Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Nama : Ardi Kusuma Putra


Nim : 2114201000013
Prodi : Ilmu Keperawatan S1

PROGRAM STUDI S1 ILMU


KEPERAWATAN UNIVERSITAS BAKTI
INDONESIA 2021
Laporan pendahuluan

1. Definisi

Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah hebat lebih dari
10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan,
penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit, sehingga menganggu aktivitas
sehari-hari dan membahayakan janin dalam kandungan (Kadir et al, 2019).
Hiperemesis gravidarum dapat mempengaruhi status kesehatan ibu serta
tumbuh kembang janin, pada kehamilan 16 minggu pertama 70-80% wanita
mengalami mual dan muntah, 60% wanita mengalami muntah, sementara 33%
wanita hanya mengalami mual. Apabila semua makanan yang dimakan
dimuntahkan pada ibu hamil, maka berat badan akan menurun, turgor kulit
berkurang dan timbul asetonuria (Morgan et al, 2010).
Hiperemesis Gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan sehingga
menimbulkan gangguan aktivitas sehari – hari dan bahkan membahayakan
hidupnya.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas penulis dapat menimpulkan bahwa


Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang terjadi pada kehamilan trimester
pertama, muntah begitu hebat dimana apa yang segala dimakan dan diminum
dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari.

2. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada
bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan
kelainan biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati, dan
susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi.
Menurut (Khayati, 2013) terdapat beberapa faktor predisposisi dan faktor lain,

yaitu :

Faktor predisposisi : primigravida, overdistensi rahim (hidramnion, kehamilan


ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa)

Faktor organik : masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal, perubahan


metabolik akibat hamil, resistensi yang menurun dari pihak ibu dan alergi.
Faktor psikologis : rumah tangga yang retak, hamil yang tidak diinginkan, takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dan
kehilangan pekerjaan.

Selain itu menurut (Jusuf CE, 2016) riwayat gestasi juga dapat mempengaruhi
penyebab hiperemesis, dimana ibu hamil yang mengalami mual dan muntah sekitar
60-80% pada (primigravida), 40-60% pada (multigravida).

3. Patofisiologi

Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah


pada hamil muda terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Hiperemesis gravidarum
dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk
keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis
dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam
darah. Kekurangan volume cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah
menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.
Natrium dan khlorida air kemih turun. Selain itu juga dapat menyebabkan
hemokonsentrasi sehingga aliran darah berkurang. Kekurangan kalium sebagai
akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi
muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran yang sulit
dipatahkan. Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat
terjadi robekan pada selaput lender esophagus dan lambung (Sindroma Mallory
Weiss) dengan akibat perdarahan gastrointestinal (Khayati, 2013)
Pathways

Faktor alergi Faktor predisposisi Peningkatan estrogen

Emesis gravidarum Penurunan pengossongan lambung

Peningkatan tekanan gaster


Penyesuaian Komplikasi

Hiperemesis gravidarum

Intake nutrisi menurun Kehilangan cairan berlebih

Gangguan nutrisi
Dehidrasi
kebutuhan tubuh Pengeluaran nutrisi
berlebihan

Cairan eksta seluler


hemokonsentrasi
dan plasma

Aliran darah ke jaringan


Gangguan
menurun
keseimbangan cairan
dan elektrolit
Metabolisme intra sel Perfusi jaringan
menurun otak

Otot lemah Penurunan


kesadaran

Kelemahan
tubuh

Intoleransi
aktifitas
4. Klasifikasi
Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut Hiperemesis gravidarum
tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan bila lebih dari sepuluh kali muntah.
Akan tetapi apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai Hiperemesis
gravidarum. Menurut berat ringannya gejala dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :

4.1 Tingkatan I (ringan)

 Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita


 Ibu merasa lemah
 Nafsu makan tidak ada
 Berat badan menurun
 Merasa nyeri pada epigastrium
 Nadi meningkat sekitar 100 per menit
 Tekanan darah menurun
 Turgor kulit berkurang
 Lidah mengering
 Mata cekung
4.2 Tingkatan II (sendang)

 Penderita tampak lebih lemah dan apatis


 Turgor kulit mulai jelek
 Lidah mengering dan tampak kotor
 Nadi kecil dan cepat
 Suhu badan naik (dehidrasi)
 Mata mulai ikterik
 Berat badan turun dan mata cekung
 Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi
 Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi acetonuria
4.3 Tingkatan III (berat)

 Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen sampai koma)
 Dehidrasi hebat
 Nadi kecil, cepat dan halus
 Suhu badan meningkat dan tensi turun
 Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal dengan enselopati
wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan penurunan mental
 Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati

5. Faktor dan resiko

5.1 Umur

Umur adalah usia ibu saat kehamilan sekarang yang diukur dalam tahu
berdasarkan hasil pencatatan yang tertera dalam buku register dan apabila lebih bulan
maka dilakukan pembulatan kebawah dengan kriteria sebagai berikut: dimana resiko
tinggi bila umur ibu hamil < 20 dan atau > 35 tahun, kemudian resiko rendah bila
umur ibu hamil antara 20-35 tahun Umur adalah rentang waktu yang telah dijalani
sejak dari lahir hingga ulang tahun terakhir yang dinyatakan dalam tahun, secara
teoritis semakin bertambah usia seseorang, maka secara psikologis dan sosial akan
bertambah semakin dewasa. Frekuensi hiperemesis gravidarum lebih tinggi pada
primigravida terutama primigravida pada wanita yang berusia muda. Dari hasil
penelitian, ibu hamil yang paling banyak mengalami hiperemesis gravidarum adalah
ibu hamil yang umurnya kurang dari 20 tahun (Permatasari, 20014). Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Armilah (2014) ada hubungan bermakna antara umur dengan
kejadian hiperemesis gravidarum dibandingkan dengan usia ibu 20-35 tahun.

5.2 Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin hidup bukan jumlah
janin yang dilahirkan. 19 Beberapa jenis paritas: paritas I (primipara), paritas lebih
dari dua (multipara): Pengelompokkannya adalah sebagai berikut: a. Nullipara adalah
seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi hidup. b. Primipara adalah
seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup pertama kali. c. Multipara adalah
wanita yang pernah melahirkan bayi hidup beberapa kali (sampai 5 kali). d. Grande
Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali lebih atau mati.
Banyaknya paritas berpengaruh terhadap terjadinya hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum terjadi pada 60%-80% wanita dengan kehamilan pertama,
dan 40-60% wanita yang pernah hamil sebelumnya.

5.3 Pekerjaan
Pekerjaan adalah segala usaha yang dilakukan atau dikerjakan untuk
mendapatkan hasil atau upah yang dapat di nilai dengan uang. Beberapa ahli
menyimpulkan bahwa wanita dengan keadaan ekonomi yang baik akan lebih jarang
menderita hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum mungkin lebih sering
terdapat pada wanita dan keluarga yang tidak mampu, bahkan dari hasil pengalaman ini
menyebabkan hipotensi yang mengatakan bahwa ibu hamil yang 20 mengalami
kekurangan makanan yang bergizi banyak mengalami hiperemesis gravidarum. Dalam
sejumlah penelitian dengan memberikan nutrisi tambahan, ditemukan penurunan
frekuensi hiperemesis gravidarum, memberi data yang meyakinkan bahwa insiden
hiperemesis gravidarum karena wanita dari keluarga tidak mampu banyak yang belum
siap mempunyai anak dan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya menjaga
kesehatan. pekerjaan ada hubungan bermakna dengan kejadian hiperemesis
gravidarum. Ibu yang bekerja lebih besar resiko terhadap kejadian hiperemesis
gravidarum dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.

6. Manifestasi klinik

Tanda gejala Hiperemesis Gravidarum Menurut (Khayati, 2013) : Gejala


utama hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah saat hamil, yang bisa terjadi
hingga lebih dari 3-4 kali sehari. Kondisi ini bisa sampai mengakibatkan hilangnya
nafsu makan dan penurunan berat badan. Muntah yang berlebihan juga dapat
menyebabkan ibu hamil merasa pusing, lemas, dan mengalami dehidrasi. Selain mual
dan muntah secara berlebihan, penderita hiperemesis gravidarum juga dapat mengalami
gejala tambahan berupa : a. Sakit kepala b. Konstipasi c. Sangat sensitif terhadap bau d.
Produksi air liur berlebihan e. Inkontinensia urine f. Jantung berdebar Gejala
hiperemesis gravidarum biasanya muncul di usia kehamilan 4-6 minggu dan mulai
mereda pada usia kehamilan 14-20 minggu. Mual dan muntah yang dirasakan ibu hamil
cenderung akan membuat mereka menjadi lebih lemah dan akan meningkatkan
kecemasaan terhadap kejadian yang lebih parah. Masalah psikologis juga berperan pada
parahnya mual dan muntah serta perkembangan hiperemesis gravidarum. Masalah
psikologis yang terjadi pada ibu hamil akan cenderung mengalami mual dan muntah
dalam kehamilan, atau 11 memperburuk gejala yang sudah ada serta mengurangi
kemampuan untuk mengatasi gejala normal. Selain itu ketidakseimbangan psikologis
ibu hamil seperti cemas, rasa bersalah, mengasihani diri sendiri, ingin mengatasi
konflik secara serius, ketergantungan atau hilang kendali akan memperberat keadaan
mual dan muntah yang dialaminya sehingga akan lebih ditakutkan keadaan mual
muntah tersebut menjadi lebih buruk dan menyebabkan terjadinya hiperemesis
gravidarum (Tiran, 2015).

7. Komplikasi

Hiperemesis gravidarum yang terjadi terus-menerus dapat menyebabkan


dehidrasi pada penderita. Dehidrasi muncul pada keadaan ini akibat kekurangan cairan
yang dikonsumsi dan kehilangan cairan karena muntah. Keadaan ini menyebabkan
cairan ekstraseluler dan plasma berkurang sehingga volume cairan dalam pembuluh
darah berkurang dan aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah
zat makanan (nutrisi) dan oksigen yang akan diantarkan ke jaringan mengurang pula.
Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah menurunnya keadaan umum,
munculnya tanda-tanda dehidrasi (dalam berbagai tingkatan tergantung beratnya
hiperemesis gravidum), dan berat badan ibu berkurang. Risiko dari keadaan ini
terhadap ibu adalah kesehatan yang menurun dan bisa terjadi syok serta terganggunya
aktivitas sehari-hari ibu. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah
berkurangnya asupan nutrisi dan oksigen yang diterima janin. Risiko dari keadaan ini
adalah tumbuh kembang janin akan terpengaruh.

Selain dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan ketidakseimbangan


elektrolit. Ketidakseimbangan elektrolit muncul akibat cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang. Natrium dan klorida darah akan turun. Kalium juga berkurang sebagai
akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal. Dampak dari keadaan ini
terhadap kesehatan ibu adalah bertambah buruknya keadaan umum dan akan muncul
keadaan alkalosis metabolik hipokloremik (tingkat klorida yang rendah bersama dengan
tingginya kadar HCO3 & CO2 dan meningkatnya pH darah). Risiko dari keadaan ini
terhadap kesehatan ibu adalah bisa munculnya gejala-gejala dari hiponatremi,
hipokalemi, dan hipokloremik yang akan memperberat keadaan umum ibu. Dampak
keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah juga akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin.

Hiperemesis gravidum juga dapat mengakibatkan berkurangnya asupan energi


(nutrisi) ke dalam tubuh ibu. Hal ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak dalam tubuh ibu habis terpakai untuk keperluan pemenuhan kebutuhan energi
jaringan. Perubahan metabolisme mulai terjadi dalam tahap ini. Karena oksidasi lemak
yang tidak sempurna, maka terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik,
asam hidroksi butirik, dan aseton dalam darah. Hal ini menyebabkan jumlah zat
makanan ke jaringan berkurang dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Dampak
dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah kekurangan sumber energi, terjadinya
metabolisme baru yang memecah sumber energi dalam jaringan, berkurangnya berat
badan ibu, dan terciumnya bau aseton pada pernafasan. Risikonya bagi ibu adalah
kesehatan dan asupan nutrisi ibu terganggu. Dampak keadaan ini terhadap kesehatan
janin adalah berkurangnya asupan nutrisi bagi janin. Risiko bagi janin adalah
pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu. Frekuensi muntah yang terlalu sering
dapat menyebabkan terjadinya robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung.
Keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan
yang terjadi berupa robekan kecil dan ringan. Perdarahan yang muncul akibat robekan
ini dapat berhenti sendiri. Keadaan ini jarang menyebabkan tindakan operatif dan tidak
diperlukan transfusi.

8. Diagnosis

Secara klinis penegakan diagnosis hiperemesis gravidarum dilakukan dengan


menegakkan diagnosis kehamilan terlebih dahulu (amenore yang disertai dengan tanda-
tanda kehamilan). Lebih lanjut pada anamnesis didapatkan adanya keluhan mual dan
muntah hebat yang dapat mengganggu pekerjaan sehari-hari. Pada pemeriksaan fisis
diijumpai tanda-tanda vital abnormal, yakni peningkatan frekuensi nadi (>100 kali per
menit), penurunan tekanan darah, dan dengan semakin beratnya penyakit dapat
dijumpai kondisi subfebris dan penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan fisis lengkap
dapat dijumpai tanda-tanda dehidrasi, kulit tampak pucat dan sianosis, penurunan berat
badan, uterus yang besarnya sesuai dengan usia kehamilan dengan konsistensi lunak,
dan serviks yang livide saat dilakukan inspeksi dengan spekulum. Pada pemeriksaan
laboratorium dapat diperoleh peningkatan relatif hemoglobin dan hematokrit,
hiponatremia dan hipokalema, benda keton dalam darah, dan proteinuria.

9. Penatalaksanaan

9.1 Pencegahan

Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum diperlukan dengan jalan memberikan

penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologis.

Hal itu dapat dilakukan dengan cara :


 Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang fisiologik
pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan berumur 4 bulan.
 Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan makanan dalam
jumlah kecil tetapi sering.
 Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk
makan roti kering arau biskuit dengan teh hangat
 Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak
 Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas atau terlalu
dingin
 Usahakan defekasi teratur.

9.2 Terapi obat-obatan

Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka diperlukan

pengobatan :

 Tidak memberikan obat yang terotogen


 Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital
 Vitamin yang sering dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6
 Antihistaminika seperti dramamine, avomine
 Pada keadaan berat, anti emetik seperti diklomin hidrokhoride atau khlorpromazine

9.3 Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan III harus dirawat inap di rumah sakit

Adapun terapi dan perawatan yang diberikan adalah sebagai berikut :

9.3.1 Isolasi

Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara
baik. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja yang
boleh masuk. Catat cairan yang keluar dan masuk. Kadang-kadang isolasi dapat
mengurangi atau menghilangkan gejala ini tanpa pengobatan

9.3.2 Terapi psikologi

Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar,normal dan
fisiologik. Jadi tidak perlu takur dan khawatir. Yakinkan penderita bahwa penyakit
dapat disembuhkan dan dihilangkan masalah atu konflik yang kiranya dapat menjadi
latar belakang penyakit ini.

9.3.3 Terapi mental

Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
glukosa 5 %, dalam cairan gram fisiologis sebanya 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat
ditambah dengan kalium dan vitamin khususnya vitamin B kompleks dn vitamin C
dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino esensial secara
intravena. Buat dalam daftar kontrol cairan yang amsuk dan dikeluarkan. Berikan pula
obat-obatan seperti yang telah disebutkan diatas.

9.3.4 Terminasi kehamilan

Pada beberapa kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirium,
kebutaan, takikardia, ikterik, anuria, dan perdarahan merupakan manifestasi
komplikasi organik.

Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.


Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena disatu
pihak tidak boleh dilakukan terlalu capat dan dipihal lain tidak boleh menunggu
sampai terjadi irreversible pada organ vital
Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

1.1 Data Subjektif


Nausea dan vomitus merupakan gejala-gejala utama. Pasien tidak dapat
menahan makanan dan kehilangan berat badan. Beberapa pasien mengeluh air liurnya
berlebihan/ hipersalivasi. Riwayat haid

1.2 Data Objektif Pemeriksaan fisik


A. Pemeriksaan umum: kulit dan membrane mukosa sering tampak kering dan turgor
menurun. Pasien dapat menjadi kurus. Vomitus yang iritatif dapat membuat erosi pada
bibir dan wajah; lidah tampak merah, kering dan pecah-pecah. Faring kering dan
merah, dan pernapaan berbau busuk dengan bau seperti buah-buahan yang khas untuk
ketoasidosis. Takikardia dan hipotensi dapat menunjukkan dehidrasi hipovolemia.
Pada penyakit yang berat dan berkepanjangan, aberasi mental, delirium, sakit kepala,
stupor dan koma dapat terjadi
B. Pemeriksaan abdomen: temuan ini biasanya normal, meskipun rasa sakit dihepar
dapat ditemukan
C. Pemeriksaan pelvis: uterus lunak dan membesarkan sesuai dengan umur gestasi:
sebagian besar pasien sadar akan haid yang tidak datang dan mengetahui bahwa
mereka hamil. Tetapi kadang- kadang pasien tidak dapat memberikan informasi yang
penting. Kebutuhan Dasar Khusus
a. Aktifitas istirahat : Tekanan darah sistol menurun, denyut meningkat (> 100 kali per
menit).
b. Integritas ego: Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan
persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
c. Eliminasi: Perubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi berkemih
Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine.
d. Makanan/cairan: Mual dan muntah yang berlebihan (4 – 8 minggu) , nyeri
epigastrium, pengurangan berat badan (5 – 10 Kg), membran mukosa mulut iritasi
dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata
cekung dan lidah kering.
e. Pernafasan: Frekuensi pernapasan meningkat.
f. Keamanan: Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam koma
g. Seksualitas: Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka
dilakukan abortus terapeutik.
h. Interaksi sosial: Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran,
respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit,
sistem pendukung yang kurang.

2. Tes Laboratorium

a. Pemeriksaan darah lengkap dengan apusan darah: nilai


hemoglobin dan hematokrit yang meningkat menunjukkan
hemokosentrasi berkaitan dengan dehidrasi. Anemia mungkin
merupakan konsekuensi dari mal nutrisi.

b. Urinalisis: urin biasanya hanya sedikit dan mempunyai kosentrasi


tinggi sebagai akibat dehidrasi. Aseton menunjukkan asidosis
starvasi.

3. diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :

1. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d


pemasukan yang tidak adekuat d/d klien mual dan muntah
2. Cemas b/d kurang pengetahuan dan psikologi kehamilan d/d
klien mengeluh takut dengan kondisi mual muntahnya.
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum dan kurangnya
intake nutrisi d/d klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
mengalami penurunan
4. Tabel intervensi

N Diagnosa Perencanaan
o Keperawat
Tujuan Intervensi Rasional
an
1 Ketidaksei Dalam 1. Timbang dan catat 1. Untuk
mbangan waktu .....x 24 berat badan pasien pada mendapatkan
nutrisi jam telah di jam yang sama setiap pembacaan paling
kurang dari berikan hari akurat
kebutuhan tindakan 2. Pantau asupan dan 2. Karena berat
tubuh b/d pemenuhan haluaran pasien badan dapat
anoreksia, nutrisi px 3. Kaji dan catat bising meningkat
mual dan telah usus pasien satu kali sebagai akibat
muntah terpenuhi setiap pergantian tugas dari retensi cairan
jaga 3. Untuk memantau
Dengan krirtia 4. Auskultasi dan catat peningkatan dan
hasil : berat suara nafas pasien penurunannya
badan ideal, setiap 4 jam 4. Untuk mengetahui
bising usu ada atau suara
normal. nafas tambahan
Membrane
mukosa
lembab
2 Cemas 1. 1. Kaji tingkat 1. Merencanakan
mengontrol kecemasan pasien intervensi dengan
cemas 2. Dengar keluhan tepat
2. pasien dengan penuh 2. Untuk mengetahui
berkurang perhatian bagaimana
3. 3. Dampingi pasien keluhan pasien
menurunkan untuk mengurangi 3. Memberikan rasa
stimulus kecemasan dan aman dan nyaman
lingkungan meningkatkan pada pasien
ketika cemas kenyamanan 4. Mengurangi rasa
4. 4. Motivasi pasien cemas pada pasien
melaporkan untuk menyampaikan 5. Untuk mengetahui
tidur adekuat tentang isi tingkat kecemasan
5. perasaannya
pasien tenang 5. Bantu pasien
menjelaskan keadaan
yang bisa
menimbulkan cemas
3 Intoleransi Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat Komunikasi
aktivitas tindakan berfungsi pasien diantara anggota
berhubunga keperawatan dengan staf dapat
n dengan selama … x24 menggunakan skala meyakinkan
kelemahan jam terjadi mobilitas fungsional. kontiunitas
fisik peningkatan Komunikasikan perawatan dan
toleransi aktivitas tingkat ini pada staf mempertahankan
dengan criteria 2. Kecuali
hasil : dikontraindikasi kan, kemandirian
Melaporkan dan lakukan Latihan ROM
mendemonstras ROM setiap 2 dapat mencegah
ikan peningkatan sampai 4 jam. kontraktur sendi
aktivitas fisik Tingkatkan dari pasif dan atrofi otot
yang dapat ke aktif, sesuai Menunjukkan
diukur Skala toleransi pasien. perubahan
mobilitas 3. Kaji kehilangan/gan neurologi karena
0-1, Skala gguan keseimbangan defisiensi vitamin
kekuatan otot gaya jalan, B12 kardiopulmonal
5 kelemahan otot dari upaya jantung
(dapat 4. Awasi TD, nadi, dan paru untuk
melawan pernapasan, selama membawa jumlah
tahanan. dan sesudah oksigen adekuat ke
Klien terlihat aktivitas. Catat jaringan
segar respon terhadap mempengaruhi
tingkat aktivitas kamanan
(mis. Peningkatan pasien/resiko cedera
denyut jantung/TD, Manifestasi
disritmia, pusing,
dispnea, takipnea,
dan sebagainya)
5. Implemetasi keperawatan
Adalah kategori serangkaian perilaku perawat yang berkoordinasi dengan pasien,
keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk membantu masalah kesehatan pasien yang
sesuai dengan perencanaan dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan cara
mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan

6. Evaluasi 

Merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk mengetahui sejauh mana


tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini dilakukan dengan cara
membandingkan hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat
dalam rencana keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, L. (2011). hiperemesis gravidarum. Phys. Rev. E, 24. Retrieved from


http://ridum.umanizales.edu.co:8080/jspui/bitstream/6789/377/4/Muñoz_Zap
ata_Adriana_Patricia_Artículo_2011.pdf

Aguswati, F. (2012). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Aguswati,


Kebidanan DIII UMP, 2016 12. 12–76

Ali, Z. (2014). Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC

Astuti, D. N. (2017). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah,


Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017. 9–135.

Dzikirullah Rizki. (2013). WOC Hiperemesis. Retrieved from


https://www.scribd.com/document/133425510/woc-hiperemesis

Fitriya, E. (2017). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Eni Fitriya, Fakultas Ilmu


Kesehatan UMP, 2017. 1–79.

Handayani, R. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat


Kecemasan Menjelang Persalinan Pada Ibu Primigravida Trimester III di
Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang Tahun 2012. NERS Jurnal
Keperawatan, 11. https://doi.org/10.25077/njk.11.1.60-69.2015

Hiperemesis, W. (2019). Aktivasi dan stimulasi CT2. (2), 2019. Retrieved from
https://pdfslide.net/download/link/woc-hiperemesis-gravidarum-2

Irna Nisaulkhusna Kadir, Sitti Saleha, N. (2019). Manajemen Asuhan Kebidanan


Antenatal Care pada Ny “N” dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat III di
Rsud Syekh Yusuf Gowa Tanggal 3 Juni-12 Juli 2019. 1(2), 110–128.

Khayati, N. (2013). Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Khayati, Kebidanan DIII UMP,

2013. 11–68.
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kemenkes RI;
2014.

Anda mungkin juga menyukai