Anda di halaman 1dari 75

KERJA PRAKTIK − TL184731

ANALISIS PENGARUH TINGKAT KOROSIFITAS (LAJU


KOROSI DAN SISA USIA PAKAI) PIPA PEMADAM
KEBAKARAN PADA AREA T-209 INTEGRATED TERMINAL
BALONGAN

BINTANG PANJI PERKASA


NRP. 02511940000097

Dosen Pembimbing
Diah Susanti, ST, MT, Ph.D
NIP. 197701162003122007

Pembimbing Lapangan
Rahmat Isya Ginanjar

Program Studi Sarjana Teknik Material


Departemen Teknik Material dan Metalurgi
Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2022
KERJA PRAKTIK − TL184731

ANALISIS TINGKAT KOROSIFITAS (LAJU KOROSI DAN


SISA USIA PAKAI) PIPA PEMADAM KEBAKARAN PADA
AREA T-209 INTEGRATED TERMINAL BALONGAN

BINTANG PANJI PERKASA


NRP. 02511940000097

Dosen Pembimbing
Diah Susanti, ST, MT, Ph.D
NIP. 197701162003122007

Pembimbing Lapangan
Rahmat Isya Ginanjar

Program Studi Sarjana Teknik Material


Departemen Teknik Material dan Metalurgi
Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2022

i
1 (25 kali enter, spasi 1)
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

ii
ON JOB TRAINING − TL184731

ANALYSIS OF CORROSIVENESS LEVEL (CORROSION


RATE AND REMAINING LIFE OF USE) FIRE
EXTINGUISHING PIPE AT AREA T-209 INTEGRATED
TERMINAL BALONGAN

BINTANG PANJI PERKASA


NRP. 02511940000097

Advisor
Diah Susanti, ST, MT, Ph.D
NIP. 197701162003122007

Field Supervisor
Rahmat Isya Ginanjar

Undergraduate Study Program of Materials Engineering


Department of Materials and Metallurgical Engineering
Faculty of Industrial Technology and Systems Engineering
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2022

iii
1 (25 kali enter, spasi 1)
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
(This page is intentionally blank)

iv
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS TINGKAT KOROSIFITAS (LAJU KOROSI DAN SISA USIA PAKAI)


PIPA PEMADAM KEBAKARAN PADA AREA T-209 INTEGRATED TERMINAL
BALONGAN

KERJA PRAKTIK
Diajukan untuk memenuhi salah satu prasyarat
akademik mata kuliah Kerja Praktik pada
Program Studi S-1 Teknik Material
Departemen Teknik Material dan Metalurgi
Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Oleh : BINTANG PANJI PERKASA


NRP. 02511940000097

Disetujui oleh Tim Penelaah Laporan Kerja Praktik :

Dosen Pembimbing Kerja Praktik Pembimbing Lapangan

Diah Susanti, ST, MT, Ph.D Rahmat Isya Ginanjar


NIP. 197701162003122007

Koordinator Kerja Praktik

Dr. Eng. Hosta Ardhyananta,S.T., M.Sc.


NIP. 198012072005011004

SURABAYA
Juli, 2022

v
1 (25 kali enter, spasi 1)
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

vi
APPROVAL SHEET

ANALYSIS OF CORROSIVENESS LEVEL (CORROSION RATE AND REMAINING


LIFE OF USE) FIRE EXTINGUISHING PIPE AT AREA T-209 INTEGRATED
TERMINAL BALONGAN

ON JOB TRAINING
Submitted to fulfill one of the academic requirements
for obtaining On Job Training course at
Undergraduate Study Program of Materials Engineering
Department of Materials and Metallurgical Engineering
Faculty of Industrial Technology and Systems Engineering
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

By : BINTANG PANJI PERKASA


NRP. 02511940000097

Approved by On Job Training Examiner Team :

Advisor Field Supervisor

Diah Susanti, ST, MT, Ph.D Rahmat Isya Ginanjar


NIP. 197701162003122007

On Job Training Coordinator

Dr. Eng. Hosta Ardhyananta,S.T., M.Sc.


NIP. 198012072005011004

SURABAYA
July, 2022

vii
1 (25 kali enter, spasi 1)
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
(This page is intentionally blank)

viii
PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama mahasiswa/NRP : Bintang Panji Perkasa/02511940000097


Departemen : Teknik Material dan Metalurgi
Dosen Pembimbing/NIP : Diah Susanti, ST, MT, Ph.D/ 197701162003122007

Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Kerja Praktik dengan judul “ANALISIS
TINGKAT KOROSIFITAS (LAJU KOROSI DAN SISA USIA PAKAI) PIPA
PEMADAM KEBAKARAN PADA AREA T-209 INTEGRATED TERMINAL
BALONGAN” adalah hasil karya sendiri, bersifat orisinal, dan ditulis dengan
mengikuti kaidah penulisan ilmiah.

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini,


maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Surabaya, 29 Juli 2022


Mengetahui
Dosen Pembimbing Mahasiswa

(Diah Susanti, ST, MT, Ph.D) (Bintang Panji Perkasa)


NIP. 197701162003122007 NRP. 02511940000097

ix
1 (25 kali enter, spasi 1)
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

x
STATEMENT OF ORIGINALITY

The undersigned below:

Name of student/NRP : Bintang Panji Perkasa/02511940000097


Department : Materials and Metallurgical Engineering
Advisor/NIP : Diah Susanti, ST, MT, Ph.D/ 197701162003122007

Hereby declare that the On Job Training Report with the title of “ANALYSIS OF
CORROSIVENESS LEVEL (CORROSION RATE AND REMAINING LIFE
OF USE) FIRE EXTINGUISHING PIPE AT AREA T-209 INTEGRATED
TERMINAL BALONGAN” is the result of my own work, is original, and is
written by following the rules of scientific writing..

If in the future there is a discrepancy with this statement, then I am willing to


accept sanctions in accordance with the provisions that apply at Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.

Surabaya, 29 July 2022


Acknowledged
Advisor Student

(Diah Susanti, ST, MT, Ph.D) (Bintang Panji Perkasa)


NIP. 197701162003122007 NRP. 02511940000097

xi
1 (25 kali enter, spasi 1)
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
(This page is intentionally blank)

xii
ANALISIS TINGKAT KOROSIFITAS (LAJU KOROSI DAN SISA USIA PAKAI)
PIPA PEMADAM KEBAKARAN PADA AREA T-209 INTEGRATED TERMINAL
BALONGAN

Nama Mahasiswa / NRP : Bintang Panji Perkasa / 02511940000097


Departemen : Teknik Material dan Metalurgi
Dosen Pembimbing : Diah Susanti, ST, MT, Ph.D

Abstrak
Integrated Terminal Balongan merupakan Sub Holding Commercial & Trading PT
Pertamina (Persero). Integrated Terminal Balongan memiliki sistem saluran pemadam
kebakaran agar selalu siap jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Akan tetapi, sistem yang
dipakai ini rawan terjadi korosi pada pipa pemadam kebakaran. Oleh karena itu, analisis terkait
tingkat korosifitas pada pipa sangat diperlukan agar dapat digunakan sebagai bahan
rekomendasi terkait penanganan dan pencegahan. Tujuan dari penelitian kerja praktek ini
adalah untuk menganalisis laju korosi dan sisa usia pakai dari pipa pemadam kebakaran dan
menganalisis pengaruh air payau terhadap korosi yang terjadi pada internal pipa pemadam
kebakaran. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah studi
literatur, pengamatan lapangan, dan pengujian tanpa merusak. Kondisi sebenarnya dari pipa
ditentukan dengan inspeksi visual diikuti dengan ultrasonic testing. Data yang diperoleh adalah
data visual dan ketebalan pipa. Setelah dianalisis secara visual, korosi ditemukan pada beberapa
bagian pipa seperti pada bagian atas, flange, t-junction, dan elbow. Akan tetapi, tidak ditemukan
segala jenis deformasi. Pengukuran ketebalan rata-rata diperoleh sebesar 8.567 mm.
Berdasarkan standar ASME B31.3, API 570, dan API RP 574, diperoleh perhitungan bahwa
tebal minimal pipa adalah 3,023 mm, laju korosi adalah 0,062 mm/year, dan sisa usia pakai dari
pipa adalah 89,559 tahun. Angka-angka tersebut menunjukkan hasil yang baik. Setelah
melakukan penelitian ini, kami merekomendasikan untuk melakukan inspeksi pipa pemadam
kebakaran secara berkala agar dapat ditemukan lebih dini defect maupun korosi sehingga dapat
mencegah terjadinya kegagalan. Melihat kondisi coating pipa existing tidak cukup baik, peneliti
merekomendasikan untuk melakukan coating ulang pada pipa pemadam kebakaran agar
mengurangi korosi dari lingkungan luar. Dikarenakan kondisi beberapa flange lebih terkorosi
dibanding bagian yang lain, peneliti merekomendasikan melakukan pemeriksaan pada flange
untuk memastikan terpasang secara rapat dan gasket masih terpasang secara benar.

Kata Kunci: Laju Korosi, Korosi, Pipa, Sisa Usia Pakai.

xiii
1 (25 kali enter, spasi 1)
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xiv
ANALYSIS OF CORROSIVENESS LEVEL (CORROSION RATE AND REMAINING
LIFE OF USE) FIRE EXTINGUISHING PIPE AT AREA T-209 INTEGRATED
TERMINAL BALONGAN

Student Name / NRP : Bintang Panji Perkasa / 02511940000097


Department : Materials and Metallurgical Engineering
Advisor : Diah Susanti, ST, MT, Ph.D

Abstract
Integrated Terminal Balongan is a Sub Holding Commercial & Trading of PT Pertamina
(Persero). Integrated Terminal Balongan has a fire extinguisher system so that it is always ready
if things happen that are not desirable. However, the system used is prone to corrosion of fire
extinguishers. Therefore, an analysis related to the level of corrosion in pipes is needed so that
they can be used as recommendations regarding handling and prevention. The purpose of this
on job training research is to analyze the corrosion rate and the remaining service life of the fire
extinguisher pipe and to analyze the effect of brackish water on corrosion that occurs in the
internal fire extinguisher pipe. The methods used to collect data in this research are literature
study, field observation, and non-destructive testing. The actual condition of the pipe is
determined by visual inspection followed by ultrasonic testing. The data obtained are visual
data and pipe thickness. After being analyzed visually, corrosion was found in several parts of
the pipe such as the top, flange, t-junction, and elbow. However, not found any kind of
deformation. The average thickness measurement is 8,567 mm. Based on ASME B31.3, API
570, and API RP 574 standards, it is calculated that the minimum pipe thickness is 3.023 mm,
the corrosion rate is 0.062 mm/year, and the remaining service life of the pipe is 89.559 years.
These figures show good results. After conducting this research, we recommend to carry out
inspections of fire extinguishers on a regular basis so that defects and corrosion can be found
early so as to prevent failure. Seeing that the condition of the existing pipe coating is not good
enough, the researcher recommends re-coating the fire extinguisher pipe in order to reduce
corrosion from the outside environment. Due to the condition that some flanges are more
corroded than others, the researcher recommends checking the flange to make sure it is securely
attached and that the gasket is still properly attached.

Keywords: Corrosion, Corrosion Rate, Pipe, Remaining Life.

xv
1 (25 kali enter, spasi 1)
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
(This page is intentionally blank)

xvi
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................................... i
Abstrak ...................................................................................................................................xiii
Abstract ................................................................................................................................... xv
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. xix
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. xxi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................................. 1
1.3 Batasan Masalah ....................................................................................................... 1
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 2
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................................... 2
BAB II PROFIL UMUM PERUSAHAAN ............................................................................. 3
2.1 Pengenalan Perusahaan............................................................................................. 3
2.1.1 Visi ..................................................................................................................... 3
2.1.2 Misi ..................................................................................................................... 3
2.1.3 Tata Nilai ............................................................................................................ 3
2.2 Produk....................................................................................................................... 4
2.3 Proses Bisnis ............................................................................................................. 5
2.4 Struktur Organisasi ................................................................................................... 6
2.5 Fasilitas ..................................................................................................................... 7
2.6 Fungsi-Fungsi ........................................................................................................... 7
BAB III TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 11
3.1 Sistem Pemadam Kebakaran Industri Migas .......................................................... 11
3.2 ASTM A53 ............................................................................................................. 12
3.3 Korosi ..................................................................................................................... 12
3.4 Laju Korosi ............................................................................................................. 13
3.5 Sisa Usia Pakai Pipa ............................................................................................... 13
3.6 Jenis-jenis Korosi ................................................................................................... 14
BAB IV METODOLOGI PENULISAN ............................................................................... 19
4.1 Diagram Alir ........................................................................................................... 19
4.2 Standar yang Digunakan ......................................................................................... 19
4.3 Metode Penelitian ................................................................................................... 20
4.4 Prosedur Penelitian ................................................................................................. 20
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ............................................................... 21
5.1 Analisis Data ......................................................................................................... 21
5.1.1 Data Visual ....................................................................................................... 21
5.1.2 Hasil Pengukuran .............................................................................................. 21
5.1.3 Pengolahan Data ............................................................................................... 22
5.2 Pembahasan ............................................................................................................ 22
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ............................................................... 25
6.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 25
6.2 Rekomendasi ......................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... xxvii
LAMPIRAN ......................................................................................................................... xxix

xvii
(25 kali enter, spasi 1)

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xviii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Bisnis Integrated Terminal Balongan – BBM .......................................... 5


Gambar 2.2 Proses Bisnis Integrated Terminal Balongan – LPG ............................................ 6
Gambar 2.3 Struktur Organisasi Integrated Terminal Balongan.............................................. 6
Gambar 2.1 Proses Bisnis Integrated Terminal Balongan – BBM .......................................... 5
Gambar 2.2 Proses Bisnis Integrated Terminal Balongan – LPG ............................................ 6
Gambar 2.3 Struktur Organisasi Integrated Terminal Balongan.............................................. 6
Gambar 4.1 Diagram Alir ....................................................................................................... 19
Gambar 4.2 Alat UTM AR850 Smart Sensors ....................................................................... 19
Gambar 5.1 Data visual pipa pemadam kebakaran (a) flange (b) elbow (c) T-Junction (d)
upper surface ....................................................................................................... 21

(25 kali enter, spasi 1)

xix
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xx
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Komposisi Pipa ASTM A53 .................................................................................... 12


Tabel 3.2 Hasil pengujian tarik ................................................................................................ 12
Tabel 3.3 Relative Corrosion Resistance ................................................................................. 13
Tabel 5.1 Hasil pengukuran ketebalan Pipa ............................................................................. 21

xxi
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xxii
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

1BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan perkembangan teknologi yang pesat, dibutuhkan sumber daya manusia yang
mumpuni di setiap bidangnya. Diimbangi dengan sistem pendidikan yang sudah ada di
Indonesia, dibutuhkan aplikasi secara langsung dengan permasalahan, tantangan, dan kondisi
yang berbeda-beda. Maka dari itu dibutuhkan sumber daya manusia yang mumpuni dan mudah
beradaptasi terhadap perubahan. Perguruan tinggi berperan penting sebagai tempat untuk
mempersiapkan sumber daya manusia yang terlatih dan dapat bersaing di kancah nasional
maupun internasional. Pemahaman serta wawasan yang sudah dimiliki perlu disinergikan
dengan kondisi secara langsung yang ada di lapangan. Sehingga, ilmu yang sudah didapatkan
akan tepat sasaran dan mampu menghasilkan kolaborasi yang baik diantara stakeholder terkait.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya sebagai satu dari perguruan tinggi
teknik negeri di Indonesia selalu berupaya mengembangkan sumber daya manusia dan IPTEK
guna menunjang pembangunan industri dan bangsa Indonesia. Sebagai research university,
output dari ITS Surabaya diharapkan siap dan mampu untuk mengembangkan potensi dan
keahlian yang sesuai dengan spesifikasinya. Adanya kerja sama dengan pelaku industri
merupakan salah satu hal yang dapat mendukung terciptanya sumber daya manusia yang lebih
siap dan mampu terjun ke dunia industri dengan beragam inovasi. Hal ini dapat dicapai dalam
berbagai kegiatan mahasiswa, salah satunya adalah Program Kerja Praktik. Integrated
Terminal Balongan dipilih oleh pemohon kerja praktik dikarenakan Integrated Terminal
Balongan merupakan perusahaan yang bertanggung dalam dalam penerimaan, penimbunan,
dan penyaluran BBM dan LPG di Jawa Bagian Barat. Kompleksitas dari segi proses bisnis
menjadi hal yang menarik bagi pemohon kerja praktik karena menjadi ladang ilmu dan
pengalaman. Selain itu, dengan banyaknya tanki penimbunan, sistem pipa produk, dan sistem
pemadam kebakaran yang rentan akan terjadinya korosi menjadi ketertarikan terhadap
pemohon kerja praktik.
Perusahaan ini juga memiliki beberapa keterkaitan dengan keilmuan dan aplikasi
teknologi yang ada di Departemen Teknik Material dan Metalurgi FTIRS – ITS yaitu di bidang
pengendalian korosi dan inspeksi alat atau material. Hal ini tentunya juga sangat penting dan
berharga karena mahasiswa harus mampu memberikan kontribusi yang berarti dalam mengejar
ketertinggalan dan memastikan bahwa proses regenerasi pembangunan berjalan dengan baik
dengan adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Perusahaan Integrated Terminal Balongan memiliki sistem saluran pemadam kebakaran
agar selalu siap jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Akan tetapi, sistem yang dipakai ini
rawan terjadi korosi pada pipa pemadam kebakaran. Oleh karena itu, tujuan dari kerja praktek
ini adalah untuk menganalisis tingkat korosi pada pipa dan memberikan rekomendasi terkait
penanganan dan pencegahan.

1.2 Perumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari kerja praktik yang dilaksanakan di Integrated Terminal
Balongan adalah bagaimana tingkat korosifitas dari pipa pemadam kebakaran di Integrated
Terminal Balongan.

1.3 Batasan Masalah


Agar hasil akhir yang baik dan sesuai dengan tujuan penelitian, serta tidak menyimpang
dari masalah yang dikaji, maka batasan masalah dalam penelitian kerja praktek ini adalah
sebagai berikut:

1
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

1. Desain pipa telah ditentukan oleh pihak perusahaan


2. Standar yang digunakan adalah API 570, API RP 574 dan ASME B31.3

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian kerja praktik yang dilaksanakan di Integrated Terminal
Balongan adalah menganalisis tingkat korosifitas dari pipa pemadam kebakaran di Integrated
Terminal Balongan.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian kerja praktek ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan rekomendasi bagi perusahaan untuk pertimbangan apakah pipa
pemadam kebakaran perlu diperbaiki atau diganti.
2. Menerapkan materi perkuliahan terkait korosi dan pengendalian dalam dunia industri.
3. Mempererat kerjasama antara ITS dengan Intergrated Terminal Balongan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

2
BAB I PENDAHULUAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

2BAB II
PROFIL UMUM PERUSAHAAN

2.1 Pengenalan Perusahaan


PT Patra Niaga didirikan pada tahun 2004, sebagai badan hukum yang berfokus pada
kegiatan hilir migas, sebelumnya terdaftar sebagai PT Elnusa Harapan pada tahun 1997. Pada
tahun 2011, PT Pertamina (Persero) mulai menyelaraskan semua logo anak perusahaan melalui
Direktorat Pemasaran dan Perdagangan Pertamina. Direktorat mulai mengubah nama logo
masing-masing anak perusahaan, termasuk logo PT Patra Niaga, dan mengubah nama
perusahaan menjadi PT Pertamina Patra Niaga.
Pada 13 Juni 2020, PT Pertamina Patra Niaga ditetapkan sebagai Sub Holding
Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) secara virtual, dan resmi legal end-state di
tanggal 1 September 202. Selain mengelola bisnis dan operasional existing Pertamina Patra
Niaga dalam bentuk penanganan dan perdagangan bahan bakar, serta pengelolaan armada dan
depot, sekarang Sub Holding Commercial & Trading bertanggung jawab atas pengelolaan
rantai kegiatan bisnis Pertamina di hilir.
Pertamina telah memiliki infrastruktur yang memadai untuk mendukung distribusi dan
pemasaran produk energi yang dihasilkannya, antara lain Bahan Bakar Minyak (BBM),
pelumas dan LPG serta aspal dan petrokimia, baik untuk memenuhi kebutuhan konsumen ritel
dan korporat di seluruh tanah air dan di luar negeri. Pertamina Patra Niaga, Sub Holding
Commercial & Trading, saat ini membawahi entitas anak dan cucu perusahaan Pertamina
lainnya, yaitu PT Pertamina Lubricants, PT Pertamina Retail, Pertamina International
Marketing & Distribution Pte Ltd, PT Patra Trading, PT Patra Badak Arun Solusi, PT Patra
Logistik, PT Pertamina Petrochemical Trading, Pertamina International Timor SA, dan PT
Patra SK.
2.1.1 Visi
Adapun visi dari PT Pertamina Patra Niaga adalah menjadi Perusahaan Commercial &
Trading Berkelas Dunia di Bidang Energi, Petrokimia dan Produk Kimia Lainnya.
2.1.2 Misi
Misi dari PT Pertamina Patra Niaga yaitu:
1. Menjalankan bisnis Commercial & Trading di bidang energi, produk turunan minyak
dan gas, petrokimia dan produk kimia lainnya di sektor retail dan sektor korporasi.
2. Mendukung penyediaan dan akses energi untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
berwawasan lingkungan.
3. Melakukan pengembangan bisnis secara agresif di pasar domestik dan internasional.
4. Mencetak sumber daya manusia yang unggul dan bertaraf global dengan
mengembangkan teknologi dan digital.
5. Menjadi bagian pengembangan investasi dan distribusi di industri energi, petrokimia
dan produk kimia.
2.1.3 Tata Nilai
Tata Nilai Perseroan selalu bersinergi dengan PT Pertamina (Persero) Group, sejak
tanggal 11 Agustus 2020 nilai-nilai AKHLAK BUMN telah diadopsi seutuhnya dan dileburkan
dengan tata nilai 6C Pertamina sehingga menjadi nilai-nilai Utama AKHLAK Pertamina yang
merupakan nilai-nilai utama yang wajib diimplementasikan dan diinternalisasikan di seluruh
Anak Perusahaan dan Perusahaan Afiliasi Terkonsolidasi Pertamina Group. AKHLAK wajib

3
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

menjadi identitas perilaku keseharian dan perekat budaya kerja yang mendukung peningkatan
kerja secara berkelanjutan, yaitu:
1. Amanah
Amanah berarti memegang teguh kepercayaan yang diberikan.
2. Kompeten
Kompeten berarti terus belajar & mengembangkan kapabilitas.
3. Harmonis
Harmonis berarti saling peduli & menghargai perbedaan.
4. Loyal
Loyal berarti berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa & negara.
5. Adaptif
Adaptif berarti terus berinovasi dan antusias dalam menggerakkan ataupun
menghadapi perubahan
6. Kolaboratif.
Kolaboratif berarti membangun kerja sama yang sinergis.

2.2 Produk
Adapun produk yang didistribusikan oleh Integrated Terminal Balongan antara lain:
1. Avtur
Avtur (Jet A-1) merupakan produk turunan dari fraksi Kerosene. Avtur memiliki
karakteristik pembakaran yang sangat baik dengan energy content yang tinggi. Avtur
(Jet A-1) juga memiliki titik beku yang sangat rendah (di bawah -47°C) sehingga
ketika digunakan dalam penerbangan dengan ketinggian 30.000-40.000 kaki. Avtur
Pertamina sudah memenuhi Defence Standard 91-091 issue terakhir dengan
pengelolaan mengacu standar Joint Inspection Group (JIG) demi memastikan kualitas
Avtur tetap terjaga di sepanjang supply chain hingga ke engine pesawat.
2. Pertalite
Pertalie merupakan bahan bakar gasoline yang memiliki angka oktan 90 sangat tepat
digunakan oleh kendaraan dengan kompresi 9:1 hingga 10:1. Bahan bakar pertalite
memiliki angka oktan yang lebih tinggi daripada bahan bakar Premium 88 sehingga
lebih tepat digunakan untuk kendaraan bermesin bensin yang saat ini beredar di
Indonesia. Dengan tambahan aditif, Pertalite mampu menempuh jarak yang lebih jauh
dengan tetap memastikan kualitas dan harga yang terjangkau.
3. Pertamax
Pertamax bahan bakar gasoline dengan angka oktan 92 berstandar internasional.
Pertamax sangat direkomendasikan untuk kendaraan dengan kompresi rasio 10:1
hingga 11:1 atau kendaraan berbahan bakar gasoline yang menggunakan teknologi
Electronic Fuel Injection (EFI). Dengan Ecosave Technology, Pertamax mampu
membersihkan bagian dalam mesin, melindungi ruang bakar dari karat, menjaga
kemurnian bahan bakar dari campuran air sehingga pembakaran menjadi lebih
sempurna.
4. Pertamax Turbo
Pertamax Turbo merupakan bahan bakar gasoline yang dikembangkan bersama
antara Pertamina dan Lamborghini yang dirancang untuk mesin berteknologi tinggi.
Dikembangkan dengan Ignition Boost Formula (IBF). Angka Oktan 98, dan kadar
Sulfur rendah sehingga tidak merusak kualitas udara.
5. Biosolar
Biosolar adalah jenis bahan bakar yang di peroleh melalui proses blending antara
biodiesel dan solar dengan perbandingan komposisi tertentu.

4
BAB II PROFIL UMUM PERUSAHAAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

6. Pertamina Dex
Pertamina Dex merupakan bahan bakar diesel terbaik yang mampu menjadikan
kinerja mesin lebih optimal, tangguh, dan bertenaga. Pertamina Dex dilengkapi
dengan lubricity dan anti foaming of gas. Pertamina Dex memiliki kandungan Sulfur
<300 ppm, angka cetane 53, dan telah memenuhi standar EURO 3.
7. ELPIJI
ELPIJI merupakan brand LPG yang diproduksi oleh PT. Pertamina. LPG merupakan
gas hidrokarbon yang dicairkan dengan tekanan untuk memudahkan penyimpanan,
pengangkutan dan penanganannya yang pada dasarnya terdiri atas Propana (C3),
Butana (C4) atau campuran keduanya (Mix LPG).
8. Bright Gas
Bright Gas merupakan gas LPG untuk kebutuhan rumah tangga yang memiliki
keunggulan keamanan teknologi double spindle valve system sehingga tekanan
berlebih LPG dapat diseimbangkan, dan laser marking uniqode yang menjamin
ketepatan isi LPG, kemasan tabung yang tersedia 220 gr; 5,5 kg; 12 kg.

2.3 Proses Bisnis


Secara umum, proses bisnis Integrated Terminal Balongan meliputi tiga tahap, yaitu
penerimaan, penimbunan, dan penyaluran. Proses bisnis Integrated Terminal Balongan dibagi
menjadi dua, yaitu untuk produk BBM dan LPG. Penerimaan BBM berasal dari dua sumber,
yaitu dari Tanker dan RU-VI Balongan. Penerimaan dari Tanker melalui 2 Single Point
Mooring dan penerimaan dari RU-VI Balongan melalui Pipa. Produk yang diterima dari Tanker
adalah Pertalite, Solar, dan Pertamax. Sedangkan produk yang diterima dari RU-VI Balongan
adalah Avtur, Pertalite, Pertamax Turbo, Pertamina Dex, Solar, dan Pertamax. Proses
penimbunan dilakukan pada tangki timbun yang dimiliki oleh Integrated Terminal Balongan –
BBM. Proses penyaluran dibagi menjadi tiga, antara lain penyaluran via mobil tangki,
konsinyasi pemompaan via Pipeline, dan backloading. Penyaluran via mobil tangki dilakukan
untuk menyalurkan BBM ke SPBU, Pertashop, Industri, serta TNI dan POLRI. Konsinyasi
pemompaan via Pipeline dilakukan melalui jalur pipa bawah tanah. Pemompaan ini dibagi
menjadi Jalur 1 dan Jalur 2. Jalur 1 menuju Fuel Terminal Cikampek. Jalur 2 menuju Integrated
Terminal Jakarta. Backloading dilakukan dengan melakukan pemompaan ke Tanker
menggunakan Pompa Backloading melalui jalur pipa bawah laut.

Gambar 2.1 Proses Bisnis Integrated Terminal Balongan – BBM


5
BAB II PROFIL UMUM PERUSAHAAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

Pada produk LPG, proses penerimaan berasal dari dua sumber, yaitu RU-VI Balongan dan
Tanker. Penerimaan dari RU-VI Balongan melalui pipa dan LPG Vessel. Sedangkan,
penerimaan dari Tanker melalui Island Berth. Proses penimbunan dilakukan pada tangki timbun
yang dimiliki oleh Integrated Terminal Balongan – LPG. Proses penyaluran LPG dilakukan via
mobil tangki dan tabung gas LPG. Mobil tangki menyalurkan LPG ke SPBE dan SP(P)BE.
Penyaluran tabung gas langsung dikelola oleh Patra Trading.

Gambar 2.2 Proses Bisnis Integrated Terminal Balongan – LPG

2.4 Struktur Organisasi


Adapun struktur organisasi pada Integrated Terminal Balongan ditampilkan dalam
gambar berikut.

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Integrated Terminal Balongan


6
BAB II PROFIL UMUM PERUSAHAAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

Integrated Terminal Manager Balongan berada di bawah Region Manager Supply &
Distribution Jawa Bagian Barat (JBB). Kemudian, di bawah Integrated Terminal Manager
terdapat Supervisor Fleet & NGS yang membawahi Operator Fuel, Operator Gas, dan
Operator Gantry. Kemudian, Superintendent Fuel Receiving, Storage & Distribution yang
membawahi Sr Supervisor Fuel Receiving & Storage dan Supervisor Fuel Distribution. Lalu,
Sr Supervisor LPG Receiving, Storage & Distribution Balongan yang membawahi Supervisor
LPG Receiving & Storage Balongan, Supervisor LPG Distribution Bulk Balongan, dan Jr
Supervisor LPG Distribution Bottle Balongan. Setelah itu, Sr Supervisor LPG Terminal (S)
Cirebon yang membawahi Supervisor LPG Terminal (S) Cirebon. Selanjutnya, Sr
Loading/Discharger Master, Loading/Discharger Master, dan Jr Loading/Discharger Master.
Kemudian, Sr Supervisor Maintanance Planning & Services yang membawahi Supervisor
Maintenance Planning, Supervisor Maintenance Services, dan Jr Supervisor Maintenance
Services. Lalu, Sr Supervisor Quality & Quantity yang membawahi Supervisor Quality &
Quantity dan Jr Supervisor Quality & Quantity. Setelah itu, Sr Supervisor HSSE yang
membawahi Supervisor Fire & Safety, Supervisor Environmental & Hygiene Industry, dan
Supervisor Security. Terakhir, Sr Supervisor Sales Services & General Affairs yang
membawahi Supervisor Formality, Jr Supervisor Retail Fuel Sales Services, Jr Supervisor
Industrial Fuel Sales Services, Jr Supervisor LPG Sales Services, dan Jr Supervisor General
Affairs.

2.5 Fasilitas
Integrated Terminal Balongan terbagi menjadi dua, yaitu Integrated Terminal Balongan
– BBM dan Integrated Terminal Balongan – LPG. Wilayah Integrated Terminal Balongan –
BBM dibagi menjadi dua yaitu Depot BBM dan Terminal Transit Utama. Depot BBM memiliki
luas 12 Ha dan terdapat 12 unit tangki dengan total kapasitas 81.749 KL. Terminal Transit
Utama memiliki luas 48 Ha dan terdapat 19 unit tangki 543.679 KL. Integrated Terminal
Balongan juga memiliki dua Discharge Tanker yaitu SPM 150.000 DWT dan SPM 35.000
DWT untuk membongkar muatan dari Tanker. SPM 35.000 juga digunakan sebagai jalur
backloading ke tanker. Selain itu, ada 5 jalur pipa dari RU-VI Balongan ke Integrated Terminal
Balongan untuk menyalurkan Pertalite dan Pertamax; Solar dan Pertamina Dex; Pertamax
Turbo; Avtur; serta Kerosin. Kemudian, terdapat 2 jalur pipa bawah tanah untuk penyaluran
BBM menuju Fuel Terminal Cikampek dan Integrated Terminal Jakarta. Kedua jalur ini
dilengkapi dengan Suction Booster Pump, Main Pump, dan Booster Pump untuk memompa
BBM. Untuk penyaluran BBM ke SPBU, tersedia 71 mobil tangki dengan kapasitas 1.541 KL.
Wilayah Integrated Terminal Balongan – LPG memiliki luas 2.5 Ha dan terdapat 6 unit
tangki dengan total kapasitas 12.000 MT. Kemudian, terdapat Island Berth sebagai tempat
untuk discharge muatan Tanker. Selain itu, terdapat mobil tangki dengan kapasitas skid tank
11 MT, 15 MT, 21 MT, dan 25 MT.

2.6 Fungsi-Fungsi
Terdapat fungsi-fungsi pada Integrated Terminal Balongan untuk menjalankan
bisnisnya. Fungsi-fungsi tersebut meliputi:
A. Maintenance Planning & Services
Memonitor, melakukan dan menganalisa kegiatan pekerjaan teknik meliputi
penyusunan rencana pengadaan barang dan jasa; rencana pembangunan dan
perencanaan pemeliharaan rutin termasuk monitoring pelaksanaan; pekerjaan teknik
meliputi identifikasi kebutuhan permintaan user terkait pengadaan barang dan jasa;
kegiatan pengadaan barang dan jasa termasuk proses negosiasi; proses implementasi
dan evaluasi pembangunan dart pemeliharaan rutin agar sesuai dengan prosedur yang

7
BAB II PROFIL UMUM PERUSAHAAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

berlaku dan memenuhi aspek HSSE dalam rangka mendukung kegiatan operasional
di Integrated Terminal Balongan.
B. LPG Receiving, Storage & Distribution Balongan
Memonitor, melakukan dan menganalisa seluruh eksekusi penerimaan LPG meliputi
persiapan, pelaksanaan penerimaan dan penanganan discrepancy, eksekusi
penyaluran LPG meliputi penyusunan rencana jadwal, pengelolaan penggunaan moda
transportasi, pelaksanaan penyaluran; pengelolaan penanganan produk tidak sesuai
dari pelanggan termasuk blending; pengelolaan storage, serta mengelola administrasi
kuantitas material balance LPG arus minyak guna mendukung kegiatan operasional
di Integrated Terminal Balongan.
C. HSSE
Memonitor, melakukan dan menganalisa pengelolaan HSSE di Terminal BBM
meliputi pemantauan risiko dan dampak dari kondisi eksisting dilihat dari aspek
HSSE; penyusunan program HSSE; sosialisasi budaya dan program HSSE kepada
stakeholders, pemantauan penggunaan alat pelindung diri dan sarana fasilitas HSSE;
pemantauan lingkungan dan proses operasional; pemantauan kondisi tempat kerja dan
pekerja; pemantauan kualitas lingkungan; pengelolaan penggunaan energi dan sumber
daya; pengendalian limbah; pemantauan kondisi,kesehatan tempat kerja dan pekerja;
penanggulangan keadaan darurat; pengelolaan investigasi HSSE serta pelaksanaart
audit HSSE di Integrated Terminal Balongan untuk mencapai zero accident dan
operasional excellent.
D. Fleet & NGS
Merencanakan, memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan penyaluran dengan sistem
NGS serta pengiriman produk Fuel dan non Fuel namun tidak terbatas pada produk
BBM/BBK/Avtur/LGP/Chemical/Petrochemical meliputi indentifkasi kebutuhan dan
kesesuaian alat angkut serta perencanaan anggaran kerja, perencanaan dan
optimalisasi kegiatan operasional pengangkutan, perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan pemeliharaan Alat Angkut, pelaksanaan evaluasi kinerja, penanganan
keluhan pelanggan serta proses administrasi dan kegiatan pendukuhng seperti
kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja serta kegiatan Quantity dan Quality agar
terciptanya kegiatan angkutan produk yang efektif dan efisiean serta tepat tujuan,
tepat waktu, tetap mutu, tetap jumlah, tepat teknologi dan tepat biaya.
E. Fuel Receiving, Storage & Distribution
Memonitor, melakukan dan menganalisa seluruh eksekusi penerimaan BBM meliputi
persiapan, pelaksanaan penerimaan dan penanganan discrepancy, eksekusi
penyaluran BBM meliputi penyusunan rencana jadwal, pengelolaan penggunaan
moda transportasi, pelaksanaan penyaluran; pengelolaan penanganan produk tidak
sesuai dari pelanggan termasuk blending; pengelolaan storage, serta mengelola
administrasi kuantitas material balance BBM arus minyak guna mendukung kegiatan
operasional di Integrated Terminal Balongan.
F. Quality & Quantity
Memonitor, melakukan dan menganalisa pengelolaan sertifikasi kualitas produk
(sertifikasi peralatan custody transfer, tera mobil tanki/Skid Tank, alat uji BBM
lapangan, alat laboratorium, dll); pemeriksaan kualitas produk pada saat eksekusi
penerimaan, penimbunan dan penyaluran termasuk pemeliharaan kualitas produk;
penanganan produk tidak sesuai dari pelanggan (terkait kualitas produk); inspeksi
8
BAB II PROFIL UMUM PERUSAHAAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

kualitas produk di Integreted Fuel terminal/Fuel Terminal BBM serta pengelolaan


keluhan pelanggan terkait kualitas produk di Integrated Terminal Balongan.
G. Loading/Discharge Master
Melakukan kegiatan bongkar/discharge (impor dan domestik) dan/atau muat/loading
(ekspor, sales, konsinyasi, bunkering) kargo (crude, produk dan LPG), dari/ke moda
transportasi air (kapal, STS, oil barge) meliputi persiapan kegiatan bongkar dan/atau
muat (pengukuran kargo di kompartemen alat angkut, pengukuran kargo di tangki
timbun, kalkulasi kargo), pengecekan sarana dan kelengkapan administrasi, serta
implementasi kegiatan bongkar dan/atau muat dalam rangka mendukung kelancaran
kegiatan di area operasiJagar berjalan sesuai dengan rencana target operasi dengan
efektif, efisien, aman dan selamat sesuai ketentuan yang berlaku di Integrated
Terminal Balongan.
H. Sales Services & General Affairs
Memonitor, melakukan dan menganalisa penyusunan laporan realisasi penjualan
BBM/NBBM, pengelolaan administrasi penyaluran Retail dan Industrial, penanganan
BBM/NBBM/LPG yang tidak sesuai dari pelanggan, pengelolaan keluhan serta
pembinaan relasi dengan pelanggan di Fuel Terminal serta melakukan pengelolaan
office supply dan pengelolaan housekeeping Fuel Terminal guna mendukung
kelancaran operasional di Integrated Terminal Balongan.

9
BAB II PROFIL UMUM PERUSAHAAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

10
BAB II PROFIL UMUM PERUSAHAAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

3BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Sistem Pemadam Kebakaran Industri Migas


Kebakaran di fasilitas minyak dan gas memiliki potensi kerugian ekonomi dan keuangan
yang signifikan baik bagi pabrik industri maupun masyarakat. Pemulihan dari kebakaran
industri tidak hanya mencakup penggantian peralatan dan dengan biaya yang lebih tinggi, tetapi
juga kehilangan pendapatan sementara dan permanen, kehilangan karyawan selama penutupan
pabrik, kehilangan keuntungan atas barang jadi yang rusak, dan biaya tambahan untuk
memulihkan operasi. American Petroleum Institute (API) dan National Fire Protection
Association (NFPA) mengembangkan kode kebakaran khusus untuk fasilitas petrokimia yang
dirancang untuk meminimalkan risiko dan memastikan bahwa fasilitas tersebut terlindungi dari
kerusakan jika terjadi kebakaran. API menawarkan sejumlah sumber daya yang
mengidentifikasi bahaya keselamatan kebakaran yang terkait dengan fasilitas proses minyak &
gas, dan memberikan solusi untuk perlindungan dan pencegahan (Casey C. Grant, 2008).
Empat komponen utama dari sistem proteksi kebakaran yang kuat adalah:
1. Pemadaman kebakaran dengan foam (busa) sangat dibutuhkan dalam sistem proteksi
kebakaran petrokimia. Saat sensor sistem mendeteksi kebakaran, foam menyelimuti
cairan yang mudah terbakar dengan cairan kental dan berbuih yang memadamkan api
aktif, sekaligus mencegah area lain terbakar. Sistem water mist juga efektif dalam
fasilitas proses minyak dan gas karena mereka menyemprotkan tetesan air halus
(kurang dari 1.000 mikron). mist meminimalkan kerusakan air saat masih
memadamkan api. Sistem Kimia Kering Besar adalah cara yang efektif untuk
memadamkan api cair yang mudah terbakar terutama di mana pasokan air tidak mudah
diakses.
2. Fasilitas proses minyak terutama harus menggunakan alat pemadam api BC, karena
sesuai untuk kelas kebakaran industri yang rawan. Jenis alat pemadam ini mampu
menangani kebakaran dari bahan mudah terbakar biasa, peralatan listrik dan kabel,
serta cairan dan gas yang mudah terbakar. Pastikan semua karyawan mengetahui lokasi
alat pemadam kebakaran dan cara menggunakannya.
3. Fasilitas proses minyak dan gas harus memiliki sistem alarm kebakaran yang
mencakup detektor panas, nyala api, dan gas untuk aktivasi otomatis, stasiun penarik
untuk aktivasi manual, dan lampu strobo serta sirene untuk memperingatkan personel
akan bahaya. Alarm kebakaran harus diperiksa secara teratur untuk memastikan
mereka mematuhi kode NFPA dan API dan dapat berfungsi secara efektif dalam
kondisi apa pun.
4. Bahkan dengan teknologi terbaik dalam pencegahan dan pemadaman kebakaran, tidak
ada yang dapat menggantikan pelatihan keselamatan kebakaran. Pendekatan
keselamatan-pertama untuk kesiapsiagaan kebakaran di fasilitas petrokimia turun ke
pelatihan personel yang akan menggunakan alat pemadam kebakaran dan merespons
dengan tepat ancaman kebakaran, memberi tahu pihak berwenang dengan cepat.
Beberapa cara untuk memprioritaskan pelatihan personel meliputi:
a. Bahaya spesifik di fasilitas dan penjelasan rinci tentang cara kerja sistem proteksi
kebakaran untuk mencegah dan memadamkan kebakaran.
b. Cara menggunakan peralatan pemadam kebakaran termasuk alat pemadam
kebakaran, alarm kebakaran, sistem sprinkler, dan teknologi lain yang digunakan
oleh fasilitas.

11
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

c. Rencana evakuasi fasilitas. Jalankan latihan yang teratur namun bervariasi untuk
melatih rute evakuasi dan waktu tanggap.
(Amiral Aziz, 2021)

3.2 ASTM A53


Baja ASTM A53 merupakan pipa yang sering digunakan pada industri minyak dan gas.
ASTM A53 terbagi menjadi dua grade, yaitu grade A dan grade B. Perbedaannya terletak pada
komposisi kimia yang dimiliki. Komposisi kimia dari ASTM A53 grade A dan B disajikan
dalam tabel 3.1 serta nilai hasil uji tarik disajikan dalam tabel 3.2. ASTM A53 terdiri dari
beberapa tipe, yaitu Tipe F, Tipe E, dan Tipe S. Pipa tipe F dilakukan pengelasan dengan
metode furnace-butt weld ataupun continuous welded dan khusus untuk grade A. Pipa tipe E
dilakukan pengelasan dengan metode electric-resistance weld dan bisa untuk grade A dan B.
Pipa tipe S adalah pipa seamless dan bisa untuk grade A dan B. Baja untuk pipa seamless dan
dilas harus dibuat dengan satu atau beberapa proses, seperti open-hearth, electric-furnace, atau
basic-oxygen furnace. Pipa ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Selain itu pipa ini
juga harus memiliki ketahanan terhadap perambatan retak, pembebanan dan sifat mampu las
yang baik (ASTM International, 1990; Leonard, 2014).

Tabel 3.1 Komposisi Pipa ASTM A53 (ASTM International, 1990)


Komposisi, maks (%)
C Mn P S Cu Ni Cr Mo V
Tipe S
Open-hearth, electric-furnace,
or basic-oxygen:
Grade A 0,25 0,95 0,05 0,045 0,40 0,40 0,40 0,15 0,08
Grade B 0,30 1,20 0,05 0,045 0,40 0,40 0,40 0,15 0,08
Tipe E
Open-hearth, electric-furnace,
or basic-oxygen:
Grade A 0,25 0,95 0,05 0,045 0,40 0,40 0,40 0,15 0,08
Grade B 0,30 1,20 0,05 0,045 0,40 0,40 0,40 0,15 0,08
Tipe F
Open-hearth, electric-furnace,
or basic-oxygen:
Grade A 0,30 1,20 0,05 0,045 0,40 0,40 0,40 0,15 0,08

Tabel 3.2 Hasil pengujian tarik (ASTM International, 1990)


Tipe F Tipe E dan S
Open-hearth, electric-
furnace, or basic-oxygen, Grade A Grade B
Grade A
Tensile strenth, min (MPa) 330 330 415
Yield Strength, min (MPa) 205 205 240

3.3 Korosi
Korosi adalah kehancuran atau kerusakan material karena reaksi dengan lingkungannya.
Korosi pada logam juga dapat diartikan sebagai reaksi kebalikan dari pemurnian logam. Korosi
ini sendiri bisa mengakibatkan menurunnya kualitas dari baja tersebut sehingga mengakibatkan

12
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

baja tersebut menjadi cepat lemah dan rusak. biasanya dimulai pada permukaan dan disebabkan
oleh kimia dan dalam kasus logam, reaksi elektrokimia. Kehancuran kemudian dapat menyebar
ke bagian dalam materi. Organisme juga dapat berkontribusi pada korosi bahan bangunan.
Korosi dapat terjadi apabila terdapat empat elemen di bawah ini
1. Anoda, terjadi reaksi oksidasi, maka daerah tersebut akan timbul korosi
2. Katoda, terjadi reaksi reduksi, daerah tersebut mengkonsumsi elektron
3. Ada hubungan (Metallic Pathaway), tempat arus mengalir dari katoda ke anoda
4. Larutan (electrolyte), larutan korosif yang dapat mengalirkan arus listrik, mengandung
ion-ion.
Agar korosi dapat terjadi, keempat elemen tersebut harus ada. Jika salah satu dari keempat
elemen itu tidak ada, maka korosi tidak akan terjadi (Afandi, 2015).

3.4 Laju Korosi


Laju korosi Jangka Panjang (LT) dari CML individu harus dihitung dari rumus berikut:
𝑡𝑖𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 −𝑡𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐶𝑜𝑟𝑟𝑜𝑠𝑖𝑜𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑒 (𝐿𝑇) = 𝑡𝑖𝑚𝑒 (𝑦𝑒𝑎𝑟𝑠) 𝑏𝑒𝑡𝑤𝑒𝑒𝑛 .....................(3.1)
𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑡
𝑖𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙
Laju korosi Jangka Pendek (ST) dari masing-masing CML harus dihitung dari rumus berikut:
𝑡𝑖𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 −𝑡𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐶𝑜𝑟𝑟𝑜𝑠𝑖𝑜𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑒 (𝑆𝑇) = 𝑡𝑖𝑚𝑒 (𝑦𝑒𝑎𝑟𝑠) 𝑏𝑒𝑡𝑤𝑒𝑒𝑛 ...................(3.2)
𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑡
𝑝𝑟𝑒𝑣𝑖𝑜𝑢𝑠 𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙
Di mana,
𝑡𝑖𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 adalah ketebalan, dalam inci (milimeter), pada lokasi yang sama dengan pengukuran
taktual pada pemasangan awal atau pada permulaan lingkungan laju korosi yang baru;
𝑡𝑝𝑟𝑒𝑣𝑖𝑜𝑢𝑠 adalah ketebalan, dalam inci (milimeter), di lokasi yang sama dengan pengukuran
taktual selama satu atau lebih inspeksi sebelumnya. Laju korosi LT dan ST harus dibandingkan
untuk melihat mana yang menghasilkan sisa umur terpendek sebagai bagian dari penilaian data.
Inspektur resmi, dengan berkonsultasi dengan spesialis korosi, harus memilih laju korosi yang
paling mencerminkan proses saat ini (API 570, 2009).
Menurut Fontana,1987 laju korosi dikategorikan menjadi enam, seperti yang ditunjukan
pada tabel di bawah

Tabel 3.3 Relative Corrosion Resistance (Fontana, 1974)


Relative Corrosion Resistance Approximate Metric Equivalent
Mils/year mm/year
Outstanding <1 <0.02
Excellent 1–5 0.02 – 0.1
Good 5 – 20 0.1 – 0.5
Fair 20 – 50 0.5 – 1
Poor 50 – 200 1–5
Unacceptable >200 >5

3.5 Sisa Usia Pakai Pipa


Perhitungan Remaining Life Pipa dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:
𝑡𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 −𝑡𝑟𝑒𝑞𝑢𝑖𝑟𝑒𝑑
𝑅𝑒𝑚𝑎𝑖𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑙𝑖𝑓𝑒 (𝑦𝑒𝑎𝑟𝑠) = 𝑐𝑜𝑟𝑟𝑜𝑠𝑖𝑜𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑒 ....................(3.3)
[𝑖𝑛𝑐ℎ (𝑚𝑚) 𝑝𝑒𝑟 𝑦𝑒𝑎𝑟]

13
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

Dimana,
tactual = ketebalan sebenarnya, dalam inci (milimeter), diukur pada saat inspeksi untuk lokasi
atau komponen tertentu sesuai standar API 570.
trequired = ketebalan yang didapatkan, dalam inci (milimeter), pada lokasi atau komponen yang
sama dengan pengukuran aktual yang dihitung dengan rumus desain (misalnya tekanan dan
struktural) sebelum kelonggaran korosi dan toleransi pabrikan ditambahkan.
(API 570, 2009)
Ketebalan dinding minimum yang disyaratkan untuk memeriksa perpipaan harus lebih
besar dari ketebalan dinding desain tekanan yang dihitung dan ketebalan dinding minimum
struktural. Ketebalan dinding desain tekanan terkadang dihitung dengan rumus Barlow dan
terkadang dengan rumus ASME B31.3. Keduanya ditunjukkan di bawah ini.
𝑃𝐷
𝑡 = 2𝑆𝐸.............................................................(3.4)
𝑃𝐷
𝑡 = 2(𝑆𝐸+𝑃𝑌).........................................................(3.5)
Dalam rumus Barlow dan rumus ASME B31.3,
P = tekanan fluida desain dalam psig,
D = Pipa O.D. dalam inci,
S = tegangan unit yang diijinkan dari material pipa dalam psi,
E = faktor kualitas longitudinal,
Y = koefisien yang merupakan fungsi dari bahan pipa dan temperatur operasi.
Ketebalan dinding minimum struktural tersedia di API 574 Tabel 6 untuk beberapa bahan
pipa. Laju korosi jangka panjang dan laju korosi jangka pendek dihitung dari nilai ketebalan
dinding pipa yang diukur saat ini, ketebalan dinding pipa sebelumnya atau ketebalan dinding
pipa awal dan waktu antara keduanya. Sisa umur pipa dihitung sebagai perbedaan antara
ketebalan dinding pipa yang diukur saat ini dikurangi ketebalan dinding pipa minimum yang
disyaratkan dibagi dengan laju korosi. Tekanan kerja maksimum yang diijinkan untuk pipa
dihitung dari rumus:
2𝑆𝐸𝑡
𝑀𝐴𝑊𝑃 = 𝐷 ......................................................(3.6)
(API 574, 2009)

3.6 Jenis-jenis Korosi


Adapun jenis-jenis korosi adalah sebagai berikut: (Ahmad, 2006)
1. Uniform Corrosion
Ini adalah penipisan logam yang seragam tanpa serangan lokal. Korosi tidak
menembus terlalu dalam. Contoh yang paling dikenal adalah karat baja di udara.

14
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

Gambar 3.1 Uniform Corrosion (Ahmad, 2006)

2. Galvanic Corrosion
Galvanic corrosion terjadi ketika dua logam dengan potensi elektrokimia yang
berbeda atau dengan kecenderungan korosi yang berbeda berada dalam kontak logam-
ke-logam dalam elektrolit korosif.

Gambar 3.2 Galvanic Corrosion (Ahmad, 2006)

3. Dezincification
Ini adalah bentuk korosi di mana seng secara selektif diserang dalam paduan yang
mengandung seng, seperti kuningan. Ini terutama terjadi pada paduan yang
mengandung kurang dari 85% tembaga. Dezincification adalah salah satu bentuk de-
alloying. Karena fenomena ini pertama kali diamati pada kuningan di mana seng
dipisahkan dengan pelarutan dari tembaga, istilah dezifikasi masih digunakan.

15
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

Gambar 3.3 Dezincification (Ahmad, 2006)

4. Crevice Corrosion
Ini adalah bentuk korosi lokal, yang disebabkan oleh pengendapan kotoran, debu,
lumpur, dan endapan pada permukaan logam atau oleh adanya lubang, celah, dan
rongga di antara permukaan yang berdampingan. Fenomena ini membatasi
penggunaan, khususnya baja, di lingkungan laut, industri kimia dan petrokimia.

Gambar 3.4 Crevice Corrosion (Ahmad, 2006)

5. Pitting Corrosion
Ini adalah bentuk korosi lokal pada permukaan logam di mana area kecil terkorosi
secara khusus yang mengarah ke pembentukan rongga atau lubang, dan sebagian
besar permukaan tetap tidak terserang. Logam yang membentuk film pasif, seperti
aluminium dan baja, lebih rentan terhadap bentuk korosi ini. Ini adalah bentuk korosi
yang paling berbahaya. Ini menyebabkan kegagalan penetrasi dengan hanya
persentase kecil penurunan berat seluruh struktur.

16
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

Gambar 3.5 Pitting Corrosion (Ahmad, 2006)

6. Intergranular Corrosion
Ini telah didefinisikan secara umum sebagai bentuk serangan terlokalisasi pada batas
butir logam atau paduan dalam media korosif, yang mengakibatkan hilangnya
kekuatan dan keuletan. Serangan tersebar di semua batas butir yang memotong
permukaan. Korosi intergranular kurang berbahaya dibandingkan korosi stres, yang
terjadi ketika stres bekerja secara kontinyu atau siklis, dalam lingkungan korosif,
menghasilkan retakan yang sebagian besar mengikuti jalur intergranular. Serangan ini
sangat umum terjadi pada baja tahan karat, nikel dan paduan aluminium.

Gambar 3.6 Intergranular Corrosion (Ahmad, 2006)

7. Stress Corrosion Cracking


Stress Corrosion Cracking adalah kegagalan logam akibat aksi tegangan dan serangan
kimiawi. Ini adalah fenomena yang terkait dengan kombinasi tegangan tarik statis,
lingkungan, dan dalam beberapa sistem, kondisi metalurgi juga berpengaruh. Hal ini
ditandai dengan retakan halus yang berpotensi menyebabkan kegagalan komponen
struktur yang bersangkutan. Kegagalan lebih sering tiba-tiba dan tidak dapat
diprediksi yang mungkin terjadi setelah beberapa bulan atau tahun layanan yang
sebelumnya memuaskan.

17
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

8. Corrosion Fatigue
Corrosion fatigue adalah proses di mana logam patah karena kelelahan sebelum
waktunya di bawah kondisi korosi simultan dan beban siklik berulang pada tingkat
tegangan yang lebih rendah daripada yang diperlukan jika tidak ada lingkungan yang
korosif. Logam dan paduan akan retak jika tidak ada korosi jika mengalami tegangan
siklik yang tinggi selama beberapa siklus. Jumlah siklus kegagalan menurun saat stres
meningkat. Di bawah tekanan tertentu, logam akan bertahan tanpa batas. Tingkat ini
disebut sebagai 'Batas Ketahanan' material.

Gambar 3.7 Corrosion Fatigue (Ahmad, 2006)

9. Fretting Corrosion
Fretting adalah fenomena keausan yang terjadi antara dua permukaa yang mengalami
gerakan relatif siklik dengan amplitudo getaran yang sangat kecil. Fretting muncul
sebagai lubang atau alur yang dikelilingi oleh produk korosi. Kerusakan material oleh
tindakan gabungan dari fretting dan korosi disebut Fretting Corrosion. Fretting
biasanya disertai dengan korosi di lingkungan yang korosif. Itu terjadi pada bagian
yang dibaut, komponen mesin dan mesin lainnya.

Gambar 3.8 Fretting Corrosion (Ahmad, 2006)

10. Cavitation Corrosion


Cavitation Corrosion adalah bentuk korosi lokal yang dikombinasikan dengan
kerusakan mekanis, yang terjadi pada cairan yang bergerak cepat dan berupa area
atau bidang permukaan berlubang atau kasar.

18
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

BAB IV
METODOLOGI PENULISAN

4.1 Diagram Alir


Adapun diagram alir dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 4.1 Diagram Alir

4.2 Standar yang Digunakan


Dalam pengujian ini, penulis menggunakan jurnal standar ASME B31.3, API RP57 dan
API 570, yang menunjukkan bahwa pipa perlu diperiksa lebih lanjut, dan menggunakan
Ultrasonic Thickness Meter AR850 Smart Sensors. Alasan dipilihnya standar ini karena
pengukuran dilakukan secara onstream sehingga diperlukan pengujian yang tidak merusak dan
cepat untuk dilakukan.

Gambar 4.2 Alat UTM AR850 Smart Sensors


19
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

4.3 Metode Penelitian


Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah studi
literatur, pengamatan lapangan, dan pengujian tanpa merusak. Metode ini dilakukan dengan
menyelidiki dan memahami buku, jurnal seperti ASME B31.3, API RP 574, API 570, atau
sumber tertulis lainnya yang mendukung dan meningkatkan analisis yang diperlukan untuk
penyelidikan. Kondisi sebenarnya dari pipa ditentukan dengan inspeksi visual diikuti dengan
ultrasonic testing. Setelah mendapatkan data yang dibutuhkan, kami melakukan analisis data
menggunakan buku dan jurnal seperti ASME B31.3, API RP 574, API 570, dan buku-buku lain
yang mendukung analisis.

4.4 Prosedur Penelitian


Adapun prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini ada lah sebagai berikut:
A. Persiapan penelitian
1. Penentuan dan pengajuan topik penelitian
Mendefinisikan topik adalah langkah pertama dalam penelitian. Topik yang
diajukan dalam penelitian ini berasal dari diskusi penulis dengan pengelola
lapangan berdasarkan permasalahan yang dihadapi di sektor industri, kemudian
penulis berusaha untuk membentuk judul dan topik penelitian. Topik ini kemudian
diusulkan oleh penulis kepada dosen pembimbing dan pembimbing Lapangan, lalu
dilanjutkan dengan pembuatan rancangan penelitian dalam bentuk laporan.
2. Penyusunan rancangan penelitian
Rancangan penelitian dibuat dengan membuat draft laporan pada bagian
pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan
masalah. Proses selanjutnya akan dilanjutkan dengan materi penelitian, termasuk
gambaran umum perusahaan dan deskripsi pekerjaan khusus untuk topik yang
diusulkan. Metode penelitian menggambarkan serangkaian proses dari melakukan
survei hingga membuat laporan.
3. Bimbingan
Bimbingan dilaksanakan dengan pembimbing lapangan serta dosen pembimbing
guna membahas mengenai penelitian yang dilakukan.
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Pengumpulan sumber
Pengumpulan sumber berupa jurnal, standar, dan buku yang menunjang kegiatan
penelitian yang dilakukan dengan cara studi literatur dan konsultasi dengan fungsi
maintenance, planning, and services Integrated Terminal Balongan
2. Pembatasan dan perumusan masalah yang akan diteliti
Pembatasan dan perumusan masalah dilakukan dengan cara survey ke lapangan
dan diskusi dengan pembimbing lapangan
3. Penentuan tujuan dan manfaat penelitian
Penentuan tujuan dan manfaat penelitian didapatkan dengan menjawab tujuan
masalah
4. Penyusunan laporan penelitian
Setelah tahap-tahap sebelumnya terlaksana, dilakukan penyusunan laporan
penelitan.

20
BAB IV METODOLOGI PENULISAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Data


Berikut merupakan analisis data yang telah didapatkan
5.1.1 Data Visual
Berikut disajikan data visual yang didapat dari lapangan dengan cara pengambilan
menggunakan kamera yang telah diizinkan pihak keamanan perusahaan.

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 5.1 Data visual pipa pemadam kebakaran (a) flange (b) elbow (c) T-Junction (d)
upper surface

5.1.2 Hasil Pengukuran


Pengukuran dilakukan dengan alat pengukur ketebalan ultrasonik. Dari hasil pengukuran
diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 5.1 Hasil pengukuran ketebalan Pipa


Arah (Pukul) Tebal (mm)
9.0
6 8.5
8.4
8.5
9 8.6
8.5
8.4
12 8.9
8.3
8.4
3 8.8
8.5

21
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

5.1.3 Pengolahan Data


Pengolahan data diawali dengan merata-rata hasil pengukuran ketebalan yang ada untuk
mendapatkan nilai tactual. Perhitungannya disajikan sebagai berikut.
9.0 + 8.5 + 8.4 + 8.5 + 8.6 + 8.5 + 8.4 + 8.9 + 8.3 + 8.4 + 8.8 + 8.5
𝑡𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 =
12
𝑡𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 = 8.567 𝑚𝑚
Selanjutnya dilanjutkan dengan perhitungan tebal minimal dari pipa untuk melakukan kerja.
Perhitungan tebal minimal dilakukan sesuai dengan ASME B31.3, yaitu menggunakan
persamaan 3.4
𝑃𝐷
𝑡𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 =
2(𝑆𝐸𝑊 + 𝑃𝑌)
P = 2.07 MPa (Spesifikasi Pipa)
D = 329.9 mm (Spesifikasi Pipa)
S = 110 MPa (Table A-1M)
E = 1 (Table A-1B)
W = 1 (Table 302.3.5)
Y = 0.4 (Table 304.1.1)
2.07 × 105 × 0.3299
𝑡𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 =
2(1.1 × 107 × 1 × 1 + 2.07 × 105 × 0.4)
𝑡𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 = 3.023 × 10−3 𝑚
𝑡𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 = 3.023 𝑚𝑚
Kemudian, dilakukan perhitungan laju korosi mengikuti standar API 570, yaitu menggunakan
persamaan 3.1
𝑡𝑖𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 − 𝑡𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐶𝑜𝑟𝑟𝑜𝑠𝑖𝑜𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑒 (𝐿𝑇) =
𝑡𝑖𝑚𝑒 (𝑦𝑒𝑎𝑟𝑠) 𝑏𝑒𝑡𝑤𝑒𝑒𝑛 𝑡𝑖𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 𝑎𝑛𝑑 𝑡𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙
Nilai ketebalan awal dari pipa adalah 10.3 mm dan pipa dipasang dari tahun 1994, sehingga
usianya adalah 28 tahun. Sehingga perhitungannya adalah sebagai berikut.
10.3 − 8.567
𝐶𝑜𝑟𝑟𝑜𝑠𝑖𝑜𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑒 (𝐿𝑇) =
28
𝐶𝑜𝑟𝑟𝑜𝑠𝑖𝑜𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑒 (𝐿𝑇) = 0.062 𝑚𝑚/𝑦𝑒𝑎𝑟
Setelah itu, dilakukan perhitungan sisa usia pakai dari pipa sesuai dengan standar API 570,
yaitu dengan persamaan 3.3
𝑡𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 − 𝑡𝑟𝑒𝑞𝑢𝑖𝑟𝑒𝑑
𝑅𝑒𝑚𝑎𝑖𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑙𝑖𝑓𝑒 (𝑦𝑒𝑎𝑟𝑠) =
𝑐𝑜𝑟𝑟𝑜𝑠𝑖𝑜𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑒 [𝑖𝑛𝑐ℎ (𝑚𝑚) 𝑝𝑒𝑟 𝑦𝑒𝑎𝑟]
Berdasarkan data yang telah diperoleh, perhitungannya adalah sebagai berikut.
8.567 − 3.023
𝑅𝑒𝑚𝑎𝑖𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑙𝑖𝑓𝑒 (𝑦𝑒𝑎𝑟𝑠) =
0.062
𝑅𝑒𝑚𝑎𝑖𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑙𝑖𝑓𝑒 (𝑦𝑒𝑎𝑟𝑠) = 89.559 𝑦𝑒𝑎𝑟

5.2 Pembahasan
Sistem pemadam kebakaran di Integrated Terminal Balongan dioperasikan secara
manual oleh operator lapangan karena belum bisa berjalan menggunakan sistem automatisasi.
Jika terjadi kebakaran pada tangki timbun, maka operator akan menyalakan water sprinkle serta
foam chamber yang terletak pada tangki yang terbakar. Selain itu water sprinkler pada tangki
sekitar juga dinyalakan untuk menurunkan temperatur agar tidak terjadi auto-ignition
(temperatur dimana zat akan terbakar sendirinya tanpa adanya percikan api). Selain
menggunakan aksesoris pada tangki, pemadaman juga dilakukan dengan menggunakan mobil
pemadam,dan fire hydrant. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan oleh HSSE,
kebutuhan air untuk operasi pemadaman tangki sebesar 3,912.61 kl dan total kebutuhan foam
22
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

untuk operasi pemadaman sebesar 13.1259 KL. Pipa PMK berfungsi untuk mengalirkan air dari
kolam menuju tangki untuk water sprinkler dan hydrant.
Pada awal pemasangan sistem PMK, warna coating pada pipa adalah merah terang untuk
membedakan antara pipa PMK dan pipa produk. Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan, didapatkan bahwa kondisi coating dari pipa PMK terlihat sudah kusam dan pudar,
bahkan pada beberapa bagian sudah terkelupas akibat lingkungan (terkena aliran hujan). Selain
itu, dapat dilihat juga pada titik tertentu sudah mengalami pengkaratan seperti yang ditunjukkan
oleh Gambar 5.1(d). Pada bagian sambungan flange seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 5.1
(a) terlihat lebih terkorosi daripada bagian yang lain. Berdasarkan ciri-ciri yang terlihat, korosi
yang menyerang flange adalah korosi celah atau korosi galvanis. Korosi galvanik terjadi karena
ada beberapa material berbeda (baut, pipa yang disambungkan) yang kontak satu dengan
lainnya. Seperti yang telah dijelaskan pada bab tinjauan pustaka, korosi galvanik terjadi ketika
terdapat dua atau lebih logam dengan potensi elektrokimia yang berbeda atau dengan
kecenderungan korosi yang berbeda berada dalam kontak logam-ke-logam dalam elektrolit
korosif. Kemudian, korosi celah karena terdapat celah pada sambungan flange, celah tersebut
dapt menjadi tempat pengendapan kotoran, debu, lumpur, dan endapan pada permukaan logam.
Pada Gambar 5.1 (b) ditunjukkan gambar elbow dari pipa PMK. Pada bagian ini, rentan terjadi
korosi erosi karena turbulensi. Namun, setelah diamati dan diukur ketebalannya, tidak terjadi
pengurangan secara signifikan. Pada Gambar 5.1 (c) ditemukan korosi di bagian luar T-jucntion
yang merupakan bagian penyambung pipa dilas, yang dapat menyebabkan korosi galvanis.
Disamping itu, pada pipa PMK ini tidak terlihat segala jenis deformasi. Pipa ini sudah terpasang
selama 28 tahun, sehingga terbilang wajar jika kondisi pipa PMK ini secara visual sudah kurang
baik.
Analsis ketebalan dari pipa juga dilakukan untuk menunjukkan apakah pipa masih layak
digunakan atau harus diganti. Perhitungan ketebalan ini menggunakan standar ASME B31.3.
Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa ketebalan minimum dari pipa adalah 3.023 mm dan
hasil pengukuran ketebalan rata-rata di lapangan adalah 8.567 mm. Dengan demikian, pipa
masih layak digunakan karena tebal yang diukur di lapangan lebih dari tebal minimum menurut
standard.
Setelah itu, dilakukan analisis laju korosi yang terjadi pada pipa PMK. Dari hasil
perhitungan yang telah dilakukan mengikuti standar API 570, ditemukan bahwa laju korosi
pada pipa sebesar 0.062 𝑚𝑚/𝑦𝑒𝑎𝑟. Dengan demikian, laju korosi pada pipa PMK ini tergolong
Excellent berdasarkan Tabel 3.3. Hal ini terjadi karena air yang tersimpan dalam sistem PMK
terdiri dari air payau dan air hujan. Air payau diperoleh dari galian sumur. Air hujan dapat
menurunkan kadar garam dari air. Akibatnya, hal ini yang menyebabkan lajur korosi pada pipa
PMK terkait rendah.
Setelah didapatkan perhitungan laju korosi pipa, dilakukan perhitungan sisa usia pakai
(remaining life) dari pipa. Berdasarkan perhitungan menggunakan API 574 sisa usia pakai dari
pipa PMK adalah 89.559 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛. Dari angka tersebut dapat disimpulkan bahwa pipa masih
dapat digunakan dalam jangka waktu lama sampai melewati batas minimal ketebalan yang telah
dihitung. Namun, tetap diperlukan inspeksi secara berkala agar dapat mengetahui jika ada
perubahan laju korosi dan remaining life pipa terkait.

23
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

24
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian di Integrated Terminal Balongan didapatkan kesimpulan
yaitu tingkat korosifitas dari pipa pemadam kebakaran di Integrated Terminal Balongan
tergolong rendah yaitu sebesar 0.062 mm per year dan sisa usia pakai dari pipa pemadam
kebakaran adalah 89.559 tahun yang berarti masih aman digunakan untuk waktu yang lama

6.2 Rekomendasi
Berikut merupakan rekomendasi yang disarankan setelah melakukan penelitian di
Integrated Terminal Balongan:
1. Melakukan inspeksi pipa pemadam kebakaran secara berkala agar dapat ditemukan
lebih dini defect maupun korosi sehingga dapat mencegah terjadinya kegagalan.
2. Melihat kondisi coating pipa existing tidak cukup baik, peneliti merekomendasikan
untuk melakukan coating ulang pada pipa pemadam kebakaran agar mengurangi korosi
dari lingkungan luar (air hujan, kelembapan).
3. Dikarenakan kondisi beberapa flange lebih terkorosi dibanding bagian yang lain,
peneliti merekomendasikan melakukan pemeriksaan pada flange dan gasket untuk
memastikan terpasang benar dan rapat.

25
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

26
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Y. K. (2015). Analisa Laju Korosi pada Pelat Baja Karbon dengan Variasi Ketebalan
Coating. Jurnal Teknik ITS, 4(1), G1-G5.
Ahmad, Z. (2006). Principle of Corrosion Engineering and Corrosion Control. Oxford:
Elsevier.
Amiral Aziz, A. N. (2021). OPTIMATION OF FIRE EXTINGUISHMENT SYSTEMS IN X
STATION CENTER OF CRUDE OIL AND GAS STORAGE. M.I.P.I, 15(1), 16-27.
Anwar, M. J., & Widodo, E. (2017). Karakterisasi Laju Korosi Baja ST 40 Berlapis Polyester
Putty dalam Lingkungan Air Payau . R.E.M Jurnal, 69-76.
API 570. (2009). Piping Inspection Code: In-service Inspection, Rating, Repair, and Alteration
of Piping Systems (3rd ed.). New York: American Piping Institute.
API 574. (2009). Inspection Practices for Piping System Components (3rd ed.). New York:
American Piping Institute.
Casey C. Grant, P. (2008). Chapter 4.9 Fire Protection and Prevention, Standard Handbook of
Plant Engineering third Edition. New York: The McGraw-Hill Companies.
Fontana, M. (1974). Corrosion Engineering. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
International, A. (1990). Standard Specification for Pipe, Steel, Black and Hot-Dipped, Zinc-
Coated, Welded and Seamless. United States: ASTM International.
Leonard, J. (2014). Analisis Perubahan Laju Korosi dan Kekerasan pada Pipa Baja ASTM A53
Akibat Tegangan dalam Dengan Metode C Ring. Jurnal Energi dan Manufaktur , 119-
224.
M.K, S. N., & Misbah, M. N. (2012). Analisis Pengaruh Salinitas dan Suhu Air Laut Terhadap
Laju Korosi Baja A36 pada Pengelasan SMAW. JURNAL TEKNIK ITS, 75-77.
Wibowo, D. A., & Ghofur, A. (2021). PENGARUH KADAR SALINITAS AIR TERHADAP
LAJU KOROSI BAJA ST 60. Rotary, 145-158.

xxvii
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xxviii
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

LAMPIRAN

Dokumentasi pipa

xxix
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

Dokumentasi pengukuran ketebalan pipa

xxx
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL FI-ITS

Dokumentasi Kegiatan Kerja Praktek

xxxi
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

Struktur Organisasi IT Balongan

xxxii
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL FI-ITS

Table A-1M ASME B31.3

xxxiii
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

xxxiv
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL FI-ITS

Table A-1B ASME B31.3

xxxv
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

Table 302.3.5 ASME B31.3

xxxvi
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL FI-ITS

Table 304.1.1 ASME B31.3

xxxvii
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

API 570

xxxviii
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL FI-ITS

xxxix
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

API 574

xl
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL FI-ITS

ASME B31.3

xli
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

KPM2A

xlii
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL FI-ITS

KPM5A

xliii
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

Kitir Nilai

xliv
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL FI-ITS

Form Bimbingan Kerja Praktik

xlv
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

xlvi
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL FI-ITS

xlvii
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xlviii
UCAPAN TERIMA KASIH

Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah ikut
berperan serta terhadap penelitian laporan kerja praktik ini. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan kerja praktik ini dengan baik dan lancar.
2. Orang tua dan teman-teman yang selalu mendukung, baik secara materiil maupun
nonmateriil melalui doa, motivasi, dan semangat yang tak ternilai harganya dalam
serangkaian pelaksanaan kerja praktik.
3. Bapak Rahmat Isya Ginanjar selaku Superintendent Fuel Receiving, Storage & Distribution
Integrated Terminal Balongan sekaligus pembimbing lapangan yang memberikan
kesempatan dan mengarahkan penulis selama melaksanakan kerja praktik.
4. Bapak Agus Styaat selaku Sr Supervisor Sales Services & General Affairs yang telah
mengatur keberjalanan Kerja Praktik penulis serta membantu mengarahkan penulis untuk
belajar di fungsi-fungsi yang ada di Integrated Terminal Balongan.
5. Bapak Aat Wahyu Darmawan dari Fungsi Mantenance Planning and Services yang telah
membantu, membimbing, dan menemani penulis selama berada di lapangan saat kerja
praktik
6. Bapak Abdul Azis selaku Jr Supervisor Maintenance Services yang telah membantu
keberjalanan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis selama kerja praktik.
7. Ibu Diah Susanti, ST, MT, Ph.D selaku dosen pembimbing yang selalu membantu dan
membimbing penulis dengan baik.
8. Fariza Hafizh Achly sebagai teman satu tim kerja praktik yang selalu membantu dan
menemani penulis dalam pelaksanaan kerja praktik hingga akhir.
9. Seluruh staf/pegawai Integrated Terminal Balongan yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu, yang selalu membantu dan memberikan segala kebaikan dan ilmunya kepada
penulis selama pelaksanaan kerja praktik.

xlix
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

l
BIODATA PENULIS

Penulis bernama Bintang Panji Perkasa, lahir di Batam pada


tanggal 26 Juli 2001. Penulis menempuh pendidikan dasar di
Kota Batam. Penulis menempuh pendidikan lanjut di Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya melalui jalur
SBMPTN, dan sekarang penulis merupakan mahasiswa tahun
kedua di Departemen Teknik Material dan Metalurgi. Penulis
telah mengikuti berbagai kepanitiaan dan organisasi, baik di
dalam maupun di luar kampus, seperti menjadi staff departemen
hubungan luar KPMKR Surabaya, Staff Silver Paper
Competition Silver Parade VII, dan Wakil Ketua ISOMETRIC
2021. Saat ini penulis sedang menjabat sebagai wakil kepala
department di Scientific and Proffesionnal Competencies
Himpunan Teknik Material dan Metalurgi ITS dan Koordinator
Grader Metalurgi.

No. HP : +62 859 5459 7600


Email : bintangpanjiperkasamamet@gmail.com

li

Anda mungkin juga menyukai