FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371
Medan 20155
TUGAS BESAR
DESAIN STRUKTUR BAJA DAN
BETON BERTULANG
Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
SOAL
FAHIZA IDFAT NASUTION (17 0404 007)
NADYA ULFA ALGERIE (17 0404 078)
1
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371
Medan 20155
PETUNJUK TUGAS:
1). Bangunan merupakan kombinasi dari struktur beton bertulang dan struktur baja 5 lantai.
Ukuran L1 – L4 ditentukan oleh Dosen Pengampu Masing-Masing Tugas Struktur.
2). Desain elemen-elemen struktur meliputi Balok, Kolom material Beton maupun Baja, kemudian
Pelat Lantai dan perencanaan Pondasi, termasuk perencanaan tulangan longitudinal, transversal,
perencanaan panjang lewatan (splice), dan panjang kait. Untuk sambungan kolom baja dan
beton direncanakan tebal base plate, panjang pengangkuran, dan detail sambungan antar elemen
struktr.
3). Pondasi adalah jenis pondasi telapak atau pondasi tanah dangkal. Kuat dukung tanah bisa
dikonsultasikan dengan Dosen KBK Geoteknik, kemudian disetujui oleh Dosen Pembimbing
Tugas Struktur Beton.
4). Bangunan didesain mampu menahan beban gempa dan perhitungan analisis struktur
diperolehkan menggunakan Finite Element Analysis Software seperti SAP2000, ETabs, Revit,
Tekla, dsbnya.
5). Desain elemen-elemen struktur tidak diperbolehkan menggunakan software, hanya boleh
dilakukan pengecekan terhadap elemen struktur. Desain elemen struktur harus sesuai dengan
preliminary design dan standar yang berlaku. Hasil perhitungan manual (analytical) diketik rapi
dalam Microsoft Word
6). Hasil analisis dan perhitungan dibuat bentuk shop drawingnya (Denah, Potongan Memanjang,
Potongan Melintang Detail Penulangan, dan Detail Sambungan). Seluruh gambar dicetak pada
kertas A4 lengkap dengan etiket, keterangan, legenda dan dimensi dari penampang.
7). Perhitungan bill of quantity dan RAB dicantumkan dalam laporan, dimana analisa harga bahan
dan upah dapat dikonsultasikan dengan Dosen KBK Manajemen Rekayasa Konstruksi.
8). Ketentuan lainnya didiskusikan dengan Dosen Pembimbing Tugas Struktur bersamaan dengan
Koordinator Tugas Struktur.
DATA TAMBAHAN:
1). Fungsi Bangunan : Hotel
2). Posisi/Letak Bangunan : Bandung
Parameter perencanaan beban gempa sesuai dengan kondisi tanah kota terkait yang dapat diakses
melalui Peta Gempa 2017 dan Respon Spektral PUSKIM PU 2019
3). Mutu Beton (f’c) : 35 MPa
4). Mutu Baja : S 275
5). Mutu Tulangan Beton Ulir (d) : BjTS 550
6). Mutu Tulangan Beton Polos () : BjTP 420
7). Material Baut : F87
8). Mutu Kawat Las : E80xx
7). Material Dinding : Bata Ringan
8). Material Atap : Genteng Metal
9). Profil Balok Baja : Tappered 1
10). Profil Kolom Baja : KingCross
11). Kecepatan Angin (m/s) : 36 m/s
12). Data Sondir Tanah : BH-02
LAMPIR
AN DATA BH-04 (Continued)
L1
L2
L3
L2
L1
L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4
Denah Bangunan Gedung Lantai 1~4
L1
L2
L3
L2
L1
L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4
H3 L1 : 2 m
L2 : 12 m
H2 L3 : 2,5 m
L4 : 6 m
H1 : 4 m
H2 H2 : 4 m
H3 : 4 m
H2 α: 15
H1
Catatan :
Setelah Soal Tugas Struktur ditandatangani oleh Mahasiswa yang bersangkutan, dan Dosen
Pembimbing, fotokopi soal diserahkan kepada Koordinator Tugas Struktur
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371 Medan 20155
BAB I
PENDAHULUAN
Bangunan gedung adalah wujud fisik dari hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau
di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
kegiatannya, baik untuk hunian (tempat tinggal), kegiatan keagamaan, kegiatan usaha,
kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. (Pasal 1 angka 1 UU Nomor 28 Tahun
2002 Tentang Bangunan gedung).
Bandung merupakan salah satu kota wisata terbesar di Indonesia. Bandung
memiliki berbagai macam obyek wisata yang selalu menjadi daya tarik wisatawan lokal
maupun mancanegara. Dengan adanya berbagai macam obyek wisata tentunya wisatawan
tidak hanya menghabiskan waktunya di Bandung dalam waktu satu hari. Hal ini
mengharuskan para wisatawan untuk menginap di hotel ataupun apartemen untuk
beristirahat dirangkaian liburannya. Selain terkenal sebagai kota wisata, sebutan kota
pelajar menyebabkan Bandung sebagai pusat mahasiswa dan orang-orang yang ingin
belajar. Tentunya hunian apartemen bahkan hotel masih menjadi incaran untuk beberapa
kalangan mahasiswa. Dengan fenomena tersebut Bandung setiap tahunnya mengalami
peningkatan kepadatan penduduk.
Sejalan dengan kasus di atas berbagai macam tren hunian hotel dan apartemen
mencoba menyajikan hunian yang nyaman, modern, dan berkualitas. Akan tetapi dengan
adanya fakta bahwa lahan semakin terbatas dan pembangunan yang terus berjalan hal ini
menjadikan tren pembangunan yang dulunya horizontal kini menjadi vertikal.
Melihat dari permasalahan diatas maka akan direncanakan gedung hotel,
strukturnya didesain dengan menggunakan sistem konstruksi beton bertulang sebagai
rangka bawah dan rangka baja sebagai rangka atas. Struktur yang direncanakan terdiri
dari 5 lantai dengan tinggi masing-masing kolom tiap lantai 4 m – 6,5 m. Lantai 1-4
tersusun dari rangka beton bertulang dan lantai 5 tersusun dari rangka baja. Beton
memiliki kelemahan pada bobotnya yang berat, kuat tarik yang lemah, dapat
FAHIZA IDFAT NASUTION 17 0404 007 HAL :
NADYA ULFA ALGERIE 17 0404 078
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371 Medan 20155
mengembang dan menyusut saat terjadi perubahan suhu, dan daya pantul suara lebih
besar. Struktur baja memiliki sifat daktail (tidak getas), dimana baja mampu berdeformasi
tanpa langsung runtuh. Ini memberikan cukup yang waktu untuk evakuasi bila terjadi
gempa.
L1
L2
L3
L2
L1
L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4
L1
L2
L3
L2
L1
L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4 L4
BAB II
KRITERIA DESAIN
Diketahui Data umum dan data tanah suatu stuktur gedung kampus yang terdiri dari beton bertulang
sebagai rangka bawah dan baja sebagai rangka atas dengan data-data sebagai berikut :
1) Fungsi Bangunan : Hotel
2) Posisi/letak Bangunan : Bandung, Jawa Barat
3) Parameter perencanaan beban gempa sesuai dengan kondisi tanah kota terkait yang dapat
diakses melalui peta gempa 2017 dan respon spectral PUSKIM PU 2019
4) Mutu beton(f’c) : 35 MPa
5) Mutu Baja : S 275
6) Mutu tulangan beton Ulir(d) : BJTS 550
7) Mutu Tulangan Beton Polos (Ø) : BjTP 420
8) Material Baut : F8T
9) Mutu Kawat Las : E80xx
10) Material Dinding : Bata Ringan
11) Material Atap : Genteng Metal
12) Profil Balok Baja : Tappered 1
13) Profil Kolom Baja : Kingcross
14) Kecepatan Angin (m/s) : 36 m/s
15) Data Sondir Tanah : BH-02
Denah Gedung dan data tanah dapat dilihat pada gambar berikut :
2m
7m
2,5 m
7m
2m
6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m
180
6,5 m
m
4m
4m
4m
4,5 m
Mulai
Pembebanan
Beban Gravitasi (Beban Mati, SIDL,
Beban Hidup), Beban Gempa, Beban
Angin
Preliminary Desain
- Preliminary desain balok
- Preliminary desain pelat
- Preliminary desain kolom
- Perencanaan dimensi gording dan trackstang
A B
Kontrol
Φ Mn > Mu
Φ Vn > Vu
Φ Nn > Nu
δijin > δu
Selesai
2.3. Material
2.3.1 Mutu Beton (Beton Normal)
- Berdasarkan SNI 2847 ; 2019 pasal 19.2.1 ; table 19.2.1.1 ; hal 433 diatur bahwa untuk
kegunaan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SPRMK), nilai minimum mutu beton
adalah f’c = 21 MPa. Sedangkan bila digunakan struktur umum, nilai minimum mutu beton
adalah f’c = 17 MPa. Sedangkan untuk batas maksimal, tidak ditentukan.
- Untuk perencanaan stuktur kasus ini, struktur akan didesain sebagai stukrtu rangka
pemikul momen khusus. Sehingga dengan mengacu pada nilai mutu beton minimum, mutu
beton
FAHIZA IDFAT NASUTION 17 0404 007 HAL :
NADYA ULFA ALGERIE 17 0404 078
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371 Medan 20155
ASTM Keterangan
A36 Carbon Structural Steel (jenis baja karbon yang umum
dipakai untuk konstruksi
A242 High Strength Low-Alloy Structural Steel (baja tahan cuaca, biasa
dipakai tanpa pengecatan)
A441 High Strength Low-Alloy Structural Manganese Vanadium Steel
(sudah tidak berlaku dan digantikan dengan A572)
High-Yield Strength, Quenched and Tempered Alloy Steel Plate
A514
Suitable for Welding (baja mutu tinggi struktur
jembatan dengan las)
A529 High Strength Carbon-Manganese Steel of Structural Quality
(baja jenis karbon mangan untuk konstruksi)
High Strength Low-Alloy Columbium-Vanadium Steel
A572
(baja mutu tinggi dengan grade 42, 50, 55, 60 dan 65, dimana grade
50 setara baja A992)
High Strength Low Alloy Structural Steel, up to 345 MPa
A588
Minimum Yield Point, with
Atmospheric Corrosion
Resistance (baja tahan cuaca, biasa dipakai tanpa pengecatan)
A633 Normalized High-Strength Low-Alloy Structural Steel Plates
(cocok untuk temperature rendah, -45°C ke atas)
Carbon and High Strength Low-Alloy Structural Steel Shapes, Plates
A709 and Bars and Quenched-and-Tempered Alloy Structural Steel Plates
for Bridge (baja pelat untuk struktur
jembatan)
Steel for Structural Shapes for use in Building Framing (profil baja
hot-rolled setara A572, umum digunakan untuk bangunan tahan
A992 gempa, ratio Fy/Fu 0,8 untuk menjamin
daktilitasnya. Popular digunakan sebagai pengganti baja karbon A36
Structural Steel with Low Yield to Tensile Ratio for use in Buildings
A1043
(material baru untuk struktur bangunan dengan
ratio Fy/Fu 0,8)
A1077 Standard Specification for Structural Steel with Improved Yield
Strength at High Temperature for use in Buildings
(spesifikasi baru, material baja tahan api (fire resistant steel)
Tipe tebal (mm) Kuat leleh Kuat tarik min. Elongasi min.
(MPa) (MPa) @200 mm, %
A36 t 75 250 400 ~ 550 20
t 40 345 485
A242 18
40 < t 50 315 460
t > 50 290 435
t 65 690 760 ~ 895
A514
65 < t 620 690 ~ 895
150
A529 Gr.50 t 40 345 485 ~ 690 18
A529 Gr.55 380 17
A572 Gr.42 290 415 20
semua
A572 Gr.50 345 450 18
A572 Gr.55 380 485 17
A572 Gr.60 t 50 415 520 16
A572 Gr.65 450 550 15
A588 345 485 18
A633 Gr.A t 100 290 430 ~ 570
18
A633 Gr.C t 65 345 485 ~ 620
A633 Gr.D 65 < t 315 450 ~ 590
100
A633 Gr.E t 100 415 550 ~ 690
A709 Gr.36 t 75 250 400 ~ 550 20
FAHIZA IDFAT NASUTION 17 0404 007 HAL :
NADYA ULFA ALGERIE 17 0404 078
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371 Medan 20155
Menurut AWS D1.1 Structural Welding Code – Steel, Table 3.1. An American National
Standard”. Minimum yield strength dan ultimate tensile strength (N/mm2) untuk mutu baja
A572 adalah sebagai berikut:
Untuk perencanaan metal deck, digunakan spesifikasi Lysaght Spandeck tebal 0,4 mm
2.4. Pembebanan
FAHIZA IDFAT NASUTION 17 0404 007 HAL :
NADYA ULFA ALGERIE 17 0404 078
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371 Medan 20155
Beban adalah gaya luar yang bekerja pada suatu struktur. Dan pada umumnya penentuan
besarnya beban hanya merupakan suatu estimasi saja. Jika beban-beban yang bekerja pada
suatu struktur telah diestimasi, maka berikutnya adalah menentukan kombinasi-kombinasi
beban yang paling dominan yang mungkin bekerja pada suatu struktur tersebut. Besar beban
yang bekerja pada suatu struktur dan kombinasi beban-beban yang bekerja telah diatur dalam
RSNI 1727:2018. Berikut merupakan beberapa jenis beban yang akan diperhitungkan untuk
perencanaan struktur bangunan penahan gaya seismic antara lain :
Berat
Jenis Beban Diambil dari
kN/m2
Keramik Spesi 1,10 (RSNI2 1727:2018 C3.1-1, Ceramic or quarry tile
(19mm) on 25 mm mortar bed)
Ducting Mekanikal 0,19 (RSNI2 1727:2018 C3.1-1, Mechanical Duct
Allowance)
Pengantung Langit- 0,10 (RSNI2 1727:2018 C3.1-1, Suspended Steel
Langit Channel System)
Plafon 0,05 (RSNI2 1727:2018 C3.1-1, Acoustical fiberboard)
Total 1,44
Berat
Jenis Beban Diambil dari
kN/m2
Lapisan (RSNI2 1727:2018 C3.1-1, Waterproofing
0,05
Waterproofing Membranes Liquid Applied)
Ducting Mekanikal (RSNI2 1727:2018 C3.1-1, Mechanical Duct
0,19
Allowance)
Pengantung Langit- (RSNI2 1727:2018 C3.1-1, Suspended Steel
0,10
Langit Channel System)
Plafon 0,05 (RSNI2 1727:2018 C3.1-1, Acoustical fiberboard)
Total 0,39
- Accessories (gusset plate, bolt, trackstang, bracing) = 10% dari beban mati tambahan
- Beban dinding ½ bata : 2,3 kN/m2 (RSNI2 1727:2018 C3. 1-1, Exterior stud walls with
brick veneer)
Beban dinding pd balok 30.40= 2,3 x tinggi bersih dinding = 2,3x(4-0,4) = 8,28 kN/m Beban
dinding pd balok 40.60= 2,3 x tinggi bersih dinding = 2,3x(4-0,6) = 7,82 kN/m
4,57
(
L=L0 0,25+
√K¿ Ar ) (2.1)
Keterangan :
𝐴
𝑇 = tributary area dalam m2
Menurut RSNI2 1727:2018 pasal 4.8.2, untuk komponen atap datar biasa, berbubung,
atap lengkung, awning, dan kanopi selain dari atap konstruksi fabric dapat direduksi
dengan :
dimana :
1 untuk AT 18,58 m2
1 untuk F 4
0,6 untuk F 12
Sehingga, untuk komponen atap datar biasa, berbubung, atap lengkung, awning, dan
kanopi selain dari atap konstruksi fabric terdapat beban hidup
𝐿𝑟 = 0,96 ∙ 0,6 ∙ 1
= 0,576 kN/m2
= 0,58 kN/m2
Beban angin adalah beban yang bekerja pada bangunan atau bagiannya karena adanya
selisih tekanan udara (hembusan angin kencang). Beban angin ini ditentukan dengan
menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif (isapan angin), yang bekerja tegak
lurus pada bidang-bidang bangunan yang ditinjau. Menurut RSNI2 1727:2018, prosedur
analitis perencanaan beban angin terdiri dari prosedur directional dan envelope. Metode
directional terdiri dari:
f. Klasifikasi ketertutupan
Tabel 2.18 Faktor kepentingan berdasarkan kategori resiko bangunan pabrik (Sumber:
RSNI2 1727:2018 tabel 1.5-2)
Tabel 2.19 Kategori resiko bangunan dan struktur lainnya untuk beban banjir, angin, gempa
Sebagai acuan normatif, penentuan nilai kecepatan angin dasar, V (m/s) berdasarkan
pada standar HB 212-2002 “Design Wind Speeds for the Asia-Pasific Region”. Menurut
HB 212-2002, wilayah Indonesia sebagai daerah di sekitar garis ekuador yang masuk ke
dalam level 1 dengan peta ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 2.9 Peta Angin untuk daerah Asia Pasific dengan klasifikasi tingkat
FAHIZA IDFAT NASUTION 17 0404 007 HAL :
NADYA ULFA ALGERIE 17 0404 078
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan no. 2, Kampus USU – Telp. (061) 803371 Medan 20155
Untuk tingkat 1 merupakan daerah bidang ekuador, kondisi dimana sering terjadi
hujan deras dan angin monsoon. Daerah ini meliputi negara Singapura, Indonesia, dan
Papua Nugini. Persamaan kecepatan angin yang dianalisis berdasarkan keberadaaan 11
stasiun penakar angin sebagai berikut:
VR = 70 -56R-0,1
Persamaan ini memberikan nilai untuk periode ulang, R = 50 tahun, maka V50
bernilai 32,13 m/s. Sedangkan untuk periode ulang 500 tahun, V500 = 39,92 m/s.
Tabel 2.20 Hubungan kecepatan angin dan periode ulang (Kecepatan hembusan angin 3 s,
elevasi 10 m, daerah terbuka (Eksposur C))
(Sumber : HB 212-2002)
Berdasarkan standar tersebut, maka kita dapat mengambil nilai V = 32 m/s untuk
desain kecepatan angin pada kondisi layan (serviceability design), sedangkan V = 40 m/s
pada kondisi batas (ultimate design).
Faktor Arah Angin ditentukan berdasarkan tipe struktur yang terdapat pada RSNI2
1727:2018 tabel 26.6-1
Eksposur B: Untuk bangunan gedung dengan tinggi rata-rata kurang dari atau sama
dengan 9,1 m, Eksposur B berlaku bilamana kekasaran permukaan tanah, sebagaimana
ditentukan oleh kekasaran permukaan B, berlaku diarah lawan angin untuk jarak yang
lebih besar dari 457m. Untuk bangunan dengan tinggi rata-rata lebih besar dari 9,1m,
Eksposur B berlaku bilamana kekasaran permukaan B berada dalam arah lawan angin
untuk jarak lebih besar dari 792 m atau 20 kali tinggi bangunan, pilih yang terbesar.
Eksposur C : berlaku untuk semua kasus dimana Eksposur B atau D tidak berlaku.
Kekasaran Permukaan D: Permukaan datar, area tanpa halangan dan permukaan air.
Kategori ini termasuk hamparan lumpur halus.
Untuk situs yang terletak di zona transisi antara kateogori exposure, harus
menggunakan hasil kategori di gaya angin terbesar.
Efek peningkatan kecepatan angin pada bukit, bukit memanjang, dan tebing curam
yang terisolasi akan menimmbulkan perubahan mendadak dalam topografi umum, terletak
dalam setiap kategori eksposur, harus dimasukkan dalam perhitungan beban angin bila
kondisi bangunan gedung dan kondisi lokasi struktur memenuhi kondisi berikut:
1. Bukit, bukit memanjang, atau tebing curam yang terisolasi dan tidak terhalang angin
arah vertical ke atas oleh pengaruh topografi serupa dari ketinggian yang setara untuk
100 kali tinggi fitur topografi (100H) atau 2 mil (3,22 km), dipilih yang terkecil. Jarak
ini harus diukur horizontal dari titik dimana tinggi H pada bukit, punggung bukit, atau
tebing yang ditentukan.
2. Bukit, bukit memanjang, atau tebing curam yang menonjol di atas ketinggian fitur
dataran arah bertikal ke atas antara radius 2 mil (3,22 km) untuk setiap kuadran dengan
faktor dua atau lebih.
3. Struktur yang berlokasi seperti terlihat pada Gambar 2 pada setengah bagian ke atas
dari bukit atau punggung bukit atau dekat puncak tebing.
4. H/Lh 0,2
5. H 4,5 m untuk Eksposur C dan D, H 18 m untuk Eksposur B.
Efek peningkatan kecepatan angin harus dimasukkan dalam perhitungan beban angin
desain dengan menggunakan faktor Kzt :
Jika kondisi situs dan lokasi bangunan gedung dan struktur lain tidak memenuhi semua
kondisi yang disyaratkan dalam RSNI2 1727:2018 pasal 26.8.1, maka Kzt =1,0
Faktor elevasi permukaan tanah untuk menyesuaikan kondisi densitas udara, Ke,
harus ditentukan sesuai dengan RSNI2 1727:2018 tabel 26.9-1. Namun untuk
pertimbangan yang konservatif, nilai Ke boleh diambil 1 untuk semua kasus.
Faktor efek tiupan angin untuk suatu bangunan gedung dan struktur lain yang kaku
boleh diambil sebesar 0,85.
Bukaan: penentuan banyaknya bukaan pada pembungkus bangunan gedung harus dibuat
untuk menentukan klasifikasi ketertutupan.
Proteksi Bukaan yang dipasang kaca: bukaan yang dipasang kaca dalam bangunan
kategori resiko II, III atau IV yang berada pada wilayah rawan-angin kencang harus
diproteksi
Wilayah berpartikel terbawa angin: bukaan yang dipasang kaca harus dilindungi sesuai
lokasi berikut :
1. Dalam 1 mil garis pantai tinggi air rata-rata dimana kecepatan angin dasar sama
dengan atau lebih besar dari 130 mil/h (58m/s), atau
2. Dalam daerah dimana kecepatan angin dasar adalah sama dengan atau lebih besar dari
140mi/h (63m/s)
Tabel 2.26 Klasifikasi ketertutupan dan nilai koefisien tekanan internal (Gcpi)
Koefisien eksposur tekanan velositas, Kz dapat ditentukan dengan Tabel 2.28 ataupun
dengan persamaan berikut:
2
z
Kz = 2,01 ( ) untuk 4,6 m≤ z ≤ z
zg
α
g
2
4,6
Kz = 2,01 ( )
zg
α
untuk z < 4,6 m ; nilai 𝞪 dan zg ditabulasi dalam Tabel 2.17
Maka
2 2
z 24,9
Kz = 2,01( )
zg
α
( ) = 0,93
= 2,01
9
7
Tekanan velositas, qz yang dievaluasi pada ketinggian z di atas tanah dapat dihitung
dengan persamaan berikut:
dengan
qz = 0,613KzKztKdKeV2
qz = 628,011 N/m2
Gambar 2.11 Tekanan eksternal pada variasi bentuk atap dan arah angin
Gambar 2.12 Tekanan eksternal pada variasi bentuk atap dan arah angin (lanjutan)
Gambar 2.13 Koefisien tekanan netto,CN SPBAU untuk gedung terbuka dengan atap pelana
Untuk bangunan gedung kaku tertutup dan tertutup sebagian, nilai tekanan angin
desain untuk SPBAU ditentukan dengan persamaan berikut:
Dengan
qi = qh untuk dinding di sisi angin datang dan pergi, dinding samping, dan atap
= 428,3302 N/m2
= 0,42833 kN/m2
Untuk bangunan gedung fleksibel tertutup dan tertutup sebagian, nilai tekanan angin desain
untuk SPBAU ditentukan dengan persamaan berikut :
dengan
qi = qh untuk dinding di sisi angin datang dan pergi, dinding samping, dan atap
Untuk bangunan gedung terbuka dengan atap bebas miring sepihak, berbubung, atau
cekung, nilai tekanan angin desain untuk SPBAU ditentukan dengan persamaan berikut :
Dengan
Koefisien tekanan netto, 𝐶𝑁, termasuk kontribusi dari permukaan atas dan bawah.
Semua kasus beban yang ada pada setiap sudut atap harus diinvestigasi. Tanda plus dan
minus menandakan tekanan bekerja terhadap dan sepanjang dari permukaan atas atap.
Menurut RSNI2 1727:2018, beban angin yang digunakan dalam desain SPBAU untuk
bangunan gedung tertutup atau tertutup sebagian tidak boleh lebih kecil dari 0,77 kN/m 2
dikalikan dengan luas dinding bangunan gedung dan 0,38 kN/m2 dikalikan dengan luas
atap bangunan gedung. Sementara untuk bangunan gedung terbuka, beban angin desain
harus tidak kurang dari 0,77 kN/m2 dikalikan dengan luas Af
Beban gempa adalah semua beban statik ekuivalen yang bekerja pada gedung atau
bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu. Pengaruh
gempa pada struktur gedung ditentukan berdasarkan analisa dinamik karena gaya yang
terjadi pada struktur diakibatkan oleh gerakan tanah. Gempa rencana ditetapkan sebagai
gempa dengan kemungkinan terlampaui besarannya selama umur struktur bangunan 50
tahun adalah sebesar 2%. (periode ulang gempa 2500 tahun). Untuk perencanaan gedung
tahan gempa berdasarkan pada SNI 1726:2019 tentang “Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Struktur Gedung dan Non Gedung” yang meliputi dari beberapa langkah-
langkah sebagai berikut:
4. Menentukan koefisien situs (Fa, Fv) dan parameter respons spectral percepatan
gempa maksimum yang dipertimbangkan (MCER)
9. Menghitung berat efektif seismik dan hitung gaya geser dasar seismic
Untuk berbagai kategori risiko struktur bangunan gedung dan non gedung ditentukan
sesuai Tabel 2.29 dan pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikalikan dengan suatu
faktor keutamaan Ie menurut Tabel 2.31.
Kategori resiko bangunan (KRB) menyatakan tingkat resiko atau tingkat kepentingan
keselamatan bangunan. Semakin tinggi kategori resiko bangunan, maka tingkat keamanan
bangunan yang digunakan pada saat perencanaan harus semakin tinggi.
Tabel 2.29 Kategori resiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa
Kategori
Jenis pemanfaatan
risiko
Gedung dan nongedung yang memiliki resiko rendah terhadap jiwa manusia
pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk, antara lain :
1. Fasilitas pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan I
2. Fasilitas sementara
3. Gudang penyimpanan
4. Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori
resiko I, III, IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
1. Perumahan
2. Rumah toko dan rumah kantor
3. Pasar II
4. Gedung perkantoran
5. Gedung apartemen/ rumah susun
6. Pusat perbelanjaan/ Mall
7. Bangunan industry
8. Fasilitas manufaktur
9. Pabrik
Gedung dan nongedung yang memiliki resiko tinggi terhadap jiwa
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :
1. Bioskop
2. Gedung pertemuan
3. Stadion
4. Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit
gawat darurat
5. Fasilitas penitipan anak
6. Penjara III
7. Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan nongedung, tidak termasuk kedalam kategori risiko IV, yang
memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar
dan/atau gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila
terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :
I dan II 1,0
III 1,25
IV 1,50
Dalam perumusan kriteria desain seismik suatu bangunan di permukaan tanah harus
ditentukan atau diklarifikasi terlebih dahulu amplifikasi besaran percepatan gempa puncak
dari batuan dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs. Untuk mengetahui kelas situs
tanah yang terdapat pada lokasi tersebut dapat menggunakan perhitungan metode
kecepatan rata-rata gelombang geser, 𝑣𝑠̅ , nilai tahanan penetrasi standar rata-rata (
N) dalam lapisan 30 paling atas atau (N ch) tahanan penetrasi standar rata-rata tanah
non kohesif (PI<20) di dalam lapisan 30 m paling atas, atau nilai kuat geser niralir, śu
15 sampai
SD (tanah sedang) 175 sampai 350 50 sampai 100
50
Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu atau lebih
dari
karakteristik berikut:
SF (tanah khusus, yang Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat beban gempa
membutuhkan seperti mudah likuifaksi, lempung sangat sensitif, tanah
investigasi geoteknik tersementasi lemah
spesifik dan analisis Lempung sangat organik dan/atau gambut (ketebalan H > 3
respons spesifik – situs m)
yang mengikuti 6.10.1)
Lempung berplastisitas sangat tinggi (ketebalan H > 7,5 m
dengan indeks plasitisitas )
∑ di
i=1
v́s = n (2.8)
di
∑ v si
i=1
∑ di = 30 meter
i=1
Nilai tahanan penetrasi standar lapangan rata-rata,N dan tahanan penetrasi standar rata-
rata untuk lapisan tanah nonkohesif, N ch harus ditentukan sesuai dengan perumusan
berikut :
∑ di
i=1
Ń = n (2.9)
di
∑ Ni
i=1
Ni dan di dalam persamaan berlaku untuk tanah nonkohesif, tanah kohesif, dan lapisan
batuan
ds
n
Ń ch = d (2.10)
∑ Ni
i=1 i
n
Ni dan di dalam persamaan berlaku untuk lapisan nonkohesif saja, dan ∑ d i= d s , dimana
i=1
d s adlah ketebalan total dari lapisan tanah nonkohesif di 30 m lapisan paling atas. Ni adalah
tahanan penetrasi standar sesuai SNI 4153, dengan nilai tidak lebih dari 300 pukulan/m.
Jika ditemukan perlawanan lapisan batuan, maka nilai Ni tidak boleh diambil lebih dari 300
pukulan/m.
Dimana :
Ni = tahanan penetrasi standar 60% energi (N60) yang terukur langsung di lapangan
tanpa koreksi
Nilai kuat geser niralir rata-rata, su dapat ditentukan dengan perumusan berikut:
∑ di
i=1
Ń = n (2.11)
di
∑ sui
i=1
Dimana
∑ d i=d c (2.12)
i=1
dc
k
su = d (2.13)
∑ si
i=1 ui
Dimana :
dc = ketebalan total dari lapisan-lapisan tanah kohesif di dalam lapisan 30 meter paling
atas
sui = kuat geser niralir (kPa), dengan nilai tidak lebih dari 250 kPa seperti yang
ditentukan dan sesuai dengan tata cara yang berlaku
∑ di
i =1
Ń=
d
∑ N−SPT
¿ 17,63
Ń=¿15
Karena 15 < Ń < 50 , maka kondisi tanah terdapat pada tanah sedang
2.4.4.3. Koefisien dan parameter respons spectral percepatan gempa maksimum yang
dipertimbangkan resiko tertarget (MCERR)
1. Faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran perioda pendek, 0,2 detik
(Fa)
2. Faktor amplifikasi getaran terkait percepatan yang mewakili getaran perioda 1 detik
(Fv).
Parameter spektrum respon percepatan pada perioda pendek (SMs) dan perioda 1
detik (SM1) yang disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs, harus ditentukan dengan
perumusan berikut ini (SNI 1726:2019 pasal 6.2):
Keterangan :
𝑆𝑠= parameter respon spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk perioda pendek
𝑆1= parameter respon spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk perioda 1,0 detik
Dan koefisien situs (Fa) dan (Fv) berdasarkan SNI 1726:2019 pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.34 Koefisien Situs Fa
SS = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons situs
spesifik, lihat 6.10.1
SS = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons situs-
spesifik, lihat 6.10.1
Respon spektrum merupakan suatu respon yang disajikan dalam bentuk grafik antara
periode getaran struktur (T) dengan percepatan spectra (Sa) atau kecepatan struktur (Sv)
maupun spektra simpangan/perpindahan (Sd). Terdapat dua macam respon spektrum yaitu
elastik dan inelastik. Respon spektrum elastik didasarkan atas respon struktur secara
elastik, sedangkan respon spektrum inelastik adalah spektrum yang direduksi dari
spektrum elastic dengan nilai daktilitas tertentu. Nilai spektrum dipengaruhi oleh periode
getar struktur, rasio redaman, tingkat daktilitas struktur dan jenis tanah.
Bila spektrum respons desain diperlukan dan prosedur gerak tanah dari spesifik- situs
tidak digunakan, maka kurva spektrum respons desain harus dikembangkan dengan
Untuk T < To, spektrum respons percepatan desain, Sa, dihitung dengan persamaan:
T
(
Sa=SDS 0.4 +0.6
T0 ) (2.16)
SD 1
Sa= (2.17)
T
Keterangan :
2
S DS= S MS (2.18)
3
2
S D 1= S M 1 (2.19)
3
SD1
T 0=0,2 . (2.20)
S DS
S D1
T s= (2.21)
S DS
TL = Periode panjang pada peta transisi yang ditunjukkan pada gambar 2.5 dan
nilainya diambil dari gambar 2.6
Untuk T>TL, respons spectral percepatan desain, Sa, dihitung dengan persamaan :
SD1 T L
Sa = (2.22)
T2
❑❑
Dengan menggunakan program Peta Gempa dan Respon Spektra 2019 dari PUSGEN-
PUSKIM PUPR 2019-2020 untuk mendapatkan parameter percepatan gempa S1 dan Ss
Kategori desain seismik adalah tingkat kerusakan suatu bangunan saat terjadi gempa
yang sudah disesuaikan terhadap jenis tanah dasar. Untuk menentukan kategori desain
seismik suatu gedung berdasarkan SNI 1726:2019, maka masing-masing bangunan dan
struktur harus ditetapkan kedalam kategori desain seismik yang lebih parah, dengan
mengacu pada Error! Reference source not found. dan Tabel 2.38.
Tabel 2.37 Kategori desain seismik parameter respon percepatan pada perioda pendek (SDS)
Tabel 2.38 Kategori desain seismic parameter respon percepatan pada perioda 1 detik (SD1).
2.4.4.6 Pemilihan Sistem Struktur dan Parameter sistem (R, Cd, Ω0)
Sistem penahan gaya gempa lateral dan vertikal dasar harus memenuhi salah satu tipe
yang ditunjukkan dalam Tabel 2.27. Pembagian setiap tipe berdasarkan pada elemen
vertikal yang digunakan untuk menahan gaya gempa lateral. Sistem struktur yang
digunakan harus sesuai dengan batasan sistem struktur dan batasan ketinggian struktur
yang ditunjukkan, dan koefisien amplifikasi defleksi. Koefisien modifikasi respons yang
sesuai, R, faktor kuat lebih sistem, Ωo, sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 2.27 harus
digunakan dalam penentuan geser dasar, gaya desain elemen, dan simpangan antar lantai
tingkat desain.
Setiap sistem penahan gaya gempa yang dipilih harus dirancang dan didetailkan
sesuai dengan persyaratan khusus bagi sistem tersebut yang ditetapkan dalam dokumen
acuan yang berlaku seperti terdaftar dalam Tabel 2.27 dan persyaratan tambahan yang
ditetapkan dalam SNI 1726:2019 pasal 7.2.4 (Persyaratan pendetailan pada kombinasi
sistem rangka).
Tabel 2.39 Faktor R, Cd, dan untuk sistem pemikul gaya seismik
Menurut SNI 1726:2019, perioda fundamental struktur (T), dalam arah yang ditinjau
harus diperoleh menggunakan sifat struktur dan karakteristik deformasi elemen pemikul
dalam analisis yang teruji dan tidak boleh melebihi hasil koefisien untuk batasan atas pada
perioda yang dihitung (Cu) dari dan perioda fundamental pendekatan, (Ta). Sebagai
alternatif pada pelaksanaan analisis untuk menentukan perioda fundamental struktur, (T),
diijinkan secara langsung menggunakan perioda bangunan pendekatan, (Ta).
Persamaan berikut dapat digunakan untuk struktur dengan ketinggian tidak melebihi
12 tingkat di mana sistem penahan gaya gempa terdiri dari rangka penahan momen beton
atau baja secara keseluruhan dan tinggi tingkat paling sedikit 3 m.
Ta=0,1 N
Keterangan :
N = jumlah tingkat
Ta = 0,1 N
= 0,1 . 5
= 0,5
T = periode getar struktur, dimana
Nilainya bergantung pada periode fundamental struktur hasil analsisi (Tc), periode
fundamental pendekatan (Ta) dan koefisien Cu
Tabel 2.40 Koefisien untuk batas atas pada periode yang dihitung
Gaya geser dasar seismik, V, dalam arah yang ditetapkan ditentukan sesuai dengan
pasal 7.8.1 dalam SNI 1726:2019 sesuai persamaan berikut:
V = CsW (2.24)
Keterangan:
S Ds
C s=
(2.25)
( RI )
e
0,668
C S= =0.0835
8
1
Keterangan :
Untuk 𝑇 ≤ 𝑇𝐿
SD1
C s=
R (2.26)
T
( ) Ie
Untuk 𝑇 > 𝑇𝐿
SD1 T L
C s=
(2.27)
T2
( IR )
e
0,5 S 1
C s=
(2.28)
( RI )
e
Keterangan :
F x =C vx .V (2.29)
Dimana :
wx hkx
C vx = n
(2.30)
∑ w i h ki
i=1
Keterangan :
𝑤𝑖 dan 𝑤𝑥 = bagian berat seismik efektif total struktur (W) yang ditempatkan atau
dikenakan pada tingkat i atau x
untuk struktur dengan 0,5 < T < 2,5 detik, k = 2 atau ditentukan dengan
interpolasi linear antara 1 dan 2
1,4 DL
0,9 DL + W
1,2 DL + Ev + Eh + L
0,9 DL – Ev + Eh
Sehingga akan digunakan kombinasi beban sebagai berikut. Hasil output dari program
dengan kombinasi beban yang digunakan hanya untuk analisis mekanik saja, dengan
mengambil nilai momen terbesar pada elemen struktur tertentu yang sama dimensinya
sedangkan untuk elemen lainnya dengan momen yang lebih kecil dianggap telah terwakili.
Dalam desain konstruksi struktur apapun, terdapat beberapa persyaratan desain yang
saling terkait yang harus dipertimbangkan pada setiap tahap dalam proses desain,
termasuk desain struktur beton bertulang maupun struktur baja. Pada umumnya terdapat 3
tahapan desain, diantaranya sebagai berikut:
2. Desain awal, dimana perencana melakukan pra dimensi awal dan melakukan
estimasi kekuatan dan biaya
3. Desain akhir, dimana semua kasus beban yang relevan dipertimbangkan, dilakukan
pemeriksaan terhadap setiap selemen, dilakukan pengecekan terhadap posisi
pengecekan dan pengekangan.
Perencanaan balok yang merupakan bagian dari sistem pemikul gaya seismik dan
didesain untuk menahan lentur dan geser harus memenuhi ketentuan SNI 2847:2019 pasal
18.6.2 sebagai berikut :
b) Lebar penampang bw, harus sekurangnya nilai terkecil dari 0,3h dan 250 mm
c) Proyeksi lebar balok yang melampaui lebar kolom penumpu tidak boleh melebihi
nilai terkecil dari c2 dan 0,75c1 pada masing-masing sisi kolom.
Sesuai dengan SNI 2847:2019 pasal 9.3.1; tabel 9.3.1.1; hal 180 tentang perhitungan
tinggi balok minimum nonprategang dengan komponen struktur beton normal dan mutu
tulangan beton 420 MPa dengan ketentuan sebagai berikut:
Kantilever 𝑙/8
[1] Angka ini berlaku untuk beton normal dan fy = 420 MPa. Untuk kasus lain,
ketebalan minimum harus dikalikan dengan (0,4 + fy/700)
Contoh perhitungan :
Diketahui balok induk dengan panjang L = 6000 mm (satu sisi menerus) BI1
Maka perhitungan tinggi balok yang mengacu pada SNI 2847:2019:
1
h min= L=324,324 mm
18,5
Maka direncanakan h = 350 mm
Untuk lebar balok dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :
1 2
h ≤ bw ≤ h
2 3
175 mm ≤ bw≤ 235 mm
Direncanakan b w min=175 mm
Diambil b w =175 mm
Maka direncanakan dimensi balok induk dengan dimensi 350 mm ×175 mm
Diketahui balok induk dengan panjang L = 6000 mm (kedua sisi menerus) BI2
Maka perhitungan tinggi balok yang mengacu pada SNI 2847:2019:
1
h min= L=324,324 mm
18,5
Maka direncanakan h = 350 mm
Untuk lebar balok dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :
1 2
h ≤ bw ≤ h
2 3
175 mm ≤ bw≤ 235 mm
Direncanakan b w min=175 mm
Diambil b w =175 mm
Maka direncanakan dimensi balok induk dengan dimensi 350 mm ×175 mm
Diketahui balok induk dengan panjang L = 2000 mm (kedua sisi menerus) BI3
Maka perhitungan tinggi balok yang mengacu pada SNI 2847:2019:
1
h min= L=108,108mm
18,5
Maka direncanakan h = 110 mm
Untuk lebar balok dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :
1 2
h ≤ bw ≤ h
2 3
175 mm ≤ bw≤ 235 mm
Direncanakan b w min=55 mm
Diambil b w =60 mm
Maka direncanakan dimensi balok induk dengan dimensi 110 mm × 60 mm
Diketahui balok induk dengan panjang L = 7000 mm (kedua sisi menerus) BI4
Maka perhitungan tinggi balok yang mengacu pada SNI 2847:2019:
1
h min= L=378,378mm
18,5
Maka direncanakan h = 400 mm
Untuk lebar balok dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :
1 2
h ≤ bw ≤ h
2 3
175 mm ≤ bw≤ 235 mm
Direncanakan b w min=200mm
Diambil b w =200 mm
Maka direncanakan dimensi balok induk dengan dimensi 400 mm × 200 mm
Diketahui balok induk dengan panjang L = 2500 mm (kedua sisi menerus) BI5
Maka perhitungan tinggi balok yang mengacu pada SNI 2847:2019:
1
h min= L=135,135mm
18,5
Maka direncanakan h = 140 mm
Untuk lebar balok dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :
1 2
h ≤ bw ≤ h
2 3
175 mm ≤ bw≤ 235 mm
Direncanakan b w min=70 mm
Diambil b w =70 mm
Maka direncanakan dimensi balok induk dengan dimensi 140 mm ×70 mm
Berikut ini merupakan denah pembalokan pada lantai 1, lantai 2, lantai 3 sesuai dengan
penjelasan yang telah dibahas pada 2.1.1 sebagai berikut:
2m
7m
2,5 BI5
m
BA1 BA2
7m BI4
BI1 BI2 BI3
2m
6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m
Untuk perencanaan balok anak dapat digunakan dimensi yang lebih kecil dari balok
induk yang mengacu pada prilaku balok anak dengan perencanaan rule of thumb.
Tabel 2.43 Tebal minimum pelat dua arah nonprategang tanpa balok interior (mm)
(Sumber: SNI 2847:2019 Tabel 8.3.1.1)
[4] Pelat dengan balok di antara kolom sepanjang tepi eksterior. Panel eksterior harus dianggap
tanpa balok pinggir jika αf kurang dari 0,8. Nilai αf untuk balok tepi harus dihitung sesuai SNI
2847:2019 pasal 8.10.2.7
Tabel 2.44 Tebal minimum pelat dua arah nonprategang dengan balok di antara
tumpuannya pada semua sisi (mm)
(Sumber : SNI 2847:2019 Tabel 8.3.1.2)
αfm h minimum, mm
αfm 0,2 Berlaku Tabel 4.4 (a)
fy
0,2 < αfm 2,0 Terbesar
dari :
(
ln 0,8+
1400 ) (b)[ 2 ] ,[3]
36+5 β (αfm−0,2)
125 (c)
fy
αfm > 2,0 Terbesar
dari : (
ln 0,8+
1400 ) (d )[ 2 ] ,[ 3]
36+9
90 β (e)
Untuk perencanaan awal dimensi pelat dengan balok pada semua sisi tumpuannya
perlu diperhitungkan lebar efektif sayap. Batasan lebar sayap efektif telah ditentukan pada
SNI 2847:2019 Tabel 6.3.2.1.
Sw/ Sw/
2 2
ℓ
Gambar 2.21nPenampang lebar efektif balok
Diketahui :
Arah X
Eksterior interior
1 1
{ {
bw ln b w ln
12 8
b e ≤ b w + 6 hf b e ≤ b w + 8 hf
Sw Sw
bw bw
2 2
660,417 mm 903,125 mm
be ≤
{ 895 mm
mm
be ≤
{1135 mm
mm
Pada arah X, untuk balok dengan slab pada satu sisi saja (eksterior), digunakan lebar
sayap efektif 700 mm, sedangkan untuk lebar sayap efektif sebagai balok T digunakan
900 mm.
Arah Y
Lebar bentang = 2,3 m
Eksterior interior
1 1
{ {
bw ln b w ln
12 8
b e ≤ b w + 6 hf b e ≤ b w + 8 hf
Sw Sw
bw bw
2 2
Pada arah Y, untuk balok dengan slab pada satu sisi saja (eksterior), digunakan lebar
sayap efektif 300 mm, sedangkan untuk lebar sayap efektif sebagai balok T digunakan
400 mm.
ho 2 ho 2
bE ho ho ho
)( )[ ( ) ( ) ( )( ) ]
k=
{ 1+ ( bw
−1
ht
4−6
ht
bE
+4
ht
1+ ( −1 ) ∙
bw
ho
ht
+
ht
−1
ht
1
I b 1=k ∙ ∙ bw ∙ ht 3
12
1
I b 1=4,8 ∙ ∙ 17,5 ∙35 3
12
I b 1=300125 cm4
ho 2 ho 3
bE ho ho ho
)( )[ ( ) ( ) ( )( ) ]
k=
{ 1+ ( bw
−1
ht
4−6
ht
bE
+4
ht
1+ ( −1 ) ∙
bw
ho
ht
+
ht
−1
ht
1
I b 2=k ∙ ∙ bw ∙ ht 3
12
1
I b 2=6,5 ∙ ∙ 17,5∙ 353
12
I b 2=406419,27 cm4
ho 2 ho 2
bE ho ho ho
)( )[ ( ) ( ) ( )( ) ]
k=
{ 1+ ( bw
−1
ht
4−6
ht
bE
+4
ht
1+ ( −1 ) ∙
bw
ho
ht
+
ht
−1
ht
1
I b 3=k ∙ ∙ bw ∙ ht 3
12
1
I b 3=2,9 ∙ ∙ 17,5∙ 353
12
I b 3=181325,52 cm4
ho 2 ho 2
bE ho ho ho
)( )[ ( ) ( ) ( )( ) ]
k=
{ 1+ ( bw
−1
ht
4−6
ht
bE
+4
ht
1+ ( −1 ) ∙
bw
ho
ht
+
ht
−1
ht
1
I b 4=k ∙ ∙ bw ∙ht 3
12
1
I b 4=3,5∙ ∙17,5 ∙35 3
12
I b 4=218841,15cm4
Balok BI4-2
1 1
I s 2= ∙ b1 ∙ h31 ; I s 2= ∙600 ∙ 123=86400 c m 4
12 12
Balok BI1
1 1
I s 3= ∙ b1 ∙ h31 ; I s 3= ∙ 230∙ 123=33120 c m 4
12 12
Balok BI1-2
1 1
I s 4 = ∙ b1 ∙ h31 ; I s4= ∙ 230 ∙123 =33120 c m 4
12 12
Maka ,
I b 1 300125
α 1= = =3,47
I s 1 86400
I b 2 406419,27
α 2= = =4,70
Is2 86400
I 181325,52
α 3= b 3 = =5,47
Is3 33120
I b 4 218841,15
α 4= = =6,60
I s4 33120
α m=
∑ α i = 3,47+ 4,70+5,47+6,60 =5,06
n 4
Perencanaan kolom yang mengalami pembebanan terbagi menjadi tiga yaitu kolom
inti, kolom tepi, dan kolom ujung.
2. Lantai 2 =4 m
3. Lantai 3 =4 m
4. Lantai 4 =4 m
5. Lantai 5 =4 m
Pu
Ag≥
0,2 0,35 f ' c
Keterangan :
1. Kolom lantai 4
a. Kolom Induk
Perencanaan kolom yang mengalami pembebanan adalah kolom yang memikul
bentang sebesar 6000 mm x 10250 mm
P = 0,2 b2 f’c
742489
b=
√ 0,2 x 35
b = 325,683 mm
Digunakan b= 350 mm
2. Kolom lantai 3
b. Kolom Induk
Perencanaan kolom yang mengalami pembebanan adalah kolom yang memikul
bentang sebesar 6000 mm x 10250 mm
Digunakan b= 500 mm
3. Kolom lantai 2
a. Kolom Induk
Perencanaan kolom yang mengalami pembebanan adalah kolom yang memikul
bentang sebesar 6000 mm x 10250 mm
Digunakan b= 600 mm
4. Kolom lantai 1
a. Kolom Induk
Perencanaan kolom yang mengalami pembebanan adalah kolom yang memikul
bentang sebesar 6000 mm x 10250 mm
2993750
b=
√ 0,2 x 35
b = 653,97 mm
Digunakan b= 650 mm
Perhitungan yang sama untuk kolom tepi, kolom ujung. Untuk perhitungan kolom
lantai 2 ditambahkan beban aksial dari lantai 3 dan seterusnya
60 cm 2t + i 65 cm (2.31)
a=4
Panjang tangg
m
Tinggi
tangga 2 m
tinggi tangga
Kemiringan tangga, α =tan
−1
( panjang tangga )
=26.56 °
Maka perbandingan opterede dan aantrede juga 0,5 (i= 2t), sehingga syarat
kenyamanan tangga :
4 t ≥ 60 cm
t ≥ 15 cm
Digunakan t= 15 cm
2(15)+i≥ 60 cm
i≥ 60−30 cm
i≥ 30 cm
Digunakan i = 30 cm
= 4 cm
tangga
Tebal pelat
cm
optrede(i) =30
15 cm
aantrede (t) =
15
Tebal rata-rata anak tangga ekuivalen = . sin 26,56° =3,35 ≈ 4 cm
2
Maka tebal rata-rata pelat tangga = 4 cm + 15 cm = 19 cm ≈ 19 cm
Detail umum dari struktur rangka portal baja ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Gambaran berikut dimaksudkan untuk memberi pemahaman terkait hubungan antar
elemen sehingga keputusan yang dilakukan pada setiap tahap dalam proses desain dapat
dibuat dengan pemahaman implikasinya
Penentuan dimensi awal rafter dengan memperkirakan beban yang bekerja pada rafter,
L
kemudian dikontrol melalui lendutan yang terjadi. Batas lendutan yang diijinkan δijin=
240
Beban mati :
=0,0585 kN/m2
6m
Total beban mati yang dibebankan merata bentang (qDL) = 0,5 kN/m2 x 6m
= 3 kN/m
= 9,36 kN
= 5,76 kN/m
= 12,816 kN/m
Pu = 1,4 PDL
= 13,104 kN
Maka perkiraan lendutan yang terjadi pada tengah bentang akibat beban luar adalah :
Lendutan ijin
δijin=L/240=4 4 mm
Jika Elastisitas baja = 200.000 MPa, maka Inersia Profil yang digunakan adalah
ijin> δu
2586,23 kNm 3
44 mm>
EI
I > 293889772mm 4
b Es Es
tf
< 0,38
√
fy
1,0
√ fy
2. Pemeriksaan pengaruh tekuk lateral dan kuat lentur seperti pada pasal F2-5
Es 200000
Lb max =0,086 ∙i y ∙ =0,086. 44. =2193,62 mm
fy 345
Es 200000
L p=1,76 r y
√ fy
=1,76 .44
345√ =1864,53 mm
√ √( Jc 2 2
Es Jc 0,70 f y
Lr =1,95r ts
0,70 f y S x ho
+ )
S x ho
+6,76( Es )
Cek syarat : Lb Lp
Maka momen nominal
M n=M p=Z x ∙ f y
kv . Es h−(2 tf +2 r ) kv . Es
(ii) Bila 1,10
√ fy
<¿¿
tw
<1,37
fy √; Cv =
kv . Es
1,10
√
tw
fy
1,51 kv . Es
h−(2 tf +2 r ) kv . Es
(iii) Bila
tw
>1,37
fy √ ; Cv = h−(2 tf +2 r )
tw (
2
fy )
Maka :
Vn = 0,6 fy Aw Cv
= 0,6.345(450.9).1
= 838350 N
= 838,3 kN
Dengan nilai reduksi geser v = 0,90 maka rasio kapasitas geser balok
Vu
<1
∅v V n
Vu<∅ v Vn
Vu<0,9(838,3) kN
Vu<754,47 k N
Maka Vu = 700 kN
π 2 EI
diijinkan yaitu Pcr =
4 L2
Beban sendiri rafter (WF 450 x 200),
π 2 EI
78790 N <
4 L2
4 L2 (73640)
I>
π2 E
(40 00¿¿ 2)(7 2380)
I>4 ¿
(3.14 ¿¿ 2)( 200000)¿
I > 2349141,95 mm4
I > 234,91cm4
Maka digunakan profil baja dengan I x = 40300 cm4
IWF 350 x 350 x 12 x 19
Pu
Untuk nilai Ca ≤ 0,125 dimana Ca= ; Pn= As . fy
∅ cPn
h−(2 tf +2 r ) Es
tw
<2,45
fy √
(1−0.93Ca)
fy
fcr = 0,658 fey . fy
Dengan nilai reduksi gaya aksial Øc = 0,90 maka rasio kapasitas aksial
kolom
Pu
<1
∅ c Pn
Struktur dan komponen struktur harus didesain agar mempunyai kekuatan desain di
semua penampang, paling sedikit sama dengan kekuatan yang perlu dihitung untuk beban
dan gaya terfaktor. Komponen struktur juga harus memenuhi semua ketentuan untuk
menjamin kinerja yang mencukupi. Kuat rencana pada penampang dihitung dengan
mengalikan kuat nominal dan faktor reduksi kekuatan .