Anda di halaman 1dari 141

SKRIPSI

KEKUATAN GESER BALOK BETON DENGAN


PENAMBAHAN SERAT POLYPROPYLENE

Oleh :

Fatur Rahman
NIM : 1807124899

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2023
HALAMAN JUD

SKRIPSI

KEKUATAN GESER BALOK BETON DENGAN


PENAMBAHAN SERAT POLYPROPYLENE

Diajukan untuk Memenuhi


Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Teknik
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau

Oleh :

Fatur Rahman
NIM: 1807124899

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL S1


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2023

i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini menyatakan bahwa Laporan skripsi dengan judul: “Kekuatan Geser
Balok Beton Bertulang dengan Penambahan Serat Polypropylene” tidak tedapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Pekanbaru, Agustus 2023

Fatur Rahman

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Kekuatan Geser Balok Beton dengan Penambahan


Serat Polypropylene”

Yang dipersiapkan dan disusun oleh


FATUR RAHMAN
NIM : 1807124899
Program Studi Teknik Sipil S1, Fakultas Teknik Universitas Riau
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
pada tanggal ...... 2023

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Prof. Reni Suryanita, ST., M.T, Ph.D Dr. Zulfikar Djauhari, ST., MT.
NIP. 19730723 199803 2 008 NIP. 19720103 199803 1 005

Mengetahui,
Koordinator Program Studi Teknik Sipil S1
Fakultas Teknik Universitas Riau

Andy Hendri, ST., MT.


NIP. 19690717 199803 1 002

iii
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan skripsi ini. Penulisan
skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Universitas Riau.
Penulisan skripsi ini dilakukan dengan tujuan mengemas dan mencurahkan
hasil Tugas Akhir yang dilakukan penulis yang berkaitan dengan teknologi beton.
Menyadari bahwa balok beton membutuhkan kuat geser yang tinggi, maka
dilakukan optimasi kuat geser beton dengan memanfaatkan serat polypropylene
sebagai peningkat kuat tekan beton sekaligus meningkatkan kuat geser beton.
Dengan begitu, kuat tekan dan kuat geser beton dapat ditingkatkan untuk
diaplikasikan ke lapangan dan gedung dengan kebutuhan balok beton.
Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan Laporan skripsi ini,
sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kepada Koordinator Program Studi Bapak Andy Hendri, S.T., M.T.
2. Kepada Dosen Pembimbing Ibu Prof. Reni Suryanita, S.T., M.T., Ph.D.
dan Bapak Dr. Zulfikar Djauhari, S.T., M.T.
3. Kepada Dosen Penguji Bapak Dr. Eng. Alex Kurniawandy, S.T., M.T.,
Bapak Iskandar Romey Sitompul, S.T., M.Sc., dan Bapak Fakhri, S.T.,
M.T.
4. Kepada Staf Dosen dan Staf Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Riau.
5. Kepada Orang Tua alm. Asril selaku ayah penulis dan Indrawati selaku
ibu penulis.
6. Teman seperjuangan Tugas Akhir Dewi Padila Ali, Nanda Aria
Sumanti, dan Afdila Gusnadi yang telah membantu, ikut serta, dan
mendukung hingga selesainya Tugas Akhir ini.

iv
7. Bang Dimas Arief Wicaksono dan Bang Dede Eldi Kurniawan yang
telah ikut serta dalam memberi arahan dan diskusi terkait penelitian.
8. Asisten Laboratorium Teknologi Bahan Fakultas Teknik Universitas
Riau yang telah membantu dalam proses pengujian dan progress
lainnya.
9. Teman seluruh angkatan 2018 yang telah banyak membantu dan
mendukung penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
Selanjutnya diberikan juga kepada semua pihak yang terlibat ambil bagian
dalam Tugas Akhir ini yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis
juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna sehingga penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
menyempurnakan skripsi ini. Diharapkan Tugas Akhir ini dapat diaplikasikan dan
memberikan manfaat kepada banyak orang terkhusus dalam aplikasi teknologi
beton.

Pekanbaru, Agustus 2023


Penulis,

Fatur Rahman

v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademis Universitas Riau, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:
Nama : Fatur Rahman
NIM 1807124899
Program Studi : S1 Teknik Sipil
Fakultas : Teknik
Jenis Skripsi : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Universitas Riau Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-Exclusive
Royalty-Free Right) atas Tugas Akhir saya yang berjudul:
“Kekuatan Geser Balok Beton dengan Penambahan Serat Polypropylene” serta
perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non Eksklusif ini
Universitas Riau berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya
selama tetap mencamtumkan nama saya sebagai penulis/penulis dan sebagai
pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Pekanbaru
Pada tanggal ............ 2023
Yang menyatakan

Fatur Rahman

vi
Kekuatan Geser Balok Beton dengan Penambahan Serat Polypropylene

Fatur Rahman
Laboratorium Struktur
Program Studi Teknik Sipil S1, Fakultas Teknik Universitas Riau

ABSTRAK

Sifat getas merupakan kelemahan krusial material beton yang digunakan


dalam dunia konstruksi. Hal ini mendorong penggunaan material tambahan yang
berfungsi meminimalkan keruntuhan langsung akibat sifat getas beton. Salah satu
material tambahan yang digunakan adalah serat polypropylene. Penggunaan serat
polypropylene dalam campuran beton bertujuan meningkatkan ketahanan geser
beton dalam menerima beban geser dengan persentase bahan tambah serat
polypropylene sebesar 0 kg/m3, 1 kg/m3 dan 1.5 kg/m3 dari berat volume beton.
Pengujian dilakukan pada usia beton 7 dan 28 hari. Berdasarkan hasil pengujian
kuat tekan menunjukkan nilai tertinggi pada penggunaan 1 kg/m3 serat sebesar
21.45 Mpa. Nilai kuat tarik belah tertinggi pada penggunaan 1 kg/m3 serat sebesar
3.11 Mpa. Hasil pengujian menunjukkan nilai tertinggi kuat geser pada
penggunaan serat polypropylene 1 kg/m3 sebesar 18 kN dengan kenaikan 64%
dibanding beton normal. Analisis numerik melalui Response 2000 dilakukan
sebagai pembanding nilai kuat geser dengan parameter yang sama. Hal yang sama
juga diperoleh pada analisis numerik menggunakan Response 2000 dengan nilai
kuat geser pada beton serat 1 kg/m3 sebesar 15.623 kN dengan kenaikan 19.8%
dibanding beton normal. Hal tersebut menunjukkan bahwa serat polypropylene
dapat meningkatkan kuat geser dan sifat mekanis beton dengan kadar hingga 1
kg/m3.

Kata kunci: Kuat Geser, Serat Polypropylene, Response 2000, Beton Serat,
Keruntuhan Balok, Keretakan.

vii
Shear Strength of Reinforced Concrete Beams with the Addition of
Polypropylene Fibers

Fatur Rahman
Structural Laboratory
Bachelor of Civil Engineering, Faculty of Engineering
University of Riau

ABSTRACT
The brittle characteristic of concrete is one of crucial weakness of the
structural materials that is widely used in construction. This encourages the use of
additional materials which function to minimize the direct impact due to the brittle
nature of concrete. One of the additional materials used is polypropylene fiber.
The use of polypropylene fiber in the concrete mixture aims to increase the shear
resistance of concrete in accepting shear loads with an added percentage of
polypropylene fiber material of 0 kg/m3, 1 kg/m3, and 1.5 kg/m3 of the concrete
volume weight. Tests were carried out at 7 and 28 days of concrete. Based on the
compressive strength test results, it shows that the highest value when using 1
kg/m3 of fiber is 21.45 Mpa. The highest split tensile strength value when using 1
kg/m3 of fiber is 3.11 Mpa. The test results show that the highest shear strength
value using 1 kg/m3 polypropylene fiber is 18 kN with an increase of 64%
compared to normal concrete. Numerical analysis via Response 2000 was carried
out as a comparison of shifting strength values with the same parameters. The
same thing was also obtained in numerical analysis using Response 2000 with a
shear strength value for 1 kg/m3 fiber concrete of 15.623 kN with an increase of
19.8% compared to normal concrete. This shows that polypropylene fibers can
increase the shear strength and mechanical properties of concrete by levels of up
to 1 kg/m3.

Keywords: shear strength, polypropylene, Response 2000, Fiber Concrete, Beam


Rupture, Crack..

viii
DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
PRAKATA ............................................................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR RUMUS................................................................................................ xv
DAFTAR NOTASI .............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 3
1.3 Tujuan dan Manfaat .................................................................................. 3
1.4 Batasan Masalah ....................................................................................... 4
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6
2.1 Beton ........................................................................................................ 6
2.2 Beton Campuran Serat .............................................................................. 6
2.3 Kuat Geser pada Balok Beton .................................................................. 8
2.4 Bahan Penyusun Beton ........................................................................... 10
2.4.1 Agregat Kasar.................................................................................. 10
2.4.2 Agregat Halus.................................................................................. 10
2.4.3 Semen Portland ............................................................................... 11
2.4.4 Air ................................................................................................... 11
2.4.5 Serat Polypropylene (PP) ................................................................ 12
2.5 Pengujian Beton...................................................................................... 12
2.5.1 Pengujian Kuat Tekan Beton .......................................................... 13
2.5.2 Pengujian Kuat Tarik Beton ............................................................ 13
2.5.3 Pengujian Kuat Geser...................................................................... 14

ix
2.5.4 Response 2000 ................................................................................. 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 17
3.1 Metode Penelitian ................................................................................... 17
3.2 Peralatan Penelitian ................................................................................ 18
3.2.1 Peralatan Pengujian Properties Agregat ......................................... 18
3.2.2 Peralatan Pembuatan Benda Uji ...................................................... 18
3.2.3 Peralatan Pengujian Benda Uji........................................................ 19
3.3 Pengadaan Bahan Penelitian................................................................... 20
3.3.1 PCC ( Portland Composite Cement) ............................................... 20
3.3.2 Air ................................................................................................... 20
3.3.3 Agregat Kasar.................................................................................. 20
3.3.4 Agregat Halus.................................................................................. 21
3.3.5 Serat Polypropylene ........................................................................ 22
3.4 Pengujian Karakteristik Material ............................................................ 23
3.4.1 Agregat Kasar.................................................................................. 23
3.4.2 Agregat Halus.................................................................................. 28
3.5 Perencanaan Pembuatan dan Campuran Benda Uji ............................... 33
3.5.1 Perencanaan Benda Uji ................................................................... 33
3.4.2 Perencanaan Campuran Beton ........................................................ 34
3.5 Pelaksanaan Pembuatan Benda Uji Silinder .......................................... 36
3.5.1 Perawatan Benda Uji Silinder ......................................................... 39
3.5.2 Pengujian Benda Uji Silinder ......................................................... 40
3.6 Pelaksanaan Pembuatan Benda Uji Balok Beton ................................... 44
3.6.1 Perawatan Benda Uji Balok ............................................................ 45
3.6.2 Pengujian Kuat Geser ...................................................................... 46
3.7 Bagan Alir Penelitian ............................................................................. 58
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 61
4.1 Hasil Pengujian Karakteristik Bahan Pengisi Beton .............................. 61
4.1.1 Hasil Pengujian Karakteristik Agregat............................................ 61
4.1.2 Hasil perencanaan Campuran .......................................................... 63
4.2 Hasil Pengujian Kuat Tekan ................................................................... 64
4.3 Hasil Pengujian Kuat Tarik .................................................................... 66
4.4 Hasil Kuat Geser Metode Analisis numerik Response 2000 ................. 67
4.5 Hasil Kuat Geser Metode Eksperimental .............................................. 69

x
4.5 Perbandingan Hasil Kuat Geser SNI, Analisis Response 2000 dan
Ekperimental ..................................................................................................... 70
BAB V PENUTUP................................................................................................ 73
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 73
5.2 Saran ....................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 75
LAMPIRAN .......................................................................................................... 80

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gaya Geser dan Momen Lentur pada Balok ....................................... 9
Gambar 2.2 Keruntuhan Lentur dan Geser Pada Balok .......................................... 9
Gambar 2.3 Tampilan Awal Perangkat Lunak Response 2000 ........................... 15
Gambar 3.1 Portland Composite Cement (PCC) .................................................. 20
Gambar 3.2 Agregat Kasar .................................................................................... 21
Gambar 3.3 Agregat Halus .................................................................................... 22
Gambar 3.4 Persiapan Pencampuran Benda Uji ................................................... 37
Gambar 3.5 Pelaksanaan Pembuatan Benda Uji ................................................... 38
Gambar 3.6 Pengujian slump ................................................................................ 38
Gambar 3.7 Pembuatan Benda Uji Silinder .......................................................... 39
Gambar 3.8 Pembongkara Cetakan Silinder ......................................................... 39
Gambar 3.9 Proses Curing Beton Silinder ............................................................ 40
Gambar 3.10 Sampel dengan Capping.................................................................. 41
Gambar 3.11 Pengujian Kuat Tekan Beton ........................................................... 41
Gambar 3.12 Visual Kehancuran Sampel Kuat Tekan Beton ............................... 42
Gambar 3.13 Pengujian Kuat Tarik ...................................................................... 43
Gambar 3.14 Pengisian Bekisting dengan Beton Segar ........................................ 45
Gambar 3.15 Pembongkaran Bekisting Balok ...................................................... 45
Gambar 3.16 Proses Curing Balok dengan Karung Goni Basah .......................... 46
Gambar 3.17 Tampilan Awal Software Response 2000........................................ 46
Gambar 3.18 Quick Define - Tahap 1 ................................................................... 47
Gambar 3.19 Quick Define – Tahap 2 ................................................................... 47
Gambar 3.20 Quick Define – Tahap 3 ................................................................... 48
Gambar 3.21 Full Member Properties – Tahap 1 ................................................ 48
Gambar 3.22 Output Member Response ............................................................... 49
Gambar 3.23 Alat Pengujian Perilaku Lentur ....................................................... 50
Gambar 3.24 Sketsa Pengujian Kuat Lentur ......................................................... 50
Gambar 3.25 Hydraulic Jack ................................................................................ 51
Gambar 3.26 Hydraulic Actuator .......................................................................... 51
Gambar 3.27 Load Cell ......................................................................................... 52
Gambar 3.28 Tilting .............................................................................................. 52
Gambar 3.29 Switch Box ....................................................................................... 53
Gambar 3.30 Data Logger .................................................................................... 53
Gambar 3.31 Benda Uji Balok .............................................................................. 54
Gambar 3.32 Pembuatan Grid ............................................................................... 54
Gambar 3.33 Susunan Plat Landasan Perletakan .................................................. 55
Gambar 3.34 Perletakan Sendi .............................................................................. 55
Gambar 3.35 Perletakan Rol ................................................................................. 55
Gambar 3.36 Meletakkan Balok ........................................................................... 56
Gambar 3.37 Menghubungkan Instrumen pada Data Logger............................... 56
Gambar 3.38 Benda Uji Setelah Pengujian .......................................................... 57
Gambar 3.39 Bagan Alir ....................................................................................... 60
Gambar 4.1 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton ................................................... 64
Gambar 4.2 Pengujian Pengujian Kuat Tarik........................................................ 66

xii
Gambar 4.3 Hasil Kuat Geser Response 2000 ...................................................... 68
Gambar 4.4 Hasil Kuat Geser Eksperimental ....................................................... 69
Gambar 4.5 Hasil Kuat Geser SNI, Analisis Response 2000 dan Eksperimental. 71

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Spesifikasi Serat Polypropylene............................................................ 12


Tabel 3.1 Peralatan untuk Pengujian Properties Agregat ..................................... 18
Tabel 3.2 Peralatan untuk Pembuatan Benda Uji.................................................. 19
Tabel 3.3 Peralatan untuk Pengujian Benda Uji ................................................... 19
Tabel 3.4 Spesifikasi Serat Polypropylene............................................................ 22
Tabel 3.5 Susunan Saringan Analisa Saringan Agregat Kasar ............................. 26
Tabel 3.6 Daftar Gradasi dan Berat Benda Uji Pengujian Keausan Agregat Kasar
............................................................................................................................... 28
Tabel 3.7 Ukuran Saringan Analisa Saringan Agregat Halus ............................... 32
Tabel 3.8 Distribusi Jumlah dan Ukuran Sampel Silinder Penelitian ................. 34
Tabel 3.9 Job Mix untuk Trial FAS 0,45 .............................................................. 35
Tabel 3.10 Job Mix untuk Trial FAS 0,5 .............................................................. 35
Tabel 3.11 Job Mix untuk Trial FAS 0,55 ............................................................ 35
Tabel 3.12 Job Mix untuk Campuran Beton Silinder Total Penelitian ................. 35
Tabel 3.13 Job Mix untuk Campuran Balok Beton Total Penelitian .................... 36
Tabel 3.14 Job Mix untuk Campuran Beton Silinder Penelitian per 1 m3 ............ 36
Tabel 3.15 Nilai Faktor L/D Benda Uji Kuat Tekan ............................................. 42
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Karakteristik Agregat Kasar ....................................... 61
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Karakteristik Agregat Halus ....................................... 63
Tabel 4.3 Komposisi Campuran Beton Mutu 20 MPa untuk Kubikasi 1 m3 ........ 64
Tabel 4.4 Kuat Geser Analisis Response 2000 dan SNI ....................................... 67
Tabel 4.5 Kuat Geser Analisis Eksperimen dan SNI ............................................ 69
Tabel 4.6 Hasil Kuat Geser SNI, Analisis Response 2000 dan Eksperimental ..... 71

xiv
DAFTAR RUMUS

Rumus 2.1 Kuat Tekank ........................................................................................ 13


Rumus 2.2 Kuat Tarik ........................................................................................... 13
Rumus 2.3 Kuat Geser Eksperimen ...................................................................... 14
Rumus 2.4 Kuat Geser Teoritis ............................................................................. 14
Rumus 3.1 Berat Volume Kondisi Padat .............................................................. 23
Rumus 3.2 Berat Volume Kondisi Gembur .......................................................... 24
Rumus 3.3 Bulk Specific Graviity ......................................................................... 24
Rumus 3.4 Saturated Surface Dry ........................................................................ 24
Rumus 3.5 Apparent Surface Dry ......................................................................... 25
Rumus 3.6 Penyerapan .......................................................................................... 25
Rumus 3.7 kadar air agregat kasar ........................................................................ 25
Rumus 3 8 Keausan Agregat Kasar ...................................................................... 27
Rumus 3.9 Berat Volume Agregat Halus Kondisi Padat ...................................... 29
Rumus 3.10 Berat Volume Agregat Halus Kondisi Gembur ................................ 29
Rumus 3.11 Bulk Specific Gravity Agregat Halus ................................................ 30
Rumus 3.12 Satyrated Surface Dry Agregat Halus .............................................. 30
Rumus 3.13 Apparent Surface Dry Agregat Halus ............................................... 30
Rumus 3.14 Absorpsi Agregat Halus .................................................................... 30
Rumus 3.15 Kadar Air Agregat Halus .................................................................. 31
Rumus 3.16 Kadar Lumpur ................................................................................... 32
Rumus 3.17 Kuat Tekan ........................................................................................ 42
Rumus 3.18 Kuat Tarik ......................................................................................... 43
Rumus 3.19 Kuat Geser Eksprimental .................................................................. 57
Rumus 3.20 Kuat Geser Teoritis ........................................................................... 57

xv
DAFTAR NOTASI

A = Luas Permukaan Benda Uji


a/c = Rasio aggregate to cement
ACI = American Conrete Institute
C = Berat sampel perubahan berat sebelum perendaman
Kg/m3 = Kerapatan massa (kilogram per meter kubik)
L/D = Rasio panjang dan diameter benda uji Kuat Tekan
MPa = Mega Pascal
N/mm2 = Satuan Kuat Tekan Beton (Newton per milimeter
persegi)
OPC = Ordinary Portland Cement
P = Beban aksial
PCC = Portland Composite Cement
pH = Indikator derajat keasaman
PPC = Portland Pozzolan Cement
SNI = Standar Nasional Indonesia
SSA = Specific Surface Area
SSD = Surface Saturated Dry
PP = Polypropylene

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Hasil Pengujian Kadar Air Agregat Kasar .................................... 81


Lampiran 1.2 Hasil Pengujian Kadar Air Agregat Halus .................................... 82
Lampiran 1.3 Hasil Pengujian Berat Volume Agregat Kasar .............................. 83
Lampiran 1.4 Hasil Pengujian Berat Volume Agregat Halus .............................. 84
Lampiran 1.5 Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Kasar ......................... 85
Lampiran 1.6 Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus ......................... 87
Lampiran 1.7 Hasil Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar ................................... 90
Lampiran 1.8 Hasil Pengujian Berat Jenis Agregat Halus ................................... 91
Lampiran 1.9 Hasil Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus ............................. 92
Lampiran 1.10 Hasil Pengujian Kadar Organik Agregat Halus ............................ 93
Lampiran 1.11 Hasil Pengujian Keausan Agregat Kasar ...................................... 94
Lampiran 2.1 Mix Design untuk Campuran Sampel Beton per m3 ...................... 96
Lampiran 3.1 Hasil Analisis Response 2000 dan SNI Perilaku Geser ................. 99
Lampiran 3.2 Hasil Eksperimental dan SNI Perilaku Geser .............................. 100
Lampiran 4.1 Hasil Pengujian Kuat Tekan ........................................................ 102
Lampiran 4.2 Hasil Pengujian Kuat Tarik ......................................................... 104
Lampiran 5.1 Alat dan Bahan ............................................................................ 107
Lampiran 5.2 Pengujian Karakteristik Agregat ................................................. 113
Lampiran 5.3 Proses Pembuatan Benda Uji....................................................... 117
Lampiran 5.4 Pengujian Benda Uji .................................................................... 119
Lampiran 5.5 Sampel per Variasi ...................................................................... 120
Lampiran 5.6 Kondisi Sampel Setelah Pengujian .............................................. 120

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Campuran homogen yang terbentuk dari semen, air, pasir, dan kerikil dapat
membentuk suatu batu buatan yang disebut dengan beton (concrete). Peningkatan
dari kualitas beton dapat dilakukan dengan penambahan material baik kimiawi
maupun mineral. Campuran semen dan air dapat dicetak berdasarkan perencanaan
dan tujuan pengujian dengan pengerasan yang terjadi akibat reaksi hidrasi air dan
semen. Penggunaan beton banyak dimanfaatkan dalam komponen struktural
maupun non-struktural pada bangunan karena proses fabrikasi yang mudah dan
keawetan dalam masa layan (Swan & Sian, 2013).
Penggunaan beton yang banyak dalam bidang konstruksi tidak terlepas dari
hal-hal yang menguntungkan dari pembuatan beton di antaranya perolehan bahan
baku yang mudah seperti kerikil, pasir, air, dan semen serta proses fabrikasi yang
mudah. Ketahanan layan beton berdasarkan kuat tekannya dapat diandalkan dalam
menahan beban yang diterima namun sifat getas dari beton menjadi kelemahan
yang perlu diantisipasi dalam menahan beban yang ditahan oleh ketahanan geser
beton. Tulangan dan beton dapat bekerja bersama-sama dalam menahan gaya
dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum yang
disyaratkan. Kombinasi kedua material tersebut disebut sebagai beton bertulang.
Beton sama sekali tidak memikul gaya tarik sehingga tulangan direncanakan untuk
memikul gaya tarik tersebut dan menghasilkan sifat beton yang lebih tahan geser
sehingga menutupi kelemahan beton yang bersifat getas. Namun penambahan
tulangan tersebut tidak menutupi kemungkinan pada beton itu sendiri untuk tidak
mengalami retak-retak. Maka dari itu diperlukan peningkatan kuat geser beton.
Beton serat (fiber reinforced concrete) dibentuk dari campuran beton
normal dengan penambahan serat yang disebar secara merata ke dalam campuran
beton. Penggunaan serat (fiber) pada beton dapat meningkatkan kuat geser beton
akibat beban geser. Peningkatan kuat geser beton karena penggunaan serat serta
merta meningkatkan kemampuan beton dalam penyerapan energi, ketahanan beban

1
kejut, ketahanan terhadap kuat tarik dan momen lentur, ketahanan terhadap
kelelehan, serta ketahanan terhadap susut.
Selain meningkatkan kuat tarik banyak kelebihan serat yang dapat
memperbaiki sifat beton diantaranya : ketahanan impact, kuat tarik dan lentur,
ketahanan terhadap kelelahan, ketahanan terhadap pengaruh susut, ketahan abrasi,
ketahanan terhadap pecahan atau fragmentasi, ketahanan terhadap pengelupasan
(Apriyatno, 2009). Beberapa jenis serat yang dapat digunakan untuk meningkatkan
daktilitas dan kuat tarik beton seperti fiber karbon (carbon fibre), fiber kaca (glass
fibre), fiber baja (steel fibre), dan fiber polypropylene (Rajaguguk & Surbakti,
2020). Penelitian oleh Lukito, (2011) menunjukkan peningkatan yang signifikan
tehadap kuat geser beton hingga 90% pada persentase jumlah serat 8% di
bandingkan dengan beton normal. Hal yang sama diperoleh pada penelitian Haq &
Andayani, (2017) yaitu terjadi peningkatan kuat geser tertinggi pada beton serat
dengan nilai kuat geser tertinggi sebesar 1,383 MPa atau meningkat sebesar 83,63%
dari kuat geser beton normal. Terkait dengan nilai kuat tekan, kuat tarik, dan kuat
geser yang berbanding lurus,
Polyprophylene (PP) merupakan salah satu jenis plastik yang mempunyai
kandungan Propena (C3H6) yang berwarna putih mengkilap dan memiliki
permukaan halus serta banyak digunakan (Gandjar., 2008). Berdasarkan American
Concrete Institute (ACI) Committee 544, 1982, serat polypropylene terbukti dapat
meningkatkan dan memperbaiki sifat-sifat beton yaitu daktilitas, kuat geser,
kemampuan penyerapan energi, ketahan kejut, ketahanan aus, dan susut (Kartini,
2007). Penggunaan serat PP dalam balok beton mampu meningkatkan daktilitas
dengan rasio peningkatan sebesar 12-83% terhadap beton normal dengan
pembebanan aksial (Liang et al., 2022). Penelitian oleh Lisantono et al., (2018) juga
menunjukkan korelasi yang sama bahwa penggunaan serat polypropylene dapat
meningkatkan kuat geser beton hingga 26,98% dibanding dengan beton normal.
Penelitian oleh Khairizal et al., (2015) sebagai penelitian yang relevan bahwa
dilakukan pengujian kuat tarik belah dengan persentase peningkatan nilai hasil uji
tertinggi pada penggunaan 1 kg/m3 serat polypropylene yaitu 40.22%. Juga
menurut Hasanr et al., (2013) bahwa serat polypropylene dalam campuran beton

2
dapat meningkatkan kuat tarik, kuat geser, kuat lentur, modulus elastisitas, dan kuat
susut, sehingga penulis menggunakan serat polypropylene dalam campuran beton
demi meningkatkan kuat geser pada beton serta pendayagunaan plastik
polypropylene dalam teknologi beton ditinjau dari kuat tekan, kuat tarik dan kuat
geser dengan pemodelan balok beton serat.

1.2 Perumusan Masalah


Beton memiliki kelemahan yaitu sifat getasnya sehingga ketika diberi
pembebanan, khususnya pembebanan geser yang menyebabkan keruntuhan beton
secara tiba-tiba sehingga dapat membahayakan lingkungan sekitar akibat beban
layan yang terlalu besar. Tambahan serat dalam campuran beton diperlukan karena
lemahnya beton terhadap pembebanan geser dan dapat meminimalisir keruntuhan
geser yang terjadi secara tiba-tiba. Pada penelitian ini dikaji lebih lanjut untuk
pemakaian serat polypropylene dengan persentase yaitu sebesar 1 kg/m3 dan 1,5
kg/m3 dari volume beton dalam upaya peningkatan kuat geser beton.

1.3 Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengkaji kadar optimum serat polypropylene dalam campuran beton.
2. Mengkaji pengaruh penambahan serat polypropylene sebagai bahan tambah
terhadap sifat mekanik seperti kuat tekan, kuat tarik dan kuat geser pada
pemodelan balok beton.
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai referensi dalam pengembangan ilmu teknologi beton dengan
prediksi keruntuhan komponen struktur yang minimum.
2. Sebagai referensi pengembangan konstruksi gedung menggunakan serat
polypropylene sebagai bahan tambah pada campuran beton dengan
pemodelan balok beton.

3
1.4 Batasan Masalah
Pembatasan yang dilakukan pada penelitian ini adalah:
1. Mutu beton yang direncanakan adalah 20 MPa.
2. Sifat mekanik yang ditinjau yaitu kuat tekan dan kuat tarik pada beton dan
pada balok beton serat yaitu kuat geser.
3. Serat polypropylene yang digunakan yaitu serat Sika Microfiber ukuran 12
mm dengan variasi penambahan serat polypropylene yaitu 0 kg/m3, 1 kg/m3,
dan 1,5 kg/m3 dari berat volume beton.
4. Air yang dipakai dalam campuran beton adalah air kran dengan pendekatan
pH normal.
5. Semen yang dipakai adalah semen jenis Portland Composite Cement (PCC)
dari PT. Semen Padang .
6. Analisis struktur yang dilakukan menggunakan software Respons 2000 dan
dihitung secara manual berdasarkan panduan SNI terkait.

1.5 Sistematika Penulisan


BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini memaparkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan,
dan manfaat penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan
terkait kekuatan geser balok beton dengan penambahan serat
polypropylene.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini memaparkan tinjauan pustaka yang dapat mendukung
pelaksanaan penelitian yang diambil dari berbagai sumber literatur
tentang kekuatan geser balok beton dengan penambahan serat
polypropylene.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini memaparkan tentang penjelasan alat dan bahan, metode
yang digunakan dan sistem pengujian kuat tekan, kuat rarik, dan
kuat geser serta pemakaian peralatan yang dilaksanakan dalam
penelitian termasuk tahapan pengujian yang dilakukan.

4
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini memaparkan hasil dan pembahasan tentang sifat mekanis
beton dengan penambahan serat polypropylene dari hasil penelitian
yang telah dilakukan berupa pengujian material beton seperti
agregat dan hasil pengujian beton yang terdiri dari kuat tekan, kuat
tarik, dan kuat geser.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini memaparkan kesimpulan dan saran-saran dari hasil dan
pembahasan penelitian yang telah dilakukan berupa pengujian kuat
tekan, kuat tarik serta kuat kuat geser pada beton.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beton
Beton terbentuk dari campuran bahan yaitu semen portland, agregat halus,
agregat kasar, dan air yang membentuk masa padat (Rismayasari, 2012). Masa
padat tersebut memiliki kapasitas tegangan tekan sehingga dapat digunakan sebagai
bahan konstruksi. Konstruksi seperti bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lain-
lain yang pada umumnya menggunakan material beton sebagai material struktural.
Ketahanan material beton terhadap pembebanan pada konstruksi dapat ditingkatkan
jika memenuhi standar (Basri & Mubarak, 2021). Peningkatan kekuatan beton
tersebut tidak lari dari kualitas dari bahan penyususnnya (Dewi & Purnomo, 2016).
Berdasarkan SNI-03-2847-2002, massa jenis beton normal yaitu sebesar 2200
kg/m3 sampai 2500 kg/m3, sedangkan untuk beton ringan mempunyai massa jenis
hingga 1900 kg/m3. Beton pada penelitian ini mempunyai massa jenis sebesar 2400
kg/m3.

2.2 Beton Campuran Serat


Nilai kapasitas untuk tarik pada beton sangat kecil hingga diasumsikan
sebagai nol tegangan tarik. Aplikasi penggunaan beton dalam gedung mewakili
sistem analisis struktur dan respon struktur yang tidak hanya berkaitan dengan gaya
tekan namun juga gaya tarik. Perilaku struktur berupa keruntuhan geser perlu
diminimalisir dengan perkuatan dan optimasi dari tahanan tekan maupun tarik. Hal
ini diperlukan agar tidak terjadi retak atau getas secara tiba-tiba yang beresiko
menimbulkan banyak korban jiwa. Antisipasi yang dilakukan adalah dengan
inovasi beton bertulang. Tulangan dalam beton adalah material dengan sifat tahan
tarik yang sangat besar namun memiliki harga yang mahal dan fabrikasi untuk
penulangan yang rumit.
Serat buatan dan serat alami dapat dijadikan antisipasi keretakan dini karena
pengaruhnya terhadap peningkatan tahanan tarik beton. Penggunaan serat dalam
campuran beton bertujuan dalam pencegahan retak, panas hidrasi berlebih,

6
penyusutan, dan peningkatan sifat mekanis. Berkaitan dengan peningkatan sifat
mekanis yaitu terdiri dari ketahanan lebih terhadap gaya tekan, geser, dan tarik.
Beton serat (fibre concrete) disebut sebagai beton komposit yang mengandung serat
sebagai batang-batang mikro berukuran diameter 5-500 µm dan panjang 25-100
mm. Bahan serat yang umum digunakan dalam campuran beton yaitu serat asbestos,
serat rami, serat bambu, serat ijuk, serat plastik (polypropylene), dan potongan
kawat baja (Pratiwi et al., 2016).
Penambahan serat dalam campuran beton terbukti dapat meningkatkan dan
memperbaiki sifat-sifat beton. Hal ini sekaligus dikarenakan oleh sifat mekanis
pada serat dan tidak memiliki reaksi kimiawi yang berefek negatif terhadap
campuran namun tetap mengikat dan menyatukan campuran beton karena aksi serat
(fiber bridging) yang saling mengikat di sekelilingnya. Kondisi tersebut
mengahasilkan ikatan campuran yang lebih kokoh. Persebaran merata serat dalam
campuran beton ikut serta menjadi faktor utama reduktor crack baik akibat panas
hidrasi maupun beban yang bekerja (Purwanto, 2011).
Salah satu serat yang umum dipakai dalam campuran beton yaitu serat
polypropylene (PP) karena dapat meningkatkan kuat tekan 20%, serta peningkatan
kuat tarik sebesar 1,03 MPa pada penggunaan serat PP sebesar 5% (Zuraidah et al.,
2018). Berdasarkan ACI 544, serat PP dapat berperan sebagai pengganti sengkang
dalam menahan gaya geser dengan beberapa keuntungan diantaranya distribusi
secara merata dan spasi antar serat dalam campuran yang lebih rapat akan
membantu beton dalam menahan beban geser sehingga dapat meminimalisir
penggunaan sengkang dan besar crack, meminimalisir retak awal dan retak ultimit
beton, serta peningkatan kekuatan geser balok beton. Hal tersebut dapat diperoleh
dengan penggunaan serat PP sebanyak 0,1% terhadap volume beton dengan
peningkatan ketahanan geser hingga 2,6%. Hal ini didukung oleh penelitian
Lisantono et al., (2018) yang menunjukkan bahwa penggunaan serat polypropylene
dapat meningkatkan kuat geser beton hinnga 26,98 % dibandingkan dengan kuat
geser pada beton normal. Peningkatan dan perbaikan sifat mekanis tersebut
disebabkan oleh beberapa sifat serat PP dan mekanismenya sebagai berikut
(Kartini, 2007):

7
1. Perbaikan ikatan matriks pada pre-hardening stage sehingga terjadi
pengurangan retak susut,
2. Perbaikan ketahanan terhadap pengikisan,
3. Perbaikan ketahanan terhadap tumbukan,
4. Perbaikan ketahanan terhadap penembusan air dan material kimia,
5. Perbaikan durabilitas.

2.3 Kuat Geser pada Balok Beton


Penambahan beban berangsur-angsur pada beton bertulang dapat
dimodelkan pada balok beton bertulang dari titik nol sampai titik hancur.
Penambahan tersebut menghasilkan perilaku beton yang berbeda dimana beban
kecil menghasilkan tegangan tarik maksimum lebih kecil dari ketahanan ultimit
beton. Pada balok beton bertulang, pengaruh tekan pada satu sisi dan sisi lain
diperoleh pengaruh tarik sekaligus ditahan bersama-sama dengan tulangan.
Keretakan akibat tarik disebabkan karena kuat tarik nominal beton terlewati dan
dapat menjalar ke bagian atas mendekati garis netral pada saat diberi beban aksial
pada tengah bentang. Hal tersebut menimbulkan garis netral bergeser ke atas serta
menambah jalur panjang retak-retak halus pada permukaan beton bertulang.
Retakan yang terjadi mengakibatkan perpisahan material beton sehingga tidak
dapat terjadi distribusi tegangan tarik sehingga tulangan harus menahan semua
tegangan tarik yang terjadi (Ginting, 2019).
Penentuan nilai kuat geser pada beton dapat dilakukan dengan pemberian
beban aksial ditengah bentang dengan nilai yang berangsur-angsur meningkat
hingga terjadi keruntuhan geser beton. Ketahanan geser tersebut ada karena gaya
friksi antara partikel dalam material beton. Ketahanan geser beton baik secara
eksperimental maupun matematis memiliki rentang nilai sebesar 42,1% f’c – 51%
f’c dengan kategori Nawy sebesar (20%-85%) f’c (Uluhiyah, 2018).
Ketahanan geser beton dibandingkan dengan ketahanan mekanis lainnya
sulit untuk diprediksi pada angka korelasi yang eksak karena banyak faktor
diantaranya kekerasan agregat, persebaran serat dalam optimasi kuat tekan, tarik,
dan kuat geser pada bidang geser dan jumlah agregat. Kondisi tersebut berpengaruh

8
terhadap modulus elastisitas karena menggambarkan tegangan pada satuan
regangan yang meningkat yang serta merta dalam peningkatan daktilitas beton dan
lendutan beton (Prayitno et al., 2017).
Daktilitas, lendutan, ketahanan geser beton masih dapat memberikan
kapasitas terhadap pembebanan dengan nilai yang ditetapkan dalam SNI-2847-
2013 yang mengacu terhadap ACI 544 tergantung pada jenis elemen struktur (Dede
Eldi Kurniawan et al., 2019). Simulasi gaya geser dan momen lentur dapat dilihat
pada Gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1 Gaya Geser dan Momen Lentur pada Balok


Sumber : Wicaksono (2019)

Pada balok yang diberi pembebanan akan menimbulkan retak arah vertikal
dan retak arah miring, yang ditunjukkan dalam Gambar 2.2 berikut :

Gambar 2.2 Keruntuhan Lentur dan Geser Pada Balok


Sumber : Wicaksono (2019)

Serat dapat digunakan dalam banyak sistem struktur untuk penambahan kuat
tarik dan kuat geser beton sehingga nominal tahanan tarik tulangan balok beton
bertulang dapat sekaligus di-cover oleh adanya nominal tarik dan geser tambahan

9
dari serat pada sifat daktil balok untuk fiber reinforced concrete. Serat yang dipakai
dalam campuran beton akan mengadaptasi tindakan yang akan dilakukan oleh
tulangan. Campuran orientasi random pada balok beton meningkatkan parameter
tarik dan geser dengan sifat daktil yang bertambah pada balok beton bertulang
dalam menutupi sifat getas beton tersebut.
Distribusi tegangan pada kondisi ultimate bahkan kuat getas atau ultimate
strength akan menjadi lebih tinggi pada beton fiber akibat dari kuat tarik, geser,
regangan desak, dan tegangan tarik beton fiber yang lebih besar dari pada beton
bertulang normal (konvensional) (Apriyatno, 2009).

2.4 Bahan Penyusun Beton


Beton terdiri dari campuran homogen agregat kasar, agregat halus, semen,
air dan bahan tambah baik kimiawi maupun alami.

2.4.1 Agregat Kasar


Agregat kasar adalah salah satu material campuran beton yang sangat
berpengaruhi karena 70-75% kekuatan beton terletak pada agregat kasar (Mustofa,
2015). Selain berperan dalam memberikan kekuatan beton agregat kasar juga
berperan dalam meningkatkan daya tahan (durabilitas), agregat kasar mempunyai
ukuran butir lebih besar dari 4,75 mm atau tidak lolos saringan no.4 (Sulianti et al.,
2018).

2.4.2 Agregat Halus


Agregat halus adalah pasir yang berasal dari alam dengan ukuran butirannya
lebih kecil dari 4,75 mm atau lebih besar dari 0,075 mm yang lolos saringan no.4
dan tidak lolos saringan no.200 (Sulianti et al., 2018). Berdasarkan SNI 03-1750-
1990, agregat halus yang tersisa di atas ayakan No. 4, 1, dan 0,25 mm berturut-turut
tidak boleh melebihi 2%, 10%, dan 80 hingga 90% berat total agregat halus.
Penggunaan agregat dari berbagai macam tempat perlu dilakukan demi
mendapatkan kualitas pasir yang optimum karena setiap daerah memiliki kualitas
pasir yang berbeda (Gunawan, 2014).

10
2.4.3 Semen Portland
Semen portland mengandung silikat-silikat kalsium yang berperan aktif
dalam reaksi pozzolan yang jika bereaksi dengan air maka akan aktif mengikat
material campuran beton (Rismayasari, 2012). Ukuran partikel semen
mempengaruhi kekuatan beton dimana semakin kecil ukuran partikel semen maka
akan didapatkan luas Interfacial Transition Zone (ITZ) yang lebih luas sehingga
memperbesar permukaan ikatan dengan air dan memperbanyak reaksi tumbukan
partikel sehingga pengikatan terjadi lebih kuat.
Semen portland membutuhkan waktu 14 hari untuk mencapai kekuatan
yang cukup dan 28 hari untuk mencapai kekuatan rencana dengan klasifikasi dalam
5 tipe yaitu :
1. Tipe I : digunakan untuk seluruh konstruksi beton yang tidak perlu persyaratan
khusus pada tipe-tipe lain.
2. Tipe II : digunakan ketika dalam konstruksinya membutuhkan ketahanan
terhadap sulfat atau panas hidrasi sedang, yang panas hidrasinya lebih rendah
dari pada semen portland tipe I.
3. Tipe III : cocok digunakan pada konstruksi dengan lingkungan suhu rendah.
Kekuatan semen tipe III pada umur 3 hari sama dengan kekuatan semen tipe I
pada umur 7 hari. Dengan ukuran panas hidrasi semen tipe III yaitu 50% lebih
tinngi dari semen tipe I.
4. Tipe IV : digunakan saat memerlukan panas hidrasi rendah, dengan
pengembangan kekuatan lebih lambat dibanding semen tipe I.
5. Tipe V : semen tipe V digunakan saat memerlukan ketahanan dalam asam sulfat.
Penggunaan semen ini cocok diaplikasikan pada lingkungan ekstrim seperti air
gambut, air laut, air payau, air tambang, dan lingkungan asam sulfat.

2.4.4 Air
Demi kemudahan pengerjaan dan pemadatan serta pelumas material dalam
campuran beton maka dibutuhkan air dalam campuran beton yang dapat bereaksi
dengan semen sehingga menghasilkan ikatan antar material (Rismayasari, 2012).
Tingkat kemudahan pengerjaan dilihat dari nilai faktor air semen (FAS) yaitu rasio

11
jumlah air terhadap semen. Semakin tinggi nilai FAS maka semakin tinggi
kemudahan pengerjaan namun dapat menurunkan kuat tekan beton dan sebaliknya
(Sari et al., 2015).

2.4.5 Serat Polypropylene (PP)


Dewasa ini banyak penelitian menggunakan plastik sebagai bahan tambah
dalam pembuatan beton. Sifat plastik dengan densitas rendah, isolasi terhadap
listrik, ketahanan bahan kimia tertentu, ringan dan biaya pembuatan murah dapat
dimanfaatkan sebagai bahan substitusi dalam campuran beton. Kandungan polimer
dapat meningkatkan kualitas beton. Polimer merupakan molekul-molekul besar
dengan karbon dan hidrogen sebagai molekul utama. Salah satu jenis polimer
adalah C3H6 (Polypropylene) dengan sifat fisik warna putih mengkilap dan
permukaan halus (Pamudji et al., 2008). Berikut spesifikasi serat polypropylene
disajikan dalam Tabel 2.1

Tabel 2.1 Spesifikasi Serat Polypropylene


Parameter Nilai
Specific Gravity 0,91 g/cm3
Fibre Length 12 mm
Fibre Diameter 18 µm
Tensile Strength 25 ksi
Elastic Modulus 300 ksi
Water Absorption Nol
Melting point 320°F
Packaging 0,6 kg/bag
Sumber : PT. Sika Indonesia

2.5 Pengujian Beton


Pengujian yang dilakukan pada penelitaian ini yaitu pengujian kuat tekan,
kuat tari, dan kuat geser. Pengujian kuat tekan dan kuat tarik menggunakan sampel
silinder sedangkan pengujian kuat geser menggunakan sampel balok.

12
2.5.1 Pengujian Kuat Tekan Beton
Kuat tekan beton digunakan sebagai parameter utama penentu kekuatan
beton yang dinyatakan dalam beban per satuan luas (N/mm2 atau MPa). Jika nilai
kuat tekan yang diperoleh tinggi, maka nilai parameter fisik dan mekanik juga
meningkat. Tingginya nilai kuat tekan beton bergantung pada Faktor Air Semen
(FAS), sifat dan kualitas bahan, perbandingan bahan penyusun, slump, cara
pengerjaan, dan perawatan beton (Gumelar & Wardhono, 2019).
Kuat tekan beton dapat diperoleh dengan menggunakan mesin kuat tekan
(compressive test machine) berdasarkan persamaan dalam SNI 1974-2011 yaitu
pada Rumus 2.1 sebagai berikut.

f’c = 𝑃
(2.1)
𝐴

dengan :
f’c = Kuat Tekan Beton (MPa)
P = Beban Aksial (N)
A = Luas Permukaan Benda Uji (mm2)

2.5.2 Pengujian Kuat Tarik Beton


Nilai kuat tarik belah diperoleh melalui pengujian tekan di
laboratorium dengan membebani setiap benda uji selinder secara lateral
sampai dengan pada kekuatan maksimum. Pengujian kuat tarik belah bertujuan
untuk mengevaluasi ketahanan tarik dari struktur yang terbuat dari beton (SNI-
03-2491-2002).
Pengujian kuat tarik beton dilakukan berdasarkan SNI 03-2491-2014.
Besarnya tegangan tarik beton dapat dihitung menggunakan Rumus 2.2 sebagai
berikut.

2𝑝
𝑓𝑐𝑡 = 𝐷.𝐿
(2.2)

13
Keterangan :
Fct = Tegangan tarik beton (MPa)
P = Beban maksimum (N)
D = Diameter silinder (mm)
L = Panjang silinder (mm)

2.5.3 Pengujian Kuat Geser


Kuat geser adalah salah satu sifat beton keras atau hard concrete dengan
pemberian pembebanan dibandingkan dengan lebar lintang patah arah horizontal
dan vertikal. Tegangan geser pada umumnya diperoleh dari pengujian kuat geser
langsung (direct shear) menggunakan alat geser langsung. Ruang lingkup pada
penelitian ini yaitu memperoleh parameter ketahanan geser dengan pemberian
beban melalui load frame. Parameter yang digunakan dari alat tersebut adalah
beban aksial yang kemudian diolah menjadi nilai kuat geser beton. Tahanan geser
akan diperoleh berdasarkan besarnya gaya friksi antar partikel beton. Gaya yang
bekerja pada sampel akan mencapai gaya maksimum yang dapat ditahan oleh
sampel hingga diperoleh keretakan beton.
Nilai kuat geser beton dari beban aksial yang diperoleh dari hasil pengujian
kemudian diolah menggunakan Rumus 2.3 sebagai berikut.
𝑉𝑢 = 0.5 × 𝑃 (2.3)

Nilai kapasitas geser nominal yang dimiliki beton dapat diperhitungkan


dengan Rumus 2.4 sebagai berikut (SNI 03-2847-2002):
1
𝑉𝑢 = 6 𝜆√𝑓′𝑐 × 𝑏 × ℎ (2.4)

dengan:
Vu = Kuat geser nominal yang diberikan oleh beton (MPa)
λ = Nilai koefisien tahanan geser sebesar 1 untuk beton normal
f’c = Kuat tekan beton (MPa)

14
b = Lebar balok beton (mm)
h = Tinggi balok beton (mm)

2.5.4 Response 2000


Salah satu aplikasi yang digunakan dalam perencanaan struktur yaitu
Response 2000. Response 2000 dikembangkan oleh Hadrian Software Works.
Hadrian Software Works adalah cabang dari perangkat lunak teknis yang
dikembangkan oleh Profesor Evan Bentz dari University of Toronto. Perangkat
lunaknya seperti program Response telah diunduh oleh lebih dari 95.000 peneliti
dan insinyur di 159 negara hingga saat ini. Situs web ini menyimpan program-
program ini dan mengizinkan para insinyur untuk mengaksesnya secara gratis.
Tampilan awal perangkat lunak Response 2000 dapat dilihat pada Gambar 2.3
sebagai berikut

Gambar 2.3 Tampilan Awal Perangkat Lunak Response 2000


Software ini mudah digunakan untuk menghitung kekuatan dan daktilitas
penampang beton bertulang yang mengalami beban geser, momen, dan aksial.
Ketiga beban dipertimbangkan secara bersamaan untuk menemukan respon beban-
deformasi penuh menggunakan penelitian terbaru berdasarkan teori medan
kompresi yang dimodifikasi. Program ini awalnya dikembangkan di University of
Toronto 1995-2000 oleh Evan Bentz sebagai proyek PhD yang diawasi oleh
Profesor Michael P. Collins. Sejak itu Profesor Evan Bentz terus mengerjakan
program tersebut dan situs web ini berisi informasi tentang karya elektronik dan
jurnalnya.

15
Response mampu menghitung kekuatan balok dan kolom konvensional
sebaik atau lebih baik dari metode yang ada dan yang lebih penting mampu
membuat prediksi kekuatan geser untuk penampang yang tidak dapat dengan
mudah dimodelkan saat ini seperti kolom bundar. Di samping itu, Response 2000
dapat menghasilkan keakuratan prediksi ketahanan geser sampel beton dengan rasio
nilai 1,05 dibanding hasil eksperimen 534 sampel balok beton dan koefisien variasi
12% yang nilainya lebih kecil dibanding nilai analisis berdasarkan ACI 318-08
(Building Code Reiquirements for Reinforced Concrete) yaitu dengan rasio 1,20
dan koefisien variasi 32%. Hal ini menunjukkan bahwa analisis kuat geser balok
beton response 2000 lebih akurat dibandingkan ACI 318-08 (Metwally, 2012).
Dengan input dan output yang cepat, antarmuka berbasis windows dan output
grafis yang cukup untuk memudahkan pengecekan hasil, Response 2000
memungkinkan insinyur untuk memeriksa perilaku balok dan kolom dengan tingkat
kepercayaan dan akurasi yang baru.

16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Struktur dan Laboratorium
Teknologi Bahan Fakultas Teknik Universitas Riau dengan beberapa tahapan.
Tahap pertama yaitu studi literatur dengan membaca referensi terkait dan sintesis
literatur, dilanjutkan dengan eksperimen pembuatan benda uji yaitu beton dengan
penambahan serat polypropylene. Benda uji kemudian diuji dengan pengujian kuat
tekan, kuat tarik, dan kuat geser. Adapun sampel yang diuji adalah sampel dengan
variasi material additive yang dibandingkan dengan beton kontrol (beton
konvensional).
Material yang digunakan dalam campuran beton konvensional atau beton
kontrol adalah agregat kasar, agregat halus, semen, dan air. Sementara semen yang
dipakai adalah semen jenis Portland Composite Cement (PCC) dari PT. Semen
Padang. Pembuatan benda uji diperlukan dengan mengikuti jobmix yang sudah
disiapkan setelah dilakukan pengujian karakteristik agregat. Penggunaan serat
polypropylene pada benda uji dilakukan berdasarkan jobmix sebagai additive dari
berat volume beton. Adapun nilai kuat tekan rencana pada penelitian ini yaitu 20
MPa dan pengujian yang dilakukan adalah berdasarkan Standar Nasional Indoneisa
(SNI) dan standar yang berlaku untuk beton.
Perencanaan campuran beton pada penelitian ini didasarkan atas penelitian
terdahulu yang sudah disimpulkan berdasarkan sintesis literatur sehingga
diharapkan memperoleh campuran beton dengan kualitas yang lebih bagus dari
pada beton konvensional. Benda uji tetap dicetak dan diuji berdasarkan standar
yang berlaku. Benda uji untuk sampel pengujian kuat tarik dan kuat tekan yaitu
benda uji silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Sebelum dilakukan
pengujian, benda uji perlu dirawat dengan cara merendamnya di air normal selama
28 hari. Sedangkan untuk pengujian kuat geser digunakan sampel dengan bentuk
balok dengan dimensi 125x10x20 cm. Sebelum dilakukan pengujian benda uji di
curing menggunakan karung yang dibasahkan selama 28 hari.

17
3.2 Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi peralatan yang
digunakan untuk pengujian properties atau karakteristik agregat kasar dan agregat
halus, peralatan pembuatan benda uji silinder maupun benda uji balok, peralatan
pengujian benda uji silinder seperti pengujian kuat tekan maupun pengujian kuat
tarik, dan peralatan pengujian kuat geser pada benda uji balok.

3.2.1 Peralatan Pengujian Properties Agregat


Peralatan yang digunakan dalam pengujian properties agregat atau
karakteristik agregat yaitu ditunjukkan pada Tabel 3.1 sebagai berikut.

Tabel 3.1 Peralatan untuk Pengujian Properties Agregat


No. Peralatan Fungsi
1 Timbangan Menimbang material
2 Mould dan tongkat pemadat Menguji berat volume agregat kasar dan
agregat halus
3 1 set saringan Mengayak material
4 Talam Wadah material
5 Piknometer Menguji berat jenis agregat halus
6 Ember dan handuk Menguji berat jenis agregat kasar
7 Oven Mengeringkan agregat
8 Gelas ukur dan penggaris Menguji kadar lumpur agregat halus
9 Mesin Los Angeles Menguji keausan agregat kasar
10 Botol plastik dan kertas parameter Menguji kadar organik agregat halus
organik
11 Cangkul dan sekop Memindahkan material ke wadah

3.2.2 Peralatan Pembuatan Benda Uji


Peralatan yang digunakan harus bersih dan tidak terkontaminasi agar tidak
berpengaruh pada campuran beton. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan
benda uji silinder dan benda uji balok ditunjukkan pada Tabel 3.2 sebagai berikut.

18
Tabel 3.2 Peralatan untuk Pembuatan Benda Uji
No. Peralatan Fungsi
1 Timbangan Menimbang material
2 Ember Menampung material
3 Sendok semen Memindahkan dan meratakan campuran
beton
4 Kerucut Abrams Menguji slump campuran beton segar
5 Penggaris Mengukur nilai slump
6 Concrete Mixer Mengaduk campuran beton segar
7 Gerobak Wadah sementara beton segar
8 Cetakan balok ukuran 10x20x125 Mencetak benda uji untuk pengujian
cm kuat geser
9 Cetakan silinder diameter 150 mm Mencetak benda uji untuk pengujian
dan tinggi 300 mm kuat tekan dan kuat tarik

3.2.3 Peralatan Pengujian Benda Uji


Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pengujian benda uji
ditunjukan pada Tabel 3.3 sebagai berikut.

Tabel 3.3 Peralatan untuk Pengujian Benda Uji


No. Nama Pengujian Peralatan Fungsi
1 Kuat Tekan Capping Meratakan permukaan benda uji
Universal Testing Menguji kuat tekan beton
Machine
Timbangan Menimbang benda uji

2 Kuat Tarik belah Jangka sorong Mengukur dimensi


Timbangan Menimbang berat sampel
Alat uji kuat tarik Menguji kuat tarik

3 Kuat Geser Pompa Hidrolik Memberi tekanan pada hydraulic


actuator
Hydraulic actuator Alat tekan hidrolik sebagai
simulasi pembebanan
Load cell Mengukur beban berupa tekanan
Switch box Penghubung beberapa alat
instrument ke data logger
Data logger Menerima, menerjemah, dan
merekam data yang diperoleh dari
insturmen yang terhubung

19
3.3 Pengadaan Bahan Penelitian
Bahan penyusun beton yang digunakan pada penelitian tugas akhir ini
diawali dengan melewati tahapan pengujian karakteristik material terlebih dahulu
sebelum melakukan pencampuran beton agar memenuhi persyaratan untuk
campuran beton. Material penyusun beton yang digunakan pada penelitian ini yaitu

3.3.1 PCC ( Portland Composite Cement)


Semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen jenis Portland
Composite Cement) (PCC) yang diproduksi PT. Semen Padang. Alasan
penggunaan semen jenis PCC adalah lebih mudah diperoleh dibandingkan semen
OPC. Semen yang dipakai sudah memenuhi standar dari fabrikasi semen yang
dibeli berdasarkan SNI 7064-2004. Berat jenis semen yaitu 3,15 gram/cm3. Semen
yang digunakan dalam campuran beton dihitung berdasarkan perhitungan job mix
yang diperoleh setelah dilakukan pengujian karakteristik agregat. Semen PCC dapat
dilihat pada Gambar 3.1 di bawah ini.

Gambar 3.1 Portland Composite Cement (PCC)


3.3.2 Air
Air yang digunakan dalam penelitian ini adalah air bersih atau air suling
yang memenuhi persyaratan air bersih dalam campuran mortar atau beton menurut
SNI 01-3553-2015. Air yang digunakan memiliki pH 6-9.

3.3.3 Agregat Kasar


Agregat kasar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kerikil berasal dari
PT. Mitra Beton Mandiri, Rimbo Panjang, Kabupaten Kampar, Riau. Pengujian
karakteristik perlu dilakukan agar sesuai dengan standar SNI yang berlaku dalam
pembuatan campuran beton. Agregat kasar merupakan material dalam campuran

20
beton yang memberikan 70-75 % kekuatan beton (Mustofa, 2015). Selain berperan
dalam memberikan kekuatan beton agregat kasar juga berperan dalam
meningkatkan daya tahan (durabilitas) dengan ukuran lebih besar dari 4,75 mm
(Sulianti et al., 2018). Agregat kasar dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut

Gambar 3.2 Agregat Kasar

3.3.4 Agregat Halus


Agregat halus yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pasir yang berasal
dari PT. Mitra Beton Mandiri, Rimbo Panjang, Kabupaten Kampar, Riau. Agregat
yang dipakai perlu diuji karakteristiknya agar sesuai dengan standar SNI yang
berlaku dalam pembuatan campuran beton. Agregat halus memiliki ukuran butiran
lebih kecil dari 4,75 mm atau lebih besar dari 0,075 mm yang lolos saringan no.4
dan tidak lolos saringan no.200 (Sulianti et al., 2018). Berdasarkan SNI 03-1750-
1990, agregat halus yang tersisa di atas ayakan No. 4, 1, dan 0,25 mm berturut-turut
tidak boleh melebihi 2%, 10%, dan 80 hingga 90% berat total agregat halus.
Penggunaan agregat dari berbagai macam tempat perlu dilakukan demi
mendapatkan kualitas pasir yang optimum karena setiap daerah memiliki kualitas
pasir yang berbeda (Gunawan, 2014). Agregat halus dapat dilihat pada Gambar 3.3
berikut

21
Gambar 3.3 Agregat Halus

3.3.5 Serat Polypropylene


Dewasa ini banyak penelitian menggunakan plastik sebagai bahan tambah
dalam pembuatan beton. Sifat plastik dengan densitas rendah, isolasi terhadap
listrik, ketahanan bahan kimia tertentu, ringan dan biaya pembuatan murah dapat
dimanfaatkan sebagai bahan substitusi dalam campuran beton. Pembuatan beton
yang lebih baik dari beton biasa dapat dilakukan dengan pemanfaatan plastik karena
kandungan polimer dalam plastik. Polimer merupakan molekul-molekul besar
dengan karbon dan hidrogen sebagai molekul utama. Salah satu jenis polimer
adalah C3H6 (Polypropylene) dengan sifat fisik warna putih mengkilap dan
permukaan halus. Plastik merupakan polymer termoplastic dimana dapat mudah
encer ketika terkena panas sehingga kemudian mudah dibentuk sesuai pola yang
diinginkan (Pamudji et al., 2008). Serat polypropylene yang digunakan pada
penelitian ini yaitu serat yang di produksi oleh SikaFiber dengan spesifikasi tertera
pada Tabel 3.4 sebagai berikut.
Tabel 3.4 Spesifikasi Serat Polypropylene

No. Nama Nilai Satuan


1 Length 12 mm
2 Tensile Strength 25 Ksi
3 Specific gravity 0.91 gr/cm3
4 E-Modulus 300 Ksi
5 melting point 320 oF

Sumber: SikaFiber PPM-US

22
3.4 Pengujian Karakteristik Material
Pengujian karakteristik material diperlukan untuk merencanakan campuran
(mix design) dan pengujian kelayakan material yang digunakan pada campuran
beton. Pengujian karakteristik material meliputi pengujian agregat kasar dan
agregat halus.

3.4.1 Agregat Kasar


Pemeriksaan karakteristik agregat kasar dilakukan dengan beberapa
pemeriksa atau pengujian meliputi pengujian berat volume, pengujian kadar air,
pengujian berat jenis, pengujian analisa saringan dan pengujian keuasan agregat.

3.4.1.1 Pengujian Berat Volume Agregat Kasar


Pengujian berat volume bertujuan untuk mendapatkan nilai berat volume
dalam kondisi padat dan kondisi gembur. Agregat yang digunakan adalah agregat
kasar dalam kondisi Saturated Surface Dry (SSD). Untuk pengujian dalam kondisi
padat dilakukan dengan memasukkan agregat ke dalam mould hingga 1/3 mould
dan ditusuk sebanyak 25 kali dengan tongkat penusuk. Hal tersebut dilakukan juga
untuk 2/3 bagian dan 3/3 bagian. Permukaan atas mould yang diisi oleh agregat
diratakan menggunakan tongkat penusuk. Mould yang berisi agregat tersebut
ditimbang dan dinyatakan sebagai (W1). Mould yang tidak berisi agregat ditimbang
juga dan dinyatakan sebagai (W2). Volume mould juga dihitung dengan mengukur
ketinggian mould dan diameternya menggunakan penggaris dan jangka sorong
kemudian dinyatakan sebagai V. Pengujian berat volume agregat juga dilakukan
dengan cara yang sama namun tidak perlu memasukkan agregat secara bertahap.
Pengujian ini mengacu pada SNI 03-4804-1998. Adapun perhitungan berat volume
agregat kasar dengan Rumus (3.1) dan (3.2).

𝑊1−𝑊2
Berat Volume Kondisi Padat = (3.1)
𝑉

𝑊3−𝑊2
Berat Volume Kondisi Gembur = (3.2)
𝑉

23
Keterangan:
W1 = Berat agregat + mould dalam kondisi padat (kg)
W2 = Berat mould (kg)
W3 = Berat agregat + mould dalam kondisi gembur (kg)
V = Volume mould (m3)

3.4.1.2 Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar


Agregat kasar direndam di dalam air selama ±24 jam, kemudian benda uji
dimasukkan ke dalam keranjang dan ditimbang di dalam air, dinyatakan sebagai
berat benda uji kondisi jenuh (B). Agregat kasar dikeluarkan dari keranjang dan
dilap permukaannya menggunakan handuk untuk mendapatkan kondisi Saturated
Surface Dry (SSD) kemudian ditimbang dan dinyatakan sebagai berat kondisi SSD
(A). Benda uji dikeringkan menggunakan oven selama ±24 jam pada suhu
(110±5)°C dan ditimbang. Berat tersebut dinyatakan sebagai berat benda uji kondisi
kering (C). Nilai yang didapatkan dari pengujian ini adalah berat jenis curah kering,
berat jenis permukaan jenuh, berat jenis semu, dan penyerapan agregat. Pengujian
ini berdasarkan acuan SNI 20-1969-2008.
Adapun perhitungan berat jenis untuk agregat kasar adalah sebagai berikut.
a. Berat jenis curah kering (bulk specific gravity);

𝐶 (3.3)
(𝐴 − 𝐵)

b. Berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry);

𝐴
(𝐴 − 𝐵) (3.4)

24
c. Berat jenis semu (apparent surface dry);
𝐶 (3.5)
(𝐶 − 𝐵)

d. Penyerapan;
𝐴−𝐶 (3.6)
( ) × 100%
𝐶

Keterangan:
A = Berat benda uji kondisi SSD di udara (gram)
B = Berat benda uji kondisi jenuh air di dalam air (gram)
C = Berat benda uji kondisi kering di udara (gram)

3.4.1.3 Pengujian Kadar Air Agregat Kasar


Pengujian kadar air bertujuan untuk menghitung kandungan air yang
terdapat didalam agregat dan dinyatakan dalam persen. Benda uji yang digunakan
adalah agregat kasar yang diambil dalam kondisi lapangan dan ditimbang sebanyak
1000 gram dinyatakan sebagai (W2). Benda uji dikeringkan menggunakan oven
dengan suhu (110±5)°C selama 24 jam dan dinyatakan sebagai (W1). Pengujian ini
dilakukan berdasarkan acuan yaitu SNI 03-1971-1990. Adapun perhitungan
pengujian kadar air agregat kasar yaitu dengan Rumus (3.7):

𝑊2 − 𝑊1
𝑊𝐶 = ( ) × 100% (3.7)
𝑊1
Keterangan:
WC = Kadar air agregat (Water Content) (%)
W2 = Berat benda uji awal (gram)
W1 = Berat benda uji kondisi kering (gram)

25
3.3.4.4 Pengujian Analisa Saringan Agregat Kasar
Pengujian Analisa saringan bertujuan untuk mengetahui gradasi agregat.
Benda uji yang digunakan adalah agregat kasar dalam kondisi kering yang
dikeringkan menggunakan oven pada suhu (110±5)°C selama 24 jam sebanyak 10
kg. Benda uji kemudian dimasukkan ke dalam satu set saringan dan diguncang
selama 15 menit. Perhitungan yang dilakukan dalam analisis ini adalah perhitungan
untuk persentase berat tertahan saringan, persentase berat lolos saringan, perentase
berat tertahan komulatif saringan, persentase berat komulatif lolos saringan, dan
modulus kehalusan. Untuk berat benda uji yang digunakan mengikuti berat
minimum agregat kasar berdasarkan standar SNI 03-1968-1990 sebagai berikut.
a. Ukuran maksimum 3,5”; berat minimum 35,0 kg
b. Ukuran maksimum 3”; berat minimum 30,0 kg
c. Ukuran maksimum 2,5”; berat minimum 25,0 kg
d. Ukuran maksimum 2”; berat minimum 20,0 kg
e. Ukuran maksimum 1,5”; berat minimum 15,0 kg
f. Ukuran maksimum 1”; berat minimum 10,0 kg
g. Ukuran maksimum ¾”; berat minimum 5,0 kg
h. Ukuran maksimum ½”; berat minimum 2,5 kg
i. Ukuran maksimum 3/8”; berat minimum 1,0 kg
Susunan saringan yang digunakan pada pengujian agregat kasar dapat
dilihat pada Tabel 3.5 berikut

Tabel 3.5 Susunan Saringan Analisa Saringan Agregat Kasar


Nomor Ukuran Lubang Ayakan
Saringan. (mm)
1” 25,4
3/4” 19,1
1/2” 12,7
3/8” 9,52
1/4” 6,35
No. 4 4,75
Pan -
Sumber : SNI 03-1968-1990

26
3.3.4.5 Pengujian Keausan Agregat Kasar
Agregat kasar mempunyai ketahanan terhadap aus karena adanya gesekan
dan tekanan dari faktor eksternal sehingga menjadi penjamin besar kekuatan beton.
Hal ini dapat diuji dengan pengujian keausan agregat kasar dengan menggunakan
mesin Los Angeles. Sebelum melakukan pengujian ini, perlu diperhatikan gradasi
yang digunakan dalam pengujian. Kategori pengujian berdasarkan gradasi itu dapat
pula diperoleh dari hasil analisa saringan agregat kasar. Pengelompokan gradasi
dapat dilihat pada Tabel 3.6. Gradasi tersebut menentukan berat agregat, jumlah
bola, dan jumlah putaran mesin. Gradasi A, B,C, dan D membutuhkan 500 putaran
mesin. Gradasi E, F, dan G membutuhkan 1000 putaran mesin. Kecepatan
perputaran adalah 30-33 rpm. Agregat kasar yang sudah disiapkan dan ditimbang
(a) berdasarkan gradasi dimasukkan ke dalam mesin Los Angeles dan dinyalakan
sesuai jumlah putaran dan kecepatan putaran. Setelah itu, agregat kasar dikeluarkan
dari mesin dan disaring dengan saringan no. 12 (1,70 mm). Agregat kasar yang
tertahan saringan no. 12 dibersihkan dan dikeringkan dalam oven dengan suhu
(110±5)°C hingga berat tetap. Agregat kasar yang sudah kering ditimbang dan
dicatat beratnya (b). Pengujian ini berdasarkan SNI 03-2417-2008 Pengujian ini
dihitung dengan Rumus (3.8).

𝑎−𝑏
𝐾𝑒𝑎𝑢𝑠𝑎𝑛 = × 100% (3.8)
𝑎

Keterangan:
a = Berat benda uji awal (gram)
b = Berat benda uji tertahan saringan no. 12 (gram)

Daftar gradasi dan berat benda uji pengujian keausan agregat kasar pada
penelitian ini berdasarkan SNI 03-2417-2008 ditunjukkan pada Tabel 3.6 berikut.

27
Tabel 3.6 Daftar Gradasi dan Berat Benda Uji Pengujian Keausan Agregat Kasar
Ukuran
Gradasi dan berat benda uji (gram)
Saringan
Tertaha
Lolos
n A B C D E F G
(mm) (mm)
2500±
-
- 50 -
75 63 - - - -
- 2500± -
63 50 - - - 5000±
- 50 -
50 37,5 - - - 50
1250± 5000± 5000±
37,5 25 - - - 5000±
25 50 50
- 50
1250±
-
25 19 25 - - - - -
2500±
19 12,5 1250± - - - - -
25 50
-
1250± 2500± -
12,5 9,5 2500± - - -
25 50 -
9,5 6,3 50 - - -
- - 2500±
6,3 4,75 2500± - - -
- - 50
50
2500±
4,75 2,36 - - - 50 - - -
5000± 5000± 5000± 5000± 10000 10000 10000
Total 10 10 10 10 ±10 ±10 ±10
Jumlah Bola 12 11 8 6 12 12 12
Berat Bola 5000± 4584± 3300± 2500± 5000± 5000± 5000±
(gram) 25 25 25 15 25 25 25
Sumber : SNI 03-2417-2008

3.4.2 Agregat Halus


Pemeriksaan karakteristik agregat halus dilakukan dengan beberapa
pemeriksa atau pengujian meliputi pengujian berat volume, pengujian kadar air,
pengujian berat jenis, pengujian analisa saringan, kadar lumpur, dan pengujian
kadar organik.

3.4.2.1 Pengujian Berat Volume Agregat Halus


Pengujian berat volume bertujuan untuk mendapatkan nilai berat volume
dalam kondisi padat dan kondisi gembur. Agregat yang digunakan adalah agregat
halus dalam kondisi Saturated Surface Dry (SSD). Untuk pengujian dalam kondisi
padat dilakukan dengan memasukkan agregat ke dalam mould hingga 1/3 mould

28
dan ditusuk sebanyak 25 kali dengan tongkat penusuk. Hal tersebut dilakukan juga
untuk 2/3 bagian dan 3/3 bagian. Permukaan atas mould yang diisi oleh ageragat
diratakan menggunakan tongkat penusuk. Mould yang berisi agregat tersebut
ditimbang dan dinyatakan sebagai (W1). Mould yang tidak berisi agregat ditimbang
juga dan dinyatakan sebagai (W2). Volume mould juga dihitung dengan mengukur
ketinggian mould dan diameternya menggunakan penggaris dan jangka sorong
kemudian dinyatakan sebagai V. Pengujian berat volume agregat juga dilakukan
dengan cara yang sama namun tidak perlu memasukkan agregat secara bertahap.
Pengujian ini mengacu pada SNI 03-4804-1998. Adapun perhitungan berat volume
agregat dengan Rumus (3.9) dan (3.10).
𝑊1−𝑊2
Berat Volume Kondisi Padat = (3.9)
𝑉

𝑊3−𝑊2
Berat Volume Kondisi Gembur =
𝑉 (3.10)
Keterangan:
W1 = Berat agregat + mould dalam kondisi padat (kg)
W2 = Berat mould (kg)
W3 = Berat agregat + mould dalam kondisi gembur (kg)
V = Volume mould (m3)

3.4.2.2 Pengujian Berat Jenis Agregat Halus


Benda uji dikeringkan dengan menggunakan oven. Kemudian benda uji
dimasukkan ke dalam metal sand cone mold dan ditumbuk 25 kali setiap 1/3 bagian.
Kerucut tersebut diangkat dan dilihat kondisi jatuh agregatnya. Jika agregat runtuh
pada bagian samping dan bagian tengah tetap tegak maka agregat dapat dinyatakan
sudah mencapai kondisi SSD. Setelah itu benda uji dapat digunakan untuk
pengujian berat jenis. Piknometer ditimbang dan dinyatakan sebagai (A). Benda uji
diambil sebanyak 500 gram (B) dan dimasukkan ke dalam piknometer kemudian
diisi dengan air hingga mencapai 90% volume piknometer atau hingga batas merah
piknometer. Piknomiter diguncang-guncang hingga gelembung udara didalam
piknometer hilang. Piknometer selanjutnya direndam di air selama 24 jam.

29
Kemudian ditimbang berat piknometer + air + pasir dan dinyatakan sebagai (C).
Keluarkan sampel dari piknometer setelah itu dikeringkan di dalam oven selama 24
jam, timbang dan dinyatakan sebagai (E). Selanjutnya piknometer diisi dengan air
hingga mencapai batas merah atau 90% volume piknometer dan ditimbang. Berat
piknometer dan air dinyatakan sebagai (D). Pengujian ini mengikuti prosedur acuan
yaitu SNI 1970-1990. Adapun perhitungan berat jenis dan penyerapan agregat halus
yang ditampilkan pada Rumus (3.11), (3.12), (3.13), dan (3.14).

a. Berat jenis curah kering (bulk specific gravity);


𝐸
(3.11)
(𝐵 +𝐷 − 𝐶)

b. Berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry);


𝐵
(𝐵 + 𝐷 − 𝐶) (3.12)

c. Berat jenis semu (apparent surface dry);


𝐸
(3.13)
(𝐸 + 𝐷 − 𝐶)

d. Penyerapan;
𝐵−𝐸 (3.14)
( ) × 100%
𝐸
Keterangan:
B = Berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan (gram)
C = Berat piknometer + benda uji + air (gram)
D = Berat piknometer + air (gram)
E = Berat benda uji kondisi kering (gram)

30
3.4.2.3 Pengujian Kadar Air Agregat Halus
Pengujian kadar air bertujuan untuk menghitung kandungan air yang
terdapat didalam agregat halus dan dinyatakan dalam persen. Benda uji yang
digunakan adalah agregat halus yang diambil dalam kondisi lapangan dan
ditimbang sebanyak 500 gram dinyatakan sebagai (W2). Benda uji dikeringkan
menggunakan oven dengan suhu (110±5)°C selama 24 jam dinyatakan sebagai
(W1). Pengujian ini dilakukan berdasarkan acuan yaitu SNI 03-1971-1990. Adapun
perhitungan pengujian kadar air agregat yaitu dengan Rumus (3.15):

𝑊2 − 𝑊1
𝑊𝐶 = ( ) × 100% (3.15)
𝑊1
Keterangan:
WC = Kadar air agregat (Water Content) (%)
W2 = Berat benda uji awal (gram)
W1 = Berat benda uji kondisi kering (gram)

3.4.2.4 Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus


Pengujian Analisa saringan bertujuan untuk mengetahui gradasi agregat halus.
Benda uji yang digunakan adalah agregat halus dalam kondisi kering yang
dikeringkan menggunakan oven pada suhu (110±5)°C selama 24 jam sebanyak 10
kg. benda uji kemudian dimasukkan ke dalam satu set saringan dan diguncang
selama 15 menit. Berat minimum sampel agregat halus yaitu sebagai berikut.
a. Ukuran maksimum 4,76 mm; berat minimum 500 gram
b. Ukuran maksimum 2,38; berat minimum 100 gram

Susunan saringan yang digunakan pada pengujian agregat halus


berdasarkan SNI 03-1968-1990 dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut

31
Tabel 3.7 Ukuran Saringan Analisa Saringan Agregat Halus
Nomor Ukuran Lubang Ayakan
Saringan (mm)
No. 4 4,75
No. 8 2,375
No.16 1,19
No. 30 0,6
No. 60 0,25
No. 100 0,15
No. 200 0,075
Pan -
Sumber : SNI 03-1968-1990

3.4.2.5 Pengujian Kadar Organik Agregat Halus


Pengujian kadar organik agregat halus bertujuan untuk mengetahui
kandungan kadar organik dalam agregat dengan bantuan kertas parameter
pembanding. Pengujian ini mengikuti acuan SNI 03-2816-1992 tentang Metode
Pengujian Kotoran Organik dalam Pasir untuk Campuran Mortar atau Beton. Bahan
yang perlu disiapkan dalam pengujian ini adalah agregat halus kondisi lapangan,
NaOH 3%, dan air bersih. Agregat halus dimasukkan ke dalam botol ukur hingga
skala 130 mL. Larutan NaOH 3% dimasukkan ke dalam gelas ukur hingga volume
mencapai 200 mL. Campuran tersebut kemudian ditutup dalam botol dan dikocok
kemudian didiamkan selama 24 jam pada suhu ruangan. Setelah itu, cocokkan
warna larutan benda uji dengan kertas warna parameter pembanding zat organik.
Jika diperoleh warna larutan lebih gelap dari kertas no.3, maka agregat halus
dinyatakan tidak baik untuk campuran dalam pembuatan mortar atau beton karena
kandungan organik yang tinggi.

3.4.2.6 Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus


Pengujian ini berdasarkan SNI 03-1750-1990. Banyaknya kandungan
lumpur dalam suatu agregat halus sangat mempengaruhi kualitas campuran
sehingga perlu dibatasi kadar lumpur dalam agregat halus sebanyak 5%. Jika kadar
lumpur dalam campuran beton atau mortar terlalu tinggi akibat kadar lumpur
agregat halus yang tinggi, maka akan meningkatkan keliatan dan kurangnya
gesekan antar partikel sehingga kekuatan beton atau mortar menurun. Pengujian ini

32
dilakukan dengan pasir dimasukkan ke dalam gelas ukur hingga sepertiga
volumenya. Air dimasukkan ke dalamnya dan campuran diguncang. Kemudian
didiamkan di suhu ruangan selama 24 jam agar lumpur mengendap di bagian atas
agregat halus. Tinggi endapan lumpur diukur dengan penggaris (h1), kemudian ukur
juga tinggi pasir (h2) dan dimasukkan dalam perhitungan kadar lumpur agregat
halus dengan Rumus (3.16).
h1
Kadar Lumpur = × 100% (3.16)
h1 + h2

Keterangan:
h1 = Tinggi Lumpur (mm)
h2 = Tinggi Agregat (mm)

3.5 Perencanaan Pembuatan dan Campuran Benda Uji


Perencanaan pembuatan benda uji dan perencanaan campuran benda uji (job
mix) perlu dilakukan sebelum pelaksanaan pembuatan benda uji silinder dan benda
uji balok agar campuran benda uji sesuai dengan ketentuan standar pembuatan
benda uji beton.

3.5.1 Perencanaan Benda Uji


Benda uji yang dibuat dalam penelitian ini yaitu benda uji beton kontrol dan
benda uji beton dengan penggunaan serat PP. Variasi dalam penelitian ini terdiri
dari:
1. Beton Konvensional/Beton Kontrol/Beton PCC dengan tambahan serat PP
0 kg/m3 yang dinotasikan dengan V1 (BN)
2. Beton dengan tambahan serat PP 1 kg/m3 dari berat volume beton yang
dinotasikan dengan V2
3. Beton dengan tambahan serat PP 1,5 kg/m3 dari berat volume beton yang
dinotasikan dengan V3
Jumlah benda uji dalam penelitian ini berdasarkan variasi umur pengujian
yaitu 7 dan 28 dengan perendaman air biasa. Variasi sampel berjumlah tiga variasi.
Pengujian yang dilakukan yaitu kuat tekan dan kuat tarik serta kuat geser pada

33
balok. Pengujian kuat tekan dan kuat tarik menggunakan sampel berbentuk silinder
berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Pengujian kuat geser menggunakan sampel
berbentuk balok berukuran 125x10x20 cm dengan jumlah sampel balok dibuat satu
per variasi. Sedangkan sampel silinder dibuat tiga buah per variasi. Benda uji
silinder direncanakan dengan jumlah dan variasi yang dipaparkan lengkap dalam
Tabel 3.8 berikut.

Tabel 3.8 Distribusi Jumlah dan Ukuran Sampel Silinder Penelitian


Pengujian
Kuat tekan (D15 Kuat tarik (D15
Total
Jenis sampel T30 cm) T30 cm)
sampel
Variasi umur (hari)
7 28 7 28
PP 0 kg/m3 3 3 3 3
PP 1 kg/m3 3 3 3 3 36
PP 1,5 kg/m3 3 3 3 3

3.4.2 Perencanaan Campuran Beton


Perencanaan campuran beton untuk penelitian ini menggunakan metode
yang berbeda dengan target kuat tekan rencana yang sama. Modifikasi job mix
berdasarkan penelitian terdahulu dari studi literatur diterapkan untuk perencanaan
campuran beton pada sampel variasi 2 dan 3 Sedangkan untuk beton kontrol adalah
beton konvensional yang metode perencanaan campurannya tetap mengikuti
standarisasi yang berlaku yaitu berdasarkan SNI 03-2834-2000. Dilakukan trial mix
terlebih dahulu dengan dicoba FAS 0,45; 0,5; dan 0,55. Benda uji yang dibuat
adalah dengan FAS 0,5 dan kuat tekan rencana (f’c) 20 MPa. Nilai FAS yang
diambil adalah berdasarkan trial mix untuk setiap variasi dan berdasarkan
properties agregat yang telah diuji. Berikut dipaparkan perencanaan campuran
untuk trial mix penentuan Faktor Air Semen (FAS) pada Tabel 3.9, 3.10, dan 3.11
sebagai berikut.

34
Tabel 3.9 Job Mix untuk Trial FAS 0,45
Jumlah Material
Variasi
(kg)
(kg/m3) Kerikil Pasir Semen Air Serat PP
PP 0 21,45 17,39 8,57 3,86 0
PP 1 21,45 17,39 8,57 3,86 0,00636
PP1,5 21,45 17,49 8,57 3,86 0,00954

Tabel 3.10 Job Mix untuk Trial FAS 0,5


Jumlah Material
Variasi
(kg)
(kg/m3) Kerikil Pasir Semen Air Serat PP
PP 0 21,45 17,39 7,71 3,86 0
PP 1 21,45 17,39 7,71 3,86 0,00636
PP 1,5 21,45 17,39 7,71 3,86 0,00954

Tabel 3.11 Job Mix untuk Trial FAS 0,55


Jumlah Material
Variasi
(kg)
(kg/m3) Kerikil Pasir Semen Air Serat PP
PP 0 21,45 17,39 7,01 3,86 0
PP 1 21,45 17,39 7,01 3,86 0,00636
PP 1,5 21,45 17,39 7,01 3,86 0,00954

Perencanaan campuran total seluruh benda uji silinder dan benda uji balok
menggunakan FAS 0,5 dengan variasi umur perendaman (curing) 7 dan 28 hari,
pengujian kuat tekan dan kuat tarik untuk beton silinder sedangkan pengujian kuat
geser untuk balok beton, dan variasi penggunaaan serat PP dipaparkan dalam Tabel
3.12 dan Table 3.13 berikut ini.

Tabel 3.12 Job Mix untuk Campuran Beton Silinder Total Penelitian
Variasi Jumlah Material Serat
(kg) PP
Kerikil Pasir Semen Air (gram)
1 85,80 69,58 30,84 15,42 0
2 85,80 69,58 30,84 15,42 25,45
3 85,80 69,58 30,84 15,42 38,17

35
Tabel 3.13 Job Mix untuk Campuran Balok Beton Total Penelitian
Variasi Jumlah Material Serat
(kg) PP
Kerikil Pasir Semen Air (gram)
1 33,72 27,34 12,12 6,06 0
2 33,72 27,34 12,12 6,06 10
3 33,72 27,34 12,12 6,06 15

Dengan begitu, dapat diperoleh campuran total per m3 campuran beton tiap variasi
yang ditampilkan pada Tabel 3.14.

Tabel 3.14 Job Mix untuk Campuran Beton Silinder Penelitian per 1 m3
Variasi Jumlah Material Serat
(kg) PP
Kerikil Pasir Semen Air (kg)
1 1.123,95 911,40 404,00 202,00 0
2 1.123,95 911,40 404,00 202,00 1
3 1.123,95 911,40 404,00 202,00 1,5

3.5 Pelaksanaan Pembuatan Benda Uji Silinder


Pembuatan benda uji dalam penelitian ini mengacu pada proses pembuatan
beton serat PP terdahulu dan standarisasi pada perencanaan dan pelaksanaan untuk
beton pada penelitian ini. Namun untuk benda uji beton kontrol tetap mengikuti tata
cara perencanaan dan pelaksanaan pembuatan sesuai standarisasi SNI.
Sebelum dilaksanakan pencampuran, setiap peralatan dan bahan pembuatan
benda uji disiapkan dan dibersihkan agar campuran benda uji tidak terkontaminasi
oleh campuran beton yang dibuat sebelumnya dengan peralatan yang sama. Cetakan
beton setiap mix dibersihkan dan dilumuri minyak goreng di bagian dalamnya agar
memudahkan proses pembongkaran cetakan saat beton sudah melewati rest period.
Material yang dipakai dalam pembuatan benda uji disiapkan dengan kondisi yang
sesuai untuk pencampuran. Agregat yang dipakai disiapkan dalam kondisi SSD atau
sesuai dengan kondisi pengujian properties agregat sehingga hasil pencampuran
sesuai dengan perencanaan. Penempatan alat molen atau mixing diusahakan di
tempat datar dan tidak terpapar cahaya matahari ataupun hujan. Penempatan alat uji
slump juga di tempat datar, tidak terpapar cahaya matahari terik ataupun hujan.
Proses persiapan pencampuran benda uji dapat dilihat pada Gambar 3.4 berikut

36
Gambar 3.4 Persiapan Pencampuran Benda
Uji
Pencampuran seluruh material benda uji dilakukan menggunakan bantuan
mesin pencampur atau mesin molen (concrete mixer machine). Semua material
yang sudah ditimbang sesuai dengan job mix dimasukkan ke dalam mesin diawali
dengan memasukkan agregat kasar, kemudian agregat halus, dilanjutkan dengan
semen. Adukan dibiarkan sementara hingga 3 menit sampai campuran merata. Jika
sudah merata, kemudian material serat PP dimasukkan perlahan agar tidak terbang
dan keluar dari mesin pencampur. Jika sudah dimasukkan semuanya, maka segera
mesin pencampur ditutup dengan suatu papan datar agar material tidak terbang
keluar dari mesin. Jika campuran sudah merata, maka dilanjutkan dengan
memasukkan campuran air perlahan. Dimasukkan terlebih dahulu ½ volume
campuran air lalu jika sudah terlihat campuran merata, sisanya dimasukkan semua
ke dalam campuran. Pencampuran ditunggu hingga waktu kumulatif sekitar 6-8
menit hingga campuran teraduk merata. Campuran benda uji beton segar
dituangkan ke dalam gerobak untuk dimasukkan ke dalam cetakan yang sudah
dilumuri minyak goreng. Sebelum itu, diuji terlebih dahulu beton segar tersebut
dengan alat uji slump. Nilai slump yang diperoleh didokumentasikan dan dicatat.
Campuran beton dimasukkan ke dalam cetakan silinder yang setiap 1/3 volume
dilakukan pemadatan dengan tongkat penusuk sebanyak 25 kali. Pelaksanaan
pembuatan benda uji dan pelaksanaan pengujian slump dapat dilihat pada Gambar
3.5 dan 3.6 berikut ini.

37
Gambar 3.5 Pelaksanaan Pembuatan Benda
Uji

Gambar 3.6 Pengujian slump

Setelah pengujian slump dilaksanakan kemudian campuran beton


dimasukkan ke dalam cetakan silinder. Beton dimasukkan dalam 3 lapisan dengan
dibantu alat penusuk dan pemukul karet untuk memastikan tidak ada rongga udara
yang terperangkap. Pengisian beton dan pemadatan dilakukan dengan sangat hati-
hati. Setelah itu permukaan beton diratakan. proses pembuatan benda uji silinder
dapat dilihat pada Gambar 3.7 berikut

38
Gambar 3.7 Pembuatan Benda Uji Silinder

3.5.1 Perawatan Benda Uji Silinder


Setelah benda uji melewati masa rest period untuk menunggu reaksi hidrasi
komplit, maka benda uji dapat dilepaskan dari cetakannya dengan bantuan alat besi,
sarung tangan, dan palu karet. Pelepasan cetakan benda uji silinder dapat dilihat
pada Gambar 3.8 berikut

Gambar 3.8 Pembongkara Cetakan Silinder

Beton silinder dapat langsung direndam di air normal untuk dirawat dan
menunggu reaksi hidrasi semen hingga umur beton 28 hari untuk mencapai kuat
tekan 100%. Perendaman di air biasa (curing) selama 28 hari ditunjukkan pada
Gambar 3.9 berikut

39
Gambar 3.9 Proses Curing Beton Silinder

3.5.2 Pengujian Benda Uji Silinder


Pengujian yang dilaksanakan terhadap benda uji silinder untuk menentukan
sifat mekanik beton dengan penambahan serat PP pada penelitian ini yaitu
pengujian kuat tekan dan kuat tarik. Pengujian dilakukan pada umur beton 7 dan 28
hari.

3.5.2.1 Pengujian Kuat Tekan (SNI 1974:2011)


Kuat tekan adalah penentu utama mutu beton yang dibuat, sehingga kuat
tekan menjadi pengujian dasar yang diperlukan dalam setiap penelitian, yang dapat
dikorelasikan dengan berbagai jenis pengujian lainnya. Pengujian kuat tekan dalam
penelitian ini dilakukan terhadap sampel ukuran standar adalah dengan diameter 15
cm dan tinggi 30 cm. Setiap variasi pengujian berjumlah tiga sampel sehingga dapat
diperoleh nilai akurat pengujian dengan mencari rata-rata hasil pengujian. Beton
terlebih dahulu ditimbang dan diukur diameter serta tingginya lalu dicatat. Sebelum
pengujian dilakukan, permukaan tekan beton diratakan terlebih dahulu dengan
bantuan capping yang pembuatannya mengikuti acuan standar SNI 03-6369-2000
tentang “Tata Cara Pembuatan Kaping untuk Benda Uji Silinder Beton”. Capping
dilakukan dengan memasak belerang di dalam panci hingga mencair, kemudian
dicurahkan ke atas sampel silinder beton yang sudah diberikan wadah capping.
Untuk menjamin datarnya permukaan capping yang sudah kering, maka dapat

40
diukur dengan bantuan waterpass. Sampel beton yang sudah diberi capping
ditunjukkan pada Gambar 3.10.

Gambar 3.10 Sampel dengan Capping

Setelah itu, beton dapat diletakkan di mesin uji kuat tekan (Compressive Testing
Machine) dan dilanjutkan dengan menyalakan mesin hidrolis dengan kecepatan
gerak sesuai dengan kecepatan pembebanan pada benda uji dalam rentang 0,15
MPa/detik hingga 0,35 MPa/detik. Pengujian dilakukan hingga benda uji hancur
dan catat beban maksimum yang diterima benda uji selama pembebanan. Tipe
kehancuran dan kondisi visual beton kemudian diambil dokumentasinya. Berikut
pengujian kuat tekan beton dan visual kehancuran benda uji setelah diuji kuat tekan
pada Gambar 3.11 dan Gambar 3.12.

Gambar 3.11 Pengujian Kuat Tekan Beton

41
Gambar 3.12 Visual Kehancuran Sampel Kuat Tekan Beton

Prosedur pengujian kuat tekan ini mengikuti standar yang telah ditetapkan
dalam SNI 1974:2011 dengan data yang diperoleh dari pengujian dapat diolah
menjadi nilai kuat tekan menggunakan Rumus (3.17).

𝑃
𝐹′𝑐 = ( ) × (𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐿/𝐷) (3.17)
𝐴

Keterangan:
F’c = Kuat tekan beton dengan benda uji silinder (MPa atau N/mm2)
P = Gaya tekan aksial (N)
A = Luas penampang melintang benda uji (mm2)
L/D = Rasio panjang dan diameter benda uji
Dalam penelitian ini, digunakan benda uji dengan rasio L/D sebesar 2
sehingga nilai faktor L/D yang digunakan dalam perhitungan kuat tekan adalah 1.
Berikut dipaparkan nilai faktor L/D berdasarkan rasio L/D benda uji dalam Tabel
3.15
Tabel 3.15 Nilai Faktor L/D Benda Uji Kuat Tekan
L/D 2,00 1,75 1,50 1,25 1,00
Faktor 1,00 0,98 0,96 0,93 0,87
Sumber : SNI 1974:2011

42
3.5.2.2 Pengujian Kuat Tarik
Pengujian kuat tarik bertujuan untuk memahami geser dari komponen
struktur beton silinder berdimensi 150 x 300 mm. Pengujian kuat tarik dilakukan
pada umur sampel 7 dan 28 hari. Sebelum melakukan pengujian sampel
dikeringkan terlebih dahulu. Penimbangan sampel dilakukan setelah sampel kering.
Langkah selanjutnya adalah meletakkan baja sisi alas pada alat uji tekan,
dilanjutkan dengan meletakkan benda uji membujur, kemudian pastikan pada satu
garis lurus dengan sisi alas. Untuk mencegah benda uji bergerak, letakkan baja di
bagian atas dan sambungkan ke sisi alas. Pembebanan dilakukan hingga benda uji
terbelah dan catat hasil pembebanan. Pengujian kuat tarik belah dapat dilihat pada
Gambar 3.13 sebagai berikut:

Gambar 3.13 Pengujian Kuat Tarik


Data yang diperoleh dari pengujian dapat diolah menjadi nilai kuat tarik
menggunakan rumus (3.18).

Fct = 2p/πID (3.18)


Diketahui:
Fct = Kekuatan tarik belah (MPa) (psi)
P = Beban maksimum yang ditunjukkan pada mesin uji (N) (bf)
I = Panjang (mm)
D = Diameter (mm)

43
3.6 Pelaksanaan Pembuatan Benda Uji Balok Beton
Pelaksanaan pembuatan benda uji balok hampir sama dengan pelaksanaan
pembuatan benda uji silinder. Cetakan balok dibuat dengan menggunakan
multiplek dengan diameter 125x10x20x cm. Pencampuran seluruh material benda
uji dilakukan menggunakan bantuan mesin pencampur atau mesin molen (concrete
mixer machine). Semua material yang sudah ditimbang sesuai dengan job mix
dimasukkan ke dalam mesin diawali dengan memasukkan agregat kasar, kemudian
agregat halus, dilanjutkan dengan semen. Adukan dibiarkan sementara hingga 3
menit sampai campuran merata. Jika sudah merata, kemudian material serat PP
dimasukkan perlahan agar tidak terbang dan keluar dari mesin pencampur. Jika
sudah dimasukkan semuanya, maka segera mesin pencampur ditutup dengan suatu
papan datar agar material tidak terbang keluar dari mesin. Jika campuran sudah
merata, dilanjutkan dengan memasukkan air perlahan. Dimasukkan terlebih dahulu
½ volume campuran air jika sudah terlihat campuran merata, sisanya dimasukkan
semua ke dalam campuran. Pencampuran ditunggu hingga waktu kumulatif sekitar
6-8 menit hingga campuran teraduk merata. Campuran benda uji beton segar
dituangkan ke dalam gerobak untuk dimasukkan ke dalam cetakan yang sudah
dilumuri minyak goreng. Sebelum itu, diuji terlebih dahulu beton segar tersebut
dengan alat uji slump. Nilai slump yang diperoleh didokumentasikan dan dicatat.
Campuran beton dimasukkan ke dalam bekisting balok yang setiap 1/3 volume
dilakukan pemadatan dengan tongkat penusuk sebanyak 25 kali. Proses pembuatan
balok dapat dilihat pada Gambar 3.14 berikut

44
Gambar 3.14 Pengisian Bekisting dengan Beton Segar

3.6.1 Perawatan Benda Uji Balok


Benda uji yang telah melewati masa rest period untuk menuggu reaksi
hidrasi komplit, dapat dilepaskan dari bekisting dengan bantuan alat besi, sarung
tangan, dan palu karet. Pelepasan benda uji dari bekisting dapat dilihat pada Gambar
3.15 berikut

Gambar 3.15 Pembongkaran Bekisting Balok


Benda uji yang telah dikelurkan dari bekisting dapat langsung di curing
menggungakan karung goni basah selama 28 hari. Curing balok menggunakan
karung goni dapat dilihat pada Gambar 3.16 berikut

45
Gambar 3.16 Proses Curing Balok dengan Karung Goni Basah

3.6.2 Pengujian Kuat Geser


Pada pengujian kuat geser ada beberapa metode yang digunakan
diantaranya dengan metode numerik, dan metode eksperimental.

3.6.2.1 Analisis Lentutan Balok Menggunakan Software Response 2000

Gambar 3.17 Tampilan Awal Software Response 2000

Perlu diketahui bahwa sebelum dilakukan pengujian kuat geser,


pembebanan siklik berkala pada beton akan ditentukan melalui Response 2000. Hal
ini dilakukan dengan beberapa parameter yang dijadikan sebagai variabel terikat
yaitu melalui metode eksperimental. Untuk parameter yang digunakan berdasarkan
hasil pengujian adalah nilai kuat tekan beton. Berikut tahapan analisis balok dengan
pembebanan di tengah bentang menggunakan Response 2000.

46
1. Quick define

Gambar 3.18 Quick Define - Tahap 1

Tahap awal adalah quick define dengan input yaitu kuat tekan beton dan
mutu dari tulangan utama dan tulangan Sengkang serta jenis baja tarik.
Namun karena pemodelan yang dilakukan tanpa menggunakan tulangan
maka jenis tulangan tarik dipilih none.

Gambar 3.19 Quick Define – Tahap 2

Terdapat banyak jenis section yang disajikan oleh software ini beberapa
diantaranya yaitu rectangle, circular, T-beam, I-beam, general hollow core
slab dan masih banyak lagi. Pada pemodelan kali ini akan digunakan jenis
rectangle section dengan input parameter lebar balok (b) dan tinggi balok

47
(h). Lebar balok yang digunakan pada pemodelan ini sebesar 100 mm
sedangkan tinggi balok yang digunakan sebesar 200 mm.

Gambar 3.20 Quick Define – Tahap 3

Pada tahap ini kita diarahkan untuk mengisi parameter tulangan. Namun
tidak digunakan tulangan maka jenis Sengkang di input sebagai none dan
jumlah dari bottom Tendons yaitu 0.

2. Full Member Properties

Gambar 3.21 Full Member Properties – Tahap 1

48
Tahap selanjutnya adalah menginput parameter geometrik yaitu Panjang
dari tumpuan ke tengah beban sebesar 500 mm yang dapat diinput pada
kolom geometry and loading; length subjected to shear. Pemodelan yang
dilakukan adalah menggunakan tumpuan sendi dan roll pada kedua ujung
balok. Dengan menggunakan input pada kedua bagian left side properties –
support on bottom dan right side properties – load on continuous beam.

3. Analysis

Gambar 3.22 Output Member Response

Hasil analisis dari pemodelan balok dapat dikeluarkan dari tab solve – member
response maka akan ditampilkan diagram hubungan beban dan lendutan.

3.6.2.2 Pengujian Kekuatan Geser Metode Eksperimental


Pengujian perilaku lentur dilakukan di Workshop PT. Harista Karsa Mandiri
Jalan Parit Indah Pekanbaru, Riau.
a. Tujuan pengujian
Tujuan dari pengujian ketahanan geser pada balok beton yaitu
mengidentifikasikan perilaku geser pada saat balok beton diberi beban. Alat
pengujian dan simulasi pengujian dapat dilihat pada Gambar 3.23 dan Gambar
2.24 di bawah ini

49
Gambar 3.23 Alat Pengujian Perilaku Lentur
Sumber : farhania.blogspot

Gambar 3.24 Sketsa Pengujian Kuat Lentur


Sumber : farhania.blogspot

b. Peralatan pengujian
Alat – alat yang digunakan pada pengujian kekuatan geser sebagai berikut:
1) Pompa Hidrolik (Hydraulic Jack)
Pompa Hidrolik berfungsi untuk memberi tekanan pada hydraulic
actuator dengan cara memompakan cairan pada tabung. Pompa
Hydraulic yang digunakan merk Enerpac.

50
Gambar 3.25 Hydraulic Jack

2) Hydraulic Actuar
Hydraulic actuator berfungsi sebagai alat tekan hidrolik sebagai simulasi
pembebanan. Hydraulic actuator memperoleh tekanan dari pompa
hydralic jack. Pada pengujian ini digunakan hydraulic actuator merk
Enerpac berkapasitas maksimum 500 kN dengan panjang stroke actuator
10 cm.

Gambar 3.26 Hydraulic Actuator

3) Load-Cell
Load-cell merupakan instrumen pengukur beban berupa tekanan. Pada
penelitian ini digunakan load cell dengan merk Tokyo Sokki
Kenkyujotipe CLP-300KNB dengan kapasitas maksimum 300 kN

51
Gambar 3.27 Load Cell

4) Tilting
Tilting berfungsi untuk meratakan beban yang diberikan hydraulic
actuator ke load cell.

Gambar 3.28 Tilting

5) Switch Box
Switch Box berfungsi sebagai penghubung beberapa alat instrumen ke
data logger. Switch box yang digunakan merk Tokyo Sokki
KenkyujotipeCSW 5B-05.

52
Gambar 3.29 Switch Box

6) Data Logger
Data Logger berfungsi menerima, menerjemakhan dan merekam data
yang diperoleh dari instrumen yang terhubung. Data yang dicatat data
logger dapat berupa perpindahan (mm) dari LVDT (Linear Variable
Differential Transformer), maupun beban (kN) dari Load cell. Data
Logger yang digunakan pada penelitian ini merk Tokyo Sokki Kenkyujo
tipe TC-32K.

Gambar 3.30 Data Logger

53
c. Benda Uji
Benda uji yang digunakan pada penelitian ini yaitu balok beton dengan dan tanpa
bahan tambah serat PP berukuran Panjang 125 cm, lebar 10 cm, tinggi 20 cm.
Benda uji balok beton dapat dilihat pada Gambar 3.31 berikut

Gambar 3.31 Benda Uji Balok

d. Prosedur pengujian
1) Mengecat dan memberi grid pada balok beton berukuran 5 cm x 5 cm
untuk mempermudah pengukuran retak pada balok beton saat diberi
beban. Dapat dilihat pada Gambar 3.32 berikut

Gambar 3.32 Pembuatan Grid

2) Meletakkan susunan plat hingga Panjang stroke actuator dapat


menyentuh load cell. Plat juga berfungsi sebagai landasan untuk
meletakkan besi perletakan dengan jarak antara perletakan 1 m, letakkan
pula perletakan berupa sendi dan rol sebagai tumpuan balok, dapat dilihat
pada Gambar 3.33, Gambar 3.34, dan Gambar 3.35 berikut

54
Gambar 3.33 Susunan Plat Landasan Perletakan

Gambar 3.34 Perletakan Sendi

Gambar 3.35 Perletakan Rol

3) Meletakkan balok di atas perletakan sesuai rencana pengujian. Sejajarkan


balok dengan posisi actuator dan perletakan. Pasang tali pengaman pada
balok. Dapat dilihat pada Gambar 3.36 berikut

55
Gambar 3.36 Meletakkan Balok

4) Menghubungkan kabel load cell pada switch box kemudian sambungkan


pada data logger. Hubungkan data logger pada laptop utuk menyimpan
data hasil pembacaan instrumen. Dapat dilihat pada Gambar 3.37 berikut

Gambar 3.37 Menghubungkan Instrumen pada Data Logger

5) Menjalankan pembebanan dengan memompa hydraulic jack perlahan


dengan kecepatan konstan sambil mengamati respon balok. Catat nilai
beban yang diberikan hingga beban maksimum yang menyebabkan
keruntuhan pada balok. Dapat dilihat pada Gambar 3.38 berikut

56
Gambar 3.38 Benda Uji Setelah Pengujian

Nilai yang diperoleh dari pengujian kuat geser yaitu nilai beban aksial
hingga diperoleh nilai beban maksimum yang terjadi ketika gaya friksi antar
partikel material beton tidak memberikan kapasitas yang cukup untuk menahan
beban aksial. Nilai kuat geser tersebut kemudian diinput ke dalam rumusan kuat
geser eksperimental sesaui dengan rumus 3.19 sebagai berikut.

𝑉𝑢 = 0.5 × 𝑃 (3.19)

Nilai tersebut di bandingkan dengan nilai teoritis menggunakan rumusan


kuat geser berdasarkan SNI 03-2847-2002.

1
𝑉𝑢 = 𝜆√𝑓′𝑐 × 𝑏 × ℎ (3.20)
6

dengan:
Vc = Kuat geser nominal yang dibrikan oleh beton (MPa)
λ = Nilai koefisien tahanan geser sebesar 1 untuk beton normal
f’c = Kuat tekan beton (MPa)
b = Lebar balok beton (mm)
h = Tinggi balok beton (mm)

57
3.7 Bagan Alir Penelitian

Mulai

Geometri Benda Uji

Persiapan Alat dan


Bahan Pengujian

Pengujian
Karakteristik Agregat

Agregat Kasar Agregat Halus

Uji Berat Volume Uji Berat Volume


Uji Kadar Air Uji Kadar Air
Uji Berat Jenis Uji Berat Jenis
Uji Analisa Saringan Uji Analisa Saringan
Uji Keausan Agregat Uji Kadar Lumpur
Uji Kadar Organik

Memenuhi Persyaratan Tidak Memenuhi


Berdaarkan SNI

Memenuhi

58
A
Perencanaan Mix Design Campuran
(Kuat Tekan Rencana 20 MPa)

Pembuatan Benda Uji Silinder Untuk


Pengujian Kuat Tekan dan Kuat Tarik
Umur 7 dan 28 Hari 3 Varasi

PP 0 kg/m3 PP 1 kg/m3 PP 1.5 kg/m3

3 Sampel Per Variasi

Perawatan Benda Uji


(Curing)

Pengujian Kuat Tekan dan


Kuat Tarik Umur 7 dan 28
Hari

59
B

Pembuatan Benda Uji Balok Ukuran


125x10x20 cm 3 Variasi

PP 0 kg/m3 PP 1 kg/m3 PP 1.5 kg/m3

1 Sampel Per Variasi

Perawatan Benda Uji


(Curing)

Pengujian Analisi Numerik


Eksperimen Balok Response 2000

Kuat Geser Kuat Geser

Membandingkan Persentase
Selisih Metode Eksperimen
dan Metode Numerik

SELESAI

Gambar 3.39 Bagan Alir

60
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengujian Karakteristik Bahan Pengisi Beton


Pengujian karakteristik setiap material pembentuk beton wajib dilakukan
karena sifat dan karakteristik material sendiri menjadi hal krusial dalam kontribusi
kekuatan beton. Ada beberapa penilaian karakter yang dilakukan seperti pada
agregat kasar dan agregat halus. Pengujian dilakukan harus berdasarkan standar
yang berlaku.

4.1.1 Hasil Pengujian Karakteristik Agregat


Agregat yang dipakai adalah agregat kasar dan agregat halus. Kedua
material ini mempunyai pengaruh yang tinggi, khususnya agregat kasar dalam
kontribusi kekuatan pada beton karena memberikan friction antar partikel sehingga
meningkatkan kuat tekannya jika karakteristiknya baik dan sesuai standar.
Kemudian parameter pengujian karakteristik agregat dipakai dalam perencanaan
campuran atau job mix. Pekerjaan telah selesai sesuai dengan BAB III, dengan hasil
pekerjaan yang telah dilakukan ditampilkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Karakteristik Agregat Kasar
Batas
No. Jenis Pemeriksaan Hasil Standar Pemeriksaan
Standar
1. Berat Jenis (gr/cm3)
a. Apparent Specific 2,59 2,58-2,83
Gravity
b. Bulk Specific Gravity 2,58 2,58-2,85 SNI 1969-2016 dan
(dry) ASTM C127-88
c. Bulk Specific Gravity 2,59 2,58-2,86
(SSD)
d. Absorption (%) 0,40 0,2-4,0
2. Kadar Air (%) 3,29 3,0-5,0 SNI 03-1971-2011 dan
ASTM C566
3. Keausan (%) 25,114 <40 SNI 03-2417-2008 dan
ASTM C131-01
4. Modulus Kehalusan (%) 4,54 5,00-7,10 SNI 03-1968-1990 dan
ASTM C136-06
5. Berat Volume (gr/cm3)
a. Kondisi Gembur 1,43 1,40-1,90 SNI 03-4804-1998
b. Kondisi Padat 1,56 1,40-1,90

61
Tabel 4.1 di atas menunjukkan nilai hasil pengujian karakteristik agregat kasar yang
digunakan dalam campuran beton serat polypropylene. Adapun nilai berat jenis
untuk Apparent Specific Gravity yaitu sebesar 2,59 yang telah memenuhi standar
pengujian yaitu 2,58-2,83. Nilai Bulk Specific Gravity adalah sebesar 2,58 telah
memenuhi standar pengujian dengan rentang 2,58-2,85. Nilai bulk specific gravity
pada kondisi Surface Saturated Dry (SSD) adalah sebesar 2,59 yang juga
memenuhi rentang standar yaitu 2,58-2,86. Pengujian kadar air agregat kasar
menghasilkan nilai kadar air sebesar 3,29% dengan rentang syarat yaitu 3-5%
sehingga kadar air dikatakan sesuai persyaratan standar. Nilai keausan agregat kasar
menggunakan mesin Los Angeles sebesar 25,114% yang masih lebih kecil dari nilai
rentang 40%. Modulus kehalusan dari agregat kasar dengan metode analisa
saringan adalah sebesar 4,54 sehingga masih berada dalam rentang standar yaitu 5-
7,1%. Nilai berat volume agregat kasar juga masih memenuhi rentang standar yaitu
1,43 gram/cm3 untuk berat volume kondisi gembur dan 1,56 gram/cm3 untuk berat
volume kondisi padat dengan standar 1,4-1,9 gram/cm3 untuk kedua kondisi
tersebut. Berdasarkan nilai tersebut, maka agregat kasar yang dipakai dalam
penelitian ini dinilai baik untuk digunakan dalam campuran beton karena
memenuhi standar pengujian karakteristik agregat kasar secara keseluruhan.
Pengujian karakteristik agregat halus pada Tabel 4.2 dibawah menunjukkan
nilai hasil pengujian karakteristik agregat halus yang digunakan dalam campuran
beton serat polypropylene. Adapun nilai berat jenis untuk Apparent Specific Gravity
yaitu sebesar 2,82 yang telah memenuhi standar pengujian yaitu 2,58-2,84. Nilai
Bulk Specific Gravity adalah sebesar 2,64 telah memenuhi standar pengujian
dengan rentang 2,58-2,85. Nilai Specific Gravity dalam kondisi SSD juga
menunjukkan hal yang sama dengan nilai sebesar 2,70 dan rentang persyaratan
adalah 2,58-2,85 sehingga masih memenuhi standar. Nilai specific gravity
kemudian dapat dikalkulasikan sehingga didapat nilai absorption sebesar 2,36%
yang masih berada dalam rentang standar yaitu 2-7%. Pengujian kadar air
menghasilkan persentase kandungan air dalam agregat halus yaitu 3,66% yang telah
memenuhi standar pengujian yaitu 3-5%. Kandungan lumpur yang ada dalam
agregat halus masih dalam rentang toleransi karena di bawah 5% yaitu 1,96%. Nilai

62
modulus kehalusan dengan metode analisa saringan menghasilkan nilai 2,5 yang
masih berada dalam rentang standar yaitu 1,5-3,8. Nilai berat volume juga masih
berada dalam rentang standar yaitu 1,45 dan 1,58 untuk keadaan gembur dan padat
dengan rentang standar yaitu 1,4-1,9 untuk kedua kondisi. Kandungan organik juga
masih dalam batas wajar karena kertas indikator menunjukkan nomor 2 dan tidak
lebih dari rentang standar yaitu 3. Berdasarkan hasil pengujian karakteristik agregat
halus, maka dapat dinyatakan bahwa agregat halus yang dipakai memenuhi standar
dan dapat digunakan sebagai campuran dalam pembuatan beton. Hasil pengujian
karakteristik agregat halus ditunjukkan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Karakteristik Agregat Halus
Batas
No. Jenis Pemeriksaan Hasil Standar Pemeriksaan
Standar
1. Berat Jenis (gr/cm3)
a. Apparent Specific 2,82 2,58-2,84
Gravity
b. Bulk Specific Gravity 2,64 2,58-2,85
(dry) SNI 1970-2016 dan
c. Bulk Specific Gravity 2,70 2,58-2,85 ASTM C128
(SSD)
d. Absorption (%) 2,36 2,0-7,0
2. Kadar Air (%) 3,66 3,0-5,0 SNI 03-1971-2011 dan
ASTM C-566
3. Kadar Lumpur (%) 1,96 <5 SK SNI S-04-1989-F
dan SNI 03-4142-1996

4. Modulus Kehalusan (%) 2,50 1,50-3,80 SNI 03-1968-1990 dan


ASTM C136-06
5. Berat Volume (gr/cm3)
c. Kondisi Gembur 1,45 1,40-1,90 SNI 03-4804-1998
d. Kondisi Padat 1,58 1,40-1,90
6. Kadar Organik No. 2 <No. 3 SNI 03-2816-1992

4.1.2 Hasil Perencanaan Campuran


Campuran perencanaan dilakukan dengan acuan SNI 03-2834-2000.
Komposisi perincian campuran beton 1 m3 dengan agregat kasar sebesar 1123,95
kg, halus sebesar 911,40 kg; semen sebesar 404,00 kg; air sebesar 202,00 kg; dan
serat polypropylene sebesar 1000 kg untuk variasi serat PP 1 kg/m3 dan 1500 kg
untuk variasi serat PP 1,5 kg/m3. Komposisi campuran beton untuk 1 m3 dapat
dilihat pada Tabel 4.3 berikut

63
Tabel 4.3 Komposisi Campuran Beton Mutu 20 MPa untuk Kubikasi 1 m3
Jumlah Material
Variasi
(kg)
(kg/m3) Agregat Agregat Semen Air Serat PP
kasar halus
PP 0 1.123,95 911,40 404,00 202,00 0
PP 1 1.123,95 911,40 404,00 202,00 1,000
PP 1,5 1.123,95 911,40 404,00 202,00 1,500

4.2 Hasil Pengujian Kuat Tekan


Pengujian kuat tekan beton dilakukan di Laboratorium Teknologi Sipil
Universitas Riau. Pengujian kuat tekan beton dilakukan sesuai dengan standar
acuan pengujian kuat tekan yaitu SNI 1974–2011. Pengujian dilakukan pada beton
dengan umur 28 hari menggunakan alat Compressive Testing Machine.
Pengujian kuat tekan menggunakan sampel silinder dengan diameter 15 cm
dan tinggi 30 cm. Pengujian kuat tekan pada penelitian ini berfungsi sebagai
penentu mutu beton. Hasil dari kuat tekan dapat dilihat pada Gambar 4.1 dibawah
ini.

30.00

21.45
25.00 21.16
20.78

20.00 16.64 16.35 17.22


kuat tekan (MPa)

15.00

10.00

5.00

0.00
7 28
umur beton
beton normal variasi 2 PP 1 kg/m3 variasi 3 PP 1,5 kg/m3

Gambar 4.1 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton


Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan yang dilakukan pada umur beton 7
hari dan 28 hari, diperoleh nilai kuat tekan tertinggi pada umur beton 28 hari variasi
2 dengan campuran serat PP 1 kg/m3 yaitu sebesar 21,45 MPa. Nilai tersebut diikuti
oleh kuat tekan beton umur 28 hari variasi 3 dengan menggunakan serat PP 1,5

64
kg/m3 yaitu sebesar 21,16 MPa. Nilai kuat tekan beton serat PP lebih tinggi
dibandingkan dengan beton normal yang hanya menghasilkan kuat tekan sebesar
20,78 MPa pada umur 28 hari. Hal ini menunjukkan potensi serat PP sebagai bahan
campuran additive yang dapat memperkuat ikatan antar material beton. Reaksi
pengikatan partikel oleh serat PP terlihat jelas pada bond lekatan pasta dan agregat
ketika beton dalam kondisi hancur. Penyebaran yang merata juga menjadikan nilai
positif bagi kekuatan beton.
Terjadi kondisi non-linier dimana nilai kuat tekan beton pada variasi 2 lebih
tinggi dibandingkan dengan kuat tekan beton variasi 3. Pada hakekatnya,
peningkatan kadar serat PP meningkatkan kekuatan beton. Penurunan kuat tekan
ketika diberikan penambahan hingga 1,5 kg/m3 disebabkan oleh kondisi
pencampuran di lapangan yang kurang baik saat mixing beton variasi 3.
Pemutakhiran metode kemudian menjadi yang harus dikembangkan untuk
peningkatan mutu beton menggunakan serat PP di kemudian hari.
Peningkatan kuat tekan beton ini terjadi karena sifat material polypropylene
dalam ukuran mikro yang tahan terhadap kejut dan tarik serta tekan. Peningkatan
yang terjadi belum terlalu signifikan mengingat kajian utama dalam penggunaan
serat PP adalah dalam peningkatan kuat tarik dan geser beton. Peningkatan yang
terjadi pada beton serat PP dalam penelitian ini selaras dengan penelitian Zuraidah
et al., (2018) yang menunjukkan peningkatan kuat tekan beton menjadi 8,58 MPa
dengan penambahan 9% serat PP dibandingkan dengan kuat tekan beton normal
yang hanya sebesar 8,11 MPa pada umur pengujian 28 hari. Hal ini juga relevan
dengan pengujian oleh Purwanto (2011) yang menunjukkan peningkatan kekuatan
beton serat sebesar 15,89% yaitu 25,01 MPa pada penambahan 1% serat
dibandingkan beton normal dengan kuat tekan 21,58 MPa pada umur pengujian 28
hari.

65
4.3 Hasil Pengujian Kuat Tarik
Pengujian kuat tarik dilakukan pada beton silinder ukuran 15x30 cm dengan
umur curring pada umur 28 hari. Hasil dari pengujian kuat tarik dapat dilihat pada
Gambar 4.2 di bawah ini.

4.00 3.11
3.50
2.59
3.00
kuat tarik (MPa)

1.93
2.50
1.49 1.93
2.00
1.46
1.50
1.00
0.50
0.00
7 28
umur beton
beton normal variasi 2 PP 1 kg/m3 variasi 3 PP 1,5 kg/m3

Gambar 4.2 Pengujian Pengujian Kuat Tarik

Berdasarkan Gambar 4.2 di atas, diperoleh nilai kuat tarik belah tertinggi
pada beton variasi 2 menggunakan campuran serat PP 1 kg/m3 sebesar 3,1 MPa
pada umur pengujian 28 hari. Nilai ini diikuti oleh variasi 3 menggunakan
campuran serat PP 1,5 kg/m3 yaitu sebesar 2,6 MPa pada umur pengujian 28 hari.
Relevan dengan pengujian kuat tekan, nilai kuat tarik belah paling rendah diperoleh
pada beton normal yang menunjukkan potensi peningkatan kualitas campuran beton
akibat penambahan serat PP.
Sifat material dari serat polypropylene dengan elastisitas yang lebih tinggi
dari beton dapat menghasilkan kekuatan tarik yang lebih tinggi. Hal ini
menghasilkan beton dengan sifat yang kurang getas dan lebih daktil. Hal positif
yang dapat diperoleh dalam peningakatan daktilitas beton yaitu periode crack
antara load timing hingga crack timing sehingga memberikan kesempatan bagi
manusia dan penghuni struktur jika terjadi beban kejut untuk menyelamatkan diri.
Peningkatan kuat tarik belah tidak terlalu signifikan namun dapat
memberikan pengaruh positif dalam pemanfaatan material serat dan sesuai dengan

66
tujuan awal dalam peningkatan daktilitas beton. Namun, peningkatan terjadi secara
non-linier akibat dari pencampuran yang tidak merata seperti pada variasi 2 yang
menghasilkan nilai kuat tarik lebih tinggi dibanding dengan variasi 3. Peningkatan
efektivitas metode diharapkan dalam pencampuran beton menggunakan additive
serat PP.
Kondisi peningkatan kuat tarik belah ini relevan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Purwanto (2011) pada penggunaan serat pada campuran beton
sebesar 1% menghasilkan peningkatan kuat tarik belah beton sebesar 61,90% yaitu
3,61 MPa dibandingkan dengan kuat tarik belah beton normal yaitu 2,23 MPa. Hal
ini juga relevan dengan penelitian oleh Kartini (2007) yang menunjukkan
peningkatan kuat tarik belah pada penggunaan serat PP 0,9 kg/m2 sehingga
menghasilkan kuat tarik belah sebesar 3,49 MPa dibandingkan dengan beton
normal sebesar 2,60 MPa. Hal ini kemudian menjadikan serat PP sebagai terobosan
dalam peningkatan kualitas beton ditinjau dari daktilitasnya pada pengujian kuat
tarik belah ini, namun tetap membutuhkan pemutakhiran metode yang lebih efektif
demi peningkatan kualitas yang memiliki pola linieritas.

4.4 Hasil Kuat Geser Metode Analisis numerik Response 2000


Hasil yang disediakan untuk diolah datanya pada Response 2000 berupa
nilai kuat beban geser dan defleksi. Nilai beban geser yang ditampilkan akan
diambil sebagai data hasil untuk 3 variasi sampel disajikan dalam Tabel 4.4 berikut
ini

Tabel 4.4 Kuat Geser Analisis Response 2000 dan SNI

F'c Vu SNI Vu Response 2000


Kode Benda Uji
Mpa Kn Kn
V1 (BN) 20.75 11.396 11.84
V2 (PP 1 Kg/m3) 21.45 11.576 15.81
V3 (PP 1.5 Kg/m3) 21.04 11.500 13.84

67
18
15.809
16
13.839
14
11.396 11.84 11.576 11.500
12
Kuat geser

10
8 Vu SNI

6
4
2
0
V1 (BN) V2 (PP 1 Kg/m3) V3 (PP 1.5 Kg/m3)

Variasi sampel

Gambar 4.3 Hasil Kuat Geser Response 2000


Berdasarkan Tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa kuat geser tertinggi beton
normal terjadi pada kuat geser sebesar 11.84 kN sebelum kemudian hancur dan
beton tidak memberikan ketahanan terhadap tekanan dan geser sehingga ketahanan
geser berangsur menurun hingga tidak memiliki sama sekali tahanan geser. Nilai
tersebut melebihi batas standar nilai analisis berdasarkan SNI 03-2847-2002
sebesar 11.396 kN.
Pola serupa juga terjadi pada beton dengan penambahan 1 kg/m3 dengan
nilai kuat geser tertinggi sebesar 15.809 kN yang melebihi batas standar
berdasarkan analisis SNI 03-2847-2002 yaitu sebesar 11.579 kN. Pada beton
dengan penggunaan serat polyprophylene sebanyak 1.5 kg/m3 menunjukkam pola
yang relatif sama karena menghasilkan kuat geser yang lebih tinggi dibanding
dengan nilai standar yaitu sebesar 13.839 kN dan nilai standar yaitu sebesar 11.5
kN.
Nilai hasil Response 2000 yang besar tersebut serta merta karena
memperhitungkan nilai faktor koreksi sebesar 1. Nilai kapasitas nominal geser yang
diperhitungkan memiliki rerata deviasi sebesar 25%.

68
4.5 Hasil Kuat Geser Metode Eksperimental
Pengujian eksperimental untuk perilaku geser balok dilakukan sebagai
variabel pengontrol untuk nilai kuat geser balok dengan serat PP dan tanpa serat
PP. Hal ini mengindikasikan relevansi dari kedua data yang diperoleh baik secara
eksperimental maupun analisis secara finite element menggunakan Response 2000.
Data yang diperoleh adalah data hasil pengujian menggunakan frame load
yang diberikan beban berangsur-angsur. Beban tersebut didefinisikan sebagai
beban geser yang mendesak partikel beton. Hal tersebut kemudian menyebabkan
balok beton perlahan mengalami crack hingga terjadi keruntuhan balok beton
karena mencapai batas nominal kapasitas kuat geser beton yang disajikan dalam
Tabel 4.5 berikut ini untuk 3 variasi benda uji.
Tabel 4.5 Kuat Geser Analisis Eksperimen dan SNI

F'c Vu SNI Vu Eksperimen


Kode Benda Uji
Mpa Kn Kn
V1 (BN) 20.75 11.396 5.5
V2 (PP 1 Kg/m3) 21.45 11.576 9
V3 (PP 1.5 Kg/m3) 21.04 11.500 8.3

14.00

11.40 11.58 11.50


12.00

10.00
Kuat geser

9
8.3
8.00
Vu SNI
6.00 5.5
Vu Eskperimental
4.00

2.00

0.00
V1 (BN) V2 (PP 1 Kg/m3) V3 (PP 1.5 Kg/m3)

Variasi sampel

Gambar 4.4 Hasil Kuat Geser Eksperimental


Berdasarkan Tabel 4.5 di atas ditunjukkan bahwa Nilai kuat geser
eksperimental tertinggi hingga balok mencapai keruntuhan pada beton normal yaitu

69
5.5 kN. Nilai tersebut masih di bawah nilai kuat geser analisis berdasarkan SNI 03-
2847-2002 Yaitu sebesar 11.396 kN. Hal yang sama terjadi pada balok beton
dengan penggunaan 1 kg/m3 serat polyprophylene yang menghasilkan kuat geser
eksperimental tertinggi sebesar 9 kN hingga balok mengalami keruntuhan geser.
Nilai tersebut masih dibawah nilai Kuat geser analisis berdasarkan SNI 03-2847-
2002 yaitu sebesar 11.579 kN.
Pada variasi 3 mengalami penurunan kuat geser eksperimental
dibandingkan dengan variasi 2, yaitu sebesar 8.3 kN dengan nilai kuat geser
berdasarkan SNI 03-2847-2002 yaitu sebesar 11.5 kN yang masih berada di atas
kuat geser eksperimental. Nilai kuat geser optimum dengan metode eksperimental
diperoleh pada variasi ke 2 dengan penggunaan 1 kg/m3 serat polypropylene. Nilai
deviasi rerata kuat geser eksperimental terhadap kuat geser standar yaitu sebesar
34%.

4.5 Perbandingan Hasil Kuat Geser SNI, Analisis Response 2000 dan
Ekperimental
Hasil dari penelitian ini dijabarkan menjadi 2 jenis yaitu hasil kuat geser
dengan metode analisis numerik yang diperoleh dari output program Response
2000. Setiap parameter disesuaikan dengan uji eksperimental kuat tekan dan
parameter terkait balok beton. Metode kedua yaitu eksperimental dengan
menggunakan sampel balok beton yang diuji menggunakan frame load dan diberi
beban aksial berangsur-angsur hingga mencapai tahanan geser kapasitas balok
beton tersebut. Kondisi analisis dan eksperimental dibuat seidentik mungkin
sehingga diharapkan deviasi yang dihasilkan seminimal mungkin. Di samping itu,
diperhitungkan juga nilai kuat geser berdasarkan SNI 03-2847-2002 yang nilainya
bergantung pada kuat tekan masing-masing variasi. Nilai tersebut dijadikan sebagai
acuan dalam penarikan kesimpulan analisis.

Fokus penelitian ini pada kuat geser yang akan dibandingkan antara metode
analisis numerik dan eksperinental. Berikut hasil dari metode tersebut berdasarkan
variasi disajikan dalam Tabel 4.6 berikut ini.

70
Tabel 4.6 Hasil Kuat Geser SNI, Analisis Response 2000 dan Eksperimental

F'c Vu SNI Vu Response 2000 Vu Eksperimental


Kode Benda Uji
Mpa Kn Kn Kn
V1 (BN) 20.75 11.396 11.84 5.5
V2 (PP 1 Kg/m3) 21.45 11.576 15.81 9
V3 (PP 1.5 Kg/m3) 21.04 11.500 13.84 8.3

18.00
15.81
16.00
13.84
14.00
12.00 11.40 11.84 11.58 11.50
Kuat geser

Vu SNI
10.00 9
8.3
Vu Response 2000
8.00
5.5 Vu Eksperimental
6.00
4.00
2.00
0.00
V1 (BN) V2 (PP 1 Kg/m3) V3 (PP 1.5 Kg/m3)

Variasi sampel
Gambar 4.5 Hasil Kuat Geser SNI, Analisis Response 2000 dan Eksperimental
Nilai kuat geser berdasarkan metode analisis pada variasi 1 yaitu sebesar
11.84 kN yang menjadi nilai terkecil. Diikuti oleh variasi 3 sebesar 13.84 kN dan
variasi 2 sebesar 15.81 kN. Nilai terbesar pada metode ini yaitu pada variasi 2
dengan penggunaan 1 kg/m3 serat PP. Sedangkan nilai kuat geser pada pengujian
eksperimental yaitu 5.5 kN pada variasi 1, diikuti variasi 3 sebesar 8.3 kN dan nilai
kuat geser tertinggi pada variasi 2 sebesar 9 kN. Terjadi pola yang relevan antara
metode analisis dan eksperimental sehingga kedua analisis dapat dijadikan metode
dalam aplikasinya di lapangan. Namun untuk meningkatkan probabilitas
kesesuaian atau relevansi dengan standar acuan SNI, maka diperhitungkan
persentase perbedaan nilai antara hasil analisis dan eksperimental terhadap SNI.
Rerata perbedaan nilai terhadap SNI pada metode analisis numerik sebesar 20.27%

71
sedangkan menggunakan metode eksperimental sebesar 34%. Perbandingan
persentase perbedaan nilai antara hasil analisis numerik dan hasil eksperimental
sebesar 45,5%. Hal ini menunjukkan simpangan yang lebih besar terhadap standar
pada metode analisis Response 2000. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa hasil
analisis Response 2000 lebih akurat dibanding dengan eksperimental karena
memiliki simpangan yang kecil. Nilai analisis numerik menggunakan Response
2000 juga menghasilkan nilai yang lebih besar dibanding dengan hasil uji
eksperimental. Nilai tersebut tidak bisa dijadikan tolak ukur dalam pelaksanaan dan
pemilihan metode karena meskipun nilai yang diperoleh pada metode analisis
numerik lebih tinggi karena masih banyak faktor yang harus diperhatikan karena
pengujian eksperimental akan menghasilkan nilai yang lebih realistis.

72
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Hasil analisis dan pengujian meliputi analisis kuat geser melalui software
Response 2000 dan eksperimental menggunakan universal frame load pada sampel
balok beton dan hasil pengujian kuat tekan dan pengujian kuat tarik pada sampel
silinder, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengujian benda uji silinder adalah
sebagai berikut:
a. Kuat tekan tertinggi diperoleh pada variasi 2 dengan penggunaan 1 kg/m3
serat Polypropylene. Penggunaan serat PP di atas itu dikatakan tidak efektif
karena terjadinya segregasi akibat massa jenis dari serat PP dan serat PP
yang kurang terdistribusi secara baik ke seluruh campuran beton.
b. Nilai kuat tarik beton didapatkan selaras dengan peningkatan kuat tekan
sehingga diperoleh kuat tarik tertinggi juga pada variasi 2 dengan
penggunaan 1 kg/m3 serat PP.
2. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengujian eksperimental dan analisis
numerik menggunakan Response 2000 adalah sebagai berikut:
a. Nilai kuat geser tertinggi melalui pengujian menggunakan frame load
terbesar pada variasi ke 2 sebesar 9 kN. Sama halnya dengan kuat geser dari
analisis response 2000 yang tertinggi pada variasi 2 sebesar 15.81 kN. Hal
ini menunjukkan relevansi yang tepat berdasarkan SNI 03-2847-2002
bahwa kuat tekan sebanding dengan kuat geser beton.
b. Perbandingan nilai kuat geser antara metode eksperimental dan metode
analisis terhadap acuan standar SNI 03-2847-2002 dengan simpangan
terkecil pada metode analisis sebsar 20.27% sehingga kondisi opsional ini
dapat menjadi alternatif jika kita tidak memiliki sampel pengujian.

73
c. Setiap tahanan geser balok beton yang dimiliki sebagai kapasitas nominal
sampel bergantung pada kuat tekan. Hal ini dapat dioptimasi dengan
optimasi kuat tekan menggunakan serat PP 1 kg/m3 sebagai nilai optimum
pada penelitian ini.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian yang telah dilakukan di
laboratorium, maka dapat dikemukakan beberapa saran untuk penelitian lebih lanjut
sebagai berikut.
1. Pencampuran serat PP dalam beton segar agar disebarkan secara merata ke
seluruh campuran beton segar sehingga dapat digunakan kuantitas serat PP yang
lebih banyak namun tetap menghasilkan peningkatan parameter fisik ketahanan
beton.
2. Standar deviasi analisis numerik dan SNI dapat diperkecil dengan
menggunakan software analisis dengan input parameter yang lebih lengkap.
3. Pemberian treatment yang sesuai sehingga serat PP tidak menumpuk ketika
pencampuran sehingga distribusi lebih merata.
4. Menggunakan persentase dan campuran bahan tambahan untuk peningkatan
ketahanan geser dan sifat daktil sehingg masih terjadi keretakan sebelum terjadi
adanya crack.

74
DAFTAR PUSTAKA

ACI Committee 544,2002. (2002). Report on Fiber Reinforced Concrete.


Apriyatno, H. (2009). Kapasitas Lentur Balok Beton Bertulang dengan
Polypropylene Fiber Sebesar 6% dari Berat Semen. Jurnal Teknik Sipil Dan
Perencanaan, 11(2), 149–160.
Basri, D. R., & Mubarak, H. (2021). Beton Ringan dengan Bahan Plastik sebagai
Agregat Kasar untuk Konstruksi di Atas Lahan Gambut. Jurnal Teknik Sipil
ITP, 8(1), 8. https://doi.org/10.21063/JTS.2021.V801.02
Dede Eldi Kurniawan, Reni Suryanita, & Zulfikar Djauhari. (2019). Perilaku
Mekanik Balok Beton Bertulang Tanpa Dan Dengan Sengkang Pascabakar.
Sainstek (e-Journal), 7(1), 9–12. https://doi.org/10.35583/js.v7i1.16
Dewi, S. U., & Purnomo, R. (2016). Pengaruh Tambahan Limbah Plastik HDPE
(High Density Polyethylene Terhadap Kuat Tekan Beton Pada Mutu K. 125.
Tapak, 6(1), 15–29.
Ginting, A. (2019). Kajian Balok Beton Styrofoam Ringan Dengan Tulangan
Menyebar. Jurnal Teknik Sipil, 3(2), 127–140.
https://doi.org/10.28932/jts.v3i2.1284
Gumelar, B., & Wardhono, A. (2019). Pengaruh Variasi Penambahan Nanosilika
Komersial Pada Kuat Tekan, Porositas, dan Permeabilitas Beton. Rekayasa
Teknik Sipil, 1–8.
Gunawan, A. (2014). Pengaruh Campuran Dua Agregat Halus Terhadap Kuat
Tekan Beton. Jurnal Inersia, 6(1), 61–72.
Haq, H. A., & Andayani, R. (2017). Pengaruh Penambahan Serat Kawat Bendrat
dan Serat Ijuk Pada Beton K-225 Terhadap Kuat Geser. Jurnal Desain
Konstruksi, 16(1), 76–82.
Hasanr, H., Tatong, B., & Tole, J. (2013). Pengaruh Penambahan Polypropylene
Fiber Mesh Terhadap Sifat Mekanis Beton. Majalah Ilmiah Mektek, 1, 12–19.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/Mektek/article/viewFile/1483/1000

75
Kartini, W. (2007). Pengaruh Serat Polypropylene Untuk Meningkatkan Kuat Tarik
Belah Beton. Jurnal Rekayasa Perancanaan, 4(1), 1–13.
Khairizal, Y., Kurniawandy, A., & Kamaldi, A. (2015). Pengaruh Penambahan
Serat Polypropylene Terhadap Sifat Mekanis Beton Normal. Jom FTEKNIK,
2(2), 1–11.
Liang, N., You, X., Yan, R., Miao, Q., & Liu, X. (2022). Experimental Investigation
on the Mechanical Properties of Polypropylene Hybrid Fiber-Reinforced Roller-
Compacted Concrete Pavements. International Journal of Concrete Structures
and Materials, 16(1). https://doi.org/10.1186/s40069-021-00493-6 Lisantono, A.,
Praja, B. A., & Prasetio, H. K. (2018). Studi Perilaku Kuat GeserBalok Beton
Bertulang Memadat Sendiri dengan Serat Polypropylene. Jurnal Penelitian Dan
Kajian Bidang Teknik Sipil, 7(2), 1–5.
https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-a7e576e1b6bf
Lukito, I. C. (2011). Studi Perilaku Kuat Geser pada Beton dengan Menggunakan
Serat Kawat Bendrat.
Metwally, I. M. (2012). Evaluate the capability and accuracy of response-2000
program in prediction of the shear capacities of reinforced and prestressed
concrete members. HBRC Journal, 8(2), 99–106.
https://doi.org/10.1016/j.hbrcj.2012.09.005
Mustofa, A. S. (2015). Pengaruh Variasi Ukuran Gradasi Agregat Kasar Terhadap
Kuat Tekan Beton Berpori.
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/65672/Ainul Latifah-
101810401034.pdf?sequence=1
Pamudji, G., SH, N. I., & Rahman, A. N. (2008). Pengaruh Pemakaian Bahan
Tambah Limbah Plastik Kemasan Air Mineral Terhadap Kuat Tekan dan Kuat
Tarik Belah Beton. Dinamika Rekayasa, Vol. 4(No. 1), 41–49.
Pratiwi, S., Prayuda, H., & Prayuda, F. (2016). Kuat Tekan Beton Serat
Menggunakan Variasi Fibre Optic dan Pecahan Kaca. Semesta Teknika, 19(1),
55–67.
Prayitno, S., Rismunarsi, E., & Romadhoni, S. H. (2017). Pengaruh Penambahan
Serat Bendrat Dan Styrofoam Pada Beton Ringan Terhadap Kuat Tekan dan

76
Kuat Geser. Matriks Teknik Sipil, 1064–1071.
https://103.23.224.239/matriks/article/view/36714
Purwanto, E. (2011). Pengaruh Prosentase Penambahan Serat Terhadap Kuat Tekan
dan Kuat Tarik Belah Beton Ringan. Jurnal Rekayasa, 15](2).
Rajaguguk, A., & Surbakti, B. (2020). Pengaruh Penambahan Limbah Debu
Pengolahan Baja ( Dry Dust Collector) dan Penambahan Serat Polypropylene
Terhadap Sifat Mekanis Beton.
Rismayasari, Y. (2012). Pembuatan Beton dengan Campuran Limbah Plastik dan
Karakterisasinya.
Sari, R. A. I., Wallah, S. E., & Windah, R. S. (2015). Pengaruh Jumlah Semen Dan
Fas Terhadap Kuat Tekan Beton Dengan Agregat Yang Berasal Dari Sungai.
Jurnal Sipil Statik, 3(1), 68–76.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jss/article/view/6798
SNI 03-2816-1992. (1992). Metode Pengujian Kadar Zat Organik Agregat Halus.
SNI 03-2834-2000. (2000). Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal.
SNI 03-4142-1996. (1996). Metode Pengujian Jumblah Bahan dalam Agregat yang
Lolos Saringan No 200 (0,0075)
SNI 03-4804-1998. (1998). Metode Pengujian Berat Isi dan Ronnga Udara dalam
Agregat.
SNI 03-1971-1990. (1990). Metode Pengujian Kadar Air Agregat.
SNI 15-0302-2004. (2004). Semen Portland Pozolan.
SNI 15-7064-2004. (2004). Semen Portland Composite.
SNI 1969-2008. (2008). Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar.
SNI 1970-2008. (2008). Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus.
SNI 1974-2011. (2011). Cara Uji Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji Silinder,
SNI 03-2491-2014. (2014). Cara Uji Kuat Tarik Belah dengan benda Uji Silinder.
SNI 2847:2019. (2019). Persyaratan Beton Struktur Untuk Bangunan Gedung.
SNI 03-2847-2002. (2002). Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung.
SNI 2049-2015. (2015). Semen Portland.

77
SNI 2417-2018. (2018). Cara Uji Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los
Angeles.
SNI 3553:2015. (2015). Air Mineral.
SNI ASTM C 136-2012. (2012). Metode Uji untuk Analisis Saringan Agregat
Halus dan Agregat Kasar.
Sulianti, I., Amiruddin, Shaputra, R., & Daryoko. (2018). Analisis Pengaruh Besar
Butiran Agregat Kasar Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Jurnal Forum
Mekanika, 7(1), 37. https://doi.org/10.33322/forummekanika.v7i1.87
Swan, C. L. G., & Sian, B. (2013). Penelitian Beton Ringan Non-Struktural Dengan
Agregat Styrofoam Bekas. In Penelitian Beton Ringan Non-Struktural Dengan
Agregat Styrofoam Bekas.
Uluhiyah, A. (2018). Pengaruh Penambahan Serat Bendrat dan Penambahan Serbuk
Kaca sebagai Pengganti Sebagian Agregat Halus Terhadap Sifat Mekanik
Beton. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram, 1–17.
http://eprints.unram.ac.id/10330/1/2.
Wicaksono, D. A. (2019). Skripsi studi eksperimental sifat mekanik balok beton
bertulang dengan dan tanpa sengkang.
Zuraidah, S., Sujtmiko, B., Hastono, K. B., & Linda, M. A. (2018). Pengaruh Serat
Polypropylene dari Limbah Strapping Band Terhadap Kuat Tekan dan Kuat
Tarik Belah Beton Ringan. SNITER, 12–20.

78
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 – Hasil Pengujian Karakteristik Agregat
Lampiran 1.1 Hasil Pengujian Kadar Air Agregat Kasar
Lampiran 1.2 Hasil Pengujian Kadar Air Agregat Halus
Lampiran 1.3 Hasil Pengujian Berat Volume Agregat Kasar
Lampiran 1.4 Hasil Pengujian Berat Volume Agregat Halus
Lampiran 1.5 Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Kasar
Lampiran 1.6 Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus
Lampiran 1.7 Hasil Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar
Lampiran 1.8 Hasil Pengujian Berat Jenis Agregat Halus
Lampiran 1.9 Hasil Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus
Lampiran 1.10 Hasil Pengujian Kadar Organik Agregat Halus
Lampiran 1.11 Hasil Pengujian Keausan Agregat Kasar

80
Lampiran 1.1 Hasil Pengujian Kadar Air Agregat Kasar

Sumber Material : Agregat Kasar berupa kerikil dari PT. Mitra Beton
Mandiri, Rimbo Panjang, Kabupaten Kampar
Diperiksa : Februari 2023
Tempat Pengujian : Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Riau

Hasil Pengujian Kadar Air Agregat Kasar


Uraian Satuan Sampel 1 Sampel 2
Berat Wadah A Gram 148,8 148,8
Berat Benda Uji B Gram 1000,0 1000,0
Berat Benda Uji Kering + Wadah C Gram 1113,8 11118
Berat Benda Uji Kering D=C-A Gram 965 969,2

Kadar Air ((B-D)/D)x100% % 3,50 3,08


Rerata % 3,29

81
Lampiran 1.2 Hasil Pengujian Kadar Air Agregat Halus

Sumber Material : Agregat Halus berupa pasir dari PT. Mitra Beton Mandiri,
Rimbo Panjang, Kabupaten Kampar
Diperiksa : Februari 2023
Tempat Pengujian : Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Riau

Hasil Pengujian Kadar Air Agregat Halus


Uraian Satuan Sampel 1 Sampel 2
Berat Wadah A Gram 247,8 247,8
Berat Benda Uji B Gram 500,0 500,0
Berat Benda Uji Kering + Wadah C Gram 728 731
Berat Benda Uji Kering D=C-A Gram 480,2 483,2

Kadar Air ((B-D)/D)x100% % 3,96 3,36


Rerata % 3,66

82
Lampiran 1.3 Hasil Pengujian Berat Volume Agregat Kasar

Sumber Material : Agregat Kasar berupa kerikil dari PT. Mitra Beton
Mandiri, Rimbo Panjang, Kabupaten Kampar
Diperiksa : Februari 2023
Tempat Pengujian : Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Riau

Hasil Pengujian Berat Volume Agregat Kasar Kondisi Gembur


Uraian Satuan Sampel 1 Sampel 2
Volume Wadah Cm3 2893,049 2893,049
Berat Wadah Gram 10600 10600
Berat Benda Uji + Wadah Gram 14700 14700
Berat Benda Uji Gram 4100 4200
Berat Volume Gram/cm3 1,42 1,45
Rerata Gram/cm3 1,43

Hasil Pengujian Berat Volume Agregat Kasar Kondisi Padat


Uraian Satuan Sampel 1 Sampel 2
Volume Wadah Cm3 2893,049 2893,049
Berat Wadah Gram 10600 10600
Berat Benda Uji + Wadah Gram 15150 15100
Berat Benda Uji Gram 4550 4500
Berat Volume Gram/cm3 1,57 1,56
Rerata Gram/cm3 1,56

83
Lampiran 1.4 Hasil Pengujian Berat Volume Agregat Halus

Sumber Material : Agregat Halus berupa pasir dari PT. Mitra Beton Mandiri,
Rimbo Panjang, Kabupaten Kampar
Diperiksa : Februari 2023
Tempat Pengujian : Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Riau

Hasil Pengujian Berat Volume Agregat Halus Kondisi Gembur


Uraian Satuan Sampel 1 Sampel 2
Volume Wadah Cm3 2893,049 2893,049
Berat Wadah Gram 10600 10600
Berat Benda Uji + Wadah Gram 14823 14777
Berat Benda Uji Gram 4223 4177
Berat Volume Gram/cm3 1,46 1,44
Rerata Gram/cm3 1,45

Hasil Pengujian Berat Volume Agregat Halus Kondisi Padat


Uraian Satuan Sampel 1 Sampel 2
Volume Wadah Cm3 2893,049 2893,049
Berat Wadah Gram 10600 10600
Berat Benda Uji + Wadah Gram 15172 15145
Berat Benda Uji Gram 4572 4545
Berat Volume Gram/cm3 1,58 1,57
Rerata Gram/cm3 1,58

84
Lampiran 1.5 Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Kasar

Sumber Material : Agregat Kasar berupa kerikil dari PT. Mitra Beton
Mandiri, Rimbo Panjang, Kabupaten Kampar
Diperiksa : Februari 2023
Tempat Pengujian : Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Riau

Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Kasar Sampel 1


Persentase
Ukuran Persentase
Berat Persentase Berat
Lobang Berat Lolos
No. Saringan Tertahan Tertahan Tertahan
Ayakan Kumulatif
Kumulatif
(mm) (gr) (%) (%) (%)
3/4” 19,1 7616,5 76,165 76,165 23,835
1/2” 12,54 394,1 3,941 80,106 43,729
3/8” 9,52 1704,9 17,049 97,155 46,574
1/4” 6,35 224,2 2,242 99,397 47,177
No. 4 4,75 18,7 0,187 99,584 47,593
Sisa 1,7 0,017 100 48,958
Total 10000 100 1151,042 500,401
Fine Modulus 11,51

Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Kasar Sampel 2


Persentase
Ukuran Persentase
Berat Persentase Berat
Lobang Berat Lolos
No. Saringan Tertahan Tertahan Tertahan
Ayakan Kumulatif
Kumulatif
(mm) (gr) (%) (%) (%)
3/4” 19,1 7616,5 76,165 76,165 23,835
1/2” 12,54 394,1 3,941 80,106 43,729
3/8” 9,52 1704,9 17,049 97,155 46,574
1/4” 6,35 224,2 2,242 99,397 47,177
No. 4 4,75 18,7 0,187 99,584 47,593
Sisa 1,7 0,017 100 48,958
Total 10000 100 1151,042 500,401
Fine Modulus 11,51

85
Gradasi Kerikil 20 mm
100
90
80
70
60
50 Min
40
Max
30
20 Data
10
0
1 10 100
Lobang Ayakan (mm)

86
Lampiran 1.6 Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus

Sumber Material : Agregat Halus berupa pasir dari PT. Mitra Beton Mandiri,
Rimbo Panjang, Kabupaten Kampar
Diperiksa : Februari 2023
Tempat Pengujian : Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Riau

Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus Sampel 1


Persentase
Ukuran Persentase
Berat Persentase Berat
Lobang Berat Lolos
No. Saringan Tertahan Tertahan Tertahan
Ayakan Kumulatif
Kumulatif
(mm) (gr) (%) (%) (%)
3/8” 9,52 0 0,0 0,0 100,0
No. 4 4,75 3,0 0,60 0,60 99,40
No. 8 2,375 8,0 1,60 2,20 97,80
No. 16 1,19 109,0 21,84 24,00 76,00
No. 30 0,6 93,0 18,64 42,60 57,40
No. 60 0,25 212,0 42,48 85,00 15,00
No. 100 0,15 54,0 10,82 95,80 4,20
No. 200 0,075 14,0 2,81 98,60 1,40
Sisa 7,00 1,40 100 0,0
Total 500 100 348,80 651,20
Fine Modulus 3,49

Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus Sampel 2


Persentase
Ukuran Persentase
Berat Persentase Berat
Lobang Berat Lolos
No. Saringan Tertahan Tertahan Tertahan
Ayakan Kumulatif Kumulatif
(mm) (gr) (%) (%) (%)
3/8” 9,52 0 0,0 0,0 100,0
No. 4 4,75 3,0 0,71 0,71 99,20
No. 8 2,375 44,0 10,48 11,19 88,81
No. 16 1,19 51,0 12,14 23,33 76,67
No. 30 0,6 80,0 19,05 42,38 57,62
No. 60 0,25 155,0 36,90 79,29 20,71
No. 100 0,15 63,0 15,00 94,29 5,71
No. 200 0,075 20,0 4,76 99,05 0,95
Sisa 4,00 0,95 100 0,0
Total 420 100 350,24 649,76
Fine Modulus 3,50

Nilai Rerata Modulus Kehalusan (Fine Modulus) = 3,50

87
Berikut Grafik Gradasi dari Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus yang
sudah Dirata-ratakan:

Gradasi Pasir Daerah I


100
90
80
70
60
50 Min
40 Max
30
20 Data
10
0
0.1 1 10
Lobang Ayakan (mm)

Gradasi Pasir Daerah II


100
90
80
70
60
50 Min
40 Max
30
20 Data
10
0
0.1 1 10
Lobang Ayakan (mm)

88
Gradasi Pasir Daerah III
100
90
80
70
60
Min
50
Max
40
30 Data
20
10
0
0.1 1 10
Lobang Ayakan (mm)

Gradasi Pasir Daerah IV


100
90
80
70
60
Series2
50
Series3
40
30 Data
20
10
0
0.1 1 10
Lobang Ayakan (mm)

89
Lampiran 1.7 Hasil Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar

Sumber Material : Agregat Kasar berupa kerikil dari PT. Mitra Beton
Mandiri, Rimbo Panjang, Kabupaten Kampar
Diperiksa : Februari 2023
Tempat Pengujian : Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Riau

Hasil Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar


Uraian Satuan Sampel 1 Sampel 2 Rata-Rata
Berat Benda Uji Kondisi SSD di Gram 2000,0 2000,00 2000,00
Udara
Berat Benda Uji Kondisi Jenuh di Gram 1243,2 1239,1 1241,15
dalam Air
Berat Benda Uji Kondisi Kering Gram 2015,00 2010,00 2012,50
Apparent Specific Gravity 2,61 2,56 2,59

Bulk Specific Gravity Kondisi 2,59 2,57 2,58


Kering
Bulk Specific Gravity Kondisi SSD 2,60 2,59 2,59
Persentase Absorpsi Air % 0,30 0,50 0,40

90
Lampiran 1.8 Hasil Pengujian Berat Jenis Agregat Halus

Sumber Material : Agregat Halus berupa pasir dari PT. Mitra Beton Mandiri,
Rimbo Panjang, Kabupaten Kampar
Diperiksa : Februari 2023
Tempat Pengujian : Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Riau

Hasil Pengujian Berat Jenis Agregat Halus


Uraian Satuan Sampel 1 Sampel 2 Rata-Rata
Berat Piknometer Gram 161,0 161,0 161,0
Berat Benda Uji Kondisi SSD Gram 500,0 500,0 500,0
Berat Piknometer + Air + Benda Gram 968,0 978,0 973,0
Uji Kondisi SSD
Berat Piknometer + Air Gram 658,0 658,0 658,0
Berat Benda Uji Kondisi Kering Gram 490,00 487,0 488,50
Apparent Specific Gravity 2,72 2,92 2,82
Bulk Specific Gravity Kondisi 2,58 2,71 2,64
Kering
Bulk Specific Gravity Kondisi SSD 2,63 2,78 2,70
Persentase Absorpsi Air % 2,04 2,67 2,36

91
Lampiran 1.9 Hasil Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus

Sumber Material : Agregat Halus berupa pasir dari PT. Mitra Beton Mandiri,
Rimbo Panjang, Kabupaten Kampar
Diperiksa : Februari 2023
Tempat Pengujian : Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Riau

Hasil Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus


Uraian Satuan Sampel 1 Sampel 2
Tinggi Pasir A mm 100,0 100,0
Tinggi Lumpur B mm 2,0 2,0
Kadar Lumpur ((A/(A+B))x100% % 1,96 1,96
Rerata % 1,96

92
Lampiran 1.10 Hasil Pengujian Kadar Organik Agregat Halus

Sumber Material : Agregat Halus berupa pasir dari PT. Mitra Beton Mandiri,
Rimbo Panjang, Kabupaten Kampar
Diperiksa : Februari 2023
Tempat Pengujian : Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Riau

Hasil Pengujian Kadar Organik Agregat Halus

Hasil yang diperoleh adalah kategori warna No. 2

93
Lampiran 1.11 Hasil Pengujian Keausan Agregat Kasar

Sumber Material : Agregat Kasar berupa kerikil dari PT. Mitra Beton
Mandiri, Rimbo Panjang, Kabupaten Kampar
Diperiksa : Februari 2023
Tempat Pengujian : Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Riau

Hasil Pengujian Keausan Agregat Kasar


Uraian Hasil Satuan
Gradasi Material B
Jumlah Bola 11
Jumlah Putaran 500
Berat Benda Uji (A) 5000 Putaram
Berat Benda Uji Putaran 500 kali 3742,8 Gram
(B)
Nilai Abrasi (((A-B)/A)x100% 25,114% %

94
LAMPIRAN 2 – Mix Design Beton
Lampiran 2.1 Mix Design untuk Campuran Sampel Beton per m3

95
Lampiran 2.1 Mix Design untuk Campuran Sampel Beton per m3
- Job Mix untuk pembuatan sampel penelitian disajikan dalam tabel berikut.

PENETAPAN VARIABEL PERENCANAAN


1 Kategori Jenis Struktur
2 Kuat tekan karakteristik beton (fc') 240,964 kg/cm3
3 Standar deviasi (Dengan kegagalan 5%) 65 kg/cm3
4 Nilai tambah (k=1.64) 106,6 kg/cm3
5 Kuat tekan rata-rata rencana 347,564 kg/cm3

6 W/C (Berdasarkan fc') 0,500

7 Slump rencana 7.5 - 10 cm


DATA MATERIAL
8 Berat Jenis Semen 3,15 kg/m3
9 Berat Jenis Air 1000 kg/m3
10 Ukuran maksimum Ag. Kasar 20 mm
11 Specific grafity Agregat Kasar (SSD) 2,593
12 Berat volume Agregat Kasar (Kondisi Padat) 1564,09 kg/m3
13 Penyerapan Air (Absorbsi) Ag. Kasar (%) 0,40 %
14 Kadar Air Ag. Kasar (%) 3,29 %
15 Specific grafity Agregat Halus (SSD) 2,70
16 Modulus Kehalusan Ag. Halus 2,50
17 Penyerapan Air (Absorbsi) Ag. Halus (%) 2,36 %
18 Kadar Air Ag. Halus (%) 3,66 %
19 % Udara terperangkap 1 %
KOMPOSISI BAHAN
20 Jumlah Air 202,00 kg/m3
21 Berat semen 404,00 kg/m3
22 % Volume Ag. Kasar (Tabel B) 74,0 %
23 Berat Ag. Kasar 1.157,43 kg/m3
24 Volume Semen 0,00 m3
25 Volume Air 0,202 m3
26 Volume Ag. Kasar 0,446 m3
27 Volume udara terperangkap 0,010 m3
28 Volume Ag. Halus 0,341 m3
29 Berat rencana Ag. Halus 923,45 kg/m3

96
KOREKSI BERAT BAHAN
30 Koreksi akibat agregat kasar 2,89 %
31 Koreksi akibat agregat halus 1,30 %
32 Penambahan agregat kasar 33,48 Kg
33 Penambahan agregat halus 12,05 Kg
34 Pengurangan air (45,53) Kg
3
KOMPOSISI AKHIR untuk 1 m BETON
35 Berat Semen 404,00 Kg/m3
36 Berat Air 202,00 Kg/m3
37 Berat Ag. Kasar 1.123,95 Kg/m3
38 Berat Ag. Halus 911,40 Kg/m3
Total 2641,40 Kg
VOLUME CAMPURAN UTK BENDA UJI YANG AKAN DIBUAT
Benda Uji yang akan dibuat
Balok (10 x 20 x 1250) 3 Bh
Silinder (dia 15 cm - tinggi 30 cm) 36 Bh
Volume untuk 1 benda uji
Balok (10 x 20 x 1250) 0,0250 m3/ bh
Silinder (dia 15 cm - tinggi 30 cm) 0,0053 m3/ bh
Volume benda Uji Total untuk 1 x campuran
Balok (10 x 20 1250) 0,0750 m3
Silinder (dia 15 cm - tinggi 30 cm) 0,0954 m3
Volume total 0,1740 m3
Koreksi Volume Total 0,2045 m3

SEHINGGA VOLUME CAMPURAN YANG DIBUAT


- Berat Semen 82,62 Kg
- Berat Air 41,31 Kg
- Berat Ag. Kasar 229,86 Kg
- Berat Ag. Halus 186,18 Kg
Berat Total 540,18 Kg

97
LAMPIRAN 3 – Hasil Analisis Numerik Response 2000
Lampiran 3.1 Hasil Kuat Geser Metode Analisis Response 2000 dan SNI
Lampiran 3.2 Hasil Kuat Geser Metode Esperimental dan SNI
Lampiran 3.3 Hasil Kuat Geser Metode Analisis Response 2000, SNI dan
Eskperimental

98
Lampiran 3.1 Hasil Analisis Response 2000 dan SNI Perilaku Geser

Hasil analisis Response-2000 perilaku geser balok beton dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :
V1 (BN) V2 (PP 1 kg/m3) V3 (PP 1,5 kg/m3)
Response
Response 2000 SNI SNI Response 2000 SNI
2000
Vu Vu Vu
Vu (kN) Vu (kN) Vu (kN)
(kN) (kN) (kN)
0 11.396 0 11.579 0 11.5
0.592 11.396 0.79 11.579 0.692 11.5
1.184 11.396 1.581 11.579 1.384 11.5
1.776 11.396 2.371 11.579 2.076 11.5
2.368 11.396 3.162 11.579 2.768 11.5
2.96 11.396 3.952 11.579 3.46 11.5
3.552 11.396 4.743 11.579 4.152 11.5
4.144 11.396 5.533 11.579 4.844 11.5
4.736 11.396 6.324 11.579 5.536 11.5
5.328 11.396 7.114 11.579 6.228 11.5
5.92 11.396 7.905 11.579 6.92 11.5
6.512 11.396 8.695 11.579 7.612 11.5
7.104 11.396 9.486 11.579 8.304 11.5
7.696 11.396 10.276 11.579 8.996 11.5
8.288 11.396 11.067 11.579 9.688 11.5
8.88 11.396 11.857 11.579 10.38 11.5
9.472 11.396 12.647 11.579 11.071 11.5
10.064 11.396 13.438 11.579 11.763 11.5
10.656 11.396 14.228 11.579 12.455 11.5
11.248 11.396 15.019 11.579 13.147 11.5
11.84 11.396 15.809 11.579 13.839 11.5
11.248 11.396 15.019 11.579 13.147 11.5

99
Lampiran 3.2 Hasil Eksperimental dan SNI Perilaku Geser

Hasil Eskperimental perilaku geser balok beton dapat dilihat pada tabel di bawah
ini :

V1 (BN) V2 (PP 1 kg/m3) V3 (PP 1,5 kg/m3)


Eksperimental SNI Eksperimental SNI Eksperimental SNI
Vc (kN) Vc (kN) Vc (kN) Vc (kN) Vc (kN) Vc (kN)
0 11.396 0 11.579 0 11.500
0.5 11.396 0.5 11.579 0.5 11.500
1 11.396 1 11.579 1 11.500
1.5 11.396 1.5 11.579 1.5 11.500
2 11.396 2 11.579 2 11.500
2.5 11.396 2.5 11.579 2.5 11.500
3 11.396 3 11.579 3 11.500
3.5 11.396 3.5 11.579 3.5 11.500
4 11.396 4 11.579 4 11.500
4.5 11.396 4.5 11.579 4.5 11.500
5 11.396 5 11.579 5 11.500
5.5 11.396 5.5 11.579 5.5 11.500
6 11.396 6 11.579 6 11.500
6.5 11.396 6.5 11.579 6.5 11.500
7 11.396 7 11.579 7 11.500
7.5 11.396 7.5 11.579 7.5 11.500
8 11.396 8 11.579 8 11.500
8.5 11.396 8.5 11.579 8.5 11.500
9 11.396 9 11.579 9 11.500

100
V1 (BN) V2 (PP 1 kg/m3) V3 (PP 1,5 kg/m3)
Eksperimental SNI Eksperimental SNI Eksperimental SNI
Vc (kN) Vc (kN) Vc (kN) Vc (kN) Vc (kN) Vc (kN)
9.5 11.396 9.5 11.579 9.5 11.500
10 11.396 10 11.579 10 11.500
10.5 11.396 10.5 11.579 10.5 11.500
11 11.396 11 11.579 11 11.500
- - 11.5 11.579 11.5 11.500
- - 12 11.579 12 11.500
- - 12.5 11.579 12.5 11.500
- - 13 11.579 13 11.500
- - 13.5 11.579 13.5 11.500
- - 14 11.579 14 11.500
- - 14.5 11.579 14.5 11.500
- - 15 11.579 15 11.500
- - 15.5 11.579 15.5 11.500
- - 16 11.579 16 11.500
- - 16.5 11.579 16.6 11.500
- - 17 11.579 - -
- - 17.5 11.579 - -
- - 18 11.579 - -

101
Lampiran 4.1 Hasil Pengujian Kuat Tekan
Berikut contoh perhitungan pengujian kuat tekan beton PCC:
- Untuk sampel No. 1 umur pengujian 7 hari:
D = 150 mm
P = 310kN
A = 1 𝜋𝐷2
4

= 1 𝜋1502
4

= 17671,46 mm2
KT =𝑃
𝐴
310 𝑘𝑁
=
17671,46 𝑚𝑚2
310000 𝑁
=
17671,46 𝑚𝑚2

= 17,54 N/mm2
= 17,54 MPa
KT rerata;
Dengan
KT sampel 1 = 17,54 MPa
KT sampel 2 = 14,15 MPa
KT sampel 3 = 17,26 MPa
Maka,
(17,54+ 14,15 + 17,26)
KT rerata = = 16,32 MPa
3

KT koreksi = 1,1 × 𝐾𝑇 𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎


= 1,1 × 16,32 𝑀𝑃𝑎
= 16,64 MPa
Dengan,
D = Diameter benda uji (mm)
P = Bacaan tekanan pada mesin uji tekan (kN)
A = Luas permukaan benda uji (mm2)
KT = Kuat tekan benda uji (MPa)
Berikut rekapitulasi perhitungan pengujian kuat tekan beton setiap variasi:

102
Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton PCC (PP 0 Kg/m3)

Kuat KT
Umur Diameter P A
No Tekan Rerata
(hari) (mm) (kN) (mm2) (MPa) (MPa)
1 150 310 17671,46 17,54
2 7 150 250 17671,46 14,15 16,32
3 150 305 17671,46 17,26
1 150 375 17671,46 21,22
2 28 150 340 17671,46 19,24 20,32
3 150 365 17671,46 20,65

Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Serat PP (PP 1 Kg/m3)

Kuat KT
Umur Diameter P A
No Tekan Rerata
(hari) (mm) (kN) (mm2) (MPa) (MPa)
1 150 275 17671,46 15,56
2 7 150 300 17671,46 16,98 16,03
3 150 275 17671,46 15,56
1 150 365 17671,46 20,65
2 28 150 375 17671,46 21,22 21,03
3 150 375 17671,46 21,22

Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Serat PP (PP 1,5 Kg/m3)

Kuat KT
Umur Diameter P A
No Tekan Rerata
(hari) (mm) (kN) (mm2) (MPa) (MPa)
1 150 300 17671,46 16,98
2 7 150 310 17671,46 17,54 16,88
3 150 285 17671,46 16,13
1 150 360 17671,46 20,37
2 28 150 375 17671,46 21,22 20,75
3 150 365 17671,46 20,65

103
Lampiran 4.2 Hasil Pengujian Kuat Tarik
Berikut contoh perhitungan pengujian kuat tarik beton PCC:
- Untuk sampel No. 1 umur pengujian 7 hari:
D = 150 mm
T = 300 mm
Bacaan Dial = 90 kN
Kuat Tarik Belah = 2×𝐷𝑖𝑎𝑙×1000
𝜋𝐷𝑇
2×90×1000
=
𝜋(150)(300)

= 1,27 N/mm2
= 1,27 MPa
Kuat Tarik Belah Sampel 1 = 1,27 MPa
Kuat Tarik Belah Sampel 2 = 1,56 MPa
Kuat Tarik Belah Sampel 3 = 1,56 MPa
Kuat Tarik Belah rerata = 1,27+1,56+1,56 𝑀𝑃𝑎
3

= 1,46 MPa
Berikut disajikan rekapitulasi pengujian kuat tarik.

Hasil Pengujian Kuat Tarik Beton PCC (PP 0 Kg/m3)

Kuat KT
Umur Diameter T Dial
No Tarik Rerata
(hari) (mm) (mm) (kN) (MPa) (MPa)
1 150 300 90 1,27
2 7 150 300 110 1,56 1,46
3 150 300 110 1,56
1 150 300 115 1,63
2 28 150 300 140 2,00 1,93
3 150 300 155 2,19

104
Hasil Pengujian Kuat Tarik Beton Serat PP (PP 1 Kg/m3)

Kuat KT
Umur Diameter T Dial
No Tarik Rerata
(hari) (mm) (mm) (kN) (MPa) (MPa)
1 150 300 140 1,98
2 7 150 300 150 2,12 1,93
3 150 300 120 1,69
1 150 300 225 3,18
2 28 150 300 240 3,40 3,11
3 150 300 195 2,76

Hasil Pengujian Kuat Tarik Beton Serat PP (PP 1,5 Kg/m3)

Kuat KT
Umur Diameter T Dial
No Tarik Rerata
(hari) (mm) (mm) (kN) (MPa) (MPa)
1 150 300 100 2,48
2 7 150 300 125 2,33 2,31
3 150 300 90 2,12
1 150 300 190 2,69
2 28 150 300 190 2,69 2,59
3 150 300 170 2,41

105
LAMPIRAN 5 – Dokumentasi Penelitian
Lampiran 5.1 Alat dan Bahan
Lampiran 4.2 Pengujian Karakteristik Agregat
Lampiran 4.3 Proses Pembuatan Benda Uji
Lampiran 4.4 Pengujian Benda Uji
Lampiran 4.5 Sampel Per Variasi

106
Lampiran 5.1 Alat dan Bahan

Gambar 1. Talam Gambar 2. Sendok Takar

Gambar 3. Timbangan Gambar 4. Sendok Semen

Gambar 5. Scraper Gambar 6. Sarung Tangan

Gambar 7. Kuas Gambar 8. Handuk

107
Gambar 9. Cetakan Silinder Gambar 10. Cetakan balok

Gambar 11. Plat Uji Slump Gambar 12. Gerobak

Gambar 13. Plat Bantalan Gambar 14. Troli

Gambar 15. Ember Gambar 16. Krucut Abrams

108
Gambar 17. Jangka Sorong Gambar 18. Penggaris Siku

Gambar 19. waterpass Gambar 20. Skop

Gambar 21. Mould Gambar 22. Plat Capping

Gambar 23. Tongkat Pemadat Gambar 24. Terpal

109
Gambar 25. Mesin Kuat Tekan Gambar 26. Timbangan Dalam Air

Gambar 27. Oven Gambar 28. Mesin Los Angeles

Gambar 29. Saringan Agregat Gambar 30. Concrete mixer

Gambar 31. Piknometer Gambar 32. Kompor

110
Gambar 33. Frame Load Gambar 34. Alat Pengujian Kuat Tekan

Gambar 35. Alat pengujian kuat tarik Gambar 36. Hydraulic Jack

Gambar 37. Load Cell Gambar 38. Hydraulic Actuator

Gambar 39. Switch Box Gambar 40. Data Logger

111
Gambar 41. Pasir Gambar 42. Tilting

Gambar 43. Semen Gambar 44. Kerikil

Gambar 45. Serat Polypropylene Gambar 46. Air

Gambar 47. Belerang Gambar 48. Kertas Whatman

112
Lampiran 5.2 Pengujian Karakteristik Agregat
Gambar 1. Pengujian Berat Volume Agregat Kasar

Gambar 2. Pengujian Berat Volume Agregat Halus

113
Gambar 3. Pengujian Kadar Air Agregat Kasar

Gambar 4. Pengujian Kadar Air Agregat Halus

Gambar 5. Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar

114
Gambar 6. Pengujian Berat Jenis Agregat Halus

Gambar 7. Pengujian Analisa Saringan Agregat Kasar

Gambar 8. Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus

115
Gambar 9. Pengujian Ketahanan Aus Agregat Kasar

Gambar 10. Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus

Gambar 11. Pengujian Kadar Organik Agregat Halus

116
Lampiran 5.3 Proses Pembuatan Benda Uji

Gambar 1. Persiapan Gambar 2. Menimbang Material

Gambar 3. Pencampuran Material Gambar 4. Pencetakan Beton Silinder

Gamabr 5. Pencetakan Balok Beton Gambar 6. Pembukaan Cetakan Silinder

Gambar 7. Pembukaan Cetakan Balok Gamar 8. Perawatan beton silinder

117
Gamar 9. Perawatan beton balok

118
Lampiran 5.4 Pengujian Benda Uji

Gambar 1. Kuat Tekan Gambar 2. Kuat Tarik

Gambar 3. Kuat Geser Gambar 4. Uji Slump

119
Lampiran 5.5 Sampel per Variasi

Gambar 1. Sampel Kuat Tekan

Gambar 2. Sampel Kuat Tarik

120
Gambar 3. Sampel kuat Geser

121
Lampiran 5.6 Kondisi Sampel Setelah Pengujian

Gambar 1. Sampel Kuat Tarik

Gambar 2. Sampel Kuat Tarik

122
Gambar 3. Sampel Kuat Geser

123

Anda mungkin juga menyukai