Anda di halaman 1dari 91

PENGARUH SERBUK CANGKANG KERANG DAN PASIR BESI

TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK BETON POLIMER DENGAN


CURING AIR PANAS

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi kurikulum Tingkat Sarjana


Program Pendidikan S1 di Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Bandar Lampung

Oleh :
MADE RUDI ASTIKA
17311079

PROGAM STUDI TEKNIK SILIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG
2021
PENGARUH SERBUK CANGKANG KERANG DAN PASIR BESI
TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK BETON POLIMER DENGAN
CURING AIR PANAS

Oleh
MADE RUDI ASTIKA
NPM : 17311079

Dosen Pembimbing
Tugas Akhir

Ir. Sugito, M.T

Ketua Program Studi Teknik Sipil


Universitas Bandar Lampung

Dr. Any Nurhasanah, S.T, M.T


DISETUJUI UNTUK DI PERTAHANKAN

Dosen Pembimbing
Tugas Akhir

Ir. Sugito, M.T

MENGETAHUI

Dekan Fakultas Teknik Ketua Program Studi Teknik


Sipil
Universitas Bandar Lampung Universitas Bandar Lampung

Ir. Juniardi, M.T Dr. Any Nurhasanah, S.T, M.T


ii
TELAH DIUJI OLEH TIM PENGUJI

Tanggal : 08 September 2021


Tempat : Kampus A Universitas Bandar Lampung

1. Tim penguji
Ketua / penguji : Ir. Sugito, M.T .……….

Penguji Utama : Ronny H. Purba, S.T.,M.Sc.E., Ph.D .……….

Penguji : Titis Lukita Sari, S.T.,M.T .……….

2. Dekan Fakultas Teknik

Ir. Juniardi, M.T

Tanggal Lulus Ujian Tugas Akhir : 08 September 2021


PERSEMBAHAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas kasih
dan penyertaan-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Tugas akhir ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
(ST) di Universitas Bandar Lampung. Tugas Akhir ini dapat terselesaikan berkat
dukungan oleh banyak pihak dan orang-orang hebat. Dalam kesempatan ini,
penulis juga ingin menyampaikan rasa terimakasih yang tulus dan sebesar –
besarnya kepada :
1. Bapak Ir. Sugito, MT selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan
waktu memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian Tugas
Akhir ini.
2. Ibu Dr. Any Nurhasanah, S.T, M.T selaku Ketua Program Studi Teknik
Sipil yang telah memberikan fasilitas kepada penulis selama menempuh
pendidikan di Universitas Bandar Lampung.
3. Bapak dan Ibu Dosen/Staf pengajar Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bandar Lampung.
4. Seluruh pegawai administrasi yang telah banyak memberikan bantuan.
5. Teristimewa untuk Ayah dan Ibu tercinta terimakasi atas segala
pengorbanan, cinta, kasih sayang, kepercayaan serta do’a yang tiada batas
untuk penulis.
6. Teman-teman seperjuangan dan semua angkatan 2017 yang tidak bisa saya
sebutkan satu-persatu
7. Asisten beserta staf Laboratorium Teknik Sipil Universitas Bandar
Lampung. Terimkasih atas bantuannya dalam pengecoran dan pengujian
beton.
8. Pacar tercinta Ni Putu Darmayanti yang telah banyak memberikan
semangat dan bantuan dalam pengerjaan Tugas Akhir ini
9. Teman-teman kosan Diki, Aldi, Yuda, Pendi, Dimas dan semua yang telah
memberikan semangat. Terimakasih atas segala bantuan dan dorongan
pada saat pengerjaan Tugas Akhir ini.

ii
Atas segala bantuan dan budi baik yang penulis peroleh selama ini, kiranya Ida
Sang Hyang Widhi Wasa memberikan balasan yang berlipat ganda.
Penulis menyadari, bahwa dalam melaksanakan penelitian hingga selesai Tugas
Akhir ini, tentu saja masih banyak ditemukan kekurangan dan kelemahan, atas
kekurangan dan kelemahan tersebut penulis mengharapkan saran konstruktif guna
perbaikan pada penelitian masa yang akan datang.
Semoga hasil Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat, baik untuk manfaat
praktis maupun untuk manfaat teoritis.

Bandar Lampung, 08 September


2021

Made Rudi Astika

iii
MOTTO

“ Jika kamu benar – benar menginginkan sesuatu, cepat atau lambat kamu pasti
menemukan caranya. “

-Made Rudi Astika-

“ Fokuslah pada mimpi dan cita – citamu. Semakin kamu mengejar, semakin
dekat pula dia padamu “

-Fiersa Besari-

“ Ia yang memiliki kepercayaan dan menguasai pancaindrianya, mencapai ilmu


pengetahuan, setelah memiliki ilmu pengetahuan dengan segera ia menemui
kedamaian abadi “

-Bhagavad-gita, IV.39-

iv
PENGARUH SERBUK CANGKANG KERANG DAN PASIR BESI
TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK BETON POLIMER DENGAN
CURING AIR PANAS

Universitas Bandar Lampung, Jl Zainal Abidin Pagar Alam Nomor 26 Bandar


Lampung 35142, Telp. (0721) 773847 / Hp. 085788976402
Email : made.17311079@student.ubl.ac.id
Oleh
MADE RUDI ASTIKA

ABSTRAK
Penelitihan ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Serbuk Cangkang Kerang
dan Pasir Besi Terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Beton Polimer Dengan Curing
Air Panas. Penelitian ini adalah salah satu cara untuk mengetahui kuat tekan
beton polimer dengan campuran serbuk cangkang kerang sebagai filler dan pasir
besi sebagai subsitusi dengan curing air panas. Penggunaan kadar serbuk kerang
yaitu dengan variasi 2%, 4%, 6%, 8% dan 10%, sedangkan kadar resin optimum
data terdahulu (sekunder) dan data optimum suhu dari data terdahulu (sekunder).
Dari hasil penelitihan diperoleh hasil dimana kuat tekan beton dengan kadar resin
13% data terdahulu (sekunder) dengan variasi serbuk cangkang kerang 2%, 4%,
6%, 8% . Kuat tekan beton tidak maksimal maka ditambah variasi 10%. Maka
didapat hasil maksimal dengan kuat tekan 897,397 kg/cm². Dari hasil penelitiahan
didapat hasil optimum kadar serbuk kerang 6% dengan kuat tekan beton 897,397
kg/cm². Hasil optimum akan dilakukan pengecoran ulang untuk mengetahui
pengaruh curing air panas terhadap beton polimer serbuk cangkang kerang dan
pasir besi.
Hasil kuat tekan beton dengan curing air panas mengalami penurunan yang sangat
jauh, sehingga curing air panas tidak dianjurkan untuk beton polimer. Hal ini
dikarenakan beton mengalami penurunan kuat tekan yang mana kuat tekan beton
dengan curing air panas hanya 618,66 kg/cm2.
Kata kunci : beton polimer, serbuk kerang, curing air panas

v
ABSTRACT
This research aims to determine the Effect of Clam Shells Powder and Iron Sand
to physical properties and mechanical properties of polymer concrete with hot
water curing. This research is one way to determine the compressive strength of
polymer concrete with a mixture of clam shells powder as a filler and iron sand as
a substitution with hot water curing. Use of clam shell powder content is with
variations of 2%, 4%, 6%, 8% and 10%, while the optimum resin content is
previous (secondary) and optimum temperature from data previous (secondary) .
From the results of the study, it was obtained that the compressive strength of
concrete with resin content was 13%, the previous data (secondary) with
variations in clam shells powder 2%, 4%, 6%, 8%. The compressive strength of
concrete is not maximal, so a 10% variation is added. Then the maximum results
obtained with a compressive strength of 897.397 kg/cm². The result of this
research obtained the optimum content of clam shell powder was 6% with a
concrete compressive strength of 897.397 kg/cm². Optimum results will be re-
casting to determine the effect of hot water curing on polymer concrete clam
shells powder and iron sand. And the results of compressive strength of concrete
with hot water curing has decreased greatly, so hot water curing is not
recommended for polymer concrete, that happens due to concrete has decreased
compressive strength where the compressive strength of concrete with hot water
curing is only 618,666 kg/cm².
Key words: polymer concrete, clam shell powder, hot water curing

vi
PERNYATAAN ORSINALITAS KARYA

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : MADE RUDI ASTIKA
Npm : 17311079
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang berjudul “Pengaruh
Serbuk Cangkang Kerang dan Pasir Besi Terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Beton
Polimer Dengan Curing Air Panas” adalah benar-benar hasil karya sendiri kecuali
kutipan yang sudah saya sebutkna sumbernya. Judul ini belum pernah diajukan
pada institusi manapun, dan bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab penuh
atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus
dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan
paksaan dari pihak manapun.

Bandar Lampung, 08 September


2021
Yang Menyatakan

MADE RUDI ASTIKA


NPM: 17311079

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga Tugas Akhir yang berjudul
“PENGARUH SERBUK CANGKANG KERANG DAN PASIR BESI
TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK BETON POLIMER DENGAN
CURING AIR PANAS” dapat selesai tepat dengan waktunya. Tugas akhr ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi strata 1 (S1)
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Tenik Universitas Bandar Lampung.
Selama penyusunan tugas akhir ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ir. Sugito, M. T, selaku Dosen Pembimbing.
2. Dr. Any Nurhasanah, MT., selaku Ketua Jurusan Program Studi Teknik Sipil
Universitas Bandar Lampung.
3. Ir. Juniardi, MT., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Bandar
Lampung.
4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan tugas akhir ini. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi
penulis maupun pembaca.

Bandar Lampung, 08 September


2021

Penulis

viii
DAFTAR ISI

PERSEMBAHAN..................................................................................................ii

MOTTO.................................................................................................................iv

ABSTRAK..............................................................................................................v

PERNYATAAN ORSINALITAS KARYA.......................................................vii

KATA PENGANTAR........................................................................................viii

DAFTAR ISI..........................................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xiii

DAFTAR TABEL...............................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................1


1.2 Identifikasi Masalah................................................................................3
1.3 Rumusan Masalah...................................................................................3
1.4 Maksud dan Tujuan................................................................................3
1.5 Batasan Masalah......................................................................................4
1.6 Manfaat....................................................................................................4
1.7 Sistematika penulisan..............................................................................4
BAB ll TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6

2.1 Pengertian Beton.....................................................................................6


2.2 Sifat dan Kerakteristik beton.................................................................7
2.3 Kuat Tekan..............................................................................................7
2.4 Kuat Lentur.............................................................................................8
2.5 penyerapan...............................................................................................8
2.6 Jenis jenis beton.......................................................................................9
2.7 Kelebihan dan Kekurangan Beton......................................................11
2.7.1. Kelebihan dari beton antara lain:.....................................................11

2.7.2. Kekurangan dari pada beton antara lain:.......................................12

ix
2.8 Polimer...................................................................................................12
2.8.1. Pengertian Polimer.............................................................................12

2.8.2. Sifat Polimer berdasarkan Strukturnya...........................................13

2.8.3. Sifat Polimer Secara Umum..............................................................13

2.8.4. Klasifikasi Dan Struktur Polimer.....................................................14

2.8.4.1. Penggolongan Polimer Berdasarkan Asalnya...............................14

1. Polimer Alam.........................................................................................14

2. Polimer Sintetik.....................................................................................15

2.8.4.2. Penggolongan Polimer Berdasarkan Jenis Monomernya............15

2.8.4.3. Penggolongan Polimer berdasarkan sifat kekenyalannya...........16

2.8.4.4. Penggolongan Polimer berdasarkan bentuk susunan rantainya 16

2.9 Reaksi Polimerisasi................................................................................17


2.9.1. Polimerisasi adisi............................................................................17

2.9.2. Polimerisasi Kondensas......................................................................18

2.10. Aplikasi Polimer Sintetis PVC...........................................................19


2.10.1 PE (LDPE dan HDPE)......................................................................19

2.10.2 PP........................................................................................................19

2.10.3 PTFE...................................................................................................19

2.10.4 PMMA................................................................................................19

2.10.5 PET.....................................................................................................20

2.10.6 Nilon....................................................................................................20

2.11Beton Polimer........................................................................................20
2.12.1 Fungsi Agregat...................................................................................21
2.13Klasifikasi Agregat................................................................................22
2.14Agregat Halus........................................................................................22
2.15Agregat Kasar........................................................................................23
2.16Resin Epoksi...........................................................................................23
2.17Bahan Penyusun Kerang......................................................................24

x
2.18 Pasir Besi...............................................................................................26
2.18Penelitihan Dahulu Mengenai Serbuk Cangkang Kerang Dan Beton
Resin...............................................................................................................29
2.19Kebaruaan Penelitian............................................................................33
BAB lll METODELOGI PENELITIAN............................................................35

3.1 Diagram Alir Kegiatan Penelitian.......................................................35


3.2 Tempat dan Waktu Penelitihan...........................................................36
3.3 Metode Penelitihan................................................................................36
3.4 Persiapan Alat dan Bahan....................................................................36
3.4.1. Alat.......................................................................................................36
3.4.2. bahan yang digunakan.......................................................................45
3.5 Pengujian Material Pembentuk Beton................................................48
3.5.1. Pengujian Agregart Kasar dan Agregat Halus...............................48
3.5.2. Serbuk Cangkang Kerang.................................................................49
3.5.3. Epoxy Resin.........................................................................................49
3.6 Penentuan Kadar Resin........................................................................49
3.7 Mix Design..............................................................................................50
3.8 Pembuatan Benda Uji...........................................................................50
3.8.1. Pembuatan Beton Polimer.................................................................51
3.8.2. persiapan campuran Adukan beton.................................................52
3.8.3. Proses Pembuatan Benda Uji............................................................53
3.9 Pengujian kuat Tekan Beton................................................................54
3.10 Analisa Data..........................................................................................55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................56

4.1 . Umum....................................................................................................56
4.2. Hasil Pengujian Agregat......................................................................56
4.2.1. Pengujian Agregat Halus..................................................................56
4.2.2. Pengujian Agregat Kasar...................................................................59
4.3. Perancangan Campuran Beton Polimer dengan penambahan serbuk
Cangkang Kerang dan Pasir Besi...............................................................61
4.5. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton.....................................................63

xi
4.6. Hasil Uji Penyerapan Beton Polimer Serbuk Cangkang Kerang dan
Pasir Besi.......................................................................................................65
4.7. Perbandingan Beton Polimer...............................................................65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................68

5.1 Kesimpulan............................................................................................68
5.2 Saran.......................................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................70

LAMPIRAN..........................................................................................................71

xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Mol silinder 15 x 30............................................................................7
Gambar 2. 2 Alat Ballmil.......................................................................................25
Gambar 2. 3 Pasir Besi...........................................................................................27
Gambar 3. 1 Flowchart Metode Penelitian............................................................35
Gambar 3. 2 Timbangan.........................................................................................37
Gambar 3. 3 Gelas Ukur........................................................................................37
Gambar 3. 4 Mol 82,5 mm x 169 mm....................................................................38
Gambar 3. 5 Ayakan Kayu.....................................................................................38
Gambar 3. 6 Ayakan Kayu.....................................................................................39
Gambar 3. 7 Alat Penggetar...................................................................................39
Gambar 3. 8 Alat Mix Beton..................................................................................40
Gambar 3. 9 Besi Rojok.........................................................................................40
Gambar 3. 10 Picnometer 100 cc...........................................................................41
Gambar 3. 11 Oven Listrik....................................................................................41
Gambar 3. 12 Alat Penguji Beton (CTM)..............................................................42
Gambar 3. 13 Alat Perendam Beton......................................................................42
Gambar 3. 14 Mold Volume 5lt.............................................................................43
Gambar 3. 15 Sekop...............................................................................................43
Gambar 3. 16 Teroli...............................................................................................44
Gambar 3. 17 Karung.............................................................................................44
Gambar 3. 18 Alat Abrasi Los Angeles.................................................................45
Gambar 3. 19 Agregat Kasar..................................................................................45
Gambar 3. 20 Agregat Halus..................................................................................46
Gambar 3. 21 Epoxy Resin....................................................................................46
Gambar 3. 22 Serbuk Kerang.................................................................................47
Gambar 3. 23 Pasir Besi.........................................................................................47
Gambar 4. 1 Grafik Distribusi Butiran Agregat Halus..........................................57
Gambar 4. 2 Grafik Distribusi Butiran Agregat Kasar..........................................60
Gambar 4. 3 Kuat Tekan Beton Polimer Variasi Serbuk Cangkang Kerang dan
Pasir Besi................................................................................................................64
Gambar 4. 4 Grafik Perbandingan Kuat Tekan Beton Polimer.............................66

xiii
xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Komposisi Kimia Serbuk Cangkang Kerang........................................26


Tabel 2. 2 Produksi Pasir Besi di Indonesia...........................................................28
Tabel 2. 3 Potensi Pasir Besi di Provinsi Lampung...............................................29
Tabel 2. 4 Hasil Kuat Tekan Beton Polimer..........................................................33
Tabel 3. 1 Jumlah Sampel dan Kebutuhan Material..............................................52
Tabel 4. 1 Proposi Agregat Halus Ideal.................................................................57
Tabel 4. 2 Hasil pengujian Agregat Halus.............................................................59
Tabel 4. 3 Proporsi Agregat Kasar.........................................................................59
Tabel 4. 4 Hasil Pengujian Agregat Kasar.............................................................61
Tabel 4. 5 Hasil kuat tekan beton polimer variasi serbuk kerang dan pasir besi. .63
Tabel 4. 6 Uji Peyerapan Beton Polimer Serbuk Kerang Optimum dan Pasir Besi
................................................................................................................................65
Tabel 4. 7 Hasil Kuat Tekan Beton Polimer..........................................................66

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan konstruksi bahan bangunan di Indonesia saat ini cukup
pesat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya zaman.
Dari tahun ke tahun perkembangan konstruksi cukup meningkat. Sebagai contoh
pada beberapa sektor pembangunan yaitu perumahan, apartemen, perkantoran,
dan lainnya sangat membutuhkan material konstruksi yang tidak sedikit dan awet.
Oleh karena itu, pemilihan bahan material bangunan konstruksi dengan sifat yang
kuat, ringan, tahan lama, dan murah merupakan solusinya. Salah satu bahan
pilihan konstruksi yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan bahan lainnya
yaitu beton. Beton memiliki sifat kekuatan yang baik, harga yang relatif murah,
bahan baku penyusun yang mudah didapat, tahan lama dan tidak mengalami
pembusukan. Beton pada umumnya banyak digunakan dalam bidang konstruksi
pembangunan rumah, jembatan, gedung, jalan, dan lain-lain (Gemert dkk., 2004).
Beton merupakan campuran antara semen portland atau semen hidrolik lain,
agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan campuran tambahan
membentuk massa padat (Departemen Pekerjaan Umum,1989). Semakin
meningkatnya pemakaian beton di dalam dunia industri konstruksi maka semakin
berkembang pula usaha untuk membuatnya semakin canggih dan ekonomis. Salah
satu beton yang sedang dikembangkan adalah beton polimer. Beton polimer lebih
dikembangkan dibanding dengan beton konvensional karena kekuatan beton
konvensional memiliki kelemahan antara lain relative berat, proses pengerasannya
cukup lama (maksimal 28 hari), tidak tahan terhadap lumut dan memiliki
kelembapan tinggi sehingga menyebabkan beton cukup rapuh (Calvelri dkk.,
2003). Sehingga dicari alternatif untuk menutupi kelemahan dari beton
konvensional yaitu beton polimer.
Inovasi beton perlu dilakukan saat ini guna menjawab tantangan akan
kebutuhan teknologi sehingga beton yang dihasilkan memiliki kualitas yang tinggi
meliputi kekuatan dan daya tahan tanpa mengabaikan nilai ekonomisnya. Pada
kondisi tertentu beton dapat diberikan bahan tambahan dalam kadar tertentu yang

1
bertujuan untuk meningkatkan kekuatan dari beton tersebut. Bahan-bahan yang
ditambahkan ke dalam campuran beton berfungsi untuk mengubah sifat dari beton
agar menjadi lebih cocok untuk pekerjaan tertentu dan menghemat biaya. Salah
satu bahan yang bisa mengubah sifat dari beton adalah resin epoksi. Resin epoksi
banyak digunakan sebagai bahan campuran untuk perekat, bahan cetakan, bahan
campuran pembuatan kemasan, dan bahan komposit di beberapa bagian struktur
bangunan. Resin epoksi sangat baik digunakan sebagai matriks pada komposit
dengan penguat serat gelas. Pada beton, penggunaan resin epoksi dapat
mempercepat proses pengeringan, karena epoksi menimbulkan panas sehingga
membantu percepatan pengerasan (Gemert dkk., 2004).
Bahan-bahan limbah disekitar lingkungan juga dapat dimanfaatkan
sebagai bahan tambahan dalam campuran beton. Hal tersebut dapat
memberikan alternatif untuk memanfaatkan limbah-limbah yang tidak
termanfaatkan, seperti kulit kerang. Dengan optimalisasi pemanfaatan limbah
kulit kerang ini diharapkan akan mengurangi limbah yang mencemari
lingkungan dan memberikan nilai tambah tersendiri. Dalam penelitian ini
digunakan cangkang kerang, sebagai filler atau tambahan dalam pembuatan
beton polimer, sehingga bermanfaat dan dapat menurunkan biaya operasional
pembuatannya. Kerang sebagai sumber protein dan merupakan jenis makanan
bersumber dari laut cukup berlimpah, tentunya jumlah kulitnya juga akan
sebanding. Selama ini cangkang kerang hanya dibuang dan sebagian dari
beberapa jenis kerang tertentu kulitnya dikomersilkan untuk bahan dekorasi
atau hiasan rumah.
Indonesia memiliki berbagai sumber daya alam salah satunya adalah pasir
besi. Pasir besi merupakan bahan baku dasar dalam industri baja yang mempunyai
karakteristik dan sifat yang memenuhi syarat sebagai agregat halus pada beton.
Maka pada penelitian ini pasir besi dimanfaatkan sebagai subsitusi agregat halus
dengan tujuan menjadi material alternative penyusun beton.
Untuk mencapai mutu beton yang direncanakan ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan seperti cara pencampuran (mixing), penuangan (casting),
pemadatan (compacting), dan perawatan (curing). Faktor lain yang tidak kalah
penting adalah mutu bahan pembantu seperti mutu cetakan (form work).

2
Perawatan (curing) adalah suatu langkah/tindakan untuk memberikan kesempatan
pada semen/beton mengembangkan kekuatannya secara wajar dan sesempurna
mungkin, dalam penelitian ini curing yang digunakan adalah curing air panas
dengan suhu dan waktu yang telah ditentukan terlebih dahulu bertujuan untuk
mempercepat reaksi kimia yang bekerja pada beton polimer tersebut.
Berdasarkan uraian-uraian diatas, penelitian yang kami lakukan bertujuan untuk
membuat beton polimer berbasis resin epoksi dengan subsitusi pasir besi dan
penambahan serbuk kerang mengunakan curing air panas berpengaruh terhadap
sifat mekanik beton yaitu kuat tekan beton dan modulus elastisitas.

1.2 Identifikasi Masalah


Pada umumnya yang digunakan untuk pencampuran beton adalah semen jenis
portland biasa. Dalam tugas akhir ini akan melakukan penelitihan pengunaan
epoxy resin sebagai penganti semen dan air sedangkan serbuk kaca yang dicampur
pada beton plimer untuk filler agar supaya beton lebih pada dan kuat. Untuk
mempercepat dan menambah kekuatan beton terebut maka dilakukan curing
dengan air panas pada suhu dan waktu yang optimum.

1.3 Rumusan Masalah


Dengan mengacu pada pada uraian di atas maka permasalahan dalam studi ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Berapakah kadar serbuk cangkang kerang yang menghasilkan kuat tekan
beton terkuat ?
b. Bagaimanakah pengaruh penambahan serbuk cangkang kerang dan pasir
besi terhadap kuat tekan beton polimer ?
c. Bagaimanakah pengaruh penyerapan air pada beton polimer ?

1.4 Maksud dan Tujuan


Maksud dari penelitian ini ialah untuk mengetahui seberapa besar kuat tekan
beton polimer dengan agregat halus campuran pasir gunung sugih dan pasir besi
menggunakan curing air panas, sehingga nantinya dapat diketahui apakah beton
polimer ini dapat dimanfaatkan menjadi beton atau tidak.

3
Adapun tujuan yang ingin penulis capai pada penelitian ini adalah :
a. Mengetahui komposisi terbaik kadar serbuk cangkang kerang
b. Mengetahui pengaruh penambahan serbuk kerang dan pasir besi terhadap
kuat tekan beton polimer
c. Mengetahui pengaruh proses curing air panas dan penyerapan air terhadap
kuat tekan beton polimer

1.5 Batasan Masalah


Agar pembahsan tugas akhir ini tidak keuar dari jalur pembahsan dibuatnya
batasan masaslah. Batasan masalah yang akan dibaha s pada penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
1. Kadar resin optimum yang digunakan dalam penelitihan ini adalah diperoleh
dari penelitihan dahulu (data sekunder).
2. Waktu dan suhu perendaman air panas optimum yang digunakan dalam
penelitihan ini adalah diperoleh dari penelitihan dahulu (data sekunder).
3. Sifat mekanis beton yang diuji adalah kuat tekan dan penyerapan air pada
beton.
4. Pengeujian dilakukan hanya uji kuat tekan pada umur beton 2 hari.

1.6 Manfaat
Manfat yang didapatkan dari penelitian ini adalah agar kita mengetahui apakah
serbuk cangkang kerang dapat dipakai atau cocok dipakai sebagai bahan
campuran beton polimer, dan bagaimana hasil dari penelitian beton dan hasil
pengujian kuat tekan pada beton yang sudah dicampurkan dengan serbuk
cangkang kerang.

1.7 Sistematika penulisan


BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan dan manfaat, identitas masalah
pembatasan masalah, prumusan maslah, sistematika penulisan.

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang pengertian beton, sifat san karakteristik beton, sifat-aifat
adukan beton, benda uji beton,matrial penyusun beton, perawatan beton (curing),
bahan pembuatan resin, peroses pembuatan resin, pembentukan kaca, manfat kaca
dan penelitian terdahulu mengenai serbuk kaca.

BAB III METODELOGI PENELITIAN


Bab ini berisi tentang metode penelitien yang digunakan, penelitian uji material,
cara pembuatan sempel beton alat serta bahan yang digunakan, perawatan benda
uji dan penujian kuat tekan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Bab ini berisi tentang pengujian material beton, serta pembahasan tentang hasil
dari penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5
BAB ll
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Beton
Beton adalah batu buatan dan bahan lain terdiri dari semen, pasir, kerikil/split
dengan perbandingan tertentu bila diaduk dan dicampur dengan air dan
dimasukkan dalam suatu cetakan akan mengikat, mongering dan mengeras dengan
baik setelah beberapa lama. Beton mudah dibentuk sesuai dengan cetakan yang
direncanakan. (Adiyono, 2008).
Mutu beton ditentukan oleh banyak faktor antara lain :
1. Faktor Air Semen (FAS).
2. Dalam menentukan jumlah air dalam suatu campuran beton dikenal suatu
nilai yang disebut nilai Faktor Air Semen (FAS). Faktor air semen atau
water to cementious ratio, adalah rasio total berat air (termasuk air yang
terkandung dalam agregat dan pasir) terhadap berat total semen pada
campuran beton.
3. Perbandingan bahan-bahannya.
4. Dalam pembentukan beton perbandingan bahan-bahan sangatlah penting
karena sangat berpengaruh terhadap volume dan kekuatan beton itu
sendiri.
5. Susunan butiran agregat yang dipakai
6. Dalam susunan butiran agregat sangat berpengaruh terhadap kuat tekan
beton, bila susuan butir agaregat tidak rata di dalam mol kemungkinan
kekuatan akan lemah dari rencana, apabila susunan butirnya rata dalam
mol kemungkinan kekuatan akan sesuai dengan apa yang kita inginkan
7. Ukuran maksimum agregat yang diapakai
8. Ukuran agregat berpengaruh terhadap kuat tekan beton dan pembentukan
beton. Bila ukuranya sesuai setendar dia akan sesuai dengan rencana.

6
2.2 Sifat dan Kerakteristik Beton
Sifat beton yang terdiri dari sifat fisis dan mekanis, yang dimaksud sifat beton
yang dikehendaki di dalam perencanaan suatu konstruksi beton. Pada umumnya
para teknisi dan perencana menghendaki bahwa bangunan beton tersebut haruslah
kuat, tahan lama dan ekonomis, serta memberikan rasa aman dan tentram bagi
penghuninya. Dari semua sifat beton keras tersebut yang paling penting adalah
kekuatan tekan karena merupakan gambaran dari mutu beton.

2.3 Kuat Tekan


Pengertian kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang
menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani gaya tekan tertentu yang
dihasilkan oleh mesin tekan. Kuat tekan beton merupakan sifat terpenting dalam
kualitas beton dibanding dengan sifat-sifat lain. Kekuatan tekan beton ditentukan
oleh pengaturan dari perbandingan semen, agregat kasar dan halus, air.
Perbandingan dari air semen, semakin tinggi kekuatan tekannya. Suatu julah
tertentu air diperlukan untuk memberikan aksi kimiawi dalam pengerasan beton,
kelebihan air meningkatkan kemampuan pekerjaan akan tetapi menurunkan
kekuatan.
Benda uji yang digunakan untuk kuat tekan berbentuk silinder dengan tinggi 30
cm dan diameter 15 cm dapat dilihat pada Gambar 2.1.silinder 15x30.

Gambar 2. 1 Mol silinder 15 x 30

7
Cara menentukan nilai kuat tekan beton:
F’c = P/A
Keterangan :
A = luas penampang benda uji (mm²)
F’C = kuat tekan beton (Mpa)
P = beban tekan maksimum (N)
2.4 Kuat Lentur
Kuat lentur adalah kekuatan tarik beton dalam keadaan lentur akibat momen,
kekuatan yang dikenal sebagai modulus runtuh (modulus of rupture) adalah hal
yang cukup penting untuk menentukan retak-retak dan kelendutan dari suatu
balok yang megalami pembebanan transveral. Kuat lentur maksimum dialami oleh
serat bawa balok beton dan disebut sebagai modulus of rupture, yang besarnya
tergantung dari panjang balok dan jenis pembebanan
3 PI
δb=
2 bh ²
Dimana :
δb = kuat lentur beton (kg/cm² )
P = beban maksimum pada contoh beton (t)
I = panjang rentang contoh beton (cm)
b = lebar contoh beton (cm)
h = tinggi contoh beton (cm)

2.5 penyerapan
Penyerapan merupakan banyaknya air yang diserap benda uji beton. Semakin
banyak pori-pori yang terkandung dalam beton maka akan semakin besar pula
penyerapan sehingga ketahanannya akan berkurang.

8
2.6 Jenis jenis beton
2.6.1. Beton Pra-Cetak
Selanjutnya, beton yang tercetak pada luar area pengerjaan proyek pembangunan
terkenal dengan sebutan beton pra-cetak. Beton ini memang sengaja terbuat pada
tempat lain agar kualitasnya lebih baik. Selain itu, pemilihan beton tersebut juga
kerap mendasari pada sempitnya lokasi proyek dan tidak adanya tenaga yang
tersedia. Beton pra-cetak biasanya terproduksi oleh perusahaan-perusahaan yang
bergerak pada bidang pembangunan dan pengadaan material.

2.6.2 Beton Mortar


Bahan baku pembuatan beton mortar terdiri atas mortar, pasir, dan air. Ada tiga
ragam mortar yang sering kita gunakan antara lain semen, kapur, dan lumpur.
Beton mortar semen yang terpasangi anyaman tulangan baja dalamnya kita kenal
sebagai ferro cement. Beton ini memiliki kekuatan tarik dan daktilitas yang baik.

2.6.3 Beton Ringan


Sesuai namanya, beton ringan terbuat dengan memakai agregat yang berbobot
ringan. Beberapa orang juga kerap menambahkan zat aditif yang bisa membentuk
gelembung-gelembung udara dalam beton. Semakin banyak jumlah gelembung
udara yang tersimpan pada beton, maka pori-porinya pun akan semakin bertambah
sehingga ukurannya juga bakal kian membesar. Hasilnya, bobot beton tersebut
lebih ringan daripada beton lain yang memiliki ukuran sama persis. Beton ringan
biasanya aplikasinya pada tembok non-struktur.

