Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Puskesmas adalah Suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang
pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi
sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan
pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk
masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara
mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek
pembiayaan. (Ilham Akhsanu Ridlo, 2008)
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja
B. Visi dan Misi Puskesmas
1. Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat .
Indikator Kecamatan Sehat:
a. lingkungan sehat
b. perilaku sehat
c. cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
d. derajat kesehatan penduduk kecamatan

2. Misi Puskesmas

a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah


kerjanya

b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat


di wilayah kerjanya

c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan


keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan

3
4

d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan


masyarakat beserta lingkungannya

C. Peran Puskesmas
Peran Puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan
kesehatan nasional secara komprehensif, tidak sebatas aspek kuratif dan
rehabilitatif saja seperti di Rumah Sakit.
D. Fungsi Puskesmas
1. Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya.
Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara:
a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan
kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri.
b. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali
dan menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.
c. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan
rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan
ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.
d. Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.
e. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam
melaksanakan program

E. Struktur Organisasi

1. Kepala Puskesmas

2. Unit Tata Usaha:

3. Data dan Informasi,

4. Perencanaan dan Penilaian,


5

5. Keuangan, Umum dan Kepegawaian

6. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas:

7. UKM / UKBM

8. UKP

9. Jaringan pelayanan Puskesmas:

10. Unit Puskesmas Pembantu

11. Unit Puskesmas Keliling

12. Unit Bidan di Desa/Komunitas

F. Tata Kerja

1. Kantor Camat → koordinasi

2. Dinkes → UPT → bertanggung jawab ke Dinkes

3. Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama → sebagi mitra

4. Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat → sebagai pembina

5. Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan →kerjasama

6. Lintas sektor → koordinasi

7. Masyarakat → perlu dukungan/partisipasi →BPP (Badan Penyantun


Puskesmas)

G. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas

Visi dan misi Puskesmas di Indonesia merujuk pada program


Indonesia Sehat. Hal ini dapat kita lihat pula dalam SPM (Standar Pelayanan
Minimal). Standar Pelayanan Minimal adalah suatu standar dengan batas-
batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib
6

daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang


mencakup : jenis pelayanan, indikator, dan nilai (benchmark). Pelaksanaan
Urusan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal (UW-SPM) diatur dalam Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1457/MENKES/SK/X/2003 dibedakan atas : UW-SPM yang wajib
diselenggarakan oleh seluruh kabupaten-kota di seluruh Indonesia dan UW-
SPM spesifik yang hanya diselenggarakan oleh kabupaten-kota tertentu sesuai
keadaan setempat. UW-SPM wajib meliputi penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dasar, penyelenggaraan perbaikan gizi masyarakat,
penyelenggaraan pemberantasan penyakit menular, penyelenggaraan promosi
kesehatan, dll. Sedangkan UW-SPM spesifik meliputi pelayanan kesehatan
kerja, pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria, dll. Hal ini diperkuat
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 65 Tahun 2005 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standard Pelayanan Minimal.

RANCANGAN KEWENANGAN WAJIB DAN STANDARD PELAYANAN


MINIMAL
Kewenangan Wajib Jenis Pelayanan
1. Penyelenggaraan  Pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru
Pelayanan Kesehatan lahir
Dasar  Pelayanan kesehatan bayi dan anak pra
sekolah
 Pelayanan kesehatan anak usia sekolah
dan remaja
 Pelayanan kesehatan usia subur
 Pelayanan kesehatan usia lanjut
 Pelayanan imunisasi
 Pelayanan kesehatan jiwa masyarakat
 Pelayanan pengobatan / perawatan
2. Penyelenggaraan  Pelayanan kesehatan dengan 4
pelayanan kesehatan kompetensi dasar (kebidanan, bedah,
rujukan dan penunjang penyakit dalam, anak)
 Pelayanan kesehatan darurat
7

