Anda di halaman 1dari 71

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Dengan ini saya menyatakan bahwa isi sebagian maupun keseluruhan Tugas
Akhir saya dengan judul Studi Struktur Dan Sifat Optik Film Tio2 Co-
sensitized Pewarna Alami Sebagai Anoda Dye Sensitized Solar Cell adalah
benar-benar hasil karya intelektual mandiri, diselesaikan tanpa menggunakan
bahan-bahan yang tidak diizinkan dan bukan merupakan karya pihak lain yang
saya akui sebagai karya sendiri. Semua referensi yang dikutip maupun dirujuk
telah ditulis secara lengkap pada daftar pustaka. Apabila ternyata pernyataan ini
tidak benar, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Balikpapan, 15 Juli 2022

Bellia Prafilta Enggar Sasmita NIM.01181003

i
(halaman ini sengaja dikosongkan)

ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Institut Teknologi Kalimantan, saya yang bertanda


tangan di bawah ini :

Nama : Bellia Prafilta Enggar Sasmita


NIM : 01181003
Program Studi : Fisika
Jurusan : Sains, Teknologi Pangan dan Kemaritiman
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Institut Teknologi Kalimantan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Studi Struktur Dan Sifat Optik Film Tio2 Co-sensitized Pewarna Alami
Sebagai Anoda Dye Sensitized Solar Cell
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini, Institut Teknologi Kalimantan berhak menyimpan,
mengalihmediakan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Balikpapan, 15 Juli 2022

Bellia Prafilta Enggar Sasmita


NIM. 01181003

iii
(halaman ini sengaja dikosongkan)

iv
LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains (S.Si.)
pada
Program Studi S-1 Fisika
Jurusan Sains, Teknologi Pangan dan Kemaritiman
Institut Teknologi Kalimantan

Judul Tugas Akhir :


STUDI STRUKTUR DAN SIFAT OPTIK FILM TIO2
CO-SENSITIZED PEWARNA ALAMI SEBAGAI ANODA DYE
SENSITIZED SOLAR CELL

Oleh :
Bellia Prafilta Enggar Sasmita
NIM. 01181003

Disetujui oleh Tim Penguji Tugas Akhir :

1. Dr. Musyarofah, M. Si. Pembimbing I

2. Fadli Robiandi, S. Si., M. Si. Pembimbing II

3. Muhammad Doris, S. Si., M. Si. Penguji I

4. Dian Mart Shoodiqin, S.Si., M. Si. Penguji II

BALIKPAPAN, JULI 2022

v
(halaman ini sengaja dikosongkan)

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan laporan tugas akhir yang berjudul:
“STUDI STRUKTUR DAN SIFAT OPTIK FILM TiO2
CO-SENSITIZED PEWARNA ALAMI SEBAGAI ANODA DYE
SENSITIZED SOLAR CELL”
Laporan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang wajib ditempuh
dalam menyelesaikan program sarjana di Program Studi Fisika, Jurusan Sains,
Teknologi Pangan dan Kemaritiman, Institut Teknologi Kalimantan (ITK)
Balikpapan. Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan dalam
pengerjaan laporan tugas akhir.
2. Ibu Dr. Musyarofah, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
menerima saya dalam bagian riset penelitian serta memberikan pemahaman
dan ilmu dalam pengerjaan laporan tugas akhir.
3. Bapak Fadli Robiandi S.Si., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Pendamping.
4. Bapak Dian Mart Shoodiqin S.Si., M.Si. selaku Koordinator Tugas Akhir dan
Koordinator Program Studi Fisika Jurusan Sains, Teknologi Pangan dan
Kemaritiman ITK.
5. Kedua orang tua saya yang memberikan dukungan dan mendoakan untuk
mendapatkan gelar sarjana.
6. Teman-teman Fisika ITK, Fisika ITS (Lab Optik) dan pihak lainnya telah
memberikan bantuan dalam penyelesaian laporan tugas akhir.
Saya menyandari masih ada kesalahan dalam penyusunan laporan tugas
akhir, karena itu saya mengharapkan kritik dan saran agar laporan tugas akhir
lebih baik dari sebelumnya serta memberikan manfaat untuk penerapan ilmu
selanjutnya. Atas perhatiannya saya mengucapkan terima kasih.
Balikpapan, 15 Juli 2022

Penyusun

vii
(halaman ini sengaja dikosongkan)

viii
STUDI STRUKTUR DAN SIFAT OPTIK FILM TiO2 CO-SENSITIZED
PEWARNA ALAMI SEBAGAI ANODA DYE SENSITIZED SOLAR CELL

Nama Mahasiswa : Bellia Prafilta Enggar Sasmita


NIM : 01181003
Dosen Pembimbing Utama : Dr. Musyarofah, M. Si.
Dosen Pembimbing Pendamping : Fadli Robiandi, S. Si., M. Si.

ABSTRAK

Konsumsi energi terus mengalami peningkatan dalam kebutuhan dasar


manusia, sehingga jika tidak adanya bahan energi terbarukan maka kelangkaan
energi dapat terjadi. Energi alternatif terbesar yang dapat digunakan yaitu energi
matahari, dengan memanfaatkannya menjadi sel surya fotoelektrokimia. Dye
sensitized solar cell (DSSC) merupakan sel surya yang tersensitasi zat warna
berbasis semikonduktor dengan menggunakan fenomena fotoelektrokimia sebagai
prinsip dasar untuk menghasilkan energi listrik. Salah satu komponen DSSC yaitu
fotoanoda yang terdiri dari kaca konduktif, semikonduktor dan pewarna. Dalam
penelitian ini menggunakan ekstrak pewarna alami daun jeruk dan kunyit yang
dilakukan ko-sensitisasi dengan semikonduktor TiO2 pada kaca ITO. Tahapan
penelitian terbagi menjadi tiga yaitu, pertama serbuk TiO2 yang digunakan terbagi
dua, yaitu serbuk mikro TiO2 (serbuk komersil) dan serbuk nano TiO2 (setelah
penggilingan), kedua ekstrak pewarna alami diperoleh dengan melakukan
maserasi, ketiga cara fabrikasi film TiO2 menggunakan metode spin coating.
Diperoleh hasil karakteristik struktur serbuk TiO2 merupakan fasa tunggal, dengan
ukuran kristal mikro 99 dan nano 117 nm, ikatan gugus fungsi Ti‒O dan O‒Ti‒O,
morfologi berbentuk bola dan terdapat aglomerasi. Karakteristik penyerapan optik
maksimum pada ekstrak pewarna alami panjang gelombang 0‒539 nm.
Penyerapan optik yang optimum film TiO2 co-sensitized pewarna alami skala
mikro yaitu 260 nm dan skala nano yaitu 265 nm dengan nilai energi celah pita
skala mikro yaitu 3,47 eV dan skala nano yaitu 3,68 eV.

Kata kunci: co- sensitized, DSSC, fotoanoda, pewarna alami, TiO2

ix
(halaman ini sengaja dikosongkan)

x
STUDY OF STRUCTURE AND OPTICAL PROPERTIES OF NATURAL
DYE CO-SENSITIZED FILM AS DYE SENSITIZED SOLAR CELL
ANODE

By : Bellia Prafilta Enggar Sasmita


Student Identity Number : 01181003
Supervisor : Dr. Musyarofah, M.Si.
Co-Supervisor : Fadli Robiandi, S. Si., M.Si.

ABSTRACT

Energy consumption continues to increase in basic human needs, so that in


the absence of renewable energy materials, energy scarcity can occur. The largest
alternative energy that can be used is solar energy, by utilizing it in
photoelectrochemical solar cells. A dye-sensitized solar cell (DSSC) is a
semiconductor-based dye-sensitized solar cell using photoelectrochemical
phenomena as the basic principle to generate electrical energy. One of the
components of DSSC is a photoanode, which consists of conductive glass,
semiconductor and dye. In this study, extracts of natural dyes from citrus leaves
and turmeric were co-sensitized with TiO2 semiconductor on ITO glass. The
research stages are divided into three, namely, the first TiO2 powder used is
divided into two, namely micro TiO2 powder (commercial powder) and TiO2 nano
powder (after milling). The second natural dye extract is obtained by maceration.
The third method of TiO2 film fabrication is using the spin coating method. The
results obtained show that the structure characteristics of TiO2 powder are single
phase, with a micro crystal size of 99 and nano 117 nm, Ti‒O and O‒Ti‒O
functional group bonds, spherical morphology, and there is agglomeration. The
maximum optical absorption characteristics of the natural dye extract with a
wavelength of 0‒539 nm The optimum optical absorption of the TiO2 co-
sensitized natural dye film on the micro scale is 260 nm and on the nanoscale is
265 nm, with the energy value of the microscale band gap of 3.47 eV and the
nanoscale of 3.68 eV.

Keywords: co-sensitized, DSSC, photoanode, natural dye, TiO2

xi
(halaman ini sengaja dikosongkan)

xii
DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ...................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
ABSTRACT ............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii
DAFTAR NOTASI .............................................................................................. xix
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................... 4
1.5 Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................................... 4
1.6 Batasan Masalah .......................................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7
2.1 Dye Sensitized Solar Cell (DSCC) .............................................................. 7
2.2 Titanium Dioksida ...................................................................................... 8
2.3 Pewarna Alami .......................................................................................... 10
2.3.1 Kunyit ........................................................................................................... 10
2.3.2 Tomat ........................................................................................................... 11
2.3.3 Labu Kuning .............................................................................................. 11
2.3.4 Daun Jeruk ................................................................................................... 12
2.3.5 Daun Ketapang .......................................................................................... 12
2.3.6 Daun Bayam ................................................................................................. 13
2.4 Co-sensitized ............................................................................................. 14
2.5 Teori Celah Pita ........................................................................................ 14

xiii
2.6 Penelitian Terdahulu ................................................................................ 16
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN................................................................ 17
3.1 Prosedur Penelitian .................................................................................... 17
3.1.1 Preparasi serbuk TiO2................................................................................ 17
3.1.2 Ekstraksi Pewarna Alami .......................................................................... 17
3.1.3 Fabrikasi Film TiO2 ................................................................................... 18
3.1.4 Karakterisasi XRD .................................................................................... 19
3.1.5 Karakterisasi SEM..................................................................................... 19
3.1.6 Karakterisasi UV-VIS ............................................................................... 20
3.1.7 Karakterisasi FTIR .................................................................................... 20
3.2 Diagram Alir Penelitian ............................................................................ 20
3.2.1 Diagram Alir Penelitian Preparasi Serbuk TiO2 ....................................... 20
3.2.2 Diagram Alir Penelitian Ekstraksi Pewarna Alami ................................... 21
3.2.3 Diagram Alir Penelitian Fabrikasi Film TiO2 ........................................... 23
3.3 Variabel Penelitian .................................................................................... 24
3.4 Jadwal Kegiatan ........................................................................................ 24
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 27
4.1 Studi Struktur Serbuk TiO2 ....................................................................... 27
4.2 Studi Sifat Optik Ekstrak Pewarna Alami ................................................. 33
4.3 Studi Sifat Optik Film TiO2 yang Co-sensitized Pewarna Alami ............. 36
BAB 5 KESIMPULAN ......................................................................................... 41
5.1 Kesimpulan................................................................................................ 41
5.2 Saran .......................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 43
LAMPIRAN .......................................................................................................... 47
Riwayat Penulis ..................................................................................................... 51

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka pemikiran penelitian .......................................................... 4


Gambar 2.1 Skema prinsip kerja DSSC ................................................................ 8
Gambar 2.2 Struktur kristal sel konvensional anatase .......................................... 9
Gambar 2.3 Diagram fasa titanium-oksigen ........................................................ 10
Gambar 2.4 Kunyit .............................................................................................. 11
Gambar 2.5 Tomat ............................................................................................... 11
Gambar 2.6 Labu kuning ..................................................................................... 12
Gambar 2.7 Daun jeruk ....................................................................................... 12
Gambar 2.8 Daun ketapang ................................................................................. 13
Gambar 2.9 Daun bayam ..................................................................................... 13
Gambar 2.10 Penyerapan optik ko-sensitisasi ..................................................... 14
Gambar 2.11 Metode penentuan energi celah pita (Eg) dari plot Tauc ............... 15
Gambar 3.1 Waktu dan kecepatan pada spin coater ........................................... 18
Gambar 3.2 Variasi fabrikasi film ...................................................................... 19
Gambar 3.3 Diagram alir penelitian preparasi serbuk TiO2 ................................ 21
Gambar 3.4 Diagram alir penelitian ekstraksi pewarna alami............................. 22
Gambar 3.5 Diagram alir penelitian fabrikasi film ............................................. 23
Gambar 4.1 Pola-pola difraksi sinar-X (Cu-Kα) pada serbuk TiO2. Grafik kiri:
pola difraksi pada sudut 2θ=10‒120° dan grafik kanan: perbesaran
puncak difraksi fasa anatase pada sudut 2θ=20‒30° ........................... 28
Gambar 4.2 Contoh plot hasil penghalusan Rietveld data serbuk TiO2 dengan
nilai GoF untuk penghalusan yaitu 0,975 Keterangan: puncak warna
merah adalah pola difraksi yang terhitung, puncak warna hitam adalah
pola difraksi terukur, garis biru merupakan posisi masing-masing
puncak fasa dan kurva hijau adalah selisih plot ................................... 28
Gambar 4.3 Contoh plot hasil penghalusan dengan perangkat lunak MAUD pada
serbuk TiO2 dengan nilai Sig untuk pencocokan ini adalah 0,99

xv
Keterangan: puncak warna biru adalah pola difraksi terukur dan warna
hitam adalah pola difraksi terhitung ..................................................... 29
Gambar 4.4 Spektrum serapan UV-VIS serbuk TiO2.......................................... 30
Gambar 4.5 Plot Tauc dengan energi cahaya yang diserap serbuk TiO2. ........... 31
Gambar 4.6 Citra-citra SEM pada serbuk TiO2 dengan perbesaran 20000×
a) serbuk mikro b) serbuk nano ............................................................ 32
Gambar 4.7 Distribusi ukuran diameter partikel serbuk TiO2 ............................. 32
Gambar 4.8 Spektrum-spektrum FTIR dari serbuk TiO2 .................................... 33
Gambar 4.9 Spektrum-spektrum UV-VIS pada pewarna alami daun ketapang,
daun jeruk, daun bayam, kunyit, tomat dan labu kuning ...................... 34
Gambar 4.10 Spektrum-spektrum FTIR pada ekstrak pewarna alami ................ 35
Gambar 4.11 Spektrum-spektrum serapan UV-VIS film TiO2 sensitized ekstrak
pewarna alami pada kaca ITO. Grafik kanan: berskala nano dan grafik
kiri: berskala mikro ............................................................................... 36
Gambar 4.12 Spektrum-spektrum serapan UV-VIS film TiO2 yang sensitized
ekstrak pewarna alami pada kaca ITO setelah dilakukan
normalisasi ............................................................................................ 37
Gambar 4.13 Energi celah pita film TiO2 yang sensitized pewarna alami pada
kaca ITO ............................................................................................... 38
Gambar 4.14 Energi celah pita film TiO2 sensitized ekstrak pewarna alami pada
kaca ITO. Grafik kanan: berskala nano dan grafik kiri: berskala mikro
.............................................................................................................. 38

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Struktur kristal titanium dioksida ........................................................... 9

Tabel 2.2 Penelitian terdahulu .............................................................................. 16

Tabel 3.1 Variabel penelitian ............................................................................... 24

Tabel 3.2 Rencana jadwal kegiatan ...................................................................... 24

Tabel 4.1 Hasil analisis kuantitatif pola XRD serbuk TiO2 (mengacu pada
Gambar 4.1) menggunakan perangkat lunak Rietica dengan metode
Rietveld. Angka di dalam kurung menunjukkan standar deviasi atas nilai di
depannya pada angka penting paling signikan .......................................... 29
Tabel 4.2 Informasi ukuran butir kristal fasa anatase pada serbuk TiO2 dari data
analisis kuantitatif XRD menggunakan perangkat lunak MAUD dengan
metode Rietveld. Angka di dalam kurung menunjukkan standar deviasi
atas nilai di depannya pada angka penting paling signikan ...................... 30
Tabel 4.3 Informasi data FTIR pada ekstrak pewarna alami................................ 35

Tabel 4.4 Energi celah pita film TiO2 sensitized ekstrak pewarna alami pada kaca
ITO ............................................................................................................ 39

xvii
(halaman ini sengaja dikosongkan)

xviii
DAFTAR NOTASI

Notasi Keterangan Satuan

Eg Energi celah pita eV

Kubelka-Munk. -

Konstanta Planck Js

Konstanta -

Frekuensi foton Hz

γ Gamma -

λ Panjang gelombang M

α Koefisien absorbansi Acm-1

xix
(halaman ini sengaja dikosongkan)

xx
BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian ini dilakukan, perumusan


masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka penelitian dan batasan
masalah.

1.1 Latar Belakang


Pemanfaatan energi sudah menjadi kebutuhan dasar pada manusia dan
permintaannya terus bertambah, sedangkan peningkatan bahan energi tidak
terbarukan seperti fosil membutuhkan proses waktu yang lama dan perlahan akan
habis. Perkembangan energi terbarukan terus dilakukan dan dimodifikasi sesuai
dengan kemajuan teknologi. Energi matahari merupakan energi alternatif yang
memiliki radiasi terbesar yang dapat menghasilkan sumber listrik yang tidak akan
habis, jika dibandingkan dari energi lain misalkan energi angin yang sulit dapat
diprediksi. Potensi energi matahari di Indonesia mencapai 207,8 Gigawatt
(Saridewi et al., 2021). Energi matahari dapat dimanfaatkan dalam teknologi
fotovoltaik, penerapannya dapat berupa sel surya elektrokimia dengan
mengsintesis larutan elektrolit dan semikonduktor (Pablo et al., 2016).
Dye sensitized solar cell (DSSC) merupakan sel surya yang tersensitasi zat
warna berbasis semikonduktor dengan menggunakan fenomena fotoelektrokimia
sebagai prinsip dasar untuk menghasilkan energi listrik. Komponen DSSC terbagi
menjadi fotoanoda yang tersusun atas kaca ITO, semikonduktor dan pewarna;
katoda yang tersusun atas kaca ITO dan katalis; serta komponen lain yaitu
elektrolit. Dalam pembuatan fotoanoda, material semikonduktor yang sering
digunakan pada DSSC adalah TiO2 (Angreni and Yusibani, 2018). TiO2
merupakan bahan semikonduktor dengan penerapan dalam fotokatalis, sel surya
baru, sistem pigmen dan sebagainya, dikarenakan memiliki stabilitas tinggi, tidak
beracun dan sumber daya yang berlimpah (Ma et al., 2015). TiO2 memiliki
berbagai polimorf kristal seperti anatase struktur kristal tetragonal, rutile
strukturkristal tetragonal dan brookite struktur kristal orthorombik (Landmann et

1
al., 2012). Penggunaan TiO2 dalam orde nanometrik dapat berperan penting dalam
peningkatan efisiensi sel surya dikarenakan permukaan film dapat menentukan
penyerapan zat warna, distribusi ukuran pori mempengaruhi proses difusi, dan
distribusi ukuran partikel menentukan sifat optik semikonduktor tersebut (Nwanya
et al., 2012).
Pewarna atau dye dalam DSSC berfungsi untuk penyerapan cahaya
tampak, memompa atau menginjeksi elektron ke dalam semikonduktor (Chen et
al., 2005). Pewarna yang sering digunakan dalam DSSC merupakan pewarna
kompleks polipiridil logam transisi ruthenium, namun pewarna ini menggunakan
beberapa logam berat yang sulit disintesis, mahal dan berbahaya bagi lingkungan,
sehingga pewarna alami dapat digunakan karena bahan yang lebih murah serta
senyawa ruthenium yang langka untuk diperoleh (Nwanya et al., 2012). Pewarna
alami dapat menjadi solusi dikarenakan mudah dijangkau, biaya murah dan
mudah untuk diekstrak (Chen et al., 2005). Manfaat lain penggunaan pewarna
alami adalah meningkatkan probabilitas foton yang diserap sehingga efisien untuk
kinerja pada DSSC (Wei, 2010), serta mempersempit energi celah pita sehingga
aktivitas fotokatalis dapat menurun (Angreni and Yusibani, 2018). Absorbansi
foton pada pewarna alami memiliki nilai yang berbeda-beda. Oleh karena itu,
dalam penelitian ini menggunakan beberapa pewarna alami: kunyit, daun jeruk,
labu kuning, tomat, daun ketapang dan daun bayam yang dianalisis sebagai zat
warna untuk anoda DSSC.
Kelemahan pewarna alami adalah penyerapan spektrum optik yang sempit
sehingga dalam penelitian ini dilakukan co-sensitized (Pepe et al., 2016). Co-
sensitized dilakukan untuk mengetahui penyerapan sifat optik dan sifat struktur
antara dua atau lebih pewarna yang digabungkan, serta mengetahui besar serapan
cahaya tampak jika dibandingkan dengan sensitisasi (satu pewarna).
Nilai energi celah pita dipengaruhi oleh penyerapan optik dari suatu bahan
yang digunakan. Pada bahan semikonduktor TiO2, energi celah pita bernilai 3,2
eV yang dapat dikategorikan sebagai celah pita yang lebar (Ma et al., 2015).
Dengan memvariasikan pewarna alami ko-sensitisasi dan semikonduktor TiO2,
diharapkan mendapatakan energi celah pita yang lebih kecil. Pemilihan material
semikonduktor pada DSSC dipengaruhi oleh struktur, proses dan sifat fisis yang

2
berdampak pada kinerja atau efisiensi dari DSSC. Perubahan kepadatan dalam
struktur dan proses berkaitan dengan struktur yang mengakibatkan sifat adsorpsi
atau penyerapan yang berbeda (Palko, 2020), sehingga diperlukan pengujian
XRD, SEM dan FTIR guna mengetahui karakteristik struktur material dari serbuk
TiO2. Dalam hal ini, perbedaan struktur menjadikan proses atau pemilihan
material saling berkaitan. Sama halnya dengan sifat optik, penentuan ekstrak
pewarna alami berpengaruh pada absorpsi terhadap gelombang UV dan VIS,
sehingga diperlukan pengujian UV-VIS untuk mengetahui serapan cahaya tampak
dan sifat optik yang guna meningkatkan kinerja dari DSSC. Setelah didapatkan
data mikrostruktur dan sifat optik dari semikonduktor dan pewarna alami, film
TiO2 yang co-sensitized pewarna alami dilakukan sintesis guna mengetahui
pengaruh sifat optik, dengan melakukan pengujian UV-VIS. Pengolah data
absorbansi UV-VIS, dapat digunakan untuk mengetahui nilai energi celah pita
sehingga diperoleh nilai energi elektron untuk mengeksitasi dari pita valensi ke
pita konduksi.

1.2 Perumusan Masalah


Adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik struktur (fasa, komposisi fasa, ukuran kristal,
gugus fungsi dan morfologi) serbuk TiO2 dengan pengujian XRD, SEM
dan FTIR?
2. Bagaimana karakteristik sifat optik (absorbansi terhadap gelombang
UV dan VIS) ekstrak pewarna-pewarna alami dengan pengujian UV-
VIS?
3. Bagaimana sifat optik dan nilai energi celah pita film TiO2 yang co-
sensitized pewarna alami dengan karakterisasi UV-VIS?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan masalah sebagai berikut:
1. Mengetahui struktur (fasa, komposisi fasa, ukuran kristal, gugus fungsi
dan morfologi) serbuk TiO2 dengan karakterisasi XRD, SEM dan FTIR.

3
2. Mengetahui sifat optik (absorbansi terhadap gelombang UV dan VIS)
ekstraksi pewarna alami dengan karakterisasi UV-VIS.
3. Mengetahui sifat optik dan nilai energi celah pita film TiO2 co-
sensitized pewarna alami dengan karakterisasi UV-VIS.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian sebagai berikut:
1. Film TiO2 yang diko-sensitisasi pewarna alami dapat digunakan sebagai
kandidat anoda dye sensitized solar cell.

1.5 Kerangka Pemikiran Penelitian


Kerangka pemikiran yang dilakukan seperti Gambar 1.1, yang bertujuan
untuk mendapatkan anoda dye sensitized solar cell. Serbuk TiO2 dan ekstrak
pewarna alami dilakukan dengan menggunakan metode spin coating.
Karakteristik dilakukan untuk mengetahui mikrostruktur dan sifat optik dengan
menggunakan instrumentasi XRD, SEM, FTIR dan UV-VIS. Adapun kerangka
pemikiran penelitian sebagai berikut:

Serbuk MgTiO3

Serbuk TiO2

Gambar 1.1 Kerangka pemikiran penelitian

4
1.6 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah sebagai berikut:
1. Serbuk TiO2 yang digunakan yaitu serbuk komersil merk Merck.
2. Pewarna alami yang digunakan yaitu: kunyit, tomat, labu kuning, daun
jeruk, daun bayam dan daun ketapang.
3. Cara memfabrikasi film dengan metode spin coating.

5
(halaman ini sengaja dikosongkan)

6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini merupakan deskripsi singkat dari isi bab 2 Kajian Pustaka dan Dasar
Teori. Isi bab 2 meliputi: Dye Sensitized Solar Cell, Titanium Dioksida, Pewarna
alami, Co-sensitized, Teori celah pita dan Penelitian terdahulu.

2.1 Dye Sensitized Solar Cell (DSCC)


Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) merupakan sel surya yang tersensitasi
zat warna berbasis semikonduktor dengan menggunakan fenomena
fotoelektrokimia sebagai prinsip dasar untuk menghasilkan energi listrik (Angreni
and Yusibani, 2018). Pada Tahun 1991, perkembangan sel surya DSSC dilakukan
dengan merancang bentuk sel surya berdasarkan film semikonduktor titania yang
pertama kalinya dikemukakan oleh Grätzel dan O'Regan (Krisdiyanto et al.,
2015). DSSC memiliki harga bahan yang rendah dibandingkan dengan sel surya
tradisional berbahan silikon serta terdapat bagian untuk pembangkit sel surya
yang disensitisasi pewarna dibentuk dua kaca yang berfungsi sebagai elektroda di
permukaan kaca disimpan film (Pablo et al., 2016).
Komponen DSSC terdiri dari sepasang substrat TCO kaca berlapis
(Transparent Conducting Oxide) sebagai elektroda dan counter electrode, redox
electrolyte yang mengandung iodida dan tri-iodide ion (I – I3-) lapisan karbon
sebagai katalis, nano TiO2 yang berpori sebagai fotoanoda, dan fotosensitizer
pewarna seperti pada Gambar 2.1. Semua komponen disusun, lapisan atas
diletakkan elektroda sebagai penerima elektroda, lapisan bawah dipasang counter
elecrtode sedangkan di bagian tengah terdapat elektrolit sebagai meregenerasi
elektron (Krisdiyanto et al., 2015). Kriteria pewarna ditambahkan sebagai
sensitizer pewarna untuk mengetahui intensitas absorpsi panjang gelombang,
absorpsi yang kuat di permukaan semikonduktor menjadikan kemampuan
penyuntikkan elektron ke konduksi celah pita semikonduktor (Krisdiyanto et al.,
2015). Mekanisme DSCC berupa penyerapan optik dan proses pemisahan muatan
melalui asosiasi sensitizer sebagai peredam cahaya dengan semikonduktor kristal
nano yang memiliki kesenjangan celah pita lebar (Krisdiyanto et al., 2015).

7
Gambar 2.1 Skema prinsip kerja DSSC (Krisdiyanto et al., 2015).

2.2 Titanium Dioksida


Titanium dioksida (TiO2) merupakan bahan semikonduktor dengan
penerapan pada fotokatalis, sel surya baru, sistem pigmen dan sebagainya,
dikarenakan memiliki stabilitas tinggi, tidak beracun dan sumber daya yang
berlimpah (Ma et al., 2015). TiO2 memiliki berbagai polimorf kristal seperti
anatase struktur kristal tetragonal, rutile struktur kristal tetragonal dan brookite
struktur kristal orthorombik. Anatase memiliki nilai dichroism (sinar cahaya yang
memiliki polarisasi yang berbeda antara yang diserap dengan jumlah yang
terserap) lebih tinggi dibandingkan dengan rutile (Landmann et al., 2012) dan
energi total dari anatase lebih stabil dibandingkan rutile (Nie et al., 2009).
Polimorf kristal anatase dapat dilakukan dalam skala nano TiO2. Sifat
elektroda dari TiO2 berukuran nano berperan dalam efisiensi dalam sel surya,
seperti dalam permukaan film yang dapat menentukan penyerapan zat warna,
distribusi ukuran pori dalam pengaruh difusi, distribusi ukuran partikel dalam
menentukan sifat optik dan elektron yang tergantung pada hubungan partikel TiO2
(Nwanya et al., 2012a).
TiO2 digunakan pada DSSC karena memiliki efisiensi konversi daya yang
tinggi, fabrikasi yang mudah dan biaya produksi yang rendah, namun kekurangan
dari TiO2 yaitu hanya dapat aktif ketika disinari oleh sinar UV dan tidak memiliki

8
efektif di bawah sinar tampak karena celah pita yang lebar pada anatase bernilai
3.2 eV dan dapat menciptakan rekombinasi yang cepat antara electron hole ketika
fotogenerasi, sehingga peningkatan efisiensi dapat dilakukan dengan yaitu
memperkecil celah pita TiO2 (Ma et al., 2015). Struktur kristal pada TiO2 berupa
anatase sistem kristal tetragonal seperti pada Gambar 2.2, serta penjelasan
struktur kristal dan karakteristik dapat dilihat pada Tabel 1.

Gambar 2.2 Struktur kristal sel konvensional anatase TiO2 (Ma et al., 2015).

Tabel 2.1 Struktur kristal titanium dioksida


Nama Titanium Dioksida
Nama lain Titanium (IV) Oxide
Rumus empiris TiO2
Struktur kristal Anatase
Deskripsi Serbuk putih
Massa molar 79,866 gram/mol
Parameter kisi a = 0,379 nm dan c = 0,951 nm
Kelarutan dalam air Tidak larut
Kepadatan 4,23 gram/cm3
Suseptibilitas magnet +5,9×10-6 cm3/mol
Celah pita 3,2 eV

TiO2 pada Gambar 2.3 terbagi menjadi tiga yaitu pada struktur kristal
anatase, rutile dan TiO2-II. Pada anatase terdapat pada tekanan rendah dengan
temperatur maksimal 600°C, pada rutile pada tekanan tinggi dan temperatur
hingga 1200°C, pada TiO2-II fasa dengan tekanan tinggi dengan temperatur

9
rendah. Perbedaan tekanan dan temperatur yang digunakan dapat menghasilkan
struktur kristal yang berbeda (Nie et al., 2009).

Gambar 2.3 Diagram fasa TiO2 (Nie et al., 2009).

2.3 Pewarna Alami


Pewarna alami diperoleh dari bahan-bahan alami yang terdapat di alam
dan mudah untuk ditemui di lingkungan sekitar. Adapun contoh pewarna alami
yaitu:
2.3.1 Kunyit
Komponen polifenol bioaktif kunyit adalah curcumin atau dikenal sebagai
C.I 75300 atau natural yellow 3. Curcumin dapat diekstraksi dari kunyit, kunyit
merupakan herbal rhizomatous (Curcuma longa linn) dari keluarga jahe (Sofyan
et al., 2018a). Kunyit ditemukan di lingkungan sekitar dan dapat dimanfaatkan
sebagai bahan rempah-rempah, pewarna alami atau obat herbal.
Kunyit yang digunakan sebagai pewarna alami, dari hasil ekstrak kunyit
yang telah dilarutkan dari beberapa pelarut organik seperti etanol, metanol dan
metanol. Penyerapan daya serap cahaya tampak diperoleh panjang gelombang
pada pelarut aseton yaitu 490 nm, etanol yaitu 492 nm dan metanol yaitu 505 nm
(Sofyan et al., 2018a). Penampakan secara fisik dari kunyit dapat dilihat pada
Gambar 2.4, dengan warna kunyit yaitu kuning-jingga.

10
Gambar 2.4 Kunyit (Penulis, 2022).

2.3.2 Tomat
Senyawa yang terdapat pada tomat yaitu karotenoid, likopen vitamin C
dan senyawa polifenol. Kemerahan pada tomat dipengaruhi oleh kandungan
likopen dan karoten (Ntinas et al., 2019). Dalam tomat terdapat pula pigmen
antosiani (Moradiya et al., 2019). Penampakan secara fisik dari tomat dapat dilihat
pada Gambar 2.5, dengan warna tomat yaitu merah.

Gambar 2.5 Tomat (Penulis, 2022).

2.3.3 Labu Kuning


Labu kuning dapat dilakukan untuk penerapan adsorpsi fenol dan
klorofenol dengan ditambahkan asam fosfat. Labu kuning dapat digunakan
sebagai pengaplikasian DSSC dengan metode aktivasi kimia sederhana (Madhu et
al., 2014). Penampakan secara fisik dari labu kuning dapat dilihat pada Gambar
2.6, dengan warna labu kuning yaitu kuning.

11
Gambar 2.6 Labu kuning (Jess, 2021).

2.3.4 Daun Jeruk


Daun jeruk mengandung senyawa flavonoid, fenolat, tanin dan minyak
atsiri. Flavonoid merupakan senyawa seperti minyak yang sukar larut dalam
pelarut polar (aglikon) dan dapat terikat pada gula (glikol) yang mudah larut
dalam pelarut polar (Imran et al., 2019). Ekstrak daun jeruk dilakukan pada
titanium dioksida merupakan pendekatan sederhana, murah dan ramah
lingkungan. Penampakan secara fisik dari daun jeruk dapat dilihat pada Gambar
2.7, dengan warna daun jeruk yaitu hijau.

Gambar 2.7 Daun jeruk (Penulis, 2022).

2.3.5 Daun Ketapang


Kandungan alami daun ketapang antara lain flavonoid, citrin dan tanin,
dari kandungan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami yang ramah
lingkungan (Rahayu et al., 2021). Salah satunya tanin dapat berhasil dari ekstrak
daun ketapang dengan proses maserasi, dengan didapatkan kadar tanin senilai

12
13,9 gram/liter. Dalam maserasi, semakin tinggi konsentrasi etanol dan waktu
ekstraksi akan menghasilkan tanin yang kadar lebih besar (Faisal and Chafidz,
2019). Penampakan secara fisik dari daun ketapang dapat dilihat pada Gambar
2.8, dengan warna daun ketapang yaitu hijau.

Gambar 2.8 Daun ketapang (Pratiwi, 2021).

2.3.6 Daun Bayam


Zat warna klorofil terdapat di daun bayam, klorofil adalah pigmen hijau
yang ditemukan di semua tanaman, ganggang dan cyanobacteria, yang memiliki
komponen utama yang menyumbang pada proses fotosintesis tanaman. Hal ini
dapat menyalurkan energi sinar matahari ke dalam energi kimia. Fotosintesis
merupakan proses molekul klorofil menyerap sinar matahari untuk mensintesis
karbohidrat dan oksigen dari karbon dioksida CO2 dan air untuk mempertahankan
proses kehidupan tanaman (Low et al., 2013). Penyerapan klorofil dari ekstrak
bayam terdapat dua perbedaan puncak pada 662 nm dan 431 nm (Ammar et al.,
2019). Penampakan secara fisik dari daun bayam dapat dilihat pada Gambar 2.9,
dengan warna daun bayam yaitu hijau.

Gambar 2.9 Daun bayam (Nuramdani, 2018).

13
2.4 Co-sensitized
Komponen pewarna dalam DSSC memiliki fungsi penyerapan cahaya
tampak, memompa atau menginjeksi elektron ke dalam semikonduktor (Chen et
al., 2005), serta penyerapan optik pewarna dan struktur untuk menentukan kinerja
sel DSSC. Penyerapan optik agar dapat maksimal dapat dilakukan dengan ko-
sensitisasi, yaitu penggabungan beberapa pewarna guna menyerap cahaya panjang
gelombang secara optimal untuk fabrikasi DSSC (Pepe et al., 2016) atau
diharapkan dapat menyerap optimal lebar spektrum dari foton matahari
dikarenakan pewarna alami memiliki spektrum sempit. Dalam co-sensitized
memperhatikan penyerapan optik dari beberapa pewarna alami seperti Gambar
2.10.

Gambar 2.10 Penyerapan optik ko-sensitisasi (Pepe et al., 2016).

2.5 Teori Celah Pita


Energi celah pita pada semikonduktor menggambarkan energi yang
dibutuhkan untuk mengeksitasi elektron dari pita valensi ke pita konduksi.
Rendahnya nilai energi celah pita, maka energi yang diperlukan untuk
mengeksitaksi elektron dari pita valensi ke pita konduksi semakin rendah pula
(Singh, 2017). Dengan mengetahui energi celah pita, maka akan memprediksi
sifat fotofisika dan fotokimia semikonduktor. Pada tahun 1966 Tauc mengusulkan
sebuah metode guna memperkirakan energi celah pita semikonduktor dengan
memanfaatkan spektrum serapan optik. Asumsi metode Tauc dengan koefisien
penyerapan yang bergantung pada energi (Makuła et al., 2018), dengan persamaan
berikut:

14

(1)

Dengan h adalah konstanta Planck, v adalah frekuensi foton, Eg adalah


energi celah pita dan B adalah konstanta, α adalah koefisien absorbansi dan γ
adalah gamma, γ bergantung pada sifat transisi elektron dan keadaan secara tak

langsung dan 2 untuk secara langsung (Makuła et al., 2018).


Spektrum reflektansi TiO2 (semikonduktor celah pita tak langsung)
ditunjukkan pada Gambar 2.11 dengan mentransformasikan persamaan 1 dan
diplot terhadap energi foton. Daerah yang menunjukkan peningkatan yang tajam
dan garis linier menunjukkan karakteristik bahan semikonduktor terhadap
penyerapan cahaya dengan peningkatan energi (Makuła et al., 2018).

Gambar 2.11 Metode penentuan energi celah pita (Eg) dari plot Tauc (Makuła et
al., 2018).

Energi celah pita dilakukan dengan menerapkan dari plot Tauc dan fungsi
Kubelka-Munk atau F(R∞) dalam satuan . Dalam plot Tauc, αhv mewakili
foton energi dan F(R∞) diperoleh dari perkalian anatra absorpsi dan energi, serta
celah pita atau fitted line ditentukan dengan plot linear Tauc membentuk garis
lurus yang diekstrapolasi ke sumbu x sehingga mengetahui nilai energi celah pita
(Liao et al., 2014).

15
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dapat dijadikan referensi yang memiliki keterkaitan
dengan penelitian yang dilakukan. Berikut ini merupakan hasil penelitian yang
memiliki kesamaan dari penelitian yang dilakukan:

Tabel 2.2 Penelitian terdahulu

No. Nama dan Tahun Publikasi Hasil


1. Carneiro et al., 2014 Metode: Ball milling dalam penggilingan
TiO2
Hasil:. Ukuran kristal TiO2 adalah 14,81 nm
dan ukuran partikel 28 nm selama 5 jam
penggilingan
2. Subodro et al., 2017 Metode: Perendaman film TiO2 dengan
pelarut pewarna alami
Hasil: Absorbansi fabrikasi DSSC
menggunakan pewarna alami pada panjang
gelombang 400-550 nm.
3. N.Syofan, et al., 2018 Metode: Ekstraksi sederhana dengan pelarut
organik yang berbeda (aseton, metanol,
etanol)
Hasil: Absorbansi UV-VIS yang diekstrak
dengan pelarut aseton yaitu 490 nm, etanol
yaitu 492 nm dan metanol yaitu 505 nm.
Namun nilai efisiensi konversi daya
maksimum terbesar pada pelarut etanol
sebesar 7,88%.

16
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini merupakan deskripsi singkat dari isi bab 3 Metode Penelitian,
dengan terdapatnya Prosedur penelitian, Diagram alir penelitian dan Variabel
penelitian.

3.1 Prosedur Penelitian


3.1.1 Preparasi serbuk TiO2
Serbuk komersil merk Merck TiO2 dihaluskan menggunakan mortar dan
diayak dengan merk test sieve analys 325 mesh, kemudian dikarakterisasi
menggunakan XRD, FTIR, UV-VIS dan SEM. Cara pereduksi serbuk nano TiO2
dengan menggunakan alat planetary ball mill pulverisette 5 di Laboratorium
Keramik di Instintut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Ditambahkan 25 bola
zirkonia dengan diameter bola 5 mm dan massa total bola sebesar 22 gram dalam
penggilingan. Penggilingan dengan mencampurkan serbuk TiO2 dengan etanol
dengan perbandingan adalah 1,5:10 gram selama 20 jam dengan kecepatan
putaran 150 rpm. Serbuk nano TiO2 dipanaskan menggunakan hotplate selama 3
jam dengan temperatur 90°C guna menghilangkan etanol. Hasil serbuk TiO2
dikarakterisasi pada XRD, FTIR, UV-VIS dan SEM.

3.1.2 Ekstraksi Pewarna Alami


Beberapa pewarna alami yaitu kunyit, daun jeruk, labu kuning, tomat,
daun ketapang dan daun bayam dibersihkan dan dipotong kecil-kecil kemudian
dilakukan pengeringan dengan alat dehydrator dengan temperatur 70C.
Selanjutnya dihaluskan dengan grinder sehingga menjadi serbuk. Proses ekstraksi
pewarna alami dilakukan dengan cara menambahkan pelarut etanol 99%, dengan
perbandingan 2 gram serbuk pewarna alami dengan 20 ml pelarut etanol selama
48 jam pada temperatur ruangan. Hasil ekstraksi disaring dengan kertas saring
sehingga mendapatkan larutan pewarna alami yang selanjutnya dikarakterisasi
dengan dengan UV-VIS dan FTIR. Dilakukan distilasi yaitu penyulingan yang

17
bertujuan untuk memisahkan pelarut etanol dan ekstrak pewarna alami dengan
cara dididihkan sehingga terjadi penguapan dan uap tersebut didinginkan sehingga
terbentuk zat cair. Zat yang menguap merupakan pelarut etanol dikarenakan
memiliki titik didih yang rendah dibandingkan pewarna alami. Hasil ekstrak
pewarna alami didapatkan berupa cairan pekat berwarna tanpa adanya pelarut
etanol. Setelah dilakukan distilasi, hasil estrak tersebut akan dicampurkan dengan
serbuk TiO2 guna fabrikasi film.

3.1.3 Fabrikasi Film TiO2


Serbuk mikro TiO2 dan pewarna alami 1 dicampurkan dengan
perbandingan 0,5 gram serbuk TiO2 dan 2 ml pewarna alami 1, sehingga menjadi
suspensi berwarna. Pencampuran suspensi berwarna dengan magnetic stirrer
selama 10 menit. Kaca ITO yang berukuran 2,5x2,5 cm dibersihkan dengan etanol
dan diletakkan pada alat spin coater. Selanjutnya suspensi berwarna berkisar 170
μl diteteskan pada kaca ITO sampai permukaan kaca tertutup. Spin coater
berlangsung selama 60 detik dengan 5 detik 500 rpm, 10 detik 1000 rpm dan 45
detik 2500 rpm seperti pada Gambar 3.1, variasi kecepatan bertujuan untuk
menghomogenkan dan menipiskan suspensi berwarna pada kaca ITO.

Gambar 3.1 Waktu dan kecepatan pada spin coater

Kaca yang telah terlapisi, dipanaskan dengan menggunakan hotplate


selama 10 menit dengan temperatur 100°C. Dilakukan hal yang sama untuk

18
pewarna 2 dan serbuk nano TiO2 pewarna 1 dan pewarna 2 seperti pada Gambar
3.2. Pada ko-sensitisasi, cara yang dilakukan sama namun perbandingan berbeda,
yaitu perbandingan 0,5 gram serbuk TiO2 dan 1 ml pewarna alami 1 dan pewarna
2.

1. Serbuk mikro TiO2 + Pewarna 1


2. Serbuk mikro TiO2 + Pewarna 2

3. Serbuk mikroTiO2 + Pewarna 1 + Pewarna 2

4. Serbuk nano TiO2 + Pewarna 1

5. Serbuk nano TiO2 + Pewarna 2

6. Serbuk nano TiO2 + Pewarna 1 + Pewarna 2

Gambar 3.2 Variasi fabrikasi film

3.1.4 Karakterisasi XRD


Karakterisasi dengan X-ray Diffraction (XRD) bertujuan untuk
mengetahui ukuran kristal pada sampel, identifikasi fasa dan komposisi fasa.
Spesifikasi alat XRD yang digunakan yaitu Bruker Advance D8. Dalam
karakterisasi, menggunakan rentang 2θ dari 10‒120, step size 0.020 dan Cu-K
1,544187 Å. Hasil dari karakterisasi XRD berupa pola difraksi, yang kemudian
dilakukan analisis dengan bantuan perangkat lunak Match! berfungsi untuk
mengidentifikasi fasa yang terkandung, perangkat lunak Rietica berfungsi untuk
mengetahui komposisi fasa dan perangkat lunak MAUD berfungsi untuk
menentukan estimasi ukuran kristal yang terkandung.
3.1.5 Karakterisasi SEM
Karakterisasi dengan Scanning Electron Microscope (SEM) bertujuan
untuk mengetahui morfologi permukaan sampel. Spesifikasi alat SEM yang
digunakan yaitu Phenom Pro-x dan spesifikasi alat sputer coating yaitu Quorum
tipe SC7620. Dalam karakterisasi, menggunakan mode Secondary Electron
Detector (SED) digunakan untuk menampilkan morfologi permukaan. Serbuk
TiO2 diletakkan pada carbon tipe dan dilapisi dengan serbuk emas dengan waktu
sputtering selama 60 detik bertujuan membuat TiO2 menjadi konduktif. Sampel
serbuk TiO2 pada carbon tipe dianalisis menggunakan instrumen SEM dengan

19
perbesaran 20000×. Kemudian hasil morfologi dianalisis dengan menggunakan
perangkat lunak imagej guna mengetahui ukuran partikel.

3.1.6 Karakterisasi UV-VIS


Karakterisasi spektrofotometer Ultraviolet-Visible (UV-VIS) yang
bertujuan mengetahui penyerapan cahaya dan nilai energi celah pita. Spesifikasi
alat UV-VIS yang digunakan pada larutan pewarna alami yaitu Kubota, dengan
spektrofotometer double beam rentang panjang gelombang 200 sampai 700 nm.
Spesifikasi alat UV-VIS yang digunakan pada film TiO2 yang co-sensitized yaitu
Analytik Jena tipe Specord 200 Plus dengan panjang gelombang 200 sampai 700
nm. Hasil dari karakterisasi UV-VIS berupa grafik grafik absorbansi dan panjang
gelombang, dapat dilakukan penggabungan antara hasil grafik UV-VIS dengan
bantuan perangkat lunak origin.

3.1.7 Karakterisasi FTIR


Karakterisasi spektrometer Fourier Transform Infrared (FTIR) yang
berfungsi untuk mengetahui gugus atau ikatan gugus. Spesifikasi alat FTIR yang
digunakan yaitu Bruker tipe Alpha II dengan rentang bilangan gelombang dari 600
sampai 4000 cm‒1 pada karakterisasi larutan pewarna alami, sedangkan spesifikasi
alat FTIR untuk serbuk TiO2 menggunakan merk Shimadzu tipe IR Prestige 21
dengan rentang bilangan gelombang dari 400 sampai 4000 cm‒1. Sampel yang
karakterisasi dimasukkan ke tempat sampel, kemudian spektrum inframerah pada
FTIR menampilkan grafik bilangan gelombang dan transmitansi yang berguna
untuk mendeteksi kandungan ikatan gugus. Hasil dari karakterisasi FTIR berupa
grafik puncak, dapat dilakukan penggabungan antara hasil grafik FTIR dengan
bantuan perangkat lunak origin.

3.2 Diagram Alir Penelitian


3.2.1 Diagram Alir Penelitian Preparasi Serbuk TiO2
Langkah awal yaitu preparasi serbuk TiO2 pada Gambar 3.3, terdapat dua
jenis yaitu pembuatan serbuk mikro dan serbuk nano. Dalam pembuatan serbuk
mikro, serbuk komersil merk Merck TiO2 dihaluskan dan diayak, kemudian

20
dikarakterisasi XRD, FTIR, UV-VIS dan SEM. Cara penggilingan serbuk nano
dengan menggunakan alat planetary ball mill pulverisette 5 dengan kecepatan 150
rpm selama 20 jam, kemudian dikarakterisasi XRD, FTIR, UV-VIS dan SEM.
Dilakukan analisis data dari masing-masing pengujian dan didapatkan kesimpulan
data. Adapun diagram alir penelitian preparasi serbuk TiO2 sebagai berikut:

Mulai

Serbuk komersil Serbuk komersil


TiO2
Serbuk komersil TiO2 yang Reduksi ukuran partikel dilakukan
dihaluskan menggunakan mortar dengan alat planetary ball mill

Diayak menggunakan pengayak Penggilingan serbuk selama 20


jam dan kecepatan putaran 150
Serbuk mikro TiO2 rpm

Karakterisasi XRD, FTIR, UV- Serbuk nano TiO2


VIS dan SEM
Karakterisasi XRD, FTIR, UV-
VIS dan SEM

Analisis data

Kesimpulan data

Selesai

Gambar 3.3 Diagram alir penelitian preparasi serbuk TiO2

3.2.2 Diagram Alir Penelitian Ekstraksi Pewarna Alami


Proses ekstraksi pewarna alami seperti pada Gambar 3.4 yaitu menyiapkan
pewarna alami yaitu kunyit, daun jeruk, labu kuning, tomat, daun ketapang dan
daun bayam. Selanjutnya pewarna alami tersebut dibersihkan dan dihaluskan
hingga membentuk serbuk. Serbuk pewarna dimaserasi selama 48 jam dengan

21
etanol. Larutan pewarna disaring dengan kertas saring. Jika larutan pewarna
mengalami perubahan warna sebelum dilakukan distilasi, maka proses pembuatan
larutan diulang, jika berhasil dilanjutkan pada karakterisasi UV-VIS dan FTIR.
Dilakukan analisis data dari masing-masing pengujian dan didapatkan kesimpulan
data. Dari enam pewarna alami diseleksi menjadi dua pewarna, penentuan
pewarna alami berdasarkan nilai serapan optik pada panjang gelombang tertinggi
dan absorbansi terbesar dari jenis daun dan umbi / buah setelah dilakukan
karakterisasi UV-VIS. Adapun diagram alir penelitian ekstraksi pewarna alami
sebagai berikut:

Mulai

Kunyit, daun jeruk, labu


kuning, daun ketapang,
tomat dan daun bayam

Bahan dibersihkan dan dihaluskan hingga


menjadiserbuk

Dimaserasi selama 48 jam dengan


menambahkan etanol 99%

Larutan pewarna disaring dengan kertas saring

Enam ekstrak pewarna alami

Karakterisasi UV-VIS dan FTIR

Distilasi

Analisis data dan seleksi pewarna alami

Kesimpulan data pewarna 1


dan pewarna 2

Selesai

22
Gambar 3.4 Diagram alir penelitian ekstraksi pewarna alami

3.2.3 Diagram Alir Penelitian Fabrikasi Film TiO2


Pada Gambar 3.5 yaitu fabrikasi film TiO2, serbuk TiO2 dilarutkan dengan
pewarna alami dan diaduk. Campuran suspensi bewarna tersebut ditempelkan
pada kaca ITO lalu dilakukan spin coating, kemudian lapisan tersebut dipanaskan.
Film TiO2 berwarna telah terbuat, selanjutnya dikarakterisasi dengan UV-VIS.
Dengan menggunakan data panjang gelombang UV-VIS, dianalisis guna
mengetahui nilai energi celah pita. Adapun diagram alir penelitian fabrikasi film
TiO2 sebagai berikut:

Mulai A

Serbuk TiO2 Karakterisasi UV-VIS

Serbuk TiO2 dicampur pewarna Analisis data


dan diaduk

Kesimpulan data
Campuran suspensi berwarna
TiO2 ditempelkan di kaca ITO
Selesai
Spin coating selama 60 detik

Dipanaskan selama 10 menit

Film
1. Serbuk TiO2 + Pewarna 1
2. Serbuk TiO2 + Pewarna 2
3. Serbuk TiO2 + Pewarna 1 +
Pewarna 2

Gambar 3.5 Diagram alir penelitian fabrikasi film

23
3.3 Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan seperti yang tertera pada Tabel 3.1 yaitu variabel
tetap dan variabel bebas, dengan variabel penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Variabel Penelitian
1. Waktu spin coating 60 detik
Variabel Tetap
2. Waktu penggilingan 20 jam
1. Ukuran serbuk TiO2 (mikro dan nano)
Variabel Bebas 2. Jenis pewarna alami (daun jeruk, daun bayam, daun
ketapang, kunyit, labu kuning dan tomat
.
3.4 Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan dilakukan pada bulan Januari hingga Juli seperti Tabel
3.2. kegiatan yang dilakukan yaitu studi literatur, pembuatan proposal dan seminar
proposal tugas akhir, penelitian tugas akhir, penyusunan laporan hasil tugas akhir
serta seminar hasil tugas akhir. Berikut merupakan jadwal kegiatan yang
dilakukan:
Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan

Bulan ke-
No Kegiatan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1. Studi Literatur
Pembuatan
Proposal dan
2.
Seminar Proposal
Tugas Akhir
Penelitian Tugas
3.
Akhir
Pembuatan
ekstrak pewarna
alami dan
karakterisasi UV-
VIS dan FTIR

24
Penggilingan
serbuk nano TiO2
dan karakterisasi
XRD dan SEM
Fabrikasi film
TiO2 co-sensitized
dan karakterisasi
UV-VIS
Pengolahan data
Penyusunan
4. Laporan Hasil
Tugas Akhir
Seminar Hasil
5.
Tugas Akhir

25
(halaman ini sengaja dikosongkan)

26
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini mengkaji hasil studi struktur dan sifat optik serbuk TiO2, Sifat optik
ekstrak pewarna alami dan Sifat optik film TiO2 yang co-sensitized ekstrak
pewarna alami serta pembahasan penelitian.

4.1 Studi Struktur Serbuk TiO2


Dengan menggunakan data karakterisasi XRD yang telah dianalisis,
didapatkan hasil dari komposisi fasa, identifikasi fasa dan ukuran kristal pada
serbuk TiO2. Pada Gambar 4.1 menujukkan pola-pola difraksi sinar-X serbuk
TiO2 mikro maupun nano. Pola-pola difraksi dianalisis menggunakan perangkat
lunak Match!, hasil analisis menunjukkan bahwa puncak-puncak dengan fasa
anatase dengan struktur kristal tetragonal dan grup ruang I41/amd:2. Pada
Gambar 4.1 grafik kiri menunjukkan pola difraksi sinar-X serbuk TiO2, dengan
rentang 2theta antara 10°‒120°. Pada pola difraksi tidak adanya perubahan
puncak antara serbuk mikro dan nano TiO2, hal ini menunjukkan bahwa serbuk
TiO2 yang digunakan merupakan single phase atau fasa tunggal. Berdasarkan Full
Width at Half Maximum (FWHM), ukuran serbuk nano TiO2 memiliki lebar
puncak yang lebih sempit dibandingkan serbuk mikro TiO2 seperti pada Gambar
4.1 grafik kanan. Hal ini mengidetifikasi bahwa ukuran kristal pada serbuk nano
TiO2 memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan serbuk mikro TiO2, sesuai
dengan data kualitatif dari MAUD yang dilanjutkan pada berikutnya. Nilai
intensitas pada serbuk nano TiO2 lebih besar dibandingkan serbuk mikro TiO2,
dikarenakan perbedaan ukuran kristal. Ketika sinar-X mengenai serbuk TiO2,
intensitas mengalami kenaikan pada ukuran kristal yang lebih kecil, disebabkan
luas permukaan spesifik yang kecil sehingga penyerapan ukuran nano lebih besar.

27
Gambar 4.1 Pola-pola difraksi sinar-X (Cu-Kα) pada serbuk TiO2. Grafik kiri:
pola difraksi pada sudut 2θ=10‒120° dan grafik kanan: perbesaran puncak difraksi
fasa anatase pada sudut 2θ=20‒30°.

Analisis struktur pada serbuk TiO2 dilanjutkan dengan metode Rietveld


menggunakan perangkat lunak Rietica dan MAUD, guna mengetahui komposisi
fasa dan ukuran kristal pada sampel. Contoh hasil plot penghalusan (refinement)
dengan Rietica ditunjukkan pada Gambar 4.2 dan penghalusan dengan MAUD
pada Gambar 4.3. Pencocokan fitting dengan metode Rietveld dinyatakan berhasil
jika selisih antara pola terhitung dan pola terukur memiliki fluktuasi yang relatif
kecil pada data kualitatif, dengan nilai Goodness of Fit Testing (GOF) <4% pada
perangkat lunak Rietica dan nilai Sig <4% pada perangkat lunak MAUD (Maydeu-
Olivares and García-Forero, 2010).

Gambar 4.2 Contoh plot hasil penghalusan Rietveld data serbuk TiO2 dengan
nilai GoF untuk penghalusan yaitu 0,975. Keterangan: puncak warna merah

28
adalah pola difraksi yang terhitung, puncak warna hitam adalah pola difraksi
terukur, garis biru merupakan posisi masing-masing puncak fasa dan kurva hijau
adalah selisih plot.

Gambar 4.3 Contoh plot hasil penghalusan dengan perangkat lunak MAUD pada
serbuk TiO2 dengan nilai Sig untuk pencocokan ini adalah 0,328 Keterangan:
puncak warna biru adalah pola difraksi terukur dan warna hitam adalah pola
difraksi terhitung.

Penggilingan dengan menggunakan planetary ball mill menjadi metode


yang efektif dan sederhana untuk menghasilkan serbuk nanokristalin. Paremeter
yang mempengaruhi penggilingan yaitu: kecepatan putaran, waktu milling,
perbandingan massa bola dan serbuk TiO2 dan diameter bola (Carneiro et al.,
2014). Pada Tabel 4.1, proses penggilingan tidak mempengaruhi perubahan
struktur, parameter kisi kristal dan volume sel yang signifikan, namun serbuk
nano mengalami reduksi ukuran kristal seperti Tabel 4.2.

Tabel 4.1 Hasil analisis kuantitatif pola XRD serbuk TiO2 (mengacu pada
Gambar 4.1) menggunakan perangkat lunak Rietica dengan metode Rietveld.
Angka di dalam kurung menunjukkan standar deviasi atas nilai di depannya pada
angka penting paling signikan
Jenis Komposisi Parameter kisi Volume sel
Sampel GoF
fasa fasa (wt%) kristal (Å) (Å3)
a=b=3,7848(0),
Mikro TiO2 Anatase 100 0,959 136,266 (0)
c=9,5127(0)
Nano TiO2 Anatase 100 0,975 a=b=3,7848(0), 136,276 (2)

29
c=9,5130(1)

Tabel 4.2 Informasi ukuran butir kristal fasa anatase pada serbuk TiO2 dari data
analisis kuantitatif XRD menggunakan perangkat lunak MAUD dengan metode
Rietveld. Angka di dalam kurung menunjukkan standar deviasi atas nilai di
depannya pada angka penting paling signikan

Sampel Ukuran kristal (nm) Sig


Mikro TiO2 117 (2) 0,847
Nano TiO2 99 (1) 0,328

Dari grafik pada Gambar 4.4 menampilkan penyerapan optik dari serbuk
nano TiO2 terdapat dua puncak dengan nilai absorbansi maksimum pada panjang
gelombang 209 nm dan 305 nm sedangkan serbuk mikro TiO2 nilai absorbansi
maksimum pada panjang gelombang 325 nm. Spektrum panjang gelombang pada
TiO2 berada pada rentang 200‒390 nm, menandakan bahwa spektrum
elektromagnetik pada cahaya UV. Penyerapan optik pada spektrum
elektromagnetik jika dikaitkan dengan ukuran kristal, maka penyerapan optik
serbuk nano TiO2 lebih besar dibandingkan serbuk mikro TiO2, dikarenakan
adanya penggilingan ukuran kristal. Luas permukaan spesifik dengan ukuran
kristal mempengaruhi absorbansi, semakin kecil ukuran kristal makan
memperbesar luas permukaan spesifik dan menambah penyerapan pewarna pada
spektrum gelombang elektromagnetik.

Gambar 4.4 Spektrum-spektrum serapan UV-VIS serbuk TiO2

30
Nilai energi celah pita yang diperoleh serbuk mikro TiO2 adalah 3,2 eV
dan serbuk nano TiO2 adalah 3,50 eV seperti pada Gambar 4.5. Peningkatan nilai
energi celah pita disebabkan karena ukuran butir kristal yang lebih kecil (Nwanya
et al., 2012). Ukuran serbuk nano TiO2 yang lebih kecil, mempengaruhi sifat optik
dalam penyerapan absorbansi yang lebih besar sehingga nilai energi celah pita
mengalami kenaikan atau nilai yang dibutuhkan lebih besar ketika mengeksitasi
elektron pita valensi ke pita konduksi.

Gambar 4.5 Plot Tauc dengan energi cahaya yang diserap serbuk TiO2.

Mikrograf dari SEM serbuk TiO2 tertampil pada Gambar 4.6 dengan
partikel yang membentuk struktur spherical (bola) dan terdapat membentuk
aglomerasi. Bentuk bola memiliki luas permukaan yang tinggi sehingga
menghasilkan kinerja fotokalitik yang lebih besar serta dapat meningkatkan
penyerapan cahaya (Susanti et al., 2014). Perbedaan morfologi bentuk permukaan
antara serbuk mikro dan nano tidak berubah secara signifikan setelah
penggilingan.

31
A) B)

Gambar 4.6 Citra-citra SEM pada serbuk TiO2 dengan perbesaran 20000× a)
serbuk mikro b) serbuk nano

Analisis ukuran partikel dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak


imagej yang bertujuan menentukan ukuran partikel dengan data mikrograf dari
SEM. Berdasarkan Gambar 4.7 serbuk nano TiO2 kecenderungan kurva ke kanan,
mengindikasi bahwa serbuk nano memiliki ukuran partikel yang lebih kecil
dibandingkan serbuk mikro. Hal membuktikan bahwa terjadinya reduksi ukuran
partikel pada serbuk nano TiO2.

A) B)

Gambar 4.7 Distribusi ukuran diameter partikel serbuk TiO2

Dengan menganalisis spektrum-spektrum FTIR dari nilai bilangan


gelombang, didapatkan gugus fungsi atau ikatan yang terbentuk. Pada rentang
400‒900 cm-1 merupakan ikatan Ti‒O memiliki khas pada fasa anatase (Zama et

32
al., 2017) dan ikatan O-Ti-O (Bagheri et al., 2013). Ikatan gugus fungsi yang
terbentuk berdasarkan Gambar 4.8 menunjukkan nilai bilangan gelombang yang
tidak mengalami perbedaan nilai bilangan gelombang yang signifikan, sehingga
realrif tidak adanya perubahan ikatan yang terbentuk.
Nilai energi transmitansi ditentukan dari nilai puncak bilangan gelombang
ketika sinar inframerah mengenai serbuk. Semakin besar energi transmitansi,
maka semakin besar bilangan gelombang yang terindetifikasi. Energi pada serbuk
nano TiO2 mengalami kenaikan dibandingkan serbuk mikro TiO2, dikarenakan
adanya pergeseran nilai bilangan gelombang pada nilai tertentu. Terdapat nilai
bilangan gelombang yang tetap atau konstan yang mengindikasi energi tersebut
sama antara serbuk mikro dan nano TiO2.

Gambar 4.8 Spektrum-spektrum FTIR dari serbuk TiO2.

4.2 Studi Sifat Optik Ekstrak Pewarna Alami


Penyerapan optik dari beberapa pewana alami yang diekstrak yaitu: daun
ketapang, daun jeruk, daun bayam, kunyit, tomat dan labu kuning seperti pada
Gambar 4.9. Penyerapan optik yang berbeda dibandingkan dengan yang lain yakni
tomat, karena tidak adanya nilai absorpsi. Hal ini sesuai dengan keadaan secara

33
fisis ketika setelah dilakukan maserasi, larutan ekstrak pada tomat memiliki
larutan lebih jernih dibandingkan pewarna alami lainnya.
Ekstrak enam pewarna alami, dipilih pewarna 1 dan pewarna 2 yaitu pada
absorbansi terbesar pada pewarna alami daun jeruk dan kunyit dengan nilai secara
berurutan 539 nm dan 519 nm. Sehingga dari kedua pewarna alami tersebut dapat
digunakan sebagai pewarna DSSC karena bersifat menyerap cahaya tampak yang
dihasilkan pada sinar matahari.

Gambar 4.9 Spektrum-spektrum serapan UV-VIS pada pewarna alami daun


ketapang, daun jeruk, daun bayam, kunyit, tomat dan labu kuning.

Analisis spektrum FTIR mendeteksi puncak nilai gelombang seperti pada


Gambar 4.10 dengan rentang 3400‒3200 cm-1 merupakan ikatan hidogen dengan
gugus hidroksil OH (Ammar et al., 2019), hal ini dikarenakan pelarut yang
digunakan yaitu etanol, dengan puncak yang melebar menandakan masih terdapat
etanol dalam ekstrak pewarna alami. Puncak pada Pada rentang 2935‒2830
merupakan ikatan C‒H atau gugus fungsi hidrokarbon serta pada rentang 1100‒
1020 merupakan gugus fungsi eter (Zama et al., 2017). Bilangan gelombang 1663
merupakan ikatan C=C dan 1483 merupakan ikatan C-H (Nandiyanto et al., 2019)
seperti pada Tabel 4.3. Adanya gugus hidroksil pada pewarna alami diharapkan

34
dapat memicu terjadinya interaksi dengan TiO2. Interaksi TiO2 dengan gugus
fungsi pewarna, selanjutnya akan mendorong transfer elektron dari molekul zat
warna ke pita konduksi semikonduktor TiO2 (Ammar et al., 2019). Pada keenam
pewarna alami, ikatan atau gugus fungsi yang diperoleh setelah dari data FTIR
tidak mengalami perubahan signifikan.

Gambar 4.10 Spektrum-spektrum FTIR pada ekstrak pewarna alami

Tabel 4.3 Informasi data FTIR pada ekstrak pewarna alami


Ikatan Gugus fungsi Bilangan gelombang (cm-1)
OH Hidroksil 3327‒3313
C‒H Hidrokarbon 2944‒2831
C=C Alkena 1663
C‒H Hidrokarbon 1448
C-N Eter 1283‒1020

35
4.3 Studi Sifat Optik Film TiO2 yang Co-sensitized Pewarna
Alami
Penyerapan optik yang optimum film TiO2 co-sensitized pewarna alami
pada daun jeruk yaitu 260 nm dan kunyit yaitu 265 nm. Film TiO2 co-sensitized
ekstrak pewarna alami yang mengalami kenaikan penyerapan optik. Pada skala
mikro memiliki karakteristik berupa luasan serapan optik yang lebih sempit dan
nilai absorbansi lebih rendah dibandingkan hanya menggunakan satu pewarna
daun jeruk. Sedangkan pada skala nano memiliki karakteristik berupa nilai
absorbansi yang lebih besar dan luasan serapan optik yang lebih sempit seperti
pada Gambar 4.12. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran kristal mempengaruhi
dalam penyerapan optik dan lebar spektrum UV-VIS.
Sebelum dilakukan fabrikasi film TiO2 dengan pewarna alami, absorbansi
serbuk TiO2 berada pada spektrum ultraviolet, setelah fabrikasi film TiO2 terdapat
absorbansi pada spektrum cahaya tampak. Hal ini dikarenakan adanya
penambahan ekstrak pewarna alami.
Proses optik pada DSSC terjadi ketika cahaya matahari yang menembus
kaca konduktif (ITO), maka zat warna (fotosensitizer) yang sensitif terhadap
cahaya matahari menyerap foton. Dengan penambahan ikatan gugus pada
pewarna alami, dapat meningkatkan serapan semikonduktor serbuk TiO2 dan
mendorong transfer elektron dari molekul zat warna ke pita konduksi
semikonduktor TiO2 (Sofyan et al., 2018).

Gambar 4.11 Spektrum-spektrum serapan UV-VIS film TiO2 sensitized


ekstrak pewarna alami pada kaca ITO. Grafik kanan: berskala nano dan grafik
kiri: berskala mikro

36
Gambr 4.12 spektrum-spektrum UV-VIS dilakukan normalisasi, yaitu
pengolahan data pada spektra rentang 0‒1 untuk menghilangkan pengaruh
perbedaan ukuran partikel dan memperbesar rentang nilai penyerapan. Penyerapan
film TiO2 sensitized ekstrak pewarna alami optimum setelah dinormalisasi berada
pada rentang 256‒315 nm. Nilai penyerapan film TiO2 sensitized ekstrak pewarna
alami daun jeruk mengalami pergeseran dikarenakan memiliki nilai absorbansi
yang lebih besar dibandingkan kunyit.

Gambar 4.12 Spektrum-spektrum serapan UV-VIS film TiO2 yang


sensitized ekstrak pewarna alami pada kaca ITO setelah dilakukan normalisasi

Energi celah pita dari data yang diperoleh, hanya film TiO2 nano dengan
ekstrak pewarna daun jeruk memiliki energi celah pita yang lebih rendah
dibandingkan lainnya, karena memilki ukuran yang lebih kecil dan absorbansi
terbesar. Oleh karena itu, semakin kecil ukuran kristal dan semakin besar
penyerapan optik maka energi celah pita semakin kecil sehingga efisiensi dalam
kinerja anoda DSSC.

37
Gambar 4.13 Energi celah pita film TiO2 yang sensitized pewarna alami pada
kaca ITO

Gambar 4.14 Energi celah pita film TiO2 sensitized ekstrak pewarna alami pada
kaca ITO. Grafik kanan: berskala nano dan grafik kiri: berskala mikro

Peningkatan nilai energi celah pita disebabkan oleh ukuran butir yang
lebih kecil, hal ini sesuai dengan Tabel 4.4 dimana energi celah pita pada skala
nano memiliki energi celah pita lebih besar. Serta energi celah pita serbuk TiO2
dengan pewarna alami mengalami kenaikan ketika dilakukan co-sensitized.

38
Peningkatan energi celah pita dipengaruhi pula dari serbuk TiO2 dan luasan
penyerapan optik pada film. Kandungan oksigen TiO2 yang membuat peningkatan

Tabel 4.4 Energi celah pita film TiO2 sensitized ekstrak pewarna alami pada kaca
ITO
Sampel Nama pewarna Energi celah pita (eV)
TiO2 + daun jeruk 3,27
Mikro TiO2 + kunyit 3,45
TiO2 + daun jeruk + kunyit 3,47
TiO2 + daun jeruk 2,82
Nano TiO2 + kunyit 3,50
TiO2 + daun jeruk + kunyit 3,68

39
(halaman ini sengaja dikosongkan)

40
BAB 5 KESIMPULAN

Bab ini merupakan kesimpulan dan saran yang dapat diusulkan bagi
penelitian selanjutnya.

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Karakteristik serbuk TiO2 merupakan fasa anatase, kandungan fasa
100%, struktur tetragonal, ukuran kristal pada mikro 117 nm dan pada
nano 99 nm, gugus fungsi yaitu ikatan Ti‒O dan O-Ti-O,
sertamorfologi berbentuk bola dan beberapa partikel TiO2 terdapat
membentuk aglomerasi.
2. Penyerapan optik yang optimum ekstrak pewarna alami pada panjang
gelombang daun jeruk, daun bayam, daun ketapang, kunyit, labu
kuning dan tomat nilai secara berurutan yaitu 477 nm, 539 nm, 420
nm, 519 nm, 481 nm dan 0 nm.
3. Penyerapan optik yang optimum film TiO2 co-sensitized pewarna
alami pada skala mikro yaitu 260 nm dan skala nano yaitu 265 nm.
Nilai energi celah pita film TiO2 co-sensitized pewarna alami pada
skala mikron yaitu 3,47 eV dan skala nano yaitu 3,68 eV.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk penelitian berikutnya
dilakukan variasi perbandingan massa serbuk TiO2 dan etanol dalam penggilingan
ukuran.

41
(halaman ini sengaja dikosongkan)

42
DAFTAR PUSTAKA

Ammar, A.M., Mohamed, H.S.H., Yousef, M.M.K., Abdel-Hafez, G.M.,


Hassanien, A.S., Khalil, A.S.G., 2019. Dye-Sensitized Solar Cells
(DSSCs) Based on Extracted Natural Dyes. J. Nanomater. 2019, 1–10.
https://doi.org/10.1155/2019/1867271
Angreni, W., Yusibani, E., 2018. METODE SOL GEL MgTiO 3 THIN FILMS
SYNTHESIS BY SOL GEL METHOD 7, 2–3.
Bagheri, S., Shameli, K., Abd Hamid, S.B., 2013. Synthesis and Characterization
of Anatase Titanium Dioxide Nanoparticles Using Egg White Solution via
Sol-Gel Method. J. Chem. 2013, 1–5. https://doi.org/10.1155/2013/848205
Carneiro, J.O., Azevedo, S., Fernandes, F., Freitas, E., Pereira, M., Tavares, C.J.,
Lanceros-Méndez, S., Teixeira, V., 2014. Synthesis of iron-doped TiO2
nanoparticles by ball-milling process: the influence of process parameters
on the structural, optical, magnetic, and photocatalytic properties. J. Mater.
Sci. 49, 7476–7488. https://doi.org/10.1007/s10853-014-8453-3
Chen, Y., Zeng, Z., Li, C., Wang, W., Wang, X., Zhang, B., 2005. Highly
efficient co-sensitization of nanocrystalline TiO2 electrodes with plural
organic dyes. New J. Chem. 29, 773. https://doi.org/10.1039/b502725j
Faisal, R., Chafidz, A., 2019. Extraction of Natural Dye from Ketapang Leaf
(Terminalia catappa) for Coloring Textile Materials. IOP Conf. Ser. Mater.
Sci. Eng. 543, 012074. https://doi.org/10.1088/1757-899X/543/1/012074
Imran, A.K., Kamba, V., Sapiun, Z., Damiti, S., Wicita, P., n.d.
DETERMINATION OF TOTAL FLAVONOID LEVELS OF KAFFIR
LIME (Citrus hystrix) LEAF EXTRACT USING SOXHLETATION
METHOD USING UV-VIS SPECTROPHOTOMETER 4.
Jess, Dr., 2021. Can Rabbits Eat Pumpkin? Vetexplainspets. URL
https://vetexplainspets.com/can-rabbits-eat-pumpkin/ (accessed 2.18.22).
Krisdiyanto, D., Khuzaifah, S., Khamidinal, K., Sedyadi, E., 2015. Influence of
Dye Adsorbtion Time on TiO2 Dye-Sensitized Solar Cell with Krokot
Extract (Portulaca Oleracea. L) as A Natural Sensitizer. J. Pure Appl.
Chem. Res. 4, 17–24. https://doi.org/10.21776/ub.jpacr.2015.004.01.203
Landmann, M., Rauls, E., Schmidt, W.G., 2012. The electronic structure and
optical response of rutile, anatase and brookite TiO 2. J. Phys. Condens.
Matter 24, 195503. https://doi.org/10.1088/0953-8984/24/19/195503
Liao, C.-Y., Wang, S.-T., Chang, F.-C., Wang, H.P., Lin, H.-P., 2014. Preparation
of TiO2 hollow spheres for DSSC photoanodes. J. Phys. Chem. Solids 75,
38–41. https://doi.org/10.1016/j.jpcs.2013.08.005
Low, H. Ben, Dayou, J., Wong, N.K., Program, B., 2013. Chlorophyll as a new
alternative energy source 2, 320–327.
Ma, J.-G., Zhang, C.-R., Gong, J.-J., Wu, Y.-Z., Kou, S.-Z., Yang, H., Chen, Y.-
H., Liu, Z.-J., Chen, H.-S., 2015. The Electronic Structures and Optical
Properties of Alkaline-Earth Metals Doped Anatase TiO2: A Comparative
Study of Screened Hybrid Functional and Generalized Gradient
Approximation. Materials 8, 5508–5525.https://doi.org/10.3390/ma808525
7

43
Madhu, R., Veeramani, V., Chen, S.-M., Palanisamy, J., Vilian, A.T.E., n.d.
Pumpkin stem-derived activated carbons as counter electrodes for dye-
sensitized solar cell applications 4.
Makuła, P., Pacia, M., Macyk, W., 2018. How To Correctly Determine the Band
Gap Energy of Modified Semiconductor Photocatalysts Based on UV–Vis
Spectra. J. Phys. Chem. Lett. 9, 6814–6817.
https://doi.org/10.1021/acs.jpclett.8b02892
Maydeu-Olivares, A., García-Forero, C., 2010. Goodness-of-Fit Testing, in:
International Encyclopedia of Education. Elsevier, pp. 190–196.
https://doi.org/10.1016/B978-0-08-044894-7.01333-6
Moradiya, M.A., Dangodara, A., Pala, J., Savaliya, C.R., Dhruv, D., Rathod, V.R.,
Joshi, A.D., Shah, N.A., Pandya, D., Markna, J.H., 2019. A natural tomato
slurry as a photosensitizer for dye-sensitized solar cells with TiO 2 /CuO
composite thin films. Sep. Sci. Technol. 54, 207–212.
https://doi.org/10.1080/01496395.2018.1444053
Nandiyanto, A.B.D., Oktiani, R., Ragadhita, R., 2019. How to Read and Interpret
FTIR Spectroscope of Organic Material. Indones. J. Sci. Technol. 4, 97.
https://doi.org/10.17509/ijost.v4i1.15806
Nie, X., Zhuo, S., Maeng, G., Sohlberg, K., 2009. Doping of TiO 2 Polymorphs
for Altered Optical and Photocatalytic Properties. Int. J. Photoenergy
2009, 1–22. https://doi.org/10.1155/2009/294042
Ntinas, G.K., Kadoglidou, K., Tsivelika, N., Krommydas, K., Kalivas, A., Ralli,
P., Irakli, M., 2019. Performance and Hydroponic Tomato Crop Quality
Characteristics in a Novel Greenhouse Using Dye-Sensitized Solar Cell
Technology for Covering Material. Horticulturae 5, 42.
https://doi.org/10.3390/horticulturae5020042
Nuramdani, M., 2018. 10 Manfaat Makan Bayam Selama Kehamilan.
Doktersehat. URL https://www.google.com/amps/s/doktersehat.com/ibu-
dan-anak/kehamilan/manfaat-makan-bayam-selama-hami/amp/ (accessed
3.3.22).
Nwanya, A.C., Ugwuoke, P.E., Ejikeme, P.M., Oparaku, O.U., Ezema, F.I.,
2012a. Jathropha Curcas and Citrus Aurantium Leaves Dye Extract for
Use in Dye Sensitized Solar Cell with TiO2 Films. Int J Electrochem Sci
7, 17.
Nwanya, A.C., Ugwuoke, P.E., Ejikeme, P.M., Oparaku, O.U., Ezema, F.I.,
2012b. Jathropha Curcas and Citrus Aurantium Leaves Dye Extract for
Use in Dye Sensitized Solar Cell with TiO2 Films. Int J Electrochem Sci
7, 17.
Pablo, C.C.V., Enrique, R.R., José, A.R.G., Enrique, M.P., Juan, L.H., Eddie,
N.A.M., 2016. Construction of Dye-sensitized Solar Cells (DSSC) with
Natural Pigments. Mater. Today Proc. 3, 194–200.
https://doi.org/10.1016/j.matpr.2016.01.056
Pepe, G., Cole, J.M., Waddell, P.G., Perry, J.I., 2016. Rationalizing the suitability
of rhodamines as chromophores in dye-sensitized solar cells: a systematic
molecular design study. Mol. Syst. Des. Eng. 1, 416–435.
https://doi.org/10.1039/C6ME00076B
Pratiwi, A., 2021. Manfaat Daun Ketapang dan Berapa Lama Boleh Diletakkan
Dalam Akuarium. URLhttps://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/

44
homey/read/2021/07/13/164039076/manfaat-daun-ketapang-dan-berapa-
lam-boleh-diletakkan-dalam-akuarium (accessed 3.3.22).
Rahayu, S., Kurniawidi, D.W., Hudha, L.S., Alaa, S., 2021. New techniques for
improving the quality of cotton yarn using natural dyes from teak leaves
(Tectona grandis), ketapang leaves (Terminalia catappa), and tender skin
(Lannea coromandelica). IOP Conf. Ser. Earth Environ. Sci. 637, 012084.
https://doi.org/10.1088/1755-1315/637/1/012084
Saridewi, N., Firdaus, D.A., Aziz, I., Kumila, B.N., Dasumiati, D., 2021.
Biosynthesis of ZnO Nanoparticles Using Pumpkin Peel Extract
(Cucurbita moschata) and its Applications as Semiconductor in Dye
Sensitized Solar Cell (DSSC). J. Kim. Val. 7, 100–107.
https://doi.org/10.15408/jkv.v7i2.21046
Singh, D.V.K., 2017. Band Gap And Resistivity Measurements Of Semiconductor
Materials For Thin Films 4, 11.
Sofyan, N., Situmorang, F.W., Ridhova, A., Yuwono, A.H., Udhiarto, A., 2018a.
Visible light absorption and photosensitizing characteristics of natural
yellow 3 extracted from Curcuma Longa L. for Dye-Sensitized solar cell.
IOP Conf. Ser. Earth Environ. Sci. 105, 012073.
https://doi.org/10.1088/1755-1315/105/1/012073
Sofyan, N., Situmorang, F.W., Ridhova, A., Yuwono, A.H., Udhiarto, A., 2018b.
Visible light absorption and photosensitizing characteristics of natural
yellow 3 extracted from Curcuma Longa L. for Dye-Sensitized solar cell.
IOP Conf. Ser. Earth Environ. Sci. 105, 012073.
https://doi.org/10.1088/1755-1315/105/1/012073
Susanti, D., Nafi, M., Purwaningsih, H., Fajarin, R., Kusuma, G.E., 2014. The
Preparation of Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) from TiO2 and
Tamarillo Extract. Procedia Chem. 9, 3–10.
https://doi.org/10.1016/j.proche.2014.05.002
Wei, D., 2010. Dye sensitized solar cells. Int. J. Mol. Sci. 11, 1103–1113.
https://doi.org/10.3390/ijms11031103
Zama, I., Martelli, C., Gorni, G., 2017. Preparation of TiO2 paste starting from
organic colloidal suspension for semi-transparent DSSC photo-anode
application. Mater. Sci. Semicond. Process. 61, 137–144.
https://doi.org/10.1016/j.mssp.2017.01.010

45
(halaman ini sengaja dikosongkan)

46
LAMPIRAN

Hasil analisis Rietca pada serbuk mikro TiO2

Hasil analisis MAUD pada serbuk mikro TiO2

47
Perhitungan energi celah pita

1. Mencari nilai
Dengan menggunakan hukum Beer-Lambert, didapatkan persamaan

Dengan menggunakan persamaan logaritma

( )

( )

( )

Dengan menggunakan persamaan logaritma


( ) ( )

( )

2. Mencari energi

48
3. Mencari nilai absorpsi
=

4. Mencari (

5. Mencari energi celah pita


Dengan memplotting sumbu x adalah nilai energi dan sumbu y adalah nilai
( . Fittided line dilakukan dengan cara menarik secara linear
untuk mengetahui nilai energi celah pita. Contoh pada gambar di bawah
merupakan plot Tauc nilai energi celah pita pada serbuk mikro TiO2.

49
(halaman ini sengaja dikosongkan)

50
Riwayat Penulis

Bellia Prafilta Enggar Sasmita lahir tanggal 31 Maret


2000 di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Merupakana anak kedua dari pasangan Bambang Hari
Sasmito dan Mimik Suratemi. Penulis telah
menyelesaikan pendidikan di SDN 3 Sempu, SMPN8
Balikpapan dan SMAN 7 Balikpapan. Setelah
menyelesaikan pendidika di SMA, penulis melanjutkan
pendidikan ke jenjang perguruan tinggi di Institut
Teknologi Kalimantan, sebagai mahasiswi dari Program Studi S1 Fisika, Jurusan
Sains, Teknologi Pangan dan Kemaritiman pada tahun 2018. Penulis aktif dalam
kemahasiswaan yaitu dengan bergabungnya di organisasi Unit Kegiatan
Kerohanian Islam ITK pada 2 periode kepengurusan 2020/2021 dan 2021/2022,
serta di Himpunan Mahasiwa Fisika ITK kepengurusan 2021/2022. Pada tahun
2022 pernah menjadi Asisten Laboratorium Fisika Dasar II. Di akhir
perkuliahannya, penulis melakukan penelitian untuk memenuhi Tugas Akhir
dengan judul “Studi Struktur dan Sifat Optik Film Tio2 Co-Sensitized Pewarna
Alami sebagai Anoda Dye Sensitized Solar Cell”.

51

Anda mungkin juga menyukai