2.6.4 Beton Non-Pasir


Proses pembuatan beton non-pasir sama sekali tidak menggunakan pasir,
melainkan hanya kerikil, semen, dan air. Hal ini menyebabkan terbentuknya
rongga udara pada celah-celah kerikil sehingga total berat jenisnya pun lebih
rendah. Karena tidak memakai pasir, kebutuhan semen pada beton ini juga lebih
sedikit. Penggunaan beton non-pasir misalnya pada struktur ringan, kolom dan
tembok sederhana, bata beton, serta buis beton.

9
2.6.5 Beton Hampa
Sebutan hampa karena dalam pembuatannya kita lakukan penyedotan air
pengencer adukan beton memakai alat vacuum khusus. Akibatnya beton pun
hanya mengandung air yang telah bereaksi dengan semen saja sehingga memiliki
kekuatan yang sangat tinggi. Tak heran, beton hampa banyak sekali kita
manfaatkan dalam pendirian bangunan-bangunan pencakar langit.

2.6.6 Beton Bertulang


Beton bertulang tercipta dari perpaduan adukan beton dan tulangan baja. Perlu
kita ketahui, beton mempunyai sifat kuat terhadap gaya tekan, tetapi lemah
dengan gaya tarik. Oleh karena itu, tulangan baja sengaja tertanamkan ke
dalamnya agar kekuatan beton tersebut terhadap gaya tarik meningkat. Beton
bertulang biasanya kita pasang pada struktur bentang lebar seperti pelat lantai,
kolom bangunan, jalan, jembatan, dan sebagainya.

2.6.7 Beton Pra-Tegang


Pada dasarnya, pembuatan beton pra-tegang mirip sekali dengan beton bertulang.
Perbedaan tipis hanyalah terletak pada tulangan baja yang bakal kita masukkan ke
beton harus kita tegangkan terlebih dahulu. Tujuannya supaya beton tidak
mengalami keretakan walaupun menahan beban lenturan yang besar. Penerapan
beton pra-tegang juga banyak kita lakukan untuk menyangga struktur bangunan
bentang lebar.

2.6.8 Beton Massa


Beton massa yaitu beton yang terbuat dalam jumlah yang cukup banyak.
Penuangan beton ini juga sangat besar pada atas kebutuhan rata-rata. Begitu pula
dengan perbandingan antara volume dan luas permukaannya pun sangat tinggi.
Pada umumnya, beton massa memiliki dimensi yang berukuran lebih dari 60 cm.
Beton ini banyak teraplikasikan pada pembuatan pondasi besar, pilar bangunan,
dan bendungan.

10
2.6.9 Beton Siklop
Beton siklop merupakan beton yang menggunakan agregat cukup besar sebagai
bahan pengisi tambahannya. Ukuran penampang agregat tersebut berkisar antara
15-20 cm. Bahan ini lantas kita tambahkan ke adukan beton normal sehingga
dapat meningkatkan kekuatannya. Beton siklop seringkali terbangun pada
bendungan, jembatan, dan bangunan air lainnya.

2.6.10 Beton Serat


Secara prinsip, beton serat terbuat dengan menambahkan serat-serat tertentu ke
dalam adukan beton. Contoh-contoh serat yang lumrah terpakai antaranya
asbestos, plastik, kawat baja, hingga tumbuh-tumbuhan. Penambahan serat
menjadi maksud untuk menaikkan daktailitas pada beton tersebut sehingga tidak
mudah mengalami keretakan. Apakah Anda kerepotan mencari bahan bangunan
atau Jenis Beton karena tidak tersedia pada toko bangunan terdekat? Sudah
waktunya Anda mulai beralih berbelanja bahan bangunan secara online.
Dengan kemudahan bertransaksi, Anda juga dapat menghemat waktu karena tidak
perlu keluar dari lokasi proyek. (bildeco.com/blog/beragam-jenis-beton-dan-
kegunaannya)

2.7 Kelebihan dan Kekurangan Beton


Adapun kelebihan dan kekurangan beton sebagai berikut :
2.7.1. Kelebihan dari beton antara lain:
1. Harganya relatif murah karena menggunakan bahan-bahan dasar dari
bahan lokal, kecuali semen Portland.
2. Beton termasuk tahan aus dan tahan kebakaran, sehingga biaya perawatan
termasuk rendah
3. Beton termasuk bahan yang berkekuatan tekan tinggi, serta mempunyai
sifat tahan terhadap pengkaratan/pembusukan oleh kondisi lingkungan.
4. Ukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan beton tak bertulang atau
pasangan batu.
5. Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk
apapun dan ukuran seberapapun tergantung keinginan.

11
2.7.2. Kekurangan dari pada beton antara lain:
1. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Oleh
karena itu perlu diberi baja tulangan, atau tulangan kasa.
2. Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika
basah sehingga dilatasi (constraction joint) perlu diadakan pada beton
yang panjang/lebar untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan
pengembangan beton.
3.  Beton keras mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu
sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion joint) untuk mencegah terjadinya
retak-retak akibat perubahan suhu.
4.  Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat
dimasuki air, dan air yang membawa kandungan garam dapat merusakkan
beton.
5. Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan didetail
secara seksama agar setelah dikombinasikan dengan baja tulangan menjadi
bersifat daktail, terutama pada struktur tahan gempa.(
http://sipilkita.blogspot.com/2011/12/kelebihan-dan-kekurangan-
beton.html)

2.8 Polimer
2.8.1. Pengertian Polimer
Polimer adalah suatu makromolekul atau dikenal juga dengan molekul raksasa
yang tersusun dari beberapa monomer (merupakan molekul-molukul kecil yang
sederhana). Molekul kecil/monomer yang menyusun polimer tersebut bisa atau
dapat berupa senyawa berikatan rangkap atau juga senyawa yang mempunyai
gugus fungsional. Polimer ini adalah makromolekul yang terdiri dari banyak
sekali kelas material alami dan juga sintetik yakni dengan sifat-sifat yang juga
beragam. Perbedaan dari kedua material ini terletak pada mudah tidaknya sebuah
polimer tersebut didegradasi atau juga dirombak oleh mikroba. Biasanya, polimer
untuk bahan sintetik tersebutakan lebih sulit diuraikan oleh mikroorganisme
apabila dibanding polimer bahan alami.

12
2.8.2. Sifat Polimer berdasarkan Strukturnya
Perbedaan dari sifat-sifat polimer ini juga  dipengaruhi oleh struktur polimernya,
meliputi diantaranya:
1. Panjang rantai polimer
Semakin panjang rantai polimer, maka kemudian kekuatan serta juga titik leleh
senyawanya itu semakin tinggi.
2. Gaya antar molekul
Semakin besar gaya antar molekul dirantai polimer tersebut maka polimer ini akan
menjadi kuat serta juga sukar meleleh.
3. Percabangan
Rantai polimer yang bercabang banyak tersebut memiliki daya tegang rendah
serta akan mudah meleleh.
4. Ikatan silang antar rantai polimer
Semakin banyaknya ikatan silang maka polimer tersebut akan semakin kaku serta
juga rapuh sehingga akan mudah patah. Hal ini dikarenakan oleh kIkatan silang
antar rantai polimer tersebut menyebabkan terjadinya jaringan yang kaku serta
juga membentuk bahan yang keras.
5. Sifat kristalinitas rantai polimer
Semakin tinggi sifat dari kristalinitas, maka rantai polimer tersebut akan lebih
kuat serta jugalebih tahan terhadap bahaan-bahan kimia serta juga enzim.
Umumnya yang mempunyai sifat kristalinitas tinggi ini merupakan sebuah
polimer dengan struktur yang teratur, dan sedangkan untuk polimer berstruktur
dengan tidak teratur itu cenderung mempunyai kristanilitas yang rendah serta
sifatnya ialah amorf (tidak keras).

2.8.3. Sifat Polimer Secara Umum


Secara umum polimer tersebut memiliki beberapa sifat diantaranya sebagai
berikut:
1. Sifat Termal
Polimer ialah sebagai isolator mempunyai sifat termal yang baik walaupun
polimer tersebut bukanlah konduktor. Apabila ditinjau dari jenisnya, polimer yang

13
dipanaskan tersebut ada yang menjadi lunak tetapi terdapat juga  yang menjadi
keras. Perubahan tersebut sangat penting sebagai bahan komponen tertentu.
2. Sifat kelenturan
Disebabkan karna sifatnya lentur, polimer tersebut tentu akan mudah diolah
menjadi sebuah produk yang diinginkan. Tetapi, polimer alam ini lebih untuk
diolah sesuai dengan keinginan dibandingkan polimer sintetis.
3. Sifat Ketahanan Terhadap Mikroorganisme
Sifat ketahanan terhadap mikroorganisme tersebut biasanya dipunyai oleh polimer
sintetis. Sedangkan untuk polimer alam seperti misalnya sutra, wol, serta polimer
alam lainnya itu tidak tahan terhadap suatu mikroorganisme.
4. Sifat Lainnya
Sifat lain yang dipunyai polimer di antaranya, sebagai berikut :
a. Ringan, dalam artian rasio bobot/volume kecil.
b. Tahan korosi dan kerusakan terhadap lingkungan yang agresif.
c. Dimensinya stabil disebabkan karna mempunayi berat molekul besar; serta
lainnya.

2.8.4. Klasifikasi Dan Struktur Polimer


Struktur polimer ini dibedakan dengan berdasarkan penggolongannya. Pada
prinsipnya, penggolongan polimer tersebut terdiri dari:
2.8.4.1. Penggolongan Polimer Berdasarkan Asalnya.

Berdasarkan asalnya, polimer ini kemudian dibedakan menjadi 2 jenis,


diantaranya:
1. Polimer Alam
Polimer alam, ini merupakan senyawa yang jumlahnya itu cukup terbatas serta
juga dihasilkan dari adanya proses metabolisme dari mahluk hidup. Sifat polimer
ini juga ialah yang kurang stabil, mudah untuk menyerap air, tidak stabil
disebabkan karna pemanasan serta juga sukar untuk dibentuk.
Contohnya ialah dapat berupa
 Protein.
 Amilum.
 Glikogen.

14
 Selulosa.
 karet alam (poliisoprena).
 asam nukleat.
2. Polimer Sintetik
Polimer sintetik, adalah suatu polimer yang tidak ada di alam, tetapi disintesis
tersebut dari monomer-monomernya. Polimer tersebut sengaja dibuat guna untuk
memenuhi kebutuhan sekender serta tersier manusia.
Contohnya itu berupa
 Polietena.
 Polivinilklorida.
 Polipropilena.
 Tetrafloroetilena.

2.8.4.2. Penggolongan Polimer Berdasarkan Jenis Monomernya

Dengan berdasarkan jenis monomernya, polimer ini kemudian dibedakan menjadi


2 macam, diantaranya:
Homopolimer, ialah suatu polimer yang terdiri dari monomer-monomer sejenis
yakni dengan strukturnya ———A – A – A – A – A ———.
Contohnya itu bisa berupa polistirena, polietilena,PVC, amilum, polipropilena,
selulosa, teflon dan poliisoprena.
Kopolimer, ini merupakan suatu polimer yang terdiri dari 2 atau juga bahkan lebih
monomer yang tidak sejenis yakni dengan strukturnya sebagai beriktut —A – B –
A – B – A – B —.  Polimer jenis ini juga terdiri dari 4 jenis, diantaranya.

 Kopolimer bergantian, ini adalah jenis kopolimer yang mempunyai


beberapa kesatuan ulang yang berbeda berselang-seling adanya di dalam
rantai polimer. Strukturnya ialah …-A-B-A-B-A-…
 Kopolimer balok, ini adalah jenis kopolimer yang mempunyai suatu
kesatuan berulang berselang-seling itu dengan kesatuan berulang lainnya
di dalam rantai polimer. Strukturnya ialah berupa …-A-A-AA-B-B-B-B-
A-A-A-A-…

15
 Kopolimer tidak beraturan, ini merupakan salah jenis kopolimer yakni
dengan jumlah satuan berulang yang berbeda serta juga kemudian tersusun
dengan secara acak di dalam sebuah rantai polimer. Strukturnya ialah
berupa …-A-B-A-A-B-B-A-A…
 Kopolimer tempel/grafit, ini adalah jenis kopolimer yang mempunyai satu
macam kesatuan berulang menempel dipolimer tulang punggung lurus
yang mengandung itu hanya satu maca kesatuan berulang dari satu jenis
monomer. Strukturnya ialah yakni …A-A-A-A-A-A…

2.8.4.3. Penggolongan Polimer berdasarkan sifat kekenyalannya

Dengan berdasarkan sifat kekenyalannya, polimer ini kemudian dibedakan


menjadi:

 Polimer Termoplastik, ini merupakan polimer yang tidak tahan panas


sehingga kemudian akan meliat apabila  dipanaskan serta bisa atau dapat
dibentuk sesuai dengan apa yang keinginan.
 Polimer Termoset, ini merupakan polimer tahan panas yang tidak akan
meliat (meleleh) apabila dipanaskan. Berbeda dengan polimer
termoplastik, polimer ini akan sangat susah dibentuk sesuai keinginan.

2.8.4.4. Penggolongan Polimer berdasarkan bentuk susunan rantainya

Dengan berdasarkan bentuk susunan rantainya, polimer tersebut kemudian


dibedakan menadi:

 Polimer Linier, ini merupakan suatu polimer yang tersusun satu sama lain
dengan melalui unit ulang yang sama sehingga kemudian membentuk
rantai polimer yang panjang. Polimer tersebut biasanya memiliki sifat
padat ditemperatur normal serta juga bisa atau dapat larut itu dalam
beberapa pelarut. Contohnya ialah PVC, polietelena, nylon 66, dsb.
 Polimer Bercabang, ini merupakan suatu polimer yang terbentuk apabila
polimer linier tersebut membentuk cabang.
 Polimer Berikatan Silang (Cross-linking), ini merupakan suatu polimer
yang terbentuk disebabkan karna beberapa rantai polimer tersebut saling

16
berikatan antara satu sama lain pada rantai utamanya. Apabila sambungan
silang polimer itu terjadi dengan suatu ikatan kimia antara rantainya maka
kemudian akan terbentuk sambung silang 3 dimensi yang juga dikenal
dengan sebutan polimer jaringan 3 dimensi atau three-dimension network

2.9 Reaksi Polimerisasi


Reaksi pembentukan polimer dari monomernya ini disebut dengan sebtuan reaksi
polimerisasi. Reaksi polimerisasi ini kemudian dibedakan menjadi 2 jenis, yakni :
2.9.1. Polimerisasi adisi

Polimerisasi adisi ini umumnya terjadi di monomer yang memiliki ikatan rangkap.
Umumnya monomer yang direaksikan di dalam polimerisasi adisi ini merupakan
senyawa alkena serta turunannya. Dari reaksi polimerisasi adisi kemudian
dihasilkan polimer adisi yakni sebagai produk tunggal.
Contoh reaksi polimerisasi adisi:
1. bembentukan polietilena (PE) dari etena

2.Pembentukan PVC dari vinil klorida

2. Pembentukan poliisoprena dari isoprena

17
2.9.2. Polimerisasi Kondensas

Polimerisasi kondensasi ini adalah penggabungan monomer itu dengan reaksi


kimia yang terjadi antara 2 gugus fungsi berbeda dari tiap-tiapmonomer.
Polimerisasi tersebut terjadi dimonomer yang masing-masing itu memiliki
setidaknya 2 gugus fungsi reaktif. Dari hasil polimerisasi kondensasi kemudian
dihasilkan polimer serta juga molekul-molekul kecil, seperti misalnya H2O, HCl,
serta CH3OH. Polimer misalnya seperti poliamida, poliester, polikarbonat, serta
poliuretana itu disintesis dengan melalui reaksi polimerisasi kondensasi.
Contoh reaksi polimerisasi adisi:

1. Pembentukan Poliester: PET Dari Dimetil Tereftalat dan Etilena Glikol


PET-dari-dimetil-tereftalat-dan-etilena-glikol

2. b. Pembentukan poliamida: nilon 66 dari asam adipat dan


heksametilendiamina

18
2.10. Aplikasi Polimer Sintetis PVC.
Poli(vinil klorida) (PVC) yang memiliki sifat lunak digunakan untuk jas hujan,
selang air,  serta insulasi listrik. Sedangkan, PVC yang memiliki sifat kaku
digunakan untuk pipa serta pelapis lantai.
Polistirena (PS) ini memiliki beberapa macam bentuk. Polistirena yang berbentuk
kaku serta juga mudah pecah digunakan seperti peralatan makan—sendok, garpu,
kotak kaset dan pisau plastik. Polistirena ini berbentuk foam, ialah styrofoam,
mempunyai sifat insulator panas yang baik. Oleh sebab itu, styrofoam ini sangat
banyak digunakan sebagai wadah makanan/minuman serta juga gabus guna
penahan benturan di dalam kemasan alat elektronik.

