Anda di halaman 1dari 7

Konsep Dasar Hiperemesis Gravidarum

A. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah hebat lebih dari 10 kali
sehari dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan, penurunan
berat badan, atau gangguan elektrolit, sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan
membahayakan janin dalam kandungan (Kadir et al, 2019).
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah pada kehamilan yaitu reaksi
tubuh ibu terhadap perubahan yang terjadi akibat kehamilan. Kehamilan memengaruhi
sistem tubuh, baik secara hormonal, fisik, maupun psikologi. Mual dan muntah
merupakan salah satu tanda penting awal kehamilan (Pratama, 2016).
Hiperemesis gravidarum dideskripsikan sebagai kondisi mual atau muntah yang
berlebihan, sehingga hal tersebut menyebabkan adanya gangguan pada aktivitas sehari-
hari dan kondisi tubuh menjadi buruk (Rofi’ah, 2019).

B. Klasifikasi
Klasifikasi Hiperemesis Gravidarum Menurut (Khayati, 2013) yaitu:
1. Tingkat I
a. Ibu merasa lemah
b. Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum
c. Nafsu makan tidak ada
d. Berat badan menurun
e. Temperatur tubuh meningkat
f. Nadi meningkat sekitar 100 per menit dan tekanan darah sistolik menurun
g. Turgor kulit mengurang
h. Lidah mengering dan mata cekung
i. Merasa nyeri pada epigastrium
2. Tingkat II
a. Ibu tampak lebih lemah dan apatis
b. Berat badan turun
c. Tensi turun, nadi kecil dan cepat
d. Suhu kadang-kadang naik
e. Mata sedikit ikterik dan cekung
f. Turgor kulit lebih mengurang
g. Lidah mengering dan tampak kotor
h. Hemokonsentrasi, oliguria, konstipasi
i. Aseton tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan
dapat pula ditemukan dalam kencing
3. Tingkat III
a. Keadaan umum lebih parah.
b. Muntah berhenti
c. Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma
d. Nadi kecil dan cepat
e. Suhu meningkat
f. Tensi menurun
g. Mulut kering dan kotor, pernapasan bau aseton
h. Mata cekung dan timbulnya icterus

C. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa
penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia.
Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati, dan susunan saraf, disebabkan
oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi. Menurut (Khayati, 2013)
terdapat beberapa faktor predisposisi dan faktor lain, yaitu :
1. Faktor predisposisi : primigravida, overdistensi rahim (hidramnion, kehamilan ganda,
estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa).
2. Faktor organik : masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal, perubahan
metabolik akibat hamil, resistensi yang menurun dari pihak ibu dan alergi.
3. Faktor psikologis : rumah tangga yang retak, hamil yang tidak diinginkan, takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dan
kehilangan pekerjaan.
Selain itu menurut (Jusuf CE, 2016) riwayat gestasi juga dapat mempengaruhi
penyebab hiperemesis, dimana ibu hamil yang mengalami mual dan muntah sekitar
60-80% pada (primigravida), 40-60% pada (multigravida).

D. Manifestasi Klinis
Tanda gejala Hiperemesis Gravidarum Menurut (Khayati, 2013) :
Gejala utama hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah saat hamil, yang bisa
terjadi hingga lebih dari 3-4 kali sehari. Kondisi ini bisa sampai mengakibatkan
hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan. Muntah yang berlebihan juga dapat
menyebabkan ibu hamil merasa pusing, lemas, dan mengalami dehidrasi. Selain mual dan
muntah secara berlebihan, penderita hiperemesis gravidarum juga dapat mengalami
gejala tambahan berupa:
1. Sakit kepala
2. Konstipasi
3. Sangat sensitif terhadap bau
4. Produksi air liur berlebihan
5. Inkontinensia urine
6. Jantung berdebar

Gejala hiperemesis gravidarum biasanya muncul di usia kehamilan 4-6 minggu dan mulai
mereda pada usia kehamilan 14-20 minggu. Mual dan muntah yang dirasakan ibu hamil
cenderung akan membuat mereka menjadi lebih lemah dan akan meningkatkan
kecemasaan terhadap kejadian yang lebih parah. Masalah psikologis juga berperan pada
parahnya mual dan muntah serta perkembangan hiperemesis gravidarum. Masalah
psikologis yang terjadi pada ibu hamil akan cenderung mengalami mual dan muntah
dalam kehamilan, atau memperburuk gejala yang sudah ada serta mengurangi
kemampuan untuk mengatasi gejala normal. Selain itu ketidakseimbangan psikologis ibu
hamil seperti cemas, rasa bersalah, mengasihani diri sendiri, ingin mengatasi konflik
secara serius, ketergantungan atau hilang kendali akan memperberat keadaan mual dan
muntah yang dialaminya sehingga akan lebih ditakutkan keadaan mual muntah tersebut
menjadi lebih buruk dan menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum
E. Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar esterogen yang biasa terjadi pada
trimester I, bila terjadi secara terus-menerus dapat mengakibatkan Hiperemesis
gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda terjadi terus
menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis
hipokloremik. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan
aseton dalam darah. Kekurangan volume cairan yang diminum dan kehilangan karena
muntah menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.
Natrium dan khlorida air kemih turun. Selain itu juga dapat menyebabkan
hemokonsentrasi sehingga aliran darah berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat
dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah lebih
banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran yang sulit dipatahkan. Selain
dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan pada selaput
lender esophagus dan lambung (Sindroma Mallory Weiss) dengan akibat perdarahan
gastrointestinal (Khayati, 2013).

F. Prognosis
Merujuk pada World Health Organization (WHO) yang dikutip oleh Aida & Clara
(2017), kejadian hiperemesis gravidarum mencapai angka sebesar 12,5% dari total
kehamilan di dunia. Hingga saat ini belum diketahui apa yang menjadi penyebab
hiperemesis gravidarum. Namun, merujuk pada gagasan Rofi’ah dkk. (2019), kejadian
tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh faktor hormonal, kondisi psikologis, faktor
paritas, nutrisi, serta alergi yang diidap ibu hamil. Faktor risiko terjadinya hyperemesis
gravidarum belum diketahui secara jelas, namun diduga karena dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Menurut Namira Yusuf dan Sri Wahyuni (2018) menjabarkan bahwa
beragam faktor, seperti Primigravida, molahidatidosa, adanya kehamilan ganda, sirkulasi
maternal yang dimasuki vili korealis, adanya perubahan metabolik akibat kehamilan,
alergi, rumah tangga tidak harmonis, hingga beragam faktor lain dapat menjadi penyebab
peningkatan mual dan muntah.
G. Pathway

Faktor Predisposisi : Kehamilan Faktor Psikologis : Stress, Faktor Organik : Antigen


ganda, Molahidatidos Kurang support sosial baru janin dan Plasenta,
vili korialis

HCG dan Estrogen Motilitas


meningkat Gastrointestinal Berlawanan dengan Antigen
ibu, masuk ke dalam sirkulasi
peredaran darah ibu

Merangsang SSP Merangsang


hipotalamus Perubahan metabolik

Aktivasi dan stimulasi CT2

Asam lambung meningkat

Hiperemesis Gravidarum

Defisiensi Nutrisi Dehidrasi

Cadangan lemak Nafsu makan Energi


berkurang menurun Kehilangan
& KH habis Suhu tubuh
cairan
meningkat
berlebih
Glukosa darah & Mual, muntah Kelemahan
otak menurun
Turgor kulit Hipertermia
menurun
Berat badan Intoleransi
Pusing, menurun Aktivitas
sakit kepala
Hipovolemia
Defisit Nutrisi
Nyeri
H. Akut
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada penyakit hiperemesis gravidarum
menurut (Nurarif & Kusuma, 2016):
1. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan
adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta
2. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN
3. Pemeriksaan fungsi hepar : AST, ALT dan kadar LDH

I. Penatalakasanaan Hiperemesis Gravidarum


1. Penanganan farmakologi Beberapa jenis obat, baik secara tunggal maupun kombinasi,
digunakan untuk mengatasi mual dan muntah pada kehamilan. Obat yang lazim
digunakan untuk mengatasi mual dan muntah pada kehamilan, antara lain vitamin,
antihistamin, antikolinergik, antagonis dopamin, fenotiazin, butirofenon, antagonis
serotonin, dan kortikosteroid. Semua obat yang di gunakan harus dipastikan
keamanan dan keefektifannya sebelum direkomendasikan dalam praktik klinis.
(Pratama,2016)
2. Penanganan non farmakologi
Akupresur dan Akupuntur Sistem pengobatan tradisional Asia menggunakan
akupuntur sebagai terapi anti-emetik. Titik P6 atau Neiguan diyakini menjadi titik
utama untuk menghilangkan mual dan muntah. Titik ini terletak pada aspek volar
lengan bawah, yaitu sekitar 3 cm di atas lipatan pergelangan tangan dan di antara dua
tendon. Titik ini dapat dirangsang dengan menyisipkan jarum akupuntur tipis,
kemudian memberikan stimulasi listrik transkutan pada perangkat saraf atau tekanan
pada lokasi. Tekanan dapat diberikan secara manual menggunakan jari atau dengan
perangkat gelang yang mendapat tekanan stabil dari tombol kecil pada posisi yang
diinginkan. Tidak terdapat kekhawatiran terkait keamanan jika akupresur dan
akupuntur diterapkan dengan benar. Titik yang digunakan untuk menginduksi
persalinan berbeda dengan titik yang lazim digunajan untuk mengatasi mual.
(Pratama, 2016).
J. Pencegahan
Menurut Niwang Ayu (2016) Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum diperlukan
dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
proses yang fisiologis. Hal itu dapat dilakukan dengan cara :
1. Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang fisiologis
pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan berumur 4 bulan.
2. Ibu di anjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan makanan dalam
jumlah kecil tetapi sering.
3. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi di anjurkan untuk
makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
4. Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak.
5. Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas atau terlalu dingin.
6. Usahakan defekasi teratur.

Anda mungkin juga menyukai