 Pelayanan laboratorium kesehatan


yang mendukung upaya kesehatan
perorangan dan kesehatan masyarakat
 Penyediaan pembiayaan dan jaminan
kesehatan
3. Penyelenggaraan  Penyelenggaraan penyelidikan
pemberantasan penyakit epidemiologi dan penanggulangan
menular Kejadian Luar Biasa (KLB)
 Pencegahan dan pemberantasan
penyakit polio
 Pencegahan dan pemberantasan
penyakit TB paru
 Pencegahan dan pemberantasan
penyakit malaria
 Pencegahan dan pemberantasan
penyakit kusta
 Pencegahan dan pemberantasan
penyakit ISPA
 Pencegahan dan pemberantasan
penyakit HIV-AIDS
 Pencegahan dan pemberantasan
penyakit DBD
 Pencegahan dan pemberantasan
penyakit diare
 Pencegahan dan pemberantasan
penyakit fliariasis
4. Penyelenggaraan  Pemantauan pertumbuhan balita
perbaikan gizi  Pemberian suplemen gizi
masyarakat  Pelayanan gizi
 Penyuluhan gizi seimbang
 Penyelenggaraan kewaspadaan gizi
5. Penyelenggaraan  Penyuluhan prilaku sehat
promosi kesehatan  Penyuluhan pemberdayaan masyarakat
8

dalam upaya kesehatan


6. Penyelenggaraan  Pemeliharaan kualitas lingkungan
kesehatan lingkungan fisik, kimia, biologi
dan sanitasi dasar  Pengendalian vektor
 Pelayanan hygiene sanitasi di tempat
umum
7. Pencegahan dan  Penyuluhan P3 NAPZA (Pencegahan
penanggulangan dan Penanggulangan Penyalahgunaan
penyalahgunaan NAPZA) yang berbasis masyarakat
narkotika, psikotropika
dan zat adiktif lain
8. Penyelenggaraan  Penyediaan obat dan perbekalan
pelayanan kefarmasian kesehatan untuk pelayanan kesehatan
dan pengamanan sediaan dasar
farmasi, alat kesehatan  Penyediaan dan pemerataan pelayanan
serta makanan dan kefarmasian di saranan pelayanan
minuman kesehatan
 Pelayanan pengamanan farmasi alat
kesehatan

H. Program Pokok Puskesmas


Kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga maupun
fasilitasnya, karenanya kegiatan pokok di setiap Puskesmas dapat berbeda-
beda. Namun demikian kegiatan pokok Puskesmas yang lazim dan
seharusnya dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Kesejahteraan ibu dan Anak ( KIA )
2. Keluarga Berencana
3. Usaha Peningkatan Gizi
4. Kesehatan Lingkungan
5. Pemberantasan Penyakit Menular
6. Upaya Pengobatan termasuk Pelayanan Darurat Kecelakaan
7. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
8. Usaha Kesehatan Sekolah
9

9. Kesehatan Olah Raga


10. Perawatan Kesehatan Masyarakat
11. Usaha Kesehatan Kerja
12. Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut
13. Usaha Kesehatan Jiwa
14. Kesehatan Mata
15. Laboratorium ( diupayakan tidak lagi sederhana )
16. Pencatatan dan Pelaporan Sistem Informasi Kesehatan
17. Kesehatan Usia Lanjut
18. Pembinaan Pengobatan Tradisional
Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga
sebagai satuan masyarakat terkecil. Karenanya, kegiatan pokok Puskesmas
ditujukan untuk kepentingan kesehatan keluarga sebagai bagian dari
masyarakat di wilayah kerjanya. Setiap kegiatan pokok Puskesmas
dilaksanakan dengan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (
PKMD ). Disamping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok
Puskesmas seperti tersebut di atas, Puskesmas sewaktu-waktu dapat diminta
untuk melaksanakan program kesehatan tertentu oleh Pemerintah Pusat
( contoh: Pekan Imunisasi Nasional ). Dalam hal demikian, baik petunjuk
pelaksanaan maupun perbekalan akan diberikan oleh Pemerintah Pusat
bersama Pemerintah Daerah. Keadaan darurat mengenai kesehatan dapat
terjadi, misalnya karena timbulnya wabah penyakit menular atau bencana
alam. Untuk mengatasi kejadian darurat seperti di atas bisa mengurangi atau
menunda kegiatan lain.

I. Azas Penyelenggaraan Puskesmas Menurut Kepmenkes No 128 Tahun 2004

1. Azas pertanggung jawaban wilayah


1) Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya.
2) Dilakukan kegiatan dalam gedung dan luar gedung
3) Ditunjang dengan puskesmas pembantu, Bidan di desa, puskesmas
keliling
10

2. Azas pemberdayaan masyarakat


a. Puskesmas harusmemberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat
agar berperan aktif dalam menyelenggarakan setiap upaya Puskesmas
b. Potensi masyarakat perlu dihimpun

3. Azas keterpaduan
Setiap upaya diselenggarakan secara terpadu
a. Keterpaduan lintas program
1) UKS : keterpaduan Promkes, Pengobatan, Kesehatan Gigi, Kespro,
Remaja, Kesehatan Jiwa
b. Keterpaduan lintassektoral
1) Upaya Perbaikan Gizi : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kades, pertanian, pendidikan, agama, dunia usaha, koperasi,
PKK
2) Upaya Promosi Kesehatan : keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kades, pertanian, pendidikan, agama
4. Azas rujukan
a. Rujukan medis/upaya kesehatan perorangan
1) rujukan kasus
2) bahan pemeriksaan
3) ilmu pengetahuan
b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat
1) rujukan sarana dan logistik
2) rujukan tenaga
3) rujukan operasional

J. Masalah-Masalah yang Muncul di Lingkup Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan ujung tombak


pelayanan kesehatan bagi masyarakat karena cukup efektif membantu
masyarakat dalam memberikan pertolongan pertama dengan standar
11

pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang dikenal murah seharusnya


menjadikan Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan utama bagi
masyarakat, namun pada kenyataannya banyak masyarakat yang lebih
memilih pelayanan kesehatan pada dokter praktek swasta atau petugas
kesehatan praktek lainnya. Kondisi ini didasari oleh persepsi awal yang
negatif dari masyarakat terhadap pelayanan Puskesmas, misalnya anggapan
bahwa mutu pelayanan yang terkesan seadanya, artinya Puskesmas tidak
cukup memadai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, baik
dilihat dari sarana dan prasarananya maupun dari tenaga medis atau anggaran
yang digunakan untuk menunjang kegiatannya sehari-hari. Sehingga banyak
sekali pelayanan yang diberikan kepada masyarakat itu tidak sesuai dengan
Standar Operating Procedure (SOP) yang telah ditetapkan. Misalnya: sikap
tidak disiplin petugas medis pada unit pelayanan puskesmas Peudada, yang
dikeluhkan masyarakat. Mereka selalu diperlakukan kurang baik oleh para
petugas medis yang dinilai cenderung arogan, berdalih terbatasnya persediaan
obat-obatan pada puskesmas telah menyebabkan banyak diantara pasien
terpaksa membeli obat pada apotik. Di samping itu, ketika membawa salah
seorang warga yang jatuh sakit saat mengikuti kegiatan perkampungan
pemuda, kemudian warga yang lain mengantarnya ke Puskesmas Peudada,
pasien itu tidak dilayani dengan baik bahkan mereka (perawat-red) mengaku
telah kehabisan stok obat. Hal tersebut, tentu telah merusak citra Puskesmas
sebagai pemberi layanan kesehatan kepada masyarakat yang dianggap dapat
membantu dalam memberikan pertolongan pertama yang sesuai dengan
standar pelayanan kesehatan. Selain itu, tidak berjalannya tugas edukatif di
Puskesmas yang berkaitan dengan penyuluhan kesehatan yang sekaligus
berkaitan dengan tugas promotif. Menurut masyarakat, petugas puskesmas
sangat jarang berkunjung, kalaupun ada, yaitu ketika keluarga mempunyai
masalah kesehatan seperti anggota keluarga mengalami gizi buruk atau
penderita TB. Berarti tugas ini lebih untuk memberikan laporan dan kuratif
dibanding upaya promotif. Kemudian, perawat puskesmas biasanya aktif
dalam BP, puskesmas keliling, dan puskesmas pembantu. Jelas dalam tugas
tersebut, perawat melakukan pemeriksaan pasien, mendiagnosa pasien,
12

melakukan pengobatan pada pasien dengan membuat resep pada pasien.


