Anda di halaman 1dari 45

PENGARUH PENAMBAHAN HIGH CHROMIUM

PADA CONCRETE MIXER BLADE TERHADAP SIFAT


MATERIAL

SKRIPSI

Oleh :
PRASKA HARUKA
122015113

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2021
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : Praska Haruka

NIM : 122015113

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa

Judul Skripsi : PENGARUH PENAMBAHAN HIGH CHROMIUM

PADA CONCRETE MIXER BLADE TERHADAP SIFAT MATERIAL

sepenuhnya adalah merupakan karya sendiri, tidak ada bagian di dalamnya yang

merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan

atau pengutipann dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan

dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya ini, saya

siap menerima sanksi sesuai dengan hukum yang berlaku.

Bandung, Januari 2021

Yang membuat pernyataan

Praska Haruka

ii Institut Teknologi Nasional


HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH PENAMBAHAN HIGH CHROMIUM


PADA CONCRETE MIXER BLADE TERHADAP SIFAT
MATERIAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Pada
Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Bandung

Bandung, Januari 2021

Mengetahui / Menyetujui,

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Yusril Irwan, S.T., M.T. Uum Sumirat, M.Pd., M.T.


NIDN : 990103 NIDN : 03021962031003

Program Studi Teknik Mesin


Ketua,

Tito Shantika, M.Eng


NIP : 120060202

iii Institut Teknologi Nasional


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah


Subhaanahu Wa Ta’ala yang tanpa hentinya selalu melimpahkan rahmat dan
hidayah–Nya, serta atas berkat ridho dan kuasa–Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini. Dan tidak lupa shalawat serta salam
semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad Shalallahu ’alaihi
Wasallam beserta para sahabat dan tabi’in – tabi’in – Nya hingga akhir zaman.
Dalam laporan tugas akhir ini, penulis mengambil judul “PENGARUH
PENAMBAHAN HIGH CHROMIUM PADA CONCRETE MIXER BLADE
TERHADAP SIFAT MATERIAL”
Dalam penyelesaian laporan Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapat
bantuan moril ataupun materil dari berbagai pihak baik berupa bimbingan, saran,
nasehat. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebanyak –
banyaknya kepada:
(1) Bapak Yusril Irwan, S.T., M.T. dan Bapak Drs. H. Uum Sumirat, M.Pd.,
MT. selaku dosen pembimbing Tugas Akhir yang banyak memberikan
banyak ilmu, arahan, bimbingan serta pengetahuan kepada penulis tentang
materi Tugas Akhir, materi laporan serta penyusunannya, sehingga laporan
ini dapat terselesaikan.
(2) Ibu Prof. Meilinda Nurbanasari, Ir., Ph.D. dan Bapak Alfan Ekajati Latief,
S.T., M.T. selaku dosen penguji Tugas Akhir yang juga ikut memberi
banyak ilmu, arahan, bimbingan serta pengetahuan kepada penulis tentang
materi Tugas Akhir, materi laporan serta penyusunannya, sehingga laporan
ini dapat terselesaikan.
(3) Kedua orang tua yang selalu memberikan doa dan dukungannya baik moril
maupun materi yang tiada hentinya dan dengan sabarnya selalu
membimbing penulis.
(4) Rekan tugas akhir Roby Hardianto dan Rizalul Faqih yang telah
menyelesaikan tugas akhir ini dengan bersama – sama.

iv
(5) Rekan – rekan asisten Laboratorium Konstruksi Jurusan Teknik Mesin
Institut Teknologi Nasional yang turut membantu dalam pemikirannya
untuk tugas akhir ini.
(6) Sahabat seperjuangan khususnya Jurusan Teknik Mesin Itenas terutama
M-15 yang selalu mendampingi dan selalu mengingatkan rekannya untuk
selalu maju dan berkembang.
(7) Erinda Nova Safrini yang juga ikut membantu dalam segi pemikiran dan
selalu mengingatkan untuk selalu berkembang dalam mengerjakan tugas
akhir.
(8) Nurifdanni yang selalu menemani dalam pengerjaan tugas akhir ini.
(9) Amerincan yang telah memberikan dukungan dalam bentuk moril dan
materi untuk pengerjaan tugas akhir ini.
(10) Last but not least, I wanna thank me, I wanna thank me for believing in
me, I wanna thank me for doing all this hard work, I wanna thank me for
having no days off, I wanna thank me for never quitting.

Semoga Allah Subhaanahu Wa Ta’ala. Melimpahkan Rahmat dan Karunia


– Nya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dorongan secara
langsung maupun tidak langsung kepada penulis sehingga laporan ini dapat
terselesaikan.

Bandung, 21 Januari 2021

Penulis

v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Institut Teknologi Nasional, saya yang bertanda tangan
di bawah ini:

Nama : Praska Haruka


NIM : 122015113
Program Studi : Teknik Mesin
Fakultas : Teknologi Industri
Jenis karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Institut Teknologi Nasional Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGARUH PENAMBAHAN HIGH CHROMIUM PADA CONCRETE MIXER


BLADE TERHADAP SIFAT MATERIAL

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
eksklusif ini Institut Teknologi Nasional berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan skripsi saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Bandung Pada tanggal: Januari 2021


Yang menyatakan

( Praska Haruka )

vii
ABSTRAK

Nama : Praska Haruka


Program Studi : Teknik Mesin
Judul : Pengaruh penambahan high chromium pada concrete mixer
blade terhadap sifat material
Pembimbing 1 : Yusril Irwan, S.T., M.T.
Pembimbing 2 : Drs. Uum Sumirat, M.Pd

Concrete mixer blade adalah alat pengaduk bahan-bahan untuk membuat semen
beton yang berfungsi untuk mencampur material seperti pasir, kerikil, dan air untuk
menjadi semen beton. Komponen ini memerlukan sifat yang tahan aus, keras, dan
harga impak yang tinggi karena dalam prinsip kerjanya akan bergesekan langsung
dengan material dan juga akan mendapatkan beban kejut dari bahan material lalu
akan berotasi untuk mengaduk campuran bahan material. Dengan adanya kontak
komponen tersebut dengan material yang keras saat mengaduk seperti agregat maka
diperlukan sifat yang tahan aus, keras dan harga impak yang tinggi dari komponen
concrete mixer blade terutama pada permukaannya.
Pada penelitian ini material yang digunakan adalah white cast iron yang akan
dipadukan dengan kandungan chromium menjadi sebesar 16% melalui proses
pengecoran lalu di uji dengan menggunakan uji impak, uji kekerasan dan struktur
mikro.
Hasil dari pengujian kekerasan yang dilakukan maka didapat nilai kekerasan
pada material yang ditambahkan dengan chromium menjadi sebesar 16% memiliki
nilai yang tinggi yaitu sebesar 438 HB jika dibandingkan dengan nilai kekerasan
yang didapat pada material sebelum dilakukan penambahan kandungan chromium
yaitu sebesar 270 HB. Harga impak yang didapat pada material sebelum
ditambahkan chromium adalah sebesar 4,76 J/mm² dan harga impak setelah
ditambahkan chromium sebesar 3,61 J/mm².

Kata Kunci: Concrete mixer blade; white cast iron; high chromium

viii
ABSTRACT

Name : Praska Haruka


Study Program : Mechanical Engineering
Title : Effect of adding high chromium to the concrete mixer
blade on material properties
Preceptor 1 : Yusril Irwan, S.T., M.T.
Preceptor 2 : Drs. Uum Sumirat, M.Pd

Concrete mixer blade is a tool for mixing materials for making concrete
cement which functions to mix materials such as sand, gravel, and water to become
concrete cement. This component requires wear-resistant, hard, and high impact
prices because in its working principle it will rub directly against the material and
will also get a shock load from the material and then rotate to stir the mixture of
materials. With the contact of these components with hard materials when stirring,
such as aggregates, wear-resistant, hard and high impact properties are needed
from the concrete mixer blade component, especially on its surface.
In this study, the material used is white cast iron which will be combined with a
chromium content of 16% through the casting process and then tested using the
impact test, hardness test and microstructure test.
The results of the hardness test carried out showed that the hardness value of the
material added with chromium to 16% has a high value of 438 HB when compared
to the hardness value obtained in the material before the addition of chromium
content is 270 HB. The impact value obtained on the material before adding
chromium was 4.76 J / mm² and the impact value after adding chromium was 3.61
J / mm².

Keywords: Concrete mixer blade; white cast iron; high chromium

ix
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………..ii

HALAMANPERNYATAAN ORISINALITAS……………………………….iii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA


ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS…………………………vii

ABSTRAK .......................................................................................................... viii

ABSTRACT .......................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ...........................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................3

1.3 Ruang Lingkup Kajian ........................................................................3

1.4 Tujuan Penulisan..................................................................................3

1.5 Sistematika Penulisan ..........................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Concrete Mixer Blade .........................................................................5

x
2.2 Besi Cor ..............................................................................................6

2.2.1 Besi Cor Putih ............................................................................6

2.2.2 Besi Cor Kelabu .........................................................................7

2.2.3 Besi Cor Nodular .......................................................................8

2.2.4 Besi Cor Malleable .....................................................................9

2.3 Pengaruh Kandungan Kimia Besi Cor ...........................................9

2.4 Struktur Mikro Besi Cor ...............................................................12

2.5 Uji Kekerasan .................................................................................13

2.6 Uji Impak ........................................................................................14

2.7 Uji Struktur Mikro ........................................................................14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Penelitian .................................................................16

3.2 Spectrometer (OES) ........................................................................17

3.3 Proses Pengecoran Penambahan Chromium ...............................19

3.4 Pengujian Yang Dilakukan ...........................................................20

3.4.1 Pengujian Kekerasan ............................................................20

3.4.2 Pengujian Impak ...................................................................21

3.4.3 Pengujian Struktur Mikro ...................................................22

BAB IV DESKRIPSI ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengujian Spectrometer ........................................................26

4.1.1 Pengujian Spectrometer Sebelum ditambahkan Chromium 25

4.1.2 Pengujian Spectrometer Setelah ditambahkan Chromium 25

xi
4.2 Hasil Pengujian Kekerasan ..........................................................27

4.2.1 Hasil Pengujian Kekerasan dengan menggunakan metoda


Brinell pada spesimen awal dan spesimen setelah ditambahkan
chromium .........................................................................................27

4.3 Hasil Pengujian Impak .................................................................29

4.3 Analisa Dari Hasil Pengujian .......................................................30

BAB V Penutup

5.1 Kesimpulan .....................................................................................32

5.2 Saran ...............................................................................................32

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Concrete Mixer Blade ..............................................................2

Gambar 2.1 Batching Plant Concrete Mixer Blade .....................................5

Gambar 2.2 Concrete Mixer Blade ..............................................................6

Gambar 2.3 Struktur Mikro Besi Cor Putih .................................................7

Gambar 2.4 Struktur Mikro Besi Cor Kelabu ..............................................8

Gambar 2.5 Struktur Mikro Besi Cor Nodular .............................................8

Gambar 2.6 Struktur Mikro Besi Cor Malleable..........................................9

Gambar 2.7 Struktur Mikro Karbida Chromium……………..…………..11

Gambar 2.8 Distribusi Grafit .....................................................................12

Gambar 3.1 Gambar Flowchart .................................................................16

Gambar 3.2 Gambar Pengujian Spectrometer ............................................18

Gambar 3.3 Gambar Proses Pengecoran ....................................................20

Gambar 3.4 Gambar Hasil Pengecoran ......................................................20

Gambar 3.5 Gambar Mesin Uji Keras Rockwell ........................................21

Gambar 3.6 Gambar Mesin Uji Impak .......................................................22

Gambar 3.7 Gambar Proses Pembingkaian pada Spesimen Uji Struktur


Mikro ..........................................................................................................23

Gambar 3.8 Gambar Mikroskop Optik ......................................................24

Gambar 4.1 Gambar Material Pengujian Kekerasan ..................................29

Gambar 4.2 Gambar Spesimen Pengujian Impak ......................................29

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Kimia dan Mechanical Properties White Cast Iron..............7

Tabel 3.1 Komposisi Kimia concrete mixer blade Sebelum ditambahkan


Chromium...............................................................................................................18

Tabel 3.2 Komposisi Kimia concrete mixer blade Sesudah ditambahkan

Chromium...............................................................................................................18

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Spectrometer Sebelum Ditambahkan Chromium .......26

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Spectrometer Setelah Ditambahkan Chromium ..........26

Tabel 4.3 Parameter Pengujian Kekerasan Berdasarkan ASTM E-18…………..27

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Kekerasan Sebelum ditambahkan Chromium .............28

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Kekerasan Setelah ditambahkan Chromium ...............28

Tabel 4.6 Parameter Pengujian Impak Berdasarkan ASTM E-23 .........................29

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Impak Sebelum Ditambahkan Chromium...................30

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Impak Setelah Ditambahkan Chromium .....................30

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Concrete mixer blade adalah alat pengaduk semen beton yang ada di dalam
Batching Plant. Bahan-bahan untuk membuat semen beton yang berupa agregat
seperti pasir, kerikil, dan air untuk menjadi semen beton. concrete mixer blade
digerakan oleh poros dan poros digerakan oleh motor listrik sehingga concrete
mixer blade ini berputar untuk mengaduk dari campuran agregat, maka dari itu
komponen ini memerlukan sifat yang tahan aus, keras, dan harga impak yang
tinggi karena didalam prinsip kerjanya akan bergesekan langsung dengan
agregat yang ada dan juga akan mendapatkan beban kejut dari campuran bahan
material. Conrete mixer blade merupakan salah satu komponen yang terbuat
dari White Cast Iron (Besi cor putih). Besi cor adalah logam paduan yang terdiri
dari unsur besi (Fe) dengan unsur karbon (C). Kadar karbon (C) pada besi cor
adalah diatas 2,1%. Karbon bebas dari besi cor sendiri berupa grafit yang
memiliki sifat getas. Namun tidak semua jenis besi cor memiliki grafit salah
satunya besi cor putih (White Cast Iron) dimana besi cor putih tidak memiliki
grafit dan sifatnya hampir sama dengan baja karbon tinggi. Besi cor putih
biasanya digunakan dalam aplikasi yang memerlukan kekerasan tinggi dan juga
tahan aus. Contoh dari aplikasinya sendiri adalah pada roda dalam alat
penggiling dan concrete mixer blade. (Mohammad Irvan Fauzi, 2020)
Concrete mixer blade sangatlah rentan kerusakannya karena pada kondisi
kerjanya selalu terjadi kontak langsung dengan agregat-agregat yang ada pada
proses pembuatan semen beton. Kerusakan ini diakibatkan oleh adanya
kegagalan logam pada proses pengadukan, ketika adanya tumpukan agregat
yang berlebih maka akan menyebabkan permukaan Blade akan aus dan
terdeformasi plastis. (Tabrizi, 2017)
Sehubungan dengan adanya kerusakan pada logam concrete mixer blade
maka perlu diadakannya penelitian pada blade terutama pada logam dasar
terhadap kandungan kimia yang ada pada concrete mixer blade tersebut. Dilihat

1
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
2

dari bentuk kerusakannya yaitu aus, maka penelitian ini di fokuskan pada
peningkatan kekerasan permukaan blade dengan metoda penambahan kadar
krom pada White Cast Iron dengan kandungan high chromium menjadi sebesar
16%. Dengan penambahan krom ini di harapkan akan terbentuk senyawa krom
dengan karbon yang memiliki kekerasan yang tinggi sehingga material pada
concrete mixer blade mempunyai sifat-sifat yang diinginkan yaitu ketahanan
aus yang tinggi,.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dapat di identifikasi permasalahannya


yaitu dengan menambahkan kandungan chromium menjadi sebesar 16% yang
nantinya akan meningkatkan nilai kekerasan dan ketangguhan pada Concrete
Mixer Blade.

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pengaruhnya penambahan unsur chromium terhadap sifat


material, meliputi:

1. Bahan penelitian concrete mixer blade yaitu white cast iron.


2. Pengaruh karakteristik sifat mekanik yaitu nilai kekerasan dan nilai
ketangguhan pada material concrete mixer blade.
1.4 Tujuan Penelitian

Meningkatkan karakteristik mekanik yaitu kekerasan dan ketangguhan pada


material white cast iron dengan menambahkan harga chromium menjadi sebesar
16% dan membandingkan dengan karakteristik mekanik material concrete
mixer blade awal dengan kandungan 2,5% Chromium.

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan laporan ini diawali dengan membahas latar belakang,


perumusan masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian dan sistematika
susunan laporan.

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL


3

Bab selanjutnya akan membahas tentang teori-teori yang berkaitan dengan


materi penelitian yaitu material teknik yang hanya dibahas secara umum dan
juga kaitannya dengan pengujian yang akan dilakukan.

Pada bab selanjutnya akan membahas tahapan proses penelitian yang akan
didasari oleh diagram alir penelitian, dari mulai studi literatur, pemililhan bahan
material yang akan digunakan, proses pengecoran, preparasi spesimen,
pengujian spesimen serta menganalisis hasil pengujian yang telah dilakukan.

Diakhir laporan akan dipaparkan kesimpulan dari hasil penelitian yang


sudah dilakukan dan membandingkan dengan komposisi material sebelum
penambahan komposisi kimia (16% Cr) serta memberikan saran atas
permasalahan yang terjadi pada proses penelitian yang telah dilakukan.

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Concrete Mixer Blade

Secara umum concrete mixer blade merupakan salah satu komponen untuk
mengaduk agregat seperti pasir, kerikil, dan air untuk membuat semen beton.
Concrete mixer blade harus mempunyai sifat material yang tahan aus, keras dan
mempunyai nilai impak yang tinggi karena didalam pengoperasiannya concrete
mixer blade akan bergesekan langsung dengan agregat-agregat yang ada serta
akan mendapatkan beban kejut yang diterima dari material-material pembuat
semen saat komponen ini berputar. Maka agar material yang baik untuk
digunakan dalam pembuatan blade-nya menggunakan white cast iron yang
memiliki sifat ketahanan aus dan juga keras. (Ferraris, 2001)

Sebuah concrete mixer blade menggunakan drum yang digerakan oleh


motor listrik lalu poros berputar sehingga concrete mixer blade bisa mencampur
agregat. Untuk volume yang lebih kecil biasanya menggunakan mixer beton
portable sehingga beton dapat dibuat di lokasi konstruksi. Blade pada concrete
mixer adalah sebuah komponen yang membantu agar campuran agregat beton
itu dapat berpadu dengan sempurna. (Valigi, 2016)

Gambar 2.1 Batching Plant Concrete mixer blade


(http://www.henandasionmechanicalinstallation.co.,LTD)

5 INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL


6

Gambar 2.2 Concrete Mixer Blade

2.2 Besi Cor

Besi cor adalah paduan antara unsur besi yang mengandung karbon (C),
silica (Si), mangan (Mg), phosphor (P), dan sulfur (S). Besi cor mempunyai
nilai kekerasan, ketahan aus dan ketahanan yang tinggi terhadap korosi. Karbon
pada besi cor biasanya mengandung antara 2% sampai 6.6%. Semakin tinggi
kadar karbon pada besi cor akan mengakibatkan getas. Selain itu, besi cor juga
bisa ditambahkan unsur-unsur lain untuk mendapatkan sifa-sifat tertentu dan
juga terdapat faktor-faktor penting lainnya yang dapat mempengaruhi sifat besi
cor antara lain proses pembekuan, laju pendinginan, dan perlakuan panas yang
dilakukan. Besi cor mempunyai keuntungan yaitu mampu tuang yang baik,
kemudahan proses produksi dan rendahnya temperature ruang, selain itu besi
cor juga mempunyai sifat yang dilakukan drawing atau diubah bentuknya pada
temperature kamar, akan tetapi besi cor memiliki titik lebur yang realtif rendah
yaitu 1150°C - 1200°C dan dapat dituang kedalam bentuk-bentuk yang sulit.

Besi cor dapat di klasifikasikan berdasarkan karakteristik struktur mikronya


mejadi:

2.2.1 Besi Cor Putih

Pada besi cor putih ini mempunyai patahan yang berwarna putih
karena mengandung sejumlah besar sementit dengan kandungan karbon
lebih dari 1,7% dan silikonnya sangat rendah sehingga solidifikasi besi
karbida terbentuk dari grafit. Karbon disini terikat sebagai karbida yang

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL


7

keras sehingga besi cor putih mengandung karbida yang sulit


dilakukannya proses pemesinan. Besi cor putih ini dibuat dengan
menuangkan besi cor kedalam cetakan logam atau pasir. Besi cor putih
merupakan paduan hypoeutektik dimana setelah penuangan dan
membeku, karbon akan bercampur dengan besi untuk membentuk
sementit. (Avner, 1974).

Besi cor putih banyak digunakan pada pembuatan material yang


tahan gesekan karena jumlah karbida yang besar. Untuk mengurangi sifat
rapuh dari besi cor dapat di anil sehingga sementit dapat terurai menjadi
besi dan grafit. (Davies, 1996)

Gambar 2.3 Struktur Mikro Besi Cor Putih (Wahyu Darmadi, 2015)

Tabel 2.1 Komposisi kimia dan mechanical properties


white cast iron (Avner, 1974)
Carbon (C) 1.8-3.6 %
Mangan (Mn) 0.25 – 0.8%
Phospor (P) 0.06-0.2 %
Sulfur (S) 0.06 – 0.2%
Hardness 375-600 HB
Density 8.03 (Kg/m3)
Tensile Strength 137.9- 482.6 mPa

2.2.2 Besi Cor Kelabu


Besi cor kelabu memiliki kandungan karbon antara 2,7% - 4% dan
memiliki kadar silikon 2% dan membentuk grafit dengan mudah
sehingga Fe3C tidak terbentuk. Besi cor kelabu memiliki keuletan yang

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL


8

sangat rendah sehingga ketika di uji tarik akan terbentuk bidang


perpatahan. Sama halnya dengan besi cor putih, grafit besi cor kelabu
terbentuk pada saat proses pembekuan. Besi cor kelabu mempunyai
sifat las yang buruk, ketahanan korosi yang rendah, namun demikian
besi cor kelabu ini memiliki sifat mampu mesin dan mampu cor yang
baik.

Gambar 2.4 Struktur Mikro Besi Cor Kelabu (Widodo R, 2010)


2.2.3 Besi Cor Nodular

Besi cor nodular dibuat dengan menambahkan sedikit unsur


magnesium dan serium yang akibatnya menyebabkan bentuk grafit besi
cor menjadi bulat atau speroid. Keunggulan besi cor ini bersifat keras
namun getas, tahan terhadap gesekan dan mampu tempa yang baik
karena mempunyai nilai keuletan yang baik.

Gambar 2.5 Struktur Mikro Besi Cor Nodular (Wahyu Darmadi, 2015)
2.2.4 Besi Cor Malleable
Besi cor ini dibuat dari besi cor putih dengan menerapkan metode
perlakuan panas atau biasa disebut dengan anil. Besi cor ini diberikan
perlakuan sampai 900°C, yang bertujuan fasa-fasa Fe3C akan

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL


9

terpisahkan dari karbida besi Fe3C yang akan menjadi besi dan grafit.
Besi cor jenis ini mempunyai mampu tempa dan mampu mesin yang
sangat baik sehingga banyak digunakan pada industri kereta api,
otomotif, sambungan pipa dan industri pertanian.

2.3 Pengaruh Kandungan Kimia Besi Cor


• Pengaruh Karbon (C)

Di dalam besi cor karbon bersenyawa dengan besi untuk membentuk


karbida besi atau dalam keadaan bebas sebagai grafit. Grafitisasi adalah
proses dimana karbon yang terikat dalam besi yang disebut sementit
berubah menjadi karbon bebas. Grafit akan mudah terjadi apabila kadar
karbon dalam besi cor lebih dari 2%. Untuk meningkatkan nilai karbon pada
besi cor dapat dilakukan dengan cara pack carburizing yaitu pemanasan besi
cor pada suhu tertentu dengan karbon sebagai zat penambahnya.

• Pengaruh Silikon (Si)

Karbon dan silikon mempunyai fungsi yang mirip, keduanya


mendorong pembentukan grafit sehingga kandungan kedua unsur
ditentukan berdasarkan harga tingkat kejenuhan karbon. Untuk
memunculkan grafit silikon harus ditambahkan sebesar 1,3% – 2,3%.
Silikon didalam besi cor akan membentuk di dalam ferrit.

• Pengaruh Tembaga (Cu)

Tembaga berfungsi sebagai penyeimbang grafit pada besi cor.


Tembaga memiliki sifa-sifat yang menguntungkan yakni sifat penghantar
yang baik dan mudah di bentuk (keuletan yang tinggi). Selain itu juga
tembaga memiliki sifat tahan terhadap korosi yang baik juga. Penambahan
tembaga dalam besi cor biasanya sekitar 0,3% - 1,5%.

• Pengaruh Fosfor (P)

Penambahan kandungan fosfor pada besi cor akan mengurangi


kelarutan karbon dan memperbanyak sementit pada kandunga karbon

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL


10

sehingga struktur menjadi keras. Fosfor pada besi cor akan membentuk
senyawa Fe3P dan biasanya diperlukan untuk pembuatan besi cor yang tipis.

• Pengaruh Mangan (Mg)

Pengaruh mangan dalam besi cor sangatlah penting karena mangan


berfungsi untuk menigngkatkan kekuatan, kekerasan, ketahanan aus dan
kekuatan pada proses pengerjaan dingin.

• Pengaruh Chromium (Cr)

Penambahan unsur chromium pada besi cor merupakan penstabil


karbida yang terbentuk, elemen ini meningkatkan kecenderungan dari coran
untuk membentuk karbida bebas. Penambahan unsur ini akan meningkatkan
stabilitas perlit dan akan meningkatkan kekuatan matriks sehingga sifatnya
keras dan juga tahan aus. Namun demikian unsur ini tidak selamanya
menguntungkan untuk besi karbon yang lebih rendah (dibawah 3%) karena
dapat memungkinkan untuk terjadinya keretakan karena kejutan termal dan
menurunkan kondutivitas termal. Krom memiliki kecenderungan yang
besar untuk membentuk karbida bebas, khususnya jika bersatu dengan
fosfida eutektik.

• Pengaruh Chromium Karbida

White cast iron merupakan jenis besi cor yang dimana karbon
berwujud sebagai karbida (Chromium Carbide). Bentuk patahan dari besi
cor putih dengan paduan chromium tinggi yaitu berwarna putih kristal, hal
ini terjadi karena perpatahan yang terjadi di sepanjang karbida. (Riansyah,
Wali. 2012)

Struktur as-cast pada besi cor yang dipadukan chromium tinggi


mengandung jumlah karbida yang banyak sehingga jenis besi cor ini sangat
keras dan sulit untuk dilakukan proses machining. Chromium di dalam besi
cor ini memiliki fungsi sebagai pembentuk karbida menjadi chromium
karbida. Chromium yang tinggi akan mempengaruhi austenite dan martensit
ketika bertransformasi menjadi chromium karbida. Sehingga semakin

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL


11

banyak kandungan chromium pada besi cor putih maka sifatnya akan
semakin keras. (Riansyah, Wali. 2012)

Gambar 2.7 Struktur Mikro Karbida Chromium (Sumirat, Uum. 2020)

• Pengaruh Nikel (Ni)

Unsur nikel adalah pembentuk grafit dan cenderung untuk menjaga


coran. Biasanya digunakan dalam jumlah berkisar 0,3% - 1,5% saja. Nikel
tidak membentuk karbida yang bebas sehingga efeknya terhadap ketahanan
aus tidak berbeda jauh dari efeknya dalam menekan pembentukan ferrit
bebas.

• Pengaruh Molybdenum (Mo)

Molybdenum adalah salahsatu penstabil karbida juga, elemen ini


juga akan membentuk karbida bebas dan juga meningkatkan kekuatan coran
3% - 4%. Dengan mengurangi kecenderungan pembentukan ferrit bebas,
memperhalus perlit, dan dengan pembentukan karbida bebas maka unsur ini
akan menunjukan efek paduan terhadap peningkatan kekuatan tarik.

2.4 Stuktur Mikro Besi Cor

Beberapa struktur dalam besi cor akan mempengaruhi sifat-sifat mekanik


dan sifat fisik dari besi tersebut. Berikut adalah beberapa struktur yang ada di
dalam besi cor :

• Grafit
Grafit merupakan suatu bentuk kristal karbon yang lunak dan rapuh.
Dalam struktur besi cor jumlahnya dapat mencapai 85% dari seluruh

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL


12

kandungan karbon sehingga grafit sangat memberikan pengaruh besar


terhadap sifat-sifat mekanik besi cor, karena adanya bentuk, ukuran,
distribusi. Grafit memiliki kekerasan sekitar 1HB.

Besi cor bergrafit bulat memiliki kekuatan yang lebih baik


dibandingkan dengan besi cor bergrafit pipih, hal ini disebabkan karena
serpih grafit akan mengalami pemusatan tegangan pada ujung-ujungnya
bila mendapatkan gaya akan bekerja tegak lurus arah serpih.

• Distribusi Grafit
Inokulasi ini bertujuan untuk mencegah terjadinya undercooling,
sehingga bentuk dan distribusi grafitnya sangatlah erat kaitannya dengan
proses peleburan.

Gambar 2.8 Distribusi Grafit (https://hapli.wordpress.com/forum-ferro/besi-cor/)

- Distribusi grafit A dimiliki oleh besi cor kelabu kelas tinggi dengan
matrik perlit.
- Distribusi grafit B kecenderungan terjadi pada coran tipis, untuk
kandungan karbon atau silikon relatif rendah. Besi cor yang
memerlukan kekuatan tarik 25- 30 kg/mm2 diperbolehkan memiliki
distribusi grafit B sebanyak 20-30%.
- Distribusi grafit C muncul pada sistem hypereutektik. Pada struktur
ini grafit yang panjang dan lebar numpuk dan dikelilingi oleh
serpihan grafit yang mengkristal di daerah eutektik. Struktur
demikian begitu lemah mengakibatkan hasil produksi menjadi
kurang kuat.

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL


13

- Distribusi grafit D terjadi karena potongan-potongan grafit eutektik


yang halus, yang mengkristal diantara dendrit-dendrit kristal mula
dari austenit karena pendinginan lanjut (undercooling) pada
pembekuan

2.5 Uji Kekerasan


Pengujian ini dilakukan bertujuan untuk mengevaluasi kekerasan suatu
material dengan cara melihat ketahanan suatu material terhadap deformasi
plastis, semakin tahan material terhadap deformasi plastis maka material
tersebut akan semakin keras. Ada beberapa macam metode penekanan uji keras,
diantaranya:
1. Metode Penekanan
a. Metode Brinell
Prinsip pengujian ini dengan cara menekan indentor bola baja yang
berdiameter 10mm ke permukaan benda kerja, permukaan benda kerja
(spesimen uji) harus rata dan bebas dari kotoran. Besarnya gaya
penekanan (P) harus lebih besar dari batas luluh dari benda kerja agar
terjadi deformasi plastis. Batas luluh adalah batas diantara defromasi
plastis dan deformasi elastis. Prinsip harga kekerasan menurut brinnell
: BHN = 𝑃𝐴 (kg/mm2). (Yusril Irwan, 2015)
b. Metode Rockwell
Pengujian rockwell memiliki dua beban :
1. Beban minor : harganya tetap 10kg, berfungsi untuk penekanan
awal, agar kotoran dan kerak atau logam - logam sisa pemotongan
tidak terhitung kedalam harga kekerasan.

2. Beban mayor : harganya berubah - ubah tergantung kepada skala


yang digunakan dan jenis indentor yang digunakan.
Prinsip pengujian :
- Tahap I : menerapkan beban minor 10 kg, dengan waktu penekanan
sekitar 10 detik (untuk aliran material) dial indicator diseting nol.

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL


14

- Tahap II : menerapkan beban mayor, yang bebannya tergantung


skala yang digunakan, penetrator menusuk benda kerja lebih dalam.

2.6 Uji Impak

Pada pengujian ini berutujuan untuk melihat ketahanan material terhadap


pembebanan yang secara tiba-tiba (impak) dan melilhat apakah material
tersebut ulet atau getas, hal ini dapat dilihat dari harga impak (HI) dimana untuk
material yang ulet maka harga impak pun akan tinggi dan untuk material yang
getas maka harga impaknya pun rendah. Ulet dan getas dapat dilihat dari bentuk
patahan hasil pengujian, yang ulet bentuk patahannya akan berserabut
sedangkan yang getas akan mengkilat. Selain itu pengujian impak ini bertujuan
untuk menentukan temperatur transisi dari material, temperatur transisi adalah
temperatur peralihan antara patah ulet dan patah getas. Adapun persamaan
𝐸
harga impak yaitu HI = 𝐴 .

2.7 Uji Struktur Mikro

Struktur ini tidak dapat dilihat hanya dengan mata saja tanpa alat bantu akan
tetapi dapat dilihat dengan menggunakan alat pengamat struktur mikro yaitu
mikroskop elektron, mikroskop field emission dan mikroskop sinar-X.

Dalam penelitian ini menggunakan mikroskop cahaya, adapun manfaat dari


pengamatan struktu mikro ini adalah:

1. Mempelajari hubungan antara sifat-sifat bahan dengan struktur dan cacat


pada bahan.
2. Memperkirakan sifat bahan jika hubungan tersebut sudah diketahui.

Gambar 2.12 Pemeriksaan benda uji dengan mikroskop metalurgi

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL


15

Ket: A. Contoh yang sedang diperiksa dengan mikroskop


B. Penampilan contoh melalui mikroskop

Persiapan yang harus dilakukan sebelum mengamati struktur mikro adalah


pemotongan spesimen dan pemolesan serta dilanjutakn pengetsaan. Setelah
dipilih bahan uji dan diratakan kedua permukaannya, kemudian dilanjutkan
dengan proses pengampelasan dengan nomor kekasarn yang berurutan, dari
yang paling kasar (nomor kecil) sampai yang halus (nomor besar). Pemolesan
dilakukan dengan autosol yaitu metal polish, hal ini bertujuan agar didapat
permukaan yang rata dan halus tanpa goresan sehingga terlihat mengkilap
seperti kaca. Langkah terakhir sebelum melihat struktur mikro adalah dengan
mencelupkan spesimen dalam larutan yang menyentuh spesimen harus
segar/baru, oleh karena itu perlu di gerak-gerakan. Kemudian spesimen dicuci,
dikeringkan dan dilihat dengan mikroskop logam. Pemeriksaan struktur mikro
memberikan informasi tentang bentuk struktu, ukuran dan banyaknya bagian
struktur yang berbeda.

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Studi Literatur

Spectrometer

• Proses Pengecoran
• Penambahan Cr

Uji Kekerasan Uji Impak Uji Struktur Mikro

Perbandingan dan Analisa


dan Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart

16
17

Berdasarkan flowchart diatas penelitian ini akan dimulai dengan melakukan:

1. Studi literatur, dimana didapat dari jurnal-jurnal penelitian yang terkait


dengan concrete mixer blade.
2. Pengujian spectrometer yang akan dilakukan di Balai Besar Bahan dan
Barang Teknik (B4T) Bandung, hal ini bertujuan untuk mengetahui bahan
dan komposisi kimia yang digunakan pada concrete mixer blade.
3. Menentukan pola dan cetakan pengecoran untuk membuat spesimen
pengujian material, dalam penelitian ini cetakan dibuat dengan media pasir.
4. Menyediakan scraf dengan cara meleburkan concrete mixer blade awal
menggunakan induction furnance.
5. Scraf sudah tersedia kemudian dilakukan proses pengecoran dengan
penambahan unsur chromium menjadi 16%.
6. Melakukan pemotongan spesimen yang mengacu pada standart sesuai
dengan proses pengujian yang akan dilakukan, yaitu berupa uji kekerasan.
7. Melakukan pengujian kekerasan dan membandingkan harga kekerasan awal
dengan harga kekerasan yang sudah dilakukan penambahan chromium
sebesar 16%.

3.2 Spectrometer (OES)


Alat Optical Emission Spectrometer (OES) merupakan alat yang dapat
digunakan untuk menentukan konsentrasi dan jenis unsur suatu material.
Analisis sampel pada OES didasarkan karena adanya pemecahan energi yang
direpresentasikan dalam bentuk panjang gelombang dan melibatkan transisi
elektron di dalam suatu atom (Twyman, 2005: 91).
Pengujian spectrometer atau uji komposisi berfungsi untuk mengetahui
komposisi yang terdapat pada material.

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL


18

Gambar 3.2 Pengujian Spectrometer

Dengan dilakukannya uji komposisi bahan concrete mixer blade maka


di dapat data untuk dijadikan sebagai acuan untuk proses pengecoran
spesimen. Untuk komposisi pembuatan spesimen dijabarkan pada tabel 3.1
:
Tabel 3.1 Komposisi Kimia concrete mixer blade Sebelum ditambahkan
Chromium
Unsur (%) C Cr Si S Mn P Ni

Spesimen 2,5 2,5 0,63 0,08 0,8 0,1 1,5

Setelah didapat hasil dari komposisi kimia dari concrete mixer blade
sebelum ditambahkan kandungan chromium, maka data ini bisa dijadikan
acuan untuk proses selanjutnya yaitu dengan menambahkan kandungan
chromium. Berikut tabel komposisi kimia yang akan dilakukan penambahan:

Tabel 3.2 Komposisi Kimia concrete mixer blade Sesudah ditambahkan


Chromium

Unsur (%) C Cr Si S Mn P Ni

Spesimen 2,5 16 0,75 0,13 0,56 0,018 0,05

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL


19

Material diatas (table 3.2) dengan kandungan karbon sebesar 2,5%


maka sudah memenuhi kriteria besi cor putih yang dilihat dengan
menggunakan literatur untuk persentase kandungan karbonnya yaitu 2% -
4%. Material ini juga termasuk pada standart kategori ASTM A532 class
II type B jika melihat pada tabel Chemical Requirements ASTM A532
Standart Specification for Abrassion-Ressistant Cast Iron.

Tabel 3.3 Komposisi kimia dan mechanical properties

white cast iron (Avner, 1974)

Carbon (C) 1.8-3.6 %


Mangan (Mn) 0.25 – 0.8%
Phospor (P) 0.06-0.2 %
Sulfur (S) 0.06 – 0.2%
Hardness 375-600 HB
Density 8.03 (Kg/m3)
Tensile Strength 137.9- 482.6 mPa

3.3 Proses Pengecoran Penambahan Chromium


Pengecoran adalah salah satu teknik pembuatan sebuah benda atau
produk dimana bahan dalam hal ini logam dicairkan terlebih dahulu di dalam
tungku peleburan kemudian dituangkan ke rongga cetakan yang sudah dibuat,
setelah dituangkan dan logam telah mendingin dan mengeras, hasil coran
dikeluarkan dari cetakannya dan dibersihkan. Kemudian dilalukan
pemeriksaan secara visual untuk melihat apakah ada kerusakan atau cacat hasil
pengecoran, kemudian pemeriksaan dimensi untuk menyesuaikan apakah hasil
coran sesuai dengan desain. Proses pembuatan spesimen dikhusukan untuk
beberapa pengujian yaitu kekerasan, impak dan analisa struktur mikro.
Pola yang digunakan untuk membuat spesimen adalah Y block dimana
pola ini tidak rumit dan menghemat waktu pembuatan.

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL


20

Gambar 3.3 Proses Pengecoran


Proses pengecoran logam cair dengan unsur-unsur yang sudah
dicampur dituangkan ke dalam cetakan yang sudah disiapkan.
Hasil pengecoran Y block dapat dilihat dari gambar 3.5.3

Gambar 3.4 Hasil Pengecoran


3.4 Pengujian Yang dilakukan
3.4.1 Pengujian Kekerasan
Secara umum kekerasan pada material menunjukan bahwa sebuah
material memiliki ketahanan terhadap deformasi plastis atau deformasi
yang permanen.

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL


21

Gambar 3.5 Mesin Uji Keras Rockwell (Yudi Nugraha, 2019)

Pada penelitian ini pengujian kekerasan dilakukan dengan


menggunakan alat uji kekerasan Rockwell hardnes tester dan
mengacu pada standart pengujian ASTM-E18. Berikut adalah
langkah-langkah pengujian kekerasan :
1) Siapkan spesimen concrete mixer blade yang sudah dipotong
sesuai dengan ukuran
2) Siapkan mesin Rockwell dan pastikan beban dan indentor
sesuai dengan yang akan digunakan
3) Letakkan spesimen di meja pengujian
4) Berikan beban minor terhadap spesimen. (perhatikan jarum
kecil pada dial indicator, pemberian beban minor dilakukan
hingga jarum menunjukan ke titik merah)
5) Setting nol dial indicator
6) Berikan beban mayor.
7) Catat nilai kekerasan yang ditunjukan oleh dial indicator
3.4.2 Pengujian Impak
Sebuah logam dapat mengalami perubahan dari sifat
awalnya ulet menjadi getas, peristiwa ini disebut dengan
penggetasan. Gejala ini dapat diamati dari bentuk patahan logamnya
dan juga bisa dilihat dari harga uji impak yang diperoleh.

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL


22

Gambar 3.6 Mesin Uji Impak (Andre Santoso, 2019)


Pada penelitian ini pengujian impak dilakukan dengan meyesuaikan
standar ASTM E-23 dengan metode charpy. Berikut adalah langkah-
langkah pengujian impak:

Langkah – langkah pengujian impak :


1. Set skala penujuk mesin uji impak pada angka nol.
2. Posisikan bandul pada penjepit bandul, ayunkan bandul
mesin tanpa ada spesimen, dan catat energi yang hilang akibat
gesekan.
Catatan : Lakukan langkah ini sebanyak 3 kali, kemudian rata - ratakan
nilai yang didapatkan.
3. Posisikan bandul hingga mencapai penjepit bandul.
4. Pasang pengaman bandul.
5. Pasang spesimen pada landasan spesimen.
6. Buka pengaman bandul.
7. Lepaskan penjepit bandul hingga bandul mematahkan spesimen,
lepaskan
kemudian tarik tuas rem sesegera mungkin.
8. Catat energi yang digunakan untuk mematahkan spesimen.
3.4.3 Pengujian Struktur Mikro
Pada penelitian ini pengujian struktur mikro dilakukan untuk
mengetahui struktur mikro dari besi cor putih yang dibuat,
kolerasinya dengan komposisi kimia dan hasil proses heat treatment

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL


23

yang dilakukan. Pengujian struktur mikro ini dilakukan


mengguanakn mikroskop optik dengan berbagai perbesaran.
Berikut adalah pembuatan spesimen pengujian struktur mikro
1) Pemotongan
Pemotongan spesimen dilakukan dengan proses permesinan.
2) Pembingkaian (Mounting)
Pembingkaian diperlukan untuk spesimen yang relatif kecil.
Material pembingkai antara lain :
- Resin dan hardener
- Bakelit
- Logam
- Fixtures

Gambar 3.7 Proses Pembingkaian menggunakan resin


pada spesimen Uji Strukur Mikro
3) Penggerindaan
Penggerindaan dilakukan untuk meratakan permukaan.
4) Pengampelasan
Pengampelasan dilakukan secara bertahap mulai dari ampelas
yang kasar sampai dengan amplas yang halus. Kertas ampelas
yang digunakan nomor 120, 150, 320, 400, 600, 800, 1200,
1500, 2000.
5) Pemolesan
Pemolesan dapat menggunakan berbagai cara yaitu dengan
serbuk alumina dan diamond paste
6) Pengetsaan

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL


24

Pengetsaan dilakukan untuk mereaksikan permukaan dengan


larutan kimia tertentu sehingga muncul struktur mikro yang dapat
diamati dengan menggunakan mikroskop. Untuk besi cor atau baja
menggunakan larutan kimia regeant nital

Gambar 3.8 Mikroskop Optik (Yudi Nugraha, 2019)


Setelah spesimen dibentuk kemudian diuji untuk dilihat struktur
mikro yang terdapat pada spesimen. Berikut adalah langkah-langkah
pengujian struktur mikro :
1) Mempersiapkan spesimen
2) Mempersiapkan mikroskop optik yang dilengkapi dengan
kamera besera roll film berwarna
3) Letakkan spesimen pada meja uji dan tegak lurus dengan lensa.
Lihat hasil gambar struktur spesimen uji pada monitor
4) Mengatur fokus sampai terlihat permukaan yang paling jelas,
kemudian potret dengan memfokuskan tepat pada spesimen uji
melalui olypus metallurgical microscope dan olympus
photomicrographic system
5) Setelah pemotretan selesai, film dicuci cetak dan dapat dilihat
hasil foto struktur mikro spesimen
Struktur mikro meliputi distribusi fasa-fasa. Distribusi
inklusi, segregasi, efek pengerjaan yang dialami material
(dekarburasi, pengerjaan panas, pengerjaan dingin), ukuran dan
bentuk butir. Analisa struktur mikro dilakukan untuk

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL


25

memperkirakan sifat-sifat material, analisa kegagalan, dan


memeriksa proses-proses yang dialami oleh material.

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL


BAB IV

HASIL DAN ANALISA


4.1 Hasil Pengujian Spectrometer

Pengujian spectrometer dilakukan untuk mengetahui komposisi yang


terdapat pada material Concrete Mixer Blade serta dijadikan acuan untuk
proses pengujian selanjutnya yaitu pengujian kekerasan. Adapun hasil dari
Concrete Mixer Blade yang belum di :

4.1.1 Hasil Pengujian Spectrometer Sebelum ditambahkan Chromium

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Komposisi Kimia concrete mixer blade Sebelum
ditambahkan Chromium
Unsur C Cr Si S Mn P Ni

Spesimen 2,5 2,5 0,63 0,08 0,8 0,1 1,5

4.1.2 Hasil Pengujian Spectrometer Setelah ditambahkan Chromium

Setelah didapat hasil dari komposisi kimia dari concrete mixer blade
sebelum ditambahkan kandungan chromium, maka data ini bisa dijadikan
acuan untuk proses selanjutnya yaitu dengan menambahkan kandungan
chromium hingga mencapai 16% Chromium. Berikut tabel hasil komposisi
kimia yang telah dilakukan penambahan:

26
27

Tabel 4.2 Komposisi kimia concrete mixer blade Setelah ditambahkan


Chromium

Unsur C Cr Si S Mn P Ni

Spesimen 2,5% 16% 0,75% 0,13% 0,56% 0,018% 0,05%

Setelah melakukan pengujian Spectrometer maka dapat diliihat pada


tabel 4.2 untuk komposisi Chromium sudah ada peningkatan menjadi 16% dari
Komposisi kimia awal pada tabel 4.1 yang hanya mengandung chromium
sebesar 2,5%. Selain persentase chromium, dapat juga dilihat ada perbedaan
nilai persentase di kandungan lainnya seperti Si, S, Mn, P dan Ni.

4.2 Hasil Pengujian Kekerasan


Pengujian kekerasan dilakukan untuk mengetahui berapa nilai
kekerasan pada spesimen white cast iron dengan chromium tinggi. Spesimen
yang digunakan mengikuti standar ASTM E-18, dimana spesifikasi yang
digunakan ditampilkan pada tabel 4.2.1
Tabel 4.3 Parameter Pengujian Kekerasan Berdasarkan ASTM E-18

Parameter Pengujian
Standar Pengujian ASTM E-18
Material Indentor Bola Baja
Beban (kg) 250
Diameter Indenter (mm) 5

4.2.1 Pengujian kekerasan dengan menggunakan metoda Brinell pada


spesimen awal dan spesimen setelah ditambahkan chromium
• Hasil Pengujian Kekerasan Awal (Sebelum ditambakan chromium)
28

Data hasil pengujian kekerasan pada spesimen sebelum ditambahkan


chromium dapat dilihat pada tabel 4.4:

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Kekerasan Sebelum ditambahkan Chromium

Material Sebelum Penambahan Chromium

Sampel Harga kekerasan Rata-rata (HB)

1 278,09
2 263,85 270,42

3 269,31

• Hasil Pengujian Kekerasan Setelah ditambahkan chromium

Data hasil pengujian kekerasan pada spesimen setelah ditambahkan


chromium dapat dilihat pada tabel 4.5:

Tabel 4.5 Harga Kekerasan Concrete Mixer Blade Setelah ditambahkan


Chromium
Material Setelah Penambahan Chromium

Sampel Harga kekerasan (HB) Rata-rata (HB)

1 437
2 431 438

3 446
29

Gambar 4.1 Material Pengujian Kekerasan

Dapat dilihat dari tabel 4.3 bahwa nilai kekerasan rata-rata yang didapat
pada material setelah ditambahkan chromium 16% yaitu 438 HB sedangkan
material sebelum ditambahkan chromium memiliki nilai kekerasan rata-rata
sebesar 270 HB. Kekerasan yang tinggi pada material dengan 16% Cr, Hal ini
dikarenakan banyaknya kandungan kromium yang akan membentuk senyawa
yaitu karbida kromium yang bersifat keras.

4.3 Hasil Pengujian Impak

Pengujian impak dilakukan untuk mengetahui nilai impak dan


menentukan sifat-sifat pada spesimen white cast iron dengan kandungan
chromium menjadi sebesar 16% yang nantinya akan dibandingkan dengan
material Concrete Mixer Blade awal dengan kandungan Chromium 2,5%.
Pengujian impak dilakukan dengan mengikuti standar ASTM E-23.
Tabel 4.6 Parameter Pengujian Impak

Parameter Pengujian
Standart Pengujian ASTM E-23
Sudut α [ ° ] 145
Panjang Pendulum [ m ] 0,6
Massa Pendulum [ kg ] 60

• Hasil Pengujian Impak Sebelum Ditambahkan Chromium


30

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Impak Sebelum ditambahkan Chromium

Spesimen Energi Impak ( J ) Luas Permukaan (mm²) Harga Impak


(J/mm²)
1 380 80 4,76

• Hasil Pengujian Impak Setelah Ditambahkan Chromium

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Impak Sesudah ditambahkan Chromium

Spesimen Energi Impak ( J ) Luas Permukaan (mm²) Harga Impak


(J/mm²)
1 289,6 80 3,61

Gambar 4.2 Spesimen Uji Impak

Dapat dilihat dari Tabel 4.8 hasil pengujian impak sesudah ditambahkan
chromium didapat hasil 3,61 J/mm², harga impak ini lebih rendah jika
dibandingkan dengan hasil pengujian sebelum ditambahkannya kandungan
Chromium yaitu 4,76 J/mm². Hal ini disebabkan oleh tingginya kadar
chromium yang ada pada material sehingga membuat material menjadi getas.

4.4 Analisa Dari Hasil Pengujian

Dilihat dari hasil pengujian-pengujian yang telah dilakukan


mendapatkan nilai kekerasan yang tidak tercapai dari target acuan yaitu sebesar
447 HB, sementara pada saat melakukan pengujian kekerasan didapatkan hasil
31

438 HB. Selain itu, setelah dilihat hasil dari pengujian impak mendapatkan nilai
yang sudah mencapai dari taget acuan yaitu sebesar 3,58 J/mm², dilihat pada
hasil pengujian yaitu sebesar 3,61 J/mm². Hal ini disebabkan karena adanya
karbida chromium terbentuk dari hasil penambahan 16%Cr.

Nilai kekerasan yang tidak tercapai menuju target acuan dan harga
impak yang perbedaannya sedikit dengan target acuan, ini disebabkan karena
material yang di uji tidak melewati tahap Heat Treatment yaitu quenching dan
tempering yang akan membuat nilai kekerasan dan harga impak naik dan
mencapai target acuan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di ambil dari hasil penelitian yang telah dilakukan
ini adalah sebagai berikut :

1. Hasil pengujian komposisi kimia menunjukan bahwa besi cor putih yang
dilakukan penambahan chromium mengandung 2,5% C, 16% Cr, 0,75%
Si, 0,13% S, 0,56% Mn, 0,018% P, 0,05% Ni. Sehingga material ini
termasuk dalam standart ASTM A532 class II type B.
2. Setelah melihat hasil dari pengujian kekerasan yang dilakukan maka
didapat nilai kekerasan pada material yang ditambahkan dengan
chromium menjadi sebesar 16% memiliki nilai yang tinggi yaitu sebesar
438 HB jika dibandingkan dengan nilai kekerasan yang didapat pada
material sebelum dilakukan penambahan kandungan chromium yaitu
sebesar 270 HB.
3. Dilihat dari nilai ketangguhan material setelah di uji impak, didapatkan
hasil pada material yang belum di tambahkan kandungan chromium
mendapatkan harga impak sebesar 4,76 J/mm², yang mana harga impak
ini lebih besar jika dibandingkan dengan material yang telah
ditambahkan chromium yaitu sebesar 3,61 J/mm². Hal ini disebabkan
oleh tingginya kandungan chromium sehingga mengakibatkan material
menjadi keras-getas.

5.2 Saran
Penulis mengharapkan adanya proses lebih lanjut seperti proses heat
treatment yaitu quenching dan tempering untuk meningkatkan kekerasan dan
ketangguhan dari blade dengan kandungan Cr16%.

32
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
DAFTAR PUSTAKA

1. ASM Handbook Comitee. 1991. ASM Metals Handbook Vol. 4 – Heat Treating.
2. Avner, Sidney, H., (1974), Introduction to physical metalurgi, 2nd Edition, Mc Graw-

HillPublishing Co. Ltd, Singapore.a.

3. Callister Jr., W. D. 2000. Fundamentals of Material Science and Engineering.


4. Darmadi, Wahyu. 2015. Pengaruh Media Pendinginan Terhadap Struktur Mikro dan
Kekerasan pada Besi Cor. Jurusan Teknik Mesin. Universitas Muhamadiyah Surakarta.
5. Irvan Fauzi, Mohammad. 2020. Pengembangan Material Grinding Ball Pada Ball Mill
Yang Terbuat Dari White Cast Iron Yang Diaplikasikan Pada Pabrik Semen. Institut
Teknologi Nasional Bandung.
6. Riansyah, Wali. 2012. Pengaruh Temperatur Destabilisasi 850°C, 950°C dan 1050°C
Dengan Perlakuan Sub Zero Terhadap Kekuatan Mekanik Besi Tuang Putih Untuk
Aplikasi Grinding Ball. Universitas Indonesia
7. Syauqi, Rizal. 2020. Pengembangan Material White Cast Iron untuk Prototype Liner Ball
Mill yang diaplikasikan pada Pabrik Semen. Institut Teknologi Nasional Bandung.
8. Valigi, Maria Cristina,et al, 2015. Wear resistance of blades in planetary concrete
mixers. Design of a new improved blade shape and 2D validation. University of Perugia,
Via G. Duranti, 1, 06125 Perugia, Italy
9. Widodo R. 2010. Pengaruh media pendinginan terhadap struktur mikro dan kekerasan
pada besi cor. Universitas Muhamadiyah, Surakarta

Anda mungkin juga menyukai