Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN KERJA PRAKTEK

BIDANG MATERIAL

“ANALISA PERBANDINGAN MASSA PENGUJIAN BENDING


TERHADAP SIFAT MEKANIK KOMPOSIT GLASS FIBER
POLYURETAN FOAM CORE DENGAN METODE HANDLAY UP
SEBAGAI MATERIAL UNTUK APLIKASI RUMAH KOMPOSIT TAHAN
GEMPA (RKTG) DI PRMM-BRIN”

Oleh:
HABIB HUSSEIN AL WAJDI
NPM.G1C020074

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Kurikulum Pada


Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Bengkulu

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja
praktek di PRMN-BRIN. Kerja praktek ini sangat memberikan manfaat yang
besar khususnya bagi mahasiswa, sehingga dapat memperoleh pengetahuan lebih
di lapangan dibandingkan saat di masa perkuliahan. Hal tersebut terlihat saat
disiplin ilmu yang telah diperoleh dan diterapkan di lapangan.
Didalam pelaksanaan kegiatan kerja praktek dan penyusunan laporan ini,
penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa
keseMPatan, bimbingan dan petunjuk-petunjuk yang diperlukan dalam usaha
penyelesaian laporan kerja praktek ini. Sehubungan dengan itu pada kesempatan
ini, penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat yang luar biasa yang telah diberikan kepada
saya, sehingga dapat menyelesaikan kerja praktek ini dalam keadaan yang sehat
dan tanpa kekurangan apapun.
2. Orang tua, Bapak Hamdan dan Ibu Suyani serta saudara/i dan keponakan saya,
yang telah memberikan support baik mental maupun material serta kepercayaan
yang telah diberikan sepenuhnya untuk melaksanakan Kerja Praktek ini.
3. Bapak Agus Nuramal, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik
MesinUniversitas Bengkulu
4. Bapak Dr. Hendri Hestiawan, S.T., M.M., M.T. selaku Dosen Pembimbing Kerja
Praktek.
5. Bapak/Ibu Dosen dan staf pengajar dan tata usaha Program Studi Teknik Mesin
Universitas Bengkulu.
6. Bapak Dr. Wahyu Bambang Widayatno. Selaku Kepala Pusat Riset
Material Maju (PRMM)-BRIN.
7. Bapak Ir. Seto Roseno, B.Eng., M.Sc. selaku pembimbing kerja praktek di
PRMM-BRIN KST Serpong, Tangerang Selatan.
8. Bapak Saeful Rohman, Bapak Lukmana, Bapak Muslim Efendi

ii
Harahap, Bapak Suryadi, Bapak Lukmana, dan Bapak Harun serta Ibu
Yanti selaku Internship Student Coordinator Pusat Riset Material Maju
yang telah banyak membantu selama saya kerja praktik.
9. Anggi Aditiya Azhari,Refki Hernandes,Dian Efendi. Selaku
teman berjuang pada saat Kerja Praktekdi Pusat Riset Material
Maju (PRMM) BRIN.
10. Teman – teman angkatan 2020 yang telah memberikan dukungannya serta
memberikan doa selama penulis mengikuti Kerja Praktek.
11. Seluruh pihak yang teleh membantu kami hingga terlaksananya Kerja
Praktik di Pusat Riset Material Maju (PRMM) BRIN.
Akhir kata tak ada gading yang tak retak, karena keterbatasan waktu
dan kemampuan, penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan Laporan ini
masih terdapat banyak kekurangan maupun kesalahan. Untuk itu penyusun
membuka diri atas segala kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempuranaan laporan ini. Semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Bengkulu, 28 September 2022
Penulis

Habib Hussein Al Wajdi


NPM. G1C020074

iii
ABSTRAK
Komposit sandwich dapat diaplikasikan sebagai struktural maupun non-struktural bagian internal
dan eksternal pada pesawat, konstruksi, bus, truk, dan jenis kendaraan yang lainnya. Penelitian ini
bertujuan untuk menyelidiki pengaruh ketebalan tebal core terhadap karakteristik bending
komposit sandwich glass fiber reinforce plastic (GFRP) dengan core polyurethane dan model
kegagalan komposit sandwich. Penggunaan polyurethane sangat baik dalam proses peredaman
getaran ataupun pada penyerapan energi sedangkan GFRP memiliki kestabilan dimensi yang baik,
tahan terhadap bahan kimia, isolator listrik yang baik, mampu dibentuk dengan baik, cocok untuk
produksi massal dengan berbagai proses produksi, dan rasio kekakuan yang cukup tinggi.
Penggabungan kedua bahan tersebut dapat menghasilkan material yang kuat, kaku,ringang ,dan
tahan terhadap korosi. Dengan penambahan core polyurethane didapatkan hasil bahwa nilai
kekuatan bending megalami penurunan seiring dengan penambahan inti polyurethane, untuk
menghasilkan kekuatan bending maksimal adalah pada tebal inti 2 mm sebesar 59,595 Mpa.
Dengan penambahan tebal inti polyurethane pada komposit sandwich megalami peningkatan nilai
kekakuan seiring dengan penambahan inti polyurethane, untuk menghasilkan kekakuan bending
maksimal adalah pada tebal inti 8 mm sebesar 145,449 x 106 Nmm2 . Sedangkan kegagalan yang
nampak pada ketebalan inti polyurethane 2 mm dan 5 mm adalah micro buckling dan pada
ketebalan inti polyurethane 8 mm kegagalan komposit sandwich didominasi oleh facesheet
debonding.
Kata Kunci : Komposit Sandwich, GFRP, Polyurethane, Tebal Core, Pengujian Bending

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Letak Indonesia secara geografis adalah negara kepulauan yang terletak
diantara lempeng Benua Asia, Benua Australia, Samudra Hindia, dan Samudra
Pasifik. Letak geografis ini menimbulkan masalah, dimana Indonesia rawan dan
rentan terkena bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, dan tanah longsor,serta
serangan dari negara luar yang tidak bisa di prediksi sehingga bertambahlah
kebutuhan masyarakat di Indonesia untuk dapat mengatasi masalah tersebut. Pada
tahun 2017 Pembuatan Pesawat Udara Nir Awak berklasifikasi Medium Altitude
Long Endurance (MALE) Elang Hitam diinisiasi melalui konsorsium Drone Male
Nasional. Elang Hitam (PUNA MALE) atau Black Eagle (UAV) merupakan
Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV/drone)
tipe Medium Altitude Long Endurance (MALE).Drone tersebut merupakan hasil
kolaborasi pembentukan konsorsium antara Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT), Kementerian Pertahanan, TNI AU, ITB,PT Dirgantara
Indonesia, dan PT LEN Persero[1]. Pada pembuatan badan Pesawat Udara Nir
Awak(PUNA) material yang dibutuhkan ialah material yang kuat dan memiliki
bobot massa yang ringan. Salah satu material yang dapat digunakan sebagai bahan
material pembuatan badan pesawat ini menggunakan komposit atau komposit
Sandwich Pannel.
Komposit adalah bahan struktural yang terdiri dari dua atau lebih bahan yang
digabungkan pada tingkat makroskopik dan tidak larut satu sama
lain[2].Komposit banyak digunakan dalam praktik teknik seperti aeronautika,
otomotif, kelautan, konstruksi, dan pengemasan karena komposit memiliki sifat
ringan, tahan terhadap korosi, suhu tinggi, dan kelelahan, serta tinggi kekakuan.
Komposit memiliki memiliki sifat mekanik yang sangat baik dan berat struktural
rendah[3] .
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam membuat kompositadalah
Vacuum Bagging, merupakan penyempurnaan dari Hand Lay up. Penggunaan
proses vakum ini adalah untuk menghilangkan udara yang terperangkap dan

5
berlebih dalam penggunaan resin. Pada metode Vacuum Bagging menggunakan
pompa vakum untuk menghisap udara dalam wadah diletakkanya komposit yang
akan dilakukan proses pencetakan dengan divakumkan udara dalam wadah, maka
udara yang ada di luar penutup plastik akan menekan ke arah dalam. Metode
Vacuum Bagging dapat juga digunakan pada pembuatan Sandwich Composite,
Honycomb Polyproplene sebagai inti (core). Hal ini bertujuan meningkatkan
kekuatan, sehingga kekuatan komposit akan semakin tinggi dan mendapatkan
material komposit yang memiliki berat atau lebih ringan tanpa mengurangi
kelebihan dari material komposit[4]. Pada kesempatan ini, penulis melakukan
pengujian bending pada panel sandwich komposit serat karbon. Hal ini dilakukan
agar dapat mengetahui nilai kekuatan bending dari panel sandwich komposit
karbon yang telah buat.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana nilai uji bending komposit serat Glass Fiber Reinforced dan epoxy
menggunakan metode Hand Lay Up pada tiap variasi Massa.
2. Bagaimana variasi massa yang memberikan hasil yang paling optimal pada proses
manufaktur pembentukan komposit sandwich serat Glass Fiber Reinforced dan
epoxy.

1.3 Tujuan
Tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui nilai kekuatan bending komposit sandwich Glass Fiber Reinforced
pada pengujian bending pada tiap variasi massa.
2. Mengetahui pengaruh kekuatan pengikat matrik resin pada panel komposit
sandwich serat Glass Fiber Reinforced.

1.4 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dari melakukan pengujian ini adalah :
1. Jenis serat yang digunakan adalah serat Glass Fiber Reinforced.
2. Resin yang digunakan adalah resin epoxy Adhestive.
3. Metode yang dipakai dalam pembuatan komposit sandwich adalah metode

6
hand lay up.

1.5 Manfaat
Adapun Manfaat Dari Melakukan Pengujian Ini Adalah :
1. Mendapat Informasi Tentang Pembuatan Panel Komposite Sandwich Serat
Glass Fiber Reinforced Dengan Menggunakan Metode Hand lay up.
2. Mendapat Informasi Kekuatan Bending Pada Panel Sandwich Komposit
Dengan Menggunakan Pengujian Bending.
3. Pengujian Ini Berguna Sebagai Referensi Tentang Bahan Dasar Pembuatan
Rumah Tahan Gempan.

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika Penulisan Pada Laporan Ini Adalah Sebagai Berikut :
BAB I PENDAHULUAN Berisi Tentang Latar Belakang, Tujuan, Manfaat, Batasan
Masalah, Dan Sistematika Penulisan Dari Penelitian Ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berisi Tentang Sejarah Pusar Riset Material Maju-
BRIN, PUNA MALE, Pengertian Komposit, Resin Epoxy, Katalis, Seart Karbon,
Honeycomb, Vacuum Bagging, Curring, Sifat Mekanik Komposit
BAB III METODE PENELITIAN Berisi Tentang Diagram Alir, Prosedur Penelitian,
Proses Pengujian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berisi Tentang Hasil Pengujian, Tabel,
Grafik, Analisa Dan Pembahasan Dari Penelitian Yang Telah Dilakukan.
BAB V PENUTUP Berisi Tentang Kesimpulan Dari Penelitian Yang Telah Dilakukan
Dan Saran Untuk Penelitian Selanjutnya.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Pusat Riset Material Maju-BRIN
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) atau yang sekarang
disebut Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berdiri berdasrkan Keputusan
Presiden No.31 Tahun 1982 yang dibagi menjadi enam kedeputian, dimana salah
satunya diantaranya adalah Deputi Pengembangan Teknologi yang terdir dari
empat direktorat yaitu lingkungan dan pemukiman hidup, proses, konversi energi,
elektronika dan informatika dan direktorat sarana fasilitas dan laboratorium.
Kemudian terjadi perubahan organisasi di lingkungan BPPT, berdasarkan
keputusan Presiden Nomer 47 Tahun 1991. Di bawah kedeputian Pengembangan
Teknologi terdapat perubahan direktorat menjadi Direktorat Teknologi Energi,
Direktorat Teknologi Elektronika dan Informatika serta Direktorat Teknologi
Manufakturing dan Sertifikasi. Pada tahun 1998, Direktorat Teknologi
Manufakturing fan Sertifikasi berubah menjadi Pusat Pengkajian dan Penerapan
Teknologi Material (P3TM). P3TM inilah yang menjadi cikal bakal Pusat
Teknologi Material (PTM) dan ditetapkan menjadi PTM sejak tahun 2006.
2.2 Rumah Komposit Tahan Gempa(RKTG)

Material dan struktur bencana untuk diaplikasikan di daerah rawan


bencana. Dengan ukuran tipe 36, RKTG memiliki dua kamar tidur, satu ruang
tamu, satu kamar mandi dan ruang dapur yang akan membuat penghuninya
nyaman dan merasa terlindungi.
RKTG dapat dibangun dalam waktu tujuh hari dan cukup dikerjakan
empat orang tenaga kerja. Seluruh material yang digunakan untuk membuat tipe
rumah 36 m2 (6x6 m) berada di kisaran harga Rp 70 juta-an, dan telah memiliki
berbagai standar yang ditetapkan. Untuk desain tahan gempanya telah terstandar
SNI 1726-2012, sedangkan tahan api telah mengantongi ASTME 84/ISO 834-1. 
Rumah tersebut dinamakan rumah komposit, yang bermakna rumah dengan
berbagai bahan material, khususnya material komposit polimer. Material
komposit, contohnya komposit polimer, memiliki banyak keunggulan, diantaranya
kuat dan ringan. Beberapa dekade terakhir pemakaian material polimer komposit
makin meningkat karena sifat tekniknya yang baik seperti kekuatan dan kekakuan

8
khusus yang tinggi, kepadatan rendah, ketahanan lelah yang tinggi, redaman
tinggi dan koefisien termal rendah. Penggunaan panel-panel material komposit
selain memiliki durabilitas yang tinggi, juga dikarenakan sifatnya yang mudah
untuk dibongkar pasang. Kuda-kuda atau struktur rumah juga dipasang langsung
dengan genteng metal sehingga ketika terjadi goncangan besar, tidak akan patah
atau roboh seperti rumah konvensional dengan tembok bata dan genteng tanah liat
atau keramik. RKTG didesain dengan konstruksi modular, pre-assembly, dan
sistem join interlock yang dapat dibangun dengan waktu yang relatif singkat serta
telah dilakukan simulasi komputasi untuk prediksi ketahanan gempa
menyesuaikan perilaku gempa. Dalam simulasi internal BPPT, RKTG mampu
bertahan dan tidak roboh ketika diguncang gempa 7 SR.
2.1 Komposit
Komposit adalah suatu jenis bahan baru hasil rekayasa yang terdiri
dari dua atau lebih bahan dimana sifat masing-masing bahan berbeda satu
sama lainnya baik itu sifat kimia maupun fisikanya dan tetap terpisah dalam
hasil akhir bahan tersebut (bahan komposit). Dengan adanya perbedaan dari
material penyusunnya maka komposite antar material harus berikatan
dengan kuat, sehingga perlu adanya penambahan wetting agent[5].
Struktur komposit bermacam-macam. Salah satu desain susunan
komposit adalah lamina. Komposit lamina adalah komposit yang disusun
dari lembaran- lembaran yang memiliki kekuatan pada arah tertentu[6].
Lembaran-lembaran yang direkatkan dengan menyesuaikan arah-arahnya
agar mendapatlan hasil kekuatan yang diinginkan (Gambar 2.1). Struktur
ini relatif mudah dibuat dibandingkan desain lainnya seperti sandwich dan
honeycomb sehingga dalam proses pembuatannya, desain ini relatif lebih
murah.

Gambar 2.1 Komposit Lamina

9
2.1.1 Penyusun komposit

Komposit diklasifikasikan berdasarkan komponen penyusunnya,


yaitu matriks dan reinforcement.
1. Matrix

Matriks adalah fasa dalam komposit yang mempunyai bagian atau fraksi
volume terbesar (dominan). Matriks pada komposit mempunyai beberapa
fungsi antara lain sebagai berikut :
a. Mentransfer tegangan ke serat.

b. Membentuk ikatan koheren, permukaan matrik/serat.

c. Melindungi serat.

d. Memisahkan serat.

e. Melepas ikatan.

f. Tetap stabil setelah proses manufaktur

2. Reinforcement

Reinforcement adalah bagian penyusun matriks yang berfungsi sebagai


penguat. memiliki sifat yang mudah untuk diubah bentuknya dengan cara
dipotong atau juga dicetak sesuai dengan kebutuhan desainnya.
Adanya dua penyusun komposit atau lebih menimbulkan beberapa daerah
dan istilah penyebutannya; Matriks (penyusun dengan fraksi volume
terbesar), Penguat (Penahan beban utama), Interphase (pelekat antar dua
penyusun), interface (permukaan phase yang berbatasan dengan phase
lain). Penyusunkomposit dapat dilihat pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Penyusun Komposit

10
2.2 Epoxy Resin

Resin epoksi adalah kelas polimer reaktif yang mengandung gugus


epoksida. Istilah "epoksi", mengacu pada keberadaan cincin oksiran atau epoksi,
yang merupakan cincin beranggota tiga yang mengandung atom oksigen yang
terikat dengan dua atom karbon yang sudah disatukan dengan cara lain. Resin
epoksi adalah polimer termoset, yang artinya mengeras secara ireversibel. Itu
tidak dapat dicairkan atau dibentuk kembali dengan cara termoplastik.
Ada dua jenis resin epoksi yang umum digunakan berdasarkan harga dan
kualitasnya, yaitu Diglycydyl Ether Bisphenol A (DGEBA) dan Novolaks. Resin
epoksi ini biasanya dikombinasikan dengan berbagai bahan pengawet untuk
mencapai sifat yang diperlukan untuk aplikasi tertentu.
Diglycydyl Ether Bisphenol A atau biasa disebut Bisphenol A Epoxy Resin
merupakan resin epoksi yang paling populer. Ini dibentuk oleh reaksi kondensasi
antara epiklorohidrin dan gugus fenol. Struktur molekul yang mengandung fenol
dan jumlah cincin fenol membedakan berbagai jenis resin epoksi. Memodifikasi
rasio epiklorohidrin menjadi Bisphenol A selama produksi dapat menghasilkan
resin dengan berat molekul tinggi. Berat molekul tinggi ini meningkatkan
viskositas.
Novolaks (atau Novolacs) diproduksi dengan mereaksikan fenol dengan
metanal (formaldehida). Reaksi epiklorohidrin dan novolak menghasilkan novolak
dengan residu glisidil, seperti Epoxy Phenol Novolaks (EPN) atau Epoxy Cresol
Novolaks (ECN). Resin yang sangat kental ini biasanya membawa 2 hingga 6
kelompok epoksi per molekul. Curing resin novolaks akan membentuk polimer
yang sangat berikatan silang dengan suhu tinggi dan ketahanan kimia tetapi
fleksibilitas mekanik rendah.
Aplikasi untuk bahan berbasis epoksi sangat luas dan mencakup pelapis,
perekat, laminasi, bahan komposit, lantai, dan konstruksi. Secara umum, resin
epoksi dikenal karena ketahanan kimia dan panasnya yang sangat baik, sifat
adhesi yang kuat, sifat mekanik yang sangat baik dan sifat isolasi listrik yang
sangat baik. Banyak sifat epoksi yang dapat dimodifikasi. Memadukan berbagai
tingkatan resin epoksi, serta penggunaan aditif, plasticizer, atau pengisi adalah hal
biasa untuk mencapai pemrosesan atau sifat akhir yang diinginkan.

11
Epoxy resin dapat dilihat pada Gambar 2.3

Gambar 2.3 Epoxy Resin


2.3 Hardener
Epoxy hardener merupakan bagian dari komponen yang dibutuhkan untuk
pekerjaan lantai epoxy. Komponen ini dikenal pula sebagai floor hardener, yaitu
bahan pengeras dan pelicin lantai beton yang terdiri dari beberapa kombinasi
bahan.
Campuran tersebut adalah pasir, semen, silika, grading, pigmen, dan lain-
lain.Material ini ada yang berbentuk powder atau bubuk, dimana
pengaplikasiannya dengan menaburkannya pada beton basah. Setelah itu,
dilakukan trowel finish agar permukaan memiliki tekstur keras, rata, dan halus.
Hardener epoxy ini biasanya digunakan untuk melapisi lantai garasi, area
pergudangan, area parkir, area industri, pabrik, dan area lainnya yang
membutuhkan lalu lintas.
Hardener epoxy dapat dilihat pada Gambar 2.4

12
Gambar 2.4 Epoxy Hardener EPH 555.
2.4 Glass Fibre Reinforced Polymer(GFRP)
Glass Fibre Reinforced Polymer (GFRP) adalah material komposit yang
terdiri dari fibre (serat) glass yang disatukan zat matrik, seperti epoxy atau
polyester. Matrik itu sendiri berfungsi sebagai media penyalur tegangan ke serat
dan melindungi serat dari pengaruh lingkungan yang agresif (William, 2014).
Material ini cukup memiliki banyak keuntungan yang dapat diberikan yaitu
merupakan material yang tahan korosi, mempunyai kuat tarik yang tinggi,
superior dalam daktilitas, lebih ringan sehingga tidak memerlukan peralatan yang
berat untuk dibawa ke lokasi.
Glass Fibre Reinforced Polymer dapat dilihat pada Gambar 2.5

Gambar 2.5 Serat Glass Fibre Reinforced Polymer


2.5 Polyuretan
Poliuretana, yang umumnya disingkat PU, adalah polimer yang terdiri atas
sebuah rantai unit organik yang dihubungkan oleh tautan uretana (karbamat).
Polimer poliuretana dibentuk oleh reaksi sebuah monomer yang mengandung
setidaknya dua gugus fungsional isosianat dengan monomer lainnya yang
mengandung setidaknya dua gugus alkohol didorong dengan katalis. Perumusan
poliuretana meliputi kekakuan, kekerasan, serta kepadatan yang amat beragam.
Poliuretana digunakan secara meluas dalam dudukan busa fleksibel berdaya
lenting (daya pegas) tinggi, panel isolator busa yang kaku, segel busa mikroseluler
dan gasket, roda dan ban karet yang tahan lama, senyawa pot elektrik, segel
dan lem berkinerja tinggi, serat Spandeks, alas karpet, dan bagian plastik yang
keras.

13
Poliuretana dapat dilihat pada Gambar 2.6

Gambar 2.6 Poliuretana


2.6 Hand Lay Up
Proses manufaktur bahan komposit dengan metrode hand lay up merupakan
metode yang paling sederhana diantara metode-metodemanufaktur bahan
komposit yang lain. Dikatakan sederhana karena tekniknya sangat mudah di
aplikasikan yaitu cairan resin dioleskandiatas sebuah cetakan dan kemudian serat
layer pertama diletakkan diatasnya, kemudian dengan menggunakan roller / kuas
resin kembalidiratakan. Langkah ini dilakukan terus menerus hingga didapatkan
ketebalan spesimen yang diinginkan.
Untuk membuatnya dengan menggunakan serat gelas (fiberglass) dan
sebuah polyester, pelapis gel dilapiskan pada cetakan terbuka (open mold). &ntuk
mempercepat ketebalan dinding, Metode pelapisan dengan tangan
untuk pencetakan komposit material (a) Penaburanresin di atas fiber penguat di
atas cetakan (b) Penggunaan roller untuk meningkatkan densitas lapisan dan
menghilangkan udara yang terjebak ketebalan dinding bagian yang dibuat, lapisan
alas fiberglass atau anyaman dan resin ditambahkan.plikasi pada badan
kapal,tangki, rumah dan panel bangunan.
Proses Hand Lay Up dapat dilihat pada Gambar 2.7

14
Gambar 2.7 Metode Hand Lay Up
2.7 Press
Mesin press adalah mesin yang dirancang untuk menghasilkan lembaran
metal dan juga untuk membengkokan lembaran logam dengan sudut tertentu
sesuai dengan kebutuhan. Mesin press terdiri dari tiga bagian utama yang disebut
frame, ram dan bed. Sistem mekanis pada mesin akan menggerakan ram
kemudian diteruskan ke press dies dan mendorong lembaran metal sehingga bisa
membentuk dan memotong lembaran metal sesuai dengan fungsi press dies yang
dipakai. Mesin press tersedia dalam tiga pilihan berdasarkan tenaga yang
digunakan yakni mesin press manual, mesin press hidrolik dan mesin press
mekanikal.
Press dapat dilihat pada Gambar 2.8

Gambar 2.8 Proses press

15
2.8 Sifat Mekanik Komposit

Sifat mekanik komposit adalah sifat yang dapat dilihat dan diukur dalam
skala makroskopik. Sifat ini biasanya dinamakan makromekanik. Dapat
dikatakanbahwa sifat makromekanik timbul dari susunan fiber dan matriksnya
secara umum. Yang merupakan sifat mekanik adalah kekuatan tarik, (tensile
strength), kekuatan tekan (compress strength), kekuatan geser (shear strength)
dan masih banyak lagi. Sifat- sifat mekanik ini menentukan apakah suatu bahan
komposit layak atau tidak digunakan untuk aplikasi tertentu.
2.8.1 Uji Bending

Uji tekuk (bending test) merupakan salah satu bentuk pengujian untuk
menentukan mutu suatu material secara visual. Proses pembebanan menggunakan
mandrel atau pendorong yang dimensinya telah ditentukan untuk memaksa bagian
tengah bahan uji atau spesimen tertekuk diantara dua penyangga yang dipisahkan
oleh jarak yang telah ditentukan. Selanjutnya bahan akan mengalami deformasi
dengan dua buah gaya yang berlawanan bekerja pada saat yang bersamaan. Dalam
pemberian beban dan penentuan dimensi mandrel ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan, yaitu:
1. Kekuatan bending ( Tensile Strength ).
2. Komposisi kimia dan struktur mikro terutama kandungan Mn dan C pada
material.
3. Tegangan luluh ( Yield Stress ).
Pengujian bending dilakukan menggunakan metode three-pointbending
test menggunakan universal testing machine dengan menggunakan standar ASTM
C393. Spesimen uji pada pengujian lengkung ini memiliki dimensi 5,8mm x
40mm x 10mm untuk sekali pengujian. uji bending dilakukan dengan metode
three point banding maka facing bending stress dan core shear ultimate stress
komposit dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
3𝑝𝑙 2𝑏𝑑2 ...........................................................................................(2.1)
𝜎=

Dimana:

16
σ = kekuatan skin (MPa) P = beban (N)
L = Panjang Span (mm) b = Lebar (mm)
d = Tebal (mm)

Ukuran spesimen yang akan dibuat pada spesimen uji bending ialah sesuai
dengan ukuran di Standar ASTM C-393, dapat dilihat pada Gambar 2.9

Gambar 2.9 Dimensi ASTM C-393

17
2.1 Universal Testing Machine (UTM) Shimadzhu autograph AG-Xplus
250 kN
UTM (Universal Testing Machine) Shimadzhu autograph
AG-Xplus 250 kN adalah alat yang digunakan untuk menguji
kekuatan suatu bahan material. Bahan material yang dapat diuji
menggunakan Shimadzhu autograph AG-Xplus 250 kN adalah
bahan material mulai dari jenis plastik, kayu, kertas, karet,
metal, dan komposit. Beberapa uji yang dapat dilakukan
menggunakan alat UTM Tensilone ini adalah uji tarik, uji
tekan, uji geser dan uji bending. UTM Shimadzhu autograph
AG-Xplus 250 kN dapat dilihat pada Gambar 2.8

Gambar 2.10 UTM Shimadzhu autograph AG-Xplus


250 kN

18
BAB III
METODOLOGI

3.1 Diagram Alir


Pada bab ini dijelaskan secara sistematis langkah-langkah dari penelitian
yang akan dilakukan mengenai pengujian kekuatan mekanik pada komposit
sandwich resin epoxy core (inti) puleyuretan berserat Glass Fiber. Langkah-
langkah yang dilakukan dapat dilihat pada diagram alir pada Gambar 3.1

Gambar 3.1
Diagram Alir

19
3.2 Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa tahapan untuk mengetahui sifat


mekanik dari komposit glass fiber-epoxy meliputi proses manufaktur dan proses
pengujian sifat mekanik pada komposit glass fiber-epoxy.
3.2.1 Proses Manufaktur

Pada proses manufaktur meliputi proses pembuatan komposit sandwich,


penimbangan, pemberian tabbing pada spesimen uji bending, pemotongan
spesimen sesuai dengan standar ASTM C-393.
1. Proses Pembuatan Komposit Sandwich
Pada penelitian ini akan dibuat komposit dengan serat glass fiber dan epoxy
resin dengan menggunakan metode hand lay up. Komposit akan dibuat menjadi
beberapa bagian. Masing-masing tiap dimensi komposit yang akan dibentuk untuk
kedua ini ialah 100 cm x 100 cm dan dengan ketebelan tiap masing-masing
komposit 5,8 mm. Berdasarkan dimensi tersebut, maka akan didapatkan spesimen
uji Bending sebanyak 5 spesimen untuk variasi massa 1 kg,5 spesimen untuk
variasi massa 1,5 kg, 5 spesimen untuk variasi massa 2 kg dan 5 spesimen untuk
variasi massa 2,5 kg. Skema spesimen pada komposit dapat dilihat pada Gambar
3.2

Gambar 3.2 Skema Spesimen Pada Komposit Sandwich

Pembuatan komposit di mulai dengan pemotongan serat gelass fiber dan


polyuretan berukuran 40 cm x 40 cm sebagai langkah awal pembuatan komposit
sandwich. Serat gelass fiber dan polyuretan dapat dilihat pada Gambar 3.3

20
(a) (b)

Gambar 3.3 a. Serat Glass Fiber


b. Polyuretan

Siapkan alat dan bahan pembuatan komposite sandwich dengan metode


Hand lay up, susun serat Glass Fiber, tengah satu lembar core Polyuretan dan
lapisan atas serat Glass Fiber. Langkah awal proses pembuatan komposite
sandwich metode hand lay up dengan mengoleskan epoxy pada permukaan meja
kerja seukuran dimensi potongan glass fiber, tempelkan Sealent tape diluar
permukaan Wax yang di oleskan tadi, formulasikan resin epoxy dengan
perbandingan berat 50% epoxy resin dan katalis (harderner) di mixing hingga
merata (5 menit) meja kerja dilapisi resin, susun empat lapisan serat karbon tiap
lapisan di oleskan formulasi resin campur katalis (hardener) epoxy olesakan juga
pada core honycomb lanjut di lapisi empat lembar serat karbon di atas core
honycomb, lapisi kain Breather setelah serat karbon dan core honycomb di susun
membentuk sandwich, lapisi juga plastik peel play dan plastic Breather disusul
plastic bag. Dari plastic bag dibuat lubang untuk selang ke vacuum pump,
hubungkan vacuum pump dengan material komposit melalui selang, nyalakan
vacuum pump lalu periksa semua kontakan Sealent tape dengan plastic bag,
pastikan tidak ada kebocoran. Tahan vacuum di (70 Psi ) selama satu jam, matikan
vacuumpump diamkan/dikeringkan dengan suhu kamar selama 20 jam. Proses
pembuatan komposit sandwich dapat dilihat pada Gambar 3.4

21
a b
Gambar 3.4 a. Pembuatan komposite Sandwich
b. Proses Vacuum

Pemberian dimensi pada komposit dilakukan agar pada saat dilakukan


pemotongan spesimen, spesimen yang akan dipotong memiliki ukuran yang
sesusai dengan ASTM C-393 yaitu dengan dimensinya panjang 40 mm dan lebar
10 mm. Pemberian dimensi dapat dilihat pada Gambar 3.6

Gambar 3.6 Pemberian Dimensi

2. Pemotongan Spesimen (ASTM C-393)


Setalah dilakukan nya pemberian dimensi maka proses berikutnya ialah
pemotongan komposit sandcwich menjadi spesimen uji bending dengan
menggunakan mesin gerinda potong, pemotongan dilakukan sesusai dengan
ukuran diberikan atau sesuai dengan ukuran ASTM C-393. Proses pemotongan
spesimen dapat dilihat pada Gambar 3.8

22
Gambar 3.8 Proses Pemotongan Spesimen ASTM C-393
Hasil dari pemotongan yang telah dilakukan mendapatkan 20 spesimen
siap uji yaitu 5 spesimen variasi massa 1 kg,5 spesimen massa 1,5 kg, 5 spesimen
massa 2 kg,dan 5 spesimen massa 2,5 kg. Spesimen uji dapat dilihat pada gambar
3.9

(a) (b) (c) (d)

Gambar 3.9 Spesimen Uji Bending


3.3 Proses pengujian

Setelah dilakukannya proses manufaktur komposit serat karbon epoxy,


didapatkan lah 20 spesimen yang akan diuji untuk mengetahui sifat mekanik yang
dimiliki dari pengaruh tiap variasi massa, pengujian yang akan di lakukan ialah
pengujian tarik (tensile test)

3.3.1 Uji Lengkung (Bending Test) ASTM C393

Pengujian Bending dilakukan untuk mengetahui nilai Ultimate Tensile


Strength dan jenis patahan yang terjadi, pengujian dilakukan dengan
menggunakan UTM (Universal Testing Machine) Shimadzu AG-X Plus.
Pengujian bending dilakukan dengan 5 spesimen pada massa 1 kg, 5 spesimen
pada massa 1,5 kg, 5 spesimen pada massa 2 kg dan 5 spesimen pada massa 2,5
kg.Tahapan sebelum pengujian Bending yang pertama yaitu dengan
memasangkan spesimen uji bending pada UTM (Universal Testing Machine)

23
Shimadzu AG-X Plus.
Pemasangan spesimen uji pada jig uji bending dapat dilihat pada Gambar 3.10.

Gambar 3.10 Pemasangan Spesimen Uji Pada Jig

Setelah pemasangan spesimen, maka dilakukan pengujian bending dengan


kecepatan konstan 2mm/menit. Saat pengujian bending telah mencapai batas nilai
strength tertinggi, maka UTM otomatis akan berhenti dan didapatkanlah hasil data
pengujian bending yang dapat dilihat pada komputer yang telah tersambung alat
uji dengan menggunakan aplikasi TrapeziumX. TrapeziumX dapat dilihat pada
Gambar 3.11

Gambar 3.11 Trapezium X

24
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengujian

Hasil dari pengujian bending dengan ASTM C393 pada komposit Glass Fiber-
Epoxy Resin menggunakan metode pembuatan komposit Polyuretan yang telah di beri
variasi massa 1 kg,1,5 kg,2 kg, dan 2,5 kg, dari hasil pengujian ini didapatkan nilai
Ultimate Tensile Strength. Hasil pengujian bending pada tiap variasi Hand Lay Up dapat
dilihat sebagai berikut.
4.1.1 Spesimen Massa 1kg

Hasil dari pengujian bending spesimen dengan diberi massa 1 kg didapatkan nilai
hasil uji bending dan jenis patahannya. Hasil bending spesimen variasi massa 1 kg dapat
dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Data Hasil Uji Bending Spesimen variasi massa 1 kg

Data Spesimen Spesimen Spesimen Spesimen Spesimen


1 2 3 4 5
98.5861 99.6590 90.0030 69.5785 46.2532
Force(Newton)

Stress (MPa) 3.79449 3.97562 3.67954 2.78754 1.79639

Stroke (Mm) 1.89256 1.92256 1.51123 1.44523 16.4472

Strain (%/GL) 16.4472 0,60599 0.46909 0.45361 5.21925

Pada penelitian lain, telah dilakukan pengujian bending pada suatu komposit gelass
fiber+epoxy resin yang dibuat dengan metode hand lay up dengan variasi variasi massa 1
kg. Hasil ultimate tensile strength rata-rata yang didapatkan adalah 302.366 MPa. Setelah
diketahui nilai uji bending dari kelima spesimen komposit diatas, maka dapat dilihat kurva
tegangan terhadap regangan tarik dari kelima komposit tersebut pada gambar 4.1

25
Gambar 4.1 Kurva Tegangan Terhadap Regangan Uji Bending
Pada pengujian bending ini, didapatkan dominannya spesimen yang mengalami
delaminasi setelah dilakukan uji Bending. Delaminasi adalah salah satu dari model
kerusakan kritis yang terjadi pada komposit laminat. Delaminasi terjadi karena beberapa
faktor seperti tegangan interlaminar yang tinggi dan konsentrasi tegangan pada lokasi
retak atau kerusakan lain pada laminat. Delaminasi dapat dilihat pada Gambar 4.2

Namun setelah dilakukan pengujian bending, didapatkan salah satu spesimen


yang bentuk patahannya didekat daerah tab, dengan bentuk patahan tipe lateral. Patahan
pada spesimen uji bending dapat dilihat pada Gambar 4.

26
4.1.1 Spesimen Massa 1,5 kg
Hasil dari pengujian bending spesimen dengan diberi massa 1,5 kg didapatkan nilai
hasil uji bending dan jenis patahannya. Hasil uji tarik spesimen variasi massa 1,5 kg dapat
dilihat pada Tabel 4.2
Tabel 4. 2 Data Hasil Uji Bending Spesimen Massa 1,5 kg

Data Spesimen Spesimen Spesimen Spesimen Spesimen

1 2 3 4 5
Stress (Mpa) 281.818 219.455 296.072 348.586 272.077

Strain (%GL) 3.20328 2.93904 3.31861 3.33304 2.94415

Elastic 7490.44 7466.88 9130.47 1045.49 9241.49


Modulus (Mpa)

Pada penelitian lain, telah dilakukan pengujian bending pada suatu komposit
gelass fiber+epoxy raisen yang dibuat dengan metode Hand Lay Up dengan variasi massa
1,5 kg. Hasil ultimate tensile strength rata-rata yang didapatkan adalah 283.602 MPa.
Setelah diketahui nilai uji bending dari kelima spesimen komposit diatas, maka dapat
dilihat kurva tegangan terhadap regangan bending dari kelima komposit tersebut pada
gambar 4.4

27
Gambar 4. 4 Kurva Tegangan Terhadap Regangan Variasi Curring Time 2 jam
Setelah dilakukan pengujian bending, maka didapatkan bentuk patahan yang
bermacam-macam pada setiap spesimen. Namun, patahan yang dominan terjadi ialah
patahan di daerah tengah dengan bentuk patahan tipe lateral gage middle. Patahan pada
spesimen uji Bending dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4. 5 LGM (Lateral Gage Middle)

28
Namun setelah dilakukan pengujian bending, didapatkan salah satu spesimen yang
mengalami deleminasi. Delaminasi terjadi karena beberapa faktor seperti tegangan
interlaminar yang tinggi dan konsentrasi tegangan pada lokasi retak atau kerusakan lain
pada laminat. Delaminasi dapat dilihat pada Gambar 4.6

Gambar 4. 6 Deleminasi

4.1.2 Spesimen Massa 2 kg

Hasil dari pengujian tarik spesimen dengan diberi massa 2 kg didapatkan nilai
hasil uji bending dan jenis patahannya. Hasil uji Bending spesimen variasi Massa 2 kg
dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4. 3 Data Hasil Uji Bending Spesimen Massa 2 kg

Data Spesimen Spesimen Spesimen Spesimen Spesimen

1 2 3 4 5
Stress (Mpa) 390.179 291.764 291.887 408.823 232.454

Strain (%GL) 232.454 4.55005 5.47913 3.66053 4.29728

Elastic 7390.16 6105.02 5342.26 10069.2 44804.93


Modulus (Mpa)

29
Pada penelitian lain, telah dilakukan pengujian tarik pada suatu komposit gelass
fiber+epoxy yang dibuat dengan metode Hand Lay Up dengan variasi Massa 2 kg. Hasil
ultimate tensile strength rata-rata yang didapatkan adalah 323.021 MPa. Setelah diketahui
nilai uji bending dari kelima spesimen komposit diatas, maka dapat dilihat kurva tegangan
terhadap regangan Bending dari kelima komposit tersebut pada gambar 4.7

Gambar 4. 7 Kurva Tegangan Terhadap Regangan Variasi Massa 2 kg Setelah dilakukan pengujian
bending, maka didapatkan bentuk patahan
yang bermacam-macam pada setiap spesimen. Namun, patahan yang dominan

terjadi ialah patahan di dekat daerah tab, dengan bentuk patahan tipe lateral. Patahan
pada spesimen uji bending dapat dilihat pada Gambar 4.8.

Gambar 4. 8 Tipe patahan LAT (Lateral, At grip/tab, Top)

30
Namun setelah dilakukan pengujian bending, didapatkan salah satu spesimen yang
mengalami patahan di daerah tengah dengan bentuk patahan tipe lateral gage middle.
Patahan pada spesimen uji bending dapat dilihat pada Gambar 4.9

Gambar 4. 9 LGM (Lateral Gage Middle)

4.1.3 Spesimen Massa 2,5 kg


Hasil dari pengujian Bending spesimen dengan diberi massa 2,5 kg didapatkan
nilai hasil uji bending dan jenis patahannya. Hasil uji bending spesimen variasi massa 2,5
kg dapat dilihat pada Tabel 4.2

Tabel 4. 4 Data Hasil Uji Bending Spesimen Massa 2 kg


Data Spesimen Spesimen Spesimen Spesimen Spesimen

1 2 3 4 5
Stress (Mpa) 416.419 361.490 432.642 383.803 147.309

Strain (%GL) 4.49386 3.53622 4.09018 3.49684 3.06578

Elastic 9277.48 8918.00 9338.69 9080.88 4716.51


Modulus (Mpa)

31
Pada penelitian lain, telah dilakukan pengujian bending pada suatu komposit
glass fiber+epoxy rasin yang dibuat dengan metode Hand Lay Up dengan variasi Massa
2,5 kg. Hasil ultimate tensile strength rata-rata yang didapatkan adalah 348.333 MPa.
Setelah diketahui nilai uji bending dari kelima spesimen komposit diatas, maka dapat
dilihat kurva tegangan terhadap regangan bending dari kelima komposit tersebut pada
gambar 4.10

Gambar 4. 10 Kurva Tegangan Terhadap Regangan Variasi Massa 2,5 kg


Setelah dilakukan pengujian bending, maka didapatkan bentuk patahan
yang bermacam-macam pada setiap spesimen. Namun, patahan yang dominan
terjadi ialah patahan di dekat daerah tab, dengan bentuk patahan tipe lateral. Patahan
pada spesimen uji bending dapat dilihat pada Gambar 4.11.

Gambar 4. 11 Tipe patahan LAT (Lateral, At grip/tab, Top)

32
Namun setelah dilakukan pengujian bending, didapatkan salah satu
spesimen yang mengalami patahan di daerah tengah dengan bentuk patahan tipe
lateral gage middle dan terdapat juga mengalami deleminasi. Patahan pada
spesimen uji bending dapat dilihat pada Gambar 4.12

Gambar 4. 12 LGM (Lateral Gage Middle) dan Deleminasi

4.2 Hasil Pengujian Spesimen

Dari hasil pengujian bending pada ke 5 buah spesimen, tidak mengalami


kegagalan fisik pada ke 5 spesimen. Hasil pengujian bending dari kelima
spesimen dapat dilihat pada Gambar 4.2

Gambar 4. 2 Spesimen Hasil Pengujian Bending

33
4.3 Pembahasan
Pengujian uji bending dilakukan menggunakan UTM (Universal Testing
Machine) AG-X Plus 250kN. Pengujian bending bertujuan untuk mendapatkan
nilai Ultimate Tensile Strength tertinggi dan mengamati kekuatan bending yang
terjadi pada spesimen uji bending sesuai dengan ASTM C-393. Pengujian bending
dengan komposit sandwich serat karbon dengan campuran epoxy pada proses
manufakturnya diberikan perlakuan curring dengan temperatur 80oC. selama 1
jam. Dari proses manafaktur didapatkan 5 spesimen uji bending yang sesuai
dengan ASTM C-393, yang mana 5 spesimen telah diberikan perlakuan curring
time selama 1 jam.
Berdasarkan penilitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil uji bending
untuk panel sandwich komposit karbon epoxy dengan menggunakan metode
Vacuum Bagging, dimana nilai stress tertinggi terdapat pada spesimen ke-2
dengan nilai sebesar 3.97562 dan nilai stress terendah pada spesimen ke-5 dengan
nilai stress yang didapatkan sebesar 1.79639 dan hasil nilai Ultimate Tensile
Strength rata-rata pada setiap spesimen pengujian bending didapatkan nilai
sebesar 3.20672 MPa dengan nilai deviasi nya 0.91173. hasil pengujian bending
dari ke-5 buah spesimen disajikan dalam bentuk grafik. Grafik nilai perbandingan
uji bendingdapat dilihat pada Gambar 4.3

Gambar 4. 3 Diagram Nilai Perbandingan Uji Bending

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa pada pengujian spesimen pertama

34
didapatkan nilai bendin g sebesar 3.79449 dan mengalami kenaikan 0,18113 MPa
pada pengujian spesimen ke-2 dengan nilai bending yang didapatkan sebesar
3.97562 MPa. Pada pengujian spesimen ke-3 nilai bending mengalami penurunan
sebesar 0.29608 MPa dengan nilai bending yang di dapatkan sebesar 3.67954
MPa, Kemudian pada pengujian spesimen ke-4 nilai kekuatan bending nya
mengalami penurunan yang sangat jauh dari hasil sebelumnya dengan selisih nilai
0.892 MPa dengan nilai bending yang didapatkan sebesar 2.78754 MPa, dan nilai

35
bending pada spesimen terakhir yaitu spesimen ke-5, dimana nilai kekuatan
bending nya mengalami penurunan yang juga cukup jauh dari hasil nilai bending
pengujian sebelumnya yaitu dengan selisih nilai 0.99115 MPa, dan hasil nilai
bending yang didapatkan pada pengujian spesimen ke-5 sebesar 1.79639 MPa.
Dapat disimpulkan bahwa dari hasil penilitian ini pada spesimen ke-4 dan
ke- 5 mengalami penurunan nilai stress yang cukup jauh dari hasil pengujian
spesimen sebelumnya, hal tersebut dapat terjadi dikarekan saat proses manufaktur
pemberian resin dilakukan secara manual, sehingga resin yang diberikan kurang
merata dan kebocoran yang terjadi pada saat proses komposite sandwich di vakum
sehingga menurunkan tekan vakum yang harusanya tekanan vakum 70 Psi, hal ini
juga yang mempengaruhi hasil dari komposite sandwich yang di hasilkan serta
pada saat pembentukan spesimen pengujiani terdapat cacat seperti keretakan pada
saat pemotongan spesimen, sehingga komposite sandwich mengalami penurunan
nilai yang sangat jauh saat dilakukan pengujian bending.
Maka dari itu, sifat mekanik dari suatu material sangat penting dalam
melakukan suatu perancangan produk yang diinginkan. Hal ini diperlukan untuk
menentukan kualitas dari suatu produk yang dihasilkan, agar sesuai dengan
kegunaan serta proses manufakturing yang akan dilakuakan. Dalam kasus ini,
material komposit sandwich berserat karbon dengan campuran epoxy akan
dijadikan sebagai material untuk pengembangan pembentuk bagian body Pesawat
Udara Nir Awak (PUNA) dengan tipe Medium Altitude Long Endurance (MALE).
Sehingga diperlukannya informasi mengenai sifat mekanik dari suatu material.

36
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah :
1. Pada pengujian spesimen pertama didapatkan nilai bending sebesar 3.79449dan
mengalami kenaikan 0,18113 MPa pada pengujian spesimen ke-2 Pada pengujian
spesimen ke-3 nilai bending mengalami penurunan sebesar 0.29608 MPa,
Kemudian pada pengujian spesimen ke-4 nilai kekuatan bending nya mengalami
penurunan yang sangat jauh dari hasil sebelumnya dengan selisih nilai 0.892 MPa,
dan nilai bending pada spesimen trakhir yaitu spesimen ke-5, dimana nilai
kekuatan bending nya mengalami penurunan yang juga cukup jauh dari hasil nilai
bending pengujian sebelumnya yaitu dengan selisih nilai 0.99115 MPa.
2. Ketelitian dan kerataan pemberian matrik pada pembuatan spsimen dari suatu
komposit dapat memepengaruhi nilai kekuatan bending yang didapatkan.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk penelitian berikutnya adalah :
1. Sebaiknya untuk pembentukan spesimen uji benar-benar mengikuiti dimensi
ASTM C-393.
2. Diharapkan kedepannya pembuatan komposit sandwich serat karbon lebih teliti
lagi, terutama pada saat pengolesan resin dan kebocoran saat di vakum di
perhatikan lagi.

37
DAFTAR
PUSTAKA

[1] Debe, R. G., & Ras, A. R. (2022). Pengembangan PUNA


MALE Elang Hitam Klasifikasi Kombatan dalam
Rangka Memperkuat Pertahanan dan Keamanan
Indonesia. Jurnal Pendidikan Tambusai, 6(2).
[2] Nugroho, Gesang, and Muhammad Syahrul Ramadhan
R. Wantogia. "Proses Fabrikasi dan Sifat Mekanik
Komposit Polimer dengan Metode Bladder Compression
Moulding." Journal of Mechanical Design and Testing
1.2 (2003): 95-104.
[3] Abdurohman, K., and Mabe Siahaan. "Effect of mesh-
peel ply variation on mechanical properties of E-glas
composite by infusion vacuum method." Journal of
Physics: Conference Series. Vol. 1005. No. 1. IOP
Publishing, 2018.
[4] Farhan, F. (2018). Pembuatan Model Papan Selancar
Komposit Serat Bambu Menggunakan Metode Vacuum
Bagging. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi
Industri Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

[5] Nayiroh, N. (2013). Teknologi material komposit.


Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim:
Malang.

[6] William D. Callister, Jr. 2001. Department of


Mettalurgical Engineeering, University of Utah,
Fundamentals of Materials Science and Engineering.

[7] Drzal, L. T. (1986). The interphase in epoxy composites.


In Epoxy resins and composites II (pp. 1-32). Springer,
Berlin, Heidelberg.

[8] Dinur, Rival. (2019) Proses Pembuatan Produk


Komposit Sandwich Serat Karbon Menggunakan
Metode Vacuum Infusion, Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta.
[9] Dinur,Rival. (2019) Proses Pembuatan Produk Komposit
Sandwich Serat Karbon Menggunakan Metode Vacuum
Infusion, Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta
[10] Agung, P. Bimo, E., & Quramal, H. (2018).
Pengaruh Ketebalan Skin Terhadap Kekuatan Bending
Dan Tarik Komposit Sandwich Dengan
Honeycomb Polypropylene Sebagai Core. Jurnal Rekayasa
Mesin (Vol. 18)

[11] Setyanto, R. H. (2012). Teknik


Manufaktur Komposit Hijau dan Aplikasinya.
Performa: Media Ilmiah Teknik Industri, 11(1).

[12] Rahadiyanto, A. (2018). Perbaikan Proses


Pembuatan Produk Komposit Dengan Metode
Vacuum Bagging.

[13] Destya, Y. (2012). Proses Pembuatan Body


Kit (Bumper) MobilDari Komposit Serat Tebu
Dengan Matriks Resin Polyester.

[14] William D. Callister, Jr. 2001. Department of


Mettalurgical Engineeering, University of Utah,
Fundamentals of Materials Science and Engineering.

[15] Drzal, L. T. (1986). The interphase in epoxy


composites. In Epoxy resins andcomposites II (pp. 1-
32). Springer, Berlin, Heidelbe
LAMPIRAN
A
PRMM (Pusat Riset Material Maju)
LAMPIRAN
B
Penyusunan Serat Proses Roll

Proses Pemasangan Instalasi Proses Pembongkaran


Komposit
Hasil Komposit Pemberian dimensi sebelum
proses pemotongan
Proses Pemotongan Komposit Sandwich Hasil Pemotongan

Pengukuran Spesimen Komposit Sandwich Memasukkan Sampel uji ke mesin


uji Bending
Proses Pengujian Ke-5 Spesimen setelah di Uji

Hasil Pengujian
UJI 3 POINT BENDING - SCP
Key Word Product Name VAB
Test File Name SCP1.xtak Method File Name uji bending UI.xmak
Report Date 8/9/2022 Test Date 8/9/2022
Test Mode Single Test Type 3 Point Bend
Speed 2mm/min Shape Plate
No of Batches: 1 Qty/Batch: 7

Name Max_Force Max_Stress Max_Stroke Max_Strain


Parameters Calc. at Entire Calc. at Calc. at Entire Calc. at Entire
Areas Entire Areas Areas
Areas
Unit N MPa mm

S1 98.5861 3.79449 1.89256 0.59855


S2 99.6590 3.97562 1.92256 0.60599
S3 90.0030 3.67954 1.51123 0.46909
S4 69.5785 2.78754 1.44523 0.45361
S5 46.2532 1.79639 16.4472 5.21925
Average 80.8160 3.20672 4.64376 1.46930
Standard Deviation 22.7821 0.91173 6.60187 2.09748
Range 53.4058 2.17923 15.0020 4.76564

Name Thickness Width Lower_Support

Parameters
Unit mm mm mm
S1 11.8600 41.5600 150.0000
S2 11.8200 40.3700 150.0000
S3 11.6400 40.6200 150.0000
S4 11.7700 40.5400 150.0000
S5 11.9000 40.9100 150.0000
Average 11.7980 40.8000 150.0000
Standard Deviation 0.10060 0.46760 0.00000
Range 0.26000 1.19000 0.00000
LAMPIRAN
C
Pembimbing Lapangan Pak Seto Pembimbing
Lapangan Pak Saeful

Foto Bersama Staf Laboran & Rekan Kerja PRM

Dari Kiri Kekanan (Vendrio, Ibu , Pak Lukman, Mas , Owen, Faisal,
Baja, Afif, Ilham)

Anda mungkin juga menyukai