Namun, ketika melakukan tugas tersebut tidak ada supervisi dari siapapun,
khususnya penanggung jawab dalam tindakan pengobatan/medis. Tenaga
perawat seolah-olah tidak menghargai kegiatan-kegitan formalnya sendiri,
karena mungkin tugas kuratif lebih penting. Hal ini berdampak kepada status
kesehatan masyarakat, status gizi, penyakit infeksi menular dan mungkin
upaya kesehatan ibu dan anak tidak mendapatkan porsi yang sesuai sehingga
berdampak pada kondisi kesehatan masyarakat. Kalaulah memang tugas
tenaga kesehatan di Puskesmas lebih banyak ke arah kuratif, maka Puskesmas
menjadi unit dari pelayanan Rumah sakit karena Rumah Sakit akan memiliki
banyak sumber daya manusia dan fasilitas medik. Tapi kalaulah Puskesmas
ini menjadi lebih dominan dalam tugas promotif dan preventif maka tugas
eksekutif bagi perawat haruslah digiatkan, dan puskesmas menjadi bagian dari
unit Dinas kesehatan, atau bagian tersendiri yang memiliki otonomi yang kuat
dalam mengatur program-programnya, sedangkan Dinas kesehatan hanya
sebagai regulator, pemberi dana dan pengadaan petugas, untuk pelayanan
kesehatan masyarakat diberikan kepada Puskesmas, atau pelayanan kesehatan
dapat ditenderkan kepada pihak swasta. Tidak hanya hal-hal yang telah
diungkapkan di atas, lebih dari itu, masih ada permasalahan yang muncul di
lingkup puskesmas, misalnya: Jam kerja Puskesmas yang sangat singkat
hanya sampai jam 14.00 WIB, kemampuan keuangan daerah yang terbatas,
puskesmas yang kurang memiliki otoritas untuk memanfaatkan peluang yang
ada, puskesmas belum terbiasa mengelola kegiatannya secara mandiri, serta
kurangnya kesejahteraan karyawan yang berpengaruh terhadap motivasi
dalam melaksanakan tugas di puskesmas.
13

K. Faktor-Faktor Penghambat Pelayanan Puskesmas


Dalam realitanya pelayanan Puskesmas sekarang banyak memiliki
masalah-masalah. Adapun masalah-masalah yang telah diungkapkan di atas
itu diakibatkan oleh faktor-faktor sebagai berikut: (Tjiptoherijanto dan Said
Zainal Abidin, 1993: 44-46)
a. Faktor Internal
1) Pelaksanaan Manajemen
Pelaksanaan manajemen merupakan hal penting yang menentukan
dalam mencapai tujuan yang efisien dan efektif dari tujuan
Puskesmas. Dimana fungsi manajemen itu untuk planning,
organaizing, leading, dan controling. Pada kegiatan perencanaan
setiap tahunnya sering kali tidak berjalan sehingga kegiatan berjalan
apa adanya sesuai kebiasaan yang dianggap ‘baik/sudah biasa’.
Bahkan terasa sekali bahwa tidak pernah adanya upaya
pengembangan. Serta tidak pernah terpikir untuk mempersoalkan
kendali mutu pelayanan yang disebabkan kurangnya pengetahuan,
peralatan, dan perhatian tersita pada upaya pengobatan. Dapat
dikatakan bahwa kepala Puskesmas lebih sibuk pada masalah-masalah
manajerial daripada kasus-kasus klinik. Dapat dikatakan juga bahwa
kurangnya pengetahuan para Kepala Puskesmas dan rendahnya
disiplin/etos kerja staff, menjadikan unsur manajemen ini tidak
berjalan. Tentu hal ini menghambat kinerja Puskesmas untuk
melayani masyarakat dalam bidang kesehatan.
2) Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan suatu aspek terpenting dalam
mencapai target dari program-program Puskesmas. Tetapi apa yang
terjadi pada Puskesmas di Indonesia terkesan tidak diperhatian oleh
pemerintah dengan alasan wilayah geografis yang sulit untuk
dijangkau, sehingga sarana dan prasarana yang ada di dalam
Puskesmas sangat terbatas, baik berupa alat medis maupun obat-
obatan. Hal ini terjadi akibat dari sumber keuangan yang dimiliki
14

Puskesmas terbatas sehingga mutu pelayanan puskesmas pun menjadi


rendah karena tidak sesuai dengan standart kesehatan.
3) Tenaga medis
Jumlah tenaga medis yang sangat sedikit mengakibatkan
ketidakmampuannya melaksanakan program dari Dinas Kesehatan.
Misalanya program Posyandu yang tidak tepat sasaran. Jumlah tenaga
medis sedikit karena insentif dari pemerintah daerah. Faktor
kesejahteraan pegawai memang hal penting karena berkaitan dengan
satu-satunya pendapatan resmi mereka adalah gaji. Untuk mencapai
penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Puskesmas di perlukan
pimpinan yang mau memotivasi pegawainya dengan cara memenuhi
kebutuhan hidupnya.
4) Sumber keuangan Puskesmas
Sumber keuangan dari pemerintah pusat maupun daerah yang didapat
tidak sebanding dengan pengeluaran operasional Puskesmas sehingga
biaya pelayanan Puskesmas pun mahal padahal sarana yang terdapat
di sana tidak sebanding dengan apa yang harus dibayar sehingga hal
ini berdampak kepada masyarakat untuk beralih pergi ke Rumah Sakit
saja yang fasilitas lebih baik daripada Puskesmas. Adapun sumber-
sumber keuangan Puskesmas sebagai berikut:
a) Pemerintah

Sumber biaya berasal dari Pemerintah Kabupaten yang dibedakan


atas dana pembangunan dan dana anggaran rutin. Dana ini
diturunkan secara bertahap ke Puskesmas melalui Dinas Kesehatan
Kabupaten.
b) Retribusi
Retribusi merupakan salah satu sumber pendapatan Puskesmas
yang membiayai upaya kesehatan perorangan yang pemanfaatanya
dan besarnya ditentukan oleh Pemerintah Daerah.
15

c) PT. ASKES
Puskesmas menerima dana dari PT. ASKES yang
peruntukannya sebagai imbal jasa kepada peserta ASKES yaitu
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
d) PT. JAMSOSTEK
Puskesmas menerima dana dari PT. JAMSOSTEK yang
peruntukannya sebagai imbal jasa kepada peserta JAMSOSTEK
yaitu Pegawai / karyawan yang berada dibawah naungan Dinas
Tenaga Kerja.
e) BPP (Badan Penyantun Puskesmas)
Dengan memberdayakan potensi yang dimiliki masyarakat dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Sumber-sumber keuangan Puskesmas ini ternyata tidak dapat


membiayai operasinal dari program-program Puskesmas. Hal ini
diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu, birokratisasi penyaluran
keuangan dari pemerintah sampai ke Puskesmasnya dan rendahnya
responsibilitas pengelola manajemen Puskesmas.
5) Psiko-sosial antara tenaga medis dengan penduduk
Perbedaan psiko-sosial antara tenaga kesehatan yang ada di
Puskesmas dengan penduduk menimbulkan hambatan dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan Puskesma.Tenaga-tenaga
yang diperbantukan di Puskesmas biasanya terdiri dari orang-orang
terpelajar dan bukan berasal dari daerah tersebut, sehingga
penduduk menganggapnya sebagai orang asing. Apalagi jika
bahasa yang digunakan adalah bahasa yang tidak dimengerti oleh
penduduk, maka akibatnya penduduk segan untuk datang ke
Puskesmas.
16

b) Faktor Eksternal
1. Kondisi Geografis
Kondisi geografis Puskesmas umumnya terletak pada daerah
pelosok atau setingkat dengan kecamatan. Dimana kecamatan tiap-
tiap daerah memilki keadaan yang berbeda-beda dalam memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan puskesmas. Memang ada
kecamatan-kecamatan yang hanya dengan satu Puskesmas sudah
dapat menjangkau seluruh penduduk. Tetapi ada juga puskesmas
yang hanya dapat dijangkau oleh penduduk yang bermukim di
dekatnya karena penduduk yang lain bertempat tinggal jauh dari
Puskesmas. Hal ini terkait pada dana yang tidak cukup untuk
menggunakan alat-alat transportasi atau memang tempat tinggalnya
terpencil sehingga penduduknya lebih senang tinggal di rumahnya
daripada pergi ke Puskesmas.
2. Pemerintah daerah
Peran Pemerintah Daerah yang terkesan gagap ini terlihat atas
pemahaman pembangunan kesehatan yang setengah-setengah dari
pihak legslatif dan eksekutif yang tercermin dari dijadikannya
pelayanan kesehatan sebagai tulang punggung pendapatan daerah.
Ini berarti orang sakit dijadikan tualng punggung pendapatan
daerah. Padahal upaya menyehatkan masyarakat sejatinya
termaktub dalam hakikat dan semangat UU. No.22 dan UU No. 25
tahun 1999 yang pada intinya adalah untuk meningkatkan kualitas
pelayanan publik dan mengembangkan demokrasi menuju
peningkatan kesejahteraan rakyat. Disamping itu alokasi anggaran
kesehatan berbagai daerah mencerminkan kurangnya perhatian
terhadap investasi hak-hak dasar pembangunan manusia
diantaranya pelayanan kesehatan dasar.
3. Keadaan Ekonomi Penduduk
Keadaan ekonomi penduduk memberikan andil dalam sulitnya
mengupayakan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Jumlah
warga negara Indonesia mayoritas bermata pencarian petani dan
17

