Anda di halaman 1dari 64

TUGAS AKHIR – TL234736

PENGARUH PENAMBAHAN MASSA FILLER SiO2 PADA


MEMBRAN PEMFC BERBASIS NANO CHITOSAN
OLIGOSACCHARIDA-POLYVINYL ALCOHOL

WISHNU YUDHA BARETA


NRP. 5011201001

Dosen Pembimbing
Yuli Setyorini, S.T., M.Phil., PhD.Eng.
NIP. 197907242005012003
Azzah Dyah Pramata, S.T., M.T.,M.Eng.,Ph.D
NIP. 1992202012023

Program Studi Teknik Material


Departemen Teknik Material dan Metalurgi
Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2023
TUGAS AKHIR – TL234736

PENGARUH PENAMBAHAN MASSA FILLER SiO2 PADA


MEMBRAN PEMFC BERBASIS NANO CHITOSAN
OLIGOSACCHARIDA-POLYVINYL ALCOHOL

WISHNU YUDHA BARETA


NRP. 5011201001

Dosen Pembimbing
Yuli Setyorini, S.T., M.Phil., PhD.Eng.
NIP. 197907242005012003
Azzah Dyah Pramata, S.T., M.T.,M.Eng.,Ph.D
NIP. 1992202012023

Program Studi Teknik Material


Departemen Teknik Material dan Metalurgi
Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2023

i
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

ii
FINAL PROJECT – TL234736

EFFECT OF ADDITIONING MASS OF SiO2 FILLER ON


PEMFC MEMBRANES BASED ON NANO CHITOSAN
OLIGOSACCHARIDE-POLYVINYL ALCOHOL

WISHNU YUDHA BARETA


NRP. 5011201001

Advisor
Yuli Setyorini, S.T., M.Phil., PhD.Eng.
NIP. 197907242005012003
Azzah Dyah Pramata, S.T., M.T., M.Eng., Ph.D
NIP. 1992202012023

Study Program of Material Engineering


Department of Materials and Metallurgical Engineering
Faculty of Industrial Technology and Systems Engineering
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2023

iii
(This page is intentionally blank)

iv
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PENAMBAHAN MASSA FILLER SiO2 PADA MEMBRAN PEMFC


BERBASIS NANO CHITOSAN OLIGOSACCHARIDA-POLYVINYL ALCOHOL

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


memperoleh gelar Sarjana Teknik pada
Program Studi S-1 Teknik Material
Departemen Teknik Material dan Metalurgi
Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Oleh: WISHNU YUDHA BARETA


NRP. 5011201001

Disetujui Oleh Tim Penguji Tugas Akhir:

1. Yuli Setyorini, S.T., M.Phil., PhD.Eng. Pembimbing

2. Azzah Dyah Pramata, S.T., M.T., M.Eng., Ph.D Ko-Pembimbing

3. Penguji

4. Penguji

SURABAYA
November, 2023

v
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

vi
APPROVAL SHEET

EFFECT OF ADDITIONING MASS OF SiO2 FILLER ON PEMFC MEMBRANES


BASED ON NANO CHITOSAN OLIGOSACCHARIDE-POLYVINYL ALCOHOL

FINAL PROJECT

Submitted to fulfill one of the requirements


for obtaining a degree of bachelor of engineering at
Undergraduate Study Program of Material Engineering
Department of Materials and Metallurgical Engineering
Faculty of Industrial Technology and Systems Engineering
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

By: WISHNU YUDHA BARETA


NRP. 5011201001

Approved by Final Project Examiner Team:

1. Yuli Setyorini, S.T., M.Phil., PhD.Eng. Advisor

2. Azzah Dyah Pramata, S.T., M.T., M Eng., Ph.D Co-Advisor

3. Examiner

4. Examiner

SURABAYA
November, 2023

vii
(This page is intentionally blank)

viii
PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama mahasiswa/NRP : Wishnu Yudha Bareta/5011201001
Departemen : Teknik Material dan Metalurgi FTIRS ITS
Dosen Pembimbing/NIP : Yuli Setyorini, S.T., M.Phil., PhD.Eng. /
197907242005012003
Dosen Ko-Pembimbing/NIP : Azzah Dyah Pramata, S.T., M.T., M.Eng., Ph.D. /
1992202012023

dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir dengan judul “PENGARUH PENAMBAHAN
MASSA FILLER SiO2 PADA MEMBRAN PEMFC BERBASIS NANO CHITOSAN
OLIGOSACCHARIDA-POLYVINYL ALCOHOL” adalah hasil karya sendiri, bersifat orisinal,
dan ditulis dengan mengikuti kaidah penulisan ilmiah.

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.

Surabaya, - November 2023


Mengetahui
Dosen Pembimbing Mahasiswa

(Yuli Setyorini, S.T., M.Phil., PhD.Eng.) (Wishnu Yudha Bareta)


NIP. 197907242005012003 NRP. 5011201001

ix
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

x
STATEMENT OF ORIGINALITY

The undersigned below:


Student name / NRP : Wishnu Yudha Bareta / 5011201001
Department : Materials and Metallurgical Engineering INDSYS-ITS
Advisor / NIP : Yuli Setyorini, S.T., M.Phil., PhD.Eng./
197907242005012003
Co-Advisor / NIP : Azzah Dyah Pramata, S.T., M.T., M.Eng., Ph.D./
1992202012023

hereby declare that the Final Project with the title of “EFFECT OF ADDITIONING MASS
OF SiO2 FILLER ON PEMFC MEMBRANES BASED ON NANO CHITOSAN
OLIGOSACCHARIDE-POLYVINYL ALCOHOL” is the result of my own work, is original,
and is written by following the rules of scientific writing.

If in the future there is a discrepancy with this statement, then I am willing to accept sanctions
in accordance with the provisions that apply at Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Surabaya, November -, 2023


Acknowledged
Advisor Student

(Yuli Setyorini, S.T., M.Phil., PhD.Eng.) (Wishnu Yudha Bareta)


NIP. 197907242005012003 NRP. 5011201001

xi
(This page is intentionally blank)

xii
PENGARUH PENAMBAHAN MASSA FILLER SiO2 PADA MEMBRAN PEMFC
BERBASIS NANO CHITOSAN OLIGOSACCHARIDA-POLYVINYL ALCOHOL

Nama Mahasiswa / NRP : Wishnu Yudha Bareta/5011201001


Departemen : Teknik Material dan Metalurgi FTIRS-ITS
Dosen Pembimbing : Yuli Setyorini, S.T., M.Phil., PhD.Eng.
Dosen Ko-Pembimbing : Azzah DyahPramata, S.T., M.T., M.Eng., Ph.D.

Abstrak
Ancaman terbesar yang dihadapi negara-negara saat ini adalah perubahan iklim yang
terjadi karena penggunaan bahan bakar fosil secara eksklusif. Oleh karena itu, mitigasi atau
peralihan ke sumber energi terbarukan dan berkelanjutan diperlukan untuk menghentikan hal
ini. Salah satu upaya transisi energi yang digunakan yaitu pemanfaatan hidrogen dengan fuel
cell sebagai moda transportasi. Fuel cell adalah suatu perangkat yang secara langsung
mengubah bahan bakar kimia menjadi tenaga listrik tanpa adanya pembakaran. Fuel cell
memiliki beberapa jenis seperti, PEMFC, AFC, DMFC, PAFC, MCFC, dan SOFC. Dari jenis
sel bahan bakar tersebut, PEMFC muncul sebagai yang terdepan, hal ini dikarenakan PEMFC
memiliki berbagai kelebihan. Komponen utama pada PEMFC merupakan membran electrode
assembly (MEA) yang terdiri dari membran penukar proton dengan catalyst layer serta gas
diffusion layer di tiap sisi. Bagian utama MEA merupakan membrane yang berperan untuk
transfer proton. Membran yang biasanya digunakan pada saat ini adalah nafion. Namun,
nafion memiliki beberapa kekurangan seperti, harganya yang mahal, tidak biodegradable,
serta tidak dapat beroprasi pada kondisi temperatur yang tinggi. Maka dari itu, akan dilakukan
penelitian penambahan filler SiO2 pada membran PEMFC berbasis nano COS-PVA. Yang
diharapkan dapat menggantikan membran nafion dengan sifatnya yang biodegradable, biaya
manufaktur yang murah, dan mampu beroperasi pada temperatur tinggi. Pada penelitian ini
menggunakan variasi penambahan silika (SiO2) pada komposisi membran sebanyak 8 wt%,
10 wt%, dan 12 wt%. Serta akan dilakukan pengujian FTIR, XRD, SEM-EDX, Water uptake,
Swelling ratio, dan Konduktivitas (EIS).

Kata Kunci: Biodegradable, Membran, Nafion, Nano COS, PEMFC, PVA, Silika

xiii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xiv
EFFECT OF ADDITIONING MASS OF SiO2 FILLER ON PEMFC MEMBRANES
BASED ON NANO CHITOSAN OLIGOSACCHARIDE-POLYVINYL ALCOHOL

Student Name / NRP : Wishnu Yudha Bareta/5011201001


Department : Materials and Metallurgical Engineering ITS INDSYS-ITS
Advisor : Yuli Setyorini, S.T., M.Phil., PhD.Eng.
Co-Advisor : Azzah DyahPramata, S.T., M.T., M.Eng., Ph.D.

Abstract
The biggest threat facing countries today is climate change which occurs due to the
exclusive use of fossil fuels. Therefore, mitigation or switching to renewable and sustainable
energy sources is needed to stop this. One of the energy transition efforts used is the use of
hydrogen with fuel cells as a mode of transportation. A fuel cell is a device that directly
converts chemical fuel into electrical power without combustion. Fuel cells have several types
such as PEMFC, AFC, DMFC, PAFC, MCFC, and SOFC. Of these types of fuel cells,
PEMFC emerges as the leader, this is because PEMFC has various advantages. The main
component in PEMFC is a membrane electrode assembly (MEA) which consists of a proton
exchange membrane with a catalyst layer and a gas diffusion layer on each side. The main
part of the MEA is a membrane which plays a role in proton transfer. The membrane that is
usually used today is nafion. However, Nafion has several disadvantages, such as being
expensive, not biodegradable, and unable to operate at high temperatures. Therefore, research
will be carried out on adding SiO2 filler to COS-PVA nano-based PEMFC membranes. It is
hoped that it can replace Nafion membranes with its biodegradable properties, low
manufacturing costs, and ability to operate at high temperatures. This research used variations
in the addition of silica (SiO2) to the membrane composition of 8 wt%, 10 wt%, and 12 wt%.
Then characterization test were carried out using FTIR, XRD, SEM-EDX, Water uptake,
Swelling ratio and Conductivity (EIS).

Keywords: Biodegradable, Membrane, Nafion, Nano COS, PEMFC, PVA, Silica

xv
(This page is intentionally blank)

xvi
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul
"Pengaruh Penambahan Massa Filler SiO2 pada Membran PEMFC Berbasis Nano Chtosan
Oligosaccharidea-Polyvinyl Alcohol". Penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Program Studi Program Studi Sarjana Teknik
Material di Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Tugas akhir ini merupakan hasil kerja
keras dan dedikasi penulis dengan dukungan, bantuan, bimbingan, dan masukan dari berbagai
pihak selama penyusunan tugas akhir ini. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima
kasih setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Sigit Tri Wicaksono, S.Si, M.Si., Ph.D. selaku Kepala Departemen Teknik
Material dan Metalurgi FTIRS ITS.
2. Ibu Yuli Setyorini, S.T., M.Phil., PhD.Eng. dan Ibu Azzah DyahPramata, S.T., M.T.,
M.Eng., Ph.D. selaku dosen pembimbing tugas akhir yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan saran yang diberikan kepada penulis sehingga tugas akhir ini
dapat diselesaikan dengan baik.
3. Prof. Sungging Pintowantoro, S.T., M.Sc., PhD.Eng. selaku dosen wali yang telah
membantu penulis dalam mengikuti dan menyelesaikan studi di Departemen Teknik
Material dan Metalurgi FTIRS ITS.
Penulis menyadari bahwa di dalam tugas akhir ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, penulis sangat terbuka dengan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk karya
yang lebih baik lagi ke depannya. Harapannya, ke depannya penelitian yang penulis tuliskan
dapat melahirkan koreksi dan juga solusi dari gagasan pembaca yang lainnya, untuk
menyempurnakan hasil penelitian yang mungkin saja masih ada yang kurang dari yang sudah
penulis temukan.

Surabaya, 1 November 2023


Penulis

Wishnu Yudha Bareta

xvii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xviii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i


Abstrak .............................................................................................................................. xiii
Abstract .............................................................................................................................. xv
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... xvii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... xix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... xx
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. xxi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah ................................................................................................... 2
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 5
2.1 Fuel Cell............................................................................................................... 5
2.2 Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) ................................................. 6
2.3 Membrane Electrode Assembly (MEA) ........................................................... 8
2.4 Membran Penukar Proton (PEM) .......................................................................... 9
2.5 Nano Chitosan Oligosaccharide ......................................................................... 10
2.6 Polyvinyl Alcohol (PVA) ................................................................................... 11
2.7 Silika (SiO2) ...................................................................................................... 12
2.8 Membran Nano COS/PVA/Silika........................................................................ 13
2.9 Kajian Penelitian Sebelumnya ........................................................................... 15
BAB III METODOLOGI .................................................................................................. 19
3.1 Diagram Alir ...................................................................................................... 19
3.2 Alat Penelitian .................................................................................................... 20
3.3 Bahan Penelitian ................................................................................................. 23
3.4 Metode Penelitian ............................................................................................... 24
3.4.1 Perancangan Mix Design ............................................................................... 24
3.4.2 Pembuatan Membran .................................................................................... 25
3.5 Proses Pengujian ................................................................................................. 25
3.5.1 Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) ......................................... 25
3.5.2 Pengujian XRD ............................................................................................. 26
3.5.3 SEM-EDX .................................................................................................... 27
3.5.4 Water Uptake dan Swelling Ratio .................................................................. 28
3.5.5 Konduktivitas ............................................................................................... 29
3.6 Rancangan Penelitian.......................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 31
LAMPIRAN ....................................................................................................................... 35
UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................................. 37
BIODATA PENULIS ......................................................................................................... 39

xix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Aplikasi fuel cell............................................................................................... 5


Gambar 2. 2 Konsep fuel cell ................................................................................................ 5
Gambar 2. 3 Skema proton exchange membrane fuel cell ..................................................... 7
Gambar 2. 4 Skema komponen MEA.................................................................................... 8
Gambar 2. 5 Struktur nafion ................................................................................................. 9
Gambar 2. 6 Proses deasetilasi kitosan ................................................................................ 10
Gambar 2. 7 Struktur kitosan oligosakarida ........................................................................ 11
Gambar 2. 8 Struktur kitosan/PVA ..................................................................................... 12
Gambar 2. 9 Struktur molekul silika ................................................................................... 13
Gambar 2. 10 Struktur (a) kitosan dan (b) kitosan ikat silang glutaraldeida (GA) ................ 14
Gambar 2. 11 Ikat silang PVA dengan kitosan .................................................................... 14
Gambar 2. 12 Interaksi kitosan, PVA, dan silika ................................................................. 15
Gambar 3. 1 Diagram alir penelitian ................................................................................... 19
Gambar 3. 2 Diagram Alir Pengujian .................................................................................. 19
Gambar 3. 3 Gelas ukur ...................................................................................................... 20
Gambar 3. 4 Neraca digital ................................................................................................. 21
Gambar 3. 5 Spatula ........................................................................................................... 21
Gambar 3. 6 Stirring plate .................................................................................................. 22
Gambar 3. 7 Cetakan membran ........................................................................................... 22
Gambar 3. 8 Aquades.......................................................................................................... 23
Gambar 3. 9 Polivinil Alkohol ............................................................................................ 23
Gambar 3. 10 Glutaraldehida (GA) ..................................................................................... 23
Gambar 3. 11 Kitosan ......................................................................................................... 24
Gambar 3. 12 Silika ............................................................................................................ 24
Gambar 3. 13 Skema alat uji FTIR...................................................................................... 26
Gambar 3. 14 Instrumen FTIR ............................................................................................ 26
Gambar 3. 15 Alat pengujian XRD yang terdapat di Departemen Teknik Material .............. 27
Gambar 3. 16 Alat uji SEM-EDX ....................................................................................... 28
Gambar 3. 17 Diagram Nyquist dan Bode ........................................................................... 29

xx
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Jenis umum fuel cell ............................................................................................. 6


Tabel 2. 2 Fungsi dan material komponen MEA .................................................................... 8
Tabel 2. 3 Rangkuman penelitian terdahulu ......................................................................... 15
Tabel 3. 1 Mix design .......................................................................................................... 25
Tabel 3. 2 Rancangan penelitian .......................................................................................... 30
Tabel 3. 3 Jadwal penelitian ................................................................................................ 30

xxi
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xxii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ancaman terbesar yang dihadapi negara-negara saat ini di abad ke 21 adalah
perubahan iklim. Dampak perubahan iklim sangat mengancam keberlangsungan makhluk
hidup, karena akan menghancurkan keanekaragaman hayati, mengurangi ketahanan pangan,
mendorong penyebaran penyakit, dan membawa berbagai bencana alam (Fan et al., 2021).
Peningkatan suhu dan perubahan curah hujan adalah tanda-tanda perubahan iklim. Misalnya,
temperatur rata-rata di Indonesia dari tahun 1981-2010 adalah 26,6 °C, sedangkan temperatur
rata-rata pada tahun 2021 adalah 27 °C (Kurniawan, 2022). Penggunaan bahan bakar fosil
secara eksklusif adalah salah satu hal yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Bahan
bakar fosil, termasuk batu bara dan minyak bumi berkontribusi lebih dari 85% sumber energi
dunia saat ini. Oleh karena itu, mitigasi atau peralihan ke sumber energi terbarukan dan
berkelanjutan diperlukan untuk menghentikan hal ini (Abbas et al., 2020). Salah satu upaya
transisi energi yang digunakan yaitu pemanfaatan hidrogen dengan fuel cell sebagai moda
transportasi. Hidrogen merupakan unsur yang paling melimpah di bumi dimana 75%
berbentuk sebagai molekul dan 90% berbentuk sebagai atom. Gas hidrogen pada sistem fuel
cell akan menghasilkan air murni sebagai produk sampingan, serta tidak mengeluarkan
karbon dioksida (Fan, Tu and Chan, 2021).
Fuel cell adalah suatu perangkat yang secara langsung mengubah bahan bakar kimia
menjadi tenaga listrik tanpa adanya pembakaran. Sel bahan bakar memiliki efisiensi yang baik
berkisar antara 40-50%. Fuel cell memiliki beberapa kelebihan, diantaranya perakitan yang
sederhana serta pengoprasian yang tidak menimbulkan getaran. Secara umum, fuel cell
dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan suplai bahan bakar, elektrolit, suhu, dan
aplikasi yakni alkaline fuel cell (AFC), proton exchange membrane fuel cell (PEMFC), direct
methanol fuel cell (DMFC), phosphoric acid fuel cell (PAFC), molten carbonate fuel cell
(MCFC), dan solid oxide fuel cell (SOFC). dari jenis sel bahan bakar tersebut, PEMFC
muncul sebagai yang terdepan, hal ini dikarenakan PEMFC memiliki berbagai kelebihan
seperti efisiensi operasional pada rentang temperatur yang luas, ketahanan sistem, dan
densitas daya tinggi (Ozigi, Odia and Amiebenomo, 2023). Komponen utama pada PEMFC
merupakan membran electrode assembly (MEA) yang terdiri dari membran penukar proton
dengan catalyst layer serta gas diffusion layer di tiap sisi. Pada komponen ini tercipta
produksi arus listrik melalui reaksi elektrokimia serta distribusi proton (Baroutaji et al.,
2014). Bagian utama MEA merupakan membrane yang berperan untuk transfer proton dari
anoda ke katoda, isolator terhadap pergerakan electron ke sirkuit eksternal, memisahkan
katoda serta anoda untuk pergerakan ion, serta membatasi tercampurnya reaktan (Maiti et al.,
2022).
Membran elektrolit yang banyak digunakan terbuat dari bahan polimer. Penggunaan
membran polimer sebagai penghatar proton (H + ) harus memenuhi beberapa syarat
diantaranya, resistansi rendah, memiliki konduktivitas proton yang baik, kestabilan mekanis
yang baik, bahan baku mudah didapatkan, dan ramah lingkungan. Meningkatnya mobilitas
proton dapat meningkatkan nilai dari konduktivitas proton sehingga akan mempengaruhi
kinerja dari sel bahan bakar itu sendiri (Fuel Cell Handbook, 2004). Nafion, merupakan
sebuah polimer sulfonat tetrafluoroetilena yang telah lama diakui sebagai bahan standar
dalam industri ini karena ketahanannya yang baik terhadap oksidasi dan kemampuannya
untuk mengkonduksi proton dengan baik. Namun, ada beberapa kekurangan yang terdapat
pada nafion, seperti harganya yang mahal, serta tidak dapat beroperasi pada kondisi
temperatur yang tinggi (Mauritz and Moore, 2004). Selain itu, nafion juga tidak ramah

1
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

lingkungan karena adanya kandungan unsur flour sehingga tidak dapat terurai secara alami di
lingkungan (Wackett, 2022).
Saat ini material alternatif penganti nafion terus di teliti untuk memenuhi kebutuhan
membran yang ideal. Polimer alami seperti kitosan merupakan salah satu material alternatif
penganti nafion sebagai membran sel bahan bakar. Kitosan dapat diperoleh dari limbah kulit
udang, cangkang rajungan, dan cangkang maggot. Kitosan memiliki sifat konduktif yang
baik, mudah terbiodegradasi, serta memiliki struktur kimia yang terartur. Akan tetapi, kitosan
memiliki keterbatasan terhadap daya tahan pada temperatur tinggi. Konduktivitas kitosan
akan menurun saat temperatur operasi dinaikan. Untuk mengatasi hal tersebut biasanya
kitosan dikobinasikan dengan bahan lain seperti Poly Vinyl Alcohol (PVA). PVA memiliki
titik leleh sekitar 228-256 °C, sehingga memungkinkan untuk dapat beroprasi pada temperatur
yang tinggi (Noezar et al., 2008). Salah satu cara untuk menggabungkan kitosan dengan PVA
adalah menggunakan crosslink agent. Crosslinking merupakan reaksi yang dapat membuat
struktur polimer mengalami perluasan membentuk struktur jaringan dengan mengubungan
rantai-rantai polimer seingga polimer yang awalnya cair menjadi gel atau padat (Mitra,
Kwatra and Vadlapudi, 2014). Salah satu crosslink agent dapat digunakan untuk
menggabungkan kitosan dengan PVA adalah gultraldehida (GA). Pada penelitian yang
dilakukan Baroudi et al., (2018) menginformasikan beberapa aspek positif dari penambahan
GA pada kitosan, diantaranya dapat meminimalisir sweelling dari membran, mendorong sifat
mekanik membran untuk mengalami peningkatan, dapat memperbaiki struktur, hingga
memodifikasi penyerapan. Penggunaan filler anorganik seperti silika juga dapat ditambahkan
sebagai aditif pada campuran membran polimer untuk meningkatkan sifat fisikokima matriks
inang seperti, sifat mekanik dan konduktivitas proton dari membran polimer elektrolit (Ying,
Kamarudin and Masdar, 2018a). Pada penelitian yang dilakukan Rosli et al., (2021)
melaporkan bahwa penambahan filler SiO2 dengan variasi (0.5-10 wt.%) pada membran N-
methylene phosphonic chitosan/poly vinyl alcohol (NMPC/PVA) dapat meningkatan
konduktivitas proton dari 8,76 x 10-5 S/cm menjadi 5.08 x 10-4 S/cm. Oleh karena itu,
berdasarkan uraian sebelumnya akan dilakukan penelitian tentang filler SiO2 pada membran
PEMFC berbasis nano oligosaccharides chitosan-poly vinyl alcohol (nano COS-PVA) untuk
mengetahui karakteristik membran yang sesuai kebutuhan aplikasi PEMFC.
.

1.2 Perumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian kali ini antara lain:
1. Bagaimana performa membran berbasis nano COS-PVA dan silika pada PEMFC?
2. Bagaimana pengaruh variasi penambaan filler SiO 2 terhadap peforma dan sifat membran
berbasis nano COS-PVA?

1.3 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah pada penelitian ini agar hasil akhir yang didapatkan tidak
menyimpang dari permasalahan yang ditinjau, antara lain:
1. Kelembaban ruang dianggap konstan.
2. Bahan yang digunakan dianggap murni tanpa ada pengotor.
3. Kecepatan pengadukan dianggap konstan.
4. Dianggap tidak terdapat material loss saat proses.

2
BAB I PENDAHULUAN
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan pada penelitian ini antara lain:
1. Menganalisis performa membran berbasis nano COS-PVA dan silika pada PEMFC
2. Menganalisis pengaruh variasi penambahan penambaan filler SiO2 terhadap peforma dan
sifat membran berbasis nano COS-PVA.

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan harapan mendapatkan membran polimer alternatif
berbasis nano COS-PVA yang diberi penambahan filler SiO2 yang memiliki karakteristik
tertentu sesuai kebutuhan aplikasi PEMFC dan diharapkan dapat menjadi tinjauan atau
referensi untuk penelitian membrane fuel cell lainnya di masa depan.

3
BAB I PENDAHULUAN
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

4
BAB I PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fuel Cell


Sel bahan bakar adalah jenis sel galvanik yang menghasilkan energi listrik dengan
menggunakan reaksi kimia dari zat pengoksidasi dan bahan bakar yang terus dipasok. Sel
bahan bakar merupakan konverter, bukan alat penyimpanan energi. Sel bahan bakar dapat
menggunakan berbagai bahan bakar selain hidrogen (H2), seperti metanol, butana, atau gas
alam. Banyak alternatif teknologi yang tersedia berdasarkan jenis elektrolit yang digunakan,
tekanan operasi, dan temperatur (Lindorfer, Rosenfeld and Böhm, 2020). Saat ini, fuel cell
telah banyak diaplikasikan di berbagai bidang seperti elektronik, pembangkit listrik,
kendaraan, serta aplikasi militer. Air adalah satu-satunya produk dari sel bahan bakar hidrogen,
dengan demikian tidak ada emisi karbon dioksida atau polutan udara yang menciptakan kabut
asap dan menyebabkan masalah kesehatan selama operasi (Fan, Tu and Chan, 2021).

Gambar 2. 1 Aplikasi fuel cell (Kandidayeni et al., 2020)

Pada dasarnya, sel bahan bakar terdiri dari tiga segmen yang berdekatan, yaitu, anoda,
elektrolit, dan katoda yang memberikan output berupa arus listrik searah (DC). Anoda
menerima bahan bakar, sedangkan katoda menerima oksigen. Elektrolit pada sel bahan bakar
dapat berbentuk cair atau padat guna mengantarkan proton ke katoda. Fuel cell menggunakan
suplai dari luar yaitu hidrogen sebagai bahan bakar dan oksigen dengan memanfaatkan reaksi
redoks untuk mengasilkan energi listrik. Sel bahan bakar memiliki beberapa keunggulan
seperti, memiliki efisiensi yang tinggi, kebisingan selama oprasi yang rendah, kemudahan
pengoprasian, serta ramah terhadap lingkungan (Fan, Tu and Chan, 2021).

Gambar 2. 2 Konsep fuel cell (Qussay et al., 2021)

5
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

Secara umum, fuel cell dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan suplai bahan
bakar, elektrolit, suhu, dan aplikasi yakni alkaline fuel cell (AFC), proton exchange membrane
fuel cell (PEMFC), direct methanol fuel cell (DMFC), phosphoric acid fuel cell (PAFC),
molten carbonate fuel cell (MCFC), dan solid oxide fuel cell (SOFC) (Ozigi et al.,2023)
berdasarkan karakteristik dan pengaplikasiannya, komparasi jenis fuel cell secara umum
ditunjukan melalui Tabel 2.1.

Tabel 2. 1 Jenis umum fuel cell (Qussay et al., 2021)


Jenis Fuel Temperatur
Elektrolit Anoda Katoda Aplikasi
Cell Operasi
Pesawat
Alkaline Larutan
ruang
Fuel Cell Potasium Hidrogen Oksigen 60-90oC
angkasa,
(AFC) hidroksida
kapal selam
Transportasi,
Proton pembangkit
Elektroda
Exchange listrik
polimer Oksigen di
Membrane Hidrogen 60-90oC stasioner,
konduktif udara
Fuel Cell kogenerasi,
proton
(PEMFC) catu daya
portabel
Direct Elektroda
Transportasi,
Methanol polimer Oksigen di
Metanol 90-120oC catu daya
Fuel Cell konduktif udara
portabel
(DMFC) proton
Pembangkit
Phosphoric
Oksigen di listrik
Acid Fuel Hidrogen 200oC
Asam fosfat udara stasioner,
Cell (PAFC)
kogenerasi
Molten Pembangkit
Hidrogen,
Carbonate Oksigen di listrik
Karbonat metana, gas 650oC
Fuel Cell udara stasioner,
alkali cair batubara
(MCFC) kogenerasi
Hidrogen, Pembangkit
Solid Oxide Elektrolit
gas alam, Oksigen di listrik
Fuel Cell keramik 800-1000oC
atau gas udara stasioner,
(SOFC) padat
batubara kogenerasi

Temperatur kerja yang berber-beda dari setiap sel bahan bakar berpengaruh terhadap efisiensi
bahan bakar itu sendiri. Hal ini menyebabkan struktur dari sel bahan bakar juga berbeda-beda
dan aplikasi dari setiap sel bahan bakar berbeda-beda (Saha et al., 2023).

2.2 Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC)


Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) merupakan perangkat sumber energi
yang menjanjikan karena efisiensi dan dampak lingkungan yang dimiliki. Umumnya fuel cell
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu fuel cell dengan temperatur oprasi yang rendah kurang dari
250 oC (seperti PEMFC) dan fuel cell dengan temperatur oprasi tinggi antara 600-1100 oC
(seperti SOFC). PEMFC menggunakan menggunakan membran elektrolit polimer yang berada

6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

diantara anaoda dan katoda sebagai wadah transfer proton yaitu ion hidrogen serta
memisahkan reaktan gas pada sisi anoda dan katoda. Membran elektrolit yang digunakan
(biasanya nafion) memiliki suhu kerja sekitar 70-90 °C (Qussay et al., 2021). Prinsip dasar
yang digunakan pada PEMFC adalah reaksi elektrokimia dari bahan bakar (hidrogen) dan
oksidan (oksien) tanpa ada reaksi pembakaran. PEMFC memiliki kelebihan dibanding dengan
sel bahan bakar lainnya seperti, temperature oprasional yang rendah (50-100 °C), desain yang
mudah dirakit, densitas yang tinggi, dan tidak ada cairan yang korosif di dalam sel (Qin, 2016).
Komponen utama PEMFC meliputi elektroda anoda dan katoda, katalis layer, membran
penukar proton, gas diffusion layers, dan biopolar plates (Tawalbeh et al., 2022). Berikut
skema dari proton exchange membrane fuel cell ditunjukan pada Gambar 2.3

Gambar 2. 3 Skema proton exchange membrane fuel cell (Tawalbeh et al., 2022)

Reaksi oksidasi hidrogen memisahkan molekul hidrogen menjadi proton dan elektron
terjadi di lapisan katalis anoda. Reaksi reduksi hidrogen terjadi saat proton hidrogen, elektron,
dan oksigen bertemu di lapisan katalis katoda yang menghasilkan listrik, panas, dan air.
Hidrogen akan dialirkan melalui anoda secara terus-menerus dengan tekanan yang konstan
dibantu katalisator sehingga akan melepaskan elektron yang menghasilkan ion positif hidrogen
(proton). Proton kemudian dipindakan ke katoda melewati membran elektroda polimer (PEM)
sehingga elektron mengalir di sepanjang sirkuit eksternal menciptakan arus litrik yang
direpresentasikan melalui Persamaan 2.1 dan Persamaan 2.2.

Anoda: H2 → 2H + + 2e+ (2.1)


Katoda: 12O2 + 2H + + 2e− → H2 O (2.2)

Kemudian di katoda, oksigen bereaksi dengan elektron yang diperoleh dari anoda dan proton
dari elektrolit yang menghasilkan produk berupa air seperti Persamaan 2.3 berikut

H2 + 12O2 → H2 O + ℎ𝑒𝑎𝑡 (2.3)

Seluruh reaksi fuel cell membutuhkan hidrogen yang biasanya diambil dari pengolahan bahan
lain, biasanya reormer (alat pengkonversi). Pada membran pengantar proton hanya
memperbolehkan ion proton saja untuk lewat dan menyaring elektron, sebab jika ada elektron
yang lewat elektrolit (membran penghantar proton) akan terjadi kerusakan akibat short circuit
(Kuncoro, 2008).

7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

2.3 Membrane Electrode Assembly (MEA)


Membrane electrode assembly (MEA) merupakan bagian inti dari sel bahan bakar yang
menjadi tempat berlangsungnya reaksi elektrokimia pada sel bahan bakar. Pada PEMFC, MEA
bertugas untuk mengontrol efisiensi aliran elektron yang dibebaskan pada reaksi donor
elektron (Anoda) ke reaksi penerima elektron (katoda). MEA dapat mempercepat proses
katalis untuk menghasilkan energi listrik (Xie et al., 2023). Oksigen (O2) dan hidrogen (H2)
disuplai melalui saluran gas di sisi masing-masing katoda dan anoda. Kemudian, gas yang
disuplai berdifusi melalui GDL ke CL dimana reaksi berlangsung. Proton yang dihasilkan di
anoda CL diangkut ke katoda sisi, sedangkan elektron ditransfer ke rangkaian listrik eksternal.
(Dafalla et al., 2022).

Gambar 2. 4 Skema komponen MEA (Xie et al., 2023)

Berdasarkan Gambar 2.4 Komponen dari MEA terdiri dari 3 bagian utama, meliput
membran penukar proton (PEM), gas diffusion layer (GDL) (termasuk lapisan substrat (SL)
serta lapisan microporous (MPL)), dan lapisan katalis (CL). Struktur membran, CL, dan GDL
terdiri dari bahan yang berbeda dapat mempengaruhi mempengaruhi kinerja dan daya tahan
komponen MEA (Dafalla et al., 2022). Berdasarkan fungsi dan material dari komponen MEA,
secara umum di tunjukan pada Tabel 2.2.

Tabel 2. 2 Fungsi dan material komponen MEA (Dafalla et al., 2022)


Ketebalan Densitas
Komponen Fungsi Material
(mm) (g/cm3)
Transfer proton,
Film perfluoro-
Membran mengisolasi gas
sulfat, film non-
penukar proton 0,01-0,1 ~2 reaktif,
fluorinated
(PEM) mengisolasi
hydrocarbon
elektron
Paduan platina,
-4 Tempat reaksi
Gas Diffusion 10 -0,05 katalis
~0,4 gas, reaksi
Layer (GDL) rendah/bebas
katalitik
platina
Memperkuat Kertas karbon,
digusi gas, kain karbon,
Lapisan Katalis 0,1-0,4 transfer Titanium,
0,3-0,5
(CL) elektron, Paladium (II)
menghasilkan oksida,
air komposit grafit

8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

2.4 Membran Penukar Proton (PEM)


Membran merupakan komponen utama dan terpenting dalam sel bahan bakar PEM
yang berfungsi sebagai pembatas antar ruang antara anoda dan katoda, memudahkan
perpindahan proton, dan pemisah reaktan gas yang ada pada masing-masing elektroda.
Membran akan membawa muatan proton yang bergerak dari anoda menuju katoda. Pada
PEMFC membran elektrolit yang digunakan adalah polimer. Membran bersifat selektif
terhadap proton. Membran yang ideal harus memiliki sifat yaitu, water uptake yang baik, rasio
swelling yang rendah, konduktivitas proton yang tinggi, mampu pada suhu oprasi yang tinggi,
stabilitas termal dan stabilitas kimia yang baik (Letsau, Govender and Msomi, 2022).
Membran dikategorikan tergantung pada jenis kelompok ionik tertentu yang menyatu
dengan matriks membran. Membran penukar ionik dikelompokkan menjadi membran penukar
kation dan penukar anion. komposisi utama untuk membran penukar kation yang melekat pada
tulang punggung membran adalah -SO3-, -COO-, -PO32-, -PO3H-, -C6H4O-. Kation dapat
menembus membran ini, sementara anion akan terhalang. Selain itu, membran penukar yang
dirancang khusus untuk anion memungkinkan hanya anion melewati smentara kation akan
ditolak. Membran penukar anion terdiri dari -NH3+, NRH2+, -NR3+, -PR3+, -SR3+ dan mereka
melekat pada membran untuk memudahkan penolakan kation (Ogungbemi et al., 2019).
Membran penukar proton (PEM) pada PEMFC termasuk membran penukar kation. Secara
langsung, PEM menolak semua anion dan partikel bermuatan negatif serta mencegah
persilangan O2 dari katoda menuju anoda (Nauman Javed et al., 2022).
Membran penukar ion juga dikategorikan sebagai membran homogen dan heterogen.
Membran heterogen hanya memiliki ikatan fisik, sementara membran homogen memiliki
ikatan kimiawi. Karakteristik elektrokimia membran penukar ion homogen sangat baik, tetapi
kekuatan mereka rendah. Membran penukar ion heterogen, di sisi lain, memiliki kekuatan
mekanis yang baik dan karakteristik listrik yang rendah. Stabilitas dimensi untuk membran
penukar ion heterogen juga baik dibandingkan dengan membran penukar ion homogen
(Ogungbemi et al., 2019).
Membran yang saat ini digunakan secara komersial sebagai membran penukar proton
(PEM) adalah nafion. Nafion memiliki kemampuan menghantarkan proton yang baik,
stabilitas termal dan mekanik yang tinggi, dan selektivitas untuk kation. Namun, membran
Nafion memiliki keterbatasan, seperti biaya produksi yang tinggi dan tidak ramah lingkungan.
Selain itu, membran nafion hanya dapat beroprasi pada suhu rendah (≈80°C) karena
membutuhkan hidrasi dan pelembapan gas permanen untuk memastikan konduktivitas proton
yang tinggi dan ketika suhu dinaikkan di atas 100°C, afinitas air dan kekuatan mekanik
membran juga akan berkurang (Hanna Rosli et al., 2020). Membran Nafion dikembangkan
oleh DuPont pada tahun 1970 yang dibuat dari sulfonasi polytetrafluoro– ethylene. Membran
Nafion memiliki struktur berupa kopolimer yang diperoleh dari flouoro-3, 6-dioxo 4, 6-oktan
asam sulfonat dengan polytetra-flu-orethylene (PTFE), tulang punggung Teflon dari struktur
ini membuat membran menjadi hidrofobik serta hidrofilik karena asam sulfonat, HSO3- yang
melekat pada membran. Sifat ionik membran mendukung penyerapan air yang baik sehingga
membran selalu lembab (Ogungbemi et al., 2019). Struktur nafion ditunjukan pada Gambar
2.5.

Gambar 2. 5 Struktur nafion (Ogungbemi et al., 2019)


9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

2.5 Nano Chitosan Oligosaccharide


Kitosan adalah senyawa alami yang dapat diperoleh dari kitin terdeasetilasi, yang
diperoleh dari berbagai sumber seperti jamur, krustasea, dan serangga. Secara komersial,
kitosan diproduksi dari krustasea. Industri produksi kitosan umumnya menggunakan sumber
bahan baku dari krustasea laut seperti, udang, kepiting, dan lempeng tulang cumi-cumi. Kitin
dan kitosan adalah polimer yang tidak beracun, biokompatibel, dan dapat terurai secara alami.
Kitosan pada umumnya memiliki struktur yang terdiri atas amine atau gugus N-acetyl (-NHR;
dimana R=H dan R=acetyl) yang diperoleh dari proses deasetilen (penghilangan gugus CH3-
CO-) pada kitin. Kitosan biasanya mengandung residu asetilglukosamin. Suatu zat dapat
dikategorikan sebagai kitosan apabila memiliki konsentrasi asetilglukosamin lebih rendah dari
50% dan konsentrasi kitin 50% atau lebih. Kitin merupakan biopolimer alami yang paling
melimpah dengan jumlah paling sedikit 1010 ton yang ada di biosfer (Román-Doval et al.,
2023). Kitin merupakan polimer yang hidrofobik, tidak mudah untuk dilarutkan di air maupun
asam dan pelarut organik, sehingga akan cukup sulit jika diproses dalam skala industri karena
kristalinitas yang tinggi dan ikatan hidrogen yang kuat. Kitin diolah untuk menjadi kitosan
dengan proses deproteinasi dan demineralisasi dengan basa dan asam kuat. Proses deproteinasi
bertujuan untuk menghilangkan protein menggunakan larutan basa, misalnya NaOH.
Kemudian, proses demineralisasi bertujuan untuk memisahkan mineral yang terkandung
sebagai filtrat, seperti besi, natrium, fosfor, kalsium, seng, magnesium, dan kalium yang
ditunjukkan dengan terbentuknya banyak buih dan gelembung udara karena terlepasnya gas
CO2 dan H2O. Kemudian, kitin dimodifikasi lagi melalui proses deasetilasi dengan melakukan
pengurangan gugus asetil yang terikat pada amine yang ada pada cincin C-2 yang melibatkan
hidrolisis kimia dengan basa kuat dan dipanaskan untuk menghasilkan kitosan (Marieta and
Musfiroh, 2019). Kitosan merupakan polimer alami yang dapat diaplikasikan dalam banyak
hal. Dalam rekayasa jaringan, kitosan digunakan karena sifat biokompatibilitas, antimikroba,
hemostatik, dan biodegradabilitasnya. Selain itu, dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk
membuat serat elektrospun, spons, hidrogel, dan membran. Penggunaan kitosan sebagai bahan
dasar dengan bahan lain seperti biopolimer lain, mikro dan nanopartikel, dan bahan aktif dapat
meningkatkan sifat biokompatibilitas serta mekaniknya (Román-Doval et al., 2023).
Salah satu contoh aplikasi chitosan adalah sebagai membran sel bahan bakar. Kitosan
dapat dijadikan material utama pada sel bahan kabar karena memiliki sifat -sifat yang baik,
seperti biodegradabilitas, biokompatibilitas, hidrofilik, dan relatif murah. Namun, kitosan
memiliki kekurangan yaitu kekuatan termal dan kekuatan mekanik yang masih rendah. Selain
itu, kitosan juga tidak tahan apabila dioprasikan pada temperatur tinggi (Sihombing et al.,
2023). Untuk mengatasi hal tersebut biasanya dilakukan penambahan material lain untuk
memperbaiki sifat mekanik dari kitosan, seperti material plasticizer. Material plasticizer dapat
meningkatkan sifat amorf dari kitosan. Beberapa plasticizer yang sering ditambahkan pada
kitosan adalah asam oleat, asam fosfat, PEO (Polietilen Oksida), dan PVA (Polivinil Alkohol).
Untuk menggabungkan kitosan dengan material plasticizer diperlukan agen pengikat silang
seperti glutaraldehyde dan genipin (Widiarti, Sumarni and Setyaningrum, 2017).

Gambar 2. 6 Proses deasetilasi kitosan (Alemu, Getachew and Mondal, 2023)

10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

Pada produksi komersial kitosan menggunakan proses deasetilasi, yang melibatkan


perlakuan polimer kitin dengan alkali untuk menghilangkan gugus asetil. proses ekstraksi
umum melibatkan deasetilasi kitin menggunakan alkali kuat pada suhu tinggi seperti pada
Gambar 2.6 (Alemu, Getachew and Mondal, 2023). Berdasarkan kisaran berat molekulnya,
kitosan dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu kitosan dengan berat molekul tinggi
(HMWC, >700 kDa), kitosan dengan berat molekul sedang (MMWC, 150-700 kDa), dan
kitosan dengan berat molekul rendah (LMWC, kurang dari 150 kDa) (Román-Doval et al.,
2023).
Salah satu turunan dari kitosan adalah adalah kitosan oligosakarida. Kitosan
oligosakarida (COS) adalah produk terdegradasi yang dibuat dari deasetilasi dan
depolimerisasi kitin atau kitosan menggunakan hidrolisis fisik, kimia, atau enzimatik seperti
yang ditunjukan pada Gambar 2.7. Sedangkan nano berarti ukuran chitosan oligosaccharides
berskala nano. Kitosan oligosakarida terdiri dari unit glukosamin dan koligomer glukosaminter
yang memiliki panjang rantai yang lebih pendek, dengan kurang dari 20% derajat polimerisasi
(DP) tetapi masih memiliki ikatan glikosidik, ikatan yang serupa dengan kitosan, sehingga
memiliki penyerapan yang lebih baik serta reaktivitas yang tinggi untuk berinteraksi dengan
zat tertentu. COS memiliki tingkat polimerisasi yang lebih rendah (DP), derajat deasetilasi
(DD) yang lebih tinggi, viskositas yang lebih rendah, lebih mudah larut, biodegradabilitas, dan
biokompatibilitas. Selain itu, COS memiliki sifat fisikokimia non-toksik yang memberikan
potensi besar dalam aplikasi medis, farmakologis, dan aplikasi industri (Benchamas et al.,
2021).

Gambar 2. 7 Struktur kitosan oligosakarida (Benchamas et al., 2021)

2.6 Polyvinyl Alcohol (PVA)


Polyvinyl Alcohol (PVA) adalah bahan polimer yang dapat terurai secara alami di alam.
PVA dapat terdegradasi hingga 75% dalam 46 hari. PVA adalah polimer yang larut dalam air
dengan rantai karbon sebagai rantai utama dan sejumlah besar gugus hidroksil di rantai
samping. Kitosan yang terdiri atas gugus hidroksil dan amine berpotensi larut dengan PVA
karena pembentukan ikatan hidrogen seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.8. PVA
memiliki sifat fleksibel, transparan, tidak beracun, tidak berbahaya, memiliki sifat mekanik
yang baik, ketahanan kimiawi, hidrofilik, kompatibel untuk membran kitosan, memiliki

11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

kemampuan film-forming yang baik, dan dapat meningkatkan sifat kimiawi dan mekanik
membran biopolimer (Liu, Zhang and Guo, 2022).

Gambar 2. 8 Struktur kitosan/PVA (Olvera Bernal, Olekhnovich and Uspenskaya, 2023).

Resin PVA dapat diperoleh dengan hidrolisis polivinil asetat (PVAc). Dalam proses
alkoholisis PVAc akan menghasilkan polyvinyl alcohol (PVA). PVA telah banyak digunakan
dalam modifikasi membran karena daya serap airnya yang tinggi dan hambatan listrik yang
baik. PVA sering digunakan sebagai bahan untuk polymer blending dengan polimer alami
seperti kitosan, alginate, dan selulosa. Namun, PVA memiliki konduktivitas proton yang
rendah dikarenakan tidak adanya gugus fungsi muatan, seperti gugus asam sulfonat (-SO3H) /
asam karboksilat (-COOH). Gugus ionik yang kuat, seperti gugus sulfonat, gugus fosfonat, dan
garam amonium kuartener, merupakan sumber proton yang umum digunakan dalam membran
polimer. Penggabungan sumber proton ke dalam matriks PVA merupakan pilihan yang baik
untuk meningkatkan konduktivitas proton membran PVA. Modifikasi matriks PVA akan
membantu meningkatkan konduktivitas membran. Salah satu metode modifikasi membran
PVA adalah dengan meode cross linking (Kulasekaran, Maria Mahimai and Deivanayagam,
2020).
Ikatan silang adalah metode umum yang digunakan untuk mengikat dua rantai polimer
secara kimia dengan ikatan kovalen untuk menghasilkan hidrogel permanen. Pembentukan
ikatan silang dicapai dengan menambahkan molekul pengikat silang kecil, konjugasi pada
polimer, serta pengikatan komponen kimia dengan gugus multiaktif. Ada berbagai macam
agen pengikat silang yang biasanya ditambahkan pada PVA untuk meningkatkan sifat-sifatnya
seperti, asam maleat, formaldehida, dan glutaraldehida. PVA yang dihubungkan silang dengan
glutaraldehida adalah salah satu teknik yang paling umum digunakan. Glutaraldehida adalah
agen pengikat silang untuk senyawa yang memiliki gugus hidroksil (seperti polisakarida dan
siklodekstrin). Metode ikat silang dapat meningkatkan stabilitas struktural dan sifat mekanik
seperti, ketahanan terhadap panas dan stabilitas bahan (Musa and Hameed, 2021).

2.7 Silika (SiO2)


Silika atau silika oksida adalah senyawa kimia dengan rumus molekul SiO 2 (silikon
dioksida) yang berasal dari silika mineral, nabati, dan sintesis kristal. Silika merupakan hasil
reaksi antara silikon dengan oksigen atau udara pada temperatur tinggi. Silikon oksida murni
hadir dalam dua bentuk kuarsa dan kristobalit. Silikon selalu berikatan tetrahedral dengan
empat atom oksigen, tetapi ikatannya bersifat ionik, sedangkan struktur kristal silikon adalah
kubus (Adli, Sari and Irzaman, 2018).

12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

Gambar 2. 9 Struktur molekul silika (Adli, Sari and Irzaman, 2018)

Penambahan bahan anorganik ke dalam polimer organik dapat membuat kerja


membran menjadi lebih baik daripada membran aslinya. Penambahan bahan anorganik dapat
memperbaiki stabilitas termal serta meningkatkan konduktivitas proton membran dan kinerja
sel bahan bakar. Membran campuran organik-anorganik dapat dikategorikan dalam dua kelas
utama berdasarkan jenis ikatan kimia yang terbentuk antara fase organik dan fase anorganik.
Pada membran campuran kelas I, memiliki ikatan yang lemah seperti ikatan hidrogen, dan
interaksi elektrostatik lemah. Sebaliknya, membran campuran kelas II terdiri dari ikatan kimia
kovalen yang kuat secara kimiawi dengan mencangkokkan fase organik dan anorganik
bersama-sama. Filler anorganik seperti silika (SiO2) dan metal oxides (ZrO2) merupakan filler
yang banyak digunakan dalam aplikasi PEM. Di antara filler anorganik ini, silika cenderung
menjadi filler yang paling menjanjikan untuk sel bahan bakar berbasis membran karena
memiliki kapasitas retensi air yang besar dan mampu menahan air dalam kondisi suhu tinggi
sehingga dapat meningkatkan konduktivitas proton pada membran dengan membentuk jalur
alternatif konduktivitas proton. Selain itu, porositas silika akan dapat meningkatkan efisiensi
penggunaan bahan bakar pada membran yang dapat digunakan selama reaksi. Hingga saat ini,
silika telah banyak digunakan sebagai filler atau matriks polimer dalam aplikasi PEMFC dan
DAFC, karena menunjukkan peningkatan kinerja sel bahan bakar dibandingkan dengan
membran berbasis non-silika(Ying, Kamarudin and Masdar, 2018).

2.8 Membran Nano COS/PVA/Silika


Ikatan silang adalah metode modifikasi umum yang digunakan untuk mengikat dua rantai
polimer secara kimia dengan ikatan kovalen untuk menghasilkan hidrogel permanen.
Pembentukan ikatan silang dicapai dengan menambahkan molekul pengikat silang kecil,
konjugasi pada polimer, serta pengikatan komponen kimia dengan gugus multiaktif (Musa and
Hameed, 2021). Kitosan memiliki beberapa keterbatasan seperti, kekuatan mekanik, stabilitas
termal, serta dapat larut dalam larutan asam. Selain itu, stabilitas mekanik dari kitosan juga
buruk pada keadaan basah. Untuk memperbaiki stabilitas termal dari kitosan dapat dilakukan
dengan penambaan agen ikat silang. berbagai dialdehida, seperti glioksal dan glutaradehida
(GA) (Hanna Rosli et al., 2020), digunakan sebagai agen ikatan silang untuk membentuk
ikatan antar gugus aldeida dan gugus amina bebas yang ada di dalam kitosan terdeasetilasi
polimer seperti pada Gambar 2.10. Penambahan agen ikat silang pada kitosan dapat
memperbaiki sifat mekanik dari kitosan serta sweeling membran (Baroudi, García-Payo and
Khayet, 2018).

13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

Gambar 2. 10 Struktur (a) kitosan dan (b) kitosan ikat silang glutaraldeida (GA) (Baroudi,
García-Payo and Khayet, 2018)

Modifikasi pada membran berbasis PVA telah banyak dilakukan untuk mengatasi
sweeling yang berlebih serta memperbaiki sifat mekanik pada membran. Salah satunya adalah
dengan metode ikat silang. Menambahkan PVA ke dalam matriks hidrogel berbasis kitosan
dapat meningkatan kekuatan mekanik menjadi lebih baik karena pada keduanya terjadi
interaksi antar molekul yang unik berdasarkan struktur kimia dan sifat fisiknya. PVA adalah
polimer sintetis yang larut dalam air dengan tingkat ikatan hidrogen yang tinggi antara gugus
hidroksilnya (-OH), sedangkan kitosan memiliki gugus amino (-NH2) dalam struktur kimianya,
yang dapat membentuk ikatan hidrogen dengan gugus hidroksil PVA seperti pada Gambar
2.11. Karena ikatan hidrogen dan interaksi elektrostatik, campuran PVA-kitosan dapat
membentuk ikatan silang fisik yang dapat berkontribusi pada sifat membran (Nathan, Genasan
and Kamarul, 2023).

Gambar 2. 11 Ikat silang PVA dengan kitosan (Nathan, Genasan and Kamarul, 2023)

PVA memiliki kelemahan pada konduktivitas proton yang rendah dikarenakan tidak adanya
gugus fungsi muatan, seperti gugus asam sulfonat (-SO3H) / asam karboksilat (-COOH).
Gugus ionik yang kuat, seperti gugus sulfonat, gugus fosfonat, dan garam amonium kuartener,
merupakan sumber proton yang umum digunakan dalam membran polimer. Penggabungan

14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

sumber proton ke dalam matriks PVA merupakan pilihan yang baik untuk meningkatkan
konduktivitas proton membran PVA (Kulasekaran, Maria Mahimai and Deivanayagam, 2020).
Penambahan bahan anorganik ke dalam polimer organik dapat membuat kerja membran
menjadi lebih baik daripada membran aslinya dengan memperbaiki stabilitas termal serta
meningkatkan konduktivitas proton membran dan kinerja sel bahan bakar. Filler anorganik
seperti silika (SiO2) merupakan filler yang banyak digunakan dalam aplikasi PEM. Silika
memiliki kapasitas retensi air yang besar dan mampu menahan air dalam kondisi suhu tinggi
sehingga dapat meningkatkan konduktivitas proton pada membran dengan membentuk jalur
alternatif konduktivitas proton (Ying, Kamarudin and Masdar, 2018a). Interaksi antara kitosan,
PVA, dan silika akan membentuk ikatan hidrogen antara gugus amida dari kitosan dengan
gugus silanol seperti pada Gambar 2.11. Penambahan silika dapat meningkatan konduktivitas
proton karena dipengaruhi gugus Si-OH yang dapat memfasilitasi konduksi proton.
Perpindahan proton melalui pelarut tidak diperlukan, namun reorganisasi lingkungan proton
yang terdiri dari reorientasi satu ikatan hidrogen atau lebih dibutuhkan untuk membentuk jalur
yang tidak terputus untuk perpindahan proton (Siniwi, 2014).

Gambar 2. 12 Interaksi kitosan, PVA, dan silika (Kariminejad et al., 2022)

2.9 Kajian Penelitian Sebelumnya


Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, penulis menggunakan beberapa hasil
penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai kajian untuk keberlangsungan penelitian ini.
Berikut adalah penelitian-penelitian sebelumnya terkait variasi membran Kitosan, Polyvinyl
Alcohol (PVA), dan silika (SiO2) yang ditunjukan pada Tabel 2.2.

Tabel 2. 3 Rangkuman penelitian terdahulu


No Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh modifikasi dan
(Hanna Rosli et pengaruh komposisi penambahan filler SiO2 terhadap struktur mikro
1. al., 2020) dan sifat fisik membran N-metilena fosfonat kitosan/ poly (vinyl
alcohol) (NMPC/PVA). biopolimer NMPC dan polimer PVA

15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

digunakan sebagai polimer inang untuk menghasilkan membran


komposit NMPC/PVA dengan komposisi yang berbeda (30-70%
kandungan NMPC) menggunakan ikat silang formaldeida, natrium
sulfat, sulfur asam, dan air. Peningkatan kandungan NMPC dalam
membran meningkatkan konduktivitas proton, dan karena membran
komposit NMPC/PVA-50 menunjukkan konduktivitas tertinggi (8,76
×10-5 S/cm pada suhu kamar), membran ini dipilih menjadi membran
dasar untuk dimodifikasi dengan menambahkan filler silikon
dioksida (SiO2). Penambahan filler ke dalam matriks membran SiO2
divariasikan (0,5-10% berat) untuk mempelajari pengaruh
konsentrasi pengisi pada konduktivitas proton. MPC / PVA-SiO2 (4
wt.%) menunjukkan konduktivitas proton tertinggi sebesar 5,08 × 10 -4
S/cm pada 100◦C. Sehingga diketahui bahwa penambahan filler SiO2 dapat
meningkatan konduktivitas proton.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari komposisi
silika dan pengikat silang trisodium sitrat pada membran
PVA/kitosan/silika. Pembuatan membran dengan komposisi masa
PVA:kitosan sebesar 5:1 dan variasi kandungan silika 5, 10, 15, 20,
dan 25%. Penambahan silika dan ikat silang memiliki nilai uji tarik
(1181,6 Mpa) dan persen degradasi (52,92 %) yang dicapai ole
membran PVA/kitosan/25% silika terikat silang. Membran
2. (Melati, 2017)
PVA/kitosan/5% silika tanpa ikat silang memiliki nilai water uptake
paling tinggi (15,27%), sedangkan nilai metanol uptake rendah
(2,27%) dicapai oleh membran PVA/kitosan/25% silika terikat
silang. Konduktivitas proton mencapai puncak pada komposisi silika
15% untuk membran tanpa ikat silang dan silikia 10% untuk
membran dengan ikat silang. Dengan masing-masing nilai 0,96 × 10-
3
S/m dan 0,99 × 10-3 S/m.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik PEM
berbasis kitosan untuk meningkatkan konduktivitas dan karateristik
fifik membran dengan penambahan variasi masa lempung dari
Babaan Madang, Bogor. Lempung dari Babakan Madang dengan
kandungan Si 50% diharapkan dapat meningkatkan konduktivitas
proton serta memperbaiki karakteristik membran polimer tersebut.
Sintesis membran berbasis kitosan/PVA dilakukan dengan
(Kharisma et
3. penambahan variasi berat lempung sebesar 0,3, 0,6 dan 0,9 g. Hasil
al., 2020)
pengujian menunjukkan nilai konduktivitas proton tertinggi adalah
membran dengan penambahan lempung 0,6 g sebesar 6,96 x 10-7
S/cm. Swelling air membran yang dihasilkan pada ketiga membran
cenderung tinggi, dengan nilai terkecil 56,69% pada membran
dengan penambahan lempung 0,9 gram. Hasil pengujian swelling
metanol sebesar 346,11% untuk membran dengan penambahan 0,6
gram lempung.
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki lebih lanjut efek dari
penambahan propylammonium nitrate (PAN) ionic liquid/silikon
(Rosli et al., dioksida (SiO2) pada siifat fisik membran kitosan fosfonat/ poli (vinil
4. 2022) alkohol) (NMPC/PVA). Variasi penambahan propylammonium
nitrate (PAN) ionic liquid/silikon dioksida (SiO2) berkisar antara 5-
20 wt%. hasil pengujian yang dilakukan menunjukan bahwa seiring

16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

dengan meningkatnya penambahan filler PAN dalam matriks


membran NMPC/PVA, nilai konduktivitas ionik juga meningkat
dengan nilai tertinggi 0,53 x 10-3 S/cm pada suhu 25°C dan
meningkat menjadi 1,54 x 10-3 S/cm pada suhu 100°C dengan 20
wt% PAN. Membran komposit NMPC/PVA-PAN (20 wt%) juga
menunjukkan kapasitas serapan air dan pertukaran ion tertinggi,
dengan nilai masing-masing 60,5% dan 0,60 mequiv g -1. Penelitian
ini menunjukkan bahwa membran komposit NMPC/PVA yang
dimodifikasi dengan cairan ionik PAN dan/atau filler SiO2
menunjukkan peningkatan kinerja dibandingkan dengan membran
komposit NMPC/PVA yang tidak dimodifikasi untuk sel bahan
bakar membran penukar proton.
Pada penelitian ini nanokomposit organik-anorganik yang terdiri dari
kitosan dan asam silikotungstat yang didukung silika (IHPA)
dikembangkan dengan menggunakan teknik pengecoran larutan
sederhana. Dibandingkan dengan membran kitosan murni, membran
yang diberi penambahan IHPA menunjukkan stabilitas termal,
mekanis, oksidatif yang lebih tinggi dan selektivitas membran yang
(Vijayalekshmi
lebih baik karena interaksi elektrostatik yang kuat dan ikatan
5. and Khastgir,
2018) hidrogen antara polimer, zat pengikat silang, dan nanopartikel IHPA.
Membran nanokomposit dengan 5 wt% filler IHPA memiliki
konduktivitas proton tertinggi sebesar 9,0 x 10-3 S/cm pada 100°C.
membran nanokomposit CS-IHPA yang dibuat menunjukkan
stabilitas yang lebih baik terhadap degradasi oksidatif, kemampuan
penyerapan dan retensi air, konduktivitas proton, dan selektivitas
membran.

17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
METODOLOGI

3.1 Diagram Alir


Adapun diagram alir penelitian yang bisa dilihat pada Gambar 3.1 sebagai berikut.

Gambar 3. 1 Diagram alir penelitian

19
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

3.2 Alat Penelitian


Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Gelas Beaker
Gelas beaker digunakan untuk melarutkan melarutkan PVA, kitosan, GA, dan SiO2
pada aquades sebagai bahan membran. Gambar 3.2 merupakan alat dari Gelas
beaker.

Gambar 3. 2 Gelas beaker (dokumentasi pribadi, 2023)

2. Gelas ukur
Gelas ukur pada penelitian ini digunakan sebagai alat bantu pengukuran larutan.
Gambar 3.3 merupakan alat dari Gelas ukur.

Gambar 3. 3 Gelas ukur (dokumentasi pribadi, 2023)

3. Neraca Digital
Neraca digital digunakan untuk menimbang bahan yang akan digunakan pada proses
penelitian. Gambar 3.4 merupakan alat dari Neraca digital.

20
BAB III METODOLOGI
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

Gambar 3. 4 Neraca digital (dokumentasi pribadi, 2023)

4. Spatula
Spatula pada penelitian ini digunakan untuk mengambil dan memindahkan bahan
padat. Gambar 3.5 merupakan alat dari Spatula.

Gambar 3. 5 Spatula (dokumentasi pribadi, 2023)

5. Stirring Plate
Stirring plate merupakan alat pemanas dan agitasi, yang mana temperatur dan
kecepatan agitasi dapat diatur yang tertera pada layer. Alat ini digunakan untuk
pembuatan larutan gel sebagai bahan membran. Gambar 3.6 merupakan alat dari
Stirring plate.

21
BAB III METODOLOGI
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

Gambar 3. 6 Stirring plate (dokumentasi pribadi, 2023)

6. Cetakan Membran
Cetakan membran merupakan alat untuk mencetak membran dengan cara menuangkan
larutan gel diatasnya. Alat berbahan dasar silikon agar mudah dilepas ketika sudah
kering dengan bagian atas yang tereskpos udara agar membran dapat mengering.
Cetakan didesain untuk masing-masing variasi. Gambar 3.7 merupakan alat dari
Cetakan membran.

Gambar 3. 7 Cetakan membran (dokumentasi pribadi, 2023)

7. Instrumen Karakterisasi Material


a. Alat uji X-Ray Diffraction (XRD)
X-Ray Diffraction digunakan untuk menganalisis fasa, struktur, dan ukuran kristal
yang terbentuk pada sampel membran.
b. Alat uji Fourier-Transform Infrared (FTIR)
Fourier-Transform Infrared digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsi yang
terkandung dalam sampel membran.
c. Alat uji Scanning Electron Microscope (SEM)
Scanning Electron Microscope digunakan untuk menganalisis morfologi
permukaan sampel membran.
d. Alat uji Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS)
Electrochemical Impedance Spectroscopy digunakan untuk mengetahui nilai
konduktivitas dari produk proton exchange membrane.

22
BAB III METODOLOGI
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

3.3 Bahan Penelitian


Berikut merupakan bahan yang digunakan pada penelitian kali ini antara lain :
1. Aquades
Aquades pada penelitian ini digunakan untuk proses pengenceran dan preparasi larutan
kimia. Gambar 3.8 merupakan bahan dari aquades.

Gambar 3. 8 Aquades (dokumentasi pribadi, 2023)

2. Polivinil Alkohol (PVA)


Polivinil alkohol pada penelitian digunakan sebagai matriks pada membran dengan
melarutkan pada aquades. Gambar 3.9 merupakan bahan dari Polivinil Alkohol.

Gambar 3. 9 Polivinil Alkohol (dokumentasi pribadi, 2023)

3. Glutaraldehida (GA)
Glutaraldehida dalam penelitian ini berfungsi sebagai crosslinking agent untuk zat
dengan gugus amina primer dan meningkatkan ikatan imina. Gambar 3.10 merupakan
bahan dari Glutaraldehida (GA).

Gambar 3. 10 Glutaraldehida (GA) (dokumentasi pribadi, 2023)

23
BAB III METODOLOGI
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

4. Kitosan
Kitosan dalam penelitian ini berfungsi sebagai reinforce pada membran. Gambar
3.11 merupakan bahan dari Kitosan.

Gambar 3. 11 Kitosan (dokumentasi pribadi, 2023)

5. Silika
Silika dalam penelitian ini berfungsi sebagai filler pada membran. Gambar 3.12
merupakan bahan dari Silika.

Gambar 3. 12 Silika (dokumentasi pribadi, 2023)

3.4 Metode Penelitian


Dalam penelitian ini terdapat beberapa tahapan proses yang dilakukan untuk
mengetahui pengaruh variasi penambahan silika terhadap membran PEMFC berbasis nano
kitosan oligosakarida dan polivinil alkohol. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
studi eksperimen dimana untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan variabel-
variabel yang diteliti harus melakukan suatu percobaan. Beberapa tahapan yang dilakukan
adalah persiapan alat dan bahan, pembuatan mix design komposisi membran, dan pembuatan
membran.

3.4.1 Perancangan Mix Design


Perancangan mix desaign digunakan untuk menentukan jumlah masing-masing bahan
yang diperlukan dalam suatu campuran membran. Mix design pada penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui pengaruh variasi penambahan silika terhadap membran PEMFC berbasis
nano kitosan oligosakarida dan polivinil alkohol yang disusun pada Tabel 3.1.

24
BAB III METODOLOGI
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

Tabel 3. 1 Mix design


Kitosan PVA Silika GA Air
Kode Sample
(gram) (gram) (%wt) (ml) (ml)
CPS8 2 6 8
CPS10 2 6 10 0,6 30
CPS12 2 6 12

Pada Tabel 3.1 terdapat kolom dengan kode pada tiap variasi menunjukan kandungan silika
yang ditambakan pada pembuatan membran, dimana C menyimbolkan kitosan, P
menyimbolkan polivinil alkohol (PVA), dan S menyimbolkan silika.

3.4.2 Pembuatan Membran


Proses pembuatan membran dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
1. Menambahkan kitosan ke dalam 30 ml Aquades sebanyak 2 gram, dalam keadaan
diaduk dengan magnetic stirrer selama 10 menit dengan kecepatan pengadukan 130
rpm dan temperature 60oC.
2. Menambahkan crosslink glutaraldehida sebanyak 0,6 gram dalam keadaan diaduk
dengan magnetic stirrer selama 2 menit.
3. Melarutkan PVA sebanyak 6 gram. Sehingga rasio PVA dan kitosan adalah 3:1.
4. Mengaduk larutan dengan magnetic stirrer selama 1 jam dengan kecepatan
pengadukan 140 rpm dan temperature 140 oC.
5. Menambahkan silika berdasarkan perhitungan mix design dalam keadaan diaduk
menggunaka magnetic stirrer dengan kecepatan pengadukan 140 rpm dan temperature
70 oC selama 1 jam.
6. Menuangkan ke cetakan silicon dan dibiarkan selama 1 hari dalam temperatur kamar
yang tidak banyak terkontaminasi.

3.5 Proses Pengujian


Pada penelitian ini terdapat beberapa pengujian yang dilakukan untuk membantu
menganalisis data dari penelitian ini. Berikut adalah pengujian yang dilakukan pada penelitian
ini.

3.5.1 Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR)


Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) merupakan metode karakterisasi
material untuk mengidentifikasi gugus fungsi dalam berbagai fasa (gas, cair, dan padat)
dengan menggunakan sinar radiasi inframerah. Sepktroskopi inframerah berfungsi mengukur
penyerapan radiasi inframerah yang dibuat oleh setiap ikatan dalam molekul, hasilnya
memberikan spektrum inframerah yang biasanya ditetapkan dalam bentuk kurva %
transmitansi dan bilangan gelombang (cm-1) tinggi ke rendah semakin ke kanan(Khan et al.,
2018).

25
BAB III METODOLOGI
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

Gambar 3. 13 Skema alat uji FTIR (Silviyah and Widodo, 2017)

Pada Gambar 3.13 telah disajikan skema alat uji FTIR dengan penomoran pada
gambar dijelaskan sebagai berikut : 1) Sumber inframerah. (2) Pembagi berkas (beam spliter).
(3) Kaca pemantul. (4) Sensor inframerah. (5) Sampel. (6) Display.
Prinsip dari pengujian FTIR adalah spektrum inframerah dihasilkan dari
pentransmisian cahaya yang melewati sample, kemudian pengukuran intensitas cahaya
dengan detektor dan dibandingkan dengan intensitas tanpa sampel sebagai fungsi dari panjang
gelombang. Dari panjang gelombang tersebut, akan dapat ditentukan gugus fungsi yang
bersesuaian dengan panjang gelombang yang terekam pada masing-masing sampel (Silviyah
and Widodo, 2017). Pengujian FTIR diperlukan untuk mengidentifikasi senyawa serta
mendeteksi gugus fungsi dari sampel membran. Pada Gambar 3.14 telah disajikan gambar
alat uji FTIR.

Gambar 3. 14 Instrumen FTIR (dokumentasi pribadi, 2023)

3.5.2 Pengujian XRD


Pengujian XRD adalah pengujian yang digunakan untuk menganalisis komposisi fasa
atau senyawa pada material dan juga karakterisasi kristal. Jenis sample bisa berbentuk padatan
berupa lembran, maupun serbuk yang sudah dihaluskan. Pengujian XRD pada penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi struktur kristal pada membran hasil penelitian. Prinsip dasar
dari XRD adalah mendifraksi cahaya yang melalui celah kristal. Dimana difraksi cahaya oleh
kisi-kisi atau kristal ini dapat terjadi apabila difraksi tersebut berasal dari radius yang
memiliki gelombang yang setara dengan jarak antar atom, yaitu sekitar 1 Angstrom. Radiasi
yang digunakan berupa radiasi sinar-X, dan neutron. Sinar-X merupakan foton dengan energi
tinggi yang memiliki gelombang berkisar antara 0.5 sampai 2,5 amstrong. Ketika berkas

26
BAB III METODOLOGI
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

sinar-X berinteraksi dengan suatu material, maka spesimen berkas akan diabsorbsi,
ditransmisikan, dan spesimen lagi dihamburkan terdifraksi. Hamburan terdifraksi inilah yang
dideteksi oleh XRD. Berkas sinar X yang dihamburkan tersebut ada yang saling
menghilangkan karena fasanya berbeda dan ada juga yang saling menguatkan karena fasanya
sama. Berkas sinar X yang saling menguatkan itulah yang disebut sebagai berkas difraksi.
Hukum Bragg merumuskan tentang persyaratan yang harus dipenuhi agar berkas sinar X yang
dihamburkan tersebut merupakan berkas difraksi. Berikut persamaan dari Hukum Bragg.
N λ = 2 d sin θ…………………………………..3.1
Dimana N adalah orde difraksi, λ panjang dari sinar-X, d adalah jarak kisi, dan θ sudut dari
difraksi (Sequeira, 2022). Pada Gambar 3.15 telah disajikan gambar alat uji XRD.

Gambar 3. 15 Alat pengujian XRD yang terdapat di Departemen


Teknik Material (dokumentasi pribadi, 2023)

3.5.3 SEM-EDX
SEM-EDX adalah gabungan dari 2 jenis instrumen yaitu SEM dan EDX. Pengujian
SEM-EDX pada penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis informasi
terkait morfologi, bentuk, dan topografi atau ciri-ciri permukaaan pada membran. Scanning
Electron Microscopy (SEM) adalah salah satu jenis alas mikroskop yang mampu
menghasilkan gambaran permukaan suatu sampel dengan resolusi tinggi. Prinsip kerja alat
SEM adalah dengan memanfaatkan hamburan balik elektron (electron beam) pada permukaan
objek dan mengambil gambar dengan mendeteksi elektron yang muncul pada permukaan
objek. Sedangkan EDX (Energy Dispersive X-Ray) adalah instrumen yang berfungsi untuk
menganalisis unsur atau karakterisitik kimia dari suatu material. Analisis dari radiasi sinar-X
dapat menghasilkan informasi kualitatif dan kuantitatif tentang komposisi dari lokasi pada
sampel dengan diameter beberapa mikrometer. Dengan melakukan pengujian menggunakan
SEM-EDX maka akan diperoleh Suatu hasil morfologi atau struktur permukaan sampel (Ul-
Hamid, 2018). Gambar 3.16 merupakan alat uji SEM-EDX yang terdapat di Departemen
Teknik Material.

27
BAB III METODOLOGI
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

Gambar 3.16 Alat uji SEM-EDX (Dokumentasi pribadi, 2023)

3.5.4 Water Uptake dan Swelling Ratio


Pengujian water uptake mencakup penentuan kemampuan berdasarkan laju
penyerapan air oleh membran polimer. Nilai water uptake ditentukan dan diukur
menggunakan standar ASTM D 570-98. Diawali dengan pemanasan membran pada
temperatur 105-110°C (221-230°F) selama 1 jam, kemudian dikeringkan dalam oven pada
temperatur 50 ± 3°C (122 ± 5,4°F) selama 24 jam. Dilakukan pendinginan dalam desikator
pada temperatur kamar dan dilakukan pengukuran massa pada kondisi kering. Selanjutnya,
membran ditempatkan dalam wadah berisi air suling yang dijaga pada temperatur kamar,
dipastikan bahwa seluruh bagian terendam selama 24 jam. Setelah itu, membran diangkat dan
permukaan dibersihkan dengan air kering, lalu ditimbang massanya. Persentase water uptake
dihitung dengan menggunakan Persamaan 3.4 berikut

Wwet−Wdry
Water Uptake (%) = × 100……………………….3.2
Wdry
Keterangan:
Wwet = massa membran keadaan basah
Wdry = massa membran keadaan kering
(ASTM International, 2018)
Pembengkakan merupakan fenomena ketika volume polimer mengembang di antara
molekul-molekul saat berada dalam larutan. Molekul pelarut menyebar dalam struktur
sehingga menghasilkan ekspansi volume polimer. Nilai kestabilan pembengkakan dapat
ditentukan dengan menghitung swelling ratio. Dengan membandingkan dimensi membran
pada kondisi basah (Swet) dan dimensi membran pada kondisi kering (S dry) seperti pada
Persamaan 3.5, maka dapat diperoleh swelling ratio yaitu perbedaan penyusutan atau
pembengkakan membran dalam kondisi kering atau dalam larutan.

Swet−Sdry
Swelling ratio (∆S%) = × 100……………………….3.3
Sdry

Swelling ratio berkaitan dengan temperatur dan tekanan selama percobaan, cross-link antara
molekul dan polimer, serta polaritas zat pelarut dan terlarut.
(Selim et al., 2022)

28
BAB III METODOLOGI
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

3.5.5 Konduktivitas
Pengukuran konduktivitas dapat dilakukan dengan menggunakan Electrochemical
Impedance Spectroscopy (EIS). EIS merupakan sebuah metode yang umum digunakan dalam
studi elektrokimia yang didasarkan pada penggunaan sinyal arus bolak-balik (AC) dan
diterapkan pada working electrode untuk menentukan respons yang sesuai. Pada dasarnya,
EIS menerapkan sinyal potensial (E) menuju working electrode dan respons arusnya (I)
ditentukan pada frekuensi yang berbeda. Potensiostat yang digunakan memproses pengukuran
potensial terhadap waktu dan arus terhadap waktu. Dalam penggunaanya, spektrum impedansi
yang diperoleh biasanya dianalisis menggunakan rangkaian listrik yang disebut sebagai
rangkaian listrik ekivalen dan sebagai terdiri dari beberapa komponen, seperti resistor (R),
kapasitansi (C), dan induktansi (L) yang dikombinasikan sedemikian rupa untuk
memproduksi spektrum impedansi terukur. Tahanan listrik dalam EIS dinyatakan dengan
impedansi (Z) yakni ukuran kemampuan suatu rangkaian menahan aliran arus listrik. Dalam
rangkaian arus searah (DC), hubungan antara arus (I) dan potensial (E) mengikuti persamaan
Hukum Ohm yang ditunjukkan pada Persamaan 3.4.

E (V)
I (A) = R (Ω)………………………………………..3.4
Dalam kasus sinyal alternative, persamaan ekuivalennya seperti pada Persamaan 3.5.

E (V)
I (A) = ………………………………………..3.5
Z (Ω)

(Canales, 2021)
Hasil uji konduktivitas dengan EIS direpresentasikan dalam bentuk Diagram Nyquist dan
Diagram Bode seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.16. Diagram Nyquist memberikan
gambaran terkait hubungan antara data impedansi imajiner (Zim) yang dinyatakan pada
sumbu y dan nyata (Zreal) yang dinyatakan pada sumbu-x. Diagram Bode mengilustrasikan
perubahan frekuensi (Hz) terhadap impedansi (Ohm). Umumnya semakin tinggi frekuensi
yang dihasilkan, maka semakin kecil nilai impedansi (Wang et al., 2021).

Gambar 3. 17 Diagram Nyquist dan Bode (Choi et al., 2020)

Sebelum dilakukan pengukuran EIS, membran direndam dalam air suling pada temperatur
kamar selama 24 jam. Kemudian, sisa larutan pada permukaan segera dibersihkan dan segera
diletakkan di antara kedua elektroda Pt pada jarak 3 cm sehingga membentuk sel.
Konduktivitas (σ) ditentukan menggunakan Persamaan 3.9 berikut.
L
σ = RA…………………………………………3.6

29
BAB III METODOLOGI
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

Keterangan:
σ = konduktivitas (S/cm)
L = ketebalan membran (cm)
R = resistansi membran (Ω)
A = luas area membran yang diuji (cm2)
(Sun et al., 2020)

3.6 Rancangan Penelitian


Pada penelitian ini terdapat lima pengujian, yaitu pengujian FTIR, XRD, SEM-EDX,
water uptake dan swelling ratio, serta konduktivitas. Berikut merupakan rancangan penelitian
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3. 2 Rancangan penelitian


Pengujian
Persen
Sampel Water uptake dan
silika FTIR XRD SEM-EDX Konduktivitas
swelling ratio
CPS8 8%wt ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
CPS10 10%wt ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
CPS12 12%wt ✓ ✓ ✓ ✓ ✓

Keterangan:
CPS8 : Komposisi kitosan 2 gram, PVA 6 gram, dan silika 8%wt
CPS10 : Komposisi kitosan 2 gram, PVA 6 gram, dan silika 10%wt
CPS12 : Komposisi kitosan 2 gram, PVA 6 gram, dan silika 12%wt

3.7 Jadwal Penelitian


Tabel 3.3 menunjukan jadwal penelitian yang akan dilakukan.

Tabel 3. 3 Jadwal penelitian

30
BAB III METODOLOGI
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Q. et al. (2020) ‘Current state and future prospects for electrochemical energy storage
and conversion systems’, Energies. MDPI AG. Available at:
https://doi.org/10.3390/en13215847.
Adli, M.Z., Sari, Y.W. and Irzaman (2018) ‘Extraction Silicon Dioxide (SiO2) from Charcoal
of Baggase (Saccharum officinarum L)’, in IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science. Institute of Physics Publishing. Available at:
https://doi.org/10.1088/1755-1315/187/1/012004.
Alemu, D., Getachew, E. and Mondal, A.K. (2023) ‘Study on the Physicochemical Properties
of Chitosan and their Applications in the Biomedical Sector’, International Journal of
Polymer Science. Hindawi Limited. Available at: https://doi.org/10.1155/2023/5025341.
ASTM International (2018) Standard Test Method for Water Absorption of plastics.
Cambridge University Press.
Baroudi, A., García-Payo, C. and Khayet, M. (2018) ‘Structural, mechanical, and transport
properties of electron beam-irradiated chitosan membranes at different doses’, Polymers,
10(2). Available at: https://doi.org/10.3390/polym10020117.
Baroutaji, A. et al. (2014) Design and Development of Proton Exchange Membrane Fuel Cell
using Open Pore Cellular Foam as Flow Plate Material. Available at:
https://www.researchgate.net/publication/265412592.
Benchamas, G. et al. (2021) ‘Preparation and biological activities of chitosan
oligosaccharides’, Trends in Food Science and Technology. Elsevier Ltd, pp. 38–44.
Available at: https://doi.org/10.1016/j.tifs.2020.11.027.
Canales, C.P. (2021) Electrochemical Impedance Spectroscopy and Its Applications.
Available at: www.intechopen.com.
Choi, W. et al. (2020) ‘Modeling and applications of electrochemical impedance spectroscopy
(Eis) for lithium-ion batteries’, Journal of Electrochemical Science and Technology.
Korean Electrochemical Society, pp. 1–13. Available at:
https://doi.org/10.33961/jecst.2019.00528.
Dafalla, A.M. et al. (2022) ‘Membrane Electrode Assembly Degradation Modeling of Proton
Exchange Membrane Fuel Cells: A Review’, Energies. MDPI. Available at:
https://doi.org/10.3390/en15239247.
Fan, L., Tu, Z. and Chan, S.H. (2021) ‘Recent development of hydrogen and fuel cell
technologies: A review’, Energy Reports. Elsevier Ltd, pp. 8421–8446. Available at:
https://doi.org/10.1016/j.egyr.2021.08.003.
Fan, X. et al. (2021) ‘Future Climate Change Hotspots Under Different 21st Century
Warming Scenarios’, Earth’s Future, 9(6). Available at:
https://doi.org/10.1029/2021EF002027.
Fuel Cell Handbook (2004) Fuel Cell Handbook (Seventh Edition).
Hanna Rosli, N.A. et al. (2020) ‘Review of chitosan-based polymers as proton exchange
membranes and roles of chitosan- supported ionic liquids’, International Journal of
Molecular Sciences. MDPI AG. Available at: https://doi.org/10.3390/ijms21020632.
Kandidayeni, M. et al. (2020) ‘Online modeling of a fuel cell system for an energy
management strategy design’, Energies, 13(14). Available at:
https://doi.org/10.3390/en13143713.
Kariminejad, M. et al. (2022) ‘Chitosan/polyvinyl alcohol/SiO2 nanocomposite films:
Physicochemical and structural characterization’, Biointerface Research in Applied
Chemistry, 12(3), pp. 3725–3734. Available at:
https://doi.org/10.33263/BRIAC123.37253734.

31
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

Khan, S.A. et al. (2018) ‘Fourier transform infrared spectroscopy: Fundamentals and
application in functional groups and nanomaterials characterization’, in Handbook of
Materials Characterization. Springer International Publishing, pp. 317–344. Available at:
https://doi.org/10.1007/978-3-319-92955-2_9.
Kharisma, T. et al. (2020) KARAKTERISTIK MEMBRAN KOMPOSIT BERBASIS
KITOSAN/PVA TERMODIFIKASI LEMPUNG DARI BABAKAN MADANG BOGOR.
Kulasekaran, P., Maria Mahimai, B. and Deivanayagam, P. (2020) ‘Novel cross-linked
poly(vinyl alcohol)-based electrolyte membranes for fuel cell applications’, RSC
Advances, 10(44), pp. 26521–26527. Available at: https://doi.org/10.1039/d0ra04360e.
Kuncoro, D.D. (2008) ‘SIMULASI PROTON EXCHANGE MEMBRANE FUEL CELL
(PEMFC) SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK’.
Kurniawan, R. (2022) DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DAN CUACA EKSTREM
TERHADAP SISTEM DAN TRANSISI ENERGI. Available at:
https://www.pertamina.com///Media/File/PEI%20Buletin%20Vol.%208%20No.%203%2
0-%202022%20Ver.%20Web_reduced.pdf.
Letsau, T.T., Govender, P.P. and Msomi, P.F. (2022) ‘Imidazolium-Quaternized Poly(2,6-
Dimethyl-1,4-Phenylene Oxide)/Zeolitic Imidazole Framework-8 Composite Membrane
as Polymer Electrolyte for Fuel-Cell Application’, Polymers, 14(3). Available at:
https://doi.org/10.3390/polym14030595.
Lindorfer, J., Rosenfeld, D.C. and Böhm, H. (2020) ‘Fuel cells: Energy conversion
technology’, in Future Energy: Improved, Sustainable and Clean Options for Our Planet.
Elsevier, pp. 495–517. Available at: https://doi.org/10.1016/B978-0-08-102886-5.00023-
2.
Liu, B., Zhang, J. and Guo, H. (2022) ‘Research Progress of Polyvinyl Alcohol Water-
Resistant Film Materials’, Membranes. MDPI. Available at:
https://doi.org/10.3390/membranes12030347.
Maiti, T.K. et al. (2022) ‘Advances in polybenzimidazole based membranes for fuel cell
applications that overcome Nafion membranes constraints’, Polymer. Elsevier Ltd.
Available at: https://doi.org/10.1016/j.polymer.2022.125151.
Marieta, A. and Musfiroh, I. (2019) REVIEW ARTIKEL : BERBAGAI AKTIVITAS
FARMAKOLOGI DARI SENYAWA KITOSAN.
Mauritz, K.A. and Moore, R.B. (2004) ‘State of understanding of Nafion’, Chemical Reviews,
104(10), pp. 4535–4585. Available at: https://doi.org/10.1021/cr0207123.
Melati, R.E. (2017) FABRICATION AND CHARACTERIZATION OF
PVA/CHITOSAN/SILICA MEMBRANE FOR FUEL CELL APPLICATION RANNY ETNA
MELATI NRP. 1413 100 086 CHEMISTRY DEPARTMENT FACULTY OF
MATHEMATICS AND NATURAL SCIENCES INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH
NOPEMBER SURABAYA 2017. Surabaya.
Mitra, A.K., Kwatra, D. and Vadlapudi, A.D. (2014) Drug delivery.
Musa, B.H. and Hameed, N.J. (2021) ‘Effect of crosslinking agent (glutaraldehyde) on the
mechanical properties of (PVA/Starch) blend and (PVA/PEG) binary blend films’, in
Journal of Physics: Conference Series. IOP Publishing Ltd. Available at:
https://doi.org/10.1088/1742-6596/1795/1/012064.
Nathan, K.G., Genasan, K. and Kamarul, T. (2023) ‘Polyvinyl Alcohol-Chitosan Scaffold for
Tissue Engineering and Regenerative Medicine Application: A Review’, Marine Drugs.
MDPI. Available at: https://doi.org/10.3390/md21050304.
Nauman Javed, R.M. et al. (2022) ‘Recent developments in graphene and graphene oxide
materials for polymer electrolyte membrane fuel cells applications’, Renewable and

32
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

Sustainable Energy Reviews. Elsevier Ltd. Available at:


https://doi.org/10.1016/j.rser.2022.112836.
Noezar, I. et al. (2008) ‘Membran PVA-Chitosan Crosslinked untuk Pemisah Campuran
Etanol-Air Secara Pervaporasi’, Institut Teknologi Bandung, 7(1), pp. 724–730.
Ogungbemi, E. et al. (2019) ‘Fuel cell membranes – Pros and cons’, Energy, 172, pp. 155–
172. Available at: https://doi.org/10.1016/j.energy.2019.01.034.
Olvera Bernal, R.A., Olekhnovich, R.O. and Uspenskaya, M.V. (2023) ‘Chitosan/PVA
Nanofibers as Potential Material for the Development of Soft Actuators’, Polymers, 15(9).
Available at: https://doi.org/10.3390/polym15092037.
Ozigi, B.O., Odia, O.O. and Amiebenomo, S.O. (2023) ‘Efficiency Analysis of Hydrogen
Fuel Cell Power Systems for Off-Grid Applications’, International Journal of
Engineering and Advanced Technology Studies, 11(1), pp. 37–54. Available at:
https://doi.org/10.37745/ijeats.13/vol11n13754.
Qussay, R. et al. (2021) A Review: Fuel Cells Types and their Applications, International
Journal of Scientific Engineering and Applied Science (IJSEAS). Available at:
www.ijseas.com.
Román-Doval, R. et al. (2023) ‘Chitosan: Properties and Its Application in Agriculture in
Context of Molecular Weight’, Polymers. Multidisciplinary Digital Publishing Institute
(MDPI). Available at: https://doi.org/10.3390/polym15132867.
Rosli, N.A.H. et al. (2022) ‘Phosphorylated chitosan/poly(vinyl alcohol) based proton
exchange membranes modified with propylammonium nitrate ionic liquid and silica filler
for fuel cell applications’, International Journal of Hydrogen Energy, 47(44), pp. 19217–
19236. Available at: https://doi.org/10.1016/j.ijhydene.2022.04.063.
Saha, R.K. et al. (2023) ‘Structural modeling and analysis of fuel cell: a graph-theoretic
approach’, PeerJ Computer Science, 9. Available at: https://doi.org/10.7717/peerj-
cs.1510.
Selim, A. et al. (2022) ‘Development of WO3–Nafion Based Membranes for Enabling Higher
Water Retention at Low Humidity and Enhancing PEMFC Performance at Intermediate
Temperature Operation’, Polymers, 14(12). Available at:
https://doi.org/10.3390/polym14122492.
Sequeira, F.P. (2022) X-ray Diffraction: Principle and Applications.
Sihombing, Y.A. et al. (2023) ‘Effect of reduced graphene oxide (rGO) in chitosan/Pahae
natural zeolite-based polymer electrolyte membranes for direct methanol fuel cell
(DMFC) applications’, Materials Science for Energy Technologies, 6, pp. 252–259.
Available at: https://doi.org/10.1016/j.mset.2023.01.002.
Silviyah, S. and Widodo, C.S. (2017) PENGGUNAAN METODE FT-IR (Fourier Transform
Infra Red) UNTUK MENGIDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI PADA PROSES
PEMBALURAN PENDERITA MIOMA.
Siniwi, W.T. (2014) ‘Sintesis dan Karakteristik Proton Exchangemembrane Kitosan-
Nanosilika’.
Sun, R. et al. (2020) ‘Experimental measurement of proton conductivity and electronic
conductivity of membrane electrode assembly for proton exchange membrane fuel cells’,
Progress in Natural Science: Materials International, 30(6), pp. 912–917. Available at:
https://doi.org/10.1016/j.pnsc.2020.10.016.
Tawalbeh, M. et al. (2022) ‘The Operating Parameters, Structural Composition, and Fuel
Sustainability Aspects of PEM Fuel Cells: A Mini Review’, Fuels, 3(3), pp. 449–474.
Available at: https://doi.org/10.3390/fuels3030028.
Ul-Hamid, A. (2018) A Beginners’ Guide to Scanning Electron Microscopy.

33
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

Vijayalekshmi, V. and Khastgir, D. (2018) ‘Fabrication and comprehensive investigation of


physicochemical and electrochemical properties of chitosan-silica supported silicotungstic
acid nanocomposite membranes for fuel cell applications’, Energy, 142, pp. 313–330.
Available at: https://doi.org/10.1016/j.energy.2017.10.019.
Wackett, L.P. (2022) Microbial Degradation of Polyfluorinated Chemicals and Detection of
Fluoride via a Colorimetric Assay.
Wang, S. et al. (2021) ‘Electrochemical impedance spectroscopy’, Nature Reviews Methods
Primers. Springer Nature. Available at: https://doi.org/10.1038/s43586-021-00039-w.
Widiarti, N., Sumarni, W. and Setyaningrum, L. (2017) ‘THE SYNTHESIS OF CHITOSAN
POLYMER MEMBRANE/PVA AS AN ECO-FRIENDLY BATTERY FOR
ALTERNATIVE ENERGY RESOURCE’, Jurnal Bahan Alam Terbarukan, 6(1), pp. 14–
19. Available at: https://doi.org/10.15294/jbat.v6i1.6880.
Xie, N. et al. (2023) ‘Thermodynamic and exergoeconomic analysis of a proton exchange
membrane fuel cell/absorption chiller CCHP system based on biomass gasification’,
Energy, 262. Available at: https://doi.org/10.1016/j.energy.2022.125595.
Ying, Y.P., Kamarudin, S.K. and Masdar, M.S. (2018) ‘Silica-related membranes in fuel cell
applications: An overview’, International Journal of Hydrogen Energy. Elsevier Ltd, pp.
16068–16084. Available at: https://doi.org/10.1016/j.ijhydene.2018.06.171.

34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

35
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

36
LAMPIRAN
UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan laporan penelitian tugas akhir. Penulis mendapatkan dukungan dari
berbagai pihak, hal ini membuat penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak –
pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan, diantaranya:
1. Keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan, motivasi, pelajaran, saran,
dan doa yang selalu dipanjatkan selama keberjalanan penelitian tugas akhir ini.
2. Kepada Ibu Yuli Setyorini, S.T., M.Phil., PhD.Eng. dan Ibu Azzah Dyah Pramata,
S.T., M.T., M.Eng., Ph.D. sebagai dosen pembimbing penulis yang telah
memberikan bimbingan, ilmu, dan saran selama penulis menyusun laporan ini.
3. Prof. Sungging Pintowantoro, S.T., M.Sc., PhD.Eng. selaku dosen wali penulis
selama masa perkuliahan di Departemen Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas
Teknik Industri dan Rekayasa Sistem.
4. Pak Hariyon serta anggota Laboratorium lainnya yang telah membantu pengerjaan
secara teknis dan non-teknis dalam proses penelitian sehingga dapat selesai tepat
waktu.
5. Abdurrahman Nafillah dan Wisnu Adi Padma sebagai partner dalam bertukar pikiran
dan penyelesaian masalah dalam melakukan penelitian ini.
6. Yusuf Bayu, Reza Maulana Majid, dan Rizky Alpatari yang selalu menjadi
penghibur, serta memberikan dukungan secara moral dan memberikan kenangan
indah kepada Penulis.
7. Keluarga Besar MT 22 yang telah menjadi angkatan terbaik dalam menghiasi masa
perkuliahan.
8. Seluruh pihak yang telah ambil bagian dalam kehidupan penulis sehingga bisa
sampai di titik ini.
Akhir kata, semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat untuk pengembangan
penelitian lebih lanjut dan siapapun yang membutuhkan di masa mendatang.

37
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

38
UCAPAN TERIMA KASIH
BIODATA PENULIS

Penulis bernama lengkap Wishnu Yudha Bareta, lahir di Surabaya


pada tanggal 1 Juni 2002. Penulis telah menempuh pendidikan
formal yaitu SD, SMP, dan SMAN 7 Mataram, kemudian
melanjutkan studi strata-1 di Departemen Teknik Material dan
Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Semasa kuliah penulis aktif mengikuti beberapa kegiatan non
akademik berupa organisasi dan kepanitiaan kampus. Penulis
memiliki pengalaman kerja praktik di bagian PT. Tugas akhir
yang diambil penulis termasuk dalam topik Material Procces dan
berjudul ” Pengaruh Penambahan Filler SiO2 pada Membran
PEMFC Berbasis Nano COS-PVA”. Penulis dapat dihubungi
melalui surel wishnubareta4@gmail.com

39
LAPORAN TUGAS AKHIR
TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

40
BIODATA PENULIS

Anda mungkin juga menyukai