3. Penyelenggaraan Penyelenggaraan penyelidikan epidemiologi
pemberantasan penyakit menular dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)
Pencegahan dan pemberantasan penyakit
polio
Pencegahan dan pemberantasan penyakit TB
paru
Pencegahan dan pemberantasan penyakit
malaria
Pencegahan dan pemberantasan penyakit
kusta
Pencegahan dan pemberantasan penyakit
ISPA
Pencegahan dan pemberantasan penyakit
HIV-AIDS
Pencegahan dan pemberantasan penyakit
DBD
Pencegahan dan pemberantasan penyakit
diare
Pencegahan dan pemberantasan penyakit
fliariasis

4. Penyelenggaraan Pemantauan pertumbuhan balita


perbaikan gizi masyarakat Pemberian suplemen gizi
Pelayanan gizi
Penyuluhan gizi seimbang
Penyelenggaraan kewaspadaan gizi
5. Penyelenggaraan Penyuluhan prilaku sehat
promosi kesehatan Penyuluhan pemberdayaan masyarakat
dalam upaya kesehatan
6. Penyelenggaraan Pemeliharaan kualitas lingkungan fisik,
kesehatan lingkungan dan sanitasi kimia, biologi
dasar Pengendalian vektor
Pelayanan hygiene sanitasi di tempat umum
7. Pencegahan dan Penyuluhan P3 NAPZA (Pencegahan dan
penanggulangan penyalahgunaan Penanggulangan Penyalahgunaan NAPZA) yang
narkotika, psikotropika dan zat berbasis masyarakat
adiktif lain
8. Penyelenggaraan Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan
pelayanan kefarmasian dan untuk pelayanan kesehatan dasar
pengamanan sediaan farmasi, alat Penyediaan dan pemerataan pelayanan
kesehatan serta makanan dan kefarmasian di saranan pelayanan kesehatan
minuman Pelayanan pengamanan farmasi alat
kesehatan
Program Pokok Puskesmas

Kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga maupun fasilitasnya,


karenanya kegiatan pokok di setiap Puskesmas dapat berbeda-beda. Namun demikian kegiatan
pokok Puskesmas yang lazim dan seharusnya dilaksanakan adalah sebagai berikut :

1. Kesejahteraan ibu dan Anak ( KIA )

2. Keluarga Berencana

3. Usaha Peningkatan Gizi

4. Kesehatan Lingkungan

5. Pemberantasan Penyakit Menular

6. Upaya Pengobatan termasuk Pelayanan Darurat Kecelakaan

7. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

8. Usaha Kesehatan Sekolah

9. Kesehatan Olah Raga

10. Perawatan Kesehatan Masyarakat

11. Usaha Kesehatan Kerja

12. Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut

13. Usaha Kesehatan Jiwa

14. Kesehatan Mata

15. Laboratorium ( diupayakan tidak lagi sederhana )

16. Pencatatan dan Pelaporan Sistem Informasi Kesehatan

17. Kesehatan Usia Lanjut

18. Pembinaan Pengobatan Tradisional

Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai satuan


masyarakat terkecil. Karenanya, kegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk kepentingan kesehatan
keluarga sebagai bagian dari masyarakat di wilayah kerjanya. Setiap kegiatan pokok Puskesmas
dilaksanakan dengan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa ( PKMD ). Disamping
penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok Puskesmas seperti tersebut di atas, Puskesmas
sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan program kesehatan tertentu oleh Pemerintah
Pusat ( contoh: Pekan Imunisasi Nasional ). Dalam hal demikian, baik petunjuk pelaksanaan maupun
perbekalan akan diberikan oleh Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah. Keadaan darurat
mengenai kesehatan dapat terjadi, misalnya karena timbulnya wabah penyakit menular atau
bencana alam. Untuk mengatasi kejadian darurat seperti di atas bisa mengurangi atau menunda
kegiatan lain.

2.2 Pasal dan undang undang yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan

Dasar hukum pemberian pelayanan kesehatan secara umum diatur dalam Pasal 53 UU
Kesehatan, yaitu:

1.Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan


memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga.

2. Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan


kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan masyarakat.

3.Pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus


mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa pasien dibanding kepentingan lainnya.

Pasal 54 UU Kesehatan juga mengatur pemberian pelayanan kesehatan, yaitu:

1.Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertanggung jawab, aman,


bermutu, serta merata dan nondiskriminatif.

2.Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan


kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

3.Pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

Pelayanan kesehatan itu sebenarnya juga merupakan perbuatan hukum, yang


mengakibatkan timbulnya hubungan hukum antara pemberi pelayanan kesehatan dalam hal ini
rumah sakit terhadap penerima pelayanan kesehatan, yang meliputi kegiatan atau aktivitas
professional di bidang pelayanan prefentif dan kuratif untuk kepentingan pasien. Secara khusus
dalam Pasal 29 ayat (1) huruf (b) UU Rumah Sakit, rumah sakit mempunyai kewajiban memberikan
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan
kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

Peraturan atau dasar hukum dalam setiap tindakan pelayanan kesehatan di rumah sakit
wajib dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Pasal 53 dan Pasal 54 UU Kesehatan sebagai dasar dan
ketentuan umum dan ketentuan Pasal 29 ayat (1) huruf (b) UU Rumah Sakit dalam melakukan
pelayanan kesehatan. Dalam penyelenggaraan kesehatan di rumah sakit mencakup segala aspeknya
yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan.

Melalui ketentuan UU Kesehatan dan UU Rumah Sakit dalam hal ini pemerintah dan institusi
penyelenggara pelayanan kesehatan yakni rumah sakit, memiliki tanggung jawab agar tujuan
pembangunan di bidang kesehatan mencapai hasil yang optimal, yaitu melalui pemanfaatan tenaga
kesehatan, sarana dan prasarana, baik dalam jumlah maupun mutunya, baik melalui mekanisme
akreditasi maupun penyusunan standar, harus berorientasi pada ketentuan hukum yang melindungi
pasien, sehingga memerlukan perangkat hukum kesehatan yang dinamis yang dapat memberikan
kepastian dan perlindungan hukum untuk meningkatkan, mengarahkan, dan memberi dasar bagi
pelayanan kesehatan.

2.3 fenomena yang terjadi dalam pelayanan kesehatan di lingkup Puskesmas.

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan


bagi masyarakat karena cukup efektif membantu masyarakat dalam memberikan pertolongan
pertama dengan standar pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang dikenal murah seharusnya
menjadikan Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan utama bagi masyarakat, namun pada
kenyataannya banyak masyarakat yang lebih memilih pelayanan kesehatan pada dokter praktek
swasta atau petugas kesehatan praktek lainnya. Kondisi ini didasari oleh persepsi awal yang negatif
dari masyarakat terhadap pelayanan Puskesmas, misalnya anggapan bahwa mutu pelayanan yang
terkesan seadanya, artinya Puskesmas tidak cukup memadai dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat, baik dilihat dari sarana dan prasarananya maupun dari tenaga medis atau anggaran
yang digunakan untuk menunjang kegiatannya sehari-hari. Sehingga banyak sekali pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat itu tidak sesuai dengan Standar Operating Procedure (SOP) yang telah
ditetapkan. Misalnya: sikap tidak disiplin petugas medis pada unit pelayanan puskesmas Peudada,
yang dikeluhkan masyarakat. Mereka selalu diperlakukan kurang baik oleh para petugas medis yang
dinilai cenderung arogan, berdalih terbatasnya persediaan obat-obatan pada puskesmas telah
menyebabkan banyak diantara pasien terpaksa membeli obat pada apotik. Di samping itu, ketika
membawa salah seorang warga yang jatuh sakit saat mengikuti kegiatan perkampungan pemuda,
kemudian warga yang lain mengantarnya ke Puskesmas Peudada, pasien itu tidak dilayani dengan
baik bahkan mereka (perawat-red) mengaku telah kehabisan stok obat. Hal tersebut, tentu telah
merusak citra Puskesmas sebagai pemberi layanan kesehatan kepada masyarakat yang dianggap
dapat membantu dalam memberikan pertolongan pertama yang sesuai dengan standar pelayanan
kesehatan. Selain itu, tidak berjalannya tugas edukatif di Puskesmas yang berkaitan dengan
penyuluhan kesehatan yang sekaligus berkaitan dengan tugas promotif. Menurut masyarakat,
petugas puskesmas sangat jarang berkunjung, kalaupun ada, yaitu ketika keluarga mempunyai
masalah kesehatan seperti anggota keluarga mengalami gizi buruk atau penderita TB. Berarti tugas
ini lebih untuk memberikan laporan dan kuratif dibanding upaya promotif. Kemudian, perawat
puskesmas biasanya aktif dalam BP, puskesmas keliling, dan puskesmas pembantu. Jelas dalam tugas
tersebut, perawat melakukan pemeriksaan pasien, mendiagnosa pasien, melakukan pengobatan
pada pasien dengan membuat resep pada pasien. Namun, ketika melakukan tugas tersebut tidak
ada supervisi dari siapapun, khususnya penanggung jawab dalam tindakan pengobatan/medis.
Tenaga perawat seolah-olah tidak menghargai kegiatan-kegitan formalnya sendiri, karena mungkin
tugas kuratif lebih penting. Hal ini berdampak kepada status kesehatan masyarakat, status gizi,
penyakit infeksi menular dan mungkin upaya kesehatan ibu dan anak tidak mendapatkan porsi yang
sesuai sehingga berdampak pada kondisi kesehatan masyarakat. Kalaulah memang tugas tenaga
kesehatan di Puskesmas lebih banyak ke arah kuratif, maka Puskesmas menjadi unit dari pelayanan
Rumah sakit karena Rumah Sakit akan memiliki banyak sumber daya manusia dan fasilitas medik.
Tapi kalaulah Puskesmas ini menjadi lebih dominan dalam tugas promotif dan preventif maka tugas
eksekutif bagi perawat haruslah digiatkan, dan puskesmas menjadi bagian dari unit Dinas kesehatan,
atau bagian tersendiri yang memiliki otonomi yang kuat dalam mengatur program-programnya,
sedangkan Dinas kesehatan hanya sebagai regulator, pemberi dana dan pengadaan petugas, untuk
pelayanan kesehatan masyarakat diberikan kepada Puskesmas, atau pelayanan kesehatan dapat
ditenderkan kepada pihak swasta. Tidak hanya hal-hal yang telah diungkapkan di atas, lebih dari itu,
masih ada permasalahan yang muncul di lingkup puskesmas, misalnya: Jam kerja Puskesmas yang
sangat singkat hanya sampai jam 14.00 WIB, kemampuan keuangan daerah yang terbatas,
puskesmas yang kurang memiliki otoritas untuk memanfaatkan peluang yang ada, puskesmas belum
terbiasa mengelola kegiatannya secara mandiri, serta kurangnya kesejahteraan karyawan yang
berpengaruh terhadap motivasi dalam melaksanakan tugas di puskesmas

2.4 Faktor-Faktor Penghambat Pelayanan Puskesmas

Dalam realitanya pelayanan Puskesmas sekarang banyak memiliki masalah-masalah. Adapun


masalah-masalah yang telah diungkapkan di atas itu diakibatkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
(Tjiptoherijanto dan Said Zainal Abidin, 1993: 44-46)

Faktor Internal

Pelaksanaan Manajemen

Pelaksanaan manajemen merupakan hal penting yang menentukan dalam mencapai tujuan
yang efisien dan efektif dari tujuan Puskesmas. Dimana fungsi manajemen itu untuk planning,
organaizing, leading, dan controling. Pada kegiatan perencanaan setiap tahunnya sering kali tidak
berjalan sehingga kegiatan berjalan apa adanya sesuai kebiasaan yang dianggap baik/sudah biasa.
Bahkan terasa sekali bahwa tidak pernah adanya upaya pengembangan. Serta tidak pernah terpikir
untuk mempersoalkan kendali mutu pelayanan yang disebabkan kurangnya pengetahuan, peralatan,
dan perhatian tersita pada upaya pengobatan. Dapat dikatakan bahwa kepala Puskesmas lebih sibuk
pada masalah-masalah manajerial daripada kasus-kasus klinik. Dapat dikatakan juga bahwa
kurangnya pengetahuan para Kepala Puskesmas dan rendahnya disiplin/etos kerja staff, menjadikan
unsur manajemen ini tidak berjalan. Tentu hal ini menghambat kinerja Puskesmas untuk melayani
masyarakat dalam bidang kesehatan.

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan suatu aspek terpenting dalam mencapai target dari
program-program Puskesmas. Tetapi apa yang terjadi pada Puskesmas di Indonesia terkesan tidak
diperhatian oleh pemerintah dengan alasan wilayah geografis yang sulit untuk dijangkau, sehingga
sarana dan prasarana yang ada di dalam Puskesmas sangat terbatas, baik berupa alat medis maupun
obat-obatan. Hal ini terjadi akibat dari sumber keuangan yang dimiliki Puskesmas terbatas sehingga
mutu pelayanan puskesmas pun menjadi rendah karena tidak sesuai dengan standart kesehatan.
Tenaga medis

Jumlah tenaga medis yang sangat sedikit mengakibatkan ketidakmampuannya


melaksanakan program dari Dinas Kesehatan. Misalanya program Posyandu yang tidak tepat
sasaran. Jumlah tenaga medis sedikit karena insentif dari pemerintah daerah. Faktor kesejahteraan
pegawai memang hal penting karena berkaitan dengan satu-satunya pendapatan resmi mereka
adalah gaji. Untuk mencapai penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Puskesmas di perlukan
pimpinan yang mau memotivasi pegawainya dengan cara memenuhi kebutuhan hidupnya.

Sumber keuangan Puskesmas

Sumber keuangan dari pemerintah pusat maupun daerah yang didapat tidak sebanding
dengan pengeluaran operasional Puskesmas sehingga biaya pelayanan Puskesmas pun mahal
padahal sarana yang terdapat di sana tidak sebanding dengan apa yang harus dibayar sehingga hal
ini berdampak kepada masyarakat untuk beralih pergi ke Rumah Sakit saja yang fasilitas lebih baik
daripada Puskesmas. Adapun sumber-sumber keuangan Puskesmas sebagai berikut:

Pemerintah

Sumber biaya berasal dari Pemerintah Kabupaten yang dibedakan atas dana pembangunan
dan dana anggaran rutin. Dana ini diturunkan secara bertahap ke Puskesmas melalui Dinas
Kesehatan Kabupaten.

Retribusi

Retribusi merupakan salah satu sumber pendapatan Puskesmas yang membiayai upaya
kesehatan perorangan yang pemanfaatanya dan besarnya ditentukan oleh Pemerintah Daerah.

PT. BPJS

Puskesmas menerima dana dari PT. BPJS yang peruntukannya sebagai imbal jasa kepada
peserta ASKES yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS)
PT. JAMSOSTEK

Puskesmas menerima dana dari PT. JAMSOSTEK yang peruntukannya sebagai imbal jasa
kepada peserta JAMSOSTEK yaitu Pegawai / karyawan yang berada dibawah naungan Dinas Tenaga
Kerja.

BPP (Badan Penyantun Puskesmas)

Dengan memberdayakan potensi yang dimiliki masyarakat dalam rangka meningkatkan


derajat kesehatan masyarakat.

Sumber-sumber keuangan Puskesmas ini ternyata tidak dapat membiayai operasinal dari
program-program Puskesmas. Hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu, birokratisasi
penyaluran keuangan dari pemerintah sampai ke Puskesmasnya dan rendahnya responsibilitas
pengelola manajemen Puskesmas.

Psiko-sosial antara tenaga medis dengan penduduk

Perbedaan psiko-sosial antara tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas dengan penduduk
menimbulkan hambatan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan Puskesma.Tenaga-tenaga
yang diperbantukan di Puskesmas biasanya terdiri dari orang-orang terpelajar dan bukan berasal
dari daerah tersebut, sehingga penduduk menganggapnya sebagai orang asing. Apalagi jika bahasa
yang digunakan adalah bahasa yang tidak dimengerti oleh penduduk, maka akibatnya penduduk
segan untuk datang ke Puskesmas.
Faktor Eksternal

Kondisi Geografis

Kondisi geografis Puskesmas umumnya terletak pada daerah pelosok atau setingkat dengan
kecamatan. Dimana kecamatan tiap-tiap daerah memilki keadaan yang berbeda-beda dalam
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan puskesmas. Memang ada kecamatan-kecamatan yang
hanya dengan satu Puskesmas sudah dapat menjangkau seluruh penduduk. Tetapi ada juga
puskesmas yang hanya dapat dijangkau oleh penduduk yang bermukim di dekatnya karena
penduduk yang lain bertempat tinggal jauh dari Puskesmas. Hal ini terkait pada dana yang tidak
cukup untuk menggunakan alat-alat transportasi atau memang tempat tinggalnya terpencil sehingga
penduduknya lebih senang tinggal di rumahnya daripada pergi ke Puskesmas.