nelayan yang mana kondisi ekonominya kurang memadai.


Walaupun ada ketentuan yang memperbolehkan mereka yang tidak
mampu untuk tidak usah membayar retribusi di Puskesmas, namun
kenyataannya orang-orang yang demikian justru enggan datang ke
Puskesmas.
4. Kondisi Pendidikan Penduduk
Masalah pendidikan penduduk juga berperan dalam menghambat
pelayanan yang dihadapi oleh Puskesmas sebagai pusat pelayanan
kesehatan pada tingkat pertama, karena pada umumnya pendidikan
masyarakat desa masih rendah, maka pola pikir mereka sangat
sederhana dan kurang atau bahkan belum paham akan arti
kesehatan. Mereka cenderung mengikuti sifat-sifat tradisional yang
sejak dulu dipegang oleh masyarakat dan lingkungannya.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki
tingkat pendidikan yang rendah yang mana sebagian besar
penduduk Indonesia lulusan SD terutama di daerah pelosok-
pelosok Indonesia, sehingga hal berdampak pada rendahnya
partisipasi masyarakat dalam mewujudkan masyarakat Indonesia
sehat terutama pada lembaga Puskesmas yang letaknya dekat
dengan masyarakat tersebut. Selain itu juga disebabkan Rumah
Sakit lebih baik sarana dan prasarananya, padahal Puskesmas
merupakan pelayanan kesehatan yang paling dasar dalam
lingkungan masyarakat setempat.
5. Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan yang berada di Propinsi bekerja pada aspek
melayani penyembuhan penyakit yang sudah diderita oleh
penduduk dibandingkan dengan melayani obat-obatan yang dapat
digunakan sebagai upaya pencegahan timbulnya suatu penyakit
pada penduduk. Dengan kata lain pelayanan kesehatan Puskesmas
lebih banyak ditekankan pada tindakan kuratif dibandingkan pada
tindakan preventif apalagi promotif. Selain itu Dinas Kesehatan
juga kurang melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap
18

pelaksanaan program-program Puskesmas yang sudah ada


sehingga tidak terwujudnya pelayanan kesehatan di tingkat basis.

L. Solusi Mengatasi Masalah yang Muncul di Lingkup Puskesmas


Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan yang terinstitusionalisasi
mempunyai kewenangan yang besar dalam menciptakan inovasi model
pelayanan kesehatan di daerah. Untuk itu dibutuhkan komitmen dan
kemauan untuk meningkatkan/meratakan kualitas dan kuantitas pelayanan
kesehatan dengan melakukan revitalisasi sistem kesehatan dasar dengan
memperluas jaringan yang efektif dan efisien di Puskesmas, peningkatan
jumlah dan kualitas tenaga kesehatan/revitalisasi kader PKK, pembentukan
standar pelayanan kesehatan minimum untuk kinerja sistem kesehatan
yang komprehensif, serta memperbaiki sistem informasi pada semua
tingkatan pemerintah. Dari banyak kasus yang terjadi dibanyak daerah,
jelas bahwa Puskesmas memiliki pencitraan yang rendah pada saat
sekarang, terutama jika dilihat dari sarana, Puskesmas tidak memiliki
fasilitas yang lengkap walaupun sudah mendapat dana dari Dinas
Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai