id
TESIS
Oleh:
IKA CANDRA SAYEKTI
NIM. S 831102025
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2012
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
LEMBAR PENGESAHAN
TESIS
Oleh:
IKA CANDRA SAYEKTI
(S831102025)
Komisi
Pembimbing Nama Tanda Tangan Tanggal
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Program Pascasarjana,
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
LEMBAR PENGESAHAN
TESIS
Oleh:
IKA CANDRA SAYEKTI
(S831102025)
Komisi
Pembimbing Nama Tanda Tangan Tanggal
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
selama ini.
5. Teman seperjuangan
commit to user
6. Almamater
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
Tesis ini.
5. Dra. Rini Budiharti, M.Pd., selaku validator ahli instrumen terimakasih atas
6. Elvin Yusliana, M.Pd., selaku validator ahli instrumen terimakasih atas waktu,
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7. Segenap guru dan karyawan SMP N 14 Surakarta, teruntuk Bapak Lis, terima
kerjasamanya.
9. Ibu dan Bapak yang telah memberikan do’a restu dan dorongan sehingga
kekurangan. Namun demikian besar harapan penulis semoga Tesis ini dapat
Penulis
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Ika Candra Sayekti. 2012. Science Learning by Using Guided Inquiry Approach
Through Experiment and Demonstration Methods Over Viewed From Students’
Analytical Skill And Scientific Attitudes (Study of Science Learning on Sound
Topic 8th Grade Semester II SMP N 14 Surakarta Academic Year 2011/2012). A
THESIS. Advisor I: Dr. Sarwanto, M.Si., II: Dra. Suparmi, M.A., Ph.D. Science
Education, Postgraduate Program of Sebelas Maret University.
ABSTRACT
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN...................................................................... iv
MOTTO……………………………………………………………………. v
PERSEMBAHAN…………………………………………………………. vi
ABSTRAK.................................................................................................... ix
ABSTRACT.................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. xx
BAB I PENDAHULUAN………………..…………………………….... 1
B. Identifikasi Masalah………….…………...…………………... 12
D. Rumusan Masalah……………………………………….......... 14
F. Manfaat Penelitian……………………………………..……... 16
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Kajian Teori……………………………………………...…. 18
1. Pembelajaran IPA…………...………………………….. 18
2. Hakikat Belajar……......................................................... 24
3. Hakikat Mengajar............................................................. 40
6. Metode Eksperimen……………………………………. 51
7. Metode Demonstrasi…………………………………… 53
8. Kemampuan Analisis......……………………………..... 55
9. Sikap Ilmiah……...…………………………………….. 58
D. Hipotesis………………………………………...................... 109
1. Populasi.......………………………………...................... 114
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Simpulan…………………………………………………….. 166
B. Implikasi…………………………………………………….. 168
C. Saran…………………………………………………….…... 169
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel No Halaman
Hal
Approach…………………………………………………... 35
Tabel 3.4. Hasil Analisis Instrumen Uji Coba Kemampuan Analisis.... 123
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif IPA Siswa… 137
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Ilmiah………………………………………………………. 138
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Afektif Siswa.. 140
Pembelajaran………………...…………………………….. 141
Ilmiah………………………………………………………. 141
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar No Halaman
Hal
Berisi Gas……………………………………………….. 80
dalam tabung……………………………………………. 82
Laut…………………………………………………….. 90
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
. Kognitif........................................................................ 370
Kognitif......................................................................... 382
Kognitif......................................................................... 383
xx
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 35. Analisis Instrumen Angket Uji Coba Sikap Ilmiah....... 447
xxi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
yang sangat besar dalam rangka mewujudkan manusia Indonesia yang cakap dan
berkarakter kuat.
tersebut disebabkan oleh pembangunan jati diri dan karakter bangsa yang semakin
yang tidak mendidik, serta pendidikan yang belum banyak memberi kontribusi
lemahnya sikap, nilai dan moral siswa sebagai bagian dari bangsa Indonesia.
Sebagai contohnya tawuran antar pelajar yang merusak citra pelajar berprestasi
lain. Untuk itu diperlukan kontribusi dari berbagai pihak khususnya pendidikan
agar terbentuk manusia Indonesia yang berkarakter kuat dan cerdas sesuai harapan
commit to user
yang tertuang dalam tujuan pendidikan nasional.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
karakter dalam proses pembelajaran ke dalam diri siswa yang bertujuan antara lain
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik,
berpikiran baik, dan berperilaku baik. Adanya pembentukan karakter dan sikap
yang baik dari siswa akan dapat membangun kehidupan bangsa yang lebih
Berdasarkan data yang dicatat Badan Pusat Statistik dan Survei Sosial
dan Ekonomi Nasional dalam Uliyati (2005) menunjukkan bahwa data tingkat
sekolah penduduk belum sesuai dengan yang diharapkan karena 19% penduduk
penanganan yang lebih baik dari semua pihak sehingga dapat memperoleh hasil
yang diharapkan.
(UNDP) pada tahun 2008 yang memuat angka indeks kualitas sumber daya
dengan nilai 427, padahal skor rata-rata internasional adalah 500. Kedua hasil
Indonesia. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari TIMSS kemampuan sampel dari
siswa Indonesia belum memiliki kapabilitas yang cukup baik untuk memecahkan
masalah ranah kognitif tinggi. Hal ini mungkin disebabkan karena faktor
kurikulum, guru, siswa, atau mungkin faktor lain yang terlibat dalam proses
pembelajaran.
KTSP merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan
pendidikan khususnya bagi guru dan kepala sekolah. Guru memegang peranan
hanya secara tertulis yang tertuang dalam silabus maupun RPP tetapi juga dalam
oleh siswa merupakan kunci keberhasilan belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006:
236). Tapi pada kenyataannya masih ada guru di sekolah yang menyelenggarakan
cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga meliputi metode ilmiah dan sikap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ilmiah. NSES (2009) dalam Holmes (2011) menyatakan bahwa pembelajaran IPA
adalah yang dilakukan siswa, bukan sesuatu yang dilakukan kepada siswa.
dan mengamati fenomena alam sehingga siswa dapat aktif dalam proses
tanpa melibatkan siswa secara aktif untuk melakukan proses IPA dalam perolehan
konsep IPA. Jadi, guru belum memperhatikan karakteristik IPA. Untuk dapat
dipilih dalam pembelajaran IPA harus mampu mengungkap karekteristik IPA itu
yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA antara lain metode: eksperimen,
demonstrasi, diskusi.
karakteristik IPA karena siswa lebih sering mendengarkan dan mencatat tanpa
seperti itu, maka siswa pasif karena keterlibatannya kurang dan siswa akan
cenderung belajar secara hafalan tanpa memiliki keterampilan belajar. Hal ini
sejalan dengan pemikiran Sanjaya (2009: xiii) bahwa masih ada proses
menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai
informasi serta dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk
siswa tidak menyukai Fisika dan menjadikan Fisika sebagai mata pelajaran yang
susah untuk dipelajari (Naim, 2009). Hal tersebut menyebabkan sebagian besar
siswa memperoleh nilai IPA masih rendah. Sehingga diperlukan upaya untuk
memperbaiki opini umum masyarakat terutama siswa bahwa IPA itu sulit dan
menjadikan IPA terutama Fisika sebagai salah satu pelajaran yang menyenangkan
dan dinantikan. Untuk itu dipilih pendekatan inkuiri terbimbing yang sesuai
sebagai subjek yang belajar tidak lagi sebagai objek belajar yang hanya menerima
berpikir bagi siwa dan juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk
secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling
baik (Dahar, 1989: 103). Jadi siswa diharapkan terlibat aktif dalam pembelajaran
Getaran dan Gelombang; Bunyi; dan Cahaya yang belum sepenuhnya diajarkan
pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik materi itu sendiri. Jadi guru
menyampaikan materi kepada siswa. Materi yang dipilih dalam penelitian adalah
Bunyi. Karena pada tahun sebelumnya, rata-rata nilai ulangan siswa masih di
bawah KKM, yaitu 62,54. Materi Bunyi dapat diamati secara langsung baik
dengan sikap ilmiah yang baik dan diperlukan juga kemampuan siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
penemuan ini sejalan dengan teori belajar penemuan oleh Jerome S. Bruner.
Laboratorium riil adalah laboratorium tempat khusus yang dilengkapi dengan alat-
alat dan bahan-bahan riil untuk melakukan percobaan. Jika alat atau bahan yang
dibutuhkan tidak atau belum tersedia maka dapat dipilih laboratorium virtual
Namun, sarana dan media yang sudah ada belum dimanfaatkan secara optimal.
merupakan materi yang dapat diperoleh melalui pengamatan secara fisik yang
antarsiswa maupun siswa dengan guru (social knowledge) dan dalam konten
Tahun 2006 tentang standar isi, di SD siswa pernah memperoleh materi tentang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kata kerja operasional yang digunakan dalam standar kompetensi dan kompetensi
dasar di SMP lebih tinggi daripada SD serta bahasan di SMP lebih luas. Sehingga
diharapkan siswa dapat mengkaitkan antara konsep yang telah diperoleh dengan
konsep baru yang diperoleh. Hal ini sejalan dengan teori yang sudah dicetuskan
konsep baru atau informasi baru terhadap konsep-konsep yang telah ada dalam
tradisional yaitu hanya mengajar menggunakan metoda ceramah dan bersifat satu
sama dan menggunakan cara yang monoton. Siswa hanya dijelaskan melalui
ceramah dan jarang memfasilitasi siswa dengan percobaan untuk melatih proses
berpikir siswa (Suardana, 2007). Hal ini menegaskan bahwa siswa menerima
berpikir, sikap ilmiah dan keterampilan secara psikomotor siswa menjadi terbatas.
kesempatan peserta didik untuk membangun dan menemukan jati diri melalui
proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Guru juga berperan
membantu siswa dalam upaya pencapaian prestasi belajar yang optimal dan dapat
memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui
interaksi antar siswa, siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.
“Guru, siswa, sarana, media yang tersedia serta lingkungan belajar di sekolah
2009). Berdasarkan hal tersebut tidaklah mudah bagi guru untuk menciptakan
suatu proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan yang
ada faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal
dari dalam diri siswa, yaitu keadaan/ kondisi siswa baik secara jasmani maupun
rohani misalnya sikap terhadap belajar, motivasi belajar, rasa percaya diri siswa,
faktor dari luar siswa, yang meliputi: faktor keluarga/keadaan rumah tangga,
sarana, dan faktor masyarakat. Namun, di lapangan masih ada guru yang kurang
ditunjukkan dengan nilai akhir siswa setelah mengikuti suatu ulangan, yang hanya
10
penilaian afektif dan psikomotorik siswa. Guru pun masih mengabaikan penilaian
dalam kedua aspek ini. Padahal ada banyak faktor yang mempengaruhi siswa
dalam belajar untuk mencapai keberhasilan yang justru tidak begitu diperhatikan.
memiliki sikap positif sesuai dengan nilai yang berlaku dan kurang terampil untuk
pemecahan masalah yang ada. Keterampilan kognitif Bloom yang direvisi bersifat
dua dimensi. Salah satu dimensinya yaitu dimensi proses kognitif (cara berpikir)
sekolah metode ceramah yang biasa digunakan guru dalam pembelajaran tidak
akan mampu membentuk siswa yang memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi
dan kreativitas (Pardjono, 2009: 259). Aspek kemampuan berpikir tingkat tinggi
sikap ilmiah siswa. Sikap ilmiah siswa berbeda-beda. Hal ini terjadi karena setiap
11
ilmiah merupakan sikap-sikap yang melandasi proses IPA, antara lain sikap ingin
tahu, jujur, obyektif, kritis, terbuka, disiplin, teliti dan sebagainya. Dewasa ini
sikap ilmiah menjadi hal yang semakin langka. Contohnya disiplin, disiplin diri
merupakan salah satu aspek utama bagi siswa dalam upaya mengembangkan
pemahaman diri sesuai kecakapan, minat, pribadi, dan hasil belajar, mewujudkan
peserta didik berperilaku baik dan berprestasi dan menaati tata tertib sekolah
(Rachmawati, 2011:1).
Tata tertib sekolah tertulis jelas tetapi masih banyak siswa yang melanggarnya.
serta adanya perkelahian dan tawuran. Tak hanya itu, sikap jujur pun kini menjadi
sangat mahal. Mulai dari lingkungan kelas. Masih ada siswa yang mencontek saat
ulangan, hal ini menunjukkan sikap ketidakpercayaan pada diri sendiri terhadap
kemampuan yang dimiliki. Tak hanya siswa, bahkan menurut Listyarti, guru dan
Berbagai cara dilakukan meskipun tidak jujur. Lagi-lagi hasil menjadi lebih
diutamakan daripada proses, maka segala cara ditempuh untuk dapat meluluskan
siswa. Akibatnya siswa enggan bekerja keras untuk menjadi lebih baik. Sikap-
sikap dapat dihindari dengan penanaman sikap ilmiah. Hal tersebut dapat
ditanamkan sejak dini. Namun, sikap ilmiah tidak begitu diperhatikan oleh orang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
Dengan adanya sikap ilmiah yang baik dan kemampuan analisis yang
baik diharapkan dapat mewujudkan prestasi belajar yang baik pula. Namun, kedua
aspek ini kurang diamati oleh guru di dalam kelas. Bahkan guru hampir tidak
memperhatikan kemampuan analisis dan sikap ilmiah siswa sebagai faktor yang
B. Identifikasi Masalah
13
menggunakan metoda ceramah dan bersifat satu arah (guru bicara, siswa
mendengar).
sehari-hari
7. Kebanyakan siswa tidak menyukai IPA dan menjadikan IPA sebagai mata
pelajaran yang susah untuk dipelajari. Selain itu adapula yang menganggap
siswa.
9. Guru cenderung hanya menekankan prestasi belajar pada aspek kognitif saja.
10. Aspek kemampuan analisis dan sikap ilmiah siswa kurang diamati dan
diperhatikan oleh guru di dalam kelas, padahal aspek tersebut dapat mem-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
11. Materi pelajaran IPA (Fisika) kelas VIII SMP semester II meliputi: Getaran
dan Gelombang; Bunyi; dan Cahaya yang belum diajarkan sesuai dengan
karakterisitik materi.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan dapat mencapai sasaran, maka
terbimbing.
demonstrasi.
hipotesis.
4. Sikap ilmiah siswa dibatasi pada proses ilmiah yang mencakup sikap ingin
D. Rumusan Masalah
15
3. Adakah pengaruh sikap ilmiah kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi
6. Adakah interaksi antara kemampuan analisis dan sikap ilmiah siswa terhadap
E. Tujuan Penelitian
16
3. pengaruh sikap ilmiah kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar IPA
siswa.
6. interaksi antara kemampuan analisis dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi
belajar IPA.
F. Manfaat Penelitian
ini diharapkan bermanfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak
1. Manfaat Teoritis
17
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan kepada guru IPA pada umumnya dan peneliti pada
dihadapi dalam upaya membentuk siswa aktif dan terampil dalam belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran IPA
a. Hakikat Pembelajaran
merupakan istilah yang banyak digunakan untuk menunjukkan kegiatan guru dan
siswa. Kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan satu kesatuan dari dua
kegiatan yang searah. Gagne dalam Sanjaya (2009: 102) dan Winataputra, dkk.
(2008: 1.19), ”Instruction is a set of event that effect learners in such a way that
atau perstiwa yang mempengaruhi peserta didik melalui suatu cara sedemikian
fasilitas untuk dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh siswa dalam mempelajari
sesuatu.
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Menurut pendapat
balik antara siswa sebagai perserta didik guru sebagai pendidik yang saling
sumber belajar pada suatu lingkungan tempat siswa belajar”. Sagala (2009)
commit to user
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang
baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan,
dengan evaluasi yang secara sengaja dibuat, dirancang oleh guru untuk
memfasilitasi siswa dalam upaya membantu siswa untuk mencapai tujuan belajar.
dan kualitas belajar pada peserta didik”. Dalam hal ini pembelajaran merupakan
suatu proses untuk meningkatkan jumlah dan mutu belajar siswa. Adapun Dimyati
pendapat tersebut, pembelajaran dirancang secara sengaja oleh guru untuk siswa
agar dapat melakukan proses belajar dalam mencapai tujuan belajar yang meliputi
(aspek afektif).
adalah segala usaha sadar yang dirancang oleh guru untuk membuat siswa belajar
untuk mencapai tujuan belajar. Tujuan belajar merupakan hasil belajar yang
hendak dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran yaitu untuk mendapatkan
20
peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Peran guru bagi siswa
tidak dapat digantikan oleh perangkat lain karena siswa adalah organisme yang
Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model atau
teladan bagi siswa yang belajar tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran.
Kedua, faktor siswa yang terdiri dari aspek latar belakang siswa dan
faktor sifat yang dimiliki siswa. Aspek latar belakang siswa meliputi: jenis
kelamin siswa, tempat kelahiran, tempat tinggal siswa, tingkat sosial ekonomi
siswa, dan lain-lain. Sedangkan faktor sifat yang dimiliki siswa meliputi:
kemampuan dasar, pengetahuan, dan sikap. Setiap siswa merupakan individu yang
unik, yang berbeda satu dari lainnya sehingga memiliki karakteristik, sifat,
kemampuan, pengetahuan yang berbeda satu dengan yang lain yang dapat
Kelengkapan tersebut juga dapat memberikan berbagai pilihan pada siswa untuk
21
pilihan dalam belajar alat dan media yang tersedia. Adanya sarana dan prasarana
yang lengkap akan mempermudah jalannya pembelajaran baik dari pihak guru
maupun siswa. Dengan sarana dan prasarana yang lengkap diharapkan mampu
kelas dan faktor iklim sosial psikologis. Faktor organisasi kelas meliputi jumlah
siswa dalam satu kelas. Jumlah siswa dalam satu kelas seperti yang dianjurkan
dalam Permen No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses bahwa jumlah
maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah 28 peserta didik untuk
SD/MI dan 32 peserta didik untuk sekolah menengah. Adapun faktor iklim sosial
psikologis dibedakan iklim sosial psikologis internal dan iklim sosial psikologis
dalam proses pembelajaran. Kelompok belajar dan lingkungan belajar yang baik
berdampak pada semangat belajar siswa. Apabila iklim belajar tidak tenang dan
b. Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau yang biasa disebut dengan sains
(science) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di setiap jenjang
pendidikan dasar dan menengah, mulai dari SD/ MI hingga SMA/ MA. Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena
22
yang tersusun secara sistematis tentang gejala alam dan perkembangannya tidak
hanya ditunjukkan oleh fakta-fakta tapi juga timbulnya metode ilmiah dan sikap
ilmiah.
Definisi Fisika tidak berbeda jauh dari definisi IPA, yang di dalamnya
benda-benda di alam tersebut. Definisi Fisika menurut Jones dan Childers (1999)
merupakan ilmu pengetahuan alam yang menggamarkan alam dasar dari alam
semesta dan bagaimana interaksi terjadi di dalamnya dari penjelasan yang paling
sederhana sampai yang beragam. Jadi, Fisika mempelajari fenomena alam yang
dapat diamati dan dipelajari secara hirarki menurut urutan kompleksitas dari yang
kejadian alam serta interaksi dari benda-benda di alam tersebut yang bersifat fisik
dan dapat dipelajari secara pengamatan dan eksperimen serta teori. Hasil-hasil
Fisika diungkapkan dalam bentuk fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori.
harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran) yang tercakup
23
tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006, mata pelajaran IPA di SMP/MTs bertujuan agar
baik. Melalui pembelajaran IPA diharapkan akan terbentuk rasa ingin tahu, sikap
yang positif dari siswa; siswa dapat mengkaitkan ilmu yang diperoleh dengan
fenomena alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari; memupuk sikap ilmiah;
24
IPA SMP/ MTs meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a) makhluk hidup dan
dan alam semesta. Berdasarkan ruang lingkup bahan kajian IPA yang dipelajari di
Terpadu di sekolah yang digunakan dalam penelitian ini masih diajarkan secara
terpisah, seperti misalnya IPA (Fisika), IPA (Biologi), dan IPA (Kimia).
Surakarta materi IPA masih disampaikan dengan ceramah. Untuk itu pada
penelitian kali ini siswa akan diberikan pembelajaran Bunyi melalui eksperimen
dan demonstrasi.
2. Hakikat Belajar
a. Pengertian Belajar
belajar, perlu dirumuskan secara jelas pengertian tentang belajar menurut pakar
25
diciptakan. Fajri dan Senja (2007) menyatakan bahwa, “belajar adalah usaha
tingkah laku individu sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan
yang melibatkan proses kognitif dari diri siswa. Pengertian tersebut menjelaskan
individu itu sendiri dalam susunan kognitif yang dimilikinya. Sagala (2009)
terjadinya proses belajar ada dua pihak yang terlibat, yaitu individu yang belajar
dan lingkungan.
Winataputra, dkk. (2008) yang menyatakan bahwa belajar adalah proses yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
keterampilan dan sikap. Jadi belajar dalam hal ini diharapkan untuk memperoleh
proses perubahan tingkah laku yang melibatkan interaksi antara individu yang
serta aspek-aspek lain sebagai dampak pengiring dari pengalaman belajar yang
b. Tujuan Belajar
Proses belajar dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, terutama di
sekolah pada jam pelajaran. Siswa adalah subjek yang terlibat dalam kegiatan
kebutuhan yang tercipta karena adanya suatu tujuan dari belajar itu sendiri.
tujuan belajar. Tujuan belajar adalah segala hasil belajar yang menunjukkan
oleh siswa.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
memperoleh hasil belajar yang hendak dicapai oleh siswa setelah proses
c. Prinsip-Prinsip Belajar
Ada berbagai prinsip yang dikemukakan oleh para ahli di bidang psikologi
pendidikan yang diungkapkan oleh Sagala (2009) dapat dirangkum, antara lain: 1)
Law of Effect, yaitu hubungan antara stimulus dan respon terjadi dan diikuti
antara perangsang dan reaksi diperkuat dengan latihan dan penguasaan dan
telah siap berkonduksi, dan hubungan itu berlangsung, maka terjadinya hubungan
itu akan memuaskan; 5) Law of Primacy, yaitu hasil belajar yang diperoleh
melalui kesan pertama, akan sulit digoyahkan; 6) Law of Intensity, yaitu belajar
memberi makna yang dalam apabila diupayakan melalui kegiatan yang dinamis;
7) Fenomena kejenuhan, yaitu ketika rentang waktu tertentu yang dipakai untuk
yang dipelajari pada situasi belajar, akan mempermudah berubahnya tingkah laku.
puas. Hasil belajar juga dapat lebih sempurna apabila sering diulang dan sering
dilatih. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa prinsip-prinsip belajar akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Jadi semesta atau lingkungan yang
mendukung akan membuat siswa terangsang dalam proses belajar sehingga hasil
belajar siswa semakin baik. Belajar dialami oleh siswa yang sedang belajar untuk
Siswa belajar untuk mencapai tujuan. Setiap siswa yang belajar memiliki
sifat yang unik, artinya berbeda atara satu individu dengan individu yang lain.
Perbedaan individual ini akan berpengaruh pada cara belajar maupun hasil belajar
yang diperoleh. Tidak semua siswa yang belajar selalu mendapatkan hasil yang
keberhasilan seseorang dalam proses belajar dibagi menjadi faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal antara lain kondisi fisik seperti keterbatasan fisik,
faktor eksternal meliputi kondisi keluarga seperti kondisi rumah, faktor sekolah
faktor yang mempengaruhi belajar menjadi dua macam, yakni faktor intern dan
faktor ekstern. Faktor intern merupakan faktor dari dalam diri siswa dan faktor
ekstern merupakan fakor dari luar diri siswa. Dari beberapa pendapat di atas,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar meliputi dua hal,
yaitu faktor internal (faktor dari dalam siswa) dan faktor eksternal (faktor dari luar
menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan berprestasi, rasa percaya diri
siswa, intelegensi dan keberhasilan belajar, dan cita-cita siswa. Faktor eksternal
belajar meliputi: guru sebagai pembina siswa belajar, prasarana dan sarana
kurikulum di sekolah.
e. Teori Belajar
Pada awal abad ke-20 berkembang pemikiran tentang belajar yang digali
dari berbagai penelitian empiris. Terdapat berbagai macam teori belajar yang ada
secara garis besar dibagi menjadi teori belajar behaviouristik, teori belajar
adalah teori belajar kognitif. Teori belajar tersebut meliputi: teori penemuan oleh
Bruner, teori belajar bermakna dari Ausubel, teori belajar perkembangan berpikir
proses perubahan tingkah laku yang tampak, malainkan sesuatu yang kompleks
yang sangat dipengaruhi oleh kondisi mental siswa yang tidak tampak. Teori
kognitif berasal dari teori kognitif dan teori psikologi. Aspek kognitif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
pemroses, pemikir, dan pencipta informasi. Oleh karena itu, yang terpenting
perhatian pada masalah apa yang dilakukan manusia dengan informasi yang
pada siswa.
terjadi dalam diri seseorang. Ada tiga proses kognitif, yaitu: a) Proses perolehan
diproses, atau diubah menjadi konsep yang lebih abstrak agar suatu saat dapat
yang telah diterima, agar dapat bermanfaat untuk memecahkan masalah yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
ilmiah dan kemampuan berfikir dituliskan dalam sebuah jurnal internasional, ”The
method to gain scientific and mental skills” (Ozek & Gonen, 2005). Berdasarkan
Proses belajar akan lebih bermakna, berguna dan mudah diingat bila difokuskan
pada memahami struktur mata pelajaran yang berisi ide, konsep dasar, hubungan
antar konsep, atau contoh yang akan dipelajari. Dalam belajar guru harus
memperhatikan kesiapan siswa untuk mempelajari materi baru atau yang bersifat
yang harus dikuasai. Motivasi merupakan variabel penting yang dapat membantu
32
jawaban sendiri, dan melakukan eksperimen. Jadi siswa harus aktif bukan hanya
Teori belajar Bruner menjadi salah satu dasar pada penelitian ini.
Pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini tidak serta merta memberikan
sebuah konsep IPA yang utuh kepada siswa. Melalui metode eksperimen, siswa
secara induktif dan deduktif hingga ditemukan suatu kesimpulan yang tidak lain
bahwa belajar bermakna hanya diperoleh melalui proses penemuan saja karena
33
menyatakan bahwa belajar terdiri atas dua tingkatan. Pada tingkat pertama dalam
penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final, maupun dengan
atau seluruh materi yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa mengkaitkan
informasi itu pada pengetahuan yang telah dimilikinya sehingga terjadi belajar
tanpa menghubungkan dengan pengetahuan yang telah dimilikinya maka cara ini
juga sesuai dengan teori belajar menurut Ausubel. Siswa pernah memperoleh
mengkaitkan antara konsep yang telah diperoleh dengan konsep baru yang
diperoleh. Hal ini sejalan dengan teori yang sudah dicetuskan oleh Ausubel
tentang belajar bermakna, “…agar terjadi belajar bermakna, konsep baru atau
informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam
struktur kognitif siswa”. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat yang menyatakan,
“In order for learning to take place, active restructuring involving integration of
new knowledge with old knowledge and beliefs on the part of the learner is
34
metode eksperimen dan demonstrasi dapat bermakna dan dapat tersimpan lama
dari bayi hingga remaja. Piaget meggambarkan fungsi intelektual ke dalam tiga
dkk., 2008)
kognitif yang sudah dimiliki. Dalam proses ini seseorang menggunakan struktur
struktur internal dengan ciri-ciri tertentu dari situasi khusus yang berupa objek
atau kejadian baru. Dalam proses ini, seseorang memerlukan modifikasi struktur
internal yang ada dalam menghadapi reaksi terhadap tantangan lingkungan. Pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
mantap.
dan ekuilibrasi sesuai sintak aktivitas yang dilakukan siswa. Untuk memfasilitasi
yang diajarkan pada jenjang SD, bahkan di SMP siswa juga memperoleh materi
yang telah dimiliki, siswa dapat menyelesaikan masalah yang akan dihadapi
melihat hubungan antara informasi baru dengan informasi yang sudah diperoleh
sebelumnya melalui ekuilibrasi. Hal ini senada dengan Abraham: 45, dalam Tabel
2.1.
Tabel 2.1. Piaget Functional Model and the Learning Cycle Approach
Piaget’s Functional Learning Cycle Teaching
Learning Activities and Materials
Model Model
Asssimilation Exploration Data Collection and Analysis
Accomodation Concept Invention Conclusion and/ or interpretation
Organization Application Application Activities
Hal ini menjadi dasar penelitian yang dilakukan juga terdapat siklus pembelajaran
empat tahap. Tahap pertama adalah tahap sensori-motor (0-2 Tahun), pada tahap
36
operasional (pada usia 2-7 tahun), pada tahap ini disebut pra-operasional karena
pada umur ini anak belum mampu melaksanakan operasi-operasi mental seperti
menambah atau mengurangi. Pada usia 2-4 tahun, anak mengalami sub-tingkat
pra-logis. Anak pada tingkat ini memiliki penalaran transduktif, anak melihat
hubungan hal-hal tertentu yang sebenarnya tidak ada. Pada usia 4 -7 tahun anak
mengalami tingkat berpikir intuitif. Ciri yang lain pada anak pada tingkat pra-
Pada tingkat ini anak mulai berpikir rasional. Dalam memecahkan masalah yang
konkret anak dapat mengambil keputusan secara logis. Namun demikian anak
pada tahap ini belum mampu untuk berpikir dengan materi yang abstrak. Tahap
berikutnya, tingkat operasi formal (pada usia 11 tahun ke atas). Pada tahap ini,
operasi yang lebih kompleks. Anak juga sudah memiliki kemampuan berpikir
abstrak.
penelitian yang dilakukan. Penelitian ini dilakukan pada siswa tingkat SMP yang
menurut Piaget berada pada tingkat operasional formal. Pada tingkat ini siswa
Selain hal tersebut, menurut Piaget dalam Dahar (1989), ada tiga bentuk
37
ada di luar dan dapat diamati dalam kenyataan eksternal. Sumber pengetahuan
fisik terutama terdapat dalam benda itu sendiri, yaitu dalam cara benda itu
sosial membutuhkan manusia. Tanpa interaksi dengan manusia tak mungkin bagi
seorang anak untuk memperoleh pengetahuan sosial. Pengetahuan sosial dan fisik
dibangun tidak langsung dari keadaan nyata, tetapi dari kerangka logiko-
dengan bentuk pengetahuan menurut teori Piaget. Bunyi merupakan materi yang
dapat diperoleh melalui pengamatan secara fisik yang dapat dilakukan dengan
dengan guru (social knowledge) dan dalam konten materi di dalamnya terdapat
mathematical knowledge).
proses kognitif yang mengubah stimulus dari lingkungan menjadi beberapa tahap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
Menurut Gagne ada delapan tahap proses kognitif yang terjadi dalam
belajar yang disebut sebagai fase-fase belajar. Fase tersebut dilakukan secara
berurutan dan setiap tahap belajar perlu didukung faktor tertentu yang dapat
dirangkum dari Dahar (1989). Pertama adalah fase motivasi, pada fase ini siswa
harus diberi motivasi untuk belajar dengan adanya harapan. Motivasi yang
kejadian yang bisa menarik perhatian siswa. Kedua adalah fase pengenalan, siswa
Dalam hal ini guru dapat membantu memusatkan perhatian siswa tersebut
Ketiga adalah fase perolehan. Pada fase ini informasi relevan tentang
Bunyi yang telah diperhatikan siswa tidak langsung disimpan dalam memori
melainkan dikaitkan dengan informasi yang telah ada dalam memorinya agar
gambaran tentang informasi tersebut. Fase keempat fase retensi, informasi baru
yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka
panjang. Hal ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali (reherseal) atau
praktek (practice) dan elaborasi. Pemindahan memori ini dapat dilakukan melalui
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
eksperimen, demonstrasi yang diberikan, latihan soal, juga melalui diskusi untuk
memcahkan masalah.
penting dalam belajar yaitu upaya memperoleh hubungan dengan informasi yang
telah dipelajari dengan memanggil (recall) informasi tersebut dari memori jangka
panjang. Materi yang terstruktur dengan baik akan lebih mudah dipanggil dari
pada materi yang disajikan tidak teratur. Keenam, fase generalisasi atau transfer
baru. Seperti misalnya siswa menjadi tahu mengapa terdapat perbedaan bunyi
yang terdengar pada pagi dan malam hari siswa juga menjadi tahu bagaimana dan
mengapa bunyi bisa didengar. Fase ketujuh yaitu fase penampilan. Para siswa
penampilan yang tampak. Misalnya, setelah belajar tentang bunyi siswa mampu
Terakhir, fase umpan balik. Pada fase ini para siswa harus memperoleh
sejauh mana kemampuan atau keberhasilan belajar yang sudah diperoleh selama
proses pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
3. Hakikat Mengajar
a. Pengertian Mengajar
adalah suatu upaya menciptakan kondisi lingkungan dan suasana yang sesuai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
ataupun keterampilan yang dapat membantu siswa agar dapat menjadi pelajar
yang mandiri.
b. Prinsip-Prinsip Mengajar
perhatian anak pada pelajaran yang disampaikan. Kedua aktivitas, dalam mengajar
guru perlu menimbulkan aktivitas anak dalam berfikir maupun berbuat. Bila anak
menjadi partisipan yang aktif, maka akan memiliki ilmu pengetahuan yang baik
setiap guru dalam mengajar perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan
media lain seperti radio, TV, dan sebagainnya. Kelima repetisi, penjelasan suatu
unit pelajaran perlu diulang-ulang sehingga pengertian itu makin lama semakin
lebih jelas dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Keenam korelasi,
Hubungan antara setiap mata pelajaran perlu diperhatikan, agar dapat memperluas
diperluas yaitu dapat dipusatkan kepada salah satu pusat minat, sehingga anak
42
meningkatkan cara berpikir sehingga dapat memecahkan masalah dengan baik dan
secara individu, agar dapat melayani pendidikan yang sesuai dengan perbedaan
bagi guru maupun siswa agar lebih giat belajar dan meningkatkan proses berfikir.
siswa dengan bimbingan guru agar tujuan pembelajaran tercapai. Maka dari itu,
merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan
mempermudah siswa untuk memahami materi ajar yang disampaikan guru untuk
pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
43
adalah cara pandang yang diwujudkan dalam aktivitas menjadi jalan yang akan
ditempuh oleh guru dan siswa dan diharapkan dapat membantu terwujudnya
tertentu (konsep, prinsip, keterampilan, sikap serta dampak pengiring) yang ada
terbimbing. Inkuiri yang dilakukan di dalam kelas dapat terjadi pada setiap
salah satu pendekatan pembelajaran yang sering digunakan dalam bidang Sains
dan Matematika. Novak dalam Haury (1993), “Inquiry is the [set] of behaviors
phenomena about which they are curious." Berdasarkan pendapat tersebut inkuiri
penjelasan yang logis dari fenomena tentang apa yang ingin diketahui.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
which children actively investigated their world through questioning and seeking
proses siswa melakukan investigasi secara aktif melalui bertanya dan menjawab
pertanyaan yang mereka ajukan sendiri. Dalam hal ini siswa berusaha untuk
mencari jawaban atas pertanyaan yang muncul di pikiran siswa melalui proses
penyelidikan. Jadi inkuiri berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang
fokus pada pencarian pengatahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin
Joyce dan Weil (1978) dalam Opara dan Oguzor (2011) mengemukakan
bahwa, “esensi model inkuiri yaitu melibatkan siswa dalam masalah dengan
dan pengetahuan baru. Berdasarkan kutipan tersebut siswa yang belajar dengan
proses penggabungan aktivitas dan proses berpikir untuk mencari tahu dan
45
mengapa tahu, dan bagaimana menjadi tahu (NSES, 2000). Jadi pendekatan ini
mengajukan pertanyaan; menguji buku dan sumber dari informasi lain untuk
apa yang sudah diketahui berdasarkan bukti percobaaan; menggunakan alat atau
yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa sehingga
kreativitas dalam memecahkan masalah. Hal ini sesuai dengan maksud inkuiri
tingktan kompleksitas yang berbeda dari TK sampai kelas XII. Berikut adalah
Tabel 2.2. Kebutuhan Kemampuan Dasar untuk Melakukan Inkuiri Ilmiah dari Beberapa
Tingkatan
TK (K-4)
a. Mengajukan pertanyaan tentang objek, organisme, dan kejadian
b. Merencanakan dan melakukan investigasi sederhana
c. Menggunakan peralatan sederhana untuk mengumpulkan data dan memperluas pikiran sehat
d. Menggunakan data untuk mengkonstruk penjelasan yang beralasan
e. Mengkomunikasikan investigasi dan penjelasan
Kelas V s.d VIII
a. Mengidentifikasi pertanyaan yang dapat dijawab melalui investigasi ilmiah (engage)
b. Mendesain dan melakukan investigasi ilmiah (explore)
commit to user
c. Menggunakan peralatan dan tehnik yang sesuai untuk mengumpulkan, menganalisis dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
Tabel 2.2. (lanjutan) Kebutuhan Kemampuan Dasar untuk Melakukan Inkuiri Ilmiah dari
Beberapa Tingkatan
d. menginterpretasi data (explain)
e. Mengembangkan diskripsi, penjelasan, prediksi, dan model menggunakan bukti (extend)
f. Berfikir kritis dan logis untuk membuat hubungan antara bukti dan penjelasan
g. Mengenali dan menganalisis penjelasan dan prediksi alternatif (evaluate)
h. Mengkomunikasikan prosedur dan penjelasan ilmiah (communicate)
i. Menggunakan matematik dalam semua aspek inkuiri ilmiah
Kelas IX s.d XII
a. Mengidentifikasi pertanyaan dan konsep yang membimbing investigasi ilmiah
b. Mendesain dan melakukan investigasi ilmiah
c. Menggunakan tekonlogi dan matematik untuk memperbaiki investigasi dan komunikasi
d. Merumuskan dan merevisi penjelasan dan model ilmiah menggunakan logika dan bukti
e. Mengenali dan menganalisis penjelasan dan model alternatif
f. Mengkomunikasikan dan mempertahankan pendapat ilmiah
Sumber: National Research Council, (2000)
pada tiap tingkatan berisi komponen penting dalam inkuiri kelas yang dapat
Guru menyusun pembelajaran pada jenis inkuiri ini. Guru mengajukan masalah
pertanyaan. Kedua, inkuiri bebas. Sebuah bentuk inkuiri yang mengajak siswa
Ketiga, inkuiri termodifikasi. Jenis inkuiri yang berada diantara inkuiri terbimbing
commit to user
dan inkuiri bebas. Guru menyediakan masalah dan meminta siswa untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
inquiry-based approach allows for scaffolding of new scientific concepts with the
dengan model mental yang sudah dimiliki siswa. Dalam pendekatan inkuiri
guru untuk ahli dalam mengajukan pertanyaan dan membimbing pikiran siswa
dasar berpikir ilmiah pada diri siswa sehingga dalam proses pembelajaran siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
guru.
modifikasi pada sintak yang dilakukan, yaitu sebagai berikut: a) fase pertama,
kesimpulan. Inkuiri dapat menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu,
terbuka dan sebagainya. Bila siswa melakukan semua kegiatan di atas berarti
49
kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis
dan logis sehingga siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan
keras atas inisiatifnya sendiri, bersikap objekif, jujur dan terbuka; b) mendorong
kebebasan siswa untuk belajar sendiri; g) dapat memberikan waktu pada siswa
kesiapan dan kematangan mental, siswa harus berani dan berkeinginan untuk
banyak; c) guru dan siswa yang sudah terbiasa dengan PBM lama; d)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50
terlalu sulit dan sangat menghabiskan waktu. Sehingga guru banyak menganggap
menjalankan inkuiri. Hal ini disebabkan antara lain karena: a) guru tidak memiliki
pemahaman yang menyeluruh terhadap usaha ilmiah karena guru mengajar masih
memahami inkuiri itu sendiri padahal dalam inkuiri lebih banyak menekankan
5. Metode Pembelajaran
Metode secara harafiah berarti suatu cara yang teratur atau yang telah
dipikirkan secara mendalam untuk mencapai tujuan tertentu. Salah satu faktor
tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal”. Berdasarkan hal tersebut
51
Hal yang sejalan juga diungkapkan oleh Uno (2008), yang menyatakan
telah direncanakan oleh guru untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Dari
kelas dan dalam menyajikan pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
pembelajaran.
6. Metode Eksperimen
pengecekan bahwa teori yang sudah dibicarakan itu memang benar.” Jadi metode
ini lebih bertujuan untuk meyakinkan siswa bahwa apa yang dilakukan sesuai
dengan teori yang ada. Adapun Trowbridge dan Bybee (2009) menyatakan
52
membutuhkan alat dan bahan. Metode ini melakukan belajar dengan pengalaman
siswa mengalami sendiri proses penemuan suatu konsep dengan pantauan guru.
dalam cara berpikir yang ilmiah (science thinking). Urutan proses pembelajaran
kebiasaan berpikir logis bagi siswa; e) melatih siswa bersikap jujur; f) membantu
berikut: a) pelaksanaan metode ini memerlukan banyak waktu dan biaya; b) setiap
eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
pengendalian; c) metode ini cocok hanya untuk siswa yang cerdas dan kreatif.
dan masih ada beberapa kekurangan. Untuk itu dalam desain penelitian yang akan
LKS (Lembar Kerja Siswa) yang akan membantu siswa dalam pembelajaran
sehingga untuk alokasi waktu bisa dibatasi sesuai jam pelajaran yang disediakan
lain dari metode eksperimen ini demi tercapainya tujuan pembelajaran yang baik.
7. Metode Demonstrasi
mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu,
baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Hal senada diungkapkan oleh Suparno
pendekatan visual agar siswa dapat mengamati proses, informasi, peristiwa, alat
dalam pelajaran Fisika”. Hal ini berarti bahwa dalam demonstrasi siswa dapat
mengamati fenomena nyata dan dapat mengetahui prosedur kegiatan yang sesuai
dengan pelajaran.
secara lisan oleh guru. Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
bahwa metode demonstrasi adalah penyajian bahan pelajaran oleh guru baik yang
berwujud benda maupun berupa prosedur tertentu yang dilakukan secara langsung
atau menggunakan media pembelajaran yang dapat melibatkan peran serta siswa
berikut :
55
rangsangan agar siswa berpikir kritis. Dengan demikian siswa akan lebih
antara lain: a) belum merupakan student centre jadi ini tidak memberikan fasilitas
kepada perbedaan individu. Siswa baik cerdas sampai yang kurang mendapatkan
perlakuan yang sama; b) tidak mampu melatih sikap ilmiah; c) siswa belum bisa
mengamati percobaan yang detail yang ditunjukkan alat karena siswa mengamati
dari jauh.
8. Kemampuan Analisis
56
antar kalimat atau paragraf dalam setiap kalimat dengan kalimat utama, dan lain-
lain.
sebuah konsep global dengan cara menguraikan atau merinci globalitas tersebut
melihat isu dari banyak sudut pandang dan mengenali cara yang berbeda dalam
57
Tabel 2.5. (lanjutan) Kemampuan Analisis Siswa
· The conclusion of the argument is reasonably clear although there
may be some ambiguity about the precise nature of the conclusion
· Most of the argument supports the conclusion but there is some
Construct an
extraneous material
argument in
· Argument is supported with some evidence appropriate to the
support of a
conclusion
conclusion
· Argument acknowledged some complexities connected with an isuue
· Argument acknowledges some potential counterarguments then
offers at least some indication of potensial responses.
Selection of Methodologies
The student indicates an understanding of the concept of multiple
Selection of methodologies for solving problems
Methodologies Application of the methodologies
The selected method is correctly applied and documented (if applicable)
with at most insignificant error
Solution:
· The proposed solution addresses the key aspects of the problem
Integrate
knowledge and · Some thought has been given to implementation strategy
Knowledge:
experiences at
arrive at creative The student is able to identify and use basic knowledge (through using
solutions research, lecture, experimentation, class discussion and experience) to
arrive at a solution.
Construc and · Hypothesis shows adequate understanding of concept
support hypothesis · Hypothesis is testable
Gather and assess
information from
printed sources, · Can articulate the reliability of all or most sources
electronic sources
and observation
University of Wisconsin Colleges
antara satu bagian dengan bagian lain dan dengan struktur atau maksud
(mengatribusikan).
belajar. Selama ini, kemampuan analisis siswa belum diperhatikan sebagai salah
commitsiswa.
satu faktor penentu keberhasilan belajar to userSiswa dalam belajar materi Bunyi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
dan fakta yang harus dianalisis untuk menghasilkan suatu kesimpulan. Dari uraian
mendiagnosis ada dan tidaknya keterkaitan antara pernyataan sebab dan akibat,
9. Sikap Ilmiah
alam dan perkembangannya tidak hanya ditunjukkan oleh fakta-fakta tapi juga
timbulnya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Jumadi (2003) menyatakan bahwa,
“Science (IPA) sebagai sikap dapat dipandang sebagai sikap-sikap yang melandasi
proses IPA, antara lain sikap ingin tahu, jujur, obyektif, kritis, terbuka, disiplin,
teliti dan sebagainya.” Sikap-sikap ini sering juga disebut sikap ilmiah atau sikap
konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang terhadap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59
untuk bertingkah laku atau berbuat dengan cara tertentu terhadap suatu objek.
norms which is held to be binding on the man of science. The norms are expressed
ilmiah dapat dianggap sebagai nilai dan norma yang dipegang untuk mengikat
manusia dalam ilmu pengetahuan alam. Norma ini dapat berbentuk aturan,
larangan, pilihan, dan kebolehan. Norma dan nilai ini harus diinternalisasi oleh
ilmuwan dan setelah itu kemudian mereka membiasakan diri dengan kebiasaan
yang ilmiah.
scientific norms and values.” Berdasarkan pendapat ini, seperangkat sikap ilmiah
objektif, jujur, dan memiliki keragu-raguan serta (Demirbas, 2009) yaitu: hati-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60
hati, rajin, pekerja keras, kreatif, peduli, terbuka, tanggung jawab, beriman, damai.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sikap ilmiah adalah
yang melandasi proses IPA, antara lain sikap ingin tahu, jujur, obyektif, kritis,
konsep, siswa tidak sekedar memperoleh konsep tersebut tetapi melalui suatu
proses. Dalam proses sains diperlukan adanya landasan sikap, yaitu sikap ilmiah
dari siswa. Namun, tidak banyak guru mengamati sikap ilmiah ini ketika
kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu
sama lain secara eksplisit. Apapun mata pelajarannya selalu mengandung tiga
pelajaran yang menuntut kemampuan teori lebih menitik beratkan pada ranah
kompetensi peserta didik, bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan
tantang Standar Nasional Pendidikan, pasal 64 ayat 1 dan 2). Penilaian hasil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61
berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 22 ayat 1 dan 2). Fungsi
diri siswa. Dari hasil yang diperoleh siswa guru bisa melakukan beberapa
berikutnya bila hasil yang dicapai siswa kurang. Dalam penelitian akan diambil
diungkapkan Bloom dalam Sagala (2009), bahwa domain kognitif yang mencakup
62
kemampuan yang disusun secara hierarki dari yang paling sederhana sampai yang
hal berdasarkan kreteria intern, kelompok, ekstern, atau yang telah ditetapkan
lebih dahulu).
1950-an. Taksonomi tersebut telah direvisi oleh sekelompok siswa Bloom dan
diberi nama baru yaitu taxonomy for learning, teaching, and assessing (taksonomi
diterangkan oleh Arends (2008), Taksonomi Bloom yang direvisi bersifat dua
dimensi. Salah satu dimensinya yaitu dimensi proses kognitif (cara berpikir) berisi
yang relevan dari ingatan jangka panjang. Proses kognitif yang terkait antara lain:
lisan, tulisan, dan grafis. Proses kognitif yang terkait antara lain:
63
prosedur dalam situasi tertentu. Proses kognitif yang terkait antara lain:
antara satu bagian dengan bagian lain dan dengan struktur atau maksud
sesuatu secara bersama-sama untuk menghasilkan suatu hal yang baru dan unik.
taraf–taraf yang menjadi semakin bersifat kompleks, mulai dari yang pertama
meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal perasaan
berkaitan dengan ranah afektif”. Menurut Popham (1995) dalam Mardapi (2008),
64
1) Tingkat Receiving
didik pada fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif. Misalnya pendidik
mengarahkan peserta didik agar senang membaca buku, senang bekerjasama, dan
sebagainya. Kesenangan ini akan menjadi kebiasaan, dan hal ini yang diharapkan,
2) Tingkat Responding
bagian dari perilakunya. Pada tingkat ini peserta didik tidak saja memperhatikan
fenomena khusus tetapi ia juga bereaksi. Hasil pembelajaran pada ranah ini
kepuasan dalam memberi respons. Tingkat yang tinggi pada kategori ini adalah
minat, yaitu hal-hal yang menekankan pada pencarian hasil dan kesenangan pada
65
3) Tingkat Valuing
sampai pada tingkat komitmen. Valuing atau penilaian berbasis pada internalisasi
dari seperangkat nilai yang spesifik. Hasil belajar pada tingkat ini berhubungan
dengan perilaku yang konsisten dan stabil agar nilai dikenal secara jelas. Dalam
4) Tingkat Organization
Pada tingkat organization, nilai satu dengan nilai lain dikaitkan, konflik
antar nilai diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai internal yang
konsisten. Hasil pembelajaran pada tingkat ini berupa konseptualisasi nilai atau
5) Tingkat Characterization
ini peserta didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilaku sampai pada
waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Hasil pembelajaran pada tingkat ini
klasifikasi Tuckman, Anderson, dan Gable, yaitu: sikap, minat, konsep diri, nilai,
dan moral. Berikut ini merupakan penjelasan yang dirangkum dari Mardapi
(2008).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66
1) Sikap
Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin
penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata
dibentuk dari tiga komponen yang saling menunjang dalam pembentukan sikap
mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap; (b) komponen
objek sikap (menyangkut perasaan yang dimiliki terhada sesuatu); (c) komponen
diri seseorang yang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya (Herliani,
2009).
2) Minat
Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.
3) Konsep Diri
terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Arah konsep diri bisa positif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67
atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum,
yaitu mulai dari rendah sampai tinggi. Konsep diri ini penting untuk menentukan
jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri
sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik serta untuk
4) Nilai
perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk.
keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada
keyakinan.
5) Moral
orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya
menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik
maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang,
yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan
belajar siswa yang berupa ranah afektif berkaitan erat dengan sikap-sikap yang
dimiliki siswa. Oleh karena itu diperlukan juga pengamatan dan penilaian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68
manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Keterampilan itu sendiri
menunjukkan tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas
dan atau symbol; 5) keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran
dipengaruhi oleh kondisi afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki minat
belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata
Pada penelitian ini prestasi belajar IPA siswa hanya dibatasi pada kemapuan ranah
pokok bahasan Bunyi adalah salah satu pokok bahasan bidang studi IPA pada
kelas VIII semester 2. Adapun kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah
69
bagian yang utuh, siswa perlu suatu kemampuan untuk menganalisis. Materi
data dan fakta yang harus dianalisis untuk menghasilkan suatu kesimpulan. Dalam
Bunyi harus dilandasi dengan sikap ilmiah yang baik dan memerlukan
Siswa harus belajar Bunyi karena manfaat Bunyi sebagai bahan kajian
Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini dapat diwujudkan salah satunya dengan rasa
syukur akan ciptaan Tuhan atas indera pendengaran serta indera pengucap yang
mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap pentingnya
Bunyi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70
Getaran timbul karena adanya gaya pemulih yang arahnya selalu melawan arah
simpangannya. Contoh getaran antara lain ayunan sederhana dan getaran pada
senar gitar/biola.
usikan (gangguan) dari keadaan setimbang yang merambat dalam ruang.” Ketika
(pada kasus gas) atau dengan tekanan. Hal ini akan membuat parikel bergetar.
membuat partikel berinteraksi dengan medium. Pada kasus ini, tidak ada gaya
pemulih pada rambatan energi. Jadi dalam perambatan energi, partikel tidak
antara dua partikel sefase yang berurutan; 3) frekuensi, yaitu jumlah gelombang
tiap sekon; 4) periode, yaitu waktu yang diperlukan untuk menempuh satu
panjang gelombang.
71
transversal adalah gelombang yang arah gerak dan arah rambat parikelnya saling
waves dapat merambat hanya dalam zat padat, karena zat cair atau gas tidak
memiliki gaya pemulih antar partikel yang cukup untuk merambatkan sebuah
berkurang. Gelombang longitudinal dapat merambat pada zat padat, zat cair dan
zat gas.
b. Pengertian Bunyi
bunyi, maka harus ada gangguan atau getaran pada medium. Gangguan dapat
dilihat seperti ketika memetik gitar, memukul meja, serta ketika seseorang
membuat gitar, meja, dan seseorang berbunyi. Akan tetapi, jika benda-benda
tersebut sudah tidak bergetar (diam) maka tidak lagi terdengar bunyi. Sehingga,
dapat dikatakan sumber bunyi adalah benda yang bergetar. Gelombang bunyi
dalam gas dan zat cair merupakan gelombang longitudinal. Sedangkan dalam zat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72
antarmolekul dalam zat padat lebih kuat daripada dalam fluida, dan
masa jenis lebih tinggi atau disebut sebagai rapatan dan daerah yang massa
jenisnya lebih rendah yang disebut sebagai renggangan. Ketika garputala bergetar,
gelombang sinusoidal.
kemudian membawa getaran ke telinga bagian dalam, tempat getaran diambil oleh
berhubungan dengan bunyi manusia yang berasal dari kerja otot diafragma yang
udara harus diganggu secara periodik atau dimodulasi. Organ yang memodulasi
adalah laring (kotak bunyi), yang melebarkan membran (pita suara). Pita suara
commit to user
yang membuka dan menutup memodulasi aliran udara dan menghasilkan bunyi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73
Gelombang bunyi dari laring dimodulasi lebih jauh pada berbagai rongga
terbentuk. Beberapa rongga dapat diatur oleh kontrol dari lidah dan mulut,
Syarat terjadi dan terdengarnya bunyi yaitu: (1) ada sumber bunyi; (2)
ada medium atau zat antara, yaitu zat padat, cair, dan gas; (3) ada pendengar
(penerima bunyi) yang berada di dekat atau dalam jangkauan jangkauan sumber
bunyi.
Sumber bunyi berasal dari benda yang bergetar. Zat padat merupakan
penghantar bunyi yang paling baik, kemudian diikuti oleh zat cair dan selanjutnya
udara. Karena bunyi merupakan peristiwa getaran yang merambat, maka bunyi
dan amplitudo mempengaruhi kuat lemahnya bunyi. Jika jarak antara penerima
dan sumber bunyi semakin jauh maka penerima (pendengar) akan mendengar
bunyi semakin lemah. Bila jarak semakin dekat penerima mendengar bunyi
semakin kuat. Setiap sumber bunyi menghasilkan bunyi dengan frekuensi tertentu
waktu. Makin jauh jarak yang ditempuh makin lama waktu yang dibutuhkannya.
Cepat rambat gelombang bunyi dalam medium tergantung pada tekanan dan
massa jenis medium. Medium tersebut dapat berupa zat padat, cair, dan gas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74
kelajuan gelombang bunyi pada tali. Berikut akan ditinjau penentuan kelajuan
pulsa transversal yang merambat pada tali yang tegang. Jika tali berada dalam
menyebabkan percepatan elemen tertentu dari tali tersebut hingga mencapai posisi
Begitu juga, kelajuan gelombang akan berkurang ketika massa per satuan
panjang tali bertambah. Hal ini terjadi karena sulit untuk mempercepat sebuah
elemen yang berat daripada elemen yang ringan. Jika tegangan tali adalah T dan
T
v= (2.1)
m
T
dimensi m adalah ML-1. Jadi, dimensi adalah L2 T-2; oleh karena itu dimensi
m
T
adalah LT-1 yang merupakan dimensi kelajuan.
m
semua elemen pada tali bergerak ke kiri, sebuah elemen pada tali pada awalnya
commit
berada di kanan pulsa akan bergerak ketokiri,
usernaik dan mengikuti bentuk pulsa,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75
kemudian terus bergerak ke kiri. Gambar (2.2) menunjukkan elemen seperti hal
T cos q Dx T cos q
q q
T 2T sin q T
Dx
R
q
R
O
O
Gambar 2.2 Gaya pada Elemen Tali
Elemen kecil tali dengan panjang Dx seperti ditunjukkan pada Gambar (2.2) dan
dalam kerangka acuan yang bergerak (yang bergerak ke kanan pada kelajuan v
bersama dengan pulsa), elemen yang diarsirnya bergerak ke kiri dengan kelajuan
komponen gaya T. Gaya T bekerja pada kedua sisi elemmen dan bersinggungan
pusat busur. Karena elemen tersebut kecil, maka q juga kecil dan dapat
Newton:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76
åF Y = ma
v2
2T sin q = m ; m = D xm
R
v2
2Tq = Dxm ; Dx = R ( 2q )
R
2TqR
v=
R (2q ) m
T
v= (2.2)
m
medium atau tegangan tali (T) dan pada sifat inersia ( m ). Pada kenyataannya,
berikut:
sifat elastistas
v= (2.3)
sifat inersia medium
benda pada zat padat. Pada zat padat sifat elastisitas bahan dipengaruhi oleh
t F L
Y = = . (2.4)
e A DL
DLYA
F= (2.5)
L
dari persamaan (2.2) dan (2.5) diperoleh:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77
T
v=
m
FL
v=
m
DLYAL
v=
Lm
DLYA
v=
m
DLYA
v=
rV
YADL
v=
rADL
Y (2.6)
v=
r
Pada zat gas sifat elastik benda dipengaruhi oleh modulus Bulk. Besarnya
t F V
B= = . (2.7)
e A DV
DVBA
F= (2.8)
V
dari persamaan (2.2) dan (2.8) diperoleh:
T
v=
m
Fx
v=
m
DVBAx V
v= ;x =
Vm A
DVBAV
v=
VmA
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78
DVBAV
v=
VmA
DVB
v=
m
DVB
v=
rDV
B (2.9)
v=
r
Kelajuan bunyi juga bergantung pada suhu medium. Untuk bunyi yang
TC
v = 331 m/s 1 + (2.10)
273o C
331 m/s merupakan kelajuan bunyi di udara pada 0oC dan TC merupakan suhu
udara dalam derajat Celcius. Melalui persamaan ini dapat diketahui bahwa pada
terjadinya petir yaitu dengan mencatat selang waktu yang dibutuhkan antara
percikan kilat dan suara gemuruhnya dan membagi waktu tersebut dengan 3 akan
sebagai perbandingan antara jarak yang ditempuh bunyi dengan selang waktunya.
曀 (2.11)
Jika gelombang menempuh jarak satu panjang gelombang (λ), maka waktu
commit to user
tempuhnya adalah periode gelombang itu (T), sehingga persamaan (2.11) ditulis:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79
l
v= , (2.12)
T
1
f = , (2.13)
T
sehingga: v = l f (2.14)
perambatannya:1) pada saat hujan, sering kita amati adanya kilat dan guntur.
Sebetulnya kilat dan guntur terjadi pada saat yang bersamaan, tetapi kita lebih
dahulu melihat kilat (cahaya) baru beberapa saat kemudian mendengar guntur
(suara); 2) ketika melihat orang yang menebang pohon dengan kampak, kita
pipa sempit dan panjang yang berisi gas, dengan menggunakan piston yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
80
l
Gambar 2.3 Perambatan Gelombang Longitudinal Melalui Tabung Berisi Gas
dalam tabung pipa. Daerah yang dimampatkan disebut rapatan yang berpindah
sebagai pulsa, begitu juga dengan daerah yang dimampatkan yang berada di
sehingga tekanan dan kerapatan pada daerah ini berada di bawah nilai
kesetimbangan (diwakili oleh daerah yang berwarna lebih terang pada Gambar
2.3). Daerah bertekanan rendah disebut regangan, yang juga menjalar sepanjang
tabung pipa mengikuti rapatan. Kedua daerah ini berpindah dengan kelajuan yang
terbentuk secara berkelanjutan. Jarak antara dua rapatan atau jarak antara dua
renggangan merupakan satu panjang gelombang (λ). Saat kedua daerah ini
81
fungsi posisi dari suatu elemen kecil relatif terhadap posisi kesetimbangan, maka
elemen adalah sepanjang x dalam arah rambatan gelombang bunyi, hal itu berarti
begitupun gelombang bunyi. Tinjau Gambar 2.5 sebuah elemen udara dengan
82
Luas Penampang (A)
v
Dm
Dx
Gambar 2.5 Piston yang berosilasi memberikan energi ke
udara di dalam tabung
energi/wak tu P
I= = (2.16)
luas bidang A
Sekarang tinjau suatu sumber titik yang memancarkan gelombang bunyi yang
sama ke semua arah. Intensitas bunyi berkurang saat pendengar menjauhi sumber.
Misal sumber dianggap sebagai titik dengan jari-jari r, maka sumber dapat
dianggap sebagai bola. Daya rata-rata yang dipancarkan sumber pasti terdistribusi
merata pada permukaan bola dengan luas permukaan 4pr 2 . Maka, intensitas
P P
I= = (2.17)
A 4pr 2
I
b = 10 log (2.18)
I0
Anggap b1 adalah taraf intensitas bunyi terhadap intensitas bunyi pertama I1 dan
83
Db = b 2 - b 1
I2 I
= 10 log - 10 log 1
I0 I0
I2
= 10 log (2.19)
I1
manusia, tapi jangkrik, gajah, dan anjing bisa mendengarnya); (2) audiosonik:
manusia); (3) ultrasonik: bunyi yang frekuensinya lebih dari 20.000 Hz (tidak
dapat terdengar manusia, tapi kelelawar, kucing dan lumba – lumba bisa
mendengarnya).
sebagai sonar. Sonar berhubungan dengan radar, yang digunakan gelombang radio
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
84
untuk jangkauan dan deteksi. Pulsa bunyi dikumpulkan oleh bagian alat dalam
sonar dan dipantulkan oleh objek di bawah air dan menghasilkan gema yang
ditangkap oleh detektor. Waktu yang dibutuhkan oleh pulsa bunyi untuk membuat
jarak pantul terhadap objek. Dengan cara yang sama, ultrasonik digunakan dalam
Tidak hanya untuk jangkauan, sonar juga digunakan untuk membuat gambar dasar
organ dalam yang hampir tidak terlihat oleh sinar X. Generator ultrasonik
tinggi yang digunakan untuk melakukan scanning bentuk tubuh dari beberapa
sudut. Pantulan dari daerah yang di-scan dimonitor, dan komputer membentuk
gambar dari sinyal yang dipantulkan. Gambar direkam dalam beberapa waktu tiap
tidak terjangkau.
i. Karakteristik Bunyi
85
1) Nada
nada misalnya bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat musik. Desah adalah bunyi
yang mempunyai frekuensi tidak teratur, misalnya suara daun yang ditiup angin,
suara air hujan, suara meja yang dipukul-pukul sembarang dan sebagainya. Bunyi
desah yang sangat keras disebut dentum. Contoh dentum adalah bunyi meriam
dan bunyi bom.Tinggi rendahnya nada dipengaruhi oleh frekuensi bunyi. Semakin
besar frekuensi, maka semakin tinggi bunyi. Sebaliknya, semakin kecil frekuensi,
Secara internasional frekuensi nada A (440 Hz) disepakati sebagai kunci untuk
2) Kuat Bunyi
lemahnya bunyi ditentukan oleh intensitas bunyi yang diterima oleh pendengar.
Intensitas bunyi ditentukan oleh: (a) daya radiasi sumber bunyi (I ∞ P); (b) jarak
kuadrat amplitudo maka kuat lemahnya bunyi bergantung pada amplitudo. Makin
kuat atau makin keras bunyi, makin besar amplitudo. Sebaliknya, makin lemah
86
3) Warna Bunyi
Gabungan nada bunyi antara nada dasar dan nada atas yang menyertainya
disebut warna bunyi (timbre). Warna bunyi merupakan gabungan dari dua bunyi
yang memiliki frekuensi yang sama tetapi terdengar berbeda. Warna bunyi yang
dihasilkan setiap sumber bunyi yang berbeda akan berbeda. Perbedaan warna
bunyi yang dihasilkan sumber bunyi yang berbeda terjadi karena perbedaan
j. Pelayangan Bunyi
akan mendengar jumlah tertentu pelayangan per sekon yang disebut sebagai
frekuensi pelayangan. Jika ada dua gelombang bunyi yang memiliki frekuensi
sebagai:
f = f1 - f2 (2.20)
k. Hukum Marsenne
oleh senar-senar yang bergetar dengan menggunakan alat yang disebut sonometer.
frekuensi, panjang senar, tegangan senar, tebal senar dan bahan senar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
87
Marsenne yaitu tinggi rendahnya nada : (1) berbanding terbalik dengan panjang
senar (l); (2) berbanding terbalik dengan akar luas penampang senar (A); (3)
sebanding dengan akar tegangan senar (F); (4) berbanding terbalik dengan akar
massa jenis bahan senar (ρ). Hukum Marsenne dituliskan sebagai berikut :
曠 (2.21)
⏸ℓ
l. Resonansi
benda lain. Resonansi terjadi bila frekuensi benda yang bergetar sama dengan atau
frekuensi yang sama ikut bergetar, meskipun lemah. Peristiwa ini disebut
resonansi.
E
A C D
B F
Gambar 2.7. Resonansi Pada Ayunan Bandul
commit
memiliki panjang tali yang berbeda to lainnya.
dengan user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
88
sedangkan bandul B, C, D, dan F tetap diam. Hal ini disebabkan bandul A dan E
memiliki panjang tali dan waktu ayun yang sama sehingga frekuensinya sama,
Resonansi udara akan terjadi pada setiap tinggi kolom udara yang
getar. Garputala digetarkan di atas tabung kaca. Pada kedudukan l1 akan terjadi
resonansi bila dipenuhi syarat bila panjang kolom udara di atas permukaan air
dalam pipa:
⏸鸈
ℓ鸈 (2.22)
(1) Gitar atau biola. Bunyi yang ditimbulkan oleh senar gitar dan biola menjadi
lebih kuat, disebabkan oleh resonansi udara di dalam kotak gitar dan biola; (2)
Gamelan dapat mengeluarkan suara nyaring, karena dalam gamelan itu terdapat
commit
resonansi udara; (3) Seruling apabila to user
ditiup akan mengeluarkan suara yang cukup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
89
keras. Hal ini disebabkan adanya resonansi udara di dalam seruling; (4) Resonansi
terjadi pada kolom udara yang dibuat di tengah kentongan, sehingga bunyinya
nyaring.
m. Fenomena Gelombang
1) Pemantulan Bunyi
datang (AB), garis normal (BN) dan bunyi pantul (BC) terletak pada satu bidang
Kedalaman laut dapat dihitung dengan mencatat selang waktu antara pemancaran
bunyi dan penerimaan bunyi yang diantulkan oleh dasar laut. Untuk maksud ini,
digunakan kapal yang dilengkapi transmitter sebagai sumber getar dan hidrofon
transmitter dipantulkan oleh dasar laut. Cepat rambat bunyi dalam gelombang laut
commit to user
diketahui, yaitu 1500 m/s.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
90
㣠 (2.23)
⏸
menentukan dalamnya laut.Dalamnya laut atau panjang lorong gua dapat dihitung
Hal ini terjadi karena bunyi pantul hampir bersamaan dengan bunyi asli
(Darianto, 2008: 99). Bunyi pantul dapat memperkuat bunyi asli jika jarak sumber
bunyi dan dinding pemantul berdekatan, sehingga selang waktu antara bunyi asli
Gaung atau kerdam adalah bunyi pantul yang hanya sebagian terdengar
bersama-sama dengan bunyi asli, sehingga bunyi asli terdengar tidak jelas. Gaung
terjadi karena jarak antar sumber bunyi dengan dinding pemantul cukup jauh
commit to user
sehingga sebagian saja bunyi pantul yang terdengar bersamaan dengan bunyi asli,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
91
bunyi pantul seperti ini mengganggu bunyi asli. Gaung dapat terjadi pada ruang
Misal:
Bunyi asli : bi – ca - ra
Terdengar : bi-...-….-.…-ra
bioskop dipasang peredam bunyi pada dindingnya. Peredam bunyi adalah zat-zat
yang dapat menyerap bunyi yang diterimanya. Bahan peredam bunyi yang dapat
digunakan yaitu: (1) bahan berpori-pori, karakter akustik bahan berpori seperti
papan serat (fiber board), plesteran lembut (soft plasters), mineral wools dan
selimut isolasi adalah jaringan selular dengan pori-pori yang saling berhubungan;
(2) penyerap panel atau penyerap selaput, penyerap panel pada konstruksi
auditorium yang berperan pada penyerapan frekuensi rendah (panel kayu dan
berbulu, plastic board tegar, jendela, kaca, pintu, lantai kayu, serta pelat-pelat
(3) Gema
Gema adalah bunyi pantul yang terdengar setelah bunyi asli selesai
bunyi aslinya. Gema akan terdengar apabila jarak antara dinding pemantul dengan
sumber bunyi jauh. Misalnya seorang berteriak di dekat lereng gunung atau jurang
92
2) Pembiasan Bunyi
Pembiasan bunyi lebih jarang terjadi, tetapi dapat diamati ketika sore hari
yang tenang. Terkadang manusia mendengar bunyi yang jauh atau kadang bunyi
lain yang biasanya tidak terdengar. Efek ini karena bunyi dibiaskan atau
3) Interferensi Bunyi
Interferensi bunyi terjadi jika dua buah gelombang atau lebih bertemu.
Contohnya, dua speaker yang terpisang oleh jarak mengeluarkan bunyi dengan
frekuensi sama. Maka akan terbentuk interferensi konstruktif (bulatan merah) dan
speaker 1 speaker 2
Syarat agar interferensi terlihat jelas adalah kedua sumber getar harus koheren,
artinya mamiliki fase, amplitudo dan frekuensi yang sama. Beda fase ( Dq )
2p
Dq = (DL ) (2.24)
l commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
93
DL = nl (n = 0,1,2,3,...) (2.25)
m
DL = l (m = 1,3,5,...) (2.26)
2
kabin pesawat.
4) Efek Doppler
lalang, frekuensi bunyi klaskon sebuah mobil yang dihidupkan terus akan
terdengar lebih tinggi saat mendekat dan terdengar lebih rendah saat menjauh.
l'
d s = v sT
1 ( Dl ) 2 1
dan kelajuan sumber yang bergerak adalah vs, frekuensi gelombang bunyi yang
di udara pada setiap kasus, tak peduli sumber bergerak atau tidak). Tetapi dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
94
gelombang lain. Jarak antara dua puncak gelombang yang berurutan yaitu:
1
l ' = d - d s = vT - v sT = (v - v s )T = (v - vs ) (2.27)
fs
v æ v ö
fo = =ç ÷÷ f s atau
l' çè v - v s ø
æ ö
ç ÷
1
fo = ç ÷ fs (2.28)
ç vs ÷
ç1 - ÷
è v ø
vs
dengan 1 - adalah kurang dari 1, dan fo lebih besar dari fs . Dalam kasus ini
v
sumber mendekati pendengar yang diam. Jika sumber menjauhi pendengar yang
æ ö
ç ÷
v æ v ö 1
f o = = çç ÷÷ f s = ç ÷ fs (2.29)
l ' è v + vs ø ç vs ÷
ç1 + ÷
è v ø
Efek Doppler juga dapat terjadi jika pengamat bergerak sedangkan sumber diam.
Ketika pengamat bergerak mendekati sumber, jarak antara dan puncak berturut-
æ vö
turut adalah l = çç ÷÷ , tetapi kelajuan gelombang yang terukur berbeda. Relatif
è fs ø
terhadap pengamat yang mendekat, bunyi dari sumber yang diam mempunyai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
95
v' æ v + vo ö æ v ö
fo = =ç ÷ f s = ç1 + o ÷ f s (2.30)
l è v ø è v ø
v' æ v - v o ö æ v ö
fo = =ç ÷ f s = ç1 - o ÷ f s (2.31)
l è v ø è v ø
n. Alat Musik
menggunakan senar, bunyi dapat dihasilkan dari tekanan jari tangan. Nada pada
senar dapat diubah dengan menekan senar pada posisi tertentu. gelombang berdiri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
96
v
fn = = nf1 n = 1,2,3,... (2.32)
ln
v
fn = = mf 1 n = 1,3,5... (2.33)
lm
commit to user
yang disampaikan melalui pendekatan inkuiri terbimbing melalui metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
97
sikap ilmiah siswa sebagai variabel moderator. Kelebihan dari penelitian yang
masih memiliki kelemahan yaitu dalam hal prestasi belajar. Prestasi belajar
siswa hanya diukur ranah kognitif siswa saja sedangkan komponen lain yang
diduga mempengaruhi hasil belajar siswa belum teramati dan terukur. Sejalan
yang tidak hanya melihat ranah kognitif sebagai tinjauan prestasi belajar
tetapi akan ditinjau dari aspek lain yaitu komponen kognitif dan afektif.
kemampuan dalam kemampuan analisis dan sikap ilmiah siswa dalam IPA.
98
penelitian ini alokasi waktu akan lebih diperhatikan dan sebelum memberikan
Nurdeli, prestasi belajar siswa hanya diukur komponen kognitif siswa saja
belum teramati dan terukur. Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan
kognitif sebagai tinjauan prestasi belajar tetapi akan ditinjau dari tiga aspek
metode proyek dan eksperimen ditinjau dari sikap ilmiah dan kemampuan
telah dilakukan terletak pada tinjauan sikap ilmiah siswa yang hanya
99
sehingga diharapkan hasil pengukuran sikap ilmiah siswa dapat lebih valid.
beberapa fase siklus yang digunakan, antara lain terdapat tahap motivasi
melalui analisa data, peragaan, dan contoh; refleksi tentang apa yang sudah
konten materi lebih baik; siswa lebih menyukai pendekatan yang digunakan;
siswa memiliki sikap positif yang lebih baik terhadap pendidikan dan guru;
dapat membentuk pola pikir siswa bahwa belajar IPA tidak hanya sekedar
100
sains. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, masih ada guru yang gagal
resiko yang besar, terlalu mahal, serta tidak nyaman. Untuk itu, Wenning
Perbedaan dengan penelitian ini adalah sequence atau urutan yang digunakan,
penelitian ini digunakan tiga jenis inkuiri yaitu inkuiri terbimbing, inkuiri
bebas, dan inkuiri bebas termodifikasi. Dari ketiga metode inkuiri yang
diterapkan dalam pembelajaran Fisika. Kelebihan dari metode ini, yaitu siswa
101
menghasilkan outcome yang lebih baik baik pada produk, proses dan sikap
ilmiah siswa.
kimia, dalam penelitian ini mengkaji masalah IPA (Fisika). Kelebihan dari
bahasan tertentu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
102
C. Kerangka Berpikir
adalah pemilihan pendekatan dan metode yang tepat dan efektif. Oleh karena itu,
dengan bahan dan tujuan yang akan dicapai. Dalam penelitian ini pendekatan
digunakan adalah metode eksperimen dan metode demonstrasi. Faktor lain yang
dimati dalam penelitian ini adalah kemampuan analisis dan sikap ilmiah siswa.
Pokok bahasan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Bunyi.
menemukan bukti kebenaran dari teori yang sedang dipelajari. Siswa juga diberi
sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses. Keunggulan metode eksperimen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
103
Hal tersebut didukung oleh teori belajar penemuan oleh Bruner. Karena
bermakna dan ilmu yang diperoleh akan membekas lebih lama dibandingkan jika
pengamatan (physical knowledge) sesuai teori belajar Piaget yang meliputi bentuk
guru baik yang berwujud benda maupun berupa prosedur tertentu yang dilakukan
peran serta siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Melalui metode
guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
104
Setiap siswa memiliki kemampuan analisis yang berbeda satu dengan yang lain.
Siswa dengan kemampuan analisis tinggi berarti siswa tersebut lebih terampil
Siswa dengan kemampuan analisis tinggi cenderung akan aktif dan kritis
dan kreatif dalam memecahkan masalah, memiliki perhatian yang tinggi untuk
dipelajari, memperoleh nilai yang baik, dan tentu memiliki kemampuan berpikir
yang tinggi. Dengan kemampuan analisis yang tinggi, tentu akan berdampak
terhadap prestasi belajar siswa. Dengan demikian, kemampuan analisis siswa juga
dengan baik tentu akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik daripada siswa
yang memiliki kemampuan analisis rendah. Oleh karena itu, diduga terdapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
105
pengaruh kemampuan analisis kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
IPA siswa.
dipandang sebagai sikap-sikap yang melandasi proses IPA. Sikap ilmiah dapat
dianggap sebagai nilai dan norma yang dipegang untuk mengikat manusia dalam
ilmu pengetahuan alam. Norma ini diungkapkan dalam bentuk aturan, larangan,
pilihan, dan kebolehan. Norma dan nilai ini harus diinternalisasi oleh siswa dan
setelah itu siswa akan membiasakan diri dengan kebiasaan yang ilmiah.
antara lain sikap ingin tahu, jujur, obyektif, kritis, terbuka, disiplin, teliti dan
sebagainya. Sebagai contohnya siswa yang memiliki sikap ingin tahu tinggi akan
cenderung haus akan pengetahuan baru yang belum diketahui dan berusaha untuk
mencari jawaban tentang apa yang tidak atau belum diketahui. Siswa yang teliti
akan mengerjakan suatu pekerjaan dengan cermat, hati-hati dan tidak terburu-buru
penyelesaian suatu masalah. Tinjauan lain dapat dilihat dari sisi kedisiplinan.
aktivitasnya secara benar, tepat waktu dan berusaha melakukan sesuai dengan
ilmiah yang dimiliki siswa akan mempengaruhi prestasi belajar siswa yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
106
perbedaan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar IPA siswa. Demikian
dan rendah. Melalui metode demonstrasi siswa memperoleh konsep atau teori
baru dari apa yang diperagakan oleh guru yang disertai dengan keterlibatan siswa
yang terbatas. Siswa hanya dapat melihat, menduga dan menganalisis fenomena
apa yang sedang ditampilkan. Dalam hal ini dibutuhkan suatu kemampuan untuk
sebab akibat, mendiagnosis ada dan tidaknya keterkaitan antara pernyataan sebab
dengan metode eksperimen diduga akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik
Dalam hal ini kemampuan analisis menjadi faktor dominan yang akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
107
menentukan hasil belajar siswa karena dalam eksperimen lebih banyak dibutuhkan
pada aspek keterampilan serta sikap ilmiah siswa. Siswa berkemampuan analisis
memperoleh hasil belajar yang lebih baik daripada siswa berkemampuan analisis
tinggi. Dari pernyataan di atas, maka diduga ada interaksi antara penggunaan
sebuah penemuan. Sikap ilmiah diperlukan siswa sebagai salah satu modalitas
tinggi yang diberi perlakuan melalui metode eksperimen cenderung memiliki hasil
belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah.
kecil. Sehingga bisa jadi siswa dengan sikap ilmiah rendah memungkinkan
memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan sikap ilmiah
108
inkuiri terbimbing dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar siswa saat
pengorganisasian struktur tersebut. Dalam proses belajar satu siswa dengan siswa
menguraikan suatu komponen menjadi bagian yang lebih kecil diperlukan proses
berpikir. Siswa yang memiliki sikap teliti, ulet, kritis, objektif serta terbuka akan
disajikan. Siswa yang memiliki kemampuan analisis rendah tetapi siswa tersebut
memiliki kemauan untuk teliti, pantang menyerah jika mengalami kegagalan, ulet
dalam menyelesaikan masalah, kritis terhadap fenomena yang ada dan terbuka
atau mau menerima masukan yang membangun, maka siswa tersebut akan
memiliki hasil belajar yang baik. Bagi siswa yang memiliki kemampuan analisis
tinggi namun sikap ilmiahnya rendah, hasil belajarnya akan lebih baik jika dalam
Demikian pula siswa dengan sikap ilmiah rendah prestasi belajarnya akan
109
pembelajaran. Jadi diduga ada interaksi antara kemampuan analisis dan sikap
ilmiah siswa terhadap prestasi belajar IPA siswa saat mengikuti pelajaran IPA
rendah dikenai metode eksperimen memiliki prestasi belajar IPA yang lebih baik
Dengan kata lain, siswa yang cenderung menggunakan sikap ilmiah untuk
siswa terhadap prestasi belajar IPA siswa saat mengikuti pelajaran IPA pokok
bahasan Bunyi.
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotetis
commit to user
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
110
3. Ada pengaruh sikap ilmiah kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi
6. Ada interaksi antara kemampuan analisis dan sikap ilmiah siswa terhadap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1111
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
di Jalan Prof. W.Z. Yohanes 54 Surakarta. Sedangkan tempat melakukan uji coba
instrumen tes kognitif IPA dan instrumen angket sikap ilmiah dan kemampuan
2. Waktu Penelitian
instrumen.
serta penggandaan.
commit to user
111
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
112
September
November
Desember
No Kegiatan
Pebruari
Agustus
Oktober
Januari
Maret
April
Juni
Mei
Juli
1 Tahap Persiapan
a. Pengajuan Judul V
b. Penyusunan Proposal V v v
c. Seminar Proposal v
d. Pengurusan Ijin v
e. Pembuatan Instrumen v v v
f. Validasi Instrumen v v v
2 Pelaksanaan
a. Uji Coba Instrumen v
b. Pelaksanaan Penelitian v v
3 Tahap Analisis Data v v
4 Pembuatan Laporan
a. Finalis Laporan v
b. Konsultasi dan Revisi v v v
c. Ujian Komprehensif v
d. Ujian Tesis v
B. Jenis Penelitian
belajar mengajar dimulai diberikan tes kemampuan analisis angket sikap ilmiah.
Dari data hasil tes kemampuan analisis dibagi menjadi dua kategori, yaitu tinggi
dan rendah. Begitu juga dengan hasil angket sikap ilmiah dibagi menjadi dua
kategori, yaitu tinggi dan rendah. Pada saat siswa proses pembelajaran dilakukan
113
untuk ranah kognitif dan afektif dengan angket diberikan setelah siswa
Adapun desain faktorial dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 3.2.
Keterangan:
114
1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
115
dan satu kelas yang lain sebagai kelompok eksperimen II yang diberi
3. Sampel
Sampel yang terpilih adalah kelas VIII B yang diberikan perlakuan yang
D. Variabel Penelitian
berbeda, variabel moderator berupa kemampuan analisis dan sikap ilmiah siswa,
1. Variabel Bebas
yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa sehingga
untuk mencari dan menemukan sendiri pengetahuan atau jawaban dari suatu
116
demonstrasi
2. Variabel Moderator
pengukuran adalah ordinal dengan dua kategori, yaitu kemampuan analisis tinggi
b. Sikap Ilmiah
Variabel moderator lain yang digunakan yaitu sikap ilmiah siswa yang
dikelompokan menjadi sikap ilmiah tinggi dan rendah. Definisi operasional sikap
ilmiah adalah suatu kencendrungan untuk bertindak dan bersikap yang dipandang
sebagai sikap-sikap yang melandasi proses IPA. Skala pengukuran ordinal dengan
dua katergori yaitu sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
117
2. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar IPA siswa.
Definisi operasional prestasi belajar siswa adalah nilai yang diperoleh siswa
dalam pelajaran IPA sebagai hasil yang telah dicapai siswa setelah mengikuti
tes mata pelajaran IPA pada pokok bahasan Bunyi dan komponen afektif adalah
belajar dan kemampuan analisis berupa tes. Sedangkan untuk mengukur prestasi
1. Teknik Tes
atau salah (Mardapi , 2008). Tes digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan
peserta didik secara tidak langsung, yaitu melalui respon peserta didik terhadap
sejumlah pertanyaan. Bentuk tes yang diberikan adalah tes objektif dalam bentuk
pilihan ganda. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif IPA siswa
pada materi pokok bahasan Bunyi setelah diberikan perlakuan dan juga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
118
2. Teknik Angket
pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap ilmiah siswa dan kemampuan
angket yang digunakan didasarkan pada skala Likert. Untuk menskor skala
kategori Likert, jawaban diberi bobot dengan nilai kuantitatif empat tingkatan.
3. Teknik Observasi
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2009).
Teknik ini dipilih apabila objek penelitian bersifat perilaku dan tindakan manusia,
fenomena alam (kejadian-kejadian yang ada di alam sekitar), proses kerja dan
informasi akan lebih efektif jika informasi yang hendak diambil berupa kondisi
atau tingkah laku dan hasil kerja responden dalam situasi alami (Sukardi, 2008).
menggunakan alat bantu yang sesuai dengan kondisi lapangan, anara lain
menggunakan buku catatan, cek list, kamera, dan lain-lain. Dalam penelitian ini
mana responden tidak mengetahui jika responden diambil datanya. Hal ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
119
wajar dan tidak dibuat-buat, sehingga peneliti dapat memperoleh data yang
diinginkan.
F. Instrumen Penelitian
Kerja Siswa (Lampiran 4), dan Lembar Observasi Afektif (Lampiran 22).
(Lampiran 29) dan instrumen angket yang terdiri dari angket sikap ilmiah
digunakan, instrumen tes kognitif IPA, angket sikap ilmiah, dan angket
dahulu. Uji coba instrumen kognitif IPA bertujuan untuk mengetahui apakah
instrumen yang disusun telah memenuhi kriteria yang meliputi: tingkat kesukaran,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
120
daya pembeda, validitas maupun reliabilitas atau tidak. Untuk instrumen angket
Uji instrumen tes terdiri atas uji taraf kesukaran, daya pembeda, validitas
1) Taraf Kesukaran
Soal yang baik untuk alat ukur prestasi adalah soal yang mempunyai taraf
kesukaran yang memadai, dalam arti soal tidak terlalu sulit dan tidak terlalu
menjawab soal betul dan JS menyatakan jumlah seluruh siswa perserta tes, maka
dapat ditentukan persamaan untuk mencari taraf kesukaran dari tiap-tiap item soal,
yaitu:
B
P= (3.1)
JS
soal sukar jika: 0,00 < P £ 0,30; b) soal sedang jika: 0,30 < P £ 0,70; soal mudah
2) Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai
121
bawah yang menjawab benar, maka untuk menghitung daya pembeda setiap soal,
BA BB
D= - = PA - PB (3.2)
JA JB
Daya pembeda (nilai D) diklasifikasikan sebagi berikut: a) soal jelek, jika 0,00 <
D £ 0,20; b) soal cukup, jika 0,20 < D £ 0,40; c) soal baik, jika 0,40 < D £ 0,70;
Dalam penelitian ini, kriteria soal dengan daya pembeda cukup, baik, dan
baik sekali akan digunakan dalam penelitian, sedangkan soal dengan daya
3) Validitas
Sebuah tes valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur.
Teknik yang digunakan untuk menentukan validitas item tes obyektif pilihan
ganda dengan skor dikotomi, yaitu nol dan satu adalah dengan menggunakan
teknik korelasi point Biserial. Jika g pbi adalah koefisien korelasi biserial, Mp
adalah rerata skor dari subyek yang menjawab benar, Mt adalah rerata skor total,
St adalah standar deviasi dari skor total, p adalah proporsi siswa yang menjawab
benar, q adalah proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1 – p), maka persamaan
Mp - Mt p
r pbis = (3.3)
St q
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
122
Soal dikatakan valid, jika g pbi ³ g tabel , sedangkan dikatakan tidak valid jika
g pbi < g tabel (Arikunto, 2008). Dalam penelitaian ini, kriteria soal kriteria soal
valid digunakan dalam penelitian, sedangkan soal yang tidak valid didrop
4) Reliabilitas
kepada subyek yang sama dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek yang
Kuder dan Richardson yang dihitung dengan menggunakan rumus K-R 20. Jika r1
menjawab item dengan benar, q adalah proporsi subyek yang menjawab item
dengan salah (q = 1 – p), Σpq adalah jumlah hasil perkalian antara p dan q, N
adalah banyaknya item, dan S adalah standar deviasi dari tes, maka persamaan K-
é n ù é S - Spq ù
2
r11 = ê úê ú (3.4)
ë n - 1û ë S
2
û
dengan tabel r product moment. Apabila harga rhitung > rtabel, maka dapat ditarik
< r11 £ 1: sangat tinggi; b) 0,6 < r11 £ 0,8: tinggi; c) 0,4 < r11 £ 0,6: cukup; d) 0,2
< r11 £ 0,4: rendah; b) 0,0 < r11 £ 0,2 : sangat rendah (Arikunto, 2008). Hasil
analisis instrumen uji coba tes kemampuan kognitif IPA selengkapnya disajikan
123
Invalid 4 2, 21,23,27
Reliabilitas 0,683
Soal yang dipakai 26 1,3,4,5,6,7,8,9,10,
11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,22,
24,25,26,28,29,30
Soal yang didrop 4 2, 21,23, 27
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
124
Angket siswa berbentuk daftar cek. Daftar cek berisi seperangkat butir
didik, yang merupakan indikator dari keterampilan yang akan diukur (Mardapi ,
2008). Jadi responden akan memberikan tenda/ simbol yang ditentukan bila
yang digunakan. (Mardapi , 2008). Untuk skala Likert, skor tertinggi tiap butir
adalah 4 dan yang terendah adalah 1. Prosedur pemberian skor instrumen angket
1) Untuk item positif pemberian skor pada tiap item atau butir