Disusun Oleh :
BINTANG MULIARDI UTAMAS
NIM : 1700822201064
FAKULTAS TEKNIK
2021
HALAMAN PERSETUJUAN
Disusun Oleh :
BINTANG MULIARDI UTAMAS
Npm : 1700822201064
Dengan ini Dosen Pembimbing Tugas Akhir Prodi Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Batanghari Jambi, menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir
dengan Judul dan penyusunan sebagaimana tersebut diatas disetujui sesuai dengan
prosedur, ketentuan, kelaziman yang berlaku dan dapat diajukan untuk Ujian
Komprehensif Tugas Akhir Program Srata Satu (S1) Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Batanghari.
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Akhir ini telah dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Ujian Tugas Akhir
dan Ujian Komprehensif, dan diterima sebagai persyaratan yang diperlukan untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Batanghari.
PANITIA PENGUJI
Disahkan Oleh :
Dr. Ir. H. Fakhrul Rozi Yamali., ME. Elvira Handayani, ST., MT.
iii
MOTTO
“ Hidup yang tidak teruji adalah hidup yang tidak layak untuk dihidupi. Tanda
manusia masih hidup adalah ketika ia mengalami
ujian, kegagalan, dan penderitaan ”
(Socrates)
“ Bangun kesuksesan dari sebuah kegagalan dan keputusasaan, dua hal itu
loncatan yang paling baik menuju kesuksesan ”
(Dale Carnegie)
“ Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan
baginya kemudahan dalam urusannya ”
(Q.S At-Talaq : 4)
“ Kamu tidak akan bisa kembali dan mengubah masa lalu, maka dari itu tataplah
masa depan dan jangan buat kesalahan yang sama untuk kedua kalinya ”
(Bintang Muliardi Utamas)
“ Doa Ibu menyelimuti setiap langkahku, kemana pun aku pergi, dimana pun aku
ditempatkan, aku bersama-sama dengan doanya ”
(Zarry Hendrik)
“ Setiap orang pasti mempunyai mimpi, begitu juga saya, namun bagi saya yang
paling penting adalah bukan seberapa besar mimpi yang kamu punya, tapi
seberapa besar usaha kamu untuk mewujudkan mimpi itu ”
(Nazril irham)
iv
KAJIAN PORTAL STRUKTUR BAJA GEDUNG WORKSHOP
ALAT BERAT DI BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI
TAHAP II DENGAN METODE DFBK DAN DKI
ABSTRAK
1
Mahasiswa Universitas Batanghari Jambi
2
Institusi Penulis
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Tugas Akhir ini.
Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, kepada keluarga-Nya, dan para sahabat-Nya serta hingga kedapa umat-Nya
hingga akhir zaman.
Penulisan Laporan Tugas Akhir dengan judul Kajian Portal Struktur Baja
Gedung Workshop Alat Berat Di Balai Wilayah Sungai Sumatera VI Tahap II
Dengan Metode DFBK dan DKI ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat
akademik dalam menempuh jenjang strata satu pada Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Batanghari Jambi juga sebagai media tertulis mengenai
hasil pengamatan kegiatan – kegiatan yang berlangsung dilapangan.
1. Bapak Dr. Ir. H. Fakhrul Rozi Yamali, ME selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Batanghari Jambi.
2. Bapak Drs. G. M. Saragih, M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Teknik
Universitas Batanghari Jambi.
3. Bapak Ir. H. Azwarman, MT selaku Wakil Dekan II Fakultas Teknik
Universitas Batanghari Jambi
4. Bapak Ir. H. Myson, MT selaku Wakil Dekan III Fakultas Teknik
Universitas Batanghari Jambi.
5. Ibu Elvira Handayani, ST, MT selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil
6. Suhendra, ST, MT selaku Dosen Pembimbing I
7. Wari Dony, ST, MT selaku Dosen Pembimbing II.
8. Bapak/Ibu Dosen, Tenaga Pengajar serta Staf pada Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Batanghari Jambi.
vi
9. Seluruh Pegawai, Staf dan Karyawan Balai Wilayah Sungai Sumatera VI
10. Rekan-rekan Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Batanghari
Jambi.
Dari penulisan laporan ini, penulis berharap agar dapat bermanfaat untuk semua
kalangan. Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih
terdapat banyak sekali kesalahan dan kekurangannya, oleh karena itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna keperluan serupa
kemudian hari
vii
DAFTAR ISI
viii
2.2.2 Sifat-Sifat Fisik Baja ............................................................ 10
ix
BAB III METODE PENELITIAN
4.2.9 Perbandingan Hasil Metode DFBK dan Metode DKI .......... 198
x
BAB V PENUTUP
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
Gambar 4.8 Pembebanan Beban Hidup ............................................................ 93
xiii
Gambar 4.33 Geser Akibat Kombinasi Pembebanan 7 ..................................... 110
Gambar 4.35 Skema Penyambung Kolom dan Balok Luar ............................... 126
Gambar 4.36 Skema Penyambung Kolom dan Balok Dalam ............................ 130
xiv
Gambar 4.58 Momen Akibat Kombinasi Pembebanan 7 .................................. 163
Gambar 4.76 Skema Penyambung Kolom dan Balok Luar ............................... 186
Gambar 4.77 Skema Penyambung Kolom dan Balok Dalam ............................ 189
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.11 Perbandingan Metode DFBK dan Metode DKI ........................... 198
xvi
DAFTAR NOTASI
Cb = Faktor modifikasi tekuk torsi lateral untuk diagram momen tidak merata
D = Beban Mati
E = Beban gempa
F = Tegangan
xvii
Fa = Koefisien situs
Fn = Tegangan nominal
Fp = Batas Proporsional
G = Modulus geser
Iz = Intersitas turbulensi
J = Kostanta torsi
xviii
Kz = koefisien eksposur tekanan kecepatan
L = Panjang batang/kolom
L = Beban hidup
Lk = Panjang batang
xix
Mgy = Momen gording arah sumbu y
MPa = Megapascal
xx
Ov = Koefisien sambungan overlab
Rijin = Kuat ijin pada suatu penyambung dalam tarik metode DKI
Rn = Kekuatan nominal
xxi
Sx = Modulus penampang elastis
W = Beban angin
a’ = Panjang jarak las sepanjang kedua tepi dari penghentian pelat penutup
pada balok
xxii
b = Lebar total kaki dalam tekan
b = Lebar profil
db = Diameter baut
n = Jumlah baut
q = qz untuk dinding disisi angin datang yang diukur pada keting gian z diatas
permukaan tanah.
xxiii
qy = Beban arah sumbu y
qz = Tekanan kecepatan
rz = Jari-jari girasi
tp = Tebal pelat
xxiv
ϕ = Faktor ketahanan
β = Faktor reduksi
λ = Parameter kelangsingan
ε = Regangan
Ω = Faktor keamanan
Ʃ𝒬𝑖 = Beban
τ = Kontrol tegangan
xxv
𝜏b = Tegangan yang direduksi baut, 0,6 x σ
δ = Kontrol Lendutan
xxvi
BAB I
PENDAHULUAN
metode yang biasanya digunakan, metode tersebut berupa metode Desain Faktor
Beban dan Ketahanan (DFBK) dan metode Desain Kekuatan Ijin (DKI). Metode
sedangkan metode DKI merupakan metode yang tidak tergantung pada faktor
dengan menggunakan tegangan izin yang pada dasarnya metode ini menekankan
kepada faktor durasi beban yang terjadi pada struktur. Kedua metode tersebut
memiliki perbedaaan yang terletak pada faktor ketahanan, faktor keamanan dan
kombinasi beban yang digunakan, dalam analisisnya sendiri metode DFBK lebih
mengacu kepada kondisi batas atau Limit State Design. Kondisi batas yang ditinjau
adalah kekuatan, yang disebut juga kekuatan batas atau Ultimate Strength,
sedangkan metode DKI umumnya mengacu pada Specification for Structural Steel
Building Allowable Stress Design and Plastic Design, yaitu perhitungan atau
perencanaan yang menggunakan beban kerja yang sering disebut juga sebagai
Pada umumnya bangunan rangka baja memiliki bentang yang lebar dan
tinggi serta berbentuk rangka gable frame yang merupakan struktur portal kaku
1
2
yang berbentuk segitiga pelana pada satu bidang tunggal. Berdasarkan metode
portal gable frame rangka baja, salah satunya sering digunakan dalam perencanaan.
Bangunan yang dijadikan studi penelitian Tugas Akhir ini merupakan Bangunan
Gedung Workshop Alat Berat Di Balai Wilayah Sungai Sumatera VI Tahap II, yang
rangka gable frame. Profil baja yang digunakan pada bangunan tersebut
menggunakan profil baja H-Beam untuk kolomnya dan profil baja I-WF untuk
balok dan rangka gable framenya. Memanfaatkan lahan kosong dibelakang Balai
sebagai penyimpanan alat-alat balai atau inventaris balai, gedung pelatihan, dan
Pada penulisan Tugas Akhir ini akan membahas tentang perhitungan ulang
suatu bangunan konstruksi yang kali ini bahan yang akan dijadikan sebagai judul
Tugas Akhir yaitu Kajian Portal Stuktur Baja Gedung Workshop Alat Berat Di
Balai Wilayah Sungai Sumatera VI Tahap II menggunakan metode DFBK dan DKI
yang mana konstruksi yang di pakai sebagian besar memakai material baja.
Penulisan Tugas Akhir ini dilatar belakangi dengan alasan untuk mengkaji ulang
dan membandingkan hasil perhitungan antara metode DFBK dan metode DKI pada
bangunan portal baja dengan mengacu pada SNI terbaru 1727-2020 tentang beban
DFBK ?
DKI ?
1.3.1. Maksud
Maksud dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi salah satu
syarat akademis dalam menyelesaikan pendidikan strata satu (1). Selain itu juga
maksud dari penulisan ini juga adalah untuk mengetahui perbandingan antara
1.3.2. Tujuan
Penulisan Tugas Akhir ini hanya akan membahas perhitungan ulang tentang
portal struktur baja pada Bangunan Gedung Workshop Alat Berat Di Balai
4
DKI dengan perhitungan pembebanan dibantu dengan program SAP 2000 serta
dimensi gording, trackstang, ikatan angin, balok – kolom, sambungan dan base
10 meter dan panjang bangunan sebesar 24 meter dan tidak menghitung pondasi.
Sumatera, Mendalo Darat, Kec. Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi,
Lokasi
Penelitian
1.6. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
LANDASAN TEORI
Portal merupakan struktur rangka utama dari suatu bangunan yang terdiri
atas komponen – komponen balok dan kolom yang saling bertemu pada titik – titik
simpul (buhul), dan saling berhubungan yang berfungsi sebagai penahan beban dari
suatu bangunan. Struktur dapat didefinisikan sebagai campuran antara seni dan ilmu
dan analisa struktur, maka dari itu untuk menghasilkan suatu struktur yang
Baja adalah logam paduan, logam besi sebagai unsur dasar dengan beberapa
elemen lainnya, termasuk karbon dalam baja berkisar antara 0,2 % hingga 2,1 %
berat sesuai grade-nya, elemen berikut ini selalu ada dalam baja : karbon, mangan,
fosfor, sulfur, silicon, dan sebagian kecil oksigen, nitrogen, alumunium. Fungsi
karbon dalam baja adalah sebagai unsur pengeras dengan mencegah diskolasi
bergeser pada kisi Kristal (Crystal lattice) atom besi. Dengan memvariasikan
kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai kualitas baja bias
kekerasan (Hardness) dan kekuatan tariknya (tensile strength), namun disisi lain
(Davis, 1982).
6
7
berlawanan. Getas merupakan suatu keruntuhan atau kerusakan yang terjadi secara
kekuatan tarik sebelum akhirnya patah, sifat ini memungkin material sudah berubah
dari bentuk awalnya namun masih dapat bertahan. Pengaruh utama dari kandungan
karbon dalam baja adalah pada kekuatan, kekerasan, dan sifat mudah dibentuk.
kekerasan tetapi baja tersebut akan rapuh dan tidak mudah dibentuk. Sifat baja yang
dapat mengalami deformasi yang besar dibawah pengaruh tegangan tarik yang
tinggi tanpa hancur atau rusak disebut daktilitas. Baja memiliki kekuatan tinggi
dan kuat pada kekuatan tarik yang sama serta pers dan oleh karena itu baja
merupakan elemen struktur yang memiliki batasan yang sempurna akan menahan
jenis beban tarik aksial, dan lentur dengan fasilitas serupa (Davis, 1982).
Bangunan portal baja yang berkualitas, aman dan bermutu tinggi maka
baja tersebut dapat menghasilkan bangunan yang berkualitas dan aman. Selain itu
juga analisa pada struktur untuk mengetahui besarnya gaya dan momen yang terjadi
pada portal akibat beban – beban yang bekerja, selain itu juga perlu diperhatikan
juga dalam syarat – syarat dan ketentuan yang berlaku yang tercantum dalam
Baja menjadi bahan dasar yang sangat vital untuk industri. Semua peralatan
berbahan baja, mulai dari peralatan dapur, transportasi, generator, sampai kerangka
8
gedung dan jembatan. Material baja unggul jika ditinjau dari segi kekuatan,
meskipun tentu saja volumenya tidak harus mendominasi. Eksplotasi besi baja
menduduki peringkat pertama diantara barang tambang dan logam serta produknya
dalam kehidupan manusia. Adapun untuk keuntungan lain dari struktur baja , antara
lain yaitu :
las.
struktur.
menjadi beberapa macam antara lain baja karbon, baja paduan rendah mutu tinggi
dan baja paduan. Sifat-sifat mekanik dari baja itu sendiri yaitu tegangan leleh dan
a. Baja Karbon
9
Baja karbon adalah material logam yang terbentuk dari unsur utama Fe dan
juga dapat digunakan untuk merujuk pada baja bukan baja tahan karat, maka
baja aloi juga bisa masuk. Ketika persentase kandungan karbon meningkat,
baja akan semakin keras dan kuat dengan perlakuan panas, namun keuletannya
kemampuan untuk disambung dengan las. Pada baja karbon, makin tinggi
Baja yang termasuk dalam kategori baja paduan rendah mutu tinggi (high-
290 - 550 MPa dengan tegangan putus (Fu) antara 415 – 700 MPa. Penambahan
mekanik aja dengan membentuk mikrostruktur dalam bahan aja yang lebih
halus.
c. Baja Paduan
Baja paduan adalah baja yang menjadi paduan dengan berbagai elemen dalam
jumlah total antara 1.0% dan 50% dari berat total yang bertujuan untuk
10
meningkat sifat mekanik baja tersebut. Baja paduan rendah (low alloy) dapat
MPa.
Sifat fisik baja adalah kemampuan suatu material baja yang ditinjau dari
bentuknya. Sifat fisik dapat dilihat atau tampak langsung suatu bahan atau material
baja tersebut dan relatif tidak dapat berubah. Sifat-sifat fisik baja meliputi antara
lain bentuk, berat jenis, daya hantar panas dan konduktivitas listrik. (Deni
Setiawan,2011)
Sifat kimia baja adalah sifat material baja yang mencakup antara lain
kelarutan bahan tersebut terhadap larutan kimia, basa atau garam dan
pengoksidasiannya terhadap material baja. Salah satu contoh sifat kimia adalah
korosi, berkarat. Baja secara murni bersifat sangat reaktif dan mudah mengalami
korosi dan berkarat, khususnya dalam kondisi udara yang lembab. Baja bersifat
keras, rapuh dan pada umumnya mudah dicampur dan digunakan untuk
perlawanan apabila dilakukan uji terhadap tarik dan tekan. Agar dapat memahami
perilaku suatu struktur baja, maka seorang ahli struktur harus dapat memahami pula
sifat-sifat mekanika dari baja. Model pengujian yang paling tepat untuk
mendapatkan sifat-sifat mekanik dari material baja adalah dengan melakukan uji
11
tarik terhadap suatu benda uji baja. Uji tekan tidak dapat memberikan data yang
akurat terhadap sifat-sifat mekanik material baja, karena disebabkan beberapa hal
antara lain adanya suatu potensi tekuk pada benda uji yang mengakibatkan
ketidakstabilan dari benda uji tersebut, selain itu perhitungan tegangan yang terjadi
didalam benda uji lebih mudah dilakukan untuk uji tarik dari pada uji tekan. Adapun
gambar 2.1 menunjukkan suatu hasil uji tarik material baja yang dilakukan pada
suhu ruangan serta dengan memberikan laju regangan yang normal (Agus Setiawan,
2008).
Tegangan nominal (f) yang terjadi dalam benda uji diplot pada sumbu
horizontal. Adapun Gambar 2.1 merupakan hasil uji tarik dari suatu benda uji
baja yang dilakukan hingga benda uji mengalami keruntuhan, sedangkan pada
Gambar 2.2 menunjukan gambaran yang lebih detail dari perilaku benda uji hingga
fp : batas proporsional
fe : batas elastis
fu : tegangan putus
regangan)
sebagai berikut :
1. Daerah liniear antara 0 dan fp, dalam daerah ini berlaku Hukum Hooke,
kemiringan dan bagian kurva yang lurus ini disebut sebagai Modulus
2. Daerah elastis antara 0 dan fp, pada daerah ini jika beban dihilangkan maka
benda uji ini akan kembali ke bentuk semula atau dikatakan bahwa benda
3. Daerah plastis yang dibatasi oleh regangan antara 2% hingga 1,2 - 1,5%,
pada bagian ini dapat menunjukkan pula tingkat daktalitas dari material baja
tersebut. Pada baja mutu tinggi terdapat pula daerah plastis, namun pada
daerah ini tegangan masih mengalami kenaikan. Karena itu baja jenis ini
tidak mempunyai daerah plastis yang benar-benar datar sehingga tak dapat
lebih kecil dari pada kemiringan daerah elastis. Daerah ini dinamakan
Dalam kajian portal struktur baja ini, beberapa sifat-sifat mekanik dan
material baja yang digunakan pada perencanaan yang mengaju pada SNI 03-1729-
2002 yaitu :
SNI 1729 – 2019 mengklasifikasikan mutu dari material baja adalah sebagai
berikut :
Kuat
Tebal Kuat Tarik Min. Elongasi Min.
Tipe Leleh
(mm) (MPa) @200 mm, %
(MPa)
A36 t ≤ 75 250 400 ~ 550 20
t ≤ 40 345 485
A242 40 < t ≤ 75 315 460 18
t > 50 290 435
t ≤ 65 690 769 ~ 895
A514 18
65 < t ≤ 150 620 690 ~ 895
A529 – Gr.50 345 18
t ≤ 40 485 ~ 690
A529 – Gr.55 380 17
A572 – Gr.42 290 415 20
A572 – Gr.50 Semua 345 450 18
A572 – Gr.55 380 485 17
A572 – Gr.60 415 520 16
t ≤ 50
A572 – Gr.65 450 550 15
A588 345 485 18
A633 – Gr.A t ≤ 100 290 430 ~ 570 18
15
Kuat
Tebal Kuat Tarik Min. Elongasi Min.
Tipe Leleh
(mm) (MPa) @200 mm, %
(MPa)
A633 – Gr.C t ≤ 65 345 485 ~ 620
A633 – Gr.D 65 < t ≤ 100 315 450 ~ 590 18
A633 –Gr.E t ≤ 100 415 550 ~ 690
A709 – Gr.36 t ≤ 75 250 400 ~ 550 20
A709 – Gr.50 345 450 18
A852 485 620 - 760 19
A871 – Gr.60 415 520 16
A871 – Gr.65 450 550 15
A913 – Gr.50 345 450 18
A913 – Gr.60 415 520 16
A913 – Gr.65 450 550 15
A913 – Gr.70 485 620 14
A992 345 ~ 450 450 18
A1026 – Gr.50 345 to 450 450 18
A1026 – Gr.65 450 to 550 550 15
A1043 – Gr.36 250 400 ~ 550 20
A1043 – Gr.50 345 450 18
A1077 – Gr. 36 250 400 ~ 550 20
t ≤ 100
A1077 – Gr.50 345 450 18
Penggunaan material baja dengan mutu yang lebih tinggi dari BJ 37 tanpa
ada perlakuan panas (heat treatment) akan mengakibatkan bahan tidak memiliki
daktalitas yang baik dan bahan yang getas/mudah patah, sehingga penggunaan
material yang demikian perlu mendapat perhatian yang lebih dari seorang
dengan kata lain adalah ukuran dari suatu material untuk menahan terjadinya putus
16
(facture) atau dengan kata lain menyerap energi. Keuletan material juga dapat
adanya takikan pada bahan material. Retak yang merambat menimbulkan getas
kemampuan suatu logam baja untuk menahan tegangan tarik ataupun saat diberikan
tidak linier lagi, dan secara bersamaan titik leleh material tidak tampak dengan jelas.
Modulus elastisitas, tegangan leleh, dan tegangan tarik semuanya akan tereduksi
seiring dengan naiknya temperatur material, pada saat temperatur mencapai 430 –
540 0C laju penurunan sifat-sifat mekanik baja mencapai titik tingkat maksimum
tiba-tiba tanpa didahului deformasi plastis, terjadi dengan kecepatan yang sangat
tegangan, tebal plat, dan sistem pengerjaan. Secara garis besar, faktor-faktor yang
dapat menimbulkan keruntuhan getas pada suatu struktur ditampilkan dalam tabel
leleh dapat dipengaruhi oleh 3 faktor, antara lain yaitu (Agus Setiawan, 2008) :
minimum).
Pada proses pengelasan cacat dapat juga diartikan sebagai suatu takikan
pertemuan antara dua elemen yang disambung. Lubang baut yang mengakibatkan
dikontinuitas pada elemen juga dapat dikategorikan sebagai cacat pada elemen
tersebut. Cacat-cacat kecil dalam suatu elemen dapat diabaikan dalam suatu proses
desain struktur, namun pada struktur yang mengalami suatu beban-beban siklik,
maka retakan akan menjadi semakin bertambah panjang untuk setiap siklus
memikul suatu beban layan. Mutu baja tidak terlalu mempengaruhi keruntuhan
yang sudah dikembangkan dari metode sebelumnya dikenal sebagai metode LRFD
atau disebut juga Load and Resistance Factor Design yaitu metode yang mengacu
pada kondisi batas atau limit state design, kondisi batas ditinjau berdasarkan
kekuatan yang disebut juga kekuatan batas atau ultimate strength. Pada metode ini
dikalikan oleh faktor pengurangan kapasitas atau disebut under-capacity (ϕ), yaitu
bilangan yang lebih kecil dari 1,0 untuk memperhitungkan ketidak-pastian dalam
besarnya daya tahan atau resistance uncertainties. Selain itu diperhitungkan juga
faktor gaya dalam ultimate atau Mu, dengan kelebihan beban (overload) γ (bilangan
19
yang lebih besar dari 1,0) untuk menghitung ketidak-pastian dalam analisa struktur
dalam menahan beban mati (dead load), beban hidup (live load), angin (wind), dan
adalah tegangan ultimate dalam setiap elemen struktur harus lebih kecil dari
Struktur harus selalu direncanakan memikul beban yang lebih besar dari
pada yang diperkirakan dalam pemakaian normal. Hal ini disediakan terutama
beban bisa diakibatkan oleh perubahan pemakaian dari yang direncanakan untuk
perubahan pemakaian yang drastis tidak ditinjau secara eksplisit atau tidak dicakup
struktural sama atau melebihi kekuatan maka perlu yang namanya ditentukan
berdasarkan kombinasi beban DFBK. Maka dengan begitu kontrol yang harus
Keterangan :
Rn = Kekuatan nominal
ϕ = Faktor ketahanan
Dimana
Rn = Kekuatan nominal
𝓠i = Beban
Dimana ruas kiri mewakili resistensi, atau kekuatan dari komponen atau
struktur, sedangkan sisi kana mewakili beban yang diharapkan akan ditanggung.
Pada sisi kekuatan, harga nominal resistensi Rn dikalikan dengan faktor resistensi
kekuatan yang dapat digunakan atau resistensi yang dapat digunakan). Pada sisi
masing-masing tipe beban 𝓠i yang bekerja seperti beban mati (D), beban hidup (L),
Faktor reduksi
Kuat rencana untuk
(ϕ)
Komponen struktur yang memikul lentur :
➢ Balok 0,90
➢ Balok plat berdinding penuh 0,90
➢ Plat badan yang memikul geser 0,90
➢ Plat badan pada tumpuan 0,90
➢ pengaku 0,90
Komponen struktur yang memikul gaya tekan aksial :
➢ Kuat penampang 0,85
➢ Kuat komponen struktur 0,85
Komponen struktur yang memikul gaya tarik aksial :
➢ Terhadap kuat penampang 0,90
➢ Terhadap kuat tarik struktur 0,75
Komponen struktur yang memikul aksi-aksi kombinasi :
➢ Kuat lentur atau geser 0,90
➢ Kuat tarik 0,90
➢ Kuat tekan 0,85
Komponen struktur komposit :
➢ Kuat tekan 0,85
➢ Kuat tumpu beton 0,60
➢ Lentur dengan distribusi tegangan plastis 0,85
➢ Lentur dengan distribusi tegangan elastis 0,90
Sambungan baut :
➢ Baut yang memikul geser 0,75
➢ Baut yang memikul tarik 0,75
22
Faktor reduksi
Kuat rencana untuk
(ϕ)
➢ Baut yang memikul kombinasi geser dan tarik 0,75
➢ Lapis yang memikul tumpu 0,75
Sambungan las :
➢ Las tumpu penetrasi penuh 0,90
➢ Las sudut dan las tumpul penetrasi sebagian 0,75
➢ Las pengisi 0,75
Sumber : Agus Setiawan, (2008)
Perhitungan suatu struktur bangunan perlu adanya analisis serta desain dari
combination dari beberapa kasus beban yang dapat bekerja bersamaan selama
umur rencana. Sehingga untuk kontrol aman nya bahwa tahanan rencana
harus melebihi jumlah dari beban-beban kerja dikalikan dengan suatu faktor beban.
Dalam SNI 1727 – 2020 tentang Beban Minimum untuk perancangan bangunan
gedung dan struktur. Pada pasal 2 tentang kombinasi beban dan lebih diatur lagi
pada pasal 2.3 yaitu kombinasi beban terfaktor yang digunakan dalam metode
DFBK yaitu pasal 2.3.2 tentang kombinasi dasar beban struktur, komponen dan
fondasi harus dirancang sedemikian rupa sehingga kekuatan desainnya sama atau
melebihi efek dari beban terfaktor dalam kombinasi berikut (SNI 1727 – 2020) :
a. 1,4 D
23
f. 0,9 D + 1,0 W
g. 0,9 D + 1,0 E
Keterangan :
termasuk dinding, lantai atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan
layan tetap.
Faktor beban untuk L harus sama dengan 1,0 untuk garasi parkir, daerah
pekerja peraltan dan material atau selama penggunaan biasa oleh orang
Dimana :
Komponen struktur tarik, harus memiliki nilai terendah yang diperoleh sesuai
dengan keadaan batas dari leleh tarik pada penampang bruto dan keruntuhan tarik
dari penampang neto dapat ditentukan menurut SNI 1729-2020 : pasal D sebagai
berikut :
a. Leleh tarik
Rn = fy . Ag ............................................................................ 2.4
b. Keruntuhan tarik
Rn = fu . Ae ............................................................................ 2.5
Dimana :
Dimana :
Pn = Kekuatan nominal
marjin keamaan dan konstanta bagi semua kolom. Bila kekuatan tersebut bervariasi
menurut kerampingan, tentulah variasi ini harus dicakup dalam kekuatan nominal
Pn. Kekuatan nominal Pn dari suatu elemen tekan adalah dihitung dengan
berikut :
Dimana :
𝐾𝐿 𝐸 𝑓𝑦
a. Bila ≤ 4,71 √𝐹𝑦 : Fcr = [0,685 ]
𝑟 𝑓𝑒
𝐾𝐿 𝐸
b. Bila ≥ 4,71 √𝐹𝑦 : Fcr =0,877 Fe
𝑟
26
Dimana :
𝜋2 𝐸
𝐹𝑒 = 𝐾𝐿 2
......................................................................................... 2.8
( )
𝑟
𝜋2 𝐸 𝐶𝑤 1
𝐹𝑒 = [( ) + 𝐽𝐺] 𝐼𝑥+𝐼𝑦 ............................................................... 2.9
(𝐾𝐿)2
Dimana :
IY .ho2
Cw = Konstanta pembengkokan,
4
Tekuk lentur (flexural buckling) yaitu peristiwa menekuknya batang tekan (pada
arah sumbu lemahnya) secara tiba-tiba ketika terjadi ketidakstabilan. Kuat tekan
Dimana :
Komponen struktur tekan dapat tersusun dari dua atau lebih profil, yang
terhadap sumbu bahan dan sumbu bebas bahan yaitu dengan persamaan berikut
k . L𝑥 k . L𝑦
𝑟= ; 𝜆𝑟 = ....................................................... 2.11
𝑟𝑥 𝑟𝑦
k . L𝑥 k . L𝑦
𝜆𝑥 = 𝜆𝑦 =
𝑟𝑥 𝑟𝑦
K𝑥 . L𝑥 𝑓𝑦
𝜆𝑐 = .√𝐸
𝜋
Periksa terhadap lentur dan tekan dengan dihitung melalui persyaratan sebagai
Dimana :
ϕ = Faktor Tahanan
Ix = Radius girasi
Beban dan Ketahanan dapat dinyatakan menurut SNI 1729-2020 : pasal F sebagai
berikut :
Dimana :
kompak, tidak kompak dan langsing seperti halnya pada batang tekan. Batasnya
kompak, tidak kompak dan langsing adalah sebagai berikut (SNI 1729-2020 :
pasal E7) :
Tahanan momen nominal untuk balok terkekang lateral dengan penampang kompak
Mn = Mp = Zx . fy ........................................................................... 2.14
Dimana :
Tahanan momen nominal untuk balok terkekang lateral dengan penampang tidak
𝐿𝑏−𝐿𝑝
Mn = Cb. [ Mp − (Mp − 0,7. Fy. Sx). (𝐿𝑟−𝐿𝑝) ] ≤ Mp .................. 2.15
Dimana :
Faktor modifikasi tekuk torsi lateral untuk momen tidak merata dapat dicari melalui
12,5| 𝑀𝑚𝑎𝑥 |
Cb = ........................................................... 2.16
2,5|𝑀𝑚𝑎𝑥|+3|𝑀𝐴|+4|𝑀𝐵|+3|𝑀𝐶|
Dimana :
Pembatas panjang tidak dibreis kondisi batas leleh dapat dicari melalu persamaan
𝐸
LP = 1,76 𝑟𝑦 √𝑓𝑦 .............................................................................. 2.17
Dimana :
𝑦 𝐼
ry = radius girasi, √ 𝐸
Pembatas panjang tidak dibreis batas tekuk torsi lateral dapat dicari melalui
𝐸 𝐽𝑐 𝐽𝑐 0,7 . 𝐹𝑦
Lr = 1,95. 𝑟 2 𝑡𝑠. 0,7.𝐹𝑦 √𝑆𝑥 . ℎ𝑜 + √(𝑆𝑥 .ℎ𝑜)2 + 6,76 ( 𝐸 )2 ........ 2.18
Dimana :
Dimana :
Pada kuat geser bagian badan pelat yang memikul gaya geser perlu Vu harus
memenuhi ketentuan pada metode DFBK yang dirumuskan dengan persamaan SNI
Keterangan :
ϕ = Faktor rekuksi
kuat geser nominal pelat badan dapat dihitung melalui persamaan menurut keadaan
batas dari pelelehan geser dan tkuk geser SNI 1729-2020 : pasal G :
Dimana :
Kekuatan aksial tersedia dapat dihitung melalui persamaan berikut menurut SNI
Pc = ϕc . Pn ....................................................................................... 2.22
Dimana :
𝑃𝑟 𝑃𝑢 8 𝑀𝑟𝑥 𝑀𝑟𝑦
a. Bila 𝑃𝑐 ≥ 0,2 maka . 𝑃𝑐 + 9 (𝑀𝑐𝑥 + ) ≤ 1,0
𝑀𝑐𝑦
𝑃𝑟 𝑃𝑢 𝑀𝑟𝑥 𝑀𝑟𝑦
b. Bila 𝑃𝑐 ≤ 0,2 maka .2 𝑃𝑐 + (𝑀𝑐𝑥 + ) ≤ 1,0
𝑀𝑐𝑦
Dimana :
Ru ≤ ϕ. Rn ...................................................................................... 2.23
Dimana :
a. Kekuatan tarik desain baut dihitung dengan persamaan berikut (SNI 1729-
2002) :
Dimana :
b. Kekuatan geser desain satu baut dihitung dengan persamaan berikut (SNI
1729-2002) :
Dimana :
c. Kuat tumpu desain satu baut untuk jenis baut selot panjang tegak lurus arah kerja
Dimana :
tp = Tebal pelat
Tata letak baut diatur dalam SNI 1729-2002 : pasal 13.2. Jarak antar pusat
lubang baut harus diambil tidak kurang dari tiga kali diameter nominal baut, dan jarak
antar baut tepi dengan ujung pelat harus sekurang-kurangnya 1,5 diameter nominal
baut, dan jarak maksimum antar pusat lubang baut tidak boleh melebihi 1,5 tp (dengan
34
tp adalah tebal pelat lapis tertipis dalam sambungan) atau 200 mm, sedangkan jarak
tepi maksimum tidak boleh melebihi (4tp + 100 mm) atau 200 mm. Dimana jarak tepi
baut : 3d < S < 1,5tp atau 200 mm, dan jarak antar baut : 1,5db < S1 < (4tp + 100)
Vu
n = ................................................................................................. 2.27
ϕr Rn
Sehingga, kontrol tegangan baut dapat dihitung melalui persamaan berikut SNI 1729-
2020 :
Vu
Fuv = 0,75 ≤ fu ........................................................................ 2.28
. Ab
Dimana :
n = Jumlah baut
Ab = Luas nominal
Kekuatan desain persatuan panjang las fillet didasarkan atas resistensi geser
Dimana :
Kapasitas las ini tidak boleh melebihi kuat geser pelat dengan persamaan sebagai
Dimana :
Sehingga, panjang total las yang dibutuhkan dapat dihitung melalui persamaan
Dimana :
(Pp) harus segaris dengan beban aksial yang bekerja (Wiryanto, 2016).
Pu ≤ ϕc Pp ......................................................................................... 2.32
𝐴2
Pp = 0,85 . fc . A1 . √ ...................................................................... 2.33
𝐴1
Dimana :
ϕc = Faktor tahanan, (0,60)
fc = Mutu kuat tekan beton
A1 = Luas penampang baja
A2 = Luas maksimum bagian permukaan beton
Untuk base plate yang termasuk kategori 1 (tidak ada momen lentur), maka :
36
A1 = B . N ......................................................................................... 2.34
Sehingga,
𝐴2
Pu ≤ (0,60) . (0,85) . fc . B . N . √𝐴1 ................................................ 2.35
memikul kombinasi beban geser dan tarik, dan syarat sebagai berikut
Dimana :
(𝐵−0,8 . 𝑏𝑓)
n = Jumlah angkur, 2
𝑃𝑢
t perlu = 1,5 . m . √ ............................................................... 2.38
𝐵 . 𝑁 . 𝑓𝑦
Dimana :
(𝑁 − 0,95 . 𝑑)
m = 2
𝑚
x =
2
𝑑
f =2+𝑥
𝑓𝑦
Lmin = ............................................................................ 2.39
(4 . √𝑓𝑐 . 𝑑𝑏
Dimana :
fc = mutu beton
db = Diameter baut
Metode Desain Kekuatan Ijin (DKI) merupakan metode yang kita kenal
sekarang yang dahulunya dikenal sebagai metode ASD atau disebut juga Allowable
Stress Design yang pada umumnya mengacu pada Specification for Structural Steel
38
Building Allowable Stress Design and Plastic Design (AISC 1989), yaitu metode
yang menggunakan beban kerja atau disebut juga working stress design (desain
tegangan kerja). Metode ini merupakan salah satu metode perhitungan konstruksi
yang juga biasa digunakan dilapangan, didalam metode ini elemen struktur pada
akibat beban kerja atau laya tidak melampaui tegangan ijin yang telah ditetapkan
Tegangan ijin ini ditentukan oleh peraturan bangunan atau spesifikasi untuk
tegangan leleh minimum atau tegangan tekuk (buckling). Tegangan yang dihitung
akibat beban kerja atau layan harus berada dalam batas elastis. Selain itu,kombinasi
beban yang digunakan tanpa menggunakan beban kerja. Pada kondisi beban kerja,
tegangan yang terjadi dihitung dengan menganggap struktur bersifat elastis, dengan
dasarnya, tegangan ijin pada baja sesuai kualitasnya yang diberikan dalam
spesifikasi AISC ditentukan berdasarkan kekuatan yang bisa dicapai bila struktur
dibebani lebih dari semestinya (faktor beban tambahan jagaan). Bila penampang
bersifat daktail dan tekuk (buckling) tidak terjadi, regangan yang lebih besar
daripada regangan saat leleh dapat diterima oleh penampang tersebut (Cahya,
2014).
mencegah pencapaian regangan leleh awal, maka tegangan ijin harus diturunkan.
Syarat-syarat daya layan lainnya seperti lendutan biasanya diperiksa pada kondisi
Perhitungan desain struktur portal baja untuk metode DKI harus memenuhi
persyaratan spesifikasi apabila kekuatan perlu dari setiap komponen lebih kecil atau
sama dengan kekuatan ijn maka ditentukan berdasarkan kombinasi struktur beban
DKI. Maka desain harus dilakukan menurut persamaan sebagai berikut (SNI 1729
: 2019) :
Ra ≤ Rn / Ω ............................................................................. 2.40
Keterangan :
Rn = Kekuatan nominal
Ω = Faktor keamanan
Rn / Ω = Kekuatan ijin
∅Rn
. ≥ Ʃ𝒬𝒊 ............................................................................ 2.41
𝛾
Dimana :
Rn = Kekuatan nominal
Ʃ𝒬𝑖 = Beban
Allowable Stess Design untuk balok, ruas kiri hendaknya mewakili kekuatan balok
nominal Mn yang dibagi oleh suatu faktor keamanan FS (sama dengan ϕ/γ),
sedangkan ruas kanan mewakili momen lentur beban layanan M yang bekerja
sebagai hasil dari semua tipe beban. Dengan demikian, persamaan untuk
persyaratan momen lentur dapat ditulis sebagai berikut (C.G Salmon, 1994) :
Mn
. ≥ M ................................................................................. 2.42
𝐹𝑠
Dimana :
tegangan Fcr yang lebih sedikit dari pada fy karena, misalnya saja kekuatan,
tegangan yang diijinkan σb akan sama dengan Fcr/FS. Dengan demikian kriteria
keamanan dalam metode DKI dapat ditulis sebagai (C.G Salmon, 1994) :
𝑦 𝑓 𝐹𝑐𝑟
.𝑓𝑏 ≤ [𝜎𝑏 = 𝐹𝑆 ; 𝜎𝑏 = ] ................................................... 2.43
𝐹𝑆
Dimana :
fy = Tegangan leleh
metode DFBK dan DKI yaitu terletak pada tegangan yang dipakai pada kedua
metode tersebut yang mana metode DFBK mengacu pada tegangan batas atau
ultimate stress, sedangkan metode DKI lebih mengacu kepada tegangan ijin atau
allowable stress. Selain itu juga, metode DFBK menggunakan beban terfaktor
dalam pengkombinasian beban-beban yang bekerja pada struktur bangunan, hal ini
bangunan. Dibandingkan dengan metode DKI lebih memakai beban bekerja tanpa
menggunakan tegangan ijin. Hal lain yang membedakan kedua metode tersebut
terletak pada faktor ketahan, faktor keamanan, dan faktor reduksi yang lebih besar
pada metode DFBK daripada metode DKI. Perbedaan dari keduanya menjadi
kelebihan dan kekurangan dari masing-masing dari metode tersebut. (Cahya, 2014).
beban – beban yang bekerja tersebut yang nantinya bagian mana saya pada
konstruksi bangunan akan menghasilkan efek paling tidak baik dalam struktur
efek dari satu atau lebih beban yang tidak bekerja harus dipertimbangkan. Dalam
hal ini untuk perbandingan pengkajian ulang struktur portal baja menggunakan
kombinasi beban dan faktor beban nominal dengan metode DKI. Kombinasi beban
dalam metode DKI ini bahwa dalam peningkatan tegangan yang diizinkan tidak
boleh digunakan dengan beban atau kombinasi beban yang diberikan dalam standar
ini kecuali dapat menunjukan bahwa peningkatan semacam itu adalah dibenarkan
oleh perilaku struktural yang disebabkan oleh laju atau durasi beban (SNI 1727 –
2020).
SNI 1727 : 2020 tentang Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung
dan Struktur dengan metode DKI antara lain sebagai berikut (SNI 1727 – 2020) :
1. D
2. D + Lr
7. 0,6D + 0,6W
Keterangan :
termasuk dinding, lantai atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan
layan tetap.
43
Faktor beban untuk L harus sama dengan 1,0 untuk garasi parkir, daerah
pekerja peralatan dan material atau selama penggunaan biasa oleh orang
Kekuatan Ijin dapat dinyatakan menurut SNI 1729-2020 : pasal F sebagai berikut :
Dimana :
𝑀𝑛 𝑀𝑛
(𝛾 / 𝜙 = ) ≥ 𝑀 ............................................................................. 2.45
𝐹𝑆
Dimana :
Persamaan rumus diatas dapat diperoleh dengan membagi kedua sisi tersebut
𝑀 𝑀𝑛
fb( 𝑆 ) ≤ (𝜎𝑏 = (𝑭𝑺) 𝑺
) .................................................................... 2.46
Dimana :
Dimana :
b = Lebar profil
Kontrol tegangan terhadap interaksi lentur dan geser dapat dihitung melalui
Tahanan momen nominal untuk balok terkekang lateral dengan penampang kompak
Mp = Z . fy ......................................................................................... 2.49
Dimana :
Z = Modulus plastis
fy = Kuat leleh
Salmon, 1994) :
Dimana :
σb = Tegangan ijin
fy = Tegangan leleh
Salmon, 1994) :
46
σb = 0,75 . fy
Dimana :
σb = Tegangan ijin
fy = Kuat leleh
Tahanan momen nominal untuk balok terkekang lateral dengan penampang tidak
𝑓𝑦
σb = 1,67 = 0,60 fy .............................................................................. 2.51
Dimana :
σb = Tegangan ijin
fy = Kuat leleh
Pada kuat geser bagian badan pelat yang memikul gaya geser perlu Vijin
harus memenuhi ketentuan pada metode DKI yang dirumuskan dengan persamaan
Keterangan :
kuat geser nominal pelat badan dapat dihitung melalui persamaan menurut keadaan
batas dari pelelehan geser dan tekuk geser SNI 1729-2020 : pasal G :
Dimana :
47
Kekuatan aksial tersedia dapat dihitung melalui persamaan berikut menurut SNI
Pc = Pn / Ωc ....................................................................................... 2.54
Dimana :
atas banyak perletakan, L adalah jarak antara titik-titik baloknya akibat beban mati,
sedangkan pada balok kantilever L adalah dua kali panjang kantilevernya. Bila
rupa sehingga akibat beban mati + beban hidup, lendutan yang terjadi terhadap
1
garis sistem yang sebenarnya kurang dari sama dengan L, maka harus
250
pula dipenuhi syarat : lendutan maximum akibat beban hidup kurang dari atau
1
sama dengan 500 L (PPBBI, 1984).
lendutan ini akan menyebabkan bagian-bagian lain (misalnya dinding, jendela, dsb)
macam baja bangunan seperti tabel 2.4. Untuk dasar perhitunga tegangan-tegangan
yang diijinkan pada suatu kondisi pembebanan tertentu, dipakai tegangan dasar
yang besarnya dapat dihitung dari persamaan berikut ini (PPBBI, 1984) :
Dimana :
σ = Tegangan diijinkan
∅𝑅𝑛
≥ 𝓠𝒊 ........................................................................................... 2.56
𝑦
Dimana :
ϕ = Faktor resistensi
49
Rn = Resistensi nominal
𝓠𝒊 = Beban
Menyatakan bahwa kekuatan desain ϕRn yang dibagi dengan suatu faktor γ untuk
kelebihan beban yang harus melebihi beban-beban layan. Dalam metode desain
kekuatan ijin, besarnya faktor keamanan adalah γ / ϕ. Pada batang tarik, dengan
dengan beban layan T dalam tarik, persamaan tersebut dapat dirumuskan sebagai
Dimana :
stabilitasnya (tidak ada bahaya tekuk). Hal ini harus diperlihatkan dengan
Dimana :
Tegangan kritis tekan harus lebih besar dari pada tegangan ijin melalu persamaan
𝑓𝑦
Fcr = [0,685 ] ≤ f ijin ........................................................................ 2.59
𝑓𝑒
(SNI 1729-2020) :
Harga ω dapat ditentukan dengan persamaan berikut menurut PPBBI, 1984 yaitu :
𝐸 𝜆
λg = 𝜋 √ λs = ................................................. 2.61
0,7 𝜎 𝜆𝑔
(PPBBI, 1984) :
𝐿𝐾
λ= ................................................................................................. 2.62
𝑖
Dimana :
Lk = Panjang batang
I = Jari-jari girasi
Persyaratan keamanan untuk kolom yang dibebani secara aksial dalam metode DKI
fa ≤ σa .............................................................................................. 2.63
Dimana :
R ≤ Rn / Ω ........................................................................................ 2.64
Dimana :
Rijin = Kuat ijin pada suatu penyambung dalam tarik metode DKI
Dimana :
db = Diameter baut
Dimana :
db = Diameter baut
𝑓𝑢
σ = ............................................................................................. 2.67
1,5
Dimana :
berikut :
𝑑𝑏
n = ............................................................................................. 2.68
𝑁𝜏
Dimana :
n = Jumlah baut
db = Diameter baut
Dimana :
D = Diameter baut
Kontrol tegangan pada sambungan baut menurut PPBBI, 1984 sebagai berikut :
Dimana :
Vu
τ geser = 1/4 . 𝜋 . 𝑑2
N
τ axial = 1/4 . 𝜋 . 𝑑2
53
beban layan, dapat dibagi dengan luas efektif las per inch. Ruas-ruas persamaan
𝑅𝐿 𝑅𝑛
[𝑓 = ] ≤ [𝜎 = tegangan yang diijinkan = (𝐹𝑆)𝑡𝑒
] ...................... 2.71
𝑡𝑒
Dimana :
RL = Beban layan
Rn = Kekuatan nominal
Beban layan RL per inch tidak boleh melampaui beban Rw yang diijinkan per inch las.
Dimana :
RL = Beban layan
Kuat rencan las sudut dengan ukuran yang ditentukan dapat dituliskan melalui
Dimana :
54
Syarat memenuhi kesetimbangan statis, pada Desain Kekuatan Ijin reaksi tumpuan
pada beton (PP) harus segaris dengan beban aksial yang bekerja (PPBBI, 1984) :
𝐴2
Fp = 0,35 . fc . √𝐴1 ≤ ϕc . Pp .............................................................. 2.74
Dimana :
Dimana :
yang akan membebani sistem struktur tersebut. Beban tersebut ada macamnya bisa
dapat berasal dari struktur ini sendiri maupun dapat juga berasal dari beban yang
akibat penggunaan, ataupun yang terjadi akibat kejadian faktor alam atau kejadian
alami, misalnya angin, gempa, air hujan, dan lain sebagainya (Agus Setiawan,
2008).
Beban adalah gaya luar yang bekerja pada suatu struktur. Penentuan secara
pasti besarnya beban yang bekerja pada suatu struktur selama umur layannya
merupakan suatu estimasi saja. Meskipun beban yang bekerja pada suatu lokasi dari
struktur dapat diketahui secara pasti, namun distribusi beban dari elemen ke elemen,
Beberapa jenis beban yang sering dijumpai antara lain yaitu (SNI 1727 – 2020) :
a. Beban Mati adalah berat dari semua bagian suatu bangunan yang bersifat
bangunan penting yang dimaksud beban mati dari suatu gedung atau
bangunan, antara lain seperti beton, dinding bata merah, penutup atap
b. Beban Hidup adalah beban gravitasi yang bekerja pada struktur dalam masa
beban hidup ini adalah berat manusia, kendaraan dan barang lain sebagainya
yang dapat dipindah-pindah. Karena besar dan lokasi beban yang senantiasa
suatu hal yang cukup sulit. Pada peraturan SNI 1727-2020 pasal 4.7.3 bahwa
c. Beban Angin adalah beban yang bekerja pada struktur akibat tekanan-
tekanan dari gerakan angin. Beban angin sangat tergantung dari lokasi dan
ketinggian dari struktur. Beban angin ditentukan pada SNI 1727-2020 pasal
26 :
2. Faktor arah angin (Kd), ditentukan dari tabel dibawah ini dan harus
mencakup dalam beban angin yang dihitung dan tipe struktur bangunan.
57
tinggi atap rata-rata kurang dari atau sama dengan 9,1 meter.
5. Efek topografi (Kzt), jika kondisi situs dan lokasi bangunan gedung dan
struktur lain tidak memenuhi semua kondisi yang disyaratkan, maka Kzt
= 1,0.
58
6. Efek tiupan angin (G), untuk suatu bangunan gedung dan struktur lain
berikut :
10 1/6
Iz = c( ) .......................................................... 2.77
𝑧̅
dimana :
𝑧̅ = 0,6h
1
Q = √ 𝐵+𝐻 0,63 ................................................. 2.78
1+0,63 ( )
𝐼𝑧
10. Tekanan kecepatan (qz), yang dievaluasi pada ketinggian z diatas tanah
Dimana :
12. Beban Angin (W), dapat dirumuskan sebagai berikut (Heppy nur cahya,
2015) :
1
W angin = P angin x cos 𝛼 x 1/2 bentang x jarak kuda-kuda .... 2.83
d. Beban Gempa adalah semua beban statik ekuivalen yang bekerja pada
struktur akibat adanya pergerakan tanah oleh gempa bumi, baik pergerakan
arah horizontal lebih besar dari pada arah vertikalnya. Sehingga pengaruh
𝑆𝑎 𝑥 𝐼𝑒
𝑉 = 𝐶𝑠 . 𝑊 = . 𝑊 ...................................... 2.84
𝑅
Keterangan :
dan jenisnya.
bersangkutan.
Dalam menganalisa gaya-gaya dalam atau bisa disebut juga analisa struktur
adalah proses menghitung dan menentukan efek akibat beban yang bekerja pada
reaksi berupa gaya dalam (internal forces) pada struktur. Analisis struktur sangatlah
penting untuk memastikan bagaimana alur, distribusi dan dampak beban terhadap
struktur yang ditinjau. Selain beban yang mempengaruhi perilaku struktur adalah
bahan yang digunakan dan geometri (sistem) struktur. Dengan melakukan analisis
keamanannya saat dikenai beban yang diperkirakan akan bekerja. Analisis Struktur
dapat dilakukan selama tahapan desain, pada saat pengujian maupun pasca
Pada masa sekarang ini analisa gaya-gaya dalam dapat dilakukan secara
analisis ataupun manual dan dapat pula dilakukan dengan bantuan aplikasi
seperti SAP 2000 ataupun ETABS, dan lain sebagainya. Saat ini hampir semua
mengacu pada kaidah-kaidah mekanika, di mana model bisa elastis atau inelastis,
linear atau non-linear, gaya dapat statis atau dinamis, dan model struktur mungkin
bisa satu dimensi, dua dimensi atau tiga dimensi. Penggunaan software ini dapat
mempermudahkan pada saat analisa, mendesain dan kajian ulang struktur, tetapi
dan paham dilapangannya. Hal ini sangat diperlukan agar analisa, desain atau kajian
ulang suatu struktur dengan bantuan aplikasi software dikomputer agar hasil yang
dihasilkan benar dan sesuai yang diharapkan. Analisis dan pemodelan juga harus
Dari suatu analisa struktur akibat beban mati, beban hidup, beban angin dan
beban gempa, maka dihitung gaya-gaya dalam berupa momen, gaya lintang, dan
gaya normal. Untuk struktur yang dibebani beban mati merata sebesar q, maka
didapatkan suatu bidang momen, bidang gaya lintang dan bidang gaya normal
gording, ikatan angin dan trackstang. Rangka atap Gording ini ialah suatu balok
63
induk yang bertugas menahan elemen struktur yang berada diatasnya dan beban –
Gording ini merupakan salah satu konstruksi yang vital yang diletakkan diatas,
sehingga karena tugasnya menahan beban yang bekerja diatap maka diperlukan
analisis yang tepat pada beban mati, beban hidup dan beban angin. Gording yang
biasa digunakan pada umumnya baja dengan profil CNP (Deni Firmansyah,2016).
beban – beban dari atap dan penopang rangka atap. Rangka atap ini berfungsi
menahan beban dari suatu bahan penutup atap sehingga pada umumnya berupa
susunan balok – balok ( dari kayu atau baja ) secara vertikal maupun horizontal.
Perhitungan ulang pada bangunan rangka baja ini penulis mengambil tabel untuk
64
rangka atap menggunakan tabel profil konstruksi baja sebagai pedoman dalam
kajian ulang pada bangunan portal baja. Ukuran serta inersia penampang profil
yang digunakan untuk analisis yang terdapat pada tabel profil konstruksi baja
Sedangkan untuk ikatan angin dipasang untuk menerima gaya – gaya yang
bekerja sejajar dengan arah memanjang bangunan dan tegak lurus terhadap bidang
kerja, sebagai akibat dari adanya tekanan angin. Angin yang bekerja tegak lurus
arah memanjang gording (dari samping kanan dan kiri) dapat ditahan oleh balok
dan kolom. Trackstang adalah pengaku yang digunakan dalam konstruksi kuda-
kuda untuk mengantisipasi sumbu lemah (arah y) pada gording. Trackstang ini pada
65
umumnya berupa besi polos dan berfungsi sebagai memperkokoh struktur atap,
selain itu juga berfungsi pengaku dan meluruskan gording yang menggunakan baja
Suatu komponen struktur harus mampu memikul beban aksial (tarik ataupun
tekan) serta momen lentur. Apabila besarnya gaya aksial yang bekerja cukup kecil
dibandingkan momen lentur yang bekerja, maka efek dari gaya aksial tersebut dapat
diabaikan dan komponen struktur tersebut dapat didesain sebagai komponen balok
lentur. Namun apabila komponen struktur memikul gaya aksial dan momen lentur
yang tidak dapat diabaikan salah satunya, kombinasi dari gaya aksial dan momen
tak tentu. Misalkan pada struktur portal statis tak tentu pada gambar 2.9. Akibat
kondisi pembebanan yang bekerja, maka batang AB tidak hanya memikul beban
merata saja namun juga memikul beban lateral P1. Dalam hal ini efek lentur dan
gaya tekan P1 yang bekerja pada batang AB, maka batang AB harus didesain
sebagai suatu elemen balok – kolom. Selain itu juga batang AB yang didesain
sebagai elemen balok – kolom, batang AC, BD, CE, DF, juga didesain sebagai
elemen balok – kolom. Karena selain memikul gaya aksial akibat reaksi dari balok
AB dan balok CD, efek lentur dan efek gaya aksial yang bekerja tidak bisa
diabaikan salah satunya. Berbeda dengan batang CD yang hanya didominasi oleh
efek lentur, gaya lateral P2 telah dipikul oleh pengaku – pengaku (bracing) bentuk
67
X, sehingga batang CD dapat didesain sebagai suatu elemen balok tanpa pengaruh
Kolom dengan kekangan yang besar terhadap rotasi dan translasi pada
ujung-ujungnya (contohnya tumpuan jepit) akan mampu menahan beban yang lebih
besar dibandingkan dengan kolom yang mengalami rotasi dan tranlasi pada bagian
besar beban yang dapat diterima oleh suatu komponen struktur tekan juga
jarak di antara dua titik pada kolom tersebut yang mempunyai momen sama dengan
nol, atau didefinisikan pula sebagai jarak diantara dua titik belok dari suatu
68
tekan (λ = L/r), panjang komponen struktur yang digunakan harus dikalikan suatu
Gable frame adalah bentuk khusus dari rangka kaku yang semua komponen
pada struktur gable frame memikul kombinasi momen lentur dan gaya aksial. Suatu
batang yang menderita beban aksial dan momen lentur secara bersamaan
dilain pihak dengan adanya gaya tekan aksial menjadikan batang tersebut
konstruksi gable frame hampir sama dengan rangka kaku bentuk persegi.
69
Perhitungan pada konstruksi gable frame lebih kompleks dari pada rangka kaku
L
Gambar 2.12 Struktur Portal Gable Frame
Sumber : Srikirana Meidiani (2018)
Profil kolom dan ukuran serta inersia yang digunakan sebagai pedoman
dalam analisis kolom pada konstruksi portal baja mengacu pada tabel profil
konstruksi baja, yang pada umumnya portal baja memakai profil H-Beam untuk
kolomnya dikarenakan H-Beam memiliki dimensi lebar dan kuping yang sama,
sedangkan baja dengan profil I-WF memiliki dimensi kuping yang lebih lebar (Budi
Siswanto (2018).
Adapun untuk ketentuan batas – batas lendutan limit state of strength pada
balok dalam pendesaian telah terpenuhi namun perlu dievaluasi untuk keadaan
kemampuan batas layan limit state of servicebility harus sesuai dengan struktur
70
Banyak bangunan yang tidak berfungsi disebabkan oleh kerusakan lokal, lendutan
besar, vibrasi yang mengganggu atau hal lainnya (Agus Setiawan, 2008).
Untuk beban terbagi rata dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut
(Wiryanto, 2016) :
5 𝑞 . 𝐿4
∆ = . ...................................................................... 2.85
384 𝐸. 𝐼
Khusus pada kontrol lendutan yang terjadi akibat beban terbagi rata pada gording
𝐿 4
5 (𝑞 cos 𝛼) . 𝐿4 5 (𝑞 sin 𝛼) . ( )
3
fx1 = . ; fy1 = . ............. 2.86
384 𝐸. 𝐼 384 𝐸. 𝐼
1 𝑃 . 𝐿3
∆ = . ........................................................................ 2.87
48 𝐸. 𝐼
71
Khusus pada kontrol lendutan akibat beban terpusat pada gording memakai
𝐿 3
1 (𝑃 cos 𝛼) . 𝐿3 1 (𝑝 sin 𝛼) . ( )
3
fx2 = . ; fy1 = . .................. 2.88
48 𝐸. 𝐼 48 𝐸. 𝐼
Keterangan :
W = DL + LL
METODOLOGI PENELITIAN
Konsep dasar studi yang dilaksanakan dalam penulisan Tugas Akhir ini
berupa Kajian Portal Struktur Baja Gedung Workshop Alat Berat Di Balai Wilayah
Sungai Sumatera VI Tahap 2 Dengan Metode Desain Faktor Beban dan Ketahanan
(DFBK) dan Desain Kekuatan Ijin (DKI). Alasan dimana penulis mengambil judul
membedakan dua metode tersebut pada bangunan portal baja gable frame.
sistematis, sehingga tujuan dari studi menjadi lebih mudah dilakukan serta
mendapatkan hasil yang baik dan akurat, agar suatu saat dapat digunakan sebagai
referensi ataupun acuan bagi yang memerlukannya untuk menambah ilmu dan
Dalam pengumpulan data studi ini terdapat data primer dan data sekunder.
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli
(tidak melalui media perantara). Data primer ini dapat berupa opini (orang) secara
72
73
Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh dari hasil penilitian
secara tidak langsung melalui perantara (data ini diperoleh dan dicatat oleh pihak
lain). Data sekunder pada umumnya bisa berupa bukti, catatan ataupun laporan
historis yang telah tersusun dalam suatu arsip (data dokumenter) yang
Data yang digunakan penulis dalam menyusun Tugas Akhir ini merupakan
data primer dan data sekunder. Adapun data primer tersebut antara lain sebagai
berikut :
j. Trackstang = 1 Btg
o. Foto Dokumentasi
74
Adapun gambar denah bangunan yang dijadikan tempat penelitian Tugas Akhir
sebagai berikut :
Pembebanan Pembebanan
Terfaktor Tidak Terfaktor
Ya Ya
Tidak Tidak
Ya Ya
Selesai
l. Trackstang = 1 Btg
fu = 410 MPa
77
78
q = 15,36 kg/m
= (40 – 0,8α)
= 24 kg/m2 ≥ 20 kg/m2
qR = qr . jarak gording
= 20 . 1
= 20 kg/m
= 20 . sin 20 = 20 . cos 20
pasal 47.3)
Oleh karena momen yang terjadi akibat beban air hujan (R) lebih kecil
dibandingkan dengan momen yang terjadi pada beban terpusat (Lr), maka
beban terbesar yang digunakan adalah beban terpusat dari seseorang pekerja dan
Kategori eksposur B yaitu untuk bangunan gedung atau struktur lain dengan
tinggi atap rata-rata kurang dari atau sama dengan 9,1 m dan berada dalam
10 1/6
Iz = c ( )
𝑧̅
dimana :
10 1/6
Maka ; Iz = c( )
𝑧̅
10 1/6
= 0,30 x ( 3,6 )
= 0,356
1
Q = √ 𝐵+𝐻 0,63
1+0,63 ( )
𝐼𝑧
1
= √ 6 + 7,085 0,63
1+0,63 ( )
0,356
= 0,375
Menentukan tekanan velositas (SNI 1727-2020 : pasal 27.3.2) :
a. Kz untuk 15 ft ≤ z ≤ Zg
dimana : z = 6 ft
= 2,01 ( z / Zg )2/α
= 2,01 x ( 6 / 365,76 )2/7
= 0,621
b. Kzt untuk 15 ≤ 15 ft
= 2,01 ( 15 / Zg )2/α
= 2,01 x ( 15 / 365,76 )2/7
= 0,807 ≈ 1,0
Tekanan kecepatan, (qz ) (SNI 1727-2020 : pasal 27.3.2) :
qz = 0,613 Kz . Kzt . Kd . Ke . V2
= 0,613 x 0,621 x 1,0 x 0,85 x 1,0 x 102
= 32,357 N/m2
Tekanan angin desain, (P) (SNI 1727-2020 : pasal 27.4) :
Gcp angin tekan = 0,85 x 0,2 = 0,17 (SNI 1727-2020 : pasal 27.4)
q = q1 = qz = 32,357 N/m2
Maka ;
1
= 2,324 x cos 𝛼 x 5 x 6
= 74,194 kg/m
1
W angin hisap = (-3,430) x cos 𝛼 x 1/2 bentang x jarak kuda-kuda
1
= (-3,430) x cos 𝛼 x 5 x 6
= (-109,504) kg/m
= 9,274 kg/m2
84
= (-13,688) kg/m2
1) 1,4 D
4) 1,2 D + 1 W + Lr + 0,5 R
5) 1,2 D + Lr
6) 0,9 D + 1 W
Nilai momen maksimum untuk arah x dan arah y digunakan dalam perencanaanya
𝑀𝑔𝑦 34932,3
Wy perlu = = 0,9 = 15,525
∅ 𝑓𝑦 . 2500
g = 9,36 kg/m ≤ 10 kg
Ix = 189 cm4
Iy = 26,9 cm4
Wx = 37,8 cm3
Wy = 7,82 cm3
Fy = 2500 kg/cm2
86
Cek tegangan :
𝑀𝑔𝑥
τx = 0,9 . Wy
=
12714,1
0,9 x 7,82
= 1806,493 kg/cm2 (SNI 1729-2020 : pasal F1)
𝑀𝑔𝑦
τy = 0,9 . Wx
=
34932,3
0,9 x 37,8
= 1026,817 kg/cm2
τ = √Fx 2 + Fy 2 ≤ Fy
= √1806,4932 + 1026,8172 ≤ Fy
Cek Lendutan :
px = 33,481 kg
py = 91,988 kg
L = 600 cm
5 . qx . (𝐿 )4 1 . px . (𝐿 )3
δx = +
384 . E . Iy 48 . E . Iy
= 1,737 + 2,667
= 4,404
5 . qy . (L)4 1 . py . (L)3
δy = +
384 . E . Ix 48 . E . Ix
= 0,679 + 1,043
87
= 1,722
δ = √δx 2 + δy 2
= √4,4042 + 1,7222
Lendutan tidak aman maka perlu dipasang tracktang pada arah sumbu lemah
dipasangi 1 buah tracktang pada bentang ½ gording (Heppy nur cahya,2014 : bab
4.4).
5 . qy . (L )4 1 . py . (L)3
δx = +
384 . E . Ix 48 . E . Ix
= 0,109 + 0,341
= 0,450
δ = √δx 2 + δy2
= √0,4502 + 1,7222
Gording aman dari lendutan jika dipasang tracktang pada sumbu lemahnya.
B. Perhitungan Tracktang
Diketahui :
Hujan = ( 40 – 0,8 . α )
= ( 40 – 0,8 . 20 )
= 24 kg/m
88
= 9,36 kg/m x 3 m x 6 m
= 162 kg/m
= 6 kg/m x 6 m x 1 m
= 36 kg/m
= 30 kg/m x 1 m x 6 m
= 180 kg/m
= 162 + 36 + 180
= 378 kg
= 613,600 kg
613,600
P sin α = sin 20°
= 1794,046 kg
Pu ≤ Ø Rn
Pu ≤ 0,9 x fy x Ag
Pu 1794,046
Ag ≥ 0,9 x fy = = 0,797 cm2 → 79,7 mm2 (Dipakai)
0,9 x 2500
Pu ≤ ØPn
90
Ø = 0,75
Pn = 0,75 x Ab x fu
Pu ≤ Ø (0,75 x Ab x fu)
Pu 1794,046
Ab ≥ ∅ x 0,75 x fu = = 0,778 cm2 → 77,8 mm2
0,75 x 0,75 x 4100
As = 79,7 mm2
1
As = x π x d2
2
4 x As 4 x 79,7
d =√ = √
𝜋 3,14
= 10,076 mm < Ø 12 mm
dan kuat.
= 1 m x 6 m x 6 m x 74,194 kg/m
91
= 2670,984 kg/m
Pmax 2670,984
Pu = Cos α = = 4338,397 kg
Cos 52°
Pu ≤ Ø Rn
Ø = 0,9
Pu ≤ 0,9 x fy x Ag
Pu 4338,397
Ag ≥ = = 1,928 cm2 → 192,8 mm2 (dipakai)
0,9 x fy 0,9 x 2500
Pu ≤ Ø Pn
Ø = 0,9
Pn = 0,75 x Ab x fu
Pu ≤ Ø (0,75 x Ab x fu)
Pu 4338,397
Ab ≥ = = 1,881 cm2 → 188,1 mm2
∅ x 0,75 x fu 0,75 x 0,75 x 4100
Untuk dimensi ikatan angin atap diambil nilai luas tulangan terbesar yang
As = 192,8 mm2
1
As = x π x d2
4
4 x As 4 x 192,8
d √ = √ = 15,672 mm < ∅ 16 mm
𝜋 3,14
Ikatan angin yang dipakai dibangunan tersebut berdiameter 16 mm, sehingga aman
dan kuat.
92
A. Pembebanan
q = 1305,964 kg/m
maka yang digunakan adalah beban air hujan berdasarkan (SNI 1727-2020
: pasal 4.1).
Kategori eksposur B yaitu untuk bangunan gedung atau struktur lain dengan
tinggi atap rata-rata kurang dari atau sama dengan 9,1 m dan berada dalam
10 1/6
Iz = c ( )
𝑧̅
dimana :
10 1/6
Maka ; Iz = c( )
𝑧̅
10 1/6
= 0,30 x ( 3,6 )
= 0,356
1
Q = √ 𝐵+𝐻 0,63
1+0,63 ( )
𝐼𝑧
95
1
= √ 6 + 7,085 0,63
1+0,63 ( )
0,356
= 0,375
Gcp angin tekan = 0,85 x 0,2 = 0,17 (SNI 1727-2020 : pasal 27.4)
q = q1 = qz = 32,357 N/m2
96
1
= 2,324 x cos 𝛼 x 5 x 6
= 74,194 kg/m
1
W angin hisap = (-3,430) x x 1/2 bentang x jarak kuda-kuda
cos 𝛼
1
= (-3,430) x cos 𝛼 x 5 x 6
= (-109,504) kg/m
Sa x Ie
R
. W , dan pada SNI 1726 -2019 “Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Nongedung” , maka didapatlah data
𝑆𝐷𝑆 0,467
Cs = 𝑅 = 3 1/2 = 0,311
(𝐼𝑒) ( )
1
Dimana :
2019: tabel 3)
untuk mendapatkan nilai-nilai momen, Axial dan Geser struktur gable frame.
sebagai berikut :
Momen Maksimum
Kombinasi Pembebanan
(Kg.m)
COMB 1 1,4 D 13866,76
COMB 2 1,2 D + 1,6 Lr + 0,5 R 12978,69
COMB 3 1,2 D + 1,6 Lr + 0,5 Wk 12455,88
COMB 4 1,2 D + 1 Wk + Lr + 0,5 R 12673,24
COMB 5 1,2 D + 1,0 E + Lr 11960,48
COMB 6 0,9 D + 1,0 Wk 8608,90
COMB 7 0,9 D + 1,0 E 8543,53
Axial Maksimum
Kombinasi Pembebanan
(Kg)
COMB 1 1,4 D -12285,37
COMB 2 1,2 D + 1,6 Lr + 0,5 R -11485,85
COMB 3 1,2 D + 1,6 Lr + 0,5 Wk -11110,03
COMB 4 1,2 D + 1 Wk + Lr + 0,5 R -11392,25
COMB 5 1,2 D + 1,0 E + Lr -10855,50
COMB 6 0,9 D + 1,0 Wk -7804,14
COMB 7 0,9 D + 1,0 E -7964,13
Geser Maksimal
Kombinasi Pembebanan
(Kg)
COMB 1 1,4 D -2311,13
COMB 2 1,2 D + 1,6 Lr + 0,5 R -2163,11
COMB 3 1,2 D + 1,6 Lr + 0,5 Wk -2074,31
COMB 4 1,2 D + 1 Wk + Lr + 0,5 R -2112,21
COMB 5 1,2 D + 1,0 E + Lr -1993,41
COMB 6 0,9 D + 1,0 Wk -1434,82
COMB 7 0,9 D + 1,0 E -1423,92
a. Kolom
g = 44,700 kg/mm
Ag = 56,960 cm2
Wx = 426,273 cm3
Wy = 146,700 cm3
ix = 8,70 cm
iy = 5,08 cm
ho = h – tf = 200 – 11 = 189 mm
G = 80.000 MPa
Ix
rx =√ = 86,509 mm
A
Iy
ry =√ = 50,762 mm
A
b 200 𝑥 0,5 E
Sayap = = = 9,09 << 0,56 √
tf 11 Fy
(2,1 x 106 )
0,56 √ = 16,23
2500
(Tidak Langsing)
h 200−(2 𝑥 11) E
Badan = = = 25,43 << 1,49 √Fy
tb 7
(2,1 x 106 )
1,49 √ = 43,18
2500
(Tidak Langsing)
k . L𝑥 k . L𝑦
𝜆𝑟 = ; 𝜆𝑟 =
𝑟𝑥 𝑟𝑦
= 6000 mm
k . L𝑥 1 x 6000
𝜆𝑥 = 𝑟𝑥
= 87
= 68,966
k . L𝑦 1 x 6000
𝜆𝑦 = = = 118,110
𝑟𝑦 50,8
K𝑥 . L𝑥 𝑓𝑦 68,966 250
𝜆𝑐 = . √ = . √2,1 𝑥 106 = 0,240
𝜋 𝐸 3,14
1,43
0,25 < 𝜆𝑐 < 1,2 maka ω = 1,6−0,670 . 𝜆𝑐𝑥
Dipakai persamaan pertama 𝜆𝑐 < 0,25 maka ω = 1 (SNI 1729 – 2020 : pasal
E7)
ØNn ≥ Nu
128160,00 kg ≥ 12285,37 kg
.𝐾𝐿𝑦 1 x 6000
= = 118,110
𝑟𝑦 50,8
𝐾𝐿𝑥 1 x 6000 E
= = 68,966 << 4,71 √
𝑟𝑥 87 Fy
(2,1 x 106
4,71 √ = 136,51 (Tekuk Inelastis)
2500
𝜋2 𝐸 3,142 𝑥 (200.000)
.𝐹𝑒 = 𝐾𝐿 2
= = 435,320 MPa
( ) 68,9662
𝑟
𝐹𝑦 250
. 𝐹𝑐𝑟 = (0,658 𝐹𝑒 ) 𝐹𝑦 = (0,658 435,320) . 250 =94,471 MPa = 963,336 kg/cm2
𝜋2 𝐸 𝐶𝑤 1
.𝐹𝑒 = [( ) + 𝐽𝐺] 𝐼𝑥+𝐼𝑦
(𝐾𝐿)2
114
. √𝐹𝑦 250
= √ = 0,29 berarti tekuk inelastis, sehingga
𝐹𝑒 2904,692
𝐹𝑦 250
.𝐹𝑒 = (0,658 𝐹𝑒 ) . 𝐹𝑦 = (0,658 435,320 ) . 250 = 94,471 MPa
Fcr tekuk – puntir >> Fcr tekuk lentur (s.y-y), maka tekuk yang terjadi adalah
lentur.
9. Kuat lentur penampang pada kondisi batas plastis (maksimum) (SNI 1729-
10. Check Klasifikasi Profil H-Beam (200x200x7x11) (SNI 1729-2020 : tabel 4.1)
11. Parameter LTB ( Tekuk Torsi Lateral ) ( Dewobroto, 2016 : bab 6.8.5)
ry = √𝐼𝑦/𝐴 = 50,752 mm
𝐸
Lp = 1,76 𝑟𝑦 √𝐹𝑦 = 2588,842 mm = 2,59 m
𝐸 𝐽𝑐 𝐽𝑐 0,7 . 𝐹𝑦
Lr = 1,95. 𝑟 2 𝑡𝑠. 0,7.𝐹𝑦 √𝑆𝑥 . ℎ𝑜 + √(𝑆𝑥 .ℎ𝑜)2 + 6,76 ( 𝐸 )2
A B
𝐸 (2,1 𝑥 106 )
A = 1,95. 𝑟 2 𝑡𝑠 = 1,95 . 32,523 . 0,7 𝑥 2500 = 76,104 mm
0,7.𝐹𝑦
𝐽𝑐 𝐽𝑐 0,7 . 𝐹𝑦 2
B = √𝑆𝑥 . ℎ𝑜
+ √(𝑆𝑥 . ℎ𝑜
)2 + 6,76 ( 𝐸
) =
12. Hitung faktor Cb untuk memasukkan pengaruh bentuk momen (SNI 1729-
MA = 3466,69 kg.m
116
MB = 6933,38 kg.m
MC = 10400,07 kg.m
12,5| 𝑀𝑚𝑎𝑥 |
Cb =
2,5|𝑀𝑚𝑎𝑥|+3|𝑀𝐴|+4|𝑀𝐵|+3|𝑀𝐶|
12,5| 13866,76 |
=
2,5|13866,76|+3|3466,69|+4|6933,38|+3|10400,07|
= 2,194
13. Momen nominal terhadap batas tekuk torsi lateral (SNI 1729-2020 : pasal
F2)
𝐿𝑏−𝐿𝑝
Mn = Cb. [ Mp − (Mp − 0,7. Fy. Sx). (𝐿𝑟−𝐿𝑝) ] ≤ Mp
6,00−2,59
= 2,194 . [1178117,50 − (1178117,50 − 0,7.2500.426273). (5,775−2,59)] ≤ Mp
= 1752113280,00 Kg.m
14. Kuat Lentur ditentukan oleh kondisi leleh (SNI 1729-2020 : pasal F1)
= 92560,000 Kg
= 83304,000 kg ≥ Pu = Nu = 12285,37 kg
𝑃𝑢 12285,37
Jika, = = 0,147
𝑃𝑐 83304,000
𝑃𝑢 8 𝑀𝑟𝑥 𝑀𝑟𝑦
.2 𝑃𝑐 + 9 (𝑀𝑐𝑥 + ) ≤ 1,0
𝑀𝑐𝑦
12285,37 8 13866,76
.2 x 83304,000 + 9 (1060305,75 + 0) = 0,085 ≤ 1,0 ........................... (OK)
13866,76 12285,37 x 1
= 0,9 x + ≤ 𝑓𝑦
8,70 0,85 x 56,96
16. Periksa interaksi terhadap lentur dan geser (Dewobroto, 2016 : bab 6)
Mu = 13866,76 Kg.m
Mn = 1178117,50 kg.m
Vu = 12285,37 kg
Vn = 623424,263 kg
𝑀𝑢 𝑉𝑢
+ 0,625 ≤ 1,375
∅ 𝑀𝑛 ∅ 𝑉𝑛
118
13866,76 12285,37
+ 0,625 ≤ 1,375
0,9 x 1178117,50 0,9 x 623424,263
0,027 ≤ 1,375
Vn = 0,6 x fy x Aw x cv
= 85440,00 kg
ØVn ≥ Vu
b. Balok
g = 21,30 kg/mm
Ag = 27,16 cm2
Wx = 184,00 cm3
Wy = 26,80 cm3
ix = 8,24 cm
iy = 2,22 cm
ho = h – tf = 200 – 11 = 189 mm
G = 80.000 MPa
3. Kuat lentur penampang pada kondisi batas plastis (maksimum) (SNI 1729-
ry = √𝐼𝑦/𝐴 = 22,21 mm
𝐸
Lp = 1,76 𝑟𝑦 √𝐹𝑦 = 1132,924 mm = 1,13 m
𝐸 𝐽𝑐 𝐽𝑐 0,7 . 𝐹𝑦
Lr = 1,95. 𝑟 2 𝑡𝑠. 0,7.𝐹𝑦 √𝑆𝑥 . ℎ𝑜 + √(𝑆𝑥 .ℎ𝑜)2 + 6,76 ( 𝐸 )2
A B
𝐸 (2,1 𝑥 106 )
A = 1,95. 𝑟 2 𝑡𝑠 = 1,95 . 69,773 . 0,7 𝑥 2500 = 163,269 mm
0,7.𝐹𝑦
𝐽𝑐 𝐽𝑐 0,7 . 𝐹𝑦 2
B = √𝑆𝑥 . + √(𝑆𝑥 . )2 + 6,76 ( ) =
ℎ𝑜 ℎ𝑜 𝐸
MA = 11048,06 kg.m
MB = 7351,02 kg.m
MC = - 953,91 kg.m
12,5| 𝑀𝑚𝑎𝑥 |
Cb =
2,5|𝑀𝑚𝑎𝑥|+3|𝑀𝐴|+4|𝑀𝐵|+3|𝑀𝐶|
12,5| 13866,76 |
=
2,5|13866,76|+3|11048,06|+4|7351,02|+3|953,91|
= 1,732
6. Momen nominal terhadap batas tekuk torsi lateral (SNI 1729-2020 : pasal
F2)
𝐿𝑏−𝐿𝑝
Mn = Cb. [ Mp − (Mp − 0,7. Fy. Sx). (𝐿𝑟−𝐿𝑝) ] ≤ Mp
6,00−1,13
= 1,732. [408255,00 − (408255,00 − 0,7.2500.184000). ( )] ≤ Mp
7,820−1,13
121
= 406174200,00 Kg.m
7. Kuat Lentur Balok ditentukan oleh kondisi leleh (SNI 1729-2020 : pasal F1)
= 44135,000 Kg
= 39721,500 kg ≥ Pu = Nu = 12285,37 kg
𝑃𝑢 12285,37
Jika, = = 0,309
𝑃𝑐 39721,500
𝑃𝑢 8 𝑀𝑟𝑥 𝑀𝑟𝑦
.2 𝑃𝑐 + 9 (𝑀𝑐𝑥 + ) ≤ 1,0
𝑀𝑐𝑦
12285,37 8 13866,76
.2 x 39721,500 + 9 (367429,50 + 0) = 0,188 ≤ 1,0 ........................... (OK)
13866,76 12285,37 x 1
= 0,9 x + ≤ 𝑓𝑦
8,24 0,85 x 27,16
9. Periksa interaksi terhadap lentur dan geser balok (Dewobroto, 2016 : bab 6)
Mu = 13866,76 Kg.m
Mn = 408255,00 kg.m
122
Vu = 12285,37 kg
Vn = 269100,00 kg
𝑀𝑢 𝑉𝑢
+ 0,625 ≤ 1,375
∅ 𝑀𝑛 ∅ 𝑉𝑛
13866,76 12285,37
+ 0,625 ≤ 1,375
0,9 x 408255,00 0,9 x 269100,00
0,091 ≤ 1,375
Vn = 0,6 x fy x Aw x cv
= 40740,00 kg
ØVn ≥ Vu
δ ijin = L / 240
= 600 / 240
= 2,5 cm
= 2,4 cm
δ ijin ≥ δ maks
2,5 cm ≥ 2,4 cm
123
Diketahui : Baut = Ø 16 mm
Mu = 13866,76 kg.m
Nu = 12285,37 kg
Vu = 2311,13 kg
= 4100 kg/cm2
= 2500 kg/cm2
= 2,010 cm2
ϕr Vn = ϕr . r1 . fub . Ab
= 247,230 kg
Dimana :
ϕf Tn = ϕr . (0,75 . fub) . Ab
= 463,556 kg
ϕr Rn = 2,0 . ϕr . db . tp . fy
= 720 kg
Dimana :
Vu
n = ϕr Rn
2311,13
= 0,75 x 247,230
Vu
Fuv = ≤ fu
0,75 . Ab
125
2311,13
= 0,75 x 2,010 ≤ 4100 kg/cm2
Jarak tepi baut diambil = 1,5 db – 3db (SNI 1729-2002 : pasal 13.2)
0,75 . f𝑢 b . 𝑛1 . 𝑛2 . 𝐴𝑏
a = (Agus setiawan, 2006 : pasal 6.2)
𝑓𝑦 . 𝑏
= 1,236 cm
𝑛
0,9 . 𝑓𝑦 . 𝑎2 . 𝑏
ϕ Mn = + ∑ 𝑇. 𝑑𝑖
2
𝑖=1
Jarak ( di ) =
d1 = 5 cm d4 = 35 cm
d2 = 15 cm d5 = 45 cm
d3 = 25 cm
di = 125 cm
126
∑ 𝑇. 𝑑𝑖 = 0,75 . fu b . n1 . n2 . Ab . d𝑖
𝑖=1
= 7.725.937,00 kg.cm
Diketahui : Baut = Ø 16 mm
Mu = 13866,76 kg.m
Nu = 12285,37 kg
Vu = 2311,13 kg
= 4100 kg/cm2
= 2500 kg/cm2
= 2,010 cm2
ϕr Vn = ϕr . r1 . fub . Ab
= 247,230 kg
Dimana :
ϕf Tn = ϕr . (0,75 . fub) . Ab
= 463,556 kg
ϕr Rn = 2,0 . ϕr . db . tp . fy
= 720 kg
Dimana :
Vu
n = ϕr Rn
2311,13
= 0,75 x 247,230
2311,13
= 0,75 x 2,010 ≤ 4100 kg/cm2
Jarak tepi baut diambil = 1,5 db – 3db (SNI 1729-2002 : pasal 13.2)
0,75 . f𝑢 b . 𝑛1 . 𝑛2 . 𝐴𝑏
a = (Agus setiawan, 2006 : bab 6.2)
𝑓𝑦 . 𝑏
= 1,483 cm
𝑛
0,9 . 𝑓𝑦 . 𝑎2 . 𝑏
ϕ Mn = + ∑ 𝑇. 𝑑𝑖
2
𝑖=1
Jarak ( di ) =
d1 = 5 cm d4 = 35 cm
d2 = 15 cm d5 = 45 cm
d3 = 25 cm
di = 125 cm
𝑛
∑ 𝑇. 𝑑𝑖 = 0,75 . fu b . n1 . n2 . Ab . d𝑖
𝑖=1
= 7.725.937,00 kg.cm
Diketahui : Baut = Ø 16 mm
Mu = 13866,76 kg.m
Nu = 12285,37 kg
Vu = 2311,13 kg
= 4100 kg/cm2
= 2500 kg/cm2
= 2,010 cm2
131
ϕr Vn = ϕr . r1 . fub . Ab
= 247,230 kg
Dimana :
ϕf Tn = ϕr . (0,75 . fub) . Ab
= 463,556 kg
ϕr Rn = 2,0 . ϕr . db . tp . fy
= 720 kg
Dimana :
Vu
n = ϕr Rn
2311.13
= 0,75 x 247,230
2311,13
= 0,75 x 2,010 ≤ 4100 kg/cm2
Jarak tepi baut diambil = 1,5 db – 3db (SNI 1729-2002 : pasal 13.2)
0,75 . f𝑢 b . 𝑛1 . 𝑛2 . 𝐴𝑏
a = (Agus setiawan, 2006 : bab 6.2)
𝑓𝑦 . 𝑏
= 1,236 cm
133
𝑛
0,9 . 𝑓𝑦 . 𝑎2 . 𝑏
ϕ Mn = + ∑ 𝑇. 𝑑𝑖
2
𝑖=1
Jarak ( di ) =
d1 = 5 cm d4 = 35 cm
d2 = 15 cm d5 = 45 cm
d3 = 25 cm
di = 125 cm
𝑛
∑ 𝑇. 𝑑𝑖 = 0,75 . fu b . n1 . n2 . Ab . d𝑖
𝑖=1
= 7.725.937,00 kg.cm
fc` = 30 MPa
Pu = Nu = 12285,37 kg
Vu = 2311,13 kg
fy = 2500 kg/cm2
= 10,50 cm = 12,00 cm
𝑚 𝑑
x = f = +𝑥
2 2
10,50 20
= = + 5,250
2 2
135
= 5,250 cm = 15,25 cm
Kontrol Tekan
= 40 x 40
= 1600,00 cm2
𝐴2
Pp = 0,85 . fc` . A1 . √𝐴1
1600
= 0,85 x 30 x 1600 x √
1600
= 40800 kg
ϕc . Pp ≥ Pu
= 2,834 cm2
𝑉𝑢 2311,13
Vub = = (Agus setiawan, 2006 : bab 6.6)
𝑛 8
= 288,891 kg
= 8714,550 kg
ϕfub . Ab ≥ Vub
𝑃𝑢
t perlu = 1,5 . m . √𝐵 . 𝑁 . 𝑓𝑦
12285,37
= 1,5 x 10,50 x √20 x 20 x 2500
= 1,54 cm
𝑓𝑦
Lmin = (4 . √𝑓𝑐 . 𝑑𝑏
2500
= (4 x √300 x 1,9
= 18,992 cm
Persyaratan ukuran las untuk tebal pelat lebih dari 6,4 mm (Agus setiawan, 2006 :
bab 7.6) :
137
= 12 – 1,6
= 10,4 mm
Minimum = 6 mm
te = 0,707 . a
= 0,707 x 8
= 5,656 mm
= 1043,532 N/mm
Dan kapasitas las ini tidak boleh melebihi kuat runtuh geser pelat :
= 1845,000 N/mm
Tu = Mu = 13,866 ton
13,866 x 104
Lw = 1043,532
= 132,876 mm ≈ 135 mm
138
fu = 410 MPa
o. fijin = Rn / Ω
= 2500 / 1,5
= 1666,667 kg/cm2
139
p. Trackstang = 1 Btg
q = 15,36 kg/m
= (40 – 0,8α)
= 24 kg/m2 ≥ 20 kg/m2
qR = qr . jarak gording
= 20 . 1
= 20 kg/m
= 20 . sin 20 = 20 . cos 20
pasal 47.3)
Oleh karena momen yang terjadi akibat beban air hujan (R) lebih kecil
dibandingkan dengan momen yang terjadi pada beban terpusat (Lr), maka
beban terbesar yang digunakan adalah beban terpusat dari seseorang pekerja dan
Kategori eksposur B yaitu untuk bangunan gedung atau struktur lain dengan
tinggi atap rata-rata kurang dari atau sama dengan 9,1 m dan berada dalam
10 1/6
Iz = c ( )
𝑧̅
dimana :
10 1/6
Maka ; Iz = c( )
𝑧̅
10 1/6
= 0,30 x ( 3,6 )
= 0,356
1
Q = √ 𝐵+𝐻 0,63
1+0,63 ( )
𝐼𝑧
1
= √ 6 + 7,085 0,63
1+0,63 ( )
0,356
= 0,375
Menentukan tekanan velositas (SNI 1727-2020 : pasal 27.3.2) :
c. Kz untuk 15 ft ≤ z ≤ Zg
dimana : z = 6 ft
= 2,01 ( z / Zg )2/α
= 2,01 x ( 6 / 365,76 )2/7
= 0,621
d. Kzt untuk 15 ≤ 15 ft
= 2,01 ( 15 / Zg )2/α
= 2,01 x ( 15 / 365,76 )2/7
= 0,807 ≈ 1,0
Tekanan kecepatan, (qz ) (SNI 1727-2020 : pasal 27.3.2) :
qz = 0,613 Kz . Kzt . Kd . Ke . V2
= 0,613 x 0,621 x 1,0 x 0,85 x 1,0 x 102
= 32,357 N/m2
Tekanan angin desain, (P) (SNI 1727-2020 : pasal 27.4) :
Gcp angin tekan = 0,85 x 0,2 = 0,17 (SNI 1727-2020 : pasal 27.4)
q = q1 = qz = 32,357 N/m2
Maka ;
1
= 2,324 x cos 𝛼 x 5 x 6
= 74,194 kg/m
1
W angin hisap = (-3,430) x cos 𝛼 x 1/2 bentang x jarak kuda-kuda
1
= (-3,430) x cos 𝛼 x 5 x 6
= (-109,504) kg/m
= 9,274 kg/m2
145
= (-13,688) kg/m2
1) D
Arah x : 26,163 26,163
Arah y : 71,888 71,888
2) D + Lr
Arah x : 26,163 + 50,222 76,385
Arah y : 71,888 + 137,982 209,870
3) D+R
Arah x : 26,163 + 30,780 56,943
Arah y : 71,888 + 84,573 156,461
4) D + 0,75 Lr + 0,75 R
Arah x : 26,163 + 0,75 x 50,222 + 0,75 x 30,780 86,915
Arah y : 71,888 + 0,75 x 137,982 + 0,75 x 84,573 238,804
5) D + 0,6 W
Arah x : 26,163 + 0,6 x (-3,964) 25,324
Arah y : 71,888 + 0,6 x 0 76,113
6) D + 0,75 Lr + 0,75 (0,6 W) + 0,75 R
146
Nilai momen maksimum untuk arah x dan arah y digunakan dalam perencanaannya
𝑀𝑔𝑦 23880,4
Wy perlu = = 2500 / 1,67 = 15,952
𝑓𝑦/ 1,67
g = 9,36 kg/m ≤ 10 kg
Ix = 189 cm4
Iy = 26,9 cm4
Wx = 37,8 cm3
Wy = 7,82 cm3
Kontrol tegangan
Cek tegangan :
𝑀𝑔𝑥
τx = 1,67 x Wy
=
8691,5
1,67 x 7,82
= 665,536 kg/cm2 (SNI 1729-2020 : pasal F1)
𝑀𝑔𝑦
τy = 1,67 x Wx
=
23880,4
1,67 x 37,8
= 378,297 kg/cm2
Cek Lendutan :
px = 33,481 kg
py = 91,988 kg
L = 600 cm
5 . qx . (𝐿 )4 1 . px . (𝐿 )3
δx = +
384 . E . Iy 48 . E . Iy
= 1,737 + 2,667
= 4,404
5 . qy . (L)4 1 . py . (L)3
δy = +
384 . E . Ix 48 . E . Ix
= 0,679 + 1,043
148
= 1,722
δ = √δx 2 + δy 2
= √4,4042 + 1,7222
Lendutan tidak aman maka perlu dipasang tracktang pada arah sumbu lemah
dipasangi 1 buah tracktang pada bentang ½ gording (Heppy nur cahya, 2014 : bab
4.4).
5 . qy . (L )4 1 . py . (L)3
δx = +
384 . E . Ix 48 . E . Ix
= 0,109 + 0,333
= 0,442
δ = √δx 2 + δy2
= √0,4422 + 1,7882
Gording aman dari lendutan jika dipasang tracktang pada sumbu lemahnya.
B. Perhitungan Tracktang
Diketahui :
Atap (seng zincalum) = 6 kg/m2
Hujan = ( 40 – 0,8 . α )
= ( 40 – 0,8 . 20 )
= 24 kg/m
149
= 9,36 kg/m x 3 m x 6 m
150
= 162 kg/m
= 6 kg/m x 6 m x 1 m
= 36 kg/m
= 30 kg/m x 1 m x 6 m
= 180 kg/m
= 162 + 36 + 180
= 378 kg
= 378+ 100
= 478 kg
478
P sin α = sin 20°
= 1397,579 kg
P ≤ Ø Rn
Pu ≤ 1,67 x fijin x Ag
P 1397,579
Ag ≥ 1,67 x fijin = = 0,502 cm2 → 50,2 mm2 (Dipakai)
1,67 x 1666,667
P ≤ ØPn
Ø = 2,00
Pn = 2,00 x Ab x fuijin
151
P ≤ Ø (2,00 x Ab x fu)
P 1397,579
Ab ≥ ∅ x 2,00 x fuijin = = 0,128 cm2 → 12,8 mm2
2,00 x 2,00 x 2733,333
As = 50,2 mm2
1
As = 2 x π x d2
4 x As 4 x 50,2
d =√ = √
𝜋 3,14
dan kuat.
= 1 m x 6 m x 6 m x 74,194 kg/m
= 2670,984 kg/m
152
Pmax 2670,984
P = Cos α = = 4338,397 kg
Cos 52°
P ≤ Ø Rn
Ø = 1,67
Pu ≤ 1,67 x fijin x Ag
P 4338,397
Ag ≥ = = 1,559 cm2 → 155,9 mm2 (dipakai)
1,67 x fijin 1.67 x 1666,667
P ≤ Ø Pn
Ø = 2,00
Pn = 2,00 x Ab x fuijin
Pu ≤ Ø (2,00 x Ab x fu)
P 4338,397
Ab ≥ = = 0,397 cm2 → 39,7 mm2
∅ x 2,00 x fuijin 2,00 x 2,00 x 2733,333
Untuk dimensi ikatan angin atap diambil nilai luas tulangan terbesar yang
As = 155,9 mm2
1
As = x π x d2
4
4 x As 4 x 155,9
d √ = √ = 14,093 mm < ∅ 16 mm
𝜋 3,14
Ikatan angin yang dipakai dibangunan tersebut berdiameter 16 mm, sehingga aman
dan kuat.
153
A. Pembebanan
q = 1305,964 kg/m
maka yang digunakan adalah beban air hujan berdasarkan (SNI 1727-2020
: pasal 4.1).
Kategori eksposur B yaitu untuk bangunan gedung atau struktur lain dengan
tinggi atap rata-rata kurang dari atau sama dengan 9,1 m dan berada dalam
10 1/6
Iz = c ( )
𝑧̅
dimana :
10 1/6
Maka ; Iz = c( )
𝑧̅
10 1/6
= 0,30 x ( 3,6 )
= 0,356
1
Q = √ 𝐵+𝐻 0,63
1+0,63 ( )
𝐼𝑧
156
1
= √ 6 + 7,085 0,63
1+0,63 ( )
0,356
= 0,375
Menentukan tekanan velositas (SNI 1727-2020 : pasal 27.3.2) :
e. Kz untuk 15 ft ≤ z ≤ Zg
dimana : z = 6 ft
= 2,01 ( z / Zg )2/α
= 2,01 x ( 6 / 365,76 )2/7
= 0,621
f. Kzt untuk 15 ≤ 15 ft
= 2,01 ( 15 / Zg )2/α
= 2,01 x ( 15 / 365,76 )2/7
= 0,807 ≈ 1,0
Tekanan kecepatan, (qz ) (SNI 1727-2020 : pasal 27.3.2) :
qz = 0,613 Kz . Kzt . Kd . Ke . V2
= 0,613 x 0,621 x 1,0 x 0,85 x 1,0 x 102
= 32,357 N/m2
Tekanan angin desain, (P) (SNI 1727-2020 : pasal 27.4) :
Gcp angin tekan = 0,85 x 0,2 = 0,17 (SNI 1727-2020 : pasal 27.4)
q = q1 = qz = 32,357 N/m2
157
1
= 2,324 x cos 𝛼 x 5 x 6
= 74,194 kg/m
1
W angin hisap = (-3,430) x x 1/2 bentang x jarak kuda-kuda
cos 𝛼
1
= (-3,430) x cos 𝛼 x 5 x 6
= (-109,504) kg/m
Sa x Ie
R
. W , dan pada SNI 1726 -2019 “Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Nongedung” , maka didapatlah data
𝑆𝐷𝑆 0,467
Cs = 𝑅 = 3 1/2 = 0,311
(𝐼𝑒) ( )
1
Dimana :
2019: tabel 3)
untuk mendapatkan nilai-nilai momen, Axial dan Geser struktur gable frame.
sebagai berikut :
Momen Maksimum
Kombinasi Pembebanan
(Kg.m)
COMB 1 D 9904,83
COMB 2 D + Lr 10350,33
COMB 3 D+R 10665,00
COMB 4 D + 0,75 Lr + 0,75 R 10809,08
COMB 5 D + 0,6 Wk 9721,56
COMB 6 D + 0,75 Lr + 0,75 (0,6 Wk) + 0,75 R 10671,63
COMB 7 0,6 D + 0,6 Wk 5759,63
COMB 8 0,6 D + 0,6 E 5720,41
Axial Maksimum
Kombinasi Pembebanan
(Kg)
COMB 1 D -8775,27
COMB 2 D + Lr -9166,83
COMB 3 D+R -9433,33
COMB 4 D + 0,75 Lr + 0,75 R -9562,49
COMB 5 D + 0,6 Wk -8719,11
COMB 6 D + 0,75 Lr + 0,75 (0,6 Wk) + 0,75 R -9520,37
COMB 7 0,6 D + 0,6 Wk -5209,00
Geser Maksimal
Kombinasi Pembebanan
(Kg)
COMB 1 D -1650,80
COMB 2 D + Lr -1725,06
COMB 3 D+R -1777,50
COMB 4 D + 0,75 Lr + 0,75 R -1801,51
COMB 5 D + 0,6 Wk -1620,26
COMB 6 D + 0,75 Lr + 0,75 (0,6 Wk) + 0,75 R -1778,61
COMB 7 0,6 D + 0,6 Wk -959,94
a. Kolom
g = 44,700 kg/mm
Ag = 56,960 cm2
ix = 8,70 cm
iy = 5,08 cm
Wx = 426,273 cm3
Wy = 146,700 cm3
ho = h – tf = 200 – 11 = 189 mm
G = 80.000 MPa
Ix
rx =√ = 86,509 mm
A
Iy
ry =√ = 50,762 mm
A
(2,1 x 106
0,56 √ = 16,23
2500
(Tidak Langsing)
h 200−(2 𝑥 11) E
Badan = = = 25,43 << 1,49 √Fy
tb 7
(2,1 x 106
1,49 √ = 43,18
2500
(Tidak Langsing)
k . L𝑥 k . L𝑦
𝜆𝑟 = 𝑟𝑥
; 𝜆𝑟 = 𝑟𝑦
k . L𝑥 1 x 6000
𝜆𝑥 = = = 68,966
𝑟𝑥 87
k . L𝑦 1 x 6000
𝜆𝑦 = = = 118,110
𝑟𝑦 50,8
K𝑥 . L𝑥 𝑓𝑦 68,966 250
𝜆𝑐 = .√ = .√ = 0,240
𝜋 𝐸 3,14 2,1 𝑥 106
2008)
E7)
𝑓𝑖𝑗𝑖𝑛 1666,667
Nn = Ag . fcr =𝐴𝑔 . = 56,96 𝑥 = 94933,352 kg
𝜔 1
Nn / 1,67 ≥ Nijin
.𝐾𝐿𝑦 6000
= = 118,110
𝑟𝑦 50,8
176
𝐾𝐿𝑥 6000 E
= = 68,966 << 4,71 √
𝑟𝑥 87 Fy
(2,1 x 106
4,71 √ = 136,51 (Tekuk Inelastis)
2500
Sehingga ,
𝜋2 𝐸 3,142 𝑥 (200.000)
.𝐹𝑒 = 𝐾𝐿 2
= = 435,320 MPa (SNI 1729-2020 : pasal E7)
( ) 68,9662
𝑟
𝐹ijin 166,6
.𝐹𝑐𝑟 = (0,658 ) Fijin = (0,658 435,320) . 166,6 = 41,953 MPa = 427,802 kg/cm2
𝐹𝑒
Fcr ≤ f ijin
h1 = [ 20 – (2(1,1/2) ] / 2 = 9,45 cm
= 146,54 cm3
_ _
τ = 0,60 . σ (PPBBI : pasal 8.2)
= 0,60 x 1666,667
177
= 1000,00 kg/cm2
𝑉𝑖𝑗𝑖𝑛 . 𝑆𝑥
τ = (PPBBI : pasal 11)
𝑡𝑤 . 𝐼𝑥
1801,51 x 146,54
= 7 x 426,732
= 88,377 kg/cm2
_
τ ≤ τ
8. Kuat lentur penampang pada kondisi batas elastis (SNI 1729-2020 : pasal F2)
9. Kuat Lentur ditentukan oleh kondisi putus (SNI 1729-2020 : pasal F1)
Maka, Mijin < Mn / 1,67 ( 10809,08 Kg.m < 425422,241 Kg.m) ....... (OK)
= 61706,679 Kg
9562,49 8 10809,08
.2 x 36950,107 + 9 (425422,241 + 0) = 0,152 ≤ 1,0 .............................. (OK)
10809,08 9562,49
=1x + ≤ fijin = 2500 / 1,5 = 1666,667 kg/cm2
56,96 8,70
b. Balok
g = 21,30 kg/mm
Ag = 27,16 cm2
Wx = 184,00 cm3
Wy = 26,80 cm3
ix = 8,24 cm
iy = 2,22 cm
ho = h – tf = 200 – 11 = 189 mm
G = 80.000 MPa
Fijin 𝜎̅ = 166,6 MPa = 1666,667 Kg/cm2
Ix
rx =√ = 82,4 mm
A
179
Iy
ry =√ = 22,2 mm
A
4. Kelangsingan pada arah sumbu bahan (Agus setiawan, 2006 : bab 4.8)
k . L𝑥 k . L𝑦
𝜆𝑟 = ; 𝜆𝑟 =
𝑟𝑥 𝑟𝑦
k . L𝑥 1 x 6000
𝜆𝑥 = = = 72,816
𝑟𝑥 82,4
k . L𝑦 1 x 6000
𝜆𝑦 = 𝑟𝑦
= 22,2
= 270,270
K𝑥 . L𝑥 𝑓𝑦 68,966 250
𝜆𝑐 = .√𝐸 = . √2,1 𝑥 106 = 0,240
𝜋 3,14
2008)
1,43
0,25 < 𝜆𝑐 < 1,2 maka ω = 1,6−0,670 . 𝜆𝑐𝑥
E7)
𝑓𝑖𝑗𝑖𝑛 1666,667
Nn = Ag . fcr =𝐴𝑔 . = 27,16 𝑥 = 45266,676 kg
𝜔 1
Nn / 1,67 ≥ Nijin
𝐾𝐿𝑥 1 x 6000 E
= = 72,816 << 4,71 √
𝑟𝑥 82,4 Fy
(2,1 x 106
4,71 √ = 136,51 (Tekuk Inelastis)
2500
Sehingga ,
𝜋2 𝐸 3,142 𝑥 (200.000)
.𝐹𝑒 = 𝐾𝐿 2
= = 371,908 MPa (SNI 1729-2020 : pasal E7)
( ) 72,8162
𝑟
𝐹ijin 166,6
.𝐹𝑐𝑟 = (0,658 ) 𝐹ijin = (0,658 371,908) . 166,6 = 49,107 MPa = 500,75 kg/cm2
𝐹𝑒
Fcr ≤ f ijin
h1 = [ 20 – (2(1,1/2) ] / 2 = 9,45 cm
181
= 63,740 cm3
_ _
τ = 0,60 . σ (PPBBI : pasal 8.2)
= 0,60 x 1666,667
= 1000,00 kg/cm2
𝑉𝑖𝑗𝑖𝑛 . 𝑆𝑥
τ = (PPBBI : pasal 11)
𝑡𝑤 . 𝐼𝑥
1801,51 x 63,740
= 5,5 x 426,732
= 48,925 kg/cm2
_
τ ≤ τ
7. Kuat lentur penampang pada kondisi batas elastis (SNI 1729-2020 : pasal F2)
8. Kuat Lentur ditentukan oleh kondisi putus (SNI 1729-2020 : pasal F1)
Maka, Mijin < Mn / 1,67 ( 10809,08 Kg.m < 183632,335 Kg.m) ........ (OK)
= 29423,339 Kg
9562,49 8 10809,08
.2 x 17618,766 + 9 (183632,335 + 0) = 0,324 ≤ 1,0 .............................. (OK)
δ ijin = L / 240
= 600 / 240
= 2,5 cm
= 2,1 cm
δ terjadi ≤ δ ijin
2,1 cm ≤ 2,5 cm
13. Periksa tegangan yang terjadi :
𝑀𝑖𝑗𝑖𝑛 𝑁𝑖𝑗𝑖𝑛
f yang terjadi =𝜔. +
𝐴 𝐼𝑥
10809,08 9562,49
=1x + ≤ fijin = 2500 / 1,5 = 1666,667 kg/cm2
27,16 8,24
Diketahui : Baut = Ø 16 mm
183
Nijin = 9562,49 kg
Vijin = 1801,51 kg
= 2733,333 kg/cm2
= 1666,667 kg/cm2
= 2,010 cm2
𝑓𝑢 4100
𝜎̅ = = = 2733,333 kg/cm2
1,5 1,5
= 4100 kg/cm2
= 1640,00 kg/cm2
= 1,6 + 0,100
= 1,70 cm
𝜋
Nτ geser = . 𝑑2 . 𝜏
4
184
= 283,776 kg
N tumpu = d . s . σtp
= 524,800 kg
1801,51
= 283,776
= 20,096 cm2
Kontrol :
𝑉𝑖𝑗𝑖𝑛
τ = Luas lubang baut
1801,51
=
20,096
_
= 89,645 kg/cm 2
≤ τ = 1640,00 kg/cm2
Jarak tepi baut diambil = 1,5 db – 3db (SNI 1729-2002 : pasal 13.2)
0,75 . f𝑢 ijin . 𝑛1 . 𝑛2 . 𝐴𝑏
a = (Agus setiawan, 2006 : bab 6.2)
𝑓ijin . 𝑏
= 1,236 cm
Jarak ( di ) =
d1 = 5 cm d3 = 25 cm
d2 = 15 cm
di = 45 cm
= 875 cm2
𝑀 . 𝑑 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑢ℎ
N = 2 . Ʃ𝑑
= 154,415 kg
N
τ axial =
1/4 . 𝜋 . 𝑑2
154,415
= = 76,839 kg/cm2
1/4 x 3,14 x 1,62
𝑉𝑖𝑗𝑖𝑛
τ geser = 1/4 . 𝜋 . 𝑑2
1801,51
= = 896,452 kg/cm2
1/4 x 3,14 x 1,62
186
f = √76,8392 + 896,4522
_
= 899,739 kg/cm 2
≤ σ = 2733,333 kg/cm2 ............. (OK!!)
Diketahui : Baut = Ø 16 mm
Nijin = 9562,49 kg
Vijin = 1801,51 kg
= 2733,333 kg/cm2
= 1666,667 kg/cm2
= 4100 kg/cm2
= 1640,00 kg/cm2
= 1,6 + 0,100
= 1,70 cm
𝜋
Nτ geser = . 𝑑2 . 𝜏
4
= 283,776 kg
N tumpu = d . s . σtp
= 524,800 kg
1801,51
= 283,776
𝜋
Luas lubang baut = . 𝑑2 . 𝑛
4
= 24,115 cm2
Kontrol :
𝑉𝑖𝑗𝑖𝑛
τ = Luas lubang baut
1801,51
=
24,115
_
= 74,705 kg/cm2 ≤ τ = 1640,00 kg/cm2
Jarak tepi baut diambil = 1,5 db – 3db (SNI 1729-2002 : pasal 13.2)
0,75 . f𝑢 ijin . 𝑛1 . 𝑛2 . 𝐴𝑏
a = 𝑓ijin . 𝑏
(Agus setiawan, 2006 : bab 6.2)
= 1,483 cm
Jarak ( di ) =
d1 = 5 cm d3 = 25 cm
189
d2 = 15 cm
di = 45 cm
= 875 cm2
𝑀 . 𝑑 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑢ℎ
N = 2 . Ʃ𝑑
= 154,415 kg
N
τ axial = 1/4 . 𝜋 . 𝑑2
154,415
= = 76,839 kg/cm2
1/4 x 3,14 x 1,62
𝑉𝑖𝑗𝑖𝑛
τ geser = 1/4 . 𝜋 . 𝑑2
1801,51
= = 896,452 kg/cm2
1/4 x 3,14 x 1,62
f = √76,8392 + 896,4522
_
= 899,739 kg/cm2 ≤ σ = 2733,333 kg/cm2 ............. (OK!!)
Diketahui : Baut = Ø 16 mm
Nijin = 9562,49 kg
Vijin = 1801,51 kg
= 2733,333 kg/cm2
= 1666,667 kg/cm2
= 2,010 cm2
𝑓𝑢 4100
𝜎̅ = = = 2733,333 kg/cm2
1,5 1,5
= 4100 kg/cm2
= 1640,00 kg/cm2
= 1,6 + 0,100
191
= 1,70 cm
𝜋
Nτ geser = 4
. 𝑑2 . 𝜏
= 283,776 kg
N tumpu = d . s . σtp
= 524,800 kg
1801,51
= 283,776
= 20,096 cm2
Kontrol :
𝑉𝑖𝑗𝑖𝑛
τ = Luas lubang baut
1801,51
= 20,096
_
= 89,645 kg/cm 2
≤ τ = 1640,00 kg/cm2
192
Jarak tepi baut diambil = 1,5 db – 3db (SNI 1729-2002 : pasal 13.2)
0,75 . f𝑢 ijin . 𝑛1 . 𝑛2 . 𝐴𝑏
a = (Agus setiawan, 2006 : bab 6.2)
𝑓ijin . 𝑏
= 1,236 cm
Jarak ( di ) =
d1 = 5 cm d3 = 25 cm
d2 = 15 cm
di = 45 cm
= 875 cm2
𝑀 . 𝑑 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑢ℎ
N = 2 . Ʃ𝑑
= 154,415 kg
N
τ axial = 1/4 . 𝜋 . 𝑑2
154,415
= = 76,839 kg/cm2
1/4 x 3,14 x 1,62
193
𝑉𝑖𝑗𝑖𝑛
τ geser = 1/4 . 𝜋 . 𝑑2
1801,51
= = 896,452 kg/cm2
1/4 x 3,14 x 1,62
f = √76,8392 + 896,4522
_
= 899,739 kg/cm2 ≤ σ = 2733,333 kg/cm2 ............. (OK!!)
fc` = 30 MPa
Vijin = 1801,51 kg
= 4100 kg/cm2
= 10,50 cm = 12,00 cm
𝑚 𝑑
x = f = +𝑥
2 2
10,50 20
= = + 5,250
2 2
= 5,250 cm = 15,25 cm
Kontrol Tekan
= 40 x 40
= 1600,00 cm2
195
𝐴2
Fp = 0,35 fc` . A1 . √𝐴1
1600
= 0,35 x 30 x 1600 x √1600
= 16800,00 kg
Pp / 1,5 ≥ P ijin
16800,00 kg / 1,5 ≥ 7477,63 kg
= 2,834 cm2
𝑉𝑖𝑗𝑖𝑛 1801,51
Vb = = (Agus setiawan, 2006 : bab 6.6)
𝑛 8
= 225,189 kg
= 7746,267 kg
ϕfub . Ab ≥ Vb
𝑃 𝑖𝑗𝑖𝑛
t perlu = 1,5 . m . √𝐵 . 𝑁 . 𝑓ijin
9562,49
= 1,5 x 10,50 x √20 x 20 x 1666,667
= 1,36 cm
196
𝑓ijin
Lmin = (4 . √𝑓𝑐 . 𝑑𝑏
1666,667
= (4 x √300 x 1,9
= 16,661 cm
Persyaratan ukuran las untuk tebal pelat lebih dari 6,4 mm (Agus setiawan, 2006 :
bab 7.6) :
= 12 – 1,6
= 10,4 mm
Minimum = 6 mm
te = 0,707 . a
= 0,707 x 8
= 5,656 mm
ϕRnw = te . ( fu / 1,5)
= 1545,973 N/mm
Dan kapasitas las ini tidak boleh melebihi kuat runtuh geser pelat :
= 10 x (410 / 1,5)
= 2733,333 N/mm
T = Mijin = 10,809
10,809 x 104
Lw = 1545,973
= 69,917 mm ≈ 70 mm
198
METODE
METODE
Tebal Tebal
Base Plate 15 mm Base Plate 14 mm
Hasil dari perhitungan antara metode DFBK dan metode DKI dengan
memakai profil yang sama yaitu H-Beam 200 x 200 x 7 x 11 dan I-WF 200 x 100
terfaktor dan metode DKI tidak menggunakan beban terfaktor maka didapatlah
lebih besar dari pada hasil kontrol lendutan metode DKI yaitu sebesar 2,1 cm. Pada
kontrol tegangan terhadap lentur batas leleh metode DFBK yaitu untuk kolom
sebesar 2024,724 kg/cm2 dan balok sebesar 2402,000 kg/cm2 , sedangkan kontrol
tegangan terhadap lentur batas untuk metode DKI yaitu untuk kolom sebesar
perhitungan baut dengan metode DFBK yaitu sebesar 10 baut, sedangkan metode
200
DKI lebih sedikit yaitu 6 baut. Kontrol tegangan pada sambungan tiap rangka
896,452 kg/cm2.
menggunakan metode DFBK yaitu sebesar 15 mm ≈ 1,5 cm lebih tebal dari pada
1,4 cm. Perhitungan panjang total las dalam metode DFBK didapatkan sepanjang
135 mm ,sedangkan panjang total las dalam metode DKI didapatkan sepanjang 70
mm. Kontrol gaya geser pada base plate untuk metode DFBK yaitu sebesar
288,891 kg ,sedangkan kontrol gaya geser pada base plate untuk metode DKI yaitu
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
(Desain Faktor Beban dan Ketahanan) dan metode DKI (Desain Kekuatan Ijin)
pada kajian struktur portal baja pada gedung workshop alat berat di Balai Wilayah
Sungai Sumatera VI tahap II, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Mu = 13866,76 kg.m
Vu = 2311,13 kg
Nu = 12285,37 kg
Hasil dari momen, aksial dan geser maksimum tersebut dipakai untuk
2,4 cm. Hasil perhitungan kontrol tegangan terhadap lentur batas leleh
gaya geser pada base plate didapatkan sebesar 288,891 kg ≤ 8714,550 kg.
201
202
DKI yang hanya menggunakan beban kerja saja tanpa dikalikan beban
Vijin = 1801,51 kg
Nijin = 9562,49 kg
Hasil dari momen, aksial dan geser maksimum tersebut dipakai untuk
DFBK dan metode DKI dengan memakai profil baja yang sama H-Beam
segi penggunaan baut yang diperlukan, tebal base plate, dan panjang
yang diperlukan sebesar 15 mm, dan panjang total las sebesar 135
5.2 Saran
workshop alat berat di Balai Wilayah Sungai Sumatera VI tahap II saja sudah cukup
aman, akan tetapi akan lebih aman dan safety memakai metode DFBK karena tetap
kuat dalam menahan beban luar yang bekerja. Berbeda dengan metode DKI yang
Press, Malang.
204
205
Auckland.
Politeknik Sukabumi.
Munir, Muhammad. (2014). “ Sifat Fisik dan Kimia dari Baja ”, Medan.
Pandaleke, Ronny dan Banu, Dwi Handono. (2016). “ Analisis Dimensi Pelat
Dasar (Base Plate) Pada Kolom Struktur Baja Yang Mampu Tahan
Manado.
Design ”. Canada.
Yogyakarta.
206
Salmon, C.G dan Johnson, J.E., Wira, Wira. (1994). “ Struktru Baja ”, Erlangga,
Jakarta, 1994.
Setiawan, Deni. (2011). “ Sifat Fisik dan Mekanis Baja Bahan Bangunan ”.
Bandung.
Nama Kegiatan
No April Mei Juni Juli Agustus September
Penelitian
1 Pengajuan Judul
2 Studi Literatur
3 Pengumpulan Data
4 Penyusunan Proposal
212
5 Seminar Proposal
LAMPIRAN
6 Revisi Proposal
7 Penyusunan Penelitian
8 Sidang
9 Revisi
10 Penjilidan
Nama Kegiatan
No April Mei Juni Juli Agustus September
Penelitian
1 Pengajuan Judul
2 Studi Literatur
3 Pengumpulan Data
Penyusunan
4
Proposal
5 Seminar Proposal
Revisi
6
Proposal
Penyusunan
7
Penelitian
8 Sidang
9 Revisi
10 Penjilidan
213
214