Anda di halaman 1dari 58

KERJA PRAKTIK − TL184731

ANALISIS REMAINING LIFE TRUNKLINE 6-INCH SP SELE


MENGGUNAKAN METODE ULTRASONIC TEST PADA PT
PERTAMINA EP PAPUA FIELD

MUHAMMAD RAFLY RAMADHANI


NRP. 02511940000050

Dosen Pembimbing
Sutarsis, S.T., M.Sc., Ph.D
NIP. 197708172005011001

Pembimbing Lapangan
Armando Hasan

Program Studi Sarjana Teknik Material


Departemen Teknik Material dan Metalurgi
Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2022
Halaman ini tidak usah diprint, tapi jangan dihapus, dihapus
tulisannya aja, pembatas antara isi sama cover, biar tetap
ganjil genap

[INSTRUKSI]

PENCET CTRL +SHIFT +*

Centang “navigation pane, grid lines, ruler” di tab “View”

“Halaman sengaja dikosongkan” hanya ditambahkan jika bab


tsb berakhir pada halaman ganjil, agar bab selanjutnya mulai
dari halaman ganjil

Header footer otomatis mengikuti asalkan “section


breaknya” gak di utek utek
“page break” nya gpp diutek utek tapi

Perhatikan nilai indent dan spacing tiap tiap bab sub bab dll,
first line dan hanging indent nya (ini ngikutin multilevel list
numbering)

Contoh caption juga, huruf kapital nya jg bagaimana, bold,


italicnya, before after gambar dan tabel juga ya

Contoh rumus juga, gausah dikotakin, titik2 sifatnya optional


(langsung pake heading “persamaan” tinggal di pencet tab
sebelum dan sesudah ngetik persamaannya)

Daftar isi daftar gambar daftar tabel, nanti auto ngikutin


multilevel list numbring nya, gausah bikin caption “gambar
2.”, cukup pake yg “gambar” dan “tabel”

Sub bab untuk bab 2 dan 3 sesuai dengan dosen pembimbing


masing-masing ya, konten kata pengantar dan format abstrak
juga
KERJA PRAKTIK − TL184731

ANALISIS REMAINING LIFE TRUNKLINE 6-INCH SP SELE


MENGGUNAKAN METODE ULTRASONIC TEST PADA PT
PERTAMINA EP PAPUA FIELD

MUHAMMAD RAFLY RAMADHANI


NRP. 02511940000050

Dosen Pembimbing
Sutarsis, ST., M.SC., Ph.D
NIP. 197708172005011001

Pembimbing Lapangan
Armando Hasan

Program Studi Sarjana Teknik Material


Departemen Teknik Material dan Metalurgi
Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2022

i
1 (25 kali enter, spasi 1)
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

ii
ON JOB TRAINING − TL184731

ANALYSIS OF REMAINING LIFE TRUNKLINE 6-INCH SP


SELE USING ULTRASONIC TEST METHOD AT PT
PERTAMINA EP PAPUA FIELD

MUHAMMAD RAFLY RAMADHANI


NRP. 02511940000050

Advisor
Sutarsis, ST., M.SC., Ph.D
NIP. 197708172005011001

Field Supervisor
Armando Hasan

Undergraduate Study Program of Materials Engineering


Departement of Materials and Metallurgical Engineering
Faculty of Industrial Technology and Systems Engineering
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2022

iii
1 (25 kali enter, spasi 1)
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
(This page is intentionally blank)

iv
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS REMAINING LIFE TRUNKLINE 6-INCH SP SELE MENGGUNAKAN


METODE ULTRASONIC TEST PADA PT PERTAMINA EP PAPUA FIELD

KERJA PRAKTIK
Diajukan untuk memenuhi salah satu prasyarat
akademik mata kuliah Kerja Praktik pada
Program Studi S-1 Teknik Material
Departemen Teknik Material dan Metalurgi
Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Oleh : MUHAMMAD RAFLY RAMADHANI


NRP. 02511940000050

Disetujui oleh Tim Penelaah Laporan Kerja Praktik :

Dosen Pembimbing Kerja Praktik Pembimbing Lapangan

Sutarsis, ST., M.SC., Ph.D Armando Hasan


NIP. 197708172005011001

Koordinator Kerja Praktik

Dr. Eng. Hosta Ardhyananta,S.T., M.Sc.


NIP. 198012072005011004

SURABAYA
Oktober, 2022

v
1 (25 kali enter, spasi 1)
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

vi
APPROVAL SHEET

ANALYSIS OF REMAINING LIFE TRUNKLINE 6-INCH SP SELE USING


ULTRASONIC TEST METHOD AT PT PERTAMINA EP PAPUA FIELD

ON JOB TRAINING
Submitted to fulfill one of the academic requirements
for obtaining On Job Training course at
Undergraduate Study Program of Materials Engineering
Departement of Materials and Metallurgical Engineering
Faculty of Industrial Technology and Systems Engineering
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

By : MUHAMMAD RAFLY RAMADHANI


NRP. 02511940000050

Approved by On Job Training Examiner Team :

Advisor Field Supervisor

Sutarsis, ST., M.SC., Ph.D Armando Hasan


NIP. 197708172005011001

Coordinator

Dr. Eng. Hosta Ardhyananta,S.T., M.Sc.


NIP. 198012072005011004

SURABAYA
October, 2022

vii
1 (25 kali enter, spasi 1)
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
(This page is intentionally blank)

viii
PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama mahasiswa/NRP : Muhammad Rafly Ramadhani/02511940000050


Departemen : Teknik Material dan Metalurgi
Dosen Pembimbing/NIP : Sutarsis, ST., M.SC., Ph.D/197708172005011001

Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Kerja Praktik dengan judul “ANALISIS REMAINING
LIFE TRUNKLINE 6-INCH SP SELE MENGGUNAKAN METODE ULTRASONIC TEST
PADA PT PERTAMINA EP PAPUA FIELD” adalah hasil karya sendiri, bersifat orisinal, dan
ditulis dengan mengikuti kaidah penulisan ilmiah.

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.

Surabaya, 17 Oktober 2022


Mengetahui
Dosen Pembimbing Mahasiswa

Sutarsis, ST., M.SC., Ph.D (Muhammad Rafly Ramadhani)


NIP. 197708172005011001 NRP. 02511940000050

ix
1 (25 kali enter, spasi 1)
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

x
STATEMENT OF ORIGINALITY

The undersigned below:

Name of student/NRP : Muhammad Rafly Ramadhani/02511940000050


Departement : Materials and Metallurgicals Engineering
Advisor/NIP : Sutarsis, ST., M.SC., Ph.D/197708172005011001

Hereby declare that on job training report with the title of “ANALYSIS OF REMAINING LIFE
TRUNKLINE 6-INCH SP SELE USING ULTRASONIC TEST METHOD AT PT
PERTAMINA EP PAPUA FIELD” is the result of my own work, is original, and is written by
following the rules of scientific writing..

If in the future there is a discrepancy with this statement, then I am willing to accept sanctions
in accordance with the provisions that apply at Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Surabaya, 17 Oktober 2022


Acknowledged
Advisor Student

(Sutarsis, ST., M.SC., Ph.D) (Muhammad Rafly Ramadhani)


NIP. 197708172005011001 NRP. 02511940000050

xi
1 (25 kali enter, spasi 1)
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
(This page is intentionally blank)

xii
ANALISIS REMAINING LIFE TRUNKLINE 6-INCH SP SELE MENGGUNAKAN
METODE ULTRASONIC TEST PADA PT PERTAMINA EP PAPUA FIELD

Nama Mahasiswa / NRP : Muhammad Rafly Ramadhani / 02511940000050


Departemen : Teknik Material dan Metalurgi FTIRS-ITS
Dosen Pembimbing : Sutarsis, ST., M.SC., Ph.D

Abstrak
Permasalahan yang selalu terjadi pada produksi migas (minyak dan gas) yaitu kerusakan
mesin akibat adanya korosi secara internal maupun eksternal. Fenomena ini dapat menghambat
proses produksi sehingga perusahaan mengalami kerugian dalam jumlah besar. Oleh karena itu,
penting untuk mendeteksi kerusakan pada bagian mesin. Metode inspeksi yang dapat dilakukan
yaitu Non Destructive Ultrasonic Test yang merupakan pengujian dengan getaran ultrasonic
tanpa merusak struktural mesin. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan yaitu untuk mengetahui
remaining life dari trunkline 6-inch SP Sele. Proses penelitian diawali dengan studi literatur,
kemudian melakukan inspeksi secara visual dan Ultrasonic Test serta pengambilan data.
Setelah itu, menganalisis hasil data inspeksi seperti perhitungan corrosion rate dan remaining
life. Berdasarkan inspeksi visual, bagian trunkline ada yang mengalami korosi general, pipa
laydown, bocor, dan coating buruk. Selain itu, diperoleh pula hasil Ultrasonic Test dan
perhitungan corrosion rate serta remaining life-nya. Pada trunkline, didapatkan besar corrosion
rate yaitu 0.09 mm/tahun dan remaining life selama 12.83 tahun.

Kata Kunci: Corrosion, Remaining Life, Trunkline, Ultrasonic Test

xiii
1 (25 kali enter, spasi 1)
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xiv
ANALYSIS OF REMAINING LIFE TRUNKLINE 6-INCH SP SELE USING
ULTRASONIC TEST METHOD AT PT PERTAMINA EP PAPUA FIELD

Student Name / NRP : Muhammad Rafly Ramadhani / 02511940000050


Departement : Teknik Material dan Metalurgi FTIRS-ITS
Advisor : Sutarsis, ST., M.SC., Ph.D

Abstract
The problem that always occurs in oil and gas production (oil and gas) is engine damage
due to internal and external corrosion. This phenomenon can hamper the production process so
that the company suffers large losses. Therefore, it is important to detect damage to engine
parts. The inspection method that can be carried out is the Non Destructive Ultrasonic Test
which is a test with ultrasonic vibrations without damaging the engine structure. This research
was conducted with the aim of knowing the remaining life of the 6-inch SP Sele trunkline. The
research process begins with a literature study, then performs a visual inspection and Ultrasonic
Test as well as data collection. After that, analyze the results of inspection data such as
calculation of corrosion rate and remaining life. Based on visual inspection, some parts of the
trunkline are experiencing general corrosion, pipe laydown, leaks, and bad coating. In addition,
the results of the Ultrasonic Test and calculation of the corrosion rate and remaining life were
also obtained. On the trunkline, the corrosion rate is 0.09 mm/year and the remaining life is
12.83 years.

Keywords: Corrosion, Remaining Life, Trunkline, Ultrasonic Test

xv
1 (25 kali enter, spasi 1)
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
(This page is intentionally blank)

xvi
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................................................... i
Title Page ..................................................................................................................................iii
Abstrak ...................................................................................................................................xiii
Abstract ................................................................................................................................... xv
DAFTAR ISI .........................................................................................................................xvii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. xix
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. xxi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah ....................................................................................................... 2
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 2
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................................... 2
BAB II PROFIL UMUM PERUSAHAAN............................................................................. 3
2.1 Pengenalan Perusahaan............................................................................................. 3
2.1.1 Lapangan Klamono............................................................................................. 3
2.1.2 Lapangan Salawati-Sabaku................................................................................. 3
2.1.3 Lapangan Sele-Linda .......................................................................................... 4
2.2 Produk....................................................................................................................... 4
2.3 Struktur Organisasi ................................................................................................... 4
2.4 Fasilitas ..................................................................................................................... 5
BAB III tinjauan pustaka ........................................................................................................ 7
3.1 Trunkline .................................................................................................................. 7
3.2 Non-Destructive Test ................................................................................................ 7
3.3 Ultrasonic Test .......................................................................................................... 7
3.4 Korosi ....................................................................................................................... 8
3.5 Laju Korosi ............................................................................................................. 10
3.6 Remaining Life ....................................................................................................... 10
BAB IV .................................................................................................................................... 13
METODOLOGI PENULISAN ............................................................................................. 13
4.1 Diagram Alir .......................................................................................................... 13
4.2 Alat dan Bahan Penelitian ..................................................................................... 13
4.3 Metode Penelitian .................................................................................................. 14
4.4 Prosedur Penelitian ................................................................................................ 14
BAB V ...................................................................................................................................... 15
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 15
5.1 Analisis Data ......................................................................................................... 15
5.1.1 Inspeksi Visual Trunkline 6-inch SP Sele ........................................................ 15
5.1.2 Ultrasonic Test Trunkline 6-inch SP Sele ........................................................ 18
5.1.3 Perhitungan ....................................................................................................... 20
5.2 Pembahasan ........................................................................................................... 21
BAB VI .................................................................................................................................... 25
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .............................................................................. 25
6.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 25
6.2 Rekomendasi ......................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................xxiii
LAMPIRAN ......................................................................................................................... xxiv
LAMPIRAN 1. PENILAIAN KERJA PRAKTIK (KPM2A)........................................... xxv

xvii
LAMPIRAN 2. PENILAIAN UJIAN LISAN KERJA PRAKTIK (KPM5A) .............. xxvii
LAMPIRAN 3. KITIR NILAI .......................................................................................... xxvii
LAMPIRAN 4. FORMULIR BIMBINGAN KERJA PRAKTIK ................................ xxviii
UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................................... xxix
BIODATA PENULIS........................................................................................................... xxx

xviii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Logo Pertamina EP .............................................................................................. 3


Gambar 2. 2 Struktur Organisasi............................................................................................... 4
Gambar 2. 3 PLTMG Klamono ................................................................................................ 5
Gambar 2. 4 Tangki .................................................................................................................. 5
Gambar 2. 5 Separator .............................................................................................................. 5
Gambar 3. 1 Pengujian Ultrasonik ............................................................................................ 8
Gambar 3. 2 Korosi Seragam pada Pipa Ballast ....................................................................... 9
Gambar 4. 1 Diagram Alir Penelitian ..................................................................................... 13

xix
(25 kali enter, spasi 1)

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xx
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Jenis NDT ................................................................................................................. 7


Tabel 3. 2 Tingkat ketahanan korosi berdasarkan Laju Korosi ............................................... 10
Tabel 5. 1 Inspeksi Visual Trunkline ....................................................................................... 15
Tabel 5. 2 Ultrasonic Test Trunkline ....................................................................................... 18

xxi
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xxii
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

1BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT Pertamina EP (Exploration Production) merupakan perusahaan eksplorasi dan
produksi migas kelas dunia yang turut berperan dalam perkembangan industri. Dalam proses
produksi migas, tentu tidak terlepas dari permasalahan seperti kerusakan mesin sehingga dapat
menghambat proses produksi, menurunkan hasil produksi, dan membuat perusahaan
mengalami kerugian yang tidak sedikit secara finansial (Gatra et.al, 2018). Korosi merupakan
salah satu masalah umum yang dihadapi industri migas. Jaringan perpipaan di industri minyak
bumi sangat rawan terhadap serangan masalah korosi, baik korosi eksternal di permukaan luar
pipa yang disebabkan oleh kandungan zat asam pada udara atau di dalam tanah, maupun korosi
internal bagian dalam pipa yang disebabkan oleh kandungan miyak bumi berupa air, karbon
dioksida (CO2) dan hidrogen sulfida (H2S) (Dampang et al., 2019). Menurut Koteeswaran
(2010), keberadaan gas CO2 dan H2S menyebabkan korosi yang dapat mengakibatkan
kerusakan dan berakibat fatal di industri gas bumi sejak tahun 1940 karena masa guna dari pipa-
pipa ini lebih pendek dari yang diharapkan. Sedangkan ion-ion yang larut dalam air seperti
kalsium, karbonat, dan sulfat dapat membentuk kerak (scale). Keberadaan kerak ini dapat
menyebabkan pressure drop karena terjadi penyempitan pada sistem perpipaan, tubing, dan
casing sehingga dapat menurunkan produksi. Masalah korosi menyebabkan kerugian yang
tidak sedikit secara finansial. Secara umum, biaya yang ditimbulkan oleh korosi dapat mencapai
1-5% dari Gross National Product, yang meliputi bidang-bidang: utilitas 34,7%, transportasi
21,5%, infrastruktur 16,4%, produk dan manufaktur 12,8% (Dampang et al., 2019). Salah satu
solusi yang dapat dilakukan agar mengurangi kerugian perusahaan akibat kerusakan pada
bagian mesin atau fasilitas produksi seperti korosi adalah mengetahui perkiraan sisa umur pakai
(Remaining life) sehingga dapat menjadwalkan inspeksi dan pemeliharaan tanpa mematikan
instalasi. Perhitungan remaining life dapat diperoleh melalui metode pengujian inspeksi.
Keuntungan remaining life assessment adalah penghematan biaya, peningkatan keselamatan
operasional, penghindaran inspeksi dini yang tidak perlu, dan menghindari kegagalan
komponen karena penundaan dimulainya inspeksi. Metode pengujian inspeksi terdiri dari dua
jenis, yaitu metode destructive (merusak) dan non-destructive (tidak merusak). Metode
destructive mungkin tidak dapat digunakan untuk menginspeksi bagian-bagian mesin karena
dapat menyebabkan kerusakan struktural sehingga dampak yang ditimbulkan akan lebih besar.
Dengan demikian, metode yang dapat digunakan yaitu non-destructive, dimana dapat menguji
suatu bagian agar mengetahui kekurangannya tanpa mempengaruhi sifat fisik dan tidak
menyebabkan kerusakan struktural pada mesin (Lohith, 2014). Metode NDT memiliki beberapa
jenis metode, yaitu liquid penetration test, eddy current test, magnetic particle test, x-ray and
gamma ray radiography test, dan ultrasonic test. Diantara jenis metode NDT tersebut,
ultrasonic test adalah salah satu pengujian yang sering dilakukan PT Pertamina EP Zona 14
dalam melakukan inspeksi instalasi karena kelebihannya yaitu dapat melakukan pemeriksaan
dari satu sisi, peralatannya portabel dan tingkat scanning dengan kecepatan tinggi, dapat
mendeteksi dan menentukan letak serta ukuran internal discontinuities pada material logam dan
non-logam, tidak akan menimbulkan terjadinya bahaya radiasi, dan dapat memeriksa benda
yang panjang dan tebal. Uji ultrasonik merupakan pengujian NDT menggunakan getaran
ultrasonik untuk memeriksa jaringan perpipaan selama proses manufaktur pipa minyak dan gas
(Alobaidi, 2015). Saat ini, ultrasonic test digunakan secara luas dalam situasi dimana pipa atau
tabung tidak dapat diakses, misalnya pipa yang dikubur di dalam tanah, terbungkus atau
ditinggikan di atas tanah (Dwivedia, 2018). Oleh karena itu, pada laporan ini dilakukan analisa

1
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

remaining life trunkline 6-inch SP Sele pada PT Pertamina EP Zona 14 dengan menggunakan
ultrasonik non-destructive test.

1.2 Perumusan Masalah


Adapun permasalahan pada kegiatan ini adalah:
1. Bagaimana mengetahui remaining life dari trunkline 6-inch SP Sele?

1.3 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah pada kegiatan ini adalah :
1. Data yang dipergunakan adalah data dari Fungsi Well, Production, and Project
Pertamina EP Zona 14.
2. Report Non-Destructive Test (NDT) yang dianalisis adalah bagian dari trunkline 6-inch
SP Sele.

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun permasalahan pada kegiatan ini adalah:
1. Mengetahui remaining life dari trunkline 6-inch SP Sele.

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari kegiatan ini adalah :
1. Bagi Mahasiswa yaitu dapat mengenal dan beradaptasi dengan lingkungan kerja,
mengetahui proses bisnis dan produksi yang dilakukan Pertamina EP, serta mampu
menerapkan ilmu yang didapat selama perkuliahan pada bidang industri terkait.

2
BAB I PENDAHULUAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

2BAB II
PROFIL UMUM PERUSAHAAN

2.1 Pengenalan Perusahaan


PT Pertamina EP (Exploration and Production) adalah perusahaan yang bergerak di
kegiatan usaha di sektor hulu dalam bidang minyak dan gas bumi, meliputi eksplorasi dan
eksploitasi. PT Pertamina EP didirikan pada 13 September 2005. Wilayah Kerja PT Pertamina
EP adalah Wilayah Kerja yang dahulu dikelola sendiri oleh PT Pertamina (Persero) dan
Wilayah Kerja yang dikelola PT Pertamina (Persero) melalui TAC (Technical Assistance
Contract) dan JOB EOR (Joint Operating Body Enhanced Oil Recovery).

Gambar 2. 1 Logo Pertamina EP

Berikut ini merupakan wilayah kerja PT Pertamina EP beserta pembagian zona/field:


1. Asset 1: Field Rantau, Pangkalan susu, Lirik, Jambi, dan Ramba
2. Asset 2: Field Prabumulih, Pendopo, Limau, dan Adera
3. Asset 3: Field Subang, Jatibarang, dan Tambun
4. Asset 4: Field Cepu, Poleng, Papua, Donggi Matindok, dan Sukowati
5. Asset 5: Field Sangatta, Bunyu, Tanjung, Sangasanga, Tarakan
Dalam Region 4 PT Pertamina EP dibagi atas beberapa zona, salah satunya adalah Zona
14 yang terletak di Papua Field pada Kawasan Timur Indonesia dengan kantor pusat di kota
Sorong, Papua Barat. Papua Field dapat menghasilkan minyak hingga 1.100 BOPD. Zona 14
terbagi menjadi 3 wilayah kerja yaitu:
1. Lapangan Klamono
2. Lapangan Salawati-Sabaku
3. Lapangan Sele-Linda

2.1.1 Lapangan Klamono


Klamono merupakan wilayah kerja yang berlokasi di Kepala Burung Pulau Papua dan
memiliki sumur produktif terbanyak dibandingkan dengan wilayah kerja lainnya di Papua Field
sehingga menghasilkan minyak per hari dalam jumlah yang besar pula, yakni mencapai 700
BOPD atau 63,6% dari total produksi minyak PT Pertamina EP Papua Field. Jumlah sumur
produktif pada lapangan ini yaitu sebanyak 120 dari total 300 sumur. Minyak dan gas yang
didapatkan dari tiap sumur di Lapangan Klamono akan menuju Stasiun Pengumpul (SP) dan
Stasiun Pengumpul Utama (SPU), lalu menuju ke terminal sorong. Kemudian masuk ke tanker
dan diteruskan ke kilang tujuan.

2.1.2 Lapangan Salawati-Sabaku


Salawati merupakan wilayah kerja yang berlokasi di Pulau Salawati, bagian Barat Kepala
Burung Papua dengan luas sekitar 1.136,82 km2 dan pertama kali berproduksi pada tahun 1991.
Jumlah sumur produktif pada lapangan ini yaitu sebanyak 5 dari total 12 sumur. Minyak dan
gas yang ada di tiap sumur di Lapangan Salawati akan ditransfer dengan menggunakan Oil

3
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

Barge Sungai Mentaya (OBSM) dari kanal Salawati, menuju ke kilang Pertamina refinery unit
VII Kasim. Sebelumnya, minyak yang diproduksi pada Lapangan Salawati ditransfer
menggunakan kapal tongkang minyak menuju Kasim Marine Terminal (KMT). Saat ini,
produksi minyak di Lapangan Salawati menyumbang sekitar 330-360 BOPD. Proses lifting
dilakukan setiap sepuluh hari sekali dan memerlukan waktu sekitar 10 jam untuk tiap proses.

2.1.3 Lapangan Sele-Linda


Sele-Linda merupakan lapangan dengan akses yang paling sulit untuk dilalui dan
jangkauan komunikasi yang sangat terbatas. Pada 16 November 2018, Lapangan Sele-Linda
secara resmi dialih kelolakan ke PEP Asset 4 Papua Field dan mencatat peningkatan produksi
sebesar 65% menjadi 167 BOPD. Jumlah sumur produktif pada lapangan ini yaitu sebanyak 15
dari total 36 sumur. Namun, hanya 5 sumur dengan flowline langsung menuju SP Linda, sisanya
menggunakan TOS dan recover dengan vacuum truck. Proses minyak dan gas dari sumur di
Lapangan Sele akan ke Stasiun Pengumpul Sele terlebih dahulu, kemudian minyak dari SP Sele
dan sumur di Lapangan Linda bersama-sama menuju Linda Block Station, lalu diteruskan ke
kilang atau tanker.

2.2 Produk
PT Pertamina EP merupakan salah satu subholding Pertamina Hulu Energi, dimana
produk-produk yang dihasilkan berupa minyak mentah dan gas bumi. Adapun alur proses
produksi pada Pertamina EP adalah:
1. Eksplorasi minyak dan gas meliputi kegiatan studi dan survei geologi dan geofisika,
pematangan lead dan prospek, serta eksplorasi pemboran.
2. Eksploitasi minyak dan gas bumi meliputi kegiatan operasi produksi (lapangan-kilang)
baik melalui operasi sendiri maupun melalui mitra. Produk yang dihasilkan dari proses
ini berupa minyak mentah dan gas bumi.
3. Penjualan minyak dan gas bumi baik dari hasil operasi sendiri ataupun hasil kerjasama
mitra Technical Assistance Contract (TAC) dan Kerjasama Operasi (KSO). Serta dijual
ke BUMN ataupun swasta.

2.3 Struktur Organisasi


Struktur organisasi dari PT Pertamina EP adalah sebagai berikut:

Gambar 2. 2 Struktur Organisasi

4
BAB II PROFIL UMUM PERUSAHAAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

2.4 Fasilitas
PT Pertamina EP Zona 14 berkantor pusat di Perkantoran Hijau Arkadia Jakarta Selatan.
Kantor Zona 14 terdapat di Gedung Tower D lantai 11. Fasilitas kantor terdiri dari musholla,
dapur, 2 ruang meeting, dan kamar mandi. Lokasi lapangan pada zona ini yaitu Klamono,
Salawati, dan Sele-Linda. Pada Klamono terdapat PLTMG (Pembangkit Listrik Tenaga Mesin
Gas) dimana menjadi jantung penggerak operasi produksi migas di lapangan Klamono. Selain
itu, digunakan untuk menghidupkan fasilitas-fasilitas penunjang, perkantoran, penerangan jalan
hingga untuk kebutuhan listrik para pekerja yang tinggal di Klamono. Pada ketiga wilayah
kerja, terdapat separator dan tangki minyak di stasiun pengumpul, dimana separator berfungsi
untuk memisahkan minyak mentah yang masih berfase campuran minya, gas, dan ait menjadi
fase murni yang terpisah secara sendiri-sendiri. Sedangkan tangki minyak berfungsi untuk
menampung produksi minyak bumi yang diperoleh dari lapangan produksi atau setelah melalui
tahap separasi di stasiun pengumpul. Berikut merupakan visual dari fasilitas-fasilitas tersebut.

Gambar 2. 3 PLTMG Klamono

Gambar 2. 4 Tangki

Gambar 2. 5 Separator

5
BAB II PROFIL UMUM PERUSAHAAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

6
BAB II PROFIL UMUM PERUSAHAAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

3BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Trunkline
Pipa didefinisikan sebagai suatu batang silinder yang memiliki rongga yang berfungsi
untuk tempat dialirkannya fluida dari suatu titik ke beberapa titik lainnya. Fluida yang mengalir
pada pipa bermacam – macam jenisnya, mulai dari liquid, gas, dan juga solid. Sistem pipeline
merupakan suatu sistem dengan beberapa rangkaian pipa yang mengalirkan suatu fluida tanpa
mengalami kebocoran dalam jarak yang sangat jauh dan panjang. Dalam kenyataannya, sering
kali tertukar pendefinisian antara pipeline dengan piping. Perbedaan antara keduanya, yakni
pipeline mengalirkan fluida dengan jarak yang sangat jauh dan fungsinya cenderung ke arah
transmisi dan pendistribusian suatu fluida. Sementara piping terbatas beroperasi pada suatu
plant tertentu saja dan jaraknya relatif lebih pendek dibandingkan dengan pipeline.
Dari segi lokasi penempatan pipa, sistem pipeline dibagi menjadi dua jenis, yakni:
1. Onshore Pipeline, sistem perpipaan yang menditribusikan fluida dengan daerah kerjanya
di daratan.
2. Offshore Pipeline, sistem perpipaan yang menditribusikan fluida dengan daerah kerjanya
di lepas pantai atau di dalam lautan. (Pratama, 2013)
Terdapat dua jalur pada sistem perpipaan sebagai berikut:
1. Jalur Flowline yaitu jalur dari sumur menuju ke area Central Processing Plant (CPP).
2. Jalur trunkline yaitu jalur yang mengalirkan gas alam pada tekanan tinggi dari Central
Processing Plant (CPP) menuju ke sales gas. (Sugiri et al., 2016)

3.2 Non-Destructive Test


Non-Destructive Test atau biasa disebut NDT adalah teknik yang digunakan untuk
mendeteksi kerusakan pada material, baik di permukaan material ataupun di bagian internal.
Teknik ini biasa digunakan dalam menganalisis komponen struktural pada barang/material
yang akan digunakan yang bertujuan untuk mendeteksi defects dan flaw yang dapat
mengakibatkan kegagalan material/alat tersebut. Seperti pada namanya, teknik ini tidak
merusak material yang akan diinspeksi. Beberapa jenis NDT yang umum digunakan adalah
sebagai berikut.
Tabel 3. 1 Jenis NDT
Sensitivitas Ukuran
Teknik Lokasi Defect Lokasi Pengujian
Defect (mm)
Scanning Electron
Surface >0.001 Laboratorium
Microscopy (SEM)
Dye Penetrant Surface 0.025-0.25 Laboratorium/Field
Ultrasonics Subsurface >0.050 Laboratorium/Field
Optical Microscopy Surface 0.1-0.5 Laboratorium
Visual Inspection Surface >0.1 Laboratorium/Field
Accoustic Emission Surface/Subsurface >0.1 Laboratorium/Field
Radiography (X- >2% of specimen
Subsurface Laboratorium/Field
ray/Gamma ray) thickness

3.3 Ultrasonic Test


Ultrasonic Testing merupakan pengujian Non-Destructive Testing (NDT) yang
menggunakan media gelombang ultrasonik (gelombang suara) dan mempunyai frekuensi tinggi
>20KHz. Biasanya digunakan untuk mendekteksi adanya diskontinuitas, seperti cacat dalam,

7
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

cacat permukaan dan cacat dekat permukaan (subsurface) peralatan yang terbentuk dari logam
ataupun paduan (alloy). Cacat tersebut dapat berupa crack, incomplete penetration, slag
inclusion, dan lain-lainnya
Teknik ini digunakan secara luas dan lebih efektif untuk pengujian cacat dalam (internal
defect) material dibandingkan dengan teknik yang lain, seperti x-radiography dan eddy current.
Gelombang ultrasonik dihasilkan oleh transduser piezoelectric dengan frekuensi antara 0.1 ~
15 Mhz yang menembus material dan dipantulkan atau disebarkan oleh retakan (cacat) yang
ada didalam material. Propagasi sinyal pantul tersebut memberikan informasi tentang lokasi
cacat atau retakan yang ada di dalam material. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi
propagasi sinyal ultrasonik didalam material. Menurut teori propagasi akustik faktor utama
yang mempengaruhi parameter pemantulan (backscatter) sinyal ultrasonik antara lain frekuensi
dan bandwidth sinyal ultrasonic, jarak inspeksi yang dilalui, posisi dan ukuran cacat, dan
property dari material. Tingkat absorbsi material menyebabkan atenuasi dari sinyal pantul
ultrasonik. Demikian pula struktur komponen mikro dari material sangat berpengaruh terhadap
faktor kesulitan dalam pendeteksian lokasi cacat.

Gambar 3. 1 Pengujian Ultrasonik

Pengujian Ultrasonik dalam penggunaanya akan terdapat pulse berupa gelombang yang
akan muncul pada monitor. Seperti dapat terlihat pada gambar. Secara umum, pulse pada layar
monitor terdiri dari 4 bagian, yaitu:
1. Initial pulse, merupakan sinyal pulse yang pasti akan muncul pada saat awal tampilan
pengukuran yang terbaca di layar monitor
2. Defect pulse, merupakan sinyal pulse yang akan muncul sebagai indikasi adanya cacat
pada material yang diuji.
3. Backwall pulse, sinyal pulse yang menyatakan ketebalan bahan yang akan diuji
4. Noise pulse, kumpulan pulse noise yang muncul pada bahan yang akan diuji.

3.4 Korosi
Korosi merupakan proses degradasi atau kerusakan material khususnya logam yang
disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan sekitarnya, sehingga terjadi penurunaan kualitas.
Dua mekanisme utama dari korosi adalah reaksi kimia secara langsung dan reaksi elektrokimia.
Korosi dapat terjadi di lingkungan kering dan lingkungan basah. Hasil dari proses kerusakan
berupa produk korosi misalnya oksida logam, kerusakan permukaan logam secara morfologi,
perubahaan sifat mekanik dan sifat kimia (Sidiq, 2013). Korosi tidak dapat dicegah atau
dihentikan, namun dapat diminimalisir atau diperlambat laju korosinya (Mariami et.al, 2019).
Korosi dapat terjadi apabila terdapat empat elemen yaitu:
1. Anoda, dimana terjadi reaksi oksidasi, maka daerah tersebut akan timbul korosi
2. Katoda, dimana terjadi reaksi reduksi, daerah tersebut mengkonsumsi elektron
3. Ada hubungan (Metallic Pathaway), dimana tempat arus mengalir dari katoda ke anoda

8
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

4. Larutan (electrolyte), yaitu larutan korosif yang dapat mengalirkan arus listrik,
mengandung ion-ion (Kurniawan et.al, 2015)
Terdapat beberapa jenis korosi, antara lain sebagai berikut:
1. Uniform Attack (Korosi Seragam)
Korosi seragam adalah bentuk korosi elektrokimia yang terjadi dengan intensitas setara
di seluruh permukaan terbuka dan sering meninggalkan kerak atau endapan. Pengertian secara
mikroskopis adalah reaksi oksidasi dan resduksi yang terjadi secara acak di permukaan.
Beberapa contoh umum adalah karat umum pada baja dan besi. Jenis karat yang relatif mudah
untuk diprediksi dan dirancang (Callister, 2009).

Gambar 3. 2 Korosi Seragam pada Pipa Ballast (Utomo, 2009)

Korosi seragam ini terjadi dikarenakan pH air yang rendah dan udara yang lembab,
sehingga makin lama logam akan menipis. Korosi jenis ini dapat dicegah dengan memberikan
lapis lindung yang mengandung inhibitor (Utomo, 2009).
2. Korosi Galvanik
Korosi galvanik terjadi ketika dua logam atau paduan yang memiliki komposisi berbeda
digabungkan secara elektrik saat terkena elektrolit. Logam yang kurang mulia atau lebih reaktif
di lingkungan tertentu akan mengalami korosi. Semakin banyak logam inert, katoda akan
terlindung dari korosi. Adapun tindakan untuk mengurangi efek korosi galvanik secara
signifikan, yaitu jika diperlukan pemasangan logam yang berbeda diperlukan, pilih dua logam
yang berdekatan dalam seri galvanic, hindari rasio luas permukaan anoda-katoda yang tidak
menguntungkan, gunakan area anoda seluas mungkin, solasi logam yang berbeda satu sama
lain secara elektrik, dan pasang cathodic protection (Callister, 2009).
3. Crevice Corrosion (Korosi Celah)
Korosi celah merupakan korosi elektrokimia yang terjadi akibat perbedaan konsentrasi
ion atau gas terlarut dalam larutan elektrolit, serta antara dua daerah dari potongan logam yang
sama. Korosi ini terjadi di lokasi yang memiliki konsentrasi yang lebih rendah. Korosi celah
dapat dicegah dengan menggunakan sambungan las dan bukan sambungan terpaku atau dibaut,
menggunakan gasket nonabsorbing jika memungkinkan, sering membuang timbunan endapan,
dan merancang bejana penahanan untuk menghindari area yang stagnan dan memastikan
drainase yang lengkap (Callister, 2009).
4. Pitting Corrosion (Korosi Sumur)
Korosi sumuran terjadi karena adanya serangan korosi lokal pada permukaan logam,
sehingga membentuk cekungan atau lubang pada permukaan logam. Korosi logam pada baja
tahan karat terjadi karena rusaknya lapisan pelindung (passive film) (Sidiq, 2013).
5. Intergranular Corrosion
Korosi antar butir terjadi secara istimewa di sepanjang batas butir untuk beberapa paduan
dan di lingkungan tertentu. Hasil akhirnya adalah bahwa spesimen makroskopik hancur di
sepanjang batas butirnya. Jenis korosi ini sangat lazim terjadi di beberapa baja tahan karat
(Callister, 2009).

9
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

6. Korosi Erosi
Korosi erosi disebabkan oleh kombinasi fluida korosif dan kecepatan aliran yang tinggi.
Bagian fluida yang kecepatan alirannya rendah akan mengalami laju korosi rendah, sedangkan
fluida kecepatan tinggi menyebabkan terjadinya erosi dan dapat menggerus lapisan pelindung
sehingga mempercepat korosi (Sidiq, 2013).
7. Stress Corrosion (Korosi Tegangan)
Korosi tegangan terjadi karena butiran logam yang berubah bentuk yang diakibatkan
logam mengalami perlakuan khusus, seperti diregang, ditekuk dan lainnya, sehingga butiran
menjadi tegang dan butiran ini sangat mudah bereaksi dengan lingkungan. Korosi jenis ini dapat
dicegah dengan cara diberi inhibitor dan pabila ada logam yang mengalami stress, maka logam
harus direlaksasi (Utomo, 2009).

3.5 Laju Korosi


Laju korosi adalah kecepatan rambatan atau kecepatan penurunan kualitas bahan terhadap
waktu. Dalam perhitungan laju korosi, satuan yang biasa digunakan adalah mm/th (standar
internasional) atau mill/year (mpy, standar British). Tingkat ketahanan suatu material terhadap
korosi umumnya memiliki niai laju korosi antara 1 – 200 mpy (Kurniawan, 2015).
Untuk menentukan nilai laju korosi, maka digunakan persamaan berikut:
𝑡𝑖𝑡𝑙 −𝑡𝑎𝑐𝑡
𝐶𝑟 = (2.1)
∆𝑡
Keterangan:
Cr = Laju korosi (mm/tahun)
titl = Tebal awal (mm)
tact = Tebal actual (mm)
∆t = Lama operasi (tahun)
(Anuar, 2017)
Tabel 3. 2 Tingkat ketahanan korosi berdasarkan Laju Korosi (Kurniawan et.al, 2015)
Relative Corrosion Approximate Metric Equivalent
Resistance mpy mm/year µm/year nm/yr pm/ sec
Outstanding <1 <0.02 <25 <2 <1
Excellent 1-5 0.02 – 0.1 25 – 100 2 – 10 1–5
Good 5 – 20 0.1 – 0.5 100 – 500 10 – 50 5 – 20
Fair 20 – 50 0.5 – 1 500 – 1000 50 – 100 20 – 50
Poor 50 – 200 1-5 1000 – 5000 150 – 500 50 – 200
Unacceptable 200+ 5+ 5000+ 500+ 200+

3.6 Remaining Life


Remaining life (sisa umur) umumnya didasarkan pada hasil Non-Destructive Experiments
(NDE) dan Destructive Experiments. Perhitungan remaining life bertujuan untuk
memprediksikan sisa umur pakai pada suatu mesin, pipa, atau peralatan lainnya sehingga dapat
menjadwalkan inspeksi dan pemeliharaan tanpa mematikan instalasi. Keuntungan dari
remaining life assessment adalah penghematan biaya, peningkatan keselamatan operasional,
penghindaran inspeksi dini yang tidak perlu, dan menghindari kegagalan komponen karena
penundaan dimulainya inspeksi (Amrita & Vidyapeetham, 2015).
Berikut ini merupakan persamaan yang digunakan untuk menghitung remaining life:
𝑡𝑎𝑐𝑡 −𝑡𝑟𝑒𝑞
𝑅𝐿 = (2.2)
𝐶𝑟

10
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

Keterangan :
RL = Sisa Umur (Tahun)
Treq = Tebal awal (mm)
tact = Tebal actual (mm)
Cr = Laju korosi (mm/tahun)
Hubungan antara remaining life dengan laju korosi adalah berbanding terbalik. Dimana
semakin tinggi nilai laju korosi yang terjadi maka akan semakin rendah nilai dari sisa umur
pakai (Remaining Service Life) pipa tersebut, begitu pula sebaliknya semakin rendah nilai laju
korosi yang ada maka sisa umur pakai pipa akan semakin tinggi (Anuar, 2017).

11
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

12
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

BAB IV
METODOLOGI PENULISAN

4.1 Diagram Alir


Adapun diagram alir penelitian disajikan pada Gambar 4.1 di bawah ini.

Mulai

Pengenalan Perusahaan

Studi Literatur

Inspeksi Visual

UT dan Pengambilan Data

Trunkline 6 inch SP Sele

Analisis Data dan Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 4. 1 Diagram Alir Penelitian

4.2 Alat dan Bahan Penelitian


Berikut merupakan alat dan bahan penelitian yang digunakan:
1. UT Thickness Meter
2. UT Flaw Detector
3. pH Meter
4. Soil Resistivity Meter
5. Multimeter

13
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

6. Elektroda Referensi Cu/Cu2SO4


7. Pitting Gauge
8. Welding Gauge
9. Mirror
10. GPS
11. Palu Karet
12. Meteran/Measuring Tape
13. Kamera Digital

4.3 Metode Penelitian


Adapun metode yang digunakan adalah:
1. Studi Lapangan
2. Studi Literatur
3. Diskusi
4. Eksperimental

4.4 Prosedur Penelitian


Berikut ini adalah prosedur penelitian yang akan dilakukan:
1. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan mencari artikel ilmiah, buku, serta standar terkait yang
membahas mengenai inspeksi metode Non-Destructive Test khususnya Ultrasonic Test, korosi,
dan perhitungan Remaining Life (RL). Pada prosedur ini, dilakukan pula penelaahan terhadap
kelengkapan dokumen pipa penyalur (trunkline) 6-inch SP Sele seperti dokumen desain basis,
gambar, desain spesifikasi bahan, data koordinat jalur pipa melalui GPS, data perawatan, data
hasil pemeriksaan dan assessment sebelumnya, serta dokumen-dokumen pendukung lainnya.
2. Inspeksi Visual (Pemeriksaan Fisik)
Inspeksi visual dilaksanakan untuk memastikan kondisi pada area permukaan luar dari
peralatan (trunkline) secara keseluruhan. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu kondisi eksternal,
coating/painting, ROW, kondisi piranti pengaman, sistem instrumentasi, system penghentian
darurat, safety sign board, kondisi grounding, serta kondisi peralatan-peralatan pendukung
lainnya. Pada trunkline, inspeksi visual dilakukan di sepanjang jalur pipa penyalur termasuk
peralatan pengaman, fasilitas pig launcher dan pig receiver serta komponen-komponen pipa
penyalur lainnya.
3. Ultrasonic Testing (UT) dan Pengambilan Data
UT scan dilakukan pada trunkline dan lokasi lainnya yang dianggap perlu, seperti pada
anomali korosi lokal. Analisis data ini menggunakan beberapa report Ultrasonic Test (UT),
pengukuran ketebalan dan dimensi peralatan, dari trunkline 6-inch SP Sele. Pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan alat dan bahan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
4. Analisis data dan Pembahasan
Data digunakan untuk mengetahui laju korosi dan remaining life dari trunkline 6-inch
SP Sele. Penelitian akan menganalisis kondisi peralatan tersebut serta cara penanggulangannya.

14
BAB IV METODOLOGI PENULISAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Data


Berikut ini merupakan analisa data inspeksi visual dan ultrasonic test dari trunkline 6-
inch SP Sele.
5.1.1 Inspeksi Visual Trunkline 6-inch SP Sele
Tabel 5. 1 Inspeksi Visual Trunkline
Jenis
Kondisi
Meter NPS Kompon Posisi
No Painting / Anomali Keterangan
Point (inch) en Piping
Coating
Pipeline
Coating
1 00+000 4 Pipe - Lay Down Area PEP
Buruk
Coating
00+000 4 Elbow 90 - Lay Down Area PEP
Buruk
Coating
00+000 4 Pipe - Lay Down Area PEP
Buruk
Reducer Coating
2 00+008 6 - Lay Down Area PEP
6x4 Buruk
Coating
00+008 6 Elbow 90 - Lay Down Area PEP
Buruk
Coating
00+008 6 Pipe - Lay Down Area PEP
Buruk
Coating
3 00+018 6 Elbow 45 - Lay Down Area PEP
Buruk
Coating
00+018 6 Pipe - Lay Down Area PEP
Buruk
Hutan,
Coating Under
4 00+122 6 Pipe - melewati jalan
Buruk ground
PEP
5 00+221 6 Pipe Tidak ada - Lay Down Hutan
Korosi
6 00+263 6 Pipe Tidak ada Lay Down Hutan
Eksternal
Korosi Above Hutan, Support
7 00+356 6 Pipe Tidak ada
Esternal Ground buruk
Under
8 00+436 6 Pipe Tidak ada - Hutan
Ground
Above Hutan, Support
9 00+594 4 Pipe Tidak ada -
Ground rusak
Korosi
10 00+835 6 Pipe Tidak ada Lay Down Hutan
Eksternal
Korosi
11 00+988 6 Pipe Tidak ada Lay Down Hutan
Eksternal
Above
12 01+184 6 Pipe Tidak ada - Hutan
Ground
Above Hutan,
13 01+396 6 Pipe Tidak ada -
Ground Melewati

15
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

sungai,
Support rusak
Korosi
14 01+419 6 Pipe Tidak ada Lay Down Hutan
Eksternal
Leak,
15 01+498 6 Pipe Tidak ada Lay Down Hutan
Dent
16 01+610 6 Pipe Tidak ada - Lay Down Hutan
01+610 6 Flange Tidak ada - Lay Down Hutan
Above Hutan, Support
17 01+730 6 Pipe Tidak ada -
Ground cukup baik
Hutan, Support
Above cukurp baik
18 01+929 6 Pipe Tidak ada -
Ground melewati
sungai
Above Hutan, support
19 01+932 6 Pipe Tidak ada -
Ground cukup baik
Korosi
20 01+965 6 Pipe Tidak ada Lay Down Hutan
Eksternal
Korosi
01+965 6 Pipe Tidak ada Lay Down Hutan
Eksternal
21 02+284 6 Pipe Tidak ada - Lay Down Hutan
22 02+360 6 Pipe Tidak ada - Lay Down Hutan
Above
23 02+463 6 Pipe Tidak ada - Hutan
Ground
Above
24 02+503 6 Pipe Tidak ada - Hutan
Ground
Above
25 02+668 6 Pipe Tidak ada - Hutan
Ground
Above Hutan, support
26 02+736 6 Pipe Tidak ada -
Ground cukup baik
Above Hutan, support
27 02+865 6 Pipe Tidak ada -
Ground cukup baik
Above Hutan, support
02+865 6 Pipe Tidak ada -
Ground cukup baik
Above Hutan, support
28 02+990 6 Pipe Tidak ada -
Ground cukup baik
Above Hutan, support
29 03+104 6 Pipe Tidak ada -
Ground cukup baik
Above Hutan, support
30 03+310 6 Pipe Tidak ada -
Ground cukup baik
Above Hutan, support
31 03+436 6 Pipe Tidak ada -
Ground cukup baik
32 03+577 6 Pipe Tidak ada - Lay Down Hutan
Above Hutan, support
33 03+675 6 Pipe Tidak ada -
Ground cukup baik
Above Hutan, support
34 03+788 6 Pipe Tidak ada -
Ground cukup baik
Above Hutan, support
35 03+847 6 Pipe Tidak ada -
Ground cukup baik

16
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

Above Hutan, support


36 04+025 6 Pipe Tidak ada -
Ground cukup baik
Hutan, support
Above cukup baik,
37 04+201 6 Pipe Tidak ada -
Ground melewati
sungai
38 04+430 6 Pipe Tidak ada - Lay Down Hutan
Korosi
39 04+655 6 Pipe Tidak ada Lay Down Hutan
Eksternal
Korosi Above Hutan, support
40 04+817 6 Pipe Tidak ada
Eksternal Ground rusak
Above Hutan, support
41 05+039 6 Pipe Tidak ada -
Ground rusak
Above Hutan, support
42 05+176 6 Pipe Tidak ada -
Ground rusak
Above Hutan, support
43 05+263 6 Pipe Tidak ada -
Ground cukup baik
Above Hutan, support
44 05+337 6 Pipe Tidak ada -
Ground cukup baik
Above Hutan, support
45 05+433 6 Pipe Tidak ada -
Ground cukup baik
Above Hutan, support
46 05+534 6 Pipe Tidak ada -
Ground cukup baik
Above Hutan, support
47 05+561 6 Pipe Tidak ada -
Ground cukup baik
Hutan, support
Korosi Above cukup baik,
48 05+615 6 Pipe Tidak ada
Eksternal Ground melewati
sungai
Above
49 05+891 6 Pipe Tidak ada - Hutan
Ground
Above
50 05+990 6 Pipe Tidak ada - Hutan
Ground
Above
51 06+030 6 Pipe Tidak ada - Hutan
Ground
Above
06+030 6 Elbow 90 Tidak ada - Hutan
Ground
Hutan,
Above
06+030 6 Pipe Tidak ada - melewati
Ground
sungai
Above
52 06+070 6 Pipe Tidak ada - Hutan
Ground
Above
06+070 6 Elbow 90 Tidak ada - Hutan
Ground
Hutan,
Under
06+070 6 Pipe - - melewati jalan
Ground
raya
Under
53 06+090 6 Pipe Tidak ada - Hutan
Ground

17
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

Under
06+090 6 Elbow 45 Tidak ada - Hutan
Ground
Under
06+090 6 Pipe Tidak ada - Hutan
Ground

5.1.2 Ultrasonic Test Trunkline 6-inch SP Sele


Tabel 5. 2 Ultrasonic Test Trunkline
Meter NPS Jenis Komponen Actual Min. Corr.
No RL Years
Point (inch) Pipeline Thickness Rate
1 00+000 4 Pipe 6.78 0.06 22.04
00+000 4 Elbow 6.21 0.08 19.57
00+000 4 Pipe 6.01 0.08 18.7
2 00+008 4x6 Reducer 4.65 0.08 14.04
00+008 6 Pipe 4.37 0.09 12.83
00+098 6 Pipe 7.35 - 25.78
00+099 6 Pipe 4.94 0.07 15.3
3 00+018 6 Elbow 9.02 0.06 29.7
00+018 6 Pipe 9.26 0.06 30.74
4 00+221 6 Pipe 6.83 0.01 23.52
00+221 6 Pipe 6.91 0.01 23.87
00+221 6 Pipe 6.99 0.00 24.22
5 00+263 6 Pipe 6.95 0.01 24.04
00+263 6 Pipe 6.44 0.02 21.83
00+263 6 Pipe 6.78 0.01 23.3
6 00+356 6 Pipe 7.19 - 25.09
00+356 6 Pipe 6.87 0.01 23.7
00+356 6 Pipe 7.03 0.00 24.39
7 00+594 6 Pipe 5.10 0.06 16
00+594 6 Pipe 5.77 0.04 18.91
00+594 6 Pipe 5.99 0.04 19.87
8 00+835 6 Pipe 7.32 - 25.65
00+835 6 Pipe 6.60 0.02 22.52
00+835 6 Pipe 6.78 0.01 23.3
9 00+988 6 Pipe 7.16 - 24.96
00+988 6 Pipe 7.17 - 25
00+988 6 Pipe 7.07 0.00 24.57
10 01+184 6 Pipe 6.85 0.01 23.61
01+184 6 Pipe 7.00 0.00 24.26
01+184 6 Pipe 6.88 0.01 23.74
11 01+419 6 Pipe 4.97 0.07 15.43
01+419 6 Pipe 4.64 0.08 14
01+419 6 Pipe 4.96 0.07 15.39
12 01+498 6 Pipe 5.03 0.07 15.7
01+498 6 Pipe 5.39 0.06 17.26
01+498 6 Pipe 5.87 0.04 19.35
13 01+610 6 Pipe 8.07 0.09 25.57
01+610 6 Pipe 7.98 0.10 25.17
01+610 6 Pipe 4.96 0.07 15.39

18
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

14 01+730 6 Pipe 5.07 0.07 15.87


01+730 6 Pipe 5.02 0.07 15.65
01+730 6 Pipe 5.33 0.06 17
15 01+965 6 Pipe 4.75 0.08 14.48
01+965 6 Pipe 6.96 0.00 24.09
01+965 6 Pipe 6.37 0.02 21.52
16 02+503 6 Pipe 7.21 - 25.17
02+503 6 Pipe 6.74 0.01 23.13
02+503 6 Pipe 7.09 0.00 24.65
17 02+736 6 Pipe 7.45 - 26.22
02+736 6 Pipe 7.49 - 26.39
02+736 6 Pipe 7.49 - 26.39
18 02+865 6 Pipe 6.59 0.02 22.48
02+865 6 Pipe 7.48 - 26.35
02+865 6 Pipe 7.26 - 25.39
19 02+990 6 Pipe 6.48 0.02 22
02+990 6 Pipe 6.53 0.02 22.22
02+990 6 Pipe 6.83 0.01 23.52
20 03+104 6 Pipe 7.12 - 24.78
03+104 6 Pipe 7.22 - 25.22
03+104 6 Pipe 7.04 0.00 24.43
21 03+310 6 Pipe 6.38 0.02 21.57
03+310 6 Pipe 6.57 0.02 22.39
03+310 6 Pipe 6.46 0.02 21.91
22 03+436 6 Pipe 6.54 0.02 22.26
03+436 6 Pipe 6.47 0.02 21.96
03+436 6 Pipe 6.39 0.02 21.61
23 03+577 6 Pipe 7.02 0.00 24.35
03+577 6 Pipe 7.25 - 25.35
03+577 6 Pipe 7.30 - 25.57
24 03+675 6 Pipe 6.47 0.02 21.96
03+675 6 Pipe 6.68 0.01 22.87
03+675 6 Pipe 6.89 0.01 23.78
25 03+788 6 Pipe 6.71 0.01 23
03+788 6 Pipe 6.94 0.01 24
03+788 6 Pipe 6.58 0.02 22.43
26 04+655 6 Pipe 9.38 0.05 31.26
04+655 6 Pipe 9.75 0.04 32.87
04+655 6 Pipe 9.50 0.05 31.78
27 04+817 6 Pipe 6.43 0.02 21.78
04+817 6 Pipe 6.87 0.01 23.7
04+817 6 Pipe 6.39 0.02 21.61
28 05+039 6 Pipe 6.17 0.03 20.65
05+039 6 Pipe 6.55 0.02 22.3
05+039 6 Pipe 6.48 0.02 22
29 05+176 6 Pipe 6.48 0.02 22
05+176 6 Pipe 6.29 0.03 21.17
05+176 6 Pipe 6.41 0.02 21.7
30 05+263 6 Pipe 6.79 0.01 23.35

19
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

05+263 6 Pipe 6.87 0.01 23.7


05+263 6 Pipe 7.13 - 24.83
31 05+337 6 Pipe 6.15 0.03 20.57
05+337 6 Pipe 6.46 0.02 21.91
05+337 6 Pipe 6.58 0.02 22.43
32 05+433 6 Pipe 7.12 - 24.78
05+433 6 Pipe 7.25 - 25.35
05+433 6 Pipe 7.21 - 25.17
33 05+534 6 Pipe 7.13 - 24.83
05+534 6 Pipe 7.18 - 25.04
05+534 6 Pipe 7.23 - 25.26
34 05+615 6 Pipe 4.70 0.08 14.26
05+615 6 Pipe 4.69 0.08 14.22
05+615 6 Pipe 4.77 0.08 14.57
35 06+030 6 Pipe 7.11 0.00 24.74
06+030 6 Elbow 6.73 0.01 23.09
06+030 6 Pipe 7.07 0.00 24.57
36 06+070 6 Elbow 6.35 0.02 21.43
06+070 6 Pipe 7.16 - 24.96
06+070 6 Elbow 6.15 0.03 20.57
06+070 6 Pipe 7.02 0.00 24.35
37 06+090 6 Elbow 6.72 0.01 23.04
06+090 6 Pipe 7.28 - 25.48
06+090 6 Elbow 7.92 - 28.26
06+090 6 Pipe 7.17 0.12 21.65

5.1.3 Perhitungan
Berikut ini merupakan contoh perhitungan minimum thickness required, corrotion rate,
dan remaining life (RL) dari pipa.
a) Minimum Thickness Required (minimum ketebalan yang disyaratkan)
Persamaan yang digunakan mengacu pada ASME B31.4 dan ASME B31.8, yakni
sebagai berikut.
𝑃×𝐷
𝑇𝑟𝑒𝑞 =
2 × (𝐹 × 𝐸 × 𝑆𝑀𝑌𝑆) × 𝐸
18.28 × 168.275
𝑇𝑟𝑒𝑞 =
2 × (0.72 × 1 × 1687.37) × 1
𝑇𝑟𝑒𝑞 = 1.3 𝑚𝑚
Karena Nilai 𝑇𝑟𝑒𝑞 tidak boleh kurang dari 𝑇𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 - 80% 𝑤𝑎𝑙𝑙 𝑙𝑜𝑠𝑠, maka:
𝑇𝑟𝑒𝑞 = 𝑇𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 − 80%𝑊𝑎𝑙𝑙 𝐿𝑜𝑠𝑠
𝑇𝑟𝑒𝑞 = 7.11 − (80% × 7.11)
𝑇𝑟𝑒𝑞 = 1.42 𝑚𝑚
Didapatkan nilai minimum thickness required sebesar 1.42 mm dan actual minimum
thickness dari hasil data adalah 4.37 mm. Pengukuran actual minimum thickness lebih besar
dibandingkan dengan minimum thickness required, sehingga ketebalan dinding pipa dapat
diterima.
b) Corrosion Rate

20
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

Persamaan mengacu pada API 570, dengan point to point method. Adapun persamaan
yang digunakan untuk mengetahui laju korosi.

• Long Term Corrosion Rate (LT CR)


𝑇𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 − 𝑇𝑚𝑖𝑛
𝐶𝑟 =
𝐿𝑖𝑓𝑒 𝑇𝑖𝑚𝑒
7.110 − 4.370
𝐶𝑟 =
31
𝐶𝑟 = 0.09 𝑚𝑚/𝑦𝑒𝑎𝑟
• Corrosion Rate (LT CR) for leak pipeline (𝑇𝑚𝑖𝑛 = 0)
𝑇𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 − 𝑇𝑚𝑖𝑛
𝐶𝑟 =
𝐿𝑖𝑓𝑒 𝑇𝑖𝑚𝑒
7.110 − 0.000
𝐶𝑟 =
31
𝐶𝑟 = 0.230 𝑚𝑚/𝑦𝑒𝑎𝑟
Sehingga, didapatkan corrosion rate sebesar 0.230 mm/year.

c) Remaining Life
Setelah didapatkan nilai Tactual, Treq, dan CR, maka dapat dilakukan perhitungan
Remaining Life (RL) dengan mengacu pada API 570, persamaannya adalah sebagai berikut.

𝑇𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 − 𝑇𝑟𝑒𝑞
𝑅𝐿 =
𝐶𝑟
4.37 − 1.42
𝑅𝐿 =
0.230
𝑅𝐿 = 12.83 𝑦𝑒𝑎𝑟𝑠
Jadi, remaining life dari pipa tersebut adalah 12.83 tahun.

d) Interval Inspeksi Eksternal


Interval maksimum yaitu kurang dari 5 tahun.
𝑇𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 − 𝑇𝑟𝑒𝑞
𝑅𝐿 =
4𝐶𝑟
4.37 − 1.42
𝑅𝐿 =
4 × 0.230
𝑅𝐿 = 3.2 𝑦𝑒𝑎𝑟𝑠
Jadi, interval waktu untuk melakukan inspeksi eksternal adalah 3.2 tahun.

e) Interval Inspeksi UT
Interval maksimum yaitu kurang dari 15 tahun.
𝑇𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 − 𝑇𝑟𝑒𝑞
𝑅𝐿 =
2𝐶𝑟
4.37 − 1.42
𝑅𝐿 =
2 × 0.230
𝑅𝐿 = 6.4 𝑦𝑒𝑎𝑟𝑠
Jadi, interval waktu untuk melakukan inspeksi UT adalah 6.4 tahun.

5.2 Pembahasan
Penelitian yang berjudul “Analisis Remaining Life Trunkline 6-Inch SP Sele
menggunakan Metode Ultrasonic Test pada PT Pertamina EP Papua Field” bertujuan untuk
21
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

mengetahui remaining life dari trunkline 6-inch SP Sele. Alat dan bahan yang digunakan pada
penelitian ini adalah UT thickness meter, UT flaw detector, pH meter, soil resistivity meter,
multimeter, elektroda referensi Cu/Cu2SO4, pitting gauge, welding gauge, mirror, GPS, palu
karet, meteran/measuring tape, dan kamera digital. Proses penelitian ini diawali dengan
pengenalan PT Pertamina EP Zona 14, lalu studi literatur untuk melakukan inspeksi secara
visual dan Ultrasonic Test (UT) serta pengambilan data pada trunkline 6-inch SP Sele. Setelah
itu, menganalisis data inspeksi seperti perhitungan corrosion rate dan remaining life.
Perhitungan remaining life bertujuan untuk memprediksikan sisa umur pakai pada suatu
mesin, pipa, atau peralatan lainnya sehingga dapat menjadwalkan inspeksi dan pemeliharaan
tanpa mematikan instalasi. Metode untuk memprediksi remaining life terbagi menjadi metode
pengukuran thickness, metode analisa mikrostruktur, metode pengujian stress rupture, dan
metode iterasi. Pada perhitungan remaining life berdasarkan pengukuran thickness, digunakan
perhitungan ketebalan actual inspeksi terakhir terhadap ketebalan minimum yang diijinkan
karena biasanya corrosion rate pada trunkline identik dengan oxide scale growth yang
dipengaruhi oleh faktor perubahan temperature, sehingga metode ini dapat dengan efektif
digunakan untuk mengukur sisa umur pakai. Metode replica atau berdasarkan klasifikasi
mikrostruktur, seperti yang dilakukan oleh Cane, dkk (1984) yang menggunakan hubungan
antara perubahan degradasi mikrostruktur berupa pertumbuhan cavities terhadap remaining life.
Metode selanjutnya yaitu metode stress rupture yang menggunakan penurunan persamaan
Arhenius dalam bentuk parameter Larson Miller berdasarkan tegangan yang konstan. Sisa umur
pakai berdasarkan metode iterasi merupakan metode yang menghubungkan parameter pada
metode pengukuran ketebalan, stress rupture, dan mikrostruktur. Metode ini menggunakan
rumus empiris untuk memperkirakan scale thickness yang terbentuk pada ferritic steel 1-3%
chromium dalam periode waktu tertentu yang direpresentasikan dengan parameter Larson
Miller. Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk perhitungan remaining life adalah
metode pengukuran thickness dengan menggunakan Ultrasonic Testing terhadap bagian pipa
secara interval tertentu, sehingga akan diperoleh hasil pengukuran ketebalan dari trunkline
tersebut.
Berdasarkan hasil inspeksi secara visual, terdapat beberapa bagian trunkline juga
mengalami korosi eksternal/general, yaitu pada meter point 00+263; 00+356; 00+835; 00+988;
01+419; 01+965; 04+655; 04+817; dan 05+615. Penyebab terjadinya korosi general secara
umum adalah karena adanya reaksi oksidasi dan reduksi atau reaksi kimia karena pH air yang
rendah dan udara lembab yang menyebabkan ketebalan logam berkurang. Jenis korosi ini tidak
berbahaya karena dapat diprediksi seberapa cepat laju korosinya. Dalam kasus trunkline,
terdapat beberapa bagian yang mengalami korosi lebih parah daripada bagian lain yaitu pada
bagian trunkline yang melewati atau berdekatan dengan air. Hal ini dikarenakan pada daerah
tersebut tingkat kelembabannya lebih tinggi daripada daerah yang tidak kontak dengan air.
Korosi ini akan mengikis permukaan logam secara merata dengan intensitas dan komposisi
yang sama. Cara mengatasi korosi ini pada umumnya adalah dengan membersihkan bagian
trunkline yang mengalami korosi general, lalu melakukan coating permukaan (Karyono, 2017).
Coating yang digunakan di lapangan yaitu berupa cat. Selain itu, pada sepanjang trunkline 6-
inch SP Sele, terdapat beberapa part yang mengalami kebocoran, laydown (kontak langsung
dengan tanah) dan painting pipa yang sudah tidak ada. Hal tersebut dapat menyebabkan pipa
mengalami korosi dengan corrosion rate yang tinggi karena kontak pipa dengan tanah secara
langsung dan tidak adanya pelindung pipa dari kontak lingkungan secara langsung. Hal ini
dapat menyebabkan percepatan laju korosi karena terjadi daerah dengan celah sempit hingga
tidak ada celah. Daerah dengan celah yang sempit tersebut akan menjadi daerah photocatalytic
yang akan mempercepat jalannya laju korosi karena oksigen dalam daerah tersebut akan cepat
habis karena proses korosi uniform sehingga ion negatif lain dari luar akan mudah masuk dan

22
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

mempercepat jalannya laju korosi selanjutnya sehingga diperlukan berbagai jenis


penanggulangan sesuai dengan permaslahan yang terjadi pada tiap masing segmen pipa. Seperti
contoh pada jenis kebocoran pipa (dent 200mm) yang dilakukan jenis penambalan sementara
dengan cara clamp, dikarenakan masih tidak memungkinkan untuk mengganti bagian pipa
tersebut pada saat ini, dan semisal sudah memungkinkan untuk diganti maka dilakukan
penggantian segment pipa yang sudah bocor dengan metode inserted pipe/spool pipe (flange to
flange). Pada bagian yang mengalami laydown maka dapat dilakukan pembersihan disekitar
daerah pipa tersebut agar dapat kembali seperti kondisi asal. Secara umum untuk semua
permasalahan pada trunkline dapat diatasi dengan pembersihkan pipa penyalur dari korosi,
kemudian dilakukan pengecatan ulang untuk pipa yang terkorosi termasuk tidak parah, dan
dapat mengganti segmen pipa penyalur yang telah terkorosi berat. Namun, perlu juga
disesuaikan dengan kondisi lapangan dan kondisi pipa yang akan diperbaiki juga agar tidak
terjadi error dalam perbaikan trunkline. Sehingga perlu dilakukan analisis satu persatu terhadap
segmen pipa sebelum diperbaiki.
Selain dari inspeksi visual, inspeksi dengan ultrasonic test juga digunakan untuk
mendapatkan data-data seperti ketebalan actual, ketebalan nominal, dan properties lainnya dari
trunkline. Berdasarkan teori, pengukuran actual minimal thickness harus lebih besar
dibandingkan dengan minimum thickness required. Persamaan yang digunakan untuk
menghitung ketebalan ini mengacu pada ASME B31.4 dan ASME B31.8, dimana nilai 𝑇𝑟𝑒𝑞
tidak boleh kurang dari 𝑇𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 – 80% wall loss karena pada operasional pipa, semua load
seperti pressure dan lainnya tidak boleh melebihi 80% yield point sehingga dalam korosi juga
diberlakukan 80% max wall loss dalam Tmax. Hal ini disebabkan oleh masalah failure seperti
crack dapat tumbuh dengan rate yang tidak diketahui dan pada umumnya titik crack yang dapat
dideteksi yaitu 80% dari life material yang telah digunakan. Oleh karena itu, berdasarkan hasil
pengukuran ketebalan actual pada masing-masing bagian trunkline didapatkan hasil bahwa
masih di atas nilai ketebalan yang disyaratkan dan masih dalam batas toleransi yang diijinkan.
Selain itu, dilakukan pula perhitungan corrosion rate serta remaining lifenya. Dari data
trunkline tersebut, diambil data dengan ketebalan trunkline paling tipis untuk acuan
perhitungan. Trunkline yang paling tipis adalah pada meter point 00+008. Hal ini disebabkan
posisi pipa pada titik tersebut terletak setelah komponen reducer. Dimana komponen tersebut
berfungsi sebagai tempat untuk mengecilkan atau membesarkan diameter pipa. Karena hal
tersebut, maka tingkat turbulensi dan juga erosi yang terjadi pada pipa setelah komponen
reducer akan lebih besar daripada bagian pipa yang lain. Sehingga pipa lebih terkorosi dan pada
umumnya nilai ketebalan pipanya yang paling tipis. Dari perhitungan, didapatkan besar
corrosion rate adalah 0.09 mm/tahun dan prediksi sisa umur pakainya adalah 12.83 tahun (nilai
remaining life terendah). Dengan ketebalan minimum yang diperbolehkan berdasarkan data
ketebalan nominal pipa adalah 1.42 mm. Selain itu, interval antara waktu inspeksi juga dapat
dihitung agar didapatkan estimasi waktu dimana inspeksi dapat dilakukan. Didapatkan bahwa
nilai interval waktu inspeksi eksternal pipa adalah 3.2 tahun, dan interval waktu inspeksi
ultrasonik adalah 6.4 tahun. Hubungan antara remaining life dengan laju korosi adalah
berbanding terbalik. Dimana semakin tinggi nilai laju korosi yang terjadi maka akan semakin
rendah nilai dari sisa umur pakai (Remaining Service Life) pipa tersebut, begitu pula sebaliknya
semakin rendah nilai laju korosi yang ada maka sisa umur pakai pipa akan semakin tinggi
(Anuar, 2017). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi baik tangki dan trunkline masih
terhitung baik dan masih dapat digunakan untuk operasi beberapa tahun kedepan.

23
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

24
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1 Kesimpulan
Berikut merupakan kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini.
1. Trunkline 6-inch SP Sele didapatkan corrosion rate sebesar 0.09 mm/tahun dan prediksi
sisa umur pakainya adalah 12.83 tahun (nilai RL terendah). Selain itu, didapatkan pula
nilai interval waktu inspeksi eksternal pipa adalah 3.2 tahun dan interval waktu inspeksi
ultrasonik adalah 6.4 tahun.
2. Strategi mitigasi terhadap terjadinya korosi pada trunkline dapat berupa pemberian
coating dan juga pembersihan terhadap peralatan yang mengalami korosi. Hal ini
dilakukan agar umur hidup peralatan tidak deteriorate lebih cepat daripada remaining
life yang telah diperhitungkan.

6.2 Rekomendasi
Adapun rekomendasi pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Penggantian segment pipa penyalur yang bocor dan penyok dengan spool pipe
menggunakan metode flange to flange untuk mencegah korosi galvanis, serta
melakukan pengecatan ulang.
2. Pemasangan support di sepanjang pipa penyalur.
3. Melakukan perawatan rutin terhadap pipa penyalur.

25
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

26
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

DAFTAR PUSTAKA

Amrita, P. R., & Vidyapeetham, V. (2015). Remaining life assessment of boiler components
Model Of Inventory Analytics Using Probabilistic SEM View Project Rolling Horizon
Simulation In Lot-Sizing And Scheduling View Project. In Article In International
Journal Of Applied Engineering Research. Http://Www.Ripublication.Com
Anuar, K., & Jurusan. (2017). STUDI UMUR SISA DAN LAJU KOROSI MENARA RIG
BW-95 TAHUN PEMBUATAN 1973. Jurnal Ilmiah Multitek Indonesia, 11, 35–51.
Callister Jr, William D, 2009, Materials Science And Engineering An Introduction, 8th Edition,
New Jersey : John Wiley & Sons, Inc, Hoboken
Dampang, S., Burhan, N., & Ramayanti, C. (2019). PIPE CONDITION ANALYSIS USING
ULTRASONIC TESTING TO PREDICT THE REMAINING SERVICE LIVE (RSL) OF
THE PETROLEUM DISTRIBUTION PIPELINE. Konversi, 8(2).
Https://Doi.Org/10.20527/K.V8i2.7173
DWIVEDIA, S.K., et.al. (2018), “Advances and Researches on Non Destructive Testing: A
Review”, Materials Today: Proceedings 5, hal. 3690–3698.
Gatra Prawira, M., & Jannifar, A. (2018). INSPEKSI POMPA CENTRIFUGAL BERBASIS
DATA VIBRASI MENGGUNAKAN VIBRATION ANALYZER DI PT PERTAMINA
EP ASSET 1 FIELD RANTAU. Jurnal Mesin Sains Terapan, 1, 43–50.
Www.Iso.Org/Standar/
Koteeswaran, M. (2010), “CO2 And H2S Corrosion In Oil Pipelines”, Master Thesis,
University Of Stavanger.
Lohith, M. (2014). Ultrasonic Non Destructive Testing. Research Gate, 1–4.
Https://Www.Researchgate.Net/Publication/262809705
Pratama. 2013. Perancangan Sistem Perpipaan Penyalur Bahan Bakar Pertamax Dari Balongan
Sampai Jakarta. Semarang. Diponegoro University Institutional Repository.
Sidiq, M. F. (2013). ANALISA KOROSI DAN PENGENDALIANNYA. Journal Foundry,
3(1), 25–30.
Sugiri, P. L., Rauf Husain, J., & Bakri, H. (2016). ANALISIS GAYA APUNG (BUOYANCY)
PADA SISTEM PERPIPAAN GAS DI AREA FLOWLINE DAN TRUNKLINE. In
Jurnal Geomine (Vol. 4, Issue 3). Desember.
Utomo, B. (2009). Jenis Korosi dan Penanggulangannya. Journal Perkapalan, 6(2), 138–141.
https://doi.org/10.12777/kpl.6.2.138-141
Yudha Kurniawan Afandi, Irfan Syarif Arief, Dan A. (2015). Analisa Laju Korosi Pada Pelat
Baja Karbon Dengan Variasi Ketebalan Coating. Jurnal Teknik ITS, 4.

xxiii
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xxiv
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN KERJA PRAKTIK
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. PENILAIAN KERJA PRAKTIK (KPM2A)

xxv
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

LAMPIRAN 2. PENILAIAN UJIAN LISAN KERJA PRAKTIK (KPM5A)

xxviii
LAMPIRAN
LAPORAN TUGAS AKHIR
DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL FI-ITS

LAMPIRAN 3. KITIR NILAI

xxvii
LAMPIRAN
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

LAMPIRAN 4. FORMULIR BIMBINGAN KERJA PRAKTIK

xxviii
LAMPIRAN
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat melaksanakan kerja praktik dan menyusun laporan hasil kerja
praktik di PT Pertamina Papua Field yang berjudul “Analisis Remaining Life Trunkline 6-Inch
SP Sele menggunakan Metode Ultrasonic Test Pada PT Pertamina EP Papua Field”.
Kerja praktik ini merupakan salah satu bentuk aplikasi dari teori yang telah didapatkan di
bangku kuliah yang selanjutnya diharapkan dapat menjadi bekal ilmu yang bermanfaat di dunia
kerja. Laporan kerja praktik ini disusun sebagai salah satu syarat mata kuliah Kerja Praktik pada
Departemen Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Penulisan laporan kerja praktik ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan motivasi yang
kuat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Allah SWT. yang telah memberikan kesehatan dan keselamatan
2. Keluarga tercinta atas semua doa, dukungan dan kasih sayang selama ini.
3. Fungsi Weld, Production, and Project Zona 14 yang telah menerima penulis untuk
melakukan praktik kerja lapangan.
4. Bapak Armando Hasan selaku pembimbing lapangan
5. Bapak Wira, Tri Imam, Syaiful, Benny, Arief, Ibu Hafni, dan Ibu Nina selaku tim
pembimbing lapangan yang turut membantu kami dalam setiap proses kerja praktek mulai
dari pembekalan ilmu/sharing ilmu hingga terbentuknya laporan akhir kerja praktik di
Pertamina EP Zona 14 Fungsi Weld, Production, and Project.
6. Bapak/Ibu Karyawan PT Pertamina EP Zona 14 lainnya yang turut membantu kami dalam
hal penyesuaian atmosfer kantor.
7. Bapak Sutarsis, ST., M.SC., Ph.D, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan, saran dan masukan sehingga penyusunan laporan dapat dikerjakan dengan baik
8. Teman mahasiswa Kerja Praktik yang bersama – sama berjuang.
9. Semua pihak yang turut membantu penulis dalam kerja praktik dan penyusunan laporan di
PT Pertamina Papua Field.

Akhir kata penulis mohon maaf apabila dalam penulisan laporan ini terdapat kata dan
kalimat yang salah. Saran dan kritik akan penulis terima dengan hati yang lapang. Semoga
laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semuanya.

Surabaya, November 2022

Penulis

xxix
BIODATA PENULIS

xxx

Anda mungkin juga menyukai