2.10.1 PE (LDPE dan HDPE)

Polietilena (PE) ini mempunyai beragam bentuk. HDPE (high-density


polyethylene) ini merupakan polietilena dengan sifat lebih kuat serta juga kaku
yang banyak digunakan sebagai botol plastik serta mainan. LDPE (low-density
polyethylene) ini merupakan polietilena dengan sifat lebih plastis serta juga titik
leleh lebih rendah dibanding HDPE. LDPE banyak digunakan untuk kantong
plastik, plastik lembaran, serta juga pembungkus kabel.
2.10.2 PP

Polipropilena (PP) ini digunakan untuk tali, botol plastik,karpet, karung plastik,
peralatan laboratorium, dan mainan.
2.10.3 PTFE

Politetrafluoroetilena (PTFE) dikenal juga sebagai atau dengan nama dagang


Teflon, mempunyai sifat yang tidak reaktif, kuat, serta juga tahan panas. PTFE ini
digunakan yakni sebagai pelapis tangki bahan kimia, gasket,  serta pelapis panci
anti lengket.
2.10.4 PMMA

Poli(metil metakrilat) (PMMA)ini  dikenal juga sebagai atau dengan nama dagang
Plexiglas atau juga Lucite atau Perspex, mempunyai keras, ringan, sifat kuat, serta
juga transparan. PMMA ini digunakan sebagai furnitur, alat optik, kaca jendela
pesawat terbang, serta glove box.

19
2.10.5 PET

Poli (etilena tereftalat) (PET) dikenal juga dengan nama dagang ialah Dacron atau
Terylene, yang banyak digunakan yakni sebagai serat tekstil. Selain dari itu, PET
ini juga banyak digunakan ialah sebagai botol minuman. Di dalam bentuk film
tipis, PET yakni dengan nama dagang Mylar memiliki sifat kuat serta tahan
terhadap robekan, sehingga kemudian digunakan untuk alat optik, layar perahu,
pita perekam magnetik,  serta juga kemasan barang.

2.10.6 Nilon

Nilon adalah suatu polimer berbentuk serat yang memiliki sifat kuat, ringan, serta
tahan terhadap tegangan. Oleh sebab itu, nilon ini banyak digunakan untuk
membuat parasut, tenda,tali, jala, jas hujan, karpet, serta lain sebagainya.

2.11 Beton Polimer


Beton polimer (polymer concrete) adalah material komposit, yang matriksnya
terdiri atas polimer sintesis organik atau dikenal sebagai beton resin. Beton resin
dengan matriks polimer seperti polimer termoset dan mineral fillernya dapat
berupa aggregate, gravel dan crushed stone. Keunggulan beton polimer antara
lain, kekuatannya tinggi, tahan terhadap kimia dan korosi, penyerapan air rendah
dan stabilitas pemadatan tinggi dibanding beton portland konvensional. Proses
pengerasan pada beton semen portland untuk menghasilkan kondisi terbaik
biasanya 28 hari, sedangkan dengan beton polimer dapat dipersingkat hanya
beberapa jam saja. Penambahan polimer pada beton tanpa semen adalah untuk
meningkatkan sifat-sifat beton, memperpendek waktu proses fabrikasinya, dan
memperkecil biaya operasional. Produk beton polimer antara lain dapat digunakan
sebagai fondasi galangan kapal, tangga, sanitari, lantai, panel, bangunan
komersial, pemipaan dan lain-lain (Nawy et al., 1985).
Beton polimer berfungsi layaknya beton semen biasa pada umumnya. Beton
polimer juga dapat digunakan sebagai pilar jembatan, pondasi bangunan, jalan
pada jembatan, dinding tahan gempa (modifikasi dari dinding batu bata) dan lain-
lain. Beton polimer juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki

20
bangunan-bangunan di dalam air. Seperti telah disinggung di kegunaan dari beton
polimer, bahwa beton polimer dapat digunakan sebagai bahan untuk
memperbaiki bangunan-bangunan di dalam air. Hal tersebut disebabkan karena
beton polimer dapat mengeras di dalam air. Beton polimer memiliki sifat kedap
air, tidak terpengaruh sinar ultra violet, tahan terhadap larutan agresif seperti
bahan kimia serta kelebihan lainnya. Yang lebih istimewa lagi, beton polimer bias
mengeras di dalam air sehingga bias digunakan untuk memperbaiki bangunan-
bangunan di dalam air. (Prilian, Lilih. 2009)
Selain mengeras dalam air, beton polimer juga memiliki sifat sifat lainnya yang
tentunya menguntungkan bagi orang yang tau cara mempergunakannya, Seperti:
sifat kedap air, tidak terpengaruh sinar ultra violet, tahan terhadap larutan agresif
seperti bahan kimia serta kelebihan lainnya.

2.12. Agregat
Agregat adalah merupakan material granular, misalnya pasir,kerikil, batu pecah
yang dipakai secara bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk
membentuk suatu beton semen hidraulik atau adukan. Sifat-sifat agregat sangat
mempengaruhi sifat beton atau mortar, karena agregat menempati kira-kira sekitar
70% dari volume beton atau mortar.

2.12.1 Fungsi Agregat


Fungsi agregat adalah sebagai material pengisi dan biasanya menempati sekitar
75 % dari isi total beton, karena itu pengaruhnya besar terhadap sifat dan daya
tahan beton. Misalnya ketahanan beton terhadap pengaruh pembekuan-pencairan,
keadaan basah–kering, pemanasan–pendinginan dan abarasi–kerusakan akibat
reaksi kimia. Mengingat bahwa agregat menempati jumlah yang cukup besar dari
volume beton dan sangat mempengaruhi sifat beton, maka perlu kiranya material
ini diberi perhatian yang lebih detail. Disamping itu dapat mengurangi penyusutan
akibat pengerasan beton dan juga mempengaruhi koefisien pemuaian akibat
panas. Pemilihan jenis agregat yang akan digunakan tergantung pada mutu
agregat, ketersediannya di lokasi, harga serta jenis konstruksi yang akan
menggunakannya.

21
2.13 Klasifikasi Agregat
Berdasarkan asal pembentukannya agregat diklasisifikasikan kedalam batuan
beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Sedangkan berdasarkan proses
pengolahannya agregat digolongkan menjadi 2 (dua) macam, yaitu agregat alam
dan agregat buatan.
a. Agregat alam
Agregat alam merupakan agregat yang bentuknya alami, terbentuk berdasarkan
aliran air sungai dan degradasi.Agregat yang terbentuk dari aliran air sungai
berbentuk bulat dan licin, sedangkan agregat yang terbentuk dari proses degradasi
berbentuk kubus (bersudut) dan permukaannya kasar. Permintaan akan agregat
alam yang berbentu kubus atau bersudut, mempunyai permukaan kasar, dan
bergradasi baik yang semakin banya tidak mungkin seluruhnya dapat dipenuhi
oleh degradasi alami. Oleh karena itu, agregat alam juga dapat dibentuk dengan
cara pengolahan. Penggunaan alat pemecah batu (crusher) yang terkontrol dapat
membentuk agregat sesuai bentuk yang dibutuhkan. Terutama untuk
pembangunan jalan. Agregat alam yang berasal dari tempat terbuka disebut pitrun,
sedangkan yang berasal dari tempat tertutup disebut bankrun.
b. Agregat buatan
Agregat buatan merupakan agregat yang berasal dari hasil sambingan pabrik-
pabrik semen dan mesin pemecah batu.Agregat buatan sering disebut filler
(material yang berukuran lebih kecil dari 0,075 mm).
(https://id.wikipedia.org/wiki/Agregat_(komposit))

2.14 Agregat Halus


Agregat halus atau pasir alam sebagai hasil disintrasi alami batuan atau
berupapasir buatan yang dihasilkan oleh alat pemecah dan mempunyai ukuran
butiran 5 mm.
Berdasarkan SNI 03-6820-2002, agregat halus adalah agregat besar butir
maksimun 4,76 mm berasal dari alam atau hasil alam, sedangkan agregat halus
olahan adalah agregat halus yang dihasilkan dari pecahan dan pemisahan butiran
dengan cara penyaringan atau cara lainya.

22
Berdasarkan ASTM C33 agregat halus umumnya berupa pasir dengan partikel
butiran lebih dari 5 mm atau lolos saringan no 4 sampai lolos saringan no. 200.
2.15 Agregat Kasar
Agregat kasar adalah matrial granual, misalkan seperti kerikil, atau pun batu
pecah. Menurut SNI 1970-2008, agregat kasar adalah krikil adalah krikil sebagai
hasil disinteresi alami dari batuan atau berupa batuan pecah yang diperoleh dari
imdusteri pemecah batu dan mempunyai ukuran butiran 1,75 mm (no.4) sampai
40 mm ( no 1,5 inci). Berdasarkan ASTM C33 agregat kasar adalah krikil atau
batu pecah dengan pratikel butiran lebih besar 5 mm atau antara 9,5 mm dan 37,5
mm.

2.16 Resin Epoksi


Epoksi adalah suatu kopolimer yang terbentuk dari dua bahan kimia yang
berbeda, yang disebut sebagai "resin" dan "pengeras". Resin ini terdiri dari
monomer atau polimer rantai pendek dengan kelompok epoksida di kedua ujung.
Resin epoksi paling umum dihasilkan dari reaksi antara epiklorohidrin dan
bisphenol-A, tetapi tidak jarang yang terakhir akan digantikan dengan bahan
kimia yang serupa. Sedangkan pengeras terdiri dari monomer polyamine,
misalnya Triethylenetetramine (Teta).
Ketika senyawa ini dicampur, kelompok amina bereaksi dengan kelompok
epoksida untuk membentuk ikatan kovalen. Setiap kelompok NH dapat bereaksi
dengan kelompok epoksida, sehingga polimer yang dihasilkan demikian kaku dan
kuat. Proses polimerisasi disebut "curing" dan dapat dikontrol melalui suhu. Atau
bahasa sederhananya epoksi adalah cat dua komponen yang terdiri dari resin
sebagai basenya dan polymed sebagai hardenernya. (Finishing Floor Harderner.
2012).
Resin epoksi atau secara umum dipasaran dikenal dengan bahan epoksi adalah
salah satu dari jenis polimer yang berasal dari kelompok termoset. Resin termoset
adalah polimer cair yang diubah menjadi bahan padat secara polimerisasi jaringan
silang dan juga secara kimia, membentuk formasi rantai polimer tiga dimensi.
Sifat mekanisnya tergantung pada unit molekuler yang membentuk jaringan rapat
dan panjang jaringan silang.

23
Proses pembuatannya dapat dilakukan pada suhu kamar dengan memperhatikan
zatzat kimia yang digunakan sebagai pengontrol polimerisasi jaringan silang agar
didapatkan sifat optimum bahan. Thermoset memiliki sifat isotropis dan peka
terhadap suhu, mempunyai sifat tidak bisa meleleh, tidak bisa diolah kembali,
atomnya berikatan dengan kuat sekali, tidak bisa mengalami pergeseran rantai.
Bentuk resin epoksi sebelum pengerasan berupa cairan seperti madu dan setelah
pengerasan akan berbentuk padatan yang sangat getas.

2.16.1. Karakteristik Resin Epoksi


Epoksi secara umum mempunyai karakteristik yang baik, yaitu:
1. Kemampuan mengikat paduan metalik yang baik
Kemampuan ini disebabkan oleh adanya gugus hidrolik yang memiliki
kemampuan membentuk ikatan via ikatan hidrogen. Gugus hidrosil ini juga
dimiliki oleh oksida metal, dimana pada kondisi normal menyebar pada
permukaan metal. Keadaan ini menunjang terjadinya ikatan antara atom pada
epoksi dengan atom yang berada pada material metal.
2.Ketangguhan
Keguanaan epoksi sebagai bahan matrik dibatasi oleh ketangguhan yang rendah
dan cenderung rapuh. Oleh sebab itu saat ini terus dilakukan penelitian untuk
meningkatkan ketangguhan bahan matrik atau epoksi.
Resin epoksi banyak digunakan untuk bahan komposit di beberapa bagian
struktural, resin ini juga dipakai sebagai bahan campuran pembuatan kemasan,
bahan cetakan (moulding compound) dan perekat. Resin epoksi sangat baik
digunakan sebagai matriks pada komposit dengan penguat serat gelas. Pada beton
penggunaan resin epoksi dapat mempercepat proses pengerasan, karena resin
epoksi menimbulkan panas sehingga membantu percepatan pengerasan.

2.17 Bahan Penyusun Kerang


Kerang merupakan nama sekumpulan moluska dwicangkerang daripada
famili cardiidae yang merupakan salah satu komoditi perikanan yang telah
lama dibudidayakan sebagai salah satu usaha sampingan masyarakat pesisir.
Teknik budidayanya mudah dikerjakan, tidak memerlukan modal yang besar

24
dan dapat dipanen setelah berumur 6 – 7 bulan. Hasil panen kerang per hektar
per tahun dapat mencapai 200 – 300 ton kerang utuh atau sekitar 60 – 100 ton
daging kerang (Porsepwandi, 1998). Berikut adalah alat yang digunakan untuk
menghancurkan cangkang kerang menjadi serbuk cangkang kerang yang alatnya
disebut Ballmil, tercantum pada Gambar 2.2 Alat Ballmil dibawah ini :

Gambar 2. 2 Alat Ballmil


Kulit kerang berbentuk seperti hati, bersimetri dan mempunyai
tetulang di luar. Kulit kerang mempunyai tiga bukaan inhalen, ekshalen dan
pedal untuk mengalirkan air serta untuk mengeluarkan kakinya. Kerang
biasanya mengorek lubang dengan menggunakan kakinya dan makan
plankton yang didapat dari aliran air yang masuk dan keluar. Kerang-kerang
juga berupaya untuk melompat dengan membengkokkan lalu meluruskan
kakinya. Berbeda dengan kebanyakan dwicangkerang, kerang ialah
hermafrodit.Serbuk kulit kerang merupakan serbuk yang dihasilkan dari
pembakaran kulit kerang yang dihaluskan, serbuk ini dapat digunakan
sebagai bahan campuran atau tambahan pada pembuatan beton. Penambahan
serbuk kulit kerang yang homogen akan menjadikan campuran beton yang
lebih reaktif. Gambar kulit kerang dan komposisi kimia serbuk kulit kerang
(Siti Maryam, 2006)
Hasil pengujian komposisi kimia serbuk cangkang kerang tercantum pada Tabel
2.1 dibawah :

25
Kode Sampel : Serbuk Kerang
Omnian ED. XRF PANalytical Epsilon 3 XLE
Element Oxides
Compoun Conc Unit Compound Conc Unit
Al d 0,147 % Al2 O3 0,237 %
Si 0,923 % SiO2 1,674 %
Ca 96,059 % CaO 95,433 %
Ti 0,638 % TiO2 0,692 %
V 75,3 Ppm V2 O3 90,6 ppm
Cr 829,9 Ppm Cr2 O3 787,6 ppm
Mn 375,5 Ppm MnO 314,5 ppm
Fe 1,395 % Fe 2 O3 1,297 %
Sr 0,620 % SrO 0,474 %
Zr 57,2 Ppm ZrO2 50 ppm
Sn 470,1 Ppm SnO2 389,7 ppm
Sb 80,2 Ppm Sb2 O3 62,8 ppm
Te 213,2 Ppm TeO2 174,7 ppm
Lu 57,1 Ppm Lu2 O2 40,8 ppm
Hg 13,3 Ppm HgO 9,3 ppm
Tabel 2. 1 Komposisi Kimia Serbuk Cangkang Kerang
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),Balai Penelitian Teknologi
Mineral, Tanjung Bintang – Lampung Selatan, 2020
Lokasi Pengambilan Cangkang Kerang : pulau tangkil

2.18 Pasir Besi


Pasir besi adalah endapan pasir yang mengandung partikel besi yang
terdapat di sepanjang pantai, seperti yang terlihat pada Gambar 2.2 dibawah.
Terbentuk karena proses penghancuran oleh cuaca, air permukaan dan gelombang

26
terhadap batuan asal yang mengandung mineral besi seperti magnetit, ilmenit,
oksida besi, kemudian terakumulasi serta tercuci oleh gelombang air laut.

Gambar 2. 3 Pasir Besi


Pasir besi juga merupakan sejenis pasir dengan konsentrasi besi yang signifikan.
Hal ini biasanya berwarna abu-abu gelap atau berwarna kehitaman. Pasir ini
terdiri dari magnetit, Fe3O4, dan juga mengandung sejumlah kecil titanium,
silika, mangan, kalsium dan vanadium.
Selain sebagai bahan baku industri baja, pasir besi juga dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku industri semen dalam pembuatan beton. Pasir besi yang
mempunyai kandungan Fe2O3, SiO2, MgO dan ukuran beton 80-100 mesh
berpotensi untuk digunakan sebagai pengganti semen dalam produksi beton
berkinerja tinggi.
Pada pasir yang berwarna hitam, mineral yang mendominasi adalah magnetit
(Fe3O4), hematit (Fe2O3), Limonit (Fe2O3.nH2O), Siderit (FeCO3). Semakin
gelap warna dari pasir, menunjukkan konsentrasi unsur Fe yang makin tinggi
(ilustrasi pasir besi yang tertarik magnet).
Fungsi pasir besi adalah suatu bahan material yang digunakan sebagai bangunan
untuk merekatkan semen. Penggunaan pasir besi dalam campuran beton
diharapkan dapat membuat beton lebih padat karena ukuran butirnya yang lebih
kecil dari pasir biasa sehingga dapat mengisi rongga-rongga di dalam beton

 Potensi pasir besi di indonesia


Berdasarkan data neraca sumberdaya dan cadangan mineral logam Indonesia
Tahun

27
2013, total sumber daya konsentrat pasir besi sebesar 2.121.476.550 ton dan
total logam besi sebesar 443.732.972 ton. Sedangkan total cadangan konsentrat
pasir besi di Indonesia adalah sebesar 173.810.612 ton, dengan total cadangan
logam besi sebesar 25.412.653 ton.
Produksi pasir besi di Indonesia tidak begitu besar bila di bandingkan dengan
sumber daya yang dimiliki. Hingga tahun 2013 Indonesia telah memproduksi
pasir besi sekitar 19.000.000 ton yang dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Pasir Besi Pasir Besi


No Tahun No Tahun
(ton) (ton)
1 1996 425.101 10 2005 87.940
2 1997 516.403 11 2006 84.954
3 1998 509.978 12 2007 84.371
4 1999 502.198 13 2008 4.455.259
5 2000 420.418 14 2009 4.561.059
6 2001 440.648 15 2010 8.975.507
7 2002 190.946 16 2011 r) 11.814.544
8 2003 245.911 17 2012*) 11.545.752
9 2004 79.635 18 2013**) 19.000.000

Tabel 2. 2 Produksi Pasir Besi di Indonesia


Keterangan:Sumber: Publikasi Statistik Pertambangan Non Minyak dan Gas
Bumi
Sumber: Direktur Jenderal Mineral dan Batubara – KESDM

 Potensi pasir besi di lampung


Di Pulau Sumatera, lokasi sumber daya dan cadangan pasir besi dijumpai
di beberapa provinsi, yaitu Provinsi Aceh, Bengkulu dan Lampung. Di
Provinsi Lampung, potensi pasir besi dapat dijumpai di Kabupaten Lampung
Barat, Lampung Selatan dan Kota Bandar Lampung dengan perincian lokasi,
kecamatan, kabupaten, tingkat penyelidikan, sumber daya, cadangan dan
keterangan kandungan besi tercantum dalam Tabel 2.3 berikut.

28
Sumber
No Lokasi Kecamata Kabupaten Tingkat Daya Keterangan
n Penyelidikan Tertunjuk
1 1 Blok Pesisir Utara Lampung Prospeksi 50.525
Malaya- Barat
Cahaya
Negeri-
Lemong Kadar Fe
total
2 Kota karang Pesisir Utara Lampung Prospeksi 40.884 37,24%
Barat
3 Baturaja- Pesisir Utara Lampung Prospeksi 26.082
Way Guday Barat

4 Tanjung jati Pesisir Lampung Prospeksi 53.267


Selatan Barat
5 Kalianda Kalianda Lampung Eksplorasi 661.895 Kadar Fe
Selatan Umum total
46,05%

6 Teluk Tanjungkara Kota Eksplorasi 112.776 Kadar Fe


Betung ng Bandar Umum total 50%
Timur Lampung

Jumlah 945.429
Tabel 2. 3 Potensi Pasir Besi di Provinsi Lampung

2.18Penelitihan Dahulu Mengenai Serbuk Cangkang Kerang Dan Beton


Resin
Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang akan
dilakukan sebagai berikut : .
1. Maghfirah dkk., (2018) telah melakukan penelitian pembuatan dan
karakterisasi beton polimer dengan komposisi tertentu dari pasir, batu
apung, serat cangkang kulit kopi, dan resin epoksi untuk mendapatkan
komposisi pencampuran terbaik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
beton polimer dengan hasil karakterisasi yang optimum dihasilkan pada
komposisi pencampuran pasir, batu apung, serat cangkang kulit kopi, dan
resin epoksi sebesar 60:14:6:20 g. Pada keadaan ini diperoleh nilai

29
densitas sebesar 1,21 g/cm3, porositas sebesar 8,3%, penyerapan air
sebesar 6,81%, kekuatan lentur sebesar 28,68 MPa, kekuatan tekan
sebesar 7,67 MPa, dan kekuatan tarik sebesar 3,98 Mpa. Analisis
mikrostruktur menunjukkan bahwa penambahan resin epoksi mampu
meningkatkan kualitas beton polimer.
2. Lailan Ni’mah, dan dkk (2016) melakukan penelitian terhadap Daya
Serap Air pada Beton Ringan Berbahan Kulit Kerang dan Cangkang
Telur. Penelitian tersebut menghasilkan daya serap pada beton
ringan menunjukan variasi beton ringan memenuhi daya serap air
berdasarkan SNI No. 03-0349-1989, yaitu daya serap air sampel kurang
dari 25% yang merupakan batas maksimum mutu I. hal tersebut
disebabkan pori pada beton ringan berukuran kecil sehingga
penyerapan air beton ringan menjadi kecil. Dalam penelitian tersebut
diperoleh presentase daya serap air terkecil beton ringan pada variasi
BRG1 dengan penambahan gypsum berbahan cangkang kerang sebesar
2,18% dan lebih baik dari beton ringan gypsum konvesional yang
memiliki nilai daya serap sebesar 5,08%.
3. Joksan Arif, dan dkk (2015) melakukan penelitian menggunakan Resin
Epoksi Terhadap Mortar Polimer. Tujuan dari penelitian tersebut
memberikan alternative bahan pengikat mortar untuk mengurangi
penggunaan semen dan meningkatkan kuat tekan mortar. Dari penelitian
tersebut dapat diketahui nilai kuat tekan mortar polimer adalah 6,8 MPa,
termasuk dalam kategori digunakan sebagai dinding karena mortar
tersebut memenuhi persyaratan SNI 3-0349-1989. Analisa struktur mikro
dengan SEM menunjukan bahwa rongga-rongga di dalam mortar
terdistribusi secara merata apabila semakin banyak resin epoksi yang
digunakan. Dan yang terakhir pemilihan polimer sebagai bahan pengganti
semen mempunyai keuntungan dalam proses pengerjaannya dimana
waktu yang dibutuhkan sedikit dan mempunyai kekuatan yang besar.
4. Ridho Pratama, Helmy akbar bale. Pengaruh pasir besi sebagai pengganti
agregat halus terhadap kuat tekan dan kuat tarik beton. Tugas Akhir.
Universitas islam indonesia. Yogyakarta.

30
“Penelitian ini diperoleh hasil pengujian kuat tarik belah beton
menunjukkan bahwa pada penggunaan kadar pasir besi sebesar 60%
memiliki nilai paling tinggi yaitu sebesar 2,785 MPa, meningkat 17,91%
dari beton dengan kadar pasir besi 0%. Sebaliknya, nilai kuat tarik belah
beton paling rendah yaitu sebesar 2,173 MPa terjadi pada penggunaan
kadar pasir besi sebesar 70% menurun 8% dari beton dengan kadar pasir
besi 0%. Dari hasil penelitian diatas bisa disimpulkan bahwa penambahan
pasir besi sesuai dengan kontrol dapat mingkatkan kekuatan beton.”
5. Merzy Mooy, dkk. 2017. Pengaruh Suhu Curing Beton Terhadap Kuat
Tekan Beton. Jurnal Teknik Sipil, vol 6 No 1. Universitas Nusa Cendana.
Kupang.
“Beton banyak digunakan dalam dunia konstruksi karena harga yang murah
dan pelaksanaan yang mudah. Namun diperlukan pengetahuan yang cukup
luas mengenai sifat bahan dasar, cara pembuatan dan cara perawatan
(curing) agar meningkatkan fungsi beton secara maksimal. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui besar pengaruh suhu perawatan terhadap
kuat tekan beton dan dengan suhu perawatan manakah yang menghasilkan
kuat tekan beton yang lebih optimal, berapa nilai kuat tekan beton pada
perawatan suhu tinggi selama 28 hari hasil proyeksi menggunakan metode
long cycle steam curing dan metode maturity, serta bagaimana
perbandingan laju kuat tekan beton suhu perawatan normal, rendah dan
tinggi. Berdasarkan perhitungan dari hasil penelitian diperoleh besar
pengaruh suhu perawatan terhadap nilai kuat tekan beton rerata suhu
perawatan normal 29 °C adalah sebesar 23,85 MPa, suhu perawatan rendah
-10 °C adalah 26,29 MPa, dan suhu perawatan tinggi dalam oven 87,5 °C
adalah 31,80 Mpa sehingga kuat tekan beton yang lebih optimal adalah pada
perawatan suhu tinggi. Kuat tekan beton hasil proyeksi metode long cycle
steam curing dan metode maturity adalah sebesar 27,06 MPa. Kesimpulan
yang didapat dari penelitian diatas adalah beton dengan perawatan suhu
tinggi dapat meningkatkan kekuatan beton.”

31
6. Kasmirah. 2017. Pengaruh Penambahan Serbuk Kulit Kerang (Anadarah
Granosa) sebagi Agregat Halus Terhadap Kuat Tekan Beton Berbahan
dasar Pasir Besi. Skripsi. Universitas Islam Negri Alauddin. Makassar.
“Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
semakin banyak penambahan kulit kerang menyebabkan nilai kuat tekan
yang lebih besar dengan waktu perendaman selama 28 hari. Hal ini terjadi
karena sifat dari kulit kerang ini lebih kuat dari pada pasir besi. Kondisi
optimum dicapai pada komposisi VI pada saat umur 28 hari dengan nilai
kuat tekan sebesar 134,68 kg/cm2 sedangkan beton yang hanya terbuat dari
pasir besi dan kerang pada saat umur 28 hari masing-masing memiliki nilai
kuat sebesar 110,19 kg/cm2 dan 97,96 kg/cm2. Penambahan pasir besi dalam
penelitian diatas menghasilkan kuat tekan yang lebih rendah dibanding
dengan beton tanpa pasir besi.”
7. Muhammad (2019) meneliti pengaruh pasir besi terhadap kuat tekan beton K-
300. Pasir besi yang ditambahkan dengan komposisi variasi 2%, 3%, 4%.
Hasil penelitian menunjukkan kuat tekan karakteristik beton normal pada
umur 3 hari sebesar 238,76 Kg/cm2 , 7 hari sebesar 270,64 Kg/cm2 , dan
28 hari sebesar 370,16 Kg/cm2 , penambahan pasir besi 2% pada umur 3
hari sebesar 192,33Kg/cm2 dengan pengaruh sebesar -6,11%, 7 hari sebesar
262,14 Kg/cm2 dengan pengaruh sebesar -3,87%, 28 hari sebesar 314,77
Kg/cm2 dengan pengaruh sebesar -11,8 %, penambahan pasir besi 3% pada
umur 3 hari sebesar 207,88 Kg/cm2 dengan pengaruh sebesar -14,65%,
7 hari sebesar 262,28 Kg/cm2 dengan pengaruh sebesar -4,94%, 28 hari
sebesar 296,64 Kg/cm2 dengan pengaruh sebesar -16,8%, penambahan pasir
besi 4% pada umur 3 hari sebesar 178,06 Kg/cm2 dengan pengaruh sebesar
-14,97%, 7 hari sebesar 236,13 Kg/cm2 dengan pengaruh sebesar -10,3%,
28 hari sebesar 264,58 Kg/cm2 dengan pengaruh sebesar -26,2 %.
Berdasarkan hasil penelitian ia menyimpulkan bahwa semakin banyak pasir
besi yang digunakan, semakin terjadi penurunan terhadap kuat tekan beton.
8. Akbar Ramadhan dkk (2020), meneliti beton polimer resin dengan variasi
yang berbeda seperti pasir besi, serbuk kaca dan serbuk kerang dapat dilihat
pada Tabel 2.4

32
Perbandingan Kuat Tekan Beton Polimer
NO Kadar Resin Campuran Beton Kuat Tekan
Nama Peneliti
% Polimer % (kg/cm2)

1 Fitrotul 13 Normal 848,358

Normal + Pasir Besi +


2 Akbar 13 936,197
Curing Air Panas

3 Widyanti 13 Kaca + Pasir Besi 753,740

4 Randav 13 Normal + Kerang 860,430

5 Erfan 11 Normal + Kaca 871,767


Tabel 2. 4 Hasil Kuat Tekan Beton Polimer

2.19 Kebaruaan Penelitian


Inovasi beton perlu dilakukan guna menjawab tantangan dan kebutuhan
teknologi pada saat ini, sehingga kualitas beton yang dihasilkan memiliki kualitas
yang tinggi tanpa mengabaikan nilai ekonomisnya. Jika kualitas, biaya produksi,
ketersediaan bahan, dan ramah lingkungan bisa dirancang dengan sangat baik
maka produk yang dihasilkan dapat menguntungkan semua pihak dan lingkungan.
Dari beberapa penelitian belum pernah dilakukan penelitian tentang pengaruh
epoksi resin terhadap beton normal dengan bahan tambahan yaitu kulit
kerang, dan pasir besi dengan perawatan curing air panas. Penambahan kulit
kerang, dan pasir besi yang homogenya akan menghasilkan campuran beton yang
lebih reaktif dan memiliki nilai mekanik yang tinggi. Oleh karena itu, pemilihan
bahan yang murah, kuat dan ringan merupakan salah satu solusinya.
Selain itu, adanya penambahan epoksi resin yang secara umum memiliki
karakteristik yang baik, yaitu: (a) kemampuan mengikat paduan logam yang baik;

33
Kemampuan ini disebabkan oleh adanya gugus hidroksil yang memiliki
kemampuan membentuk ikatan via ikatan hidrogen. (b) Ketangguhan; Kegunaan
epoksi sebagai bahan matrik dibatasi oleh ketangguhan yang rendah dan
cenderung rapuh. Epoksi resin banyak digunakan untuk bahan komposit di
beberapa bagian struktural, resin ini juga dipakai sebagai bahan campuran
pembuatan kemasan, bahan cetakan dan perekat. Pada beton penggunaan epoksi
resin dapat mempercepat proses pengerasan, karena resin epoksi menimbulkan
panas sehingga membantu percepatan pengerasan (Nurmala, 2010).

34
BAB lll
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Diagram Alir Kegiatan Penelitian.
Ada langkah-langkah penelitian sebagaimana ditunjukkan pada diagram alir
Gambar 3.1 sebagai berikut :

35
Gambar 3. 1 Flowchart Metode Penelitian
3.2 Tempat dan Waktu Penelitihan
Peneilitihan ini akan dilakukan dilaboratium Teknik Sipil Universitas Bandar
Lampung, penelitihan akan dilakukan pada tanggal 1 juli 2020 sampai selesai.

36
3.3 Metode Penelitihan
Metode yang dipakai pada penelitihan ini yaitu metode dengan cara experiment
dan studi pustaka. Bahan uji yang digunakan pada penelitihan ini adalah beton
yang dikerjakan dengan mengunakan resin penganti semen dan air dengan
campuran serbuk kaca yang sudah dilakukaan pengalusan mengunakan alat los
angeles Abrassion test set. Awal pengujian ini akan dilakukan eksperimen dengan
memehami bahan pembentuk beton. Selain dengan cara ekperimen ada juga
dengan cara pustaka untuk mendapatkan hasil karakteristik bahan pembentuk
beton. Eksperimen ini merupakan pengujian di laboratorium.proses pada
pengujian ini meliputi persiapan peralatan pengujian, pengadaan atau persiapan
bahan-bahan pembentuk beton, pengujian kekuatan beton akan dilakukan dengan
uji kuat tekan beton dengan mengunakan alat CTM. Benda uji yang akan
dilakukan dalam penelitihan iniberupa benda uji berbentuk silinder 82,5mm x
169mm. pembuatan beton akan dilaukan dengan mix design. Umur beton mulai
dari beton berumur 1 hari, 3 hari.

3.4 Persiapan Alat dan Bahan


3.4.1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Timbanga digital
Timbangan digital digunakan sebagai menimbang bahan dan alat-alat yang akan
digunakan pada penelitian tingkat ketelitihan nya 0,1% dari berat benda uji.
Gambar 3.2. Timbangan digital

37
Gambar 3. 2 Timbangan
2. Gelas ukur
Gelas ukur yang untuk mengukur jumlah air yang akan digunakan pada
pembuatan beton. Gambar 3.3. Gelas ukur

Gambar 3. 3 Gelas Ukur

38
3. Cetakan beton bentuk silinder
Cetakan beton yang digunakan untuk menceteak beton dengan ukuran 82,5mm x
169mm Gambar 3.4. mol/ cetakan beton resin

Gambar 3. 4 Mol 82,5 mm x 169 mm


4. Ayakan no 1 ½, ¾ , 3/8, 4, dan 8
Digunakan untuk mengayak agregat kasar yaitu kerikil/split. Gambar 3.5. ayakan
kayu

Gambar 3. 5 Ayakan Kayu

39
5. Ayakan no 4, 8, 16, 30,50,100, 200
Digunakan untuk mengayak agregat halus (pasir). Gambar 3.6. ayakan kayu :

Gambar 3. 6 Ayakan Kayu

6. Alat penggetar / pemadat beton


Alat penggetar ini digunakan untuk membantu agar beton cepat padat. Gambar
3.7. alat pengetar

Gambar 3. 7 Alat Penggetar

40
7. Alat pengaduk beton (mix beton)
Alat ini untuk mencampur bahan-bahan yang akan bembentuk beton. Pada
Gambar 3.8 adalah gambar alat mix beton yang sudah di modifikasi

Gambar 3. 8 Alat Mix Beton

8. Perojok besi.
Alat ini untuk bembantu memadatkan beton agar beton dapat merata didalam mol
dan agar cepat padat. Gambar 3.9 adalah gambar besi untuk memadatkan beton.

Gambar 3. 9 Besi Rojok


9. Picnometer 100 cc

41
Digunakan sebagai tempat takaran agregat halus saat pengujian material.
Picnometer 100 cc digunakan pada saat pengujian berat jenis pasir. Gambar 3.10.
Picnometer 100 cc untuk pengujian matrial.

Gambar 3. 10 Picnometer 100 cc


10. Oven listerik
Digunakan untuk mengeringkan agregat halus dan agregat kasar yang digunakan
pada saat pengujian material, sehingga diperoleh agregat halus dan agregat kasar
yang sudah tidak mengandung air. Oven digunakan pengujian kelembaban, air
resapan, dan kebersihan agregat terhadap lumpur dengan cara kering. Gambar
3.11. oven

Gambar 3. 11 Oven Listrik

11. Mesin uji kuat tekan (CTM)

42
Alat ini untuk menguji kuat tekan beton. Gambar 3.12.alat penguji beton (CTM)

Gambar 3. 12 Alat Penguji Beton (CTM)


12. perendam beton
Alat ini digunakan untuk merendam beton yang sudah selesai dicetak lalu
direndam dengan air panas. Gambar 3.13.alat perendam beton

Gambar 3. 13 Alat Perendam Beton

13. Mold volume 5lt.

43
Digunakan sebagai takaran pengujian berat volume untuk agregat.

Gambar 3. 14 Mold Volume 5lt


14. Sekop
Alat ini digunakan untuk meratakan beton dan menuangkan beton ke dalam mol.
Gambar 3.14. cekop untuk memasukan material kedalam pencetak beton

Gambar 3. 15 Sekop

15. Teroli

44
Alat ini untuk membawa alat dan bahan ke temapat yang diinginkan agar lebih
mudah membawanya karena teroli mempunyai kapasitas yang lumayan besar.
Gambar 3.15. teroli.

Gambar 3. 16 Teroli
16. Karung
Alat ini digunakan untuk memasukan bahan-bahan yang akan digunakan dalam
penelitihan agar lebih mudah mebedakan bahan-bahanya. Gambar 3.17. adalah
karung yang dipakai.

Gambar 3. 17 Karung

17. Abrasi Los Angeles

45
alat ini digunakan untuk mengetahui seberapa keras agregat kasar. Gambar
3.18.alat abrasi Los Angeles

Gambar 3. 18 Alat Abrasi Los Angeles


3.4.2. bahan yang digunakan
Bahan-bahan yang digunakan campuran beton terdiri dari:
1. Agaregat kasar (kerikil)
Agaregat kasar sebelum digunakan akan dilakukan penyucian dan penyaringan
sesuai denga no saringan yang dipakai dan pengetesan abarasi. Gambar 3.19.
agregat kasar

Gambar 3. 19 Agregat Kasar

2. Agaregat halus (pasir)

46
Agaregat halus berupa pasir, pasir yang digunakan adalah pasir alami dari gunung
sugi sebelum digunakan pasir dilakauan penyarainga sesuai no saringan yang
dipakai dan dicuci. Gambar 3.20. agregat halus

Gambar 3. 20 Agregat Halus

3. Epoxy Resin
Resin yang digunakan adalah resin epoksi yang berupa cairan tidak berwarna.
Gambar 3.21. Epoxy Resin.

Gambar 3. 21 Epoxy Resin

4. Serbuk cangkang kerang

47
Seibuk cangkang kerang yang digunakan adalah kaca yang sudah dialuskan
mengunakan alat los angeles Abrassion test set dan tertahan saringan no 200 dan
tertahan oleh pan.

Gambar 3. 22 Serbuk Kerang

5. Pasir Besi
Pasir besi dipilih dengan menggunakan magnet, agar pasir besi yang digunakan
benar-benar murni kemudian dicuci dengan air agar alkali-alkali dan garam yang
melekat pada lapisan luar pasir bisa hilang dan bersih sehingga tidak mengganggu
rekasi semen. Pasir besi yang digunakan berasal dari pasir besi lokal yang berasal
dari wilayah Lampung Barat. Ilustrasi pasir besi yang digunakan terdapat pada
Gambar 3.8.

Gambar 3. 23 Pasir Besi

48
3.5 Pengujian Material Pembentuk Beton
Sebelum beton dibuat menjadi adonan beton material atau bahan pembentuk beton
harus dilakukan pengujian terlebih dahulu. Pengujian dilakukan dengan
mungunakan alat alat yang ada dilaboratorium Univesitas Bandar Lampung.
Pemeriksaan benda uji yaitu :

3.5.1. Pengujian Agregart Kasar dan Agregat Halus


Agregat kasat (kerikil) dan agaregat halus (pasir) yang akan digunakan sebagai
bahan campuran beton harus melewati beberapa pengujian. Pengujian agregat
yang dilaukan antara lain:
1. Analisa saringan agaregat kasar dan agaregat halus
Analisa saringa pada agregat bertujuan untuk menentukan gradasi agaregat
dan Analisa saringan ini juga bertujuan untuk mengahsilkan pembagian
besaran atau jumlah persentase butitan agregat. Pemeriksaan garadasi ini
dilakukan pada agregat halus dan kasar mengunakan ayakan.
2. Pengujian berat volume agaregat
Pengujian ini bertujuan untuk membentuk berat volume agaregat. Berat
volume diartikan sebagai pembanding berat material kering denga volume
materialnya. Menentukan berat volume agregat halus, agregat kasar atau
campuran. Bahan yang digunakan dalam pengujian berat volume agregat
ini yaitu agregat halus (pasir) dan agregat kasar (kerilil)
Perhitungan berat volume agregat didapatkan dengan mengunakan rumus
berikut:
3. Pengujian berat jenis agregat halus dan agregat kasar
Pengujian ini pertujuan untuk mengukur berat jenis agregat dalam kondisi
SSD( kering permukaan)
4. Pemeriksaan kadar lumpur agregat kasar dan halus
Pemeriksaan ini bertujuan menentukan kadar lumpur yang terkandung
dalam material agregat kasar dan agregat halus. Perhitungan kadar lumpur
ada 2 cara pengujian yaitu mengunakan cara kering dan basah.
5. Uij agregat dengan mengunakan mesin abrasi Los Angeles

49
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kekerasan, kehausan dan berat
bahan yang hilang dari agregat kasar.

3.5.2. Serbuk Cangkang Kerang


Serbuk cangkang kerang yang digunakan adalah kerang yang diambil dari Pulau
Tangkil lalu dihaluskan mengunakan alat los angeles Abrassion test set. lalu
dilaukan pengujian kimia, dialakuakan pengujian berat volume dan berat jenis.

3.5.3. Epoxy Resin


Pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat volume dan kadar resin yang
akan dipakai dalam satu adukan, berikut langkanya:
Alat dan bahan yang diperlukan:
1.Resin dan Hardener, Gelas Ukur, Timbangan,
pelaksanaan pengujian sebagai berikut :
1. Timbang gelas ukur.
2. Isi gelas ukur dengan air sampai 200 ml.
3. Timbang gelas ukur yang diisi 200 air 200 ml (Dilakukan 2x percobaan
penimbangan gelas ukur dan air 200ml)
4. Masukkan resin sebanyak 200 ml kedalam gelas ukur.
5. Kemudian timbang gelas ukur dan resin 200 ml tersebut.
6. Masukkan hardener sebanyak 200 ml kedalam gelas ukur.
7. Kemudian timbang gelas ukur dan hardener 200 ml tersebut.
8. Catat dan hitung berat masing-masing komposisi.

3.6 Penentuan Kadar Resin


Untuk penentuan kadar resin berapa yang akan digunakan dilakukan uji
coba,karena fungsi resin di sini adalah sebagai perekat agregat serta pengganti air
dan semen. Fungsi resin juga sebagai pengisi rongga yang tidak dapat diisi
sempurna oleh pasir alam dan pasir besi. Selain itu dilakukan perhitungan juga
dari volumeagregat kasar dan halus sebagai pengisinya.

50
3.7 Mix Design
Mix desain dilakukan untuk mengetahui proporsi kebutuhan agregat halus (pasir),
agregat kasar (kerikil), semen dan air dalam campuran beton. Metode yang
digunakan dalam merancang adukan beton adalah SNI 03-2834-2000.
Adapun langkah-langkah pembuatan Mix Desain SNI sebagai berikut :
1. Mengetahui kuat tekan karakteristik
2. Menetapkan nilai standart deviasi (Sd)
3. Menghitung nilai tambah margin
M = k x Sd
Dimana ;
M = Nilai tambah
Sd = standart deviasi
K = 1,64
4. Menetapkan kuat tekan rata-rata yang direncanakan.
f’cr = f’c + M
Dimana :
f’cr = kuat tekan rata-rata
f’c = kuat tekan yang disyaratkan
M = nilai tambah (margin)
5.Menentukan faktor air semen (fas) berdasarkan tabel
6.Mengetahui ukuran agregat maksimum

3.8 Pembuatan Benda Uji


Pemebuatan benda uji atau adukan beton dilakukan mengunakan mesin mix
beton. Pencampuran dilakukan dengan cara manual, pengujian ini dilakukan
dilaboratorium. Penelitihan ini dibuat 8 buah benda uji berbentuk silinder dengan
mengunakan silinder berukuran 82mm x 169mm. persentasi resin dan serbuk kaca
mengunakan hasil optimum, pencampuran bahan-bahan dilakukan bersaman
setelah resin sudah dicampur.
Ketentuan benda uji beton menurut SNI 03-2847 tahun 2002 :
1. Banayaknya benda uji minimum 3 buah untuk setiap jenis, umur, dan kondisi
pengujian.

51
2. Bila contoh benda uji mencakup variable yang ditentukan harus dibuat dari 3
kali adukan terpisa dari berbagai umur pengujian.
3. Umur pengujian kuat tekan beton yang dilakukan adalah 1,3,dan 7.
Adapun tahapan-tahahapan pembuatan benda uji yaitu:
1. Periapan bahan dan alat
2. Sebelum adukan beton dibuat terlebih dahulu kita menyiapkan bahan dan alat-
alat yang akan digunakan. Persiapan dilakuakan dengan menimbang material
sesuai dengan mix desain. lalu persiapkan alat dialukan pembersihan alat dan
mampersiapkan cetakan beton.
3. Membuat adukan
4. Cara membuat adukan beton resin ini berbeda dengan pembuatan beton biasa.
Langka awal kita membuat adukan ini yitu campur resin A dan resin B dengan
mencampur perbandinganya 1:2, setelah sudah tercampur rata barulah kita
tuangkan kedalam wadah yang sudah ada kerikil dan pasir untuk serbuk kaca
akan dilakukan setelah adukan sudah tercampur rata, selanjutnya diaduk hingga
tercampur rata.
5. Percetaka benda uji
6. Adukan beton segar yang sudah dibuat lalu dimasukan kedalam cetakan
silinder, cetekan disi sedikit demi sedikit sambil digetarkan dan ditusuk-tusuk
higa padat dan rata, dilaukan secara menerus samapi cetakan silinder terisi
penuh.
7. Berendaman benda uji
8. Setelah selesai dicetak benda uji direndam ditong air yang sudah diatur tinggi
air dan suhu airnya direndam sesuai waktu yang sudah ditentukan.

3.8.1. Pembuatan Beton Polimer


Pembuatan beton polimer menggunakan campuran yang t erdiri dari batupecah,
pasir, serta pasir besi sebagai substitusi, komposisi bahan-bahan
tersebut dibuat bervariasi dan ditambahkan resin epoksi kedalamnya sebagai
bahan perekat dan untuk mengurangi resapan air kedalam beton.Kemudian bahan
yang sudah dicampurkan tadi, diaduk menggunakan mixer agar semua bahandapat
tercampur secara homogen. Disiapkan cetakan berbentuk silinder diameter 8,25

52
cm tinggi 16,9 cm. Hasil dari campuran akhir dituangkan di atas diolesi dengan
menggunakan wax. Kemudian sampel dikeluarkan dari cetakan setelah melewati
tahap curing. Prosedur pembuatan mix desain beton polimer resin epoksi,
pemilihan gradasi agregat, persentase agregat, jenis agregat yang digunakan dan
kuat tekan rencana ini mengacu pada SNI 03-2834-2003 Mix-Desain.

3.8.2. persiapan campuran Adukan beton


Setelah diperoleh jumlah kebutuhan material untuk tiap campuran beton, maka
pelaksanan campuran beton sudah dapat dilaksanakan. Karena saya mengunakan
resin epoksy untuk penganti semen dan air, pasir besi sebagai subsitusi dan serbuk
kerang sebagai filer. Sedangkan cetakan beton silinder yang ada di Laboratorium
Teknik Sipil Universitas Bandar lampung tidak ada yang berukuran 8,2cm x
16,9cm maka saya dan rekan-rekan saya mebuat dari paralon besi yang
berdimensi 8,2cm dengan tinggi 16,9cm. Tabel 4.8 dibawah ini adalah jumlah
sempel dan kebutuhan material.

persentase jumlah beda material (gr)


serbuk uji
kerang perpesentase
resin pasir kerikil serbuk kerang pasir besi
2% 2 238 570 1077 37 105
4% 2 238 559 1055 76 101
6% 2 238 547 1033 116 95
8% 2 238 535 1011 154 93
10% 2 238 524 989 187 97
jumlah 10 1190 2735 5166 571 490
Tabel 3. 1 Jumlah Sampel dan Kebutuhan Material
Setelah dilakukan mix design dan didapatkan dari hasil mix design. Maka langkah
selanjutnya adalah menyiapkan bahan-bahan yang akan digunakan.
Urutan persiapan bahan yang harus diakukan antara sebagai berikut :
Langkah-langkah penyiapan material dalam pemuatan benda uji.
1. Mengayak pasir dengan saringan tertahan no 4, tertahan no 8, tertahan no 16,
tertahan no 30, tertahan no 50, tertahan no 100, dan tertahan no 200. dengan
lasung mencuci agar kadar lumpur dan kadar organik hilang dan dipisakan
sesuai no saringan seperti, Gambar berada pada lampiran.

53
2. Mengayak garegat kasar (kerikil) denga saringan yang digunakan tertahan no
3/4, tertahan no 3/8, tertahan no 4, dan tertahan no 8. Dengan lasung dicuci
sehingga kadar lumpur dan organik hilang dan dipisakan sesuai no saringan
seperti pada, Gambar berada pada lampiran.
3. Menggiling cangkang kerang dengan mengunakan alat aberasi hinga halus dan
lalu disaring mengunakan saringan no 8 sampai saringan PAN, dan yang akan
diambil saringan tertahan no 200 dan PAN saja. Gambar berada pada lampiran.
4. Menimbang pasir sesuai dengan kebutuan persentase lalu dibungkus dengan
mengunakan pelastik. Gambar berada pada lampiran.
5. Menimbang kerikil sesuai dengan kebutuan persentase lalu dibungkus dengan
mengunakan pelastik. Gambar berada pada lampiran.
6. Menimbang serbuk kaca sesuai dengan kebutuan persentase lalu dibungkus
dengan mengunakan pelastik. Gambar berada pada lampiran.
7. Mengambil pasir besi dengan menggunakan magnet kemudian dicuci dengan
air.

3.8.3. Proses Pembuatan Benda Uji


Sebelum melakukan pengecoran atau pembuatan sempel benda uji agar
memudahkan dalam perkerjan terlebih kita siapkan alat dan material yang akan
digunakan. Langkah-langkah menyiapkan alat dan bahan serta cara mengerjakan
adukan sebagai berikut :
1. Siapkan bahan-bahan pembuat beton seperti resin, kerikil, pasir, pasir besi dan
serbuk kerang yang akan digunakan.
2. Siapkan alat-alat yang akan digunakan untuk pembuatan beton polimer.
3. Siapkan moll, sebelum digunakan moll yang akan digunakan dilapisi terlebih
dahulu mengunakan silikon dan ditunggu berapa menit agar merata dan
meyerap dimoll.
4. peroses pertama dalam pengadukan beton polimer ini adalah mencampur resin
dengan epoxy pertama kita tuang resin lalu kedua tuang epoxy dengan
persentase 2:1. Maksud dari 2:1 yaitu apabila kebutuhan total itu 227 (gr) jadi
untuk resin sediri 151 (gr) sedangkan epoxy itu sendiri 76 (gr).

54
5. Aduk kedua bahan tersebut dengan mengunakan alat mix beton dengan waktu
± 10 menit atau sampai berwarna bening.
6. Campur kerikil dan pasir ditempat pengadukan berupa baskom alumium.
7. Campur resin, kerikil, pasir menjadi satu dan diaduk mengunakan alat mix
beton sampai merata.
8. Lalu campur serbuk cangkang kerang dan pasir besi dengan adukan resin,
kerikil dan pasir tadi, aduk sampai waktu ± 20 menit.
9. Setelah adukan beton sudah rata siapkan moll dan letakan dialat pengetar, lalu
hidupan alat pengetar.
10. Lalu tuang adukan beton sedikit demi sedikit sambil digetarkan oleh alat
pengetar sambil ditusuk-tusuk dengan besi perojok sampai penuh sambil
ditusuk gelembung yang keluar dipermukaan beton sampai waktu ± 30 menit.
11. Angkat beton yang sudah terisi penuh dan letakan ditempat penyimpanan beton
12. Bila beton yang untuk optimum setelah poin 10 sudah selesai beton lasung
direndam dalam bak perendam yang sudah diatur suhu airnya sampai 60°.
13. Tunggu sampai waktu 4 jm setelah itu angkat beton yang sudah direndam
letekan beton ditempat yang amad agar tidak tersengol oleh orang dan tunggu 1
hari.
14. Setelah sudah satu hari beton sudah bisa dilepas dari moll
15. Setelah dilepas dari moll biarkan beton sampai 2 hari dibiarkan di suhu
ruangan setelah sudah 2 hari beton sudah bisa dites kuat tekannya.

3.9 Pengujian kuat Tekan Beton


Pengujian kuat tekan beton bertujuan untuk mendapatkan dan mengetahui nilai
kekuatan beton, dan mengetahui campuran pasir besi dan serbuk kerang yang
cocok atau tidak di campur di beton resin dan untuk mengasilkan kuat tekan yang
tinggi, bentuk benda uji adalah silinder dengan diameter 82mm x 169mm.
Pengujian ini dilakukan dilaboratorium Univeristas Bandar Lampung dengan alat
(CTM). Langkah-langkah pengujian:
1. Menyiapkan benda uji dan peralatan.
2. Menimbang benda uji dan mengukur diameter benda uji menggunakan jangka
sorong.

55
3. Meratakan permukaan beton dengan capping.
4. Menyalakan mesin kuat tekan
5. Menempatkan benda uji ke dalam mesin CTM
6. Mencatat beban maximum yang dapat diterima benda uji.
7. Mengeluarkan benda uji.

3.10 Analisa Data


Analisa data adalah tahapan terakhir setelah dilakukan pengujian kuat tekan beton.
Semua hasil yang didapatkan dari hasil penelitihan akan ditampilkan dalam
bentuk table, grafik hubungan serta penjelasan-penjelasan yang didapatkan dari
hasil penelitihan. Setelah seluruh analisa data pada penelitihan ini selesai maka
akan didapatkan kesimpulan berdasarkan hasil yang didapat. Serta menghasilkan
perbandingan data yang didapat dengan ketentuan-ketentuan yang terkait dalam
penelitian.

56
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 . Umum
Penelitian dan pengujian beton polimer. Pengaruh (Filler) Serbuk Cangkang
Kerang dan Pasir Besi Terhadap Sifat Mekanik Beton Polimer dengan Curing Air
Panas. Penelitian ini adalah salah satu cara untuk mengetahui kuat tekan beton
polimer dengan dicampur serbuk Cangkang Kerang dengan curing air panas.
Penggunaan kadar serbuk kerang yaitu dengan variasi 2%, 4%, 6%, 8% dan 10%
dari total kebutuhan agregat, sedangkan kadar resin optimum data terdahulu
(sekunder) dan data optimum suhu dari data terdahulu (sekunder).

4.2. Hasil Pengujian Agregat


Setelah dilakukan pengujian material, maka akan diperoleh hasil pengujian yang
kemudian akan digunakan sebagai acuan dalam merancang campuran beton.
Data- data yang diperoleh dari penelitian tersebut sebagai berikut :

4.2.1. Pengujian Agregat Halus


Setelah dilakukan pengujian terhadap agregat halus (pasir), maka didapatkan hasil
pengujian sebagai berikut :

1. Pengujian analisa saringan


Dalam penelitian ini, digunakan proporsi agregat yang ideal. Tujuan pemisah
agregrat adalah agar didapatkan besar proporsi agregrat yang seragam, sehingga
pada setiap beton memiliki kadar yang sama seperti yang ditunjukkan pada Tabel
4.1 untuk proporsi agregat halus (pasir).

57
Lubang Berat % Komulatif Komulatif
No.
Ayakan Tertahan Tertah % % Min Maks
Ayakan
(mm) (gr) an Tertahan Lolos
3/4" 19 0 0 0 100 100 100
3/8" 9.6 0 0 0 100 100 100
4 4.8 100 5 5 95 90 100
8 2.4 150 7.5 12.5 87.5 75 100
16 1.2 300 15 27.5 72.5 55 90
30 0.6 510 25.5 53 47 35 59
50 0.3 560 28 81 19 8 30
100 0.15 280 14 95 5 0 10
200 0.075 100 5 100 0 0 0
Tabel 4. 1 Proposi Agregat Halus Ideal
Agregat halus yang digunakan berdasarkan presentase tertahan dari tabel diatas
untuk proporsi yang ideal digunakan nomor ayakan 4, 8, 16, 30, 50, 100 dan
nomor ayakan 200

120

100
Ma
ks
80
% Lolos Ayakan

60

40

20

0
9 8 7 6 5 4 3 2 1
Ukuran Lubang Ayakan (mm)

Gambar 4. 1 Grafik Distribusi Butiran Agregat Halus

Berdasarkan SNI 03-2834-2000 dari grafik diatas, gradasi agregat halus yang
digunakan yaitu distribusi butiran agregat halus zona 2 (sedang).
Dari pengujian analisa saringan berdasarkan ketentuan dari peraturan SNI 03-
2834-2000 yaitu sebesar 1,5 mm hingga 3,8 mm. Sedangkan yang didapat ketika
pengujian analisa saringan didapat dari menjumlahkan komulatif tertahan dibagi
100 didapat hasil 3,7 mm. Maka dari pengujian tersebut didapat bahwa agregat

58
halus dapat dipakai dikarenakan telah memenuhi syarat yang telah ditentukan.
(Tabel hasil perhitungan pengujian terdapat pada lampiran).

2. Pengujian kadar lumpur


Dari pengujian kadar lumpur ketentuan dari SK SNI T-15-1990-03 sebesar ≤3%,
sedangkan yang didapat ketika pengujian kadar lumpur sebesar 0,44%. Maka
agregat halus dapat dipakai karena telah memenuhi syarat yang telah ditentukan
(Tabel hasil perhitungan pengujian terdapat pada lampiran).

3. Pengujian berat jenis


Dari pengujian berat jenis, ketentuan dari SNI 03-1969-1990 sebesar 2,5- 2,7 (gr)
sedangkan yang didapat ketika pengujian berat jenis sebesar 2,6 (gr). Maka
agregat halus dapat dipakai karena telah memenuhi syarat yang telah ditentukan.
(Tabel hasil perhitungan pengujian terdapat pada lampiran).

4. Pengujian kadar organik


Dari pengujian kadar organik ketentuan dari SNI 03-2834-2000 sebesar ≤ 5%
sedangkan yang didapat ketika pengujian kadar organik 0,7%. Maka agregat halus
dapat dipakai karena telah memenuhi syarat yang telah ditentukan. (Tabel hasil
perhitungan pengujian terdapat pada lampiran).

5. Pengujian berat volume


Dari pengujian kadar organik ketentuan dari SNI 03-2834-2000 sebesar 1,5-1,8
gram/cm³ sedangkan yang didapat ketika pengujian kadar organik 1,5. Maka
agregat halus dapat dipakai karena telah memenuhi syarat yang telah ditentukan.
(Tabel hasil perhitungan pengujian terdapat pada lampiran).

59
Tabel 4. 2. Hasil pengujian Agregat Halus

Agregat Halus (Pasir)


Hasil yang di dapat
Jenis Uji Syarat Kesimpulan
Setelah diuji
Analisa Saringan 1,5-3,8 mm 3,7 mm dapat dipakai
Kadar Lumpur ≤ 5% 0,44% dapat dipakai
Berat Jenis 2,5-2,7 (ρ) 2,6 (ρ) dapat dipakai
Berat Volume 1,5-1,8 gr/cm³ 1,5 gr/cm³ dapat dipakai
Kadar Oreganik ≤5 0,7 dapat dipakai

4.2.2. Pengujian Agregat Kasar


Setelah dilakukan pengujian terhadap agregat kasar (krikil) maka didapat hasil
pengujian sebagai berikut :

1. Pengujian analisa saringan


Dalam penelitian ini, digunakan proporsi agregat yang ideal. Tujuan pemisah
agregrat adalah agar didapatkan besar proporsi agregrat yang seragam, sehingga
pada setiap beton memiliki kadar yang sama seperti yang ditunjukkan pada Tabel
4.3 untuk proporsi agregat kasar.
Tabel 4. 3. Proporsi Agregat Kasar

Lubang Berat Komulatif Komulatif


No. %
Ayakan Tertaha % % Min Maks
Ayakan Tertahan
(mm) n (gr) Tertahan Lolos
3" 76 0 0 0 100 100 100
1,5" 38 0 0 0 100 100 100
3/4" 19 50 2.5 2.5 97.5 95 100
3/8" 9.6 1050 52.5 55 45 30 60
4 4.8 800 40 95 5 0 10
8 24 100 5 100 0 0 0

Untuk batasan-batasan agregat kasar yang digunakan berdasarkan presentase yang


tertahan yaitu nomor ayakan 3/4 dengan lubang ayakan 19 mm, nomor ayakan 3/8
dengan lubang ayakan 9.6 mm, nomor ayakan 4 dengan lubang ayakan 4.8 mm
dan nomor ayakan 8 dengan lubang ayakan 24 mm.

60
Grafik kurva gradasi agregrat kasar dapat dilihat pada Gambar 4.2

120

Ma
100
ks

80
% Lolos Ayakan

60

40

20

0
6 5 4 3 2 1
Ukuran Lubang Ayakan (mm)

Gambar 4. 2 Grafik Distribusi Butiran Agregat Kasar


Berdasarkan SNI 03-2834-2000 pada grafik kurva gradasi agregat kasar diatas
yaitu distibusi butiran agregat kasar yang digunakan maksimum 20 mm.

2. Pengujian kadar lumpur


Dari pengujian kadar lumpur ketentuan dari SNI 03-2834-2000 sebesar ≤ 1%,
sedangkan yang didapat ketika pengujian kadar lumpur 0,5%, maka agregat halus
dapat dipakai karena sudah memenuhi sarat. (Tabel hasil perhitungan pengujian
terdapat pada lampiran).

3. Pengujian berat jenis


Dari pengujian berat jenis ketentuan dari SNI 03-1969-1990 sebesar, 2,5- 2,7
sedangkan yang didapat ketika pengujian berat jenis 2,6. maka agregat halus dapat
dipakai karena sudah memenuhi sarat. (Tabel hasil perhitungan pengujian terdapat
pada lampiran).

61
4. Pengujian berat volume
Dari pengujian kadar organik ketentuan dari SNI 03-2834-2000 sebesar 1,5-1,8
gram/cm³ sedangkan yang didapat ketika pengujian kadar organik 1,31 gram/cm³ .
maka agregat halus dapat dipakai karena sudah memenuhi sarat. (Tabel hasil
perhitungan pengujian terdapat pada lampiran).

5. Pengujian Abrasi
Dari pengujian kadar organik ketentuan dari SNI 03-2834-2000 sebesar ≤ 20%
sedangkan yang didapat ketika pengujian kadar organik 15,7% . maka agregat
halus dapat dipakai karena sudah memenuhi sarat. (Tabel hasil perhitungan
pengujian terdapat pada lampiran). Tabel 4.4 adalah hasil pengujian kelayakan
(krikil) yang akan digunakan dalam penelitihan
Tabel 4. 4. Hasil Pengujian Agregat Kasar

Agregat Kasar
Hasil Yang Didapat Setelah
Jenis Uji Sarat Kesimpulan
Diuji
kadar lumpur ≤ 1% 0,5% dapat dipakai
berat jenis 2,5-2,7 2,6 dapat dipakai
berat volume 1,5-1,8 gr/cm³ 1,307 dapat dipakai
Abrasi ≤ 20% 15,7% dapat dipakai

4.3. Perancangan Campuran Beton Polimer dengan penambahan serbuk


Cangkang Kerang dan Pasir Besi
Pada sub bab ini akan membahas mengenai beton resin yang akan dicampur
serbuk cangkang kerang dan pasir besi. Setelah dilakukan trial mix mengunakan 1
metode akhirnya didapatkan hasil dan diambil kesimpulan bawah perancangan
beton pada penelitihan ini mengunakan metode SNI 03-2834-2000. Kuat tekan
yang direncanakan yaitu fc’ 30 Mpa.
Kuat tekan beton yang direncanakan fc’ 30 Mpa. Job mix beton yang digunakan
pada saat pengecoran sedikit ada perbedaaan dengan job mix yang didapat kan
pada saat melakukan trial mix. Pada saat pengecoran beton yang akan digunakan
terbuat dari resin epoxy, pasir besi dan campuran serbuk kerang sebagia (filer)
pada beton resin epoxy. Pengujian flow test yang dilakukan bukan berdasrakan

62
penurunan adukan akan tetapi flow test didapatkan dengan menentukan kadar
epoksi resin ideal dilakukan didapatkan dari data terdaulu (sekunder).
Dalam penelitian ini beton direncanakan mengunakan resin epoxy dengan
campuran serbuk kerang sebagai filler. Penggunaan resin sudah ditentukan pada
kadar optimum yang sudah dicari oleh sodara fiterotul sedangan untuk
penambahan serbuk kerang yaitu mengunakan variasi 2%, 4%, 6%, 8% dan 10%
dari berat agregat. Benda uji yang direncanakan sebanyak 15 benda uji dengan
umur 1 hari.
Volume 1 silinder ukuran 8,2cm x 16,9cm = 903,41 cm³
Volume 15 silinder = 903,41 x 15 = 13.551,15 cm³
Faktor terbuang (safety factor) per 1 silinder 5%, jadi (0,5 x 903,41)+ 903,41 =
1.355,115 cm³, jadi kebutuhan 1 adukan benda uji silinder adalah :
1) Resin : 238 gr
2) Agregat halus (pasir) : 694 gr
3) Agregat kasar (krikil) : 1180 gr
Sedangkan untuk variasi serbuk kerang untuk persatu sempel dengan kadar serbuk
kerang 2% dibutuhkan serbuk kerang sebanyak 39 gram dari berat total agregat.
Kadar serbuk kerang 4% dibutuhkan serbuk kerang sebanyak 80 gram dari berat
total agregat. Kadar serbuk kerang 6% dibutuhkan serbuk kerang sebanyak 122
gram dari berat total agregat. Kadar serbuk kerang 8% dibutuhkan serbuk kerang
sebanyak 162 gram dari berat total agregat. Kadar serbuk kerang 10% dibutuhkan
serbuk kerang sebanyak 197 gram dari berat total agregat.

4.4. Pengujian Kuat Tekan Beton


Setelah pembuatan beton, kemudian akan dilakukan pengujian kuat tekan
terhadap beton yang sudah siap. Pengujian kuat tekan beton dilakukan di
Laboraterium Teknik Sipil Universitas Bandar Lampung. Pengujian kuat tekan
beton terhadap beda uji berumur 3 hari. Sebelum dilakukan pengujian kuat tekan
terhadap benda uji, terlebih dahulul benda uji di timbang, diukur diameternya lalu
dikeping agar permukaan beton rata, Setelah beton selesai dikeping kemudia
siapkan mesin uji beton (CTM). Lalu benda uji dimasukan kedalam mesin uji kuat
tekan, letakan benda uji secara simeteris didalam mesin uji kuat tekan. Kemudian

63
nyalakan mesin uji kuat tekan dan tunggu peroses mesin melakukan pembebeanan
terhadap beton. Setelah benda uji menerim pembebanan maka angak beraran
beban tersebut akan muncul pada layar mesin uji kuat tekan digital ini. Angka
akan terus bertambah sampai beton tidak bisa menerima beban lgi ditandai
dengan angaka yang berheti dan beton mengalami kerusakan. Angka yang
berhenti adalah angka hasil akhir yang didapatkan benda uji dan kekuatan
maksimum beda uji. Kemudia cetek scruk hasil uji kuat tekan beton dan catat
hasil uji kuat tekan oada form pengujian sebagai bukti hasil pengujian kuat tekan.
Mesin uji kuat tekan digital akan menghasilkan hasil beban denfan satuan
KN/kg².setelah itu hitung hasil kuat tekan beton mengunakan rumus kuat rekan
beton.

4.5. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton


Berikut adalah hasil kuat tekan beton polimer variasi serbuk kerang dan pasir besi
dapat dilihat pada Tabel 4.5 .
Tabel 4. 5. Hasil kuat tekan beton polimer variasi serbuk kerang dan pasir besi
Kuat rata-
kode kadar tingg Luas
diamete berat beban Tekan rata
benda keran i (A)
r (cm) (kg) (kg) (kg/cm2 kuat
uji g (cm) cm2
) tekan
30886,8
M.2.1 2% 8,38 16,90 2,08 55,14 560,14
5
585,05
32823,6
M.2.2 2% 8,28 16,90 2,07 53,81 609,96
5
40366,9
M.4.1 4% 8,27 16,90 2,00 53,72 751,40
7
751,42
40774,7
M.4.2 4% 8,31 16,90 2,03 54,26 751,43
2
49541,2
M.6.1 6% 8,27 16,90 2,09 53,74 921,95
8
897,40
49745,1
M.6.2 6% 8,52 16,90 2,07 56,99 872,84
6
47196,7
M.8.1 8% 8,35 16,90 2,08 54,69 862,92
4
867,98
47094,8
M.8.2 8% 8,29 16,90 2,07 53,94 873,04
0
M.10. 27217,1
10% 8,25 16,90 2,07 53,49 508,84
1 3
505,30
M.10. 28134,5
10% 8,45 16,90 2,09 56,07 501,75
2 6
M.6.1 0pt 8,22 16,90 2,02 53,07 33027,5 622,36 618,67

64
2
32008,1
16,90 603,59
M.6.2 0pt 8,22 2,00 53,03 5
33435,2
16,90 630,04
M.6.3 0pt 8,22 2,26 53,07 7

Hasil pengujian kuat tekan beton polimer dengan kadar resin optimum 13% dari
data sekunder dengan variasi serbuk cangkang kerang dan pasir besi 2%, 4%, 6%,
8% dan 10% megalami segregasi dimana beton polimer dengan penambahan
serbuk cangkang kerang dan pasir besi ini lebih lengket dibandingan dengan beton
polimer tanpa tambahan serbuk cangkang kerang dan pasir besi, hasil kuat tekan
juga mengalami kenaikan yang sedikit lebih tinggi dimana beton polimer tanpa
tambahan serbuk cangkang kerang dan pasir besi memiliki kuat tekan 850,966
Kg/cm² sedangkan hasil yang didapatkan dengan resin 13% dengan variasi
serbuk cangkang kerang dan pasir besi kuat tekan beton tertinggi didapatkan hasil
897,397 Kg/cm² divariasi 6% sedangkan hasil kuat tekan terendah hanya 505,295
Kg/cm². pada variasi serbuk kerang 10%. Dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan
Gambar 4.2 hasil kuat tekan beton polimer variasi serbuk cangkang kerang dan
pasir besi 2%, 4%, 6%, 8% dan 10%

1000
900
Rata-rata Kuat Tekan (kg/cm²)

f(x) = − 220268.019732891 x² + 26217.4342611419 x + 117.56130458169


800 R² = 0.917495256410118

700
600
500
400
300
200
100
0
1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10% 11%
kadar resin
Series2 Polynomial (Series2)

Gambar 4. 3 Kuat Tekan Beton Polimer Variasi Serbuk Cangkang Kerang dan Pasir Besi

65
Dari hasil pengujian beton diatas dengan kadar resin 13% dengan variasi serbuk
cangkang kerang 2%, 4%, 6%, 8% dan 10%. Masih mengalami segregasi maka
kuat tekan beton masih rendah. Perhitungan nilai optimum secara teoritis
dilakukan dengan menurunkan persamaan garis yang terdapat pada Gambar 4.2.
Persamaan garis tersebut adalah :

y = -220268x2 + 26217x – 117,56


dy
=0
dx
440536x = 26217
x = 0,06 = 6%
Nilai optimum kuat tekan beton polimer dengan filler serbuk cangkang kerang
secara teoritis adalah 6% yaitu sebesar 897,67 kg/cm 2 dan hasil percobaan di
laboratorium kuat tekan beton dengan filler cangkang kerang 6% mencapai nilai
optimum yaitu sebesar 897,4 kg/cm2. Hasil yang dapat disimpulkan bahwa nilai
kuat tekan optimum pada beton polimer dengan filler serbuk kerang yaitu 6%

4.6. Hasil Uji Penyerapan Beton Polimer Serbuk Cangkang Kerang dan
Pasir Besi
Pada sub bab ini akan membahas mengenai penyerapan beton polimer serbuk
cangkang kerang dan pasir besi terhadap air. Hasil uji peyerapan beton polimer
serbuk kaca optimum. Tabel 4.6 adalah hasil uji peyerapan beton polimer serbuk
cangkang kerang optimum.
Tabel 4. 6. Uji Peyerapan Beton Polimer Serbuk Kerang Optimum dan Pasir Besi

Hasil
NO Berat benda uji Berat benda uji setelah penyerapan
sebelum direndam(gr) direndam(gr) %
1 2.011 2.011 0
2 2.022 2.022 0
3 2.001 2.001 0

66
Dari hasil tabel diatas hasil penyerapan beton polimer dengan kadar resin
optimum, serbuk cangkang kerang optimum dan pasir besi hasil peyerapan beton
0%.

4.7. Perbandingan Beton Polimer


Berikut adalah perbandingan kuat tekan beton polimer yang menggunakan
campuran atau variasi yang berbeda. Dapat dilihat pada Tabel 4.7 .

Tabel 4. 7. Hasil Kuat Tekan Beton Polimer

Perbandingan Kuat Tekan Beton Polimer


NO Kadar Kuat Tekan
Nama Peneliti Campuran Beton Polimer %
Resin % (kg/cm2)
Normal+psr besi + curing air
1 Akbar 13 936,197
panas
2 Made 13 Serbuk kerang + pasir besi 897,397
3 Erfan 11 Normal + kaca 871,767
4 Randav 13 Normal+ kerang 860,430
5 Fitrotul 13 normal 848,358
6 Widyanti 13 kaca + psr besi 753,740

Pada sub bab ini akan membahas mengenai perbandingan beton polimer. Hasil
optimum dari masing-masing penelitian beton polimer. Tabel 4.7 adalah hasil uji
beton polimer optimum.

67
1,000.000
936.197
897.397
900.000 871.767 860.430 848.358

800.000 753.740

700.000

600.000

500.000

400.000

300.000

200.000

100.000

0.000
1 2 3 4 5 6

Gambar 4. 4 Grafik Perbandingan Kuat Tekan Beton Polimer

Dari Gambar 4.4 diatas didapatkan hasil dimana kuat tekan beton polimer
tertinggi pada Beton Polimer Normal + Pasir besi + Curing Air Panas. Sedangkan
untuk kuat tekan beton polimer kedua pada Beton Polimer Kerang + Pasir Besi,
Sedangkan ke tiga pada Beton Polimer Normal + Kaca, kuat tekan beton ke empat
pada Beton Normal + Kerang, sedangkan yang kelima pada Beton Normal dan
terendah pada beton Kaca + Pasir Besi.

68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasrkan hasil pengujian beton polimer resin epoxy optimum dengan variasi
serbuk cangkang kerang sebagai filler dan pasir besi sebagai subsitusi sudah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Dengan kadar resin epoxy 13% dengan variasi serbuk kerang 2%, 4%, 6%, 8%
dan 10%. Beton mengalami segegrasi dan kuat tekan tertinggi didapat pada
variasi 6% dengan kuat tekan 897,397 Kg/cm². Maka didapat hasil optimum
6%.
2. Semakin tinggi kadar serbuk cangkang kerang dan pasir besi hasil kuat tekan
beton polimer semakin menurun karena serbuk cangkang kerang dan pasir besi
memiliki butiran yang sangat halus sehingga beton polimer tidak menyatu
dengan sempurna.
3. Beton polimer dengan variasi serbuk cangkang kerang dan pasir besi dengan
curing air panas hasil kuat tekan beton mengalami penurunan dimana hasil kuat
tekan beton dengan curing air panas hanya 618,666 Kg/cm² sedangkan yang
tidak direndam air panas memiliki kuat tekan 897,397 Kg/cm2. Maka dapat
disimpulkan bahwa beton polimer dengan penambahan serbuk cangkang
kerang dan pasir besi untuk dicuring air panas tidak dianjurkan karena beton
mengalami penurunan yang sangat jauh. Ada dua penyebab mengapa beton
polimer yang dicuring air panas kuat tekan nya menurun , yang pertama yaitu
disebabkan oleh curing itu sendiri, menyebabkan beton sedikit basah dan
berpengaruh pada kuat tekan beton tersebut. Yang kedua yaitu disebabkan oleh
bahan resin yang digunakan pada beton polimer yang dicuring tidak berbau
terlalu menyengat seperti resin yang digunakan pada beton polimer yang tanpa
dicuring air panas, hal ini sudah terbukti semakin resin tersebut berbau
menyengat semakin tinggi kuat tekan beton polimer tersebut. Sedangkan hasil
uji beton polimer penyerapan air yaitu 0 % atau tidak berpengaruh karena
beton polimer memiliki susunan yang sangat padat sehingga air susah
menembus beton polimer tersebut.

69
5.2 Saran
Adapun saran terkait dengan hasil penelitihan yang sudah dilaksanakan, antara
lain :
1. Diperlukan nya penelitian selanjutnya megenai kadar serbuk cangkang kerang
dan pasir besi dengan suhu yang lebih bervariasi.
2. Perlu adanya konsisten watu dalam pengadukan (setting time). Dan perlu
dilakukan penimbangan benda uji pada saat dipadatkan agar berat semua benda
uji sama.
3. Perlunya penelitihan selanjutnya dicoba untuk serbuk kerang yang diambil
lolos 200 saja.
4. Perlu dilakukan penelitian beton polimer dengan serbuk kerang dengan curing
air panas tetapi tidak direndam hanya memakai uapnya saja.
5. Dalam pembuatan beton dengan mutu baik diperlukan material campuran
dengan kualitas yang baik pula. Bahan yang digunakan harus teruji dengan
hasil yang baik. Disamping itu ketelitian dalam perencanaan campuran mix
design.

70
DAFTAR PUSTAKA

ASTM C881/C881M-10, MOD. 2015. “Spesifikasi Sistem Pelekat Berbahan


Dasar Epoxy Resin Untuk Beton”. Standar Nasional Indonesia (SNI).

Furqon, Muhammad Alif Danya. 2019. “Pengaruh Penambahan Pasir Besi


terhadap Kuat Tekan Beton K-300”. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Muhammadiyah Palembang.

Gunawan, P. dkk., 2014. "Pengaruh Penambahan Serat Nilon Pada Beton Ringan
Dengan Teknologi Foam Terhadap Kuat Tekan, Kuat Tarik Belah dan Modulus
Elastisitas". e-Jurnal Matriks Teknik Sipil, (September), hlm. 289–296.

Gurning,N., 2013. "Pembuatan Beton Serat Tandan Kosong Kelapa


Sawit". TELAAH Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,

Karwur, HY dkk., 2013. "Kuat tekan beton dengan bahan tambah serbuk kerang
sebagai substitusi parsial semen".

Kosim & Hasan, A., 2014. "Pemanfaatan Serbuk Kaca Sebagai Bahan Tambah
Agregat Halus Untuk Meningkatkan Kuat Tekan Beton". Jurnal Teknik Sipil,

MUHAMMAD NUR IKHSAN, H. P. (2016). Pengaruh Penambahan Pecahan


Kaca Sebagai Bahan Pengganti. Vol. 19, No. 2, 148-156, November 2016, 19,
148-156.

Mulyono, T., 2003, Teknologi Beton, Andi, Yogyakarta.

SNI

03-2834-1993, S. (1993). TATA CARA PEMBUATAN RENCANA


CAMPURAN BETON NORMAL.

SNI 03-2834-2000, S. (2000). Tata cara pembuatan rencana campuran. Badan


Standardisasi Nasional BSN

Tjokrodimuljo, K., 2007, Teknologi Beton, KMTS FT UGM, Yogyakarta.

LAMPIRAN

71
72

Anda mungkin juga menyukai