Anda di halaman 1dari 72

PENGUJIAN KETAHANAN ISOLASI PADA ISOLATOR

TEGANGAN TINGGI BAHAN KERAMIK DAN GELAS


MENGGUNAKAN TEGANGAN IMPULS

Ravento Viko Halomoan

5115122600

Skripsi ini Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2017
ABSTRAK

RAVENTO VIKO HALOMOAN, Pengujian Ketahanan Isolasi Pada Isolator


Tegangan Tinggi Bahan (Keramik) Dan Gelas Menggunakan Tegangan
Impuls (Studi Kasus di PT PLN (Persero) Puslitbang Duren Tiga). Skripsi.
Jakarta : Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta 2017. Dosen Pembimbing
Drs. Ir. Parjiman. M.T dan Prof. Dr. Suyitno. M.Pd.

Penelitian yang terdapat dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
ketahanan isolasi pada isolator yang digunakan pada saluran udara tegangan tinggi
yaitu, isolator berbahan keramik dan isolator berbahan gelas. Perbedaan ini diuji
dengan memberikan tegangan tertinggi yang diberikan oleh generator impuls pada
masing-masing bahan sampai isolator tersebut mengalami flashover (muncul
bunga api pada isolator).

Pengujian dilakukan dengan menggunakan 2 kali tembakan tegangan pengujian


ke-1 menggunakan tegangan standar sesuai SPLN 10-1A 1996 yang dikalikan
dengan faktor koreksi udara (Kt). Sedangkan, pada pengujian ke-2, tegangan
dinaikkan sampai isolator mengalami flashover. Berdasarkan hasil penelitian yang
sudah dilakukan, isolator bahan keramik tipe U 120 B mengalami flashover pada
tegangan 163,28 kV. Sedangkan isolator bahan gelas tipe U 120 B mengalami
flashover pada tegangan 125,45 kV. Untuk isolator bahan keramik tipe U 210 BP
mengalami flashover pada tegangan 192,49 kV. Sedangkan, untuk isolator
berbahan gelas tipe U 210 BP mengalami flashover pada tegangan 165,43 kV.

Kesimpulan yang didapatkan, isolator berbahan keramik dikatakan memiliki


ketahanan isolasi yang lebih baik dibandingkan dengan bahan gelas dimana
mampu tahan mencapai tegangan yang lebih besar (baik tipe U 120 B maupun U
210 BP).

Kata kunci : Isolator Keramik, Isolator Gelas, Ketahanan Isolasi, Tegangan


Impuls, Flashover

i
ABSTRACT

RAVENTO VIKO HALOMOAN, Insulation Resistance Testing on High


Voltage Isolator Ceramic And Glass Material Using Impulse Voltage (Case
Study at PT PLN (Persero) Puslitbang Duren Tiga). Essay. Jakarta: Faculty of
Engineering, Jakarta State University 2017. Supervisor Drs. Ir. Parjiman. M.T and
Prof. Dr. Suyitno. M.Pd.

The research contained in this thesis aims to determine the difference of insulation
resistance in the insulators used in high-voltage airways that is, isolators made
from ceramic and glass-made insulators. This difference is tested by providing the
highest voltage supplied by the impulse generator on each material until the
isolator experiences a flashover (sparks appear on the insulator).

The test is performed by using 2-shot test voltage voltage using standard voltage
according to SPLN 10-1A 1996 multiplied by air correction factor (Kt).
Meanwhile, in the 2nd test, the voltage is increased until the insulator has
flashover. Based on the results of research that has been done, insulators ceramics
type U 120 B experience flashover at a voltage of 163.28 kV. While the glass
material insulators type U 120 B flashover at a voltage of 125.45 kV. For U-210
type ceramic insulators BP experienced flashover at a voltage of 192.49 kV.
Meanwhile, for glass-type insulators of type U 210 BP experience flashover at a
voltage of 165.43 kV.

In conclusion, ceramic insulators are said to have better insulation resistance


compared to glass materials which are able to withstand greater stress (both U 120
B and U 210 BP).

Keywords: Ceramic Insulator, Glass Insulator, Isolation Resistance, Impulse


Voltage, Flashover

ii
LEMBAR PENGESAHAN

“PENGUJIAN KETAHANAN ISOLASI PADA ISOLATOR TEGANGAN


TINGGI BAHAN KERAMIK DAN GELAS MENGGUNAKAN
TEGANGAN IMPULS”
RAVENTO VIKO HALOMOAN / 5115122600

PANITIA UJIAN SKRIPSI

NAMA DOSEN TANDA TANGAN


TANGGAL

Massus Subekti, S.Pd, M.T 14 - 08 - 2017


(Ketua Penguji) …………………….

15 – 08 - 2017
Imam Arif Rahardjo, S.Pd, M.T
(Sekretaris) …………………….

16 – 08 - 2017
Aris Sunawar, S.Pd, M.T
(Dosen Ahli) …………………….

17 – 08 - 2017
Ir. Drs. Parjiman, M.T
(Dosen Pembimbing 1) …………………….

Prof.Dr.Suyitno, M.Pd 14 – 08 - 2017


(Dosen Pembimbing 2) …………………….

Tanggal Lulus : 09 Agustus 2017

iii
HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :


1. Karya tulis skripsi saya adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di Universitas Negeri
Jakarta maupun di perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya
sendiri dengan arahan dosen pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah
ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
pengarang dan dicantumkan daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila kemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan
gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya
sesuai dengan norma yang berlaku di Universitas Negeri Jakarta.

Jakarta, 18 Agustus 2017

Ravento Viko Halomoan


5115122600

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat

dan karunianya yang telah diberikan kepada saya, sehingga saya dapat

menyelesaikan Skripsi dengan judul: “PENGUJIAN KETAHANAN ISOLASI

PADA ISOLATOR TEGANGAN TINGGI BAHAN KERAMIK DAN

GELAS MENGGUNAKAN TEGANGAN IMPULS”.

Dalam merencanakan, menyusun dan menyelesaikan penulisan skripsi,

saya banyak menerima bantuan, bimbingan, dan motivasi serta dukungan dari

berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini kami bermaksud

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Massus Subekti S.Pd, M.T, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Teknik Elektro Universitas Negeri Jakarta.

2. Bapak Ir. Drs. Parjiman, M.T dan Prof. Dr. Suyitno,M.Pd, selaku Dosen

Pembimbing yang dengan sabar dan setia dalam memberikan bimbingan

dan mengarahkan selama penyusunan skripsi.

3. Bapak Dr. Daryanto, M.T, selaku pembimbing akademik yang telah

mengarahkan dalam proses akademik.

4. Mas Bobby Dermawan dan Bli Rama Rinaldi selaku Pegawai Lab

Peralatan Penelitian Sistem Transmisi dan Distribusi PT PLN (Persero)

Puslitbang

5. Papa, Mama, adek-adek dan saudara-saudara yang selalu menyemangati

dan mengingatkan saya dalam mengerjakan skripsi

6. Ibu Hani selaku bagian SDM PT PLN Puslitbang yang sudah memberikan

izin untuk pengambila data di tempat

iii
7. Bang Andri Sinaga, selaku pembimbing rohani di gereja yang selalu

menyemangati dalam mengerjakan skripsi

8. Saudara – saudara pelayanan terkasih di XOCC yang selalu mendukung

saya dalam doa

9. Rekan-rekan Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta, selaku teman Retro

12 dan PMK UNJ yang selalu memberikan motivasi kepada saya.

10. Serta semua pihak yang belum penulis sebutkan dalam membantu dalam

penyusunan skripsi

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan semua pihak yang

telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bermanfaat dan bersifat

membangun sehingga penulis dapat mengembangkan pengetahuan dan

memperbaiki kesalahan di kemudian hari.

Akhir kata penulis berharap agar penulisan dan penyusunan skripsi ini dapat

bermanfaan bagi para pembaca dan semua pihak yang terkait.

Jakarta, 18 Agustus 2017

Ravento Viko H.H


5115122600

iv
DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak ................................................................................................................i
Halaman Pengesahan ..........................................................................................ii
Halaman Pernyataan............................................................................................iii
Kata Pengantar ....................................................................................................iv
Daftar Isi..............................................................................................................v
Daftar Tabel ........................................................................................................x
Daftar Gambar .....................................................................................................xvi
Daftar Lampiran ..................................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
2.1. Identifikasi Masalah ..................................................................... 4
3.1. Pembatasan Masalah .................................................................... 4
4.1. Perumusan Masalah ..................................................................... 4
5.1. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
6.1. Kegunaan Penelitian .................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1. Landasan Teori ...................................................................... 6
2.1.1 Tegangan Tinggi ................................................................... 6
2.1.2 Pengujian Tegangan Tinggi .................................................. 8
2.1.3 Isolator Transmisi.................................................................. 10
2.1.4 Isolator Keramik.................................................................... 11
2.1.5 Isolator Gelas ........................................................................ 12
2.1.6 Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) .............................. 13
2.1.7 Pengujian Yang Bersifat Merusak ........................................ 14
2.1.8 Tegangan Impuls ................................................................... 15
2.1.9 Kegagalan Isolasi .................................................................. 18
2.1.10 Pengujian Tegangan Impuls Isolator ..................................... 19
2.1.11 Metode-Metode dalam Pengukuran Tegangan Impuls ................ 20
2.2. Penelitian Yang Relevan ....................................................... 22

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian ............................... 24
3.2 Populasi dan Sampel ......................................................... 24
3.2.1 Populasi ............................................................................. 24
3.2.2 Sampel ............................................................................... 24

v
3.3 Definisi Operasional ......................................................... 24
3.4 Metode dan Tahapan Penelitian ........................................ 25
3.4.1 Metode Penelitian .............................................................. 25
3.4.2 Tahapan Penelitian ............................................................ 25
3.5 Instrumen Penelitian .......................................................... 26
3.5.1 Alat dan Bahan .................................................................. 26
3.5.2 Rangkaian Generator Impuls ............................................. 30
3.5.3 Prosedur Pengujian ........................................................... 32
3.5.4 Lembar Pengujian.............................................................. 33
3.6 Teknik Pengumpulan Data ................................................ 34
3.7 Teknik Analisis Data ......................................................... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian.................................................................. 36
4.1.1 Spesifikasi Peralatan.......................................................... 36
4.1.2 Deskripsi Data ................................................................... 40
4.2. Pembahasan ....................................................................... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ........................................................................ 57
5.2 Saran .................................................................................. 57

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................58


LAMPIRAN ........................................................................................................60

vi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1.Tabel Standar Bentuk Tegangan Impuls...............................................16


Tabel 2.2. Tabel Standar Kondisi Bola Elektroda………………………………..21
Tabel 3.1. Tabel Perhitungan Faktor Koreksi Udara .............................................33
Tabel 3.2. Tabel Pengujian Ketahanan Impuls ......................................................33
Tabel 3.3 Tabel Perbandingan Pengujian Ketahanan Impuls Petir Tipe U 120 B……...34
Tabel 3.4. Tabel Perbandingan Pengujian Ketahanan Impuls Petir Tipe U 210 BP .......34
Tabel 4.1. Spesifikasi Isolator Keramik U 120 B ..................................................37
Tabel 4.2. Spesifikasi Isolator Keramik U 210 BP ................................................38
Tabel 4.3. Spesifikasi Isolator Gelas U 120 B .......................................................38
Tabel 4.4. Spesifikasi Isolator Gelas 210 BP .........................................................40
Tabel 4.5. Perhitungan Faktor Koreksi Udara Pengujian Isolator Keramik Tipe
U 120 B ..................................................................................................42
Tabel 4.6. Pengujian Ketahanan Impuls Petir Isolator Keramik Tipe U 120 B .....44
Tabel 4.7. Perhitungan Faktor Koreksi Udara Pengujian Isolator Keramik Tipe
U 210 BP ..............................................................................................46
Tabel 4.8. Pengujian Ketahanan Impuls Petir Isolator Keramik Tipe U 210 BP...47
Tabel 4.9. Perhitungan Faktor Koreksi Udara Pengujian Isolator Gelas Tipe
U 120 B ................................................................................................49
Tabel 4.10. Pengujian Ketahanan Impuls Petir Isolator Gelas Tipe U 210 BP .....50
Tabel 4.11. Perhitungan Faktor Koreksi Udara Pengujian Isolator Gelas Tipe U
210 BP ................................................................................................51
Tabel 4.12. Pengujian Ketahanan Impuls Petir Isolator Gelas Tipe U 210 BP .....53
Tabel 4.13 Tabel Perbandingan Pengujian Ketahanan Impuls Petir Isolator Tipe
U 120 B…............................................................................................55
Tabel 4.14 Tabel Perbandingan Pengujian Ketahanan Impuls Petir Isolator Tipe U
210 BP.................................................................................................56

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Isolator Pada Saluran Transmisi ......................................................10


Gambar 2.2. Isolator Keramik ..............................................................................11
Gambar 2.3. Isolator Gelas...................................................................................13
Gambar 2.4. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) ........................................14
Gambar 2.5. Gelombang Impuls Standar .............................................................16
Gambar 2.6. Gelombang Impuls Standar IEC .....................................................17
Gambar 2.7. Ilustrasi Kegagalan Isolasi ..............................................................19
Gambar 2.8. Sela Bola .........................................................................................21
Gambar 3.1. Generator Impuls .............................................................................26
Gambar 3.2. Capasitor Devider ............................................................................27
Gambar 3.3. Oscilloscope ....................................................................................27
Gambar 3.4. Isolator Keramik U 120 B ..............................................................29
Gambar 3.5. Isolator Keramik U 210 BP ............................................................29
Gambar 3.6. Isolator Gelas U 120 B ...................................................................30
Gambar 3.7. Isolator Gelas U 210 BP .................................................................30
Gambar 3.8. Resistor ...........................................................................................31
Gambar 3.9. Kapasitor ........................................................................................31
Gambar 3.10. Sela Bola ........................................................................................32
Gambar 4.1 Isolator Keramik U 120 B ................................................................37
Gambar 4.2. Isolator Gelas U 120 B .....................................................................38
Gambar 4.3. Isolator Keramik U 1210 BP ............................................................39
Gambar 4.4. Isolator Gelas U 210 BP ...................................................................39
Gambar 4.5. Gambar Gelombang Pengujian ke-1 Isolator Keramik Tipe
U 120 B……………………………………………………………43

Gambar 4.6. Gambar Gelombang Pengujian ke-2 Isolator Keramik Tipe


U 120 B……………………………………………………………43

Gambar 4.7. Gambar Gelombang Pengujian ke-1 Isolator Keramik Tipe


U 210 BP………………………………………………………….46

Gambar 4.8. Gambar Gelombang Pengujian ke-2 Isolator Keramik Tipe


U 210 BP…………………………………………………………47

Gambar 4.9. Gambar Gelombang Pengujian ke-1 Isolator Gelas Tipe


U 120 B……..................................................................................50

Gambar 4.10. Gambar Gelombang Pengujian ke-2 Isolator Gelas Tipe


U 120 B……................................................................................51

viii
Gambar 4.11. Gambar Gelombang Pengujian ke-1 Isolator Gelas Tipe
U 210 BP…....................................................................................54

Gambar 4.12. Gambar Gelombang Pengujian ke-2 Isolator Gelas Tipe


U 210 BP…....................................................................................54

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Spesifikasi nilai karakteristik dimensi, mekanis, dan listrik unit


isolator renteng jenis kap dan pin...................................................60
Lampiran 2. Prosedur uji listrik tegangan tinggi untuk Isolator……………….61
Lampiran 3. Prosedur uji listrik tegangan tinggi untuk Isolator (2)…………...62
Lampiran 4. Tabel Referensi silang……………………………………………63
Lampiran 5. Dokumentasi……………………………………………………..64
Lampiran 6. Tanda Pembaca Tekanan Udara…………………………………68
Lampiran 7. Lembar Pengesahan Data………………………………………..69
Lampiran 8. Blanko Pengujian………………………………………………...70
Lampiran 9. Gambar Gelombang……………………………………………...78

x
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini kehidupan manusia sangat bergantung kepada listrik. Baik skala

rumah tangga maupun skala industri dalam menunjang aktivitasnya tentu

memerlukan alat yang membutuhkan tenaga listrik untuk mengoperasikannya. Hal

yang perlu diketahui adalah bagaimana suatu konsumen (rumah tangga maupun

industri) dapat menikmati listrik. Dalam dunia kelistrikan dikenal suatu sistem

yang sangat penting dalam perputaran tenaga listrik dari pembangkit hingga ke

konsumen yang disebut sistem tenaga listrik. Bagian sistem yang cukup vital

dalam penyaluran tenaga listrik yaitu adalah sistem transmisi dan distribusi.

Saluran transmisi dan distribusi berfungsi sebagai penyalur tenaga listrik

dari pusat pembangkit menuju konsumen pengguna listrik. Salah satu yang

menjadi perhatian utama dalam penyaluran tenaga listrik adalah efisiensi pada

sistem transmisi dan distribusi. Dalam penyaluran tenaga listrik, semakin tinggi

tegangan yang digunakan maka rugi-rugi yang terjadi pada kawat penghantar akan

semakin kecil. Namun demikian, penggunaan tegangan tinggi ini menimbulkan

permasalahan dalam hal isolasinya.

Isolasi adalah suatu bahan listrik dalam tegangan tinggi yang berfungsi

mengisolasi konduktor bertegangan satu sama lain terhadap bumi. Selain itu

material isolasi harus memiliki kekuatan mekanis dan tahan terhadap tekanan

termal dan kimia. Ada beberapa persyaratan untuk karakteristik listrik dari

material isolasi yaitu, memiliki kekuatan elektrik yang tinggi, untuk mendapatkan

ukuran yang kecil dan biaya yang rendah dengan volume material sesedikit

1
mungkin kemudian memiliki dielektrik losses yang rendah, untuk mencegah

terjadinya pemanasan lebih pada material isolasi. Selain itu, isolasi juga harus

memiliki kekuatan tracking yang tinggi selama terjadinya tekanan pada

permukaan material, untuk mencegah terjadinya tracking atau erosi. Peralatan

listrik seringkali mengalami kenaikan temperatur pada operasi normal

sebagaimana pada kondisi gangguan. Spesifikasi dari sifat termal seperti kekuatan

bertahan terhadap panas yang tinggi, kekuatan yang baik terhadap panas,

konduktivitas termal yang tinggi, koefisien ekspansi termal yang rendah, dan

kekuatan bertahan terhadap busur api yang tinggi.

Isolator merupakan salah satu jenis bahan listrik yang banyak digunakan

pada sistem tenaga listrik, terutama pada sistem transmisi dan distribusi. Isolator

pada sistem tersebut berfungsi untuk mengisolasi (konduktor) pada tiang

transmisi. Suatu isolator yang akan digunakan tentunya harus melewati tahap

pengujian yang biasanya dilakukan di lembaga pengujian yang sudah berstandar.

Salah satu syarat isolator yang layak digunakan pada saluran udara adalah

memiliki kekuatan dielektrikal yang tinggi. Syarat ini dimaksudkan agar isolator

dapat tahan tanpa terjadinya kegagalan. Kegagalan yang dimaksud adalah berupa

kegagalan isolasi yang biasanya adalah kegagalan tembus (puncture) dan

kegagalan permukaan berupa flashover.

Kejadian flashover dapat menyebabkan tegangan menjadi drop dan juga

dapat menimbulkan bahaya bagi orang-orang di sekitar menara transmisi.

Penyebab terjadinya flashover adalah tegangan lebih impuls yang disebabkan oleh

sambaran petir. Tegangan lebih ini mempunyai bentuk gelombang aperiodic yang

diredam (damped aperiodic) seperti pada waktu pelepasan muatan sebuah

2
kapasitor melalui sebuah tahanan yang induktif. Biasanya, jenis bahan isolasi pada

isolator cukup mempengaruhi kekuatan tahanan terhadap tegangan impuls. Bahan

isolasi yang sering digunakan pada isolator adalah gelas, mika, keramik, karet,

minyak trafo, dan pernis. Bahan-bahan ini pun hendak dipertimbangkan tempat

penggunaannya, terutama di daerah-daerah yang lembap karena akan

mempengaruhi resistivitas. Resistivitas atau resistansi tinggi harus dimiliki

isolator agar dapat terhindar apabila terjadi kebocoran arus dan harus memiliki

ketebalan yang secukupnya (disesuaikan standar) untuk mencegah terjadinya

breakdown pada tekanan listrik bertegangan tinggi sebagai bentuk pertahanan

fungsi isolasi tersebut. Menurut beberapa artikel yang sudah dipublikasikan,

bahan isolator yang paling banyak digunakan untuk Saluran Udara Tegangan

Tinggi (SUTT) adalah keramik yang dilapisi glazur dan gelas. Hal ini

dikarenakan, kedua bahan tersebut memiliki kekuatan mekanis yang lebih tinggi

dibandingkan bahan-bahan lainnya.

Warna isolator pada umumnya coklat untuk bahan keramik dan hijau-

bening untuk bahan gelas. Baik bahan keramik maupun bahan gelas mempunyai

sifat ketahanan isolasi yang berbeda.

Oleh karena itu, peneliti melakukan pengamatan tentang perbedaan

ketahanan isolasi isolator bahan porselen dan bahan gelas. Setelah itu, peneliti

akan menganalisis perbedaan kekuatan ketahanan antara isolasi keramik dan gelas

melalui pengujian tegangan impuls terhadap isolator.

3
1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat

dijabarkan beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan, yaitu:

1. Berapakah nilai Tegangan Impuls Petir yang menyebabkan flashover terhadap

isolator keramik?

2. Berapakah nilai Tegangan Impuls Petir yang menyebabkan flashover terhadap

isolator gelas?

3. Adakah perbedaan nilai tegangan pengaruh flashover antara isolator keramik

dan isolator gelas terhadap Tegangan Impuls Petir?

1.3 Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih fokus dan tidak meluas dari pembahasan yang

dimaksud, maka peneliti membatasinya pada masalah penelitian perbedaan

ketahanan isolasi antara bahan keramik dan gelas terhadap tegangan impuls petir,

adapun :

- Isolator Tegangan Tinggi bahan keramik dan gelas dengan beban gagal 120

kN (U 120 B) dan 210 kN (U 210 BP)

- Tegangan impuls petir standar menyesuaikan masing-masing tipe isolator

sebesar 110 kV dan 140 kV.

- Nilai tegangan impuls untuk pengujian maksimal 750 kV

1.4 Perumusan Masalah

Dari masalah yang telah diidentifikasi sebelumnya, maka perumusan

masalah penelitian ini adalah : Apakah ada perbedaan ketahanan isolasi isolator

bahan keramik dan isolator gelas terhadap tegangan impuls ?

4
1.5 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui perbedaan ketahanan isolasi isolator bahan keramik dan gelas saat

diberikan tegangan impuls petir .

2. Mengetahui nilai tegangan yang menyebabkan kegagalan pada masing-masing

isolasi pada bahan isolator.

1.6 Kegunaan Penelitian

1. Bila dilihat dari sudut pandang keilmuan, penelitian ini bermanfaat sebagai

bahan ajar di perguruan tinggi, khususnya untuk mata kuliah yang berhubungan

dengan Gejala Medan Tinggi dan Tegangan Tinggi.

2. Bagi pekerjaan saluran transmisi dan distribusi, agar dapat menjadi

pertimbangan penggunaan isolator yang disesuaikan dengan kondisi cuaca

(khususnya daerah yang sering dilanda hujan disertai petir)

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Tegangan Tinggi

Dalam dunia teknik yang digolongkan tegangan tinggi adalah

mulai dari tegangan 0,6 kV (600 Volt) sampai dengan tegangan yang

mempunyai nilai ribuan Volt (Abduh, 2001;2). Untuk jenis tegangan

tinggi ini, masing-masing negara mempunyai batas pembagian aspek yang

berbeda. Misalnya, di dunia barat tegangan tinggi ini dibagi menjadi

beberapa bagian :

1. Tegangan Tinggi (High Voltage)

2. Tegangan Tinggi Menengah (Medium High Voltage)

3. Tegangan Ekstra Tinggi (Extra High Voltage)

4. Tegangan Ultra Tinggi (Ultra High Voltage)

Batas -batas penjelasan tegangan tinggi ini tidak sama, tergantung

pada kemajuan suatu negara (Abduh, 2001;2). Misalkan, yang dinamakan

tegangan tinggi Eropa dimulai dari tegangan 0,6 kV/1,0 kV sampai dengan

2,4 kV. Untuk tegangan menengah dari 3 kV sampai dengan 30 kV. Untuk

tegangan yang lebih tinggi dari 60 kV s/d 100 kV dinamakan Tegangan

Ekstra Tinggi (E.H.V) dan untuk tegangan 240 kV s/d 1000 kV dinamakan

Tegangan Ultra Tinggi (U.H.V).

Untuk menentukan pemakaian tegangan E.H.V dan U.H.V selalu

dipertimbangkan keperluannya, kondisi ekonomi, dan juga faktor-faktor

6
teknis seperti pelaksanaan, pemeliharaan, faktor sosial budaya, dan

gangguan yang akan terjadi. Dalam penyaluran energi, tegangan tinggi

yang biasanya dipakai adalah tegangan tinggi AC (tegangan tinggi bolak-

balik). Akan tetapi, dengan adanya kemajuan teknologi maka tegangan

tinggi DC (arus searah) sekarang mendapatkan perhatian yang lebih, sebab

mempunyai banyak keuntungan bila dibandingkan dengan sistem yang

menggunakan tegangan AC. Disamping tegangan tinggi yang bersifat

kontinyu, ada juga tegangan tinggi yang sifatnya periodik/aperiodic

(Abduh, 2001;9). Pada umumnya tegangan tinggi ini disebabkan oleh

suatu gangguan. Misalnya gangguan petir pada kawat transmisi,

gelombang aperiodic yang disebabkan oleh surja hubung (switching

surge), akibat hubung singkat, hubung tanah dan lain-lain. Oleh karena itu,

tegangan tinggi dapat digolongkan menjadi :

1. Tegangan Tinggi Normal


2. Tegangan Tinggi Lebih

Bila digolongkan menurut bentuknya maka tegangan tinggi dibagi menjadi:

1. Tegangan Tinggi Periodik


2. Tegangan Tinggi Aperiodik

Bila digolongkan menurut sebab kejadiannya :

1. Tegangan tinggi dari luar sistem (alamiah)


2. Tegangan tinggi dari dalam sistem (buatan)

Tegangan tinggi yang normal adalah tegangan tinggi yang dapat

ditahan oleh sistem untuk waktu yang tak terhingga. Di sisi lain tegangan

7
tinggi yang tidak normal umumnya menyebabkan tegangan lebih (over

voltage) hanya dapat ditahan untuk waktu tertentu.

PT Perusahaan Listrik Negara (PERSERO) atau PLN sebagai

perusahaan listrik di Indonesia mengeluarkan Standar Perusahaan Listrik

Negara (SPLN) no 1 pada tahun 1995. Pada SPLN 1:1995 tersebut

tercantum keterangan bahwa standar PLN tersebut merujuk kepada

publikasi IEC 33 (tahun 1983) dengan modifikasi sesuai pengalaman dan

kebutuhan dari PLN. Di dalamnya terdapat definisi dari penyebutan

klasifikasi tegangan listrik :

 Tegangan Rendah : Tegangan sistem antara 100 V s/d 1 kV

 Tegangan Menengah : Tegangan sistem di atas 1 kV s/d 35 kV

 Tegangan Tinggi : Tegangan sistem di atas 35 kV s/d 245 kV

 Tegangan Ekstra Tinggi : Tegangan sistem di atas 245 kV

2.1.2 Pengujian Tegangan Tinggi

Pada umumnya kegagalan dari alat-alat listrik yang sedang dalam

operasi disebabkan karena tegangan pada isolasinya dalam menjalankan

fungsinya sebagai isolator tegangan tinggi. Kegagalan isolasi (isolation

failure) ini dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain :

1. Isolasi sudah lama dipakai (mendekati kelapukan).

2. Kerusakan karena faktor mekanis, terbentur waktu transportasi atau

waktu diperbaiki.

3. Berkurangnya kekuatan dielektrik karena isolasi tersebut dikenakan

tegangan lebih, dalam waktu yang lama.

8
Oleh karena itu, pengujian dengan tegangan tinggi dimaksudkan untuk :

1. Mencari jenis bahan yang kualitasnya tidak baik atau ada kesalahan

pada waktu pembuatannya.

2. Dapat dipakai sebagai jaminan bahwa alat-alat yang dihasilkan dapat

dipakai dalam waktu yang lama bilamana tidak terjadi tegangan lebih

yang berkelanjutan.

3. Memberikan jaminan bahwa isolasi alat listrik ini tahan terhadap

tegangan lebih untuk waktu yang terbatas.

Selain hal-hal diatas ,pengujian tegangan tinggi juga bertujuan

untuk meneliti sifat-sifat listrik dielektrik menyangkut kualitas sistem

isolasi peralatan tenaga, yaitu memeriksa kualitas peralatan sebelum

terpasang ataupun setelah operasi, untuk menghindarkan kerugian bagi

pemakai peralatan dan mengurangi kerugian semasa pemeliharaannya.

Kualitas isolasi berperan pentung dalam menentukan mutu suatu peralatan

listrik, terutama dalam bidang penyaluran transmisi dan distribusi tenaga.

Di antara peralatan tenaga tersebut adalah kabel dan panel switchgear.

Kabel merupakan materi inti dalam transmisi dan distribusi. Sedangkan

switchgear memainkan peranan penting pada gardu-gardu induk sebagai

media gabungan penyalur daya sekaligus pengaman sistem tenaga. Karena

itu, dibutuhkan kualitas sistem isolasi yang baik pada kedua peralatan

tenaga tersebut untuk mendukung stabilitas sistem. Maka dibutuhkan

pengujian-pengujian tegangan tinggi yang dapat menentukan kualitas

sistem isolasi peralatan-peralatan tenaga listrik, sehingga dapat diperoleh

9
rancangan yang memiliki ketahanan tinggi, yaitu dengan pengujian

tegangan tinggi impuls maupun pengujian tan δ.

2.1.3 Isolator Transmisi

Isolator mempunyai peranan penting untuk mencegah terjadinya

aliran arus dari konduktor phasa ke bumi melalui menara pendukung.

Dengan demikian, isolator merupakan bagian penting dalam sistem

transmisi energi listrik.

Gambar 2.1. Isolator Pada Saluran Transmisi


Sumber : ilmulistrik.com

Beberapa persyaratan penting yang harus dimiliki suatu isolator adalah:

- Isolator harus mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi.

- Memiliki kekuatan dielektrik yang tinggi.

- Mempunyai nilai resistivitas yang tinggi untuk memperkecil arus

bocor yang terjadi.

- Tidak mudah keropos dan tahan terhadap masuknya gas-gas

ataupun cairan-cairan ke dalam bahan isolator.

10
- Tidak dipengaruhi oleh perubahan suhu.

2.1.4 Isolator Keramik

Keramik berasal dari tanah liat yang mengandung aluminium

silikat, kemudian aluminium silikat ini direaksikan dengan plastik kaolin,

felspar, kwarsa dan campuran ini dipanaskan pada tempat pembakaran

dengan suhu yang diatur. Komposisi bahan bakunya adalah: 50% tanah

liat, 25% felspar, 25% kwarsa. Isolator yang dihasilkan harus keras,

permukaannya halus/licin dan bebas dari sifat perembesan.

Kehalusan bahan pada permukaan akan membebaskan isolator dari jejak

air. Sifat menyerap pada bahan isolator akan menurunkan kekuatan

dielektrik, dan adanya kotoran ataupun gelembung udara di dalam bahan

isolator juga akan mengakibatkan penurunan kekuatan dielektrik.

Gambar 2.2. Isolator Keramik


Sumber : ilmulistrik.com

Jika bahan isolasi diproduksi pada suhu yang rendah maka sifat

mekaniknya akan menjadi lebih baik, tetapi bahan tersebut bersifat

menyerap air dan ketika bahan tersebut digunakan, kondisinya mungkin

11
akan memburuk. Sebaliknya jika bahan isolasi diproduksi pada suhu yang

lebih tinggi, sifat menyerapnya akan berkurang, tetapi bahan isolasi

tersebut menjadi rapuh. Jadi di dalam membuat isolator perlu dirancang

sedemikian rupa antara kekuatan dielektrik, sifat rembesan terhadap

air dan suhu tempat pengeringannya. Secara mekanis isolator

keramik memiliki kekuatan dielektrik ± 60.000 V/cm, tekanan dan kuat

regangannya adalah 70.000 kg/cm2 dan 500 kg/cm2.

2.1.5 Isolator Gelas

Sering kali gelas digunakan sebagai bahan isolasi. Gelas

diproduksi dengan proses penguatan yaitu dipanaskan dulu lalu

didinginkan. Isolator yang terbuat dari bahan gelas ini memiliki beberapa

keuntungan sebagai berikut :

- Kekuatan dielektriknya tinggi kira-kira 140 kV/cm

- Dengan pemanasan yang tepat akan diperoleh resistivitas yang tinggi.

- Koefisien muai panasnya rendah.

- Karena kekuatan dielektriknya tinggi, maka isolator gelas memiliki

bentuk yang lebih sederhana dan bahkan dapat digunakan satu lapis

sebagai bahan isolator.

- Bersifat transparan (lebih jelas dibandingkan porselen), sehingga

sedikit cacat, ketakmurnian gelembung udara, retak-retak, kotoran-

kotoran yang lain dapat dideteksi dengan mudah dan bersifat homogen.

- Daya rentanganya lebih besar dari keramik.

- Lebih murah dari pada keramik

- Kelemahan dari isolator gelas antara lain :

12
- Uap-uap air mudah mengembun di sepanjang permukaan isolator,

sehingga hal ini dapat menyebabkan penumpukan kotoran-

kotoran pada permukaan isolator dan mempercepat terjadinya arus

bocor.

Gambar 2.3. Isolator Gelas


Sumber : ilmulistrik.com

Pada tegangan yang lebih tinggi, gelas tidak dapat dituang

(casting) dalam bentuk atau model yang tidak beraturan, karena pendingin

yang tidak teratur akan menyebabkan terjadinya kegentingan-kegentingan

didalam isolator dan keadaan ini dapat mempercepat terjadinya arus bocor.

2.1.6 Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)

Pada saluran transmisi ini memiliki tegangan operasi antara 30 kV

sampai 150 kV. Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau double

sirkuit, dimana1 sirkuit terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat.

Biasanya hanya 3 kawat dan penghantar netralnya diganti oleh tanah

sebagai saluran kembali. Apabila kapasitas daya yang disalurkan besar,

maka penghantar pada masing-masing phasa terdiri dari dua atau empat

13
kawat (Double atau Quadrapole) dan Berkas konduktor disebut Bundle

Conductor.

Gambar 2.4. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)


Sumber : zabumantoro.1.blogspot.com

Bagian-bagian penyusun saluran udara tegangan tinggi terdiri dari :

tiang/tower, kawat penghantar, klem penegang, klem penyangga, klem

jembatan, isolator, sambungan dan pelindung kawat, peredam, kawat

tanah, dan jaringan pengaman.

2.1.7 Pengujian Yang Bersifat Merusak

Pengujian tahap merusak dalam tegangan tinggi pada bahan isolasi dibagi

Menjadi beberapa tahap :

Tahap 1 : Pengujian Ketahanan (Withstand Test)

Metode : Tegangan tertentu diterapkan untuk waktu tertentu misalnya

dalam 1 menit. Bila tidak terjadi loncatan api, maka alat itu

dianggap lulus ujian.

Tahap 2 : Pengujian Pelepasan Muatan (Discharge Test)

14
Metode : Bilamana tegangan dinaikkan maka terjadi pelepasan muatan

benda yang diuji (tegangan ini biasanya lebih tinggi dari

tegangan ketahanan). Pengujian dapat dilakukan dalam keadaan

kering ataupun keadaan basah (seperti keadaan pada waktu ia

dalam operasi).

Tahap 3 : Pengujian Kegagalan

Metode : Tegangan dinaikkan lagi sampai terjadi breakdown di dalam

benda yang diuji

2.1.8 Tegangan Impuls

Tegangan impuls adalah tegangan yang gelombanganya berbentuk

mirip gelombang surja petir atau surya hubung yang biasanya digunakan

untuk proses pengujian arrester (Jurnal UGM, Juli 2014; 77-78) Jenis-jenis

gelombang impuls dibedakan berdasarkan karakteristiknya antara lain nilai

puncak, waktu muka gelombang (risetime), dan waktu ekor gelombang.

Bentuk dan waktu gelombang impuls dapat diatur dengan mengubah nilai

komponen rangkain generator impuls. Standar bentuk gelombang impuls

petir yang dipakai oleh beberapa Negara berbeda-beda. Berikut adalah

standar bentuk tegangan impuls petir.

Nilai puncak pada gelombang impuls berada pada titik 1,0 atau 100

% nya (Vs). Titik muka gelombang (Tf) merupakan perpotongan pada

sumbu waktu yaitu ketika nilai tegangan atau arus bernilai 0 (V0) dengan

garis yang menghubungkan titik ketika tegangan atau arus bernilai 10%

(0,1) dan 90% (0,9) pada muka kurva. Selanjutnya untuk mendapatkan

ekor gelombang (Tt) diambil dari titik awal muka gelombang (Tf) sampai

15
dengan titik perpotongan antara tegangan atau arus ketika 50% (0,5)

dengan sumbu T.

Tabel 2.1. Standar Bentuk Tegangan Impuls Petir


Sumber : IK PLN

Standar Tf x Tt

Jepang 1 x 40 µs

Jerman dan Inggris 1 x 50 µs

Amerika 1,5 x 40 µs

IEC 1,2 x 50 µs

Gelombang penuh adalah gelombang yang tidak terputus oleh

lompatan api atau tembusan sehingga memiliki waktu muka gelombang

(Tf) dan waktu sampai setengah puncak (Tt). Gelombang ini dinyatakan

dengan sandi : ±(Tf x Tt) µs, dengan polaritasnya sekaligus. Bentuk

gelombang standar menurut IEC adalah ±(1,2 x 50)µs.

Gambar 2.5. Gelombang Impuls Standar


Sumber : IK PLN

Karakteristik Gelombang Impuls adalah :

1. Puncak Gelombang (Crest), yaitu amplitude maksimum dari gelombang

16
2. Muka gelombang, t1 (mikrodetik), yaitu waktu dari permulaan sampai

puncak. Nilai standar 1,2 µs ± 20 %

3. Ekor gelombang, yaitu bagian di belakang puncak. Panjang

Gelombang, t2 (mikrodetik), yaitu waktu dari permulaan sampai titik

50%E pada ekor gelombang. Nilai standar 50 µs ± 30 %

4. Polaritas, yaitu polaritas dari gelombang, positif atau negatif.

Gambar 2.6. Gelombang Impuls Standar IEC

Pengukuran gelombang impuls dapat dilakukan dengan berbagai

cara. Salah satunya dengan menggunakan CRO (Cathode Ray

Oscillograph). Dengan menggunakan CRO dapat diamati antara lain

tegangan puncak, bentuk gelombang, dan ketidaknormalan bentuk impuls

(menggambarkan kerusakan alat yang diuji). CRO hanya dapat digunakan

untuk mengukur tegangan tinggi dan diperlukan pembagi tegangan

menggunakan resistor dan kapasitor.

17
2.1.9 Kegagalan Isolasi

Kegagalan isolasi adalah kondisi dimana suatu isolator tidak dapat

berfungsi sebagai isolasi karena tidak mampu menanggung tegangan yang

ditahannya. Flashover yang terjadi pada permukaan isolator disebabkan

oleh tegangan tegangan yang harus ditahan oleh permukaan isolator yang

melebihi kemampuannya. Kemampuan sebuah isolator tegangan

ditentukan oleh antara lain besarnya resistansi permukaan bahan, jenis

bahan, kontaminasi pada permukaan isolator, kelembaban udara, suhu

udara, dan tekanan udara.

Mekanisme terjadinya flashover adalah pertama tegangan yang

diberikan pada isolator menekan udara sekitar dengan medan listrik

sehingga menimbulkan proses ionisasi yang memunculkan ion-ion negatif

di udara di sekitar isolator. Jika pada isolasi padat ada medan listrik E,

maka elektron akan mengalami tekanan listrik (electric-stress). Tekanan

medan listrik ini akan memaksa elektron terlepas dari intinya. Lama

kelamaan ion-ion negatif ini semakin banyak dan apabila jarak antara

kutub negatif dan positif isolator tidak cukup jauh dibandingkan dengan

udara yang telah terionisasi maka dapat menurunkan nilai tegangan karena

arus dapat dengan mudah melewati ion-ion negatif tersebut. Sehingga,

pada suatu nilai tegangan tertentu arus akan dapat melewati permukaan

isolator ditandai dengan lompatan bunga api.

18
Gambar 2.7. Ilustrasi Kegagalan Isolasi

2.1.10 Pengujian Tegangan Impuls Isolator

Pengujian tegangan impuls petir isolator bertujuan untuk

mengetahui ketahanan isolator terhadap tegangan impuls petir. Tegangan

impuls dibangkitkan oleh generator impuls. Generator impuls

menghasilkan gelombang yang diklasifikasikan sebagai petir dan impuls

dengan waktu awal 1,2-250 µs dan 50-2500 µs untuk waktu akhir. Berikut

adalah prosedur yang digunakan di dalam pengujian Tegangan Impuls

Petir Isolator. Pengujian ini diawali dengan menyiapkan blanko uji.

Blanko uji ini berfungsi untuk memasukkan data kondisi saat pengujian.

Teknis pengujian dilakukan dengan menyiapkan 3 (tiga) buah benda uji

dan membersihkan seluruh permukaan isolator dengan air dan keringkan

(SPLN 10-1A, 1996). Setelah itu, jarak loncat dari isolator diukur dan

hasil pengukuran dimasukkan dalam data pengujian. Selanjutnya, lakukan

pengitungan koreksi udara total, sehingga didapat faktor koreksi udara

total (kt) dan besarnya tegangan uji pada kondisi ruang. Isolator yang akan

diuji dalam keadaan siap dipasangkan pada traverse dekat peralatan impuls

generator dan kawat penghantar pada isolator dihubungkan dengan

terminal keluaran impuls generator. Tegangan impuls pada rangkaian uji

19
sebesar 50 % dari nilai tegangan yang diisyaratkan dengan menggunakan

oscilloscope, untuk mengetahui besaran tegangan keluaran dan bentuk

gelombang dan manual alat divider. Sesuai bentuk gelombang seperti yang

diinginkan yaitu (1,2 µs x 50 µs) dengan cara merubah rangkaian

generator impuls, catat hasil pengukuran.

Besarnya tegangan keluaran yang sesungguhnya dihitung dengan rumus :

Vk = Voscx N probe x N div

Keterangan :

Vk = tegangan keluaran dari generator impuls

V osc = tegangan peak yang dibaca pada oscilloscope display


N probe = Rasio Probe
N div = Rasio Capacitive Voltage Divider
tegangan uji sesuai perhitungan diterapkan sebanyak 15 (lima

belas) kali terhadap isolator, pertahankan besaran tegangan yang terbaca

pada oscilloscope sebesar hasil perhitungan.

2.1.11 Metode-Metode Dalam Mengukur Tegangan Impuls

1. Mengukur Dengan Menggunakan Sela Bola :

- Sela bola harus selalu ditera dengan tegangan percik 50 %

(disingkat 50 % Sparkover, SOV) dari sela bola standar

- Sela bola standar adalah sela bola yang memenuhi syarat standar

mengenai kualitas, jarak sela, dan ukuran bola

- Syarat bola elektroda : permukaannya licin, lengkungannya rata,

dan permukaan bola harus bebas dari debu dan minyak

20
- Tahanan peredam dipasang seri dengan jarak minimum 2D

(D=Diameter) dari bola diukur dari titik dimana terjadi percikan.

(Tegangan uji AC = 100 kΩ s/d 1000 kΩ, Tegangan uji Impuls =

500 Ω)

Tabel 2.2. Standar Kondisi Bola Elektroda

S = jarak antara elektroda bola


A = jarak antara titik P dengan tanah
B = jari-jari dalam ruang diameter elektroda yang bebas dari
benda atau bangunan lain

Gambar 2.8. Sela Bola


Sumber: dokumen pribadi

21
2. Mengukur Dengan Menggunakan CRO (Chatode-Ray Oscillograph) :

- Dengan menggunakan CRO kita dapat mengetahui tegangan puncak, bentuk

gelombang, dan ketidaknormalan bentuk impuls (menggambarkan kerusakan

alat uji)

- CRO hanya bisa diukur untuk tegangan rendah saja, jadi untuk mengukur

tegangan tinggi diperlukan pembagi tegangan (baik resistor maupun kapasitor)

2.2 Penelitian yang Relevan

Untuk menghindari duplikasi, peneliti menelusuri penelitian-penelitian

terdahulu. Dari hasil penelusuran penelitian terdahulu, diperoleh beberapa

masalah yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, yaitu :

1. Pengujian Bahan Isolasi Keramik Terhadap Tegangan Tembus Dengan

Menggunakan Elektroda Batang. Penelitian ini dilakukan oleh Slamet

Hani, Mahasiswi Jurusan Teknik Elektro, Institut Sains & Teknologi

AKPRIND Yogyakarta. Hasil penelitiannya adalah Isolator keramik merk

platinum dan merk milan memberikan hasil tegangan tembus dengan beda

selisih 1 kV dimana keramik merk platinum memiliki nilai yang besar

Dalam pengujian tegangan tembus, bahan keramik essenza memiliki

kemampuan untuk menahan tegangan tinggi sebesar 39,68 kV sehingga

terjadi flashover.

2. Pengaruh Tegangan Impuls Lewat Denyar Pada Isolator Keramik

Tersusun Seri. Penelitian ini dilakukan oleh Harlian Setiadi, Mahasiswa

Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Universitas Gadjah

Mada. Hasil penelitian berupa nilai tegangan impuls lewat denyar dan

22
faktor koreksi udara. Bentuk gelombang impuls yang terjadi saat ada

tegangan lewat denyar.

3. Keramik Porselen Berbasis Feldspar Sebagai Bahan Isolator Listrik.

Penelitian ini dilakukan Eva Indiani dan Ngurah Ayu Ketut Umiati,

Mahasiswa Jurusan Fisika Universitas Diponegoro. Hasil Penelitian

berupa pengaruh suhu sintering terhadap resistivitas dan pengaruh suhu

sintering terhadap kuat patah.

23
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan di PT PLN (Persero) PUSLITBANG Jl. Duren Tiga

Raya No.102, Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12760, Indonesia dilakukan

bulan Juli 2017

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah isolator yang digunakan dalam Saluran

Udara Tegangan Tinggi (SUTT).

3.2.2 Sampel

Berdasarkan pertimbangan dari populasi, maka sampel yang digunakan

adalah 4 sampel dengan 1 isolator keramik 120 kN tipe U 120 B, 1 isolator

gelas 120 kN tipe U 120 B, 1 isolator keramik 210 kN tipe U 210 BP dan 1

isolator gelas 210 kN tipe U 210 BP

3.3 Definisi Operasional

“Bahan Isolasi” pada isolator didefinisikan sebagai pelapis atau pelindung

serta sebagai pegangan terhadap kap dan pin isolator. Bahan isolasi terdiri

dari beberapa jenis, dua diantaranya adalah bahan isolasi porselen dan bahan

isolasi gelas. Bahan isolasi porselen dan bahan isolasi gelas mempunyai

kemampuan ketahanan yang mungkin berbeda satu sama lain bila diberikan

tegangan tinggi baik dalam nilai resistivitas (kemampuan menahan arus

bocor).

24
3.4 Metode dan Prosedur Pengujian
3.4.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode eksperimen dengan desain Intact-Group Comparison sebagai

berikut :
X O1

X O2
X = Tegangan Impuls
01 = Bahan Keramik
02 = Bahan Gelas

Pada pengujian ini terdapat dua jenis bahan isolasi isolator yang

akan diuji yaitu bahan keramik (O1) dan bahan gelas (O2). Setelah diberi

perlakuan sama akan ditentukan bahan mana yang lebih tahan jika

diberikan tegangan yang lebih tinggi.

3.4.2 Tahapan Penelitian

Memulai Penelitian

Observasi
Lapangan

Melakukan
Pengujian

Membuat Analisis

Kesimpulan

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu


penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan
analisis.

25
3.5 Instrumen Penelitian
3.5.1 Alat dan Bahan
1. Generator Impuls 750 kV
Generator Impuls adalah salah satu jenis pembangkit tegangan tinggi
impuls dan digunakan untuk memberikan tegangan terhadap bahan yang diujikan
yaitu isolator

Gambar 3.1. Generator Impuls


Sumber : dokumen pribadi

2. Capasitor Devider
Capasitor devider adalah alat yang berfungsi sebagai penampung tegangan
yang dihasilkan dari generator impuls dan untuk membaca nilai tegangan yang
akan dimunculkan di oscilloscope.

26
Gambar 3.2. Capasitor Devider
Sumber : dokumen pribadi

3. Oscilloscope
Oscilloscope berfungsi sebagai alat pendeteksi bentuk gelombang yang

dihasilkan oleh tegangan impuls dan membaca tegangan yang dikeluarkan oleh

generator impuls yang dikirimkan oleh capasitor devider.

Gambar 3.3. Oscilloscope


Sumber : dokumen pribadi

4. Psychometer
Psychometer digunakan untuk mengukur kondisi udara seperti udara
kering (Td) dan udara basah (Tw)

27
Gambar 3.4 Pshycrometer
sumber : dokumen pribadi

5. Barometer
Barometer digunakan untuk mengukur tekanan udara saat pengujian

Gambar 3.5 Barometer


Sumber : Dokumen Pribadi

28
6. Benda Uji (Isolator)

Gambar 3.6. Isolator Keramik U 120 B


Sumber : dokumen pribadi

Gambar 3.7. Isolator Keramik U 210 BP


Sumber : dokumen pribadi

29
Gambar 3.8. Isolator Gelas U 120 B
Sumber : dokumen pribadi

Gambar 3.9. Isolator Gelas U 210 BP


Sumber : dokumen pribadi

3.5.2 Rangkaian Generator Impuls


Berikut merupakan rangkaian generator impuls yang digunakan dalam

pengujian.

30
Bagian – bagian generator impuls :
1. Resistor
Resistor terbuat dari bahan tradisional karbon elektronik yang dirangkai
secara seri.

Gambar 3.10. Resistor


Sumber : dokumen pribadi
2. Kapasitor
Kapasitor yang digunakan harus sesuai dengan tegangan 750 kV

Gambar 3.11. Kapasitor


Sumber : dokumen pribadi

31
3. Sela Bola
Sela bola atau kesenjangan bola digunakan sebagai saklar
tegangan pada generator impuls

Gambar 3.12. Sela Bola


Sumber : dokumen pribadi

3.5.3 Prosedur Pengujian

1. Persiapan Awal Pengujian :

- Membersihkan benda uji (Isolator) menggunakan cairan alkohol

- Menyiapkan lembar pengujian

- Mencatat data teknis benda uji

- Mencatat kondisi udara ruang berupa suhu kering (Td), suhu basah

(Tw), tekanan udara (b), dan kelembaban udara

2. Proses Pengujian :

- Menghitung faktor koreksi udara untuk mendapatkan besarnya

tegangan uji pada kondisi ruang

- Menyalakan generator impuls untuk dilakukan pengisian kapasitor

hingga mencapai nilai setelan

- Menyambungkan kabel keluaran generator menuju sela bola

32
- Menghidupkan oscilloscope untuk melihat tinggi tegangan

- Memberikan keluaran generator berupa tegangan menuju isolator

3.5.4 Lembar Pengujian

Lembar pengujian pertama digunakan untuk mencatat suhu udara berupa

suhu kering (Td) , suhu basah (Tw) dan tekanan udara menggunakan alat

pengukur. Dimana ini digunakan untuk mencari faktor koreksi udara yang akan

digunakan dalam menentukan tegangan uji.

Tabel 3.3. Perhitungan Faktor Koreksi Udara

Td (°C) Tw (°C) b (mbar) h (gr/m3) 𝛿 K L (mm)

UB (kV) g m w K1 K2 Kt

Lembar pengujian selanjutnya digunakan untuk melihat hasil pengujian ketahanan


tegangan impuls petir.

Tabel 3.4. Tabel Pengujian Ketahanan Impuls

Tegangan Uji (kV) Hasil Uji


Pengujian ke- Kondisi Kondisi Ruang Tahan Tidak Tahan
Standar
1
2

Pengujian ke- 1 adalah pengujian menggunakan tegangan yang dipengaruhi oleh


faktor koreksi udara, sedangkan pengujian ke-2 adalah pengujian untuk
menyebabkan kerusakan berupa flashover terhadap isolator.

Selanjutnya, akan dibuat tabel perbandingan pengujian antara isolator bahan


keramik dengan isolator bahan gelas.

33
Tabel 3.5. Tabel Perbandingan Ketahanan Impuls Petir Bahan Keramik dan Bahan Gelas
Tipe U 120 B

Pengujian Isolator Keramik U 120 B Isolator Gelas U 120 B


Ke - Tegangan Uji (kV) Hasil Tegangan Uji (kV) Hasil
Kondisi Kondisi Tahan Tidak Kondisi Kondisi Tahan Tidak
Standar Ruang Tahan Standar Ruang Tahan
1 110 110
2 110 110

Tabel 3.6. Tabel Perbandingan Ketahanan Impuls Petir Bahan Keramik dan Bahan Gelas
Tipe U 210 BP

Pengujian Isolator Keramik U 210 BP Isolator Gelas U 210 BP


Ke - Tegangan Uji Hasil Tegangan Uji Hasil
(kV) (kV)
Kondisi Kondisi Tahan Tidak Kondisi Kondisi Tahan Tidak
Standar Ruang Tahan Standar Ruang Tahan
1 140 140
2 140 140

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan

berbagai cara. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan

menggunakan metode observasi partisipatif, dimana peneliti ikut melihat kegiatan

sehari-hari perusahaan dalam melaksanakan pengujian dan pengembangan alat.

3.7 Teknik Analisis Data

Setelah semua data telah diperoleh, data akan diolah dengan pengamatan

ketahanan bahan isolasi keramik dan gelas yang masing masing diberikan

tegangan untuk dilihat apakah terdapat perbedaannya. Tujuan yang ingin dicapai

dengan analisis data ini adalah untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk

yang dapat dimengerti dan ditafsirkan, sehingga hubungan-hubungan yang ada

34
dalam variabel dapat dipelajari dan diuji. Untuk menyederhanakan data maka

penulis menggunakan ilmu statistika.

Berikut adalah tahapan analisis data pada penelitian :

 Data pengujian ketahanan impuls masing-masing bahan dicatat

 Data kedua jenis bahan akan dibandingkan

 Melakukan analisis data untuk melihat salah satu bahan isolasi yang lebih baik

dalam pengujian

35
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pengujian yang berhubungan dengan penelitian ini adalah pengujian

ketahanan impuls petir. Tujuan pengujian ini dilakukan yaitu untuk mengetahui

ketahanan isolasi suatu benda peralatan tenaga terhadap tegangan impuls. Hal ini

dikarenakan peralatan-peralatan tenaga dalam penggunaannya di lapangan dapat

memungkinkan mengalami tegangan lebih dalam tegangan impuls yang bisa

diakibatkan oleh surja hubung maupun surja petir. Hal inilah yang mendorong

mengapa perlu diadakannya pengujian ketahanan suatu isolasi pada kumparan-

kumparan peralatan maupun bagian-bagian badan dalam peralatan

tersebut.Pengujian tersebut akan menghasilkan data-data yang akan diolah untuk

dijadikan tolak ukur untuk menentukan perbandingan kualitas antara bahan

keramik dan gelas. Setelah data terkumpul, yaitu data-data yang terdapat dalam

pengujian tegangan impuls di PLN Puslitbang Duren Tiga, selanjutnya data-data

tersebut akan dikelompokkan ke dalam tabel untuk memudahkan pengolahan data.

Adapun data-data yang telah terkumpul yaitu data pengujian tegangan ketahanan

impuls petir dan data kondisi udara (untuk masing – masing bahan benda uji).

Adapun data lain yang diperlukan adalah data parameter bentuk gelombang

impuls.

4.1.1 Spesifikasi Peralatan

Merupakan suatu penjelasan atau gambaran mengenai peralatan ditulis

untuk menjelaskan secara rinci, dapat berupa gambar ataupun tulisan yang

36
memberikan keterangan bagi penggunanya yang sangat bermanfaat. Dalam

penelitian ini adapun spesifikasi peralatan pada di jabarkan sebagai berikut.

4.1.1.1. Spesifikasi Isolator

Isolator merupakan benda uji yang digunakan. Alat ini digunakan dalam

Jaringan distribusi dan transmisi. Isolator sampel yang akan diteliti dalam

pengujian ini berjumlah 6 (per beban gagal mekanik) buah untuk masing-masing

beban gagal mekanik.

Tabel 4.1. Spesifikasi Isolator Keramik U 120 B

Jenis Isolator String – Kap & Pin


Kode Pengenal U 120 B
Beban Gagal Mekanik 120 kN
Bahan Keramik
Warna Cokelat
Jenis Berdasarkan Polusi Normal Type
Tegangan Standar 110 kV

Gambar 4.1. Isolator Keramik U 120 B


Sumber : dokumen pribadi

37
Tabel 4.2. Spesifikasi Isolator Gelas U 120 B

Jenis Isolator String – Kap & Pin


Kode Pengenal U 120 B
Beban Gagal Mekanik 120 kN
Bahan Gelas
Warna Hijau Muda
Jenis Berdasarkan Polusi Normal Type
Tegangan Standar 110 kV

Gambar 4.2. Isolator Gelas U 120 B


Sumber : dokumen pribadi

Tabel 4.3. Spesifikasi Isolator Keramik U 210 BP

Jenis Isolator String – Kap & Pin


Kode Pengenal U 210 BP
Beban Gagal Mekanik 210 kN
Bahan Keramik
Warna Coklat
Jenis Berdasarkan Polusi Fog Type
Tegangan Standar 140 kV

38
Gambar 4.3. Isolator Keramik U 210 BP
Sumber : dokumen pribadi

Tabel 4.4. Spesifikasi Isolator Gelas U 210 BP

Jenis Isolator String – Kap & Pin


Kode Pengenal U 210 BP
Beban Gagal Mekanik 210 kN
Bahan Gelas
Warna Hijau Muda
Jenis Berdasarkan Polusi Fog Type
Tegangan Standar 140 kV

Gambar 4.4.Isolator Gelas U 210 BP


Sumber : Dokumen Pribadi

39
4.1.2 Deskripsi Data

Tabel hasil pengujian dikenal juga dengan istilah kisi-kisi soal atau blue

print adalah sebuah tabel analisis yang didalamnya dimuat rincian objek yang

diteliti. Isolator sampel berasal dari beberapa pabrik yang melakukan uji benda di

PLN Puslitbang Duren Tiga. Sampel penelitian isolator sebanyak enam buah.

Dengan hasil pengujian yang di klasifikasikan berdasarkan pengujian yang

dilakukan dan hasil pengujian di bandingkan antara satu dengan yang lain.

Pengujian ini menggunakan sumber DC pada generator impuls. Data pengujian ini

dilakukan untuk melihat bahan manakah yang memiliki ketahanan lebih baik

berdasarkan pengujian yang sudah dilakukan.

A. Pengujian IsolatorKeramik

1. Isolator Keramik 120 kN TipeU 120 B

Tabel 4.5 merupakan kondisi udara saat menguji isolator yang sudah diukur.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai Td (Udara Kering) sebesar 30,4°C, nilai

Tw (Udara Basah) sebesar 24,7°C, tekanan udara sebesar 988 mbar, dan

kelembaban udara sebesar 23 gr/m3 (berdasarkan pengukuran hygrometer yang

dipengaruhi oleh udara kering dan udara basah). Kondisi udara ini digunakan

untuk menentukan faktor koreksi udara sebagai parameter pengujian ketahanan

impuls petir.

Tabel 4.5.Perhitungan Faktor Koreksi Udara Pengujian Isolator


Keramik Tipe U 120 B
Td Tw b h 𝛿 K L
(°C) (°C) (mBar) (gr/m3) (mm)
30,4 24,7 988 23 0,95 1,12 243
UB g m w K1 K2 Kt
(kV)
121 0,94 1 1 0,95 1,12 1,064

40
Faktor koreksi udara pada tabel diperoleh dengan perkalian K1 dan K2

,dimana K1 merupakan perkalian dari kerapatan udara (𝛿) dengan eksponen m

sebesar 1 dan K2 merupakan perkalian parameter tegangan impuls (K) dengan

eksponen w sebesar 1. Untuk mencari K1 digunakan rumus :

𝑏 (273+T0)
x dengan keterangan:
1013 (273+𝑇𝑑)

b = tekanan udara

T0 = udara standar pengujian 20 °C (sesuai IEC 60060-1)

Td = udara kering

Sesuai kondisi udara pada tabel 4. Diketahui tekanan udara (b) sebesar 988

mbar dan Udara Kering (Td) sebesar 30,4 °C. langkah pertama, adalah mencari

kerapatan udara dengan perhitungan sebagai berikut :

988 (273+20)
x = 0,95
1013 (273+30,4)

Ketika kerapatan udara sudah didapatkan yaitu sebesar 0,95 , maka

selanjutnya mencari eksponen m (sesuai lampiran hal 69) dan nilai eksponen m

adalah 1 sehingga nilai K1 adalah 0,95 x 1 = 0,94

Selanjutnya untuk mencari parameter tegangan impuls digunakan rumus :

K = (1 + 0,010 ( h/0,95 – 11 )

Dimana h = kelembaban udara yang dibaca oleh hygrometer

Pada pengujian ini, kelembaban udara yang tercatat oleh hygrometer adalah 23

gr/m3 , maka perhitungannya :

(1 + 0,010 ( 23/ 𝛿 – 11 )

= 1,12

41
Lalu untuk mencari kelembaban udara (K2) digunakan rumus kw dimana w

adalah nilai eksponen w (sesuai lampiran hal 69). Nilai w yang didapat adalah 1,

maka K2 = 1,12 x 1 = 1,12

Setelah K1 dan K2 ditemukan, maka dicari faktor koreksi udara (Kt)


dengan menggunakan rumus K1 x K2, sehingga :
0,95 x 1,12 = 1,064
Tabel 4.6 merupakan tabel pengujian ketahanan impuls petir pada isolator

suspension berbahan keramik. Tegangan uji pada kondisi standar adalah tegangan

yang disesuaikan dengan standar uji berdasarkan SPLN 1996 10-1A (Lampiran

hal 60) untuk Isolator U 120 B sebesar 110 kV.

Tabel 4.6. Pengujian Ketahanan Impuls Petir Isolator


Keramik Tipe U 120 B

Tegangan Uji (kV) Hasil Uji


Pengujian ke- Kondisi Kondisi Tahan Tidak Tahan
Standar Ruang
1 110 117,18 √
2 110 163,28 √

Tegangan uji kondisi ruang yang diberikan adalah tegangan yang

diberikan melebihi tegangan uji standar yang didapat dari perkalian tegangan uji

kondisi standar x faktor koreksi udara (Kt) :

110 kV x 1,064 = 117,04 kV

Keterangan :

 Pada pengujian ke-1, isolator dikatakan tahan karena tidak mengalami


flashover pada tegangan 117,18 kV (kurang lebih 3% dari tegangan kondisi
standar). Hal ini ditunjukkan melalui gelombang muka yang terdeteksi oleh
oscilloscope yang menunjukkan tegangan peak to peak sebesar 117,18 kV

42
Gambar 4.5. Gambar Gelombang Pengujian ke-1 Isolator Keramik Tipe U 120 B
Sumber : dokumen pribadi

 Pada pengujian ke-2, tegangan uji dinaikkan sampai benda uji mengalami
kegagalan berupa flashover dan benda uji mengalami kegagalan pada
tegangan 163,28 kV. Hal ini ditunjukkan melalui gelombang muka yang
terdeteksi oleh oscilloscope yang menunjukkan tegangan peak - peak sebesar
163,28 kV.

Gambar 4.6. Gambar Gelombang Pengujian ke-2 Isolator Keramik Tipe U 120 B
Sumber : dokumen pribadi

2. Isolator Keramik 210 kN Tipe U 210 BP

Tabel 4.7 merupakan kondisi udara saat menguji isolator yang sudah diukur.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai Td (Udara Kering) sebesar 29,2 °C, nilai

Tw (Udara Basah) sebesar 24,7 °C, tekanan udara sebesar 992 mbar, dan

43
kelembaban udara sebesar 19 gr/m3 (berdasarkan pengukuran hygrometer yang

dipengaruhi oleh udara kering dan udara basah). Kondisi udara ini digunakan

untuk menentukan faktor koreksi udara sebagai parameter pengujian ketahanan

impuls petir.

Tabel 4.7. Kondisi Udara Pengujian Isolator Keramik U 210 BP

Td Tw b h 𝛿 K L
(°C) (°C) (mBar) (gr/m3) (mm)
29,2 24,7 992 19 0,95 1,07 336
UB g m w K1 K2 Kt
(kV)
154 0,91 1 1 0,95 1,07 1,016

Faktor koreksi udara pada tabel diperoleh dengan perkalian K1 dan K2,

dimana K1 merupakan perkalian dari kerapatan udara (𝛿) dengan eksponen m

sebesar 1 dan K2 merupakan perkalian parameter tegangan impuls (K) dengan

eksponen w sebesar 1. Untuk mencari K1 digunakan rumus :

𝑏 (273+T0)
x , dengan keterangan :
1013 (273+𝑇𝑑)

b = tekanan udara

T0 = udara standar pengujian 20 °C (sesuai IEC 60060-1)

Td = udara kering

Sesuai kondisi udara pada tabel 4. Diketahui tekanan udara (b) sebesar 988

mbar dan Udara Kering (Td) sebesar 30,4 °C. langkah pertama, adalah mencari

kerapatan udara dengan perhitungan sebagai berikut :

992 (273+20)
x = 0,95
1013 (273+29,7)

44
Ketika kerapatan udara sudah didapatkan yaitu sebesar 0,95 , maka

selanjutnya mencari eksponen m (sesuai lampiran hal 69) dan nilai eksponen m

adalah 1 sehingga nilai K1 adalah 0,95 x 1 = 0,95

Selanjutnya untuk mencari parameter tegangan impuls digunakan rumus :

K = (1 + 0,010 ( h/ 𝛿 – 11 )

Dimana h = kelembaban udara yang dibaca oleh hygrometer

Pada pengujian ini, kelembaban udara yang tercatat oleh hygrometer adalah 19

gr/m3 , maka perhitungannya :

K = (1 + 0,010 ( 19/0,95 – 11 )

= 1,07

Lalu untuk mencari kelembaban udara (K2) digunakan rumus Kw dimana

w adalah nilai eksponen w (sesuai lampiran hal 69). Nilai w yang didapat adalah

1, maka K2 = 1,07 x 1 = 1,07

Setelah K1 dan K2 ditemukan, maka dicari faktor koreksi udara (Kt)

dengan menggunakan rumus K1 x K2, sehingga :

0,95 x 1,07 = 1,016

Tabel 4.8 merupakan tabel pengujian ketahanan impuls petir pada isolator

suspension berbahan keramik. Tegangan uji pada kondisi standar adalah tegangan

yang disesuaikan dengan standar uji berdasarkan SPLN 1996 10-1A (Lampiran

hal 60) untuk Isolator U 210 BP sebesar 140 kV.

45
Tabel 4.8. Pengujian Ketahanan Impuls Petir Isolator
Keramik Tipe U 210 BP

Tegangan Uji (kV) Hasil Uji


Pengujian ke- Kondisi Kondisi Tahan Tidak Tahan
Standar Ruang
1 140 142,51 √
2 140 192,49 √

Tegangan uji kondisi ruang yang diberikan adalah tegangan yang

diberikan melebihi tegangan uji standar yang didapat dari perkalian tegangan uji

kondisi standar x faktor koreksi udara :

140 kV x 1,016 = 142,24 kV

Keterangan :
 Pada pengujian ke-1, isolator dikatakan tahan karena tidak mengalami
flashover pada tegangan 142,51 kV (kurang lebih 3% kondisi tegangan uji
kondisi ruang). Hal ini ditunjukkan melalui gelombang muka yang terdeteksi
oleh oscilloscope yang menunjukkan tegangan peak – peak sebesar 142,51 kV

Gambar 4.7. Gambar Gelombang Pengujian ke-1 Isolator Keramik Tipe U 210 BP
Sumber : dokumen pribadi

 Pada pengujian ke-2, tegangan uji dinaikkan sampai benda uji mengalami
kegagalan berupa flashover dan benda uji mengalami kegagalan pada tegangan

46
192,49 kV. Hal ini ditunjukkan melalui gelombang muka yang terdeteksi oleh
oscilloscope yang menunjukkan tegangan peak – peak sebesar 192,49 kV

Gambar 4.8. Gambar Gelombang Pengujian ke-2 Isolator Keramik Tipe U 210 BP
Sumber : dokumen pribadi

3. Isolator Gelas 120 kN Tipe U 120 B

Tabel 4.9 merupakan kondisi udara saat menguji isolator yang sudah diukur.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai Td (Udara Kering) sebesar 29,6 °C, nilai

Tw (Udara Basah) sebesar 24,7 °C, tekanan udara sebesar 992 mbar, dan

kelembaban udara sebesar 19 gr/m3 (berdasarkan pengukuran hygrometer yang

dipengaruhi oleh udara kering dan udara basah). Kondisi udara ini digunakan

untuk menentukan faktor koreksi udara sebagai parameter pengujian ketahanan

impuls petir.

Tabel 4.9. Kondisi Udara Pengujian Isolator Gelas Tipe U 120 B

Td Tw b h 𝛿 K L
(°C) (°C) (mBar) (gr/m3) (mm)
29,6 24,7 991 19 0,93 1,07 232
UB g m w K1 K2 Kt
(kV)
121 0,94 1 1 0,93 1,07 1,057

47
Tabel 4.9 merupakan kondisi udara saat menguji isolator yang sudah

diukur. Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai Td (Udara Kering) sebesar 29,6

°C, nilai Tw (Udara Basah) sebesar 24,7 °C, tekanan udara sebesar 992 mbar, dan

kelembaban udara sebesar 19 gr/m3 (berdasarkan pengukuran hygrometer yang

dipengaruhi oleh udara kering dan udara basah). Kondisi udara ini digunakan

untuk menentukan faktor koreksi udara sebagai parameter pengujian ketahanan

impuls petir.

Faktor koreksi udara pada tabel diperoleh dengan perkalian K1 dan K2

,dimana K1 merupakan perkalian dari kerapatan udara (𝛿) dengan eksponen m

sebesar 1 dan K2 merupakan perkalian parameter tegangan impuls (K) dengan

eksponen w sebesar 1. Untuk mencari K1 digunakan rumus :

𝑏 (273+T0)
x , dengan keterangan :
1013 (273+𝑇𝑑)

b = tekanan udara

T0 = udara standar pengujian 20 °C (sesuai IEC 60060-1)

Td = udara kering

Sesuai kondisi udara pada tabel 4. Diketahui tekanan udara (b) sebesar 988

mbar dan Udara Kering (Td) sebesar 29,6 °C. langkah pertama, adalah mencari

kerapatan udara dengan perhitungan sebagai berikut :

991 (273+20)
x =0,97
1013 (273+29,6)

Ketika kerapatan udara sudah didapatkan yaitu sebesar 0,97 , maka

selanjutnya mencari eksponen m (sesuai lampiran hal 69) dan nilai eksponen m

adalah 1 sehingga nilai K1 adalah 0,97 x 1 = 0,97

48
Selanjutnya untuk mencari parameter tegangan impuls digunakan rumus :

K = (1 + 0,010 ( h/ 𝛿 – 11 )

Dimana h = kelembaban udara yang dibaca oleh hygrometer

Pada pengujian ini, kelembaban udara yang tercatat oleh hygrometer adalah 19

gr/m3 , maka perhitungannya :

K = (1 + 0,010 ( 19/0,97 – 11 )

= 1,09

Lalu untuk mencari kelembaban udara (K2) digunakan rumus Kw dimana

w adalah nilai eksponen w (sesuai lampiran hal 69). Nilai w yang didapat adalah

1, maka K2 = 1,09 x 1 = 1,09

Setelah K1 dan K2 ditemukan, maka dicari faktor koreksi udara (Kt)

dengan menggunakan rumus K1 x K2, sehingga :

0,97 x 1,09 = 1,057

Tabel 4.10 merupakan tabel pengujian ketahanan impuls petir pada

isolator suspension berbahan keramik. Tegangan uji pada kondisi standar adalah

tegangan yang disesuaikan dengan standar uji berdasarkan SPLN 1996 10-1A

(Lampiran hal 60) untuk Isolator U 120 B sebesar 110 kV.

Tabel 4.10. Pengujian Ketahanan Impuls Petir Isolator


Gelas Tipe U 120 B

Td Tw b h 𝛿 K L
(°C) (°C) (mBar) (gr/m3) (mm)
29,6 24,7 991 19 0,93 1,07 232
UB g m w K1 K2 Kt
(kV)
121 0,94 1 1 0,93 1,07 1,057

49
Tegangan uji kondisi ruang yang diberikan adalah tegangan yang

diberikan melebihi tegangan uji standar yang didapat dari perkalian tegangan uji

kondisi standar x faktor koreksi udara :

110 kV x 1,057 = 116,30 kV

Keterangan :

 Pada pengujian ke-1, isolator dikatakan tahan karena tidak mengalami


flashover pada tegangan 116,23 kV (kurang lebih 3% tegangan uji kondisi
ruang). Hal ini ditunjukkan melalui gelombang muka yang terdeteksi oleh
oscilloscope yang menunjukkan tegangan peak – peak sebesar 116,23 kV

Gambar 4.9. Gambar Gelombang Pengujian ke-1 Isolator Gelas Tipe U 120 B
Sumber : dokumen pribadi

 Pada pengujian ke-2, tegangan uji dinaikkan sampai benda uji mengalami
kegagalan berupa flashover dan benda uji mengalami kegagalan pada tegangan
125,45 kV. Hal ini ditunjukkan melalui gelombang muka yang terdeteksi oleh
oscilloscope yang menunjukkan tegangan peak – peak sebesar 142,51 kV

50
Gambar 4.10. Gambar Gelombang Pengujian ke-2 Isolator Gelas Tipe U 120 B
Sumber : dokumen pribadi

4. Isolator Gelas 210 kN Tipe U 210 BP

Tabel 4.13 merupakan kondisi udara saat menguji isolator yang sudah diukur.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai Td (Udara Kering) sebesar 29,3°C, nilai

Tw (Udara Basah) sebesar 24,6°C, tekanan udara sebesar 992 mbar, dan

kelembaban udara sebesar 20 gr/m3 (berdasarkan pengukuran hygrometer yang

dipengaruhi oleh udara kering dan udara basah). Kondisi udara ini digunakan

untuk menentukan faktor koreksi udara sebagai parameter pengujian ketahanan

impuls petir.

Tabel 4.11. Kondisi Udara Pengujian Isolator Gelas Tipe U 210 BP

Td Tw b h 𝛿 K L
(°C) (°C) (mBar) (gr/m3) (mm)
29,2 24,7 992 19 0,95 1,07 336
UB g m w K1 K2 Kt
(kV)
154 0,91 1 1 0,95 1,07 1,016

Tabel 4.13 merupakan kondisi udara saat menguji isolator yang sudah

diukur. Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai Td (Udara Kering) sebesar

51
29,3°C, nilai Tw (Udara Basah) sebesar 24,6°C, tekanan udara sebesar 992 mbar,

dan kelembaban udara sebesar 20 gr/m3 (berdasarkan pengukuran hygrometer

yang dipengaruhi oleh udara kering dan udara basah). Kondisi udara ini

digunakan untuk menentukan faktor koreksi udara sebagai parameter pengujian

ketahanan impuls petir.

Faktor koreksi udara pada tabel diperoleh dengan perkalian K1 dan K2

,dimana K1 merupakan perkalian dari kerapatan udara (𝛿) dengan eksponen m

sebesar 1 dan K2 merupakan perkalian parameter tegangan impuls (K) dengan

eksponen w sebesar 1. Untuk mencari K1 digunakan rumus :

𝑏 (273+T0)
x , dengan keterangan :
1013 (273+𝑇𝑑)

b = tekanan udara

T0 = udara standar pengujian 20 °C (sesuai IEC 60060-1)

Td = udara kering

Sesuai kondisi udara pada tabel 4. Diketahui tekanan udara (b) sebesar 988

mbar dan Udara Kering (Td) sebesar 29,3 °C. langkah pertama, adalah mencari

kerapatan udara dengan perhitungan sebagai berikut :

992 (273+20)
x = 0,97
1013 (273+29,3)

Ketika kerapatan udara sudah didapatkan yaitu sebesar 0,97 , maka

selanjutnya mencari eksponen m (sesuai lampiran hal 69) dan nilai eksponen m

adalah 1 sehingga nilai K1 adalah 0,95 x 1 = 0,95

Selanjutnya untuk mencari parameter tegangan impuls digunakan rumus :

K = (1 + 0,010 ( h/ 𝛿 – 11 )

Dimana h = kelembaban udara yang dibaca oleh hygrometer

52
Pada pengujian ini, kelembaban udara yang tercatat oleh hygrometer

adalah 20 gr/m3 , maka perhitungannya :

K = (1 + 0,010 ( 20/0,97 – 11 )

= 1,07

Lalu untuk mencari kelembaban udara (K2) digunakan rumus Kw dimana

w adalah nilai eksponen w (sesuai lampiran hal 69). Nilai w yang didapat adalah

1, maka K2 = 1,07 x 1 = 1,07

Setelah K1 dan K2 ditemukan, maka dicari faktor koreksi udara (Kt)

dengan menggunakan rumus K1 x K2, sehingga :

0,97 x 1,07 = 1,037

Tabel 4.12 merupakan tabel pengujian ketahanan impuls petir pada

isolator suspension berbahan gelas. Tegangan uji pada kondisi standar adalah

tegangan yang disesuaikan dengan standar uji berdasarkan SPLN 1996 10-1A

(Lampiran hal 60) untuk Isolator U 210 BPsebesar 140 kV.

Tabel 4.12. Pengujian Ketahanan Impuls Petir Isolator


Gelas Tipe U 210 BP

Tegangan Uji (kV) Hasil Uji


Pengujian ke- Kondisi Kondisi Tahan Tidak Tahan
Standar Ruang
1 140 142,85 √
2 140 165,43 √

Tegangan uji kondisi ruang yang diberikan adalah tegangan yang

diberikan melebihi tegangan uji standar yang didapat dari perkalian tegangan uji

kondisi standar x faktor koreksi udara :

140 kV x 1,02 = 145,18 kV

Keterangan :

53
 Pada pengujian ke-1, isolator dikatakan tahan karena tidak mengalami
flashover pada tegangan 142,85 kV (kurang lebih 3% tegangan uji kondisi
ruang). Hal ini ditunjukkan melalui gelombang muka yang terdeteksi oleh
oscilloscope yang menunjukkan tegangan peak – peak sebesar 142,85 kV

Gambar 4.11. Gambar Gelombang Pengujian ke-1 Isolator Gelas Tipe U 210 BP
Sumber : dokumen pribadi

 Pada pengujian ke-2, tegangan uji dinaikkan sampai benda uji mengalami
kegagalan berupa flashover dan benda uji mengalami kegagalan pada tegangan
165,43 kV. Hal ini ditunjukkan melalui gelombang muka yang terdeteksi oleh
oscilloscope yang menunjukkan tegangan peak – peak sebesar 165,43 kV

Gambar 4.12. Gambar Gelombang Pengujian ke-2 Isolator Gelas Tipe U 210 BP
Sumber : dokumen pribadi

54
4.1.3 Pembahasan

4.1.3.1 Isolator U 120 B

Berdasarkan tabel 4.6, pengujian ke-1 isolator keramik tipe U 120 B diuji

menggunakan tegangan sebesar 117,18 kV. Tegangan tersebut didapatkan dari

perkalian tegangan uji standar dengan faktor koreksi udara dan setelah ditembak,

isolator tersebut tidak mengalami flashover. Berdasarkan tabel 4.10, pengujian

ke-1 isolator gelas tipe U 120 B diuji menggunakan tegangan sebesar116,23 kV

dan isolator tersebut tidak mengalami flashover.

Pada pengujian ke-2, tegangan akan dinaikkan sampai masing-masing

isolator mengalami flashover. Berdasarkan tabel 4.6, isolator keramik mengalami

flashover pada tegangan 163,28 kV sedangkan, isolator gelas mengalami

flashover pada tegangan 125,45 kV.

Tabel 4.13. Tabel Perbandingan Pengujian Ketahanan Impuls Petir Isolator U 120 B

Pengujian Isolator Keramik U 120 B Isolator Gelas U 120 B


Ke - Tegangan Uji Hasil Tegangan Uji Hasil
(kV) (kV)
Kondisi Kondisi Tahan Tidak Kondisi Kondisi Tahan Tidak
Standar Ruang Tahan Standar Ruang Tahan
1 110 117,18 √ 110 116,23 √
2 110 163,28 √ 110 125,45 √

Pada pengujian ini isolator keramik mengalami flashover pada tegangan

168,23 kV, sedangkan isolator gelas mengalami flashover pada tegangan 125,45

kV. Tegangan pengujian yang menyebabkan flashover pada isolator keramik lebih

besar dibandingkan tegangan pengujian yang menyebabkan flashover pada

isolator gelas. Dengan ini, isolator keramik dinyatakan lebih baik karena mampu

menahan sampai tegangan terbesar.

55
4.1.3.2 Isolator U 210 BP

Berdasarkan tabel 4.14, pengujian ke-1 isolator keramik tipe U 210 BP

diuji menggunakan tegangan sebesar 142,85 kV. Tegangan tersebut didapatkan

dari perkalian tegangan uji standar dengan faktor koreksi udara dan setelah

ditembak, isolator tersebut tidak mengalami flashover. Berdasarkan tabel 4.14,

pengujian ke-1 isolator gelas tipe U 120 B diuji menggunakan tegangan sebesar

142,51 kV dan isolator tersebut tidak mengalami flashover.

Pada pengujian ke-2, tegangan akan dinaikkan sampai masing-masing

isolator mengalami flashover. Berdasarkan tabel 4.6, isolator keramik mengalami

flashover pada tegangan 192,49 kV sedangkan, isolator gelas mengalami

flashover pada tegangan 165,43 kV.

Tabel 4.14. Tabel Perbandingan Pengujian Ketahanan Impuls Petir Isolator U210 BP

Pengujian Isolator Keramik U 210 BP Isolator Gelas U 210 BP


Ke - Tegangan Uji Hasil Tegangan Uji Hasil
(kV) (kV)
Kondisi Kondisi Tahan Tidak Kondisi Kondisi Tahan Tidak
Standar Ruang Tahan Standar Ruang Tahan
1 140 142,51 √ 140 142,85 √
2 140 192,49 √ 140 165,43 √

Pada pengujian ini isolator keramik mengalami flashover pada tegangan

192,49 kV, sedangkan isolator gelas mengalami flashover pada tegangan 165,43

kV. Tegangan pengujian yang menyebabkan flashover pada isolator keramik lebih

besar dibandingkan tegangan pengujian yang menyebabkan flashover pada

isolator gelas. Dengan ini, isolator keramik dinyatakan lebih baik karena mampu

menahan sampai tegangan terbesar.

56
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan hasil pengujian ketahanan isolasi isolator tegangan tinggi

terhadap bahan keramik dan bahan gelas menggunakan tegangan impuls

menunjukkan hasil :

a. Pada Pengujian Isolator tipe U 120 B, ada perbedaan ketahanan isolasi isolator

antara bahan keramik dan isolator gelas terhadap tegangan impuls petir

dengan hasil pengujian isolator keramik memiliki ketahanan yang lebih baik

karena mengalami flashover pada tegangan uji yang melebihi tegangan uji

pada isolator gelas dengan nilai tegangan 163,28 kV (untuk bahan keramik)

dan 125,45 kV (untuk bahan gelas)

b. Pada Pengujian Isolator tipe U 210 B, ada perbedaan ketahanan isolasi isolator

antara bahan keramik dan isolator gelas terhadap tegangan impuls petir

dengan hasil isolator keramik memiliki ketahanan yang lebih baik karena

mengalami flashover pada tegangan uji yang melebihi tegangan uji pada

isolator gelas dengan nilai tegangan 192,49 kV (untuk bahan keramik) dan

165,43 kV (untuk bahan gelas)

c. Berdasarkan keseluruhan pengujian, isolator bahanh keramik memiliki

kualitas isolasi yang lebih baik karena mengalami flashover pada tegangan

yang lebih tinggi dibandingkan isolator bahan gelas

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti menyarankan :

57
1. Dalam pemilihan isolator khususnya untuk tegangan tinggi perlu

diperhitungkan kualitas bahan yang mampu bertahan dalam setiap keadaan

udara.

2. Untuk teknisi, diharapkan dapat memilih sampel isolator dengan hasi uji

yang baik, jika perlu, diutamakan sampel yang mengalami flashover pada

tegangan yang tertinggi dalam pengujian.

58
RIWAYAT HIDUP

Ravento Viko Halomoan, lahir di Surabaya


tanggal 17 Agustus 1994, lahir dari pasangan
Komar Hutasoit dan Octavira Damayanti
Ekasari, menamatkan Pendidikan Sekolah
Dasar pada tahun 1998 di SD Pelita Kudus,
Jakarta Barat, melanjutkan ke SMP Bunda
Rangkiang, Gunung Putri, Kabupaten Bogor
dengan tahun lulus 2009. Kemudian,
melanjukan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1
Cileungsi dan lulus tahun 2012. Melanjutkan studi jenjang S1
Teknik Elektro di Universitas Negeri Jakarta tahun 2012. Pada Juli
2015, melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT PLN
(Persero) Puslitbang selama 1 bulan. Kemudian, pada September
2015 – Januari 2016 melaksanakan Praktik Kerja Mengajar (PKM)
di SMK Angkasa Satu Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.

59

Anda mungkin juga menyukai