Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan
karunianyalah sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Uji Kuat Tekan Beton
di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Islam Malang dengan baik.
Adapun tujuan pelaksanaan praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui
kuat tekan beton yang sudah direncanakan, sehingga pada nantinya ilmu yang didapat pada
praktikum ini dapat berguna ke depannya. Pada kesempatan ini juga, kami mengucapkan
terimakasih kepada dosen pembimbing dan asisten Laboratorium Teknik Sipil Universitas
Islam Malang yang telah membantu, membimbing, dan mengarahkan kami serta bersikap
bijaksana dalam pelaksanaan praktikum sampai penyelesaian laporan ini.
Akhir kata kami harapkan semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan
pengetahuan kepada pembaca. Adapun laporan ini masih memiliki kekurangan, maka dari itu
kami mengharapkan kritik dan saranyang membangun untuk kesempurnaan laporan ini.
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beton yang digunakan sebagai struktur dalam konstruksi teknik sipil, dapat
dimanfaatkan untuk banyak hal. Dalam teknik sipil, struktur beton digunakan untuk
bangunan pondasi, kolom, balok, plat atau plat cangkang. Dalam teknik sipil hidro, beton
digunakan untuk bangunan air seperti bendung, bendungan, saluran, dan drainase perkotaan.
Beton juga digunakan dalam teknik sipil transportasi untuk pekerjaan rigid pavement (lapis
keras permukaan yang kaku), saluran samping, gorong-gorong, dan lainnya. Jadi beton
hampir digunakan dalam semua aspek ilmu teknik sipil. Artinya semua struktur dalam teknik
sipil akan menggunka beton, minimal dalam pekerjaan pondasi (Mulyono,2003).
Beton merupakan bahan yang terdiri dari bermacam-macam bahan, seperti: semen,
pasir, kerikil atau batu pecah, dan air, yang menjadi satu kesatuan konstruksi yang sangat
berguna bagi manusia.
Ditinjau dari segi manfaatnya, beton lebih bermanfaat dibanding material lain untuk
bahan konstruksi. Untuk konstruksi gedung bertingkat, menara air, tiang listrik, bahan beton
lebih tahan terhadap bahaya kebakaran, tidak memerlukan perawatan yang banyak atau mahal
serta bahan beton kuat untuk menahan suatu konstuksi.
Bahan material beton seperti: pasir, kerikil, semen dan air merupakan bahan yang
banyak terdapat di alam Indonesia. Sehingga bahan itu mudah didapat. Di pasaran dan
harganya terjangkau, sehingga untuk di Indonesia beton merupakan bahan konstruksi yang
serbaguna.
Bahan beton dan tulangan baja merupakan bahan yang dapat menyatu dengan kuat
dan dapat menahan beban tarik maupun tekan secara bersama, beton lebih kuat untuk
menahan gaya tarik.
Untuk mengetahui seberapa besar gaya yang dapat ditakan oleh beton untuk menahan
gaya tekan, maka dalam proses pembuatan beton dibagi dalam kelas mutu beton, seperti
beton kelas I untuk pekerjaan non strukturil, tidak perlu keahlian khusus dan beton kelas ini
dinyatakan denganmutu BO. Untuk beton kelas II dibagi dengan standaart BI, K125, K225.
Pengawasan terhadap mutu beton ini terdiri dari pengawasan ketat dari bahan dan hasil beton
dengan kekuatan tekan karakteristik lebih tinggi dari 225 kg/cm2.
Pelaksanaan memerlukan keahlian khusus dan harus dilakukan di bawah pimpinan
tenaga ahli. Disyaratkan adanya laboratorium beton dengan peralatan yang lengkap yang
dilayani oleh tenaga-tenaga ahli. Disyaratkan adanya laboratorium yang melakukan
pengawasan terhadap mutu beton kelas III, dinyatakan dengan huruf K dengan angka
dibelakangnya yang menyatakan kekuatan karakteristik beton yang bersangkutan.
Untuk menghasilkan mutu beton sesuai dengan kekuatan rencana misalnya K125,
K175, K225 atau mutu lebih tinggi dari K225 perlu adanya perjanjian atau cara pembuatan
atau prosedur mengenai concrete mixer design agar bisa membantu bagaimana untuk
mencapai mutu yang diinginkan.
Untuk mencapai itu seorang sarjana teknik sipil yang terjun dalam bidang tersebut
sangat perlu untuk mengerti dan dapat men-design mutu beton yang dikehendaki untuk
2
pelaksanaan di lapangan, sehingga praktikum laboratorium konstruksi beton ini sangat
diperlukan sekali untuk menunjang pengetahuan dari mata kulih konstruksi beton.
1.2 Pemeriksaan Bahan-bahan
Pengawasan bangunan dapat memerintahkan agar diadakan pemeriksaan bahan-bahan
pada campuran bahan yang dipakai dalam pelaksanaan konstruksi beton bertulang, untuk
menguji apakah syarat-syarat mutu dipenuhi. Pemeriksaan bahan-bahan dan beton harus
dilakukan dengan cara-cara yang ditentukan dalam peraturan ini. Hasil-hasil pemeriksaan
demikian harus dipelihara baik dan disimpan oleh pengawas ahli dan apabila diminta harus
dapat ditunjukkan kepada pengawas.
1.2.1 Semen
Untuk konstruksi beton bertulang pada umumnya dapat dipakai jenis-jenis
semen yang memenuhi ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang ditentukan
untuk mutu BO, selain jenis-jenis semen yang disebutkan di muka pendahuluan,
dapat juga dipakai seen tras kapur, untuk beton mutu K175 dan mutu lebih tinggi,
jumlah semen yang dipakai dalam setiap campuran harus ditentukan dengan
ukuran berat. Untuk beton mutu B1 dan K125, jumlah semen yang dipakai dalam
setiap campuran dapat ditentukan dengan ukuran isi pengukur semen, tidak bleh
mempunyai kesalahan lebih dari 2,5%.
1.2.2 Agregat Halus (Pasir)
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi
alami dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat
pemecah batu. Sesuai dengan syarat-syarat pengawasan mutu agregat sebagai
mutu beton. Agregat halus terdiri dari butiran pasir yang tajam dan keras. Agregat
halus tidak boleh mengandung bagian yang lolos lebih dari 45% pada suatu
ukuran ayakan dan bertahan pada ayakan berikutnya, modulus kehalusannya tidak
kurang dari 2,3 mm dan tidak boleh lebih dari 2,1 mm.
1.2.3 Agregat Kasar (Kerikil dan Batu Pecah)
Agregat kasar untuk beton dapat berupa batu kali sebagai hasil desintegrasi
alami dari batuan-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh pemecahan batu
pada umumnya, yang dimaksud agregat kasar adalah agregat dengan besar
butiran lebih dari 5 mm. Sisa di atas ayakan 40 harus 0% berat. Sisa di atas 4 mm
(4,75; 9,5; 19; dan no.25) harus berkisaran 90% dan 98%. Selisih antara sisa
komulatif di atas dua ayakan yang berurutan adalah maksimum 60% dan
minimum 10% berat.
Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak beton, seperti
zat reaktif alkali, contoh obat-obatan tanaman, besar butiran agregat maksimum
tidak boleh lebih dari seperlima jarak terkecil antara bidang-bidang samping dari
cetakan, sepertiga dari tebal plat atau tiga perempat dari jarak bersih minimum di
antara batang-batang atau berkas-berkas tulangan agar menjamin tidak terjadinya
sarang-sarang terkecil.
3
1.2.4 Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak,
alkali, garam, bahan-bahan organik lain atau zat kimia lain yang dapat merusak
beton dan baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih atau yang
dapat diminum. Apabila terdapat keraguan mengenai air, dianjurkan untuk
mengirim contoh air tersebut ke lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui
untuk diselidiki sampai beberapa jauh air itu mengandung zat-zat yang dapat
merusak beton atau tulangan.
Jumlah air yang dipakai dalam membuat adukan beton dapat ditentukan
dengan ukuran isi atau ukuran berat dan harus dilakukan setepat-tepatnya.
1.3 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Untuk mendapatkan job mix design beton yang dibuat agar mendapatkan nilai
kuat tekan yang sudah direncanakan.
2. Untuk mengetahu nilai kuat tekan beton yang telah dibuat.
1.4 Manfaat Praktikum
Dari melakukan praktikum ini, manfaat yang didapat adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui alat-alat yang digunakan dalam pengujian kuat
tekan beton.
2. Mahasiswa dapat membuat job mix design beton agar mendapatkan nilai kuat
tekan yang sudah direncanakan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui nilai kuat tekan beton yang telah dibuat.
1.5 Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Islam Malang.
Untuk waktu pelaksanaan praktikum dibagi menjadi tiga tahap, dapat dilihat dalam tabel
berikut:
Tabel 1.1 Tempat dan Waktu Praktikum
4
BAB II
PEMERIKSAAN GRADASI PASIR (SAND GRADATION)
2.1 Dasar Teori
Pasir merupakan agregat halus untuk campuran beton sebagai hasil dari
disintegrasi alami dari batuan. Menurut ASTM C = 33, batas bawah ukuran pasir
sebesar 0,0075 mm (saringan No. 200), sedangkan batas atasnya adalah 4,75 mm
(ukuran saringan No. 4).
2.2 Tujuan
Untuk mengetahui dapat tidaknya pembagian butir pasir sebagai agregat,
harus memenuhi ASTM C 35-37 dalam campuran beton.
Untuk menetapkan atau menentukan pembagian butir (gradasi) pasir.
2.3 Bahan
Pasir
Sumber:
https://www.google.com, diakses pada tanggal 3 Oktober 2019 pukul 12.30
2.4 Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0,20 gram.
5
Sumber: https://www.google.com, diakses tanggal 3 Oktober 2019 pukul 12.38
6
Sumber: https://www.google.com, diakses tanggal 3 Oktober 2019 pukul 12.49
2.5 Pelaksanaan
a. Pasir ditimbang seberat 12500 gram.
b. Bahan diayak dengan ayakan yang tersusun yaitu dari ukuran ayakan 2,36 mm,
1,18 mm, 0,6 mm, 0,5 mm, 0,075 mm, dan kotak penampang.
c. Bahan diayak dengan menggunakan motorrised sleve shaker selama 2 menit.
d. Pasir yang tertinggal di atas ayakan ditimbang dan dicatat.
7
2.6 Daftar Ayakan
Tabel 2.2 Daftar Ayakan Pemeriksaan Gradasi Pasir
460,21
Modulus halus butir pasir = =4,6021 % <5 % (kadar lumpur ditetapkan terhadap berat kering). Bila melampaui 5% agregat harus dicuci.
100
Pembahasan:
Jumlah = ( a+b3 +c )
2645+2600+2825
Misal =( ) = 2690
3
Dalam % = (d/12500) x 100% x 100
Misal = (2690/12500) x 100% x 100 = 21,52%
Jumlah sisa ayakan = % tentukan + % jumlah berikutnya
Misal = 21,52% + 24,76% = 46,28%
8
Jumlah lewat ayakan = (100% - e%) x 100
Misal = (100% - 21,52%) x 100 = 78,48%
9
2.7 Grafik Butiran Pasir
Grafik 2.1 Grafik Butiran Gradasi Pasir
10
120
100
80
60
40
20
11
Flowchart Pemeriksaan Gradasi Pasir (Sand Gradation)
START
Bahan diayak dengan ayakan yang tersusun yaitu dari ukuran ayakan 2,36
mm, 1,18 mm, 0,6 mm, 0,5 mm, 0,075 mm, dan kotak penampang.
FINISH
12
BAB III
PEMERIKSAAN GRADASI KERIKIL
3.1 Dasar Teori
Pada dasarnya kerikil, seperti halnya pasir terbentuk dari hasil proses
disintegrasi batuan alam. Kerikil adalah salah satu agregat kasar yaitu agregat kasar
jenis natural sand. Selain dari agregat kasar adalah batuan pecah atau kericak yang
merupaka hasil dari mesin pemecah batu.
3.2 Tujuan
Untuk menetukan pembagian butiran (gradasi) kerikil
3.3 Bahan
Kerikil dari sungai berantas sebesar 20kg
3.4 Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 1,0 gram
13
Sumber: https://www.google.com, diakses tanggal 9 Oktober 2019 pukul 13.12
b. Satu set ayakan dengan ukuran masing-masing 4,75”, 9,5”, 19”, 25” dan kerikil
penampang
14
Sumber: https://www.google.com, diakses tanggal 9 Oktober 2019 pukul 13.30
3.5 Pelaksanaan
a. Menimbang bahan contoh seberat 2 X 20kg.
b. Menyusun ayakan masing-masing dari bawah ke atas mulai dari ukuran terbesar
sampai terkecil dan kotak penampung.
c. Kerikil kita masukan sedikit demi sedikit, diayak dengan ayakan yang digerakan
dengan motorrised dynamic shaker.
d. Ayakan hampir penuh, ayakan diambil diganti dengan ayakan untuk ayakan bahan
yang belum terayak, sampai bahan contoh dapat terayak seluruhnya.
e. Sisa yang tertinggal ditimbang dengan timbangan.
15
3.6 Daftar Ayakan
Tabel 3.3 Daftar Ayakan Pemeriksaan Gradasi Kerikil
16
358,64
Modulus halus butir kerikil = = 179,32
2
Jumlah ¿),
misal ¿) = 2448,33 gr
Dalam % = ¿) X 100%
misal ¿) X 100% = 12,24
Jumlah sisa ayakan = % tentukan + % jumlah berikutnya
Misal = 12,24 + 36,37 = 48,61%
Jumlah lewat ayakan =(100% - f%)
Misal = 100%-12,24% = 87,76%
17
3.7 Grafik Pemeriksaan Butiran Kerikil
Grafik 3.2 Grafik Pemeriksaan Gradasi Kerikil
120
100
80
60
40
20
4.8 9.6 19 38 76
Grafik Gradasi Spilit Ukuran Maksimum 10 mm (SNI 03-2834-2000)
18
3.8 Pembahasan Agregat Kasar (Kerikil)
Syarat mutu agregat kasar menurut PBBI 1971-NI-2 mengenai bahan-bahan pada
pasal 3.4 tentang agregat kasar (kerikil dan batu pecah).
Agregat kasar untuk beton berupa kerikil sebagai hasil desintragasi alami dari
batuan-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu.
Agregat kasar harus terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tidak berpori.
Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai apabila
jumlah pipih tidak melampaui 20% dari berat agregat seluruhnya. Butir harus
bersifat kekal artinya tidak pecah / tidak hancur oleh cuaca seperti terik
matahari dan hujan.
Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan
dalam berat kering) yang diartikan dengan lumpur adalah bagian yang dapat
melalui ayakan 0,063 mm.
Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak beton seperti
zat aktif alkali. Untuk membuat beton dengan semen kadar alkalinya tinggi
dihitung sebagai setara dengan natrium oksida (NaO + 0,658 K2O) tidak lebih
dari 0,6%.
Agregat halus harus terdiri dari butiran-butiran yang selalu beraneka ragam
besarnya dan apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan dalam
pasal 3.5 ayat (1), harus memenuhi syarat-syarat berikut:
Sisa diatas ayakan 31.5mm harus minimal 0% berat
Sisa diatas ayakan 44mm harus berkisar antara 90% dan 98% berat.
Selisih antara sisa-sisa komulatif diantara du ayakan yang berurutan
dalah maksimum 10% berat.
19
Flowchart Pemeriksaan Gradasi Kerikil
START
Kerikil kita masukan sedikit demi sedikit, diayak dengan ayakan yang
digerakan dengan motorrised dynamic shaker.
FINISH
20
BAB IV
PEMERIKSAAN BERAT SATUAN
4.1 Dasar Teori
Berat isi atau juga dasar teori atau disebut juga sebagai berat agregat satuan
merupakan rasio antara berat agregat dan isi atau volume. Berat isi agregat diperlukan dalam
perhitungan dalam bahan campuran, apabila jumlah bahan ditakar dengan ukuran volume.
Berat volume agregat ditinjau dalam dua keadaan, yaitu berat volume gembur dan
berat volume padat. Berat volume gembur merupakan perbandingan berat agregat dengan
volume literan, sedangkan berat volume padat adalah perbandingan berat agregat dalam
keadaan padat dengan volume literan.
4.2 Tujuan
Untuk menetukan berat satuan kerikil
4.3 Bahan
Kerikil berasal dari sungai berantas
4.4 Peralatan
Timbangan
21
Sumber: https://www.google.com, diakses tanggal 9 Oktober 2019 pukul 13.43
Kotak takar
4.5 Pelaksanaan
22
Berat kerikil + taaran ( a ) = 7400 gr
Berat takaran ( b ) = 200 gr
Berat krikil ( c ) =a–b
= 7400 – 200
= 7200 gr
( 3,14 X 4,75 ) +(3.14 X 3)
Volume takaran ( cc ) = X7
2
= 346,87 cm
berat kerikil
Berat satuan kerikil (gr/cm3) = = gr/cm3
volume takaran
7200
=
346,87
= 20,756 gr/cm3
4.8 Pemeriksaan berat Satuan Volume Pasir
Bahan : pasir
Asal : berantas
Banyaknya : - diameter atas = 9,5 cm
- Diameter bawah = 6 cm
- Tinggi = 7 cm
= 346,87 cm
23
berat kerikil
Berat satuan kerikil (gr/cm3) = = gr/cm3
volume takaran
10000
=
346,87
= 28,829 gr/cm3
24
Flowchart Pemeriksaan Berat Satuan
START
Meratakan muka bahan krikil bahan ember sama tinggi dengan mistar.
Ember dikosongkan dan diisi lagi singkup benda uji krikil dengan tinggi
tidak melebihi 5 cm diatas kotak takar, Shoveling.
Meratakan benda uji dengan tangan dan mistar setinggi 5 cm diatas muka
ember yang di timbang.
FINISH
25
BAB V
CAMPURAN ADUKAN BETON
5.1 Dasar Teori
Proses memilih bahan-bahan pembetonan yang tepat dan memutuskan jumlah atau
kuantitas ketergantungan dari bahan-bahan tersebut dengan mempertimbangkan syarat mutu
beton, kekuatan (strength), ketahanan (durability), dan kemudahan pengerjaan
(workability),serta nilai ekonomisnya (Anonim, 1991).
5.2 Tujuan
a. Menetapkan campuran adukan beton yang dapat dikerjakan
b. Menetapkan nilai slump
c. Menetapkan jumlah air yang keluar pada awal (selama 1 jam setelah campuran
diberi air)
5.3 Bahan
a. Semen portland
b. Pasir
c. Kerikil
d. Air
5.4 Peralatan
a. Corong kerucut kecil untuk penelitian SSD pasir beserta tongkat penumbuknya
.
Sumber: https://www.google.com, diakses tanggal 9 Oktober 2019 pukul 13.48
b. Corong kecurut abram untuk menentukan nilai slump beserta tongkat
penumbuknya.
c. Cetakan kubus 15 x 15 x 15 cm
26
Sumber: https://www.google.com, diakses tanggal 9 Oktober 2019 pukul 13.50
d. Concrete mixer
27
5.5 Pelaksanaan
a. Umum
1. Menyimpan seluruh perlengkaan atau peralatan adukan yaitu menimbang
bahan pasir, kerikil, semen yang sudh memenuhi syarat, dengan berat.
Semen portland = ¾ timba (4,1 kg)
Pasir = 1 timba (8,1 kg)
Kerikil = 1,5 timba (11,4 kg)
Air dengan Fas 0,6 = 1500 ml
2. Menimbang cetakan, melumasi dengan oil, dan mencatat hasil beratnya.
3. Menyimpan bak penampung, concrete mixer yang sudah bersih, alat-alat
pengaduk, sendok adukan, tempat air, corong kerucut abram, dan tongkat
penusuk.
4. Molen dijalankan, pasir dan kerikil dimasukkan, kemudian semen dan air,
molen berputar mengaduk bahan-bahan selama ± 2 menit, bila adukan sudah
rata dituangkan dengan memutar molen ke bak penampungan adukan.
5. Adukan dimasukkan pada kerucut abram dibagi menjadi tiga lapis, masing-
masing lapis ditusuk dengan tongkat penumbuk sebanyak 25 kali, sambil
menumbuk kerucut hars tidak boleh tergeser, maka harus ditekan yang kuat.
6. Lapisan yang akhir selesai ditunggu selama 30 detik baru kerucut diangkat,
maka adukan mengalami penurunan ukur dengan alat ukur unruk mengetahui
nilai slump.
7. Adukan yang memenuhi syarat slumpnya dimasukkan dalam kotak kubus
beton dengan tiga lapis, masing-masing lapis ditumbuk 25 kali. Kubus penuh
diratakan bagian tepi dibersihkan, dan kemudian ditimbang.
8. Penampung air yang keluar selama satu jam awal sejak memasukkan adonan
ke dalam kubus beton, air dimasukkan dalam gelas ukur.
9. Setelah dua jam awal sejak diberi air, permukaan beton bagian atasnya
dilapisi dengan pasta semen (capping).
10. Setelah 24 jam sejak pengisian beton dalam cetakan, beton dikeluarkan dari
cetakan disimpan dalam udara yang lembab.
b. Detail
1. Membuat kerikil dari pasir menjadi SSD
1.1 Membuat kerikil SSD
Kerikil direndam dalam air selama 24 jam
Mengeluarkan dari dalam air dan dilap sampai kering
Didapat kerikil SSD sehingga dapat dipakai
1.2 Membuat pasir SSD
28
Pasir diuji dengan alat corong kerucut, pasir diisikan pada corong lalu
dimampatkan dengan tongkat tinggi jatuh kurang lebih 5 cm, diisi tiga
lapis masing-masing ditumbuk 25 kali hingga mampat
Corong kerucut diangkat perlahan-lahan dan dilihat hasilnya sampai
ketentuan di bawah ini:
Pasir bentuknya tetap karena terlalu basah, sehigga dikeringkan
dulu.
Pasir bentuknya longsor atau buyar karena terlalu kering maka
dibasahi.
Pasir diisi puncaknya longsor dalam keadaan SSD.
2. Susunan adukan beton
Dibuat adukan, 1:2:3 (perbandingan berat sedangkan perbandingan volume
tidak dihitung)
3. Cara mengaduk beton
Bahan capping (bahan penutup beton dalam cetakan ) adalah pasta semen
dengan konstitusi normal (Fas ± 0,30) menurut NI 8 yang diaduk menjadi
plastis, pengadukan dan pemberian air dilakukan bersama-sama.
Beton dalam cetakan dibiarkan mengeras dan diletakkan dalam ruang
lembab selama 24 jam terhitung sejak adukan dimasukkan dalam cetakan.
29
5.6 Data Percobaan
30
Flowchart Pemeriksaan Berat Satuan
START
Molen dijalankan, pasir dan kerikil dimasukkan, kemudian semen dan air,
molen berputar mengaduk bahan-bahan selama ± 2 menit, bila adukan
sudah rata dituangkan dengan memutar molen ke bak penampungan
adukan.
31
Penampung air yang keluar selama satu jam awal sejak memasukkan
adonan ke dalam kubus beton, air dimasukkan dalam gelas ukur.
Setelah dua jam awal sejak diberi air, permukaan beton bagian atasnya
dilapisi dengan pasta semen (capping).
FINISH
32
BAB VI
PERCOBAAN KUAT DESAK BETON
6.1 Tujuan
a. Menentukan batas sebanding
b. Menentukan kuat desak beton
c. Menetapkan batas tenggang 0,01 (pada 0,01% offset)
d. Menetapkan modulus elastis awal dan modulus kenyal
e. Menetapkan berat sendiri beton
f. Menetapkan modulus elaastis teakn pada tegangan tertentu
g. Menetapkan nilai sebanding kuat desak kubus
6.2 Bahan
Sebuah kubus standart 15 x 15 x 15 cm3
6.3 Peralatan
a. Hammer tester
b. Compressemeter (alat ukur perpendekan)
c. Caliper concrete micrometer
d. Universal testing machine
e. Timbangan
6.4 Pelaksanaan
a. Mencatat untuk masing-masing bahan uji, jenis, asal bahan disusun, perbandingan
berat fas, slump, tanggal pembuatan, tanggal penguji, cara penyimpanan dan
mesin.
b. Menetapkan ukura-ukuran, panjang rata-rata, lebar rata-rata, dengan ketelitian
sampai 0,1 mm kemudian ditimbang.
c. Mengamati cara kerja hydrolic hand pump dengan memutar tuas katup (velve) ke
arah kanan, maka secara perlahan mesin akan turun menekan beton sampai
dengan kekuatan maksimim beton.
d. Setelah beton hancur didapat, mencatat beton hancur, kemudian kubus beton
diturunkan dengan memakai handle.
e. Mencatat sket bidang kubus beton hancur dengan 6 bidang.
6.5 Data Pengamatan
Dengan universal testing method:
a. Bahan susun
Portland semen
Pasir
Kerikil
b. Perbandingan berat 1 pc : 2 pc : 3 kr
c. Faktor air semen
d. Berat masing-masingbahan susunan
33
Portland semen
Pasir
Kerikil
Air
e. Tanggal pembuatan dan tanggal pengujian
f. Cara penyimpanan
g. Berat benda uji khusus beton
h. Ukuran kubus dan luas penampang
i. Sket benda uji setelaha diuji
j. Jenis kehancuran
6.6 Pengolahan Data
a. Data pengaman uji desak beton
b. Tanggal pengecoran
c. Tanggal pengujian
6.7 Tabel Hasil Uji Tekan Beton
Benda Uji Kubus
34
6.8 Mencari Tegangan Hancur
σb = Tegangan Tekan
K x Luas
σbm = Σσb
20
Tegangan
No Umur K Luas Tegangan Tegangan Hancur { Hancur Rata-
(hari) (cm2) Tekan σb} rata{ σbm}
2
(kg) (kg/cm ) (kg/cm2)
1 7 0,7 225 38500 244,444 387,137
2 7 0,7 225 30000 190,476 387,137
3 7 0,7 225 32500 206,349 387,137
4 7 0,7 176,625 37000 299,262 387,137
5 7 0,7 176,625 53000 428,672 387,137
6 7 0,7 176,625 55000 444,849 387,137
7 14 0,88 225 65000 412,698 387,137
8 14 0,88 225 71200 452,063 387,137
9 14 0,88 225 67300 427,301 387,137
10 14 0,88 176,625 35500 287,129 387,137
11 14 0,88 176,625 53500 432,717 387,137
12 14 0,88 176,625 62500 505,510 387,137
13 28 1 225 73500 466,667 387,137
14 28 1 225 68000 431,746 387,137
15 28 1 225 79000 501,587 387,137
16 28 1 225 62000 393,651 387,137
17 28 1 176,625 29000 234,556 387,137
18 28 1 176,625 44000 355,879 387,137
19 28 1 176,625 59000 477,201 387,137
20 28 1 176,625 68000 549,994 387,137
Σσb = 7742,751
35
6.9 Perhitungan σbk
Tegangan
2
No Umur P { σb} bm σb- σbm (σb- σbm) Hancur
(hari) (kg) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (s bm)
S = √Σ(σb- σbm)2
n-1
= √201258,63
20-1
= √10592,56
= 102,920
Mutu pelaksanaan dan kekuatan tekan beton karakteristik
σbk = σbm – 1,64 x S
= 387,137 – 1,64 x 102,920
= 218,34kg/cm2
36
Mutu beton dari praktikum K-218
Standart Deviasi Mutu Beton Menurut PBI 1971 = 1,64
37
Flowchart Perconbaan Kuat Desak Beton
START
Mengamati cara kerja hydrolic hand pump dengan memutar tuas katup
(velve) ke arah kanan, maka secara perlahan mesin akan turun menekan
beton sampai dengan kekuatan maksimim beton.
FINISH
38
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
1. Pada hasil percobaan analisa ayakan agregat halus, setelah dimasukan dalam
grafik pasir ternyata memenuhi syarat ASTM, hal ini menunjukan bahwa pasir
yang digunakan sudah memenuhi syarat pembuatan beton.
2. Pada percobaan analisa ayakan agregat kasar, setelah dimasukan dalam grafik
ternyata hanya masukan separuh pada grafik ASTM, hal ini disebabkan
ukuran kerrikil terlalu besar, untuk itu harus ditambah kerikil yang lebih kecil.
3. Setelah dilakukan uji kuat tekan beton sampai 20 kali diketahui nilai K-200
kg/cm2.
7.2 Saran
1. Faktor penyebab turunnya mutu beton diantaranya adalah:
Pasir atau kerikil yang digunakan sebagai bahan campuran pada waktu
percobaan mempuyai mutu yang rendah.
Pada saat percobaan tersebut terdapat kesalahan baik pada pembacaan
alat ataupun faktor lain misalnya tidak stabilnya peralatan yang kita
gunakan.
2. Kesalahan yang terjadi pada saat pencampuran material (Portland cement,
pasir, kerikil dan air) akan mengakibatkan tidak sesuainnya mutu beton yang
diharapakan, karena banayak rongga yang belum terpenuhi atau perbandingan
semen dengan air lebih banyak air.
3. Pada saaat memasukan air ke mesin pengaduk (molen), air ahrus dituangkan
sedikit demi sedikit guna menjaga kekentalan beton.
39
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Indonesia. (2002). SNI 03-6815-2002 Tata Cara Mengevaluasi Hasil Uji
Kekuatan Beton. Jakarta: Badan Standarisasi Indonesia.
Mulyono, T. (2003). TEKNOLOGI BETON. Yogyakarta: ANDI
40
LAMPIRAN
Pemeriksaan Gradasi Pasir
Gambar : Gambar :
Keterangan : penyaringan gradasi Pasir Keterangan : penimbangan gradasi
Sumber : dokumentasi pribadi Pasir
Yang lolos dari tiap saringan.
Sumber : dokumentasi pribadi
Gambar : Gambar :
Keterangan : penyaringan gradasi kerikil Keterangan : penimbangan gradasi
Sumber : dokumentasi pribadi Kerikil Yang lolos dari tiap saringan.
Sumber : dokumentasi pribadi
41
Campuran Adukan Beton
Gambar : Gambar :
Keterangan : persiapan bahan-bahan untuk Keterangan : penimbangan kerikil
campuran adukan beton.. untuk campuran adukan beton.
Sumber : dokumentasi pribadi. Sumber : dokumentasi pribadi
Gambar : Gambar :
Keterangan : penimbangan pasir untuk Keterangan : pencampuran bahan-
campuran adukan beton. bahan untuk campuran adukan beton.
Sumber : dokumentasi pribadi Sumber : dokumentasi pribadi
42
Gambar : Gambar :
Keterangan : hasil adukan campuran beton. Keterangan : pembuatan slump test.
Sumber : dokumentasi pribadi Sumber : dokumentasi pribadi
Gambar : Gambar :
Keterangan : pengukuran slump test. Keterangan : slump test di masukan
Sumber : dokumentasi pribadi kedalam kotak kubus beton (ditusuk 25
kali).
Sumber : dokumentasi pribadi
43
Gambar : Gambar :
Keterangan : slump test kubus dan beton Keterangan : pelepasan beton dari kotak
yang sudah siap dilepaskan. kubus beton.
Sumber : dokumentasi pribadi Sumber : dokumentasi pribadi
Gambar : Gambar :
Keterangan : menuliskan keterangan pada Keterangan : perendaman beton
beton yang sudah jadi. sebelum di tes.
Sumber : dokumentasi pribadi Sumber : dokumentasi pribadi
44
Gambar : Gambar :
Keterangan : penimbangan beton sebulm di Keterangan : tes uji kekuatan beton.
tes. Sumber : dokumentasi pribadi
Sumber : dokumentasi pribadi
45