Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSTRUKSI BETON

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Teknik yang
diampu oleh Ibu Zulfia Maharani, ST, Msi, Pak Syarifuddin SKM., M.Kes, Bu Catur
Puspawati, ST., MKM, dan Pak Agus Dwi Pramono, AMKL (Pr.)

Nama Mahasiswa Kelompok 5

Adi Purnama Putra (P21345122002)


Alivia Shabrina Yulandari (P21345122009)
Annisa Nuraini (P21345122016)
Bagas Tri Ariandi (P21345122023)
Destieani Salma (P21345122029)

KELAS 1 D3 A
PRODI D-III SANITASI
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
untuk memenuhi tugas kelompok untuk Mata Kuliah Dasar Teknik dengan Judul “Makalah
Konstruksi Beton”. Kami juga berterima kasih kepada Dosen pengampu Mata Kuliah Dasar
Teknik yaitu Ibu Zulfia Maharani, ST, Msi, Pak Syarifuddin SKM., M.Kes, Bu Catur
Puspawati, ST., MKM, dan Pak Agus Dwi Pramono, AMKL (Pr.) selaku Dosen Dasar
Teknik yang sudah memberi arahan dan tugas untuk membuat makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan materi, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat selesai dibuat. Kami juga menyadari, bahwa “Makalah Konstruksi Beton” yang kami
buat masih jauh dari sempurna baik dari segi penyusunan dan penulisannya. Maka dari itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar kami sebagai penulis bisa menjadi lebih baik lagi masa yang akan datang.
Semoga “Makalah Konstruksi Beton” ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan
pembaca serta bisa bermanfaat untuk perkembangan, peningkatan ilmu pengetahuan,dan
keahlian dalam melatih dalam menyusun dan membuat kontruksi beton.

DKI Jakarta, 5 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 4
A. 1.1 Latar belakang 4
B. 1.2 Rumusan masalah 4
C. 1.3 Tujuan 4

D. 1.4 Manfaat 4

BAB II PEMBAHASAN 5
A. 2.1 Agregat dan Persyaratan 5
B. 2.2 Penulangan dan Bekisting 9
C. 2.3 Perhitungan Bahan 14

BAB III PENUTUP 16


A. 3.1 Kesimpulan 16
B. 3.2 Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 17

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. 1.1 Latar Belakang

Beton adalah material konstruksi yang pada saat ini sudah sangat umum
digunakan. Saat ini berbagai bangunan sudah menggunakan material dari beton.
Pentingnya peranan konstruksi beton menuntut suatu kualitas beton yang memadai.
Penelitian-penelitian telah banyak dilakukan untuk memperoleh suatu penemuan
alternatif penggunaan konstruksi beton dalam berbagai bidang secara tepat dan efisien,
sehingga akan diperoleh mutu beton yang lebih baik. Beton merupakan unsur yang sangat
penting, mengingat fungsinya sebagai salah satu pembentuk struktur yang paling banyak
digunakan oleh masyarakat. Keadaan ini dapat dimaklumi, karena sistem konstruksi beton
mempunyai banyak kelebihan jika dibandingkan dengan bahan lain. Keunggulan beton
sebagai bahan konstruksi antara lain mempunyai kuat tekan yang tinggi, dapat mengikuti
bentuk bangunan secara bebas, tahan terhadap api dan biaya perawatan yang relatif
murah.
Hal lain yang mendasari pemilihan dan penggunaan beton sebagai bahan
konstruksi adalah faktor efektifitas dan tingkat efisiensinya. Secara umum bahan
pengisis (filler) beton terbuat dari bahan-bahan yang mudah diperoleh, mudah diolah
(workability) dan mempunyai keawetan (durability) serta kekuatan (strenght) yang sangat
diperlukan dalam pembangunan suatu konstruksi. Beton yang bermutu baik mempunyai
beberapa kelebihan diantaranya mempunyai kuat tekan tinggi, tahan terhadap pengkaratan
atau pembusukan oleh kondisi lingkungan, tahan aus, dan tahan terhadap cuaca (panas,
dingin, sinar matahari, hujan). Beton juga mempunyai beberapa kelemahan, yaitu lemah
terhadap kuat tarik, mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu, sulit kedap
air secara sempurna, dan bersifat getas (Tjokrodimuljo, 1996).

B. 1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja agregat dan persyaratan dari konstruksi beton?


2. Apa macam-macam dari penulangan dan bekisting?
3. Bagaimana perhitungan bahan konstruksi beton?

C. 1.3 Tujuan

1. Menjelaskan agregat dan persyaratan dari konstruksi beton.


2. Menampilkan macam-macam dari penulangan dan bekisting konstruksi beton.
3. Menjabarkan perhitungan bahan konstruksi beton.

D. 1.4 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari makalah ini adalah sebagai sumber informasi atau sumber
penambah wawasan pembaca mengenai Dasar Teknik Konstruksi Beton.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. 2.1 Agregat dan Persyaratan

I. SEMEN

1. Untuk konstruksi beton bertulang dipakai jenis semen yang memenuhi ketentuan dan
syarat-syarat dalam NI-8;
2. Apabila diperlukan persyaratan khusus mengenai sifat betonnya , maka dapat dipakai
jenis semen lain seperti : semen Portland-tras, semen alumina, semen tahan sulfat dan
lain-lain;
3. Untuk beton mutu Bo, selain jenis semen di muka dapat juga dipakai semen tras
kapur;
4. Untuk beton mutu K175 dan mutu lebih tinggi dan mutu lebih tinggi, jumlah semen
yang dipakai dalam setiap campuran harus ditentukan dengan ukuran berat.Untuk
beton mutu B1 dan K125 jumlah semen yang dipakai dalam setiap campuran dapat
ditentukan dengan ukuran isi.

II.AGREGAT HALUS (Pasir)

1. Agregat Halus untuk beton dapat berupa pasir alam;


2. Agregat halus harus terdiri dari butir yang tajam dan keras;
3. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%(ditentukan terhadap
berat kering);
4. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan organis terlalu banyak;
5. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila
diayak dengan susunan ayakan harus memenuhi syarat sbb:

o sisa diatas ayakan 4 mm, harus minimum 2% berat;


o sisa diatas ayakan 1 mm, harus minimum 10 % berat;
o sisa diatas ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80 % dan 95 % berat

     6. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat untuk semua mutu beton.

III. AGREGAT KASAR (Kerikil dan Batu Pecah)

1. Agregat kasar adalah agregat dengan Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil
sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa batu pecah yang
diperoleh dari pemecahan batu;
2. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori;
3. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%(ditentukan terhadap
berat kering).Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian bagian yang dapat melalui

5
ayakan 0,063 mm, apabila kadar lumpur melampaui 1% , maka agregat kasar harus
dicuci;
4. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti zat-
zat reaktif alkali;
5. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila
diayak harus memenuhi syarat-syarat berikut :

o sisa diatas ayakan 31,5 mm, harus 0% berat;


o sisa diatas ayakan 4mm harus berkisar antara 90 % dan 98 % berat;
o selisih antara sisa-sisa kumulatif diatas dua ayakan yang berurutan adalah
maksimum 60 % dan minimum 10% Berat.

IV. AGREGAT CAMPURAN (AGREGAT HALUS DAN KASAR)

1. Susunan butir agregat campuran untuk beton dengan mutu K125 dan mutu lebih
tinggi harus diperiksa dengan melakukan analisa ayakan.Untuk itu ditetapkan susunan
ayakan dengan lubang-lubang persegi, dengan ukuran lubang dalam mm berturut-
turut :31,5-16-8-4-2-1-0,500-0,250.
2. Untuk beton dengan mutu K125, K175, dan K225 ditentukan daerah susunan butir
sbb:

o untuk agregat campuran dengan butir maksimum 31,5 mm Gambar 1


o untuk agregat campuran dengan butir maksimum 16 mm Gambar 2
o untuk agregat campuran dengan butir maksimum 8 mm Gambar 3  

Gambar 1: Daerah susunan butir untuk agregat campuran dengan diameter maks. 31,5 mm

6
Gambar 2. Daerah susunan butir untuk agregat campuran dengan diameter maks. 16,0 mm

Gambar 3. Daerah susunan butir untuk agregat campuran  dengan diameter maks. 16,0 mm
Angka-angka dalam lingkaran yang tercampur dalam Gambar 1,2 dan 3 mepunyai arti
sebagai berikut:
(1)=daerah tidak baik, diperlukan terlalu banyak semen dan air
(2)=daerah baik,tetapi diperlukan lebih banyak semen dan air dibandingkan
      dengan(3)

7
(3)=daerah baik sekali
(4)=daerah baik untuk susunan butir diskontinu
(5)=daerah tidak baik,terlalu sulit dikerjakan

V. AIR

1. Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam,
alkali, garam-garam, bahan-bahan organis atau bahan lain yang merusak beton dan
atau baja tulangan.Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.
2. Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton dapat ditentukan dengan
ukuran isi atau ukuran berat dan harus dilakukan setepat-tepatnya.

VI. BAJA DAN BATANG TULANGAN

1. Setiap jenis baja tulangan yang dihasilkan oleh pabrik baja dapat dipakai.Pada
umumnya setiap pabrik baja mempunyai standar mutu dan jenis baja.
2. Baja tulangan dengan mutu yang meragukan harus diperiksa di lembaga pemeriksaan
bahan-bahan yang diakui.Lembaga tersebut selanjutnya akan memberikan
pertimbangan dan petunjuk dalam penggunaan jenis baja tersebut.
3. Batang tulangan menurut bentuknya dibagi dalam batang polos dan batang yang
diprofilkan
4. Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum 1mm yang
telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh seng

VII. BAHAN PEMBANTU

1. Untuk memperbaiki mutu beton, sifat-sifat pengerjaan, waktu pengikatan dan


pengerasan ataupun untuk maksud lain, dapat digunakan bahan-bahan pembantu.
2. Manfaat dari bahan-bahan pembantu harus dapat dibuktikan dengan hasil-hasil
percobaan
3. Selama bahan-bahan pembantu ini dipakai harus diadakan pengawasan yang cermat
terhadap pemakainya.

Berikut tabel dan grafik gradasi yang harus dipenuhi oleh agregat halus (pasir) berdasar SNI-
03-2834-2000 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal) dan ASTM C-33
(Standard Specification for Concrete Aggregate) :

8
B. 2.2 Penulangan dan Bekisting

 Pengertian Penulangan Beton


Pekerjaan pembesian yang dimaksudkan dalam hal ini, adalah pekerjaan pada
pembuatan struktur beton bertulang. Beton bertulang  adalah beton yang ditulangi
dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum, yang
disyaratkan dengan atau tanpa prategang dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa
kedua material bekerja bersama sama dalam menahan beban. gaya gaya yang bekerja.
Beton hanya diperhitungkan dalam memikul gaya tekan sedangkan tulangan
diperhitungkan memikul gaya tarik dan sebagian gaya tekan, selain itu ada gaya gaya
lain yang dipikul oleh tulangan seperti, gaya puntir ( Torsi ), gaya geser dan lain lain.
 Prinsip Dasar Beton Bertulang
A. Balok Beton tanpa Tulangan
1. Balok Beton tanpa Tulangan
Sifat dari beton, yaitu  sangat kuat untuk menahan tekan, tetapi tidak kuat
(lemah) untuk  menahan tarik. Oleh karena itu , beton dapat mengalami retak
jika beban yang dipikulnya menimbulkan tegangan tarik yang melebihi kuat
tariknya.
             Jika sebuah balok beton (tanpa tulangan ) ditumpu oleh tumpuan
sederhana (sendi dan rol) dan di atas balok tersebut bekerja beban terpusat
( P ) dan beban merata ( q ), maka akan timbul momen luar, sehingga balok
akan melengkung ke bawah seperti tampak pada gambar II.1.(a) dan gambar
II.1.(b).
Pada balok yang melengkung ke bawah akibat beban luar ini pada dasarnya
ditahan oleh kopel gaya gaya dalam yang berupa tegangan tekan dan tarik.
Jadi pada serat serat balok bagian tepi atas  akan menahan tegangan tekan, dan
semakin ke bawah tegangan tekan tersebut semakin kecil dan sebaliknya, pada
serat bagian tepi bawah akan menahan tegangan tarik, dan semakin ke atas
tegangan tarik semakin kecil pula. ( lihat gambar II.1.(c), pada bagian tengah ,
yaitu pada batas antara tegangan tarik dan tegangan tekan , serat serat balok

9
tidakm mengalami tegangan sama sekali ( tegangan tarik dan tegangan tekan
bernilai nol ). Serat serat yang tidak mengalami tegangan tersebut membentuk
suatu garis yang disebut garis netral.

Jika beban di atas balok itu cukup besar, maka serat serat beton bagian tepi
bawah akan mengalami tegangan tarik yang cukuptak  besar pula, sehingga
dapat terjadi retak pada bagian tepi bawah. Keadaan ini terjadi terutama pada
daer      ah beton yang momennya besar, yaitu pada bagian tengah bentang.

2. Balok Beton dengan Tulangan


Untuk menahan gaya tarik yang cukup besar pada serat serat balok bagian tepi
bawah, maka diperlukan baja tulangan sehingga disebut dengan istilah  “Beton
Bertulang” pada balok beton bertulang ini, tulangan baja ditanam dalam beton
sedemikian rupa, sehingga gaya tarik yang dibutuhkan untuk menahan momen
pada penampang retak dapat ditahan oleh tulangan seperti tampak pada
gambar II.2

10
Gambar II.2. Balok Beton Bertulang

Karena sifat beton tidak kuat terhadap tarik, maka pada gambar II.2 (b)
tampak bahwan bagian balok yang menahan tarik ( di bawah garis netral )
akan ditahan oleh tulangan, sedangkan bagian yang menahan tekan ( di atas
garis netral ) tetap ditahan oleh beton.

3. Fungsi Utama Beton dan Tulangan


Dari uraian di atas dapatlah dipahami, bahwa baik beton maupun baja tulangan
pada struktur beton bertulang tersebut mempunyai fungsi yang berbeda sesuai
dengan sifat bahan yang bersangkutan.
Fungsi utama beton :
 Menahan gaya tekan
 Menutup baja tulangan agar tidak berkarat
Fungsi utama baja tulangan :
 Menahan gaya tarik
Mencegah retak beton agar tidak melebar

B. Pemasangan Tulangan
1. Pemasangan Tulangan Longitudinal
Fungsi utama baja tulangan pada struktur beton bertulang yaitu untuk
menahan gaya tarik, Oleh karena itu pada struktur  balok, pelat, fondasi,
ataupun struktur lainnya dari bahan beton bertulang, selalu diupayakan agar
tulangan longitudinal ( tulangan memanjang ) dipasang pada serat-serat beton
yang mengalami tegangan tarik.  Keadaan ini terjadi terutama pada daerah
yang menahan momen lentur besar (umumnya di daerah lapangan/tengah
bentang, atau di atas tumpuan), sehingga sering mengakibatkan terjadinya
retakan beton akibat tegangan lentur tersebut.
Tulangan longitudinal ini dipasang searah sumbu batang. Berikut ini diberikan
beberapa contoh pemasangan tulangan memanjang pada balok maupun pelat
(lihat Gambar II.4).

11
2. Pemasangan Tulangan Geser
Retakan beton pada balok juga dapat terjadi di daerah ujung balok yang dekat
dengan tumpuan. Retakan ini disebabkan oleh bekerjanya gaya geser atau
gaya lintang balok yang cukup besar, sehingga tidak mampu ditahan oleh
material beton dari balok yang bersangkutan.
Agar balok dapat menahan gaya geser tersebut, maka diperlukan tulangan
geser yang dapat berupa tulangan-miring/tulangan-serong atau berupa
sengkang/begel. Jika sebagai penahan gaya geser hanya  digunakan begel saja,
maka pada daerah dengan gaya geser besar (misalnya pada ujung balok yang
dekat tumpuan) dipasang begel dengan jarak yang kecil/rapat, sedangkan pada
daerah  dengan gaya geser kecil (daerah lapangan/tengah bentang balok) dapat
dipasang begel dengan jarak yang lebih besar/renggang.
Contoh pemasangan tulangan miring dan begel balok dapat dilihat pada
Gambar II.5.

3. Jarak Tulangan pada Balok


Tulangan longitudinal maupun begel balok diatur pemasangannya dengan
jarak tertentu seperti terlihat pada gambar di bawah ini :

4. Jumlah Tulangan Maksimal dalam 1 Baris


Dimensi struktur biasanya diberi notasi b dan h, dengan b adalah ukuran lebar
dan h adalah ukuran tinggi total dari penampang struktur. Sebagai contoh
dimensi balok ditulis b/h atau 300/500, berarti penampang dari balok tersebut
berukuran lebar balok b = 300 mm dan tinggi balok h = 500 mm

12
 Bekisting
Bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan untuk menahan beton selama
beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Dikarenakan
berfungsi sebagai cetakan sementara, bekisting akan dilepas atau dibongkar apabila
beton yang dituang telah mencapai kekuatan yang cukup (Stephens, 1985 dalam
jurnal uberlin,2015 ).
1. Perencaan dan Pemasangan Bekisting
Bekisting harus direncanakan untuk dapat memikul beban-beban vertikal dan
lateral/angin serta beban bergerak diatasnya atau beban-beban lain sesuai yang
ditentukan di dalam peraturan pembebanan Indonesia. Lendutan maksimum
permukaan bekisting adalah 1/400 bentang yang ditinjau. Struktur bekisting
harus cukup kedap untuk mencegah hilang atau lolosnya adukan beton. Pada
bagian sudut beton ekspose harus diberi pelat strip untuk membuat pojokan
(bevel). Bekisting harus didukung oleh sistem perancah sedemikian sehingga
setiap kemungkinan pergerakan lateral maupun vertikal tidak dapat terjadi
selama pengecoran.
2. Persiapan Material Bekisting
Semua permukaan bekisting dan material yang tertanam harus dibersihkan
dari akumulasi mortar atau grout bekas pengecoran sebelumnya dan dari
material asing lainnya sebelum beton dicor. Permukaan bekisting yang sudah
cacat sehingga mempengaruhi kualitas permukaan beton tidak boleh
dipergunakan lagi. Kecuali ditentukan lain, permukaan bekisting harus
diperlakukan sebagai berikut :
1. Sebelum penempatan besi atau pengecoran beton, permukaan bekisting
harus dilapisi dengan bahan yang mencegah penyerapan air, melekatnya beton
pada bekisting dan tidak mengotori permukaan beton. Dapat dipakai bahan
release agent atau sealer atau nonabsorptive linier yang disetujui oleh direksi
pengawas.
2. Sisa material pelapis tidak boleh menggenangi bekisting atau pada bagian
beton yang sudah mengeras dimana beton baru akan dituangkan diatasnya.
3. Pembongkaran Bekisting
Bekisting kayu untuk bukaan dinding harus segera dilepas sesudah beton
dianggap cukup keras sehingga tidak rusak saat pembongkarannya. Bekisting
kolom, dinding, sisi balok dan bagian lain yang tidak menahan berat sendiri
beton dapat segera dilepas sesudah beton dianggap cukup keras sehingga tidak

13
rusak pada saat pembongkaran bekistingnya. Bekisting dan perancah yang
digunakan untuk memikul berat beton balok, pelat dan bagian struktur lainnya
baru boleh dilepas setelah beton mencapai kekuatan 75% dari kekuatan beton
yang dipersyaratkan. Pada saat bekisting dilepas, tidak boleh terjadi lendutan
atau distorsi yang berlebihan dan tidak menimbulkan kerusakan pada beton,
baik karena pembongkaran perancah maupun karena proses pelepasan
bekistingnya.
4. Material untuk Bekisting
 Bekistim Kolom
Bekisting knock down yang terbuat dari plat baja dan besi hollow.
Untuk 1 unit bekisting knock down ini memang biayanya jauh lebih
mahal jika dibandingkan dengan bekisting kayu, namun bekisting ini
lebih awet dan tahan lama, sehingga dapat digunakan seterusnya
sampai pekerjaan selesai, jadi jika ditotal sampai selesai pelaksanaan,
bekisting knock down ini menjadi jauh lebih murah.
 Bekisting Balok dan Pelat
Bekisting dapat dibuat dari kayu, water proof-plywood atau material
lain yang telah disetujui oleh direksi pengawas. Papan kayu yang
digunakan tidak boleh mempunyai ketebalan kurang dari 25 mm. Tebal
plywood tidak boleh kurang dari 12 mm. Cetakan harus dari bahan
yang tidak merugikan terhadap bahan finishing yang akan dilekatkan
pada beton demikian juga terhadap permukaan yang dihasilkannya.
Penggunaan bahan-bahan tersebut harus dikerjakan secara seksama
mengikuti petunjuk dari pabriknya dan tidak diperkenankan
mengenai/berhubungan langsung dengan besi beton.

C. 2.3 Perhitugan Bahan

Takaran cor beton yang tepat sangat penting agar hasil struktur bangunan bisa kuat, kokoh,
dan tahan lama. Untuk memudahkan, saat ini telah tersedia campuran cor beton jadi siap
pakai yang praktis dan cukup ditambahkan air. Namun sebagian pekerja konstruksi
memilih membuat adonan manual dengan alasan lebih presisi.

Adapun untuk menghasilkan campuran beton yang kuat Anda bisa mengikuti takaran
bahan campuran berikut:

 Semen 11%
 Batu Koral – Agregat (Split) 41%
 Pasir Kasar 26%
 Air 16%

Selain cara di atas, jika ingin mengubah persentase takarannya, gunakan metode
perbandingan 1:2:3 dimana 1 semen : 2 pasir : 3 koral.

14
Lebih lanjut, sebelum menghitung biaya cor beton, Anda harus memperhitungkan rincian
kebutuhan bahan bangunannya dengan cara berikut:

1. Cara Hitung Kebutuhan Dak Beton

Contoh penggambaran kali ini Anda akan mengecor dak beton berukuran 6 x 13 meter,
ketebalan dak 12 cm menggunakan besi 10 mm dengan jarak cincin/begel 20 cm. Untuk
cara menghitungnya:

 Beton: 6 m x 13 m x 0,12 m (ketebalan dak) = 9,36 m3


 Campuran semen : pasir : kerikil : (1/6 x 9,36 m3) ÷· 0,024 = 65 sak
 Pasir: (2/6 x 9,36 m3) = 3,12 m3
 Kerikil: (3/6 x 9,36 m3) = 4,68 m3
 Besi d10 cm : 130 batang

2. Cara Hitung Material Cor

Dari perhitungan di atas, diasumsikan kebutuhan balok berukuran 15 x 30 cm dengan


tulangan pokok 6 buah besi yang diameter masing-masing 10 mm dan besi begel d8-200
(diameter 8 mm dan jarak pasang 20 cm). Maka perhitungan material cornya adalah:

 Total panjang balok: (6 bh x 6 m) + (3 bh x 13 m) = 75 m


 Beton: (0,15 m x 0,30 m x 75 m) = 2,7 m3
 Semen: (1/6 x 2,7 m3)/0,024 = 19 sak
 Pasir: (2/6 x 2,7 m3) = 0,9 m3
 Kerikil: (3/6 x 2,7 m3 = 1,35 m3
 Beli tulangan pokok d10 (kalikan 6 buah x 75 m) = 450 m (38 batang)
 Besi begel d8 panjang 1 begel = 0,8 m
 Kebutuhan begel : 300m/12m = 25 batang

Dari cara menghitung cor beton per m3 tadi, Anda akan mendapatkan total kebutuhan
untuk dak lantai beton ukuran 6 x 13 meter sebesar:

 Semen : 65 sak + 19 sak = 84 sak.


 Pasir : 3,12 m3 + 0,9 m3 = 4,02 m3.
 Kerikil : 4,68 m3 + 1,35 m3 = 6,03 m3.
 Besi d10 : 130 batang + 38 batang = 168 batang
 Besi d8 : 25 batang

15
BAB III

PENUTUP

A. 3.1 Kesimpulan

Pekerjaan beton bertulang merupakan pekerjaan konstruksi untuk menahan


beban yang sangat besar. Oleh karena itu beton yang dihasilkan mempengaruhi
kekuatan menahan beban yang sudah diisyaratkan. Adapun kesimpulan yang dapat
kami uraikan sebagai berikut:

1. Perhitungan dalam perencanaan pembuatan beton memerlukan ketelitian,


5. kesabaran, dan kedisiplinan yang tinggi. Sehingga akan dicapai efektifitas dan
6. efisiensi bahan, waktu, dan tenaga.
2. Perawatan beton yang baik akan sangat mempengaruhi sifat beton.
3. Keselamatan kerja, kebutuhan bahan, dan alat harus diperhatikan dalam
7. pelaksanaan praktek beton.
4. Pada waktu pengecoran beton harus dilakukan dengan hati-hati agar hasilnya
8. sesuai dengan apa yang kita harapkan.
5. Pada waktu pembuatan begel harus dilakukan dengan baik dan benar sesuai
9. dengan ukuran yang ditentukan pada gambar kerja.

B. 3.2 Saran

Semoga teman-teman semua bisa dapat memahami tentang isi materi ini dan bisa
mempraktekkan materi yang sudah di jelaskan dan diberikan ini. Dari penulisan makalah
ini, penulis menyarankan agar sebagai seorang manusia kita harus menjadi individu yang
dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain Untuk kedepannya tugas dalam membuat
makalah ini sangat dianjurkan untuk dilanjutkan, karena bisa menambah wawasan manusia
tentang pengetahuan konstruksi beton. Selain itu, makalah ini diharapkan dapat membantu
pembaca untuk menggali lebih dalam mengenai cara mengontruksi beton.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.rumah.com/panduan-properti/cara-menghitung-cor-beton-66564

https://lauwtjunnji.weebly.com/gradasi--agregat-halus.html

https://dpu.kulonprogokab.go.id/detil/240/bahan-pembentuk-beton

17

Anda mungkin juga menyukai