Pemerintah daerah

Peran Pemerintah Daerah yang terkesan gagap ini terlihat atas pemahaman pembangunan
kesehatan yang setengah-setengah dari pihak legslatif dan eksekutif yang tercermin dari
dijadikannya pelayanan kesehatan sebagai tulang punggung pendapatan daerah. Ini berarti orang
sakit dijadikan tualng punggung pendapatan daerah. Padahal upaya menyehatkan masyarakat
sejatinya termaktub dalam hakikat dan semangat UU. No.22 dan UU No. 25 tahun 1999 yang pada
intinya adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan mengembangkan demokrasi
menuju peningkatan kesejahteraan rakyat. Disamping itu alokasi anggaran kesehatan berbagai
daerah mencerminkan kurangnya perhatian terhadap investasi hak-hak dasar pembangunan
manusia diantaranya pelayanan kesehatan dasar.

Keadaan Ekonomi Penduduk

Keadaan ekonomi penduduk memberikan andil dalam sulitnya mengupayakan pelayanan


kesehatan pada masyarakat. Jumlah warga negara Indonesia mayoritas bermata pencarian petani
dan nelayan yang mana kondisi ekonominya kurang memadai. Walaupun ada ketentuan yang
memperbolehkan mereka yang tidak mampu untuk tidak usah membayar retribusi di Puskesmas,
namun kenyataannya orang-orang yang demikian justru enggan datang ke Puskesmas.
Kondisi Pendidikan Penduduk

Masalah pendidikan penduduk juga berperan dalam menghambat pelayanan yang dihadapi
oleh Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan pada tingkat pertama, karena pada umumnya
pendidikan masyarakat desa masih rendah, maka pola pikir mereka sangat sederhana dan kurang
atau bahkan belum paham akan arti kesehatan. Mereka cenderung mengikuti sifat-sifat tradisional
yang sejak dulu dipegang oleh masyarakat dan lingkungannya.

Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki tingkat pendidikan yang rendah
yang mana sebagian besar penduduk Indonesia lulusan SD terutama di daerah pelosok-pelosok
Indonesia, sehingga hal berdampak pada rendahnya partisipasi masyarakat dalam mewujudkan
masyarakat Indonesia sehat terutama pada lembaga Puskesmas yang letaknya dekat dengan
masyarakat tersebut. Selain itu juga disebabkan Rumah Sakit lebih baik sarana dan prasarananya,
padahal Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan yang paling dasar dalam lingkungan
masyarakat setempat.

Dinas Kesehatan

Dinas Kesehatan yang berada di Propinsi bekerja pada aspek melayani penyembuhan
penyakit yang sudah diderita oleh penduduk dibandingkan dengan melayani obat-obatan yang dapat
digunakan sebagai upaya pencegahan timbulnya suatu penyakit pada penduduk. Dengan kata lain
pelayanan kesehatan Puskesmas lebih banyak ditekankan pada tindakan kuratif dibandingkan pada
tindakan preventif apalagi promotif. Selain itu Dinas Kesehatan juga kurang melakukan koordinasi
dan pengawasan terhadap pelaksanaan program-program Puskesmas yang sudah ada sehingga tidak
terwujudnya pelayanan kesehatan di tingkat basis
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat ternyata masih


menyimpan berbagai permasalahan yang kini banyak dikeluhkan oleh masyarakat. Tidak hanya
dilihat dari segi sarana dan prasarana yang kurang memadai, tetapi juga dari segi tenaga medis yang
demikian pula adanya. Oleh karena itu, diperlukan perhatian khusus dari pemerintah dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat serta komitmen untuk merubah sistem
pelayanan Puskesmas yang dinilai buruk oleh masyarakat. Selain itu, Puskesmas juga harus memiliki
standar pelayanan yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat untuk mencapai
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

3.2 Saran

1. Puskesmas harus lebih memfokuskan pada peningkatan pelayanan kesehatan dan

pengelolaan sistem kesehatan yang menyeluruh

2. Melakukan perbaikan terhadap sarana dan prasarana Puskesmas demi terpenuhinya


kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan

3. Merestrukturisasikan peran Puskesmas

4. Pemerintah harus memberikan otonomi kepada Puskesmas dalam memberikan


pelayanan kesehatan kepada masyarakat

5. Mensosialisasikan program-program Puskesmas kepada masyarakat untuk mengubah


citra Puskesmas yang sudah dinilai buruk oleh masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai