BIDANG MATERIAL
Oleh:
HABIB HUSSEIN AL WAJDI
NPM.G1C020074
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja
praktek di PRMN-BRIN. Kerja praktek ini sangat memberikan manfaat yang
besar khususnya bagi mahasiswa, sehingga dapat memperoleh pengetahuan lebih
di lapangan dibandingkan saat di masa perkuliahan. Hal tersebut terlihat saat
disiplin ilmu yang telah diperoleh dan diterapkan di lapangan.
Didalam pelaksanaan kegiatan kerja praktek dan penyusunan laporan ini,
penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa
keseMPatan, bimbingan dan petunjuk-petunjuk yang diperlukan dalam usaha
penyelesaian laporan kerja praktek ini. Sehubungan dengan itu pada kesempatan
ini, penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat yang luar biasa yang telah diberikan kepada
saya, sehingga dapat menyelesaikan kerja praktek ini dalam keadaan yang sehat
dan tanpa kekurangan apapun.
2. Orang tua, Bapak Hamdan dan Ibu Suyani serta saudara/i dan keponakan saya,
yang telah memberikan support baik mental maupun material serta kepercayaan
yang telah diberikan sepenuhnya untuk melaksanakan Kerja Praktek ini.
3. Bapak Agus Nuramal, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik
MesinUniversitas Bengkulu
4. Bapak Dr. Hendri Hestiawan, S.T., M.M., M.T. selaku Dosen Pembimbing Kerja
Praktek.
5. Bapak/Ibu Dosen dan staf pengajar dan tata usaha Program Studi Teknik Mesin
Universitas Bengkulu.
6. Bapak Dr. Wahyu Bambang Widayatno. Selaku Kepala Pusat Riset
Material Maju (PRMM)-BRIN.
7. Bapak Ir. Seto Roseno, B.Eng., M.Sc. selaku pembimbing kerja praktek di
PRMM-BRIN KST Serpong, Tangerang Selatan.
8. Bapak Saeful Rohman, Bapak Lukmana, Bapak Muslim Efendi
ii
Harahap, Bapak Suryadi, Bapak Lukmana, dan Bapak Harun serta Ibu
Yanti selaku Internship Student Coordinator Pusat Riset Material Maju
yang telah banyak membantu selama saya kerja praktik.
9. Anggi Aditiya Azhari,Refki Hernandes,Dian Efendi. Selaku
teman berjuang pada saat Kerja Praktekdi Pusat Riset Material
Maju (PRMM) BRIN.
10. Teman – teman angkatan 2020 yang telah memberikan dukungannya serta
memberikan doa selama penulis mengikuti Kerja Praktek.
11. Seluruh pihak yang teleh membantu kami hingga terlaksananya Kerja
Praktik di Pusat Riset Material Maju (PRMM) BRIN.
Akhir kata tak ada gading yang tak retak, karena keterbatasan waktu
dan kemampuan, penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan Laporan ini
masih terdapat banyak kekurangan maupun kesalahan. Untuk itu penyusun
membuka diri atas segala kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempuranaan laporan ini. Semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Bengkulu, 28 September 2022
Penulis
iii
ABSTRAK
Komposit sandwich dapat diaplikasikan sebagai struktural maupun non-struktural bagian internal
dan eksternal pada pesawat, konstruksi, bus, truk, dan jenis kendaraan yang lainnya. Penelitian ini
bertujuan untuk menyelidiki pengaruh ketebalan tebal core terhadap karakteristik bending
komposit sandwich glass fiber reinforce plastic (GFRP) dengan core polyurethane dan model
kegagalan komposit sandwich. Penggunaan polyurethane sangat baik dalam proses peredaman
getaran ataupun pada penyerapan energi sedangkan GFRP memiliki kestabilan dimensi yang baik,
tahan terhadap bahan kimia, isolator listrik yang baik, mampu dibentuk dengan baik, cocok untuk
produksi massal dengan berbagai proses produksi, dan rasio kekakuan yang cukup tinggi.
Penggabungan kedua bahan tersebut dapat menghasilkan material yang kuat, kaku,ringang ,dan
tahan terhadap korosi. Dengan penambahan core polyurethane didapatkan hasil bahwa nilai
kekuatan bending megalami penurunan seiring dengan penambahan inti polyurethane, untuk
menghasilkan kekuatan bending maksimal adalah pada tebal inti 2 mm sebesar 59,595 Mpa.
Dengan penambahan tebal inti polyurethane pada komposit sandwich megalami peningkatan nilai
kekakuan seiring dengan penambahan inti polyurethane, untuk menghasilkan kekakuan bending
maksimal adalah pada tebal inti 8 mm sebesar 145,449 x 106 Nmm2 . Sedangkan kegagalan yang
nampak pada ketebalan inti polyurethane 2 mm dan 5 mm adalah micro buckling dan pada
ketebalan inti polyurethane 8 mm kegagalan komposit sandwich didominasi oleh facesheet
debonding.
Kata Kunci : Komposit Sandwich, GFRP, Polyurethane, Tebal Core, Pengujian Bending
iv
BAB I
PENDAHULUAN
5
berlebih dalam penggunaan resin. Pada metode Vacuum Bagging menggunakan
pompa vakum untuk menghisap udara dalam wadah diletakkanya komposit yang
akan dilakukan proses pencetakan dengan divakumkan udara dalam wadah, maka
udara yang ada di luar penutup plastik akan menekan ke arah dalam. Metode
Vacuum Bagging dapat juga digunakan pada pembuatan Sandwich Composite,
Honycomb Polyproplene sebagai inti (core). Hal ini bertujuan meningkatkan
kekuatan, sehingga kekuatan komposit akan semakin tinggi dan mendapatkan
material komposit yang memiliki berat atau lebih ringan tanpa mengurangi
kelebihan dari material komposit[4]. Pada kesempatan ini, penulis melakukan
pengujian bending pada panel sandwich komposit serat karbon. Hal ini dilakukan
agar dapat mengetahui nilai kekuatan bending dari panel sandwich komposit
karbon yang telah buat.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana nilai uji bending komposit serat Glass Fiber Reinforced dan epoxy
menggunakan metode Hand Lay Up pada tiap variasi Massa.
2. Bagaimana variasi massa yang memberikan hasil yang paling optimal pada proses
manufaktur pembentukan komposit sandwich serat Glass Fiber Reinforced dan
epoxy.
1.3 Tujuan
Tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui nilai kekuatan bending komposit sandwich Glass Fiber Reinforced
pada pengujian bending pada tiap variasi massa.
2. Mengetahui pengaruh kekuatan pengikat matrik resin pada panel komposit
sandwich serat Glass Fiber Reinforced.
6
hand lay up.
1.5 Manfaat
Adapun Manfaat Dari Melakukan Pengujian Ini Adalah :
1. Mendapat Informasi Tentang Pembuatan Panel Komposite Sandwich Serat
Glass Fiber Reinforced Dengan Menggunakan Metode Hand lay up.
2. Mendapat Informasi Kekuatan Bending Pada Panel Sandwich Komposit
Dengan Menggunakan Pengujian Bending.
3. Pengujian Ini Berguna Sebagai Referensi Tentang Bahan Dasar Pembuatan
Rumah Tahan Gempan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Pusat Riset Material Maju-BRIN
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) atau yang sekarang
disebut Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berdiri berdasrkan Keputusan
Presiden No.31 Tahun 1982 yang dibagi menjadi enam kedeputian, dimana salah
satunya diantaranya adalah Deputi Pengembangan Teknologi yang terdir dari
empat direktorat yaitu lingkungan dan pemukiman hidup, proses, konversi energi,
elektronika dan informatika dan direktorat sarana fasilitas dan laboratorium.
Kemudian terjadi perubahan organisasi di lingkungan BPPT, berdasarkan
keputusan Presiden Nomer 47 Tahun 1991. Di bawah kedeputian Pengembangan
Teknologi terdapat perubahan direktorat menjadi Direktorat Teknologi Energi,
Direktorat Teknologi Elektronika dan Informatika serta Direktorat Teknologi
Manufakturing dan Sertifikasi. Pada tahun 1998, Direktorat Teknologi
Manufakturing fan Sertifikasi berubah menjadi Pusat Pengkajian dan Penerapan
Teknologi Material (P3TM). P3TM inilah yang menjadi cikal bakal Pusat
Teknologi Material (PTM) dan ditetapkan menjadi PTM sejak tahun 2006.
2.2 Rumah Komposit Tahan Gempa(RKTG)
8
khusus yang tinggi, kepadatan rendah, ketahanan lelah yang tinggi, redaman
tinggi dan koefisien termal rendah. Penggunaan panel-panel material komposit
selain memiliki durabilitas yang tinggi, juga dikarenakan sifatnya yang mudah
untuk dibongkar pasang. Kuda-kuda atau struktur rumah juga dipasang langsung
dengan genteng metal sehingga ketika terjadi goncangan besar, tidak akan patah
atau roboh seperti rumah konvensional dengan tembok bata dan genteng tanah liat
atau keramik. RKTG didesain dengan konstruksi modular, pre-assembly, dan
sistem join interlock yang dapat dibangun dengan waktu yang relatif singkat serta
telah dilakukan simulasi komputasi untuk prediksi ketahanan gempa
menyesuaikan perilaku gempa. Dalam simulasi internal BPPT, RKTG mampu
bertahan dan tidak roboh ketika diguncang gempa 7 SR.
2.1 Komposit
Komposit adalah suatu jenis bahan baru hasil rekayasa yang terdiri
dari dua atau lebih bahan dimana sifat masing-masing bahan berbeda satu
sama lainnya baik itu sifat kimia maupun fisikanya dan tetap terpisah dalam
hasil akhir bahan tersebut (bahan komposit). Dengan adanya perbedaan dari
material penyusunnya maka komposite antar material harus berikatan
dengan kuat, sehingga perlu adanya penambahan wetting agent[5].
Struktur komposit bermacam-macam. Salah satu desain susunan
komposit adalah lamina. Komposit lamina adalah komposit yang disusun
dari lembaran- lembaran yang memiliki kekuatan pada arah tertentu[6].
Lembaran-lembaran yang direkatkan dengan menyesuaikan arah-arahnya
agar mendapatlan hasil kekuatan yang diinginkan (Gambar 2.1). Struktur
ini relatif mudah dibuat dibandingkan desain lainnya seperti sandwich dan
honeycomb sehingga dalam proses pembuatannya, desain ini relatif lebih
murah.
9
2.1.1 Penyusun komposit
Matriks adalah fasa dalam komposit yang mempunyai bagian atau fraksi
volume terbesar (dominan). Matriks pada komposit mempunyai beberapa
fungsi antara lain sebagai berikut :
a. Mentransfer tegangan ke serat.
c. Melindungi serat.
d. Memisahkan serat.
e. Melepas ikatan.
2. Reinforcement
10
2.2 Epoxy Resin
11
Epoxy resin dapat dilihat pada Gambar 2.3
12
Gambar 2.4 Epoxy Hardener EPH 555.
2.4 Glass Fibre Reinforced Polymer(GFRP)
Glass Fibre Reinforced Polymer (GFRP) adalah material komposit yang
terdiri dari fibre (serat) glass yang disatukan zat matrik, seperti epoxy atau
polyester. Matrik itu sendiri berfungsi sebagai media penyalur tegangan ke serat
dan melindungi serat dari pengaruh lingkungan yang agresif (William, 2014).
Material ini cukup memiliki banyak keuntungan yang dapat diberikan yaitu
merupakan material yang tahan korosi, mempunyai kuat tarik yang tinggi,
superior dalam daktilitas, lebih ringan sehingga tidak memerlukan peralatan yang
berat untuk dibawa ke lokasi.
Glass Fibre Reinforced Polymer dapat dilihat pada Gambar 2.5
13
Poliuretana dapat dilihat pada Gambar 2.6
14
Gambar 2.7 Metode Hand Lay Up
2.7 Press
Mesin press adalah mesin yang dirancang untuk menghasilkan lembaran
metal dan juga untuk membengkokan lembaran logam dengan sudut tertentu
sesuai dengan kebutuhan. Mesin press terdiri dari tiga bagian utama yang disebut
frame, ram dan bed. Sistem mekanis pada mesin akan menggerakan ram
kemudian diteruskan ke press dies dan mendorong lembaran metal sehingga bisa
membentuk dan memotong lembaran metal sesuai dengan fungsi press dies yang
dipakai. Mesin press tersedia dalam tiga pilihan berdasarkan tenaga yang
digunakan yakni mesin press manual, mesin press hidrolik dan mesin press
mekanikal.
Press dapat dilihat pada Gambar 2.8
15
2.8 Sifat Mekanik Komposit
Sifat mekanik komposit adalah sifat yang dapat dilihat dan diukur dalam
skala makroskopik. Sifat ini biasanya dinamakan makromekanik. Dapat
dikatakanbahwa sifat makromekanik timbul dari susunan fiber dan matriksnya
secara umum. Yang merupakan sifat mekanik adalah kekuatan tarik, (tensile
strength), kekuatan tekan (compress strength), kekuatan geser (shear strength)
dan masih banyak lagi. Sifat- sifat mekanik ini menentukan apakah suatu bahan
komposit layak atau tidak digunakan untuk aplikasi tertentu.
2.8.1 Uji Bending
Uji tekuk (bending test) merupakan salah satu bentuk pengujian untuk
menentukan mutu suatu material secara visual. Proses pembebanan menggunakan
mandrel atau pendorong yang dimensinya telah ditentukan untuk memaksa bagian
tengah bahan uji atau spesimen tertekuk diantara dua penyangga yang dipisahkan
oleh jarak yang telah ditentukan. Selanjutnya bahan akan mengalami deformasi
dengan dua buah gaya yang berlawanan bekerja pada saat yang bersamaan. Dalam
pemberian beban dan penentuan dimensi mandrel ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan, yaitu:
1. Kekuatan bending ( Tensile Strength ).
2. Komposisi kimia dan struktur mikro terutama kandungan Mn dan C pada
material.
3. Tegangan luluh ( Yield Stress ).
Pengujian bending dilakukan menggunakan metode three-pointbending
test menggunakan universal testing machine dengan menggunakan standar ASTM
C393. Spesimen uji pada pengujian lengkung ini memiliki dimensi 5,8mm x
40mm x 10mm untuk sekali pengujian. uji bending dilakukan dengan metode
three point banding maka facing bending stress dan core shear ultimate stress
komposit dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
3𝑝𝑙 2𝑏𝑑2 ...........................................................................................(2.1)
𝜎=
Dimana:
16
σ = kekuatan skin (MPa) P = beban (N)
L = Panjang Span (mm) b = Lebar (mm)
d = Tebal (mm)
Ukuran spesimen yang akan dibuat pada spesimen uji bending ialah sesuai
dengan ukuran di Standar ASTM C-393, dapat dilihat pada Gambar 2.9
17
2.1 Universal Testing Machine (UTM) Shimadzhu autograph AG-Xplus
250 kN
UTM (Universal Testing Machine) Shimadzhu autograph
AG-Xplus 250 kN adalah alat yang digunakan untuk menguji
kekuatan suatu bahan material. Bahan material yang dapat diuji
menggunakan Shimadzhu autograph AG-Xplus 250 kN adalah
bahan material mulai dari jenis plastik, kayu, kertas, karet,
metal, dan komposit. Beberapa uji yang dapat dilakukan
menggunakan alat UTM Tensilone ini adalah uji tarik, uji
tekan, uji geser dan uji bending. UTM Shimadzhu autograph
AG-Xplus 250 kN dapat dilihat pada Gambar 2.8
18
BAB III
METODOLOGI
Gambar 3.1
Diagram Alir
19
3.2 Prosedur Penelitian
20
(a) (b)
21
a b
Gambar 3.4 a. Pembuatan komposite Sandwich
b. Proses Vacuum
22
Gambar 3.8 Proses Pemotongan Spesimen ASTM C-393
Hasil dari pemotongan yang telah dilakukan mendapatkan 20 spesimen
siap uji yaitu 5 spesimen variasi massa 1 kg,5 spesimen massa 1,5 kg, 5 spesimen
massa 2 kg,dan 5 spesimen massa 2,5 kg. Spesimen uji dapat dilihat pada gambar
3.9
23
Shimadzu AG-X Plus.
Pemasangan spesimen uji pada jig uji bending dapat dilihat pada Gambar 3.10.
24
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengujian
Hasil dari pengujian bending dengan ASTM C393 pada komposit Glass Fiber-
Epoxy Resin menggunakan metode pembuatan komposit Polyuretan yang telah di beri
variasi massa 1 kg,1,5 kg,2 kg, dan 2,5 kg, dari hasil pengujian ini didapatkan nilai
Ultimate Tensile Strength. Hasil pengujian bending pada tiap variasi Hand Lay Up dapat
dilihat sebagai berikut.
4.1.1 Spesimen Massa 1kg
Hasil dari pengujian bending spesimen dengan diberi massa 1 kg didapatkan nilai
hasil uji bending dan jenis patahannya. Hasil bending spesimen variasi massa 1 kg dapat
dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Data Hasil Uji Bending Spesimen variasi massa 1 kg
Pada penelitian lain, telah dilakukan pengujian bending pada suatu komposit gelass
fiber+epoxy resin yang dibuat dengan metode hand lay up dengan variasi variasi massa 1
kg. Hasil ultimate tensile strength rata-rata yang didapatkan adalah 302.366 MPa. Setelah
diketahui nilai uji bending dari kelima spesimen komposit diatas, maka dapat dilihat kurva
tegangan terhadap regangan tarik dari kelima komposit tersebut pada gambar 4.1
25
Gambar 4.1 Kurva Tegangan Terhadap Regangan Uji Bending
Pada pengujian bending ini, didapatkan dominannya spesimen yang mengalami
delaminasi setelah dilakukan uji Bending. Delaminasi adalah salah satu dari model
kerusakan kritis yang terjadi pada komposit laminat. Delaminasi terjadi karena beberapa
faktor seperti tegangan interlaminar yang tinggi dan konsentrasi tegangan pada lokasi
retak atau kerusakan lain pada laminat. Delaminasi dapat dilihat pada Gambar 4.2
26
4.1.1 Spesimen Massa 1,5 kg
Hasil dari pengujian bending spesimen dengan diberi massa 1,5 kg didapatkan nilai
hasil uji bending dan jenis patahannya. Hasil uji tarik spesimen variasi massa 1,5 kg dapat
dilihat pada Tabel 4.2
Tabel 4. 2 Data Hasil Uji Bending Spesimen Massa 1,5 kg
1 2 3 4 5
Stress (Mpa) 281.818 219.455 296.072 348.586 272.077
Pada penelitian lain, telah dilakukan pengujian bending pada suatu komposit
gelass fiber+epoxy raisen yang dibuat dengan metode Hand Lay Up dengan variasi massa
1,5 kg. Hasil ultimate tensile strength rata-rata yang didapatkan adalah 283.602 MPa.
Setelah diketahui nilai uji bending dari kelima spesimen komposit diatas, maka dapat
dilihat kurva tegangan terhadap regangan bending dari kelima komposit tersebut pada
gambar 4.4
27
Gambar 4. 4 Kurva Tegangan Terhadap Regangan Variasi Curring Time 2 jam
Setelah dilakukan pengujian bending, maka didapatkan bentuk patahan yang
bermacam-macam pada setiap spesimen. Namun, patahan yang dominan terjadi ialah
patahan di daerah tengah dengan bentuk patahan tipe lateral gage middle. Patahan pada
spesimen uji Bending dapat dilihat pada Gambar 4.5.
28
Namun setelah dilakukan pengujian bending, didapatkan salah satu spesimen yang
mengalami deleminasi. Delaminasi terjadi karena beberapa faktor seperti tegangan
interlaminar yang tinggi dan konsentrasi tegangan pada lokasi retak atau kerusakan lain
pada laminat. Delaminasi dapat dilihat pada Gambar 4.6
Gambar 4. 6 Deleminasi
Hasil dari pengujian tarik spesimen dengan diberi massa 2 kg didapatkan nilai
hasil uji bending dan jenis patahannya. Hasil uji Bending spesimen variasi Massa 2 kg
dapat dilihat pada Tabel 4.3.
1 2 3 4 5
Stress (Mpa) 390.179 291.764 291.887 408.823 232.454
29
Pada penelitian lain, telah dilakukan pengujian tarik pada suatu komposit gelass
fiber+epoxy yang dibuat dengan metode Hand Lay Up dengan variasi Massa 2 kg. Hasil
ultimate tensile strength rata-rata yang didapatkan adalah 323.021 MPa. Setelah diketahui
nilai uji bending dari kelima spesimen komposit diatas, maka dapat dilihat kurva tegangan
terhadap regangan Bending dari kelima komposit tersebut pada gambar 4.7
Gambar 4. 7 Kurva Tegangan Terhadap Regangan Variasi Massa 2 kg Setelah dilakukan pengujian
bending, maka didapatkan bentuk patahan
yang bermacam-macam pada setiap spesimen. Namun, patahan yang dominan
terjadi ialah patahan di dekat daerah tab, dengan bentuk patahan tipe lateral. Patahan
pada spesimen uji bending dapat dilihat pada Gambar 4.8.
30
Namun setelah dilakukan pengujian bending, didapatkan salah satu spesimen yang
mengalami patahan di daerah tengah dengan bentuk patahan tipe lateral gage middle.
Patahan pada spesimen uji bending dapat dilihat pada Gambar 4.9
1 2 3 4 5
Stress (Mpa) 416.419 361.490 432.642 383.803 147.309
31
Pada penelitian lain, telah dilakukan pengujian bending pada suatu komposit
glass fiber+epoxy rasin yang dibuat dengan metode Hand Lay Up dengan variasi Massa
2,5 kg. Hasil ultimate tensile strength rata-rata yang didapatkan adalah 348.333 MPa.
Setelah diketahui nilai uji bending dari kelima spesimen komposit diatas, maka dapat
dilihat kurva tegangan terhadap regangan bending dari kelima komposit tersebut pada
gambar 4.10
32
Namun setelah dilakukan pengujian bending, didapatkan salah satu
spesimen yang mengalami patahan di daerah tengah dengan bentuk patahan tipe
lateral gage middle dan terdapat juga mengalami deleminasi. Patahan pada
spesimen uji bending dapat dilihat pada Gambar 4.12
33
4.3 Pembahasan
Pengujian uji bending dilakukan menggunakan UTM (Universal Testing
Machine) AG-X Plus 250kN. Pengujian bending bertujuan untuk mendapatkan
nilai Ultimate Tensile Strength tertinggi dan mengamati kekuatan bending yang
terjadi pada spesimen uji bending sesuai dengan ASTM C-393. Pengujian bending
dengan komposit sandwich serat karbon dengan campuran epoxy pada proses
manufakturnya diberikan perlakuan curring dengan temperatur 80oC. selama 1
jam. Dari proses manafaktur didapatkan 5 spesimen uji bending yang sesuai
dengan ASTM C-393, yang mana 5 spesimen telah diberikan perlakuan curring
time selama 1 jam.
Berdasarkan penilitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil uji bending
untuk panel sandwich komposit karbon epoxy dengan menggunakan metode
Vacuum Bagging, dimana nilai stress tertinggi terdapat pada spesimen ke-2
dengan nilai sebesar 3.97562 dan nilai stress terendah pada spesimen ke-5 dengan
nilai stress yang didapatkan sebesar 1.79639 dan hasil nilai Ultimate Tensile
Strength rata-rata pada setiap spesimen pengujian bending didapatkan nilai
sebesar 3.20672 MPa dengan nilai deviasi nya 0.91173. hasil pengujian bending
dari ke-5 buah spesimen disajikan dalam bentuk grafik. Grafik nilai perbandingan
uji bendingdapat dilihat pada Gambar 4.3
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa pada pengujian spesimen pertama
34
didapatkan nilai bendin g sebesar 3.79449 dan mengalami kenaikan 0,18113 MPa
pada pengujian spesimen ke-2 dengan nilai bending yang didapatkan sebesar
3.97562 MPa. Pada pengujian spesimen ke-3 nilai bending mengalami penurunan
sebesar 0.29608 MPa dengan nilai bending yang di dapatkan sebesar 3.67954
MPa, Kemudian pada pengujian spesimen ke-4 nilai kekuatan bending nya
mengalami penurunan yang sangat jauh dari hasil sebelumnya dengan selisih nilai
0.892 MPa dengan nilai bending yang didapatkan sebesar 2.78754 MPa, dan nilai
35
bending pada spesimen terakhir yaitu spesimen ke-5, dimana nilai kekuatan
bending nya mengalami penurunan yang juga cukup jauh dari hasil nilai bending
pengujian sebelumnya yaitu dengan selisih nilai 0.99115 MPa, dan hasil nilai
bending yang didapatkan pada pengujian spesimen ke-5 sebesar 1.79639 MPa.
Dapat disimpulkan bahwa dari hasil penilitian ini pada spesimen ke-4 dan
ke- 5 mengalami penurunan nilai stress yang cukup jauh dari hasil pengujian
spesimen sebelumnya, hal tersebut dapat terjadi dikarekan saat proses manufaktur
pemberian resin dilakukan secara manual, sehingga resin yang diberikan kurang
merata dan kebocoran yang terjadi pada saat proses komposite sandwich di vakum
sehingga menurunkan tekan vakum yang harusanya tekanan vakum 70 Psi, hal ini
juga yang mempengaruhi hasil dari komposite sandwich yang di hasilkan serta
pada saat pembentukan spesimen pengujiani terdapat cacat seperti keretakan pada
saat pemotongan spesimen, sehingga komposite sandwich mengalami penurunan
nilai yang sangat jauh saat dilakukan pengujian bending.
Maka dari itu, sifat mekanik dari suatu material sangat penting dalam
melakukan suatu perancangan produk yang diinginkan. Hal ini diperlukan untuk
menentukan kualitas dari suatu produk yang dihasilkan, agar sesuai dengan
kegunaan serta proses manufakturing yang akan dilakuakan. Dalam kasus ini,
material komposit sandwich berserat karbon dengan campuran epoxy akan
dijadikan sebagai material untuk pengembangan pembentuk bagian body Pesawat
Udara Nir Awak (PUNA) dengan tipe Medium Altitude Long Endurance (MALE).
Sehingga diperlukannya informasi mengenai sifat mekanik dari suatu material.
36
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah :
1. Pada pengujian spesimen pertama didapatkan nilai bending sebesar 3.79449dan
mengalami kenaikan 0,18113 MPa pada pengujian spesimen ke-2 Pada pengujian
spesimen ke-3 nilai bending mengalami penurunan sebesar 0.29608 MPa,
Kemudian pada pengujian spesimen ke-4 nilai kekuatan bending nya mengalami
penurunan yang sangat jauh dari hasil sebelumnya dengan selisih nilai 0.892 MPa,
dan nilai bending pada spesimen trakhir yaitu spesimen ke-5, dimana nilai
kekuatan bending nya mengalami penurunan yang juga cukup jauh dari hasil nilai
bending pengujian sebelumnya yaitu dengan selisih nilai 0.99115 MPa.
2. Ketelitian dan kerataan pemberian matrik pada pembuatan spsimen dari suatu
komposit dapat memepengaruhi nilai kekuatan bending yang didapatkan.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk penelitian berikutnya adalah :
1. Sebaiknya untuk pembentukan spesimen uji benar-benar mengikuiti dimensi
ASTM C-393.
2. Diharapkan kedepannya pembuatan komposit sandwich serat karbon lebih teliti
lagi, terutama pada saat pengolesan resin dan kebocoran saat di vakum di
perhatikan lagi.
37
DAFTAR
PUSTAKA
Hasil Pengujian
UJI 3 POINT BENDING - SCP
Key Word Product Name VAB
Test File Name SCP1.xtak Method File Name uji bending UI.xmak
Report Date 8/9/2022 Test Date 8/9/2022
Test Mode Single Test Type 3 Point Bend
Speed 2mm/min Shape Plate
No of Batches: 1 Qty/Batch: 7
Parameters
Unit mm mm mm
S1 11.8600 41.5600 150.0000
S2 11.8200 40.3700 150.0000
S3 11.6400 40.6200 150.0000
S4 11.7700 40.5400 150.0000
S5 11.9000 40.9100 150.0000
Average 11.7980 40.8000 150.0000
Standard Deviation 0.10060 0.46760 0.00000
Range 0.26000 1.19000 0.00000
LAMPIRAN
C
Pembimbing Lapangan Pak Seto Pembimbing
Lapangan Pak Saeful
Dari Kiri Kekanan (Vendrio, Ibu , Pak Lukman, Mas , Owen, Faisal,
Baja, Afif, Ilham)