Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPEREMESIS GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL


DI PUSKESMAS KENDALSARI KOTA MALANG

Oleh:
Nadia Margarinta
201510300511068

PRODI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
A. KONSEP MEDIS

I. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada
wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada
umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 1998).
Mual dan muntah biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul
setiap saat bahkan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6
minggu setelah hari pertama haid dan berlangsung selama kurang lebih 10
minggu.
Hiperemesis Gravidarum (Vomitus yang merusak dalam kehamilan)
adalah nousea dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian
luas sehingga menjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan
(Ben-Zion, MD, Hal:232)
Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan
selama kehamilan (Hellen Farrer, 1999, hal:112)

II. Etiologi
Belum diketahui secara pasti, faktor-faktor predisposisi yang
dikemukakan:
1. Primigravida, molatudatidosa, diabetes, kehamilan ganda akibat kenaikan
HCG
2. Faktor organik : alergi, masuknya vili korialis dalam sirkulasi maternal,
perubahan metabolik
3. Faktor psikologi : keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa
takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
memikul tanggung jawab dan sebagainya.
4. Faktor endokrin : hipertyroid, diabetes, progesteron yang menyebabkan
pengosongan lambung menurun pada awal kehamilan
III. Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa
terjadi pada trimester I. bila perasaan terjadi terus-menerus dapat
mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk
keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis
dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik dan aseton
darah. Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga caira ekstraseluler dan
plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Selain itu dehidrasai
menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang.
Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkuang
pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Disamping dehidrasi dan
gangguan keseimbangan elektrolit. Disamping dehidraasi dan gangguan
keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus
dan lambung (sindroma mollary-weiss), dengan akibat perdarahan
gastrointestinal.
Pathways

Faktor alergi Faktor predisposisi Peningkatan estrogen

Emesis gravidarum Penurunan pengossongan lambung

Peningkatan tekanan gaster


Penyesuaian Komplikasi

Hiperemesis gravidarum
Intake nutrisi menurun Kehilangan cairan berlebih

Gangguan nutrisi Dehidrasi


Pengeluaran nutrisi
kebutuhan tubuh
berlebihan

Cairan eksta seluler dan hemokonsentrasi


plasma

Aliran darah ke jaringan


Gangguan
menurun
keseimbangan cairan
dan elektrolit
Metabolisme intra sel Perfusi jaringan
menurun otak

Otot lemah Penurunan


kesadaran

Kelemahan tubuh

Intoleransi
aktifitas
IV. Manifestasi Klinis
Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut Hiperemesis
gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan bila lebih dari
sepuluh kali muntah. Akan tetapi apabila keadaan umum ibu terpengaruh
dianggap sebagai Hiperemesis gravidarum. Menurut berat ringannya gejala
dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :
 Tingkatan I (ringan)
- Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan
umum penderita
- Ibu merasa lemah
- Nafsu makan tidak ada
- Berat badan menurun
- Merasa nyeri pada epigastrium
- Nadi meningkat sekitar 100 per menit
- Tekanan darah menurun
- Turgor kulit berkurang
- Lidah mengering
- Mata cekung
 Tingkatan II (sendang)
- Penderita tampak lebih lemah dan apatis
- Turgor kulit mulai jelek
- Lidah mengering dan tampak kotor
- Nadi kecil dan cepat
- Suhu badan naik (dehidrasi)
- Mata mulai ikterik
- Berat badan turun dan mata cekung
- Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi
- Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi
asetonuria
 Tingkatan III (berat)
- Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma)
- Dehidrasi hebat
- Nadi kecil, cepat dan halus
- Suhu badan meningkat dan tensi turun
- Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal
dengan enselopati wernicke dengan gejala nistagmus,
diplopia dan penurunan mental
- Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati

V. Pemeriksaan Penunjang
Elektrolit darah dan urinalisis

VI. Komplikasi
Hiperemesis gravidarum yang terjadi terus-menerus dapat menyebabkan
dehidrasi pada penderita. Dehidrasi muncul pada keadaan ini akibat
kekurangan cairan yang dikonsumsi dan kehilangan cairan karena muntah.
Keadaan ini menyebabkan cairan ekstraseluler dan plasma berkurang sehingga
volume cairan dalam pembuluh darah berkurang dan aliran darah ke jaringan
berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan (nutrisi) dan oksigen
yang akan diantarkan ke jaringan mengurang pula. Dampak dari keadaan ini
terhadap kesehatan ibu adalah menurunnya keadaan umum, munculnya tanda-
tanda dehidrasi (dalam berbagai tingkatan tergantung beratnya hiperemesis
gravidum), dan berat badan ibu berkurang. Risiko dari keadaan ini terhadap ibu
adalah kesehatan yang menurun dan bisa terjadi syok serta terganggunya
aktivitas sehari-hari ibu. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan janin
adalah berkurangnya asupan nutrisi dan oksigen yang diterima janin. Risiko
dari keadaan ini adalah tumbuh kembang janin akan terpengaruh.
Selain dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit. Ketidakseimbangan elektrolit muncul akibat
cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah akan
turun. Kalium juga berkurang sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya
ekskresi lewat ginjal. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah
bertambah buruknya keadaan umum dan akan muncul keadaan alkalosis
metabolik hipokloremik (tingkat klorida yang rendah bersama dengan
tingginya kadar HCO3 & CO2 dan meningkatnya pH darah). Risiko dari
keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah bisa munculnya gejala-gejala dari
hiponatremi, hipokalemi, dan hipokloremik yang akan memperberat keadaan
umum ibu. Dampak keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah juga akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin.
Hiperemesis gravidum juga dapat mengakibatkan berkurangnya asupan
energi (nutrisi) ke dalam tubuh ibu. Hal ini dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak dalam tubuh ibu habis terpakai untuk keperluan
pemenuhan kebutuhan energi jaringan. Perubahan metabolisme mulai terjadi
dalam tahap ini. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, maka terjadilah
ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik, dan
aseton dalam darah. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan ke jaringan
berkurang dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Dampak dari keadaan
ini terhadap kesehatan ibu adalah kekurangan sumber energi, terjadinya
metabolisme baru yang memecah sumber energi dalam jaringan, berkurangnya
berat badan ibu, dan terciumnya bau aseton pada pernafasan. Risikonya bagi
ibu adalah kesehatan dan asupan nutrisi ibu terganggu. Dampak keadaan ini
terhadap kesehatan janin adalah berkurangnya asupan nutrisi bagi janin. Risiko
bagi janin adalah pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu.
Frekuensi muntah yang terlalu sering dapat menyebabkan terjadinya
robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung. Keadaan ini dapat
menyebabkan perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan yang terjadi
berupa robekan kecil dan ringan. Perdarahan yang muncul akibat robekan ini
dapat berhenti sendiri. Keadaan ini jarang menyebabkan tindakan operatif dan
tidak diperlukan transfusi.

VII. Diagnosis
Secara klinis penegakan diagnosis hiperemesis gravidarum dilakukan
dengan menegakkan diagnosis kehamilan terlebih dahulu (amenore yang
disertai dengan tanda-tanda kehamilan). Lebih lanjut pada anamnesis
didapatkan adanya keluhan mual dan muntah hebat yang dapat mengganggu
pekerjaan sehari-hari. Pada pemeriksaan fisis diijumpai tanda-tanda vital
abnormal, yakni peningkatan frekuensi nadi (>100 kali per menit),
penurunan tekanan darah, dan dengan semakin beratnya penyakit dapat
dijumpai kondisi subfebris dan penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan
fisis lengkap dapat dijumpai tanda-tanda dehidrasi, kulit tampak pucat dan
sianosis, penurunan berat badan, uterus yang besarnya sesuai dengan usia
kehamilan dengan konsistensi lunak, dan serviks yang livide saat dilakukan
inspeksi dengan spekulum. Pada pemeriksaan laboratorium dapat diperoleh
peningkatan relatif hemoglobin dan hematokrit, hiponatremia dan
hipokalema, benda keton dalam darah, dan proteinuria.

IX. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum diperlukan dengan jalan
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
proses yang fisiologis. Hal itu dapat dilakukan dengan cara :
a. Memberikan keyakinan bahwa mual dan
muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan
akan hilang setelah kehamilan berumur 4 bulan.
b. Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan
sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi sering.
c. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering arau biskuit
dengan teh hangat
d. Hindari makanan yang berminyak dan
berbau lemak
e. Makan makanan dan minuman yang
disajikan jangan terlalu panas atau terlalu dingin
f. Usahakan defekasi teratur.

2. Terapi obat-obatan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka
diperlukan pengobatan
- Tidak memberikan obat yang terotogen
- Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital
- Vitamin yang sering dianjurkan adalah vitamin B1 dan
B6
- Antihistaminika seperti dramamine, avomine
- Pada keadaan berat, anti emetik seperti diklomin
hidrokhoride atau khlorpromazine
1. Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan III harus dirawat inap
di rumah sakit
Adapun terapi dan perawatan yang diberikan adalah sebagai berikut :
a. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan
peredaran udara baik. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu
hanya perawat dan dokter saja yang boleh masuk. Catat cairan
yang keluar dan masuk. Kadang-kadang isolasi dapat mengurangi
atau menghilangkan gejala ini tanpa pengobatan
b. Terapi psikologik
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang
wajar,normal dan fisiologik. Jadi tidak perlu takur dan khawatir.
Yakinkan penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan dan
dihilangkan masalah atu konflik yang kiranya dapat menjadi latar
belakang penyakit ini.
c. Terapi mental
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan
protein dengan glukosa 5 %, dalam cairan gram fisiologis sebanya
2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah dengan kalium dan
vitamin khususnya vitamin B kompleks dn vitamin C dan bila ada
kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino esensial
secara intravena. Buat dalam daftar kontrol cairan yang amsuk dan
dikeluarkan. Berikan pula obat-obatan seperti yang telah
disebutkan diatas.
d. Terminasi kehamilan
Pada beberapa kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila
keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takikardia, ikterik, anuria,
dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik.
Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering
sulit diambil, oleh karena disatu pihak tidak boleh dilakukan terlalu
capat dan dipihal lain tidak boleh menunggu sampai terjadi
irreversible pada organ vital.

B. KONSEP KEPERAWATAN
C. Diagnosa Keperawatan yang muncul
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d Faktor
Biologis
No Tujuan (NOC) Intervensi (NIC
1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
keperawatan 3x8 jam Status 1. Identifikasi adanya alergi atau
Nutrisi Adekuat dengan kriteria intoleran makanan yang dimiliki
hasil : pasien
2. Tentukan jumlah kalori dan
No Indikator Skala jenis nutrisi yang dibutukan
1 Asupan Gizi 5 3. Berikan pilihan makanan sambil
2 Asupan 5
Makanan menawarkan bimbingan
3 Asupan 5 terhadap pilihan makanan yang
Cairan lebih sehat (pastikan tinggi
4 Energi 5
Indikator Skala: serat)
1. sangat terganggu 4. Tawarkan makanan ringan yang
2. Banyak terganggu padat gizi
3. Cukup terganggu 5. Monitor kecenderungan
4. Sedikit terganggu terjadinya penurunan atau
5. Tidak terganggu kenaikan berat badan

2. Kekurangan Volume Cairan b.d Kehilangan Cairan Aktif


No Tujuan (NOC) Intervensi (NIC
1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Cairan
keperawatan 3x8 jam Status 1. Timbang berat badan pasien
Nutrisi Adekuat dengan kriteria 2. Monitor status pasien
hasil : 3. Jaga intake atau asupan dan
catat output
No Indikator Skala 4. Monitor tanda-tanda vital pasien
1 Turgor Kulit 5 5. Tawari makanan ringan
2 Intake 5
6. Dukung pasien istirahat tidur
Cairan
3 Output 5 untuk membantu proses
Cairan penyembuhan
4 Kehilangan 5
Berat Badan
Indikator Skala:
1. sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Jakarta : EGC.

Sastrawinata, Sulaeman. 1984. Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset.

Sastrawijaya, Sulaeman. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung : Elstar Offset.

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.2005.
Bulechek,M Gloria, dkk. 2015. Nursing Intervention Classification.

Jakarta:Mocomedia

Moorhead, Sue , dkk. 2015. Nursing Outcomes Classification.

Jakarta:Mocomedia

Diagnosis Keperawatan (NANDA) 2015-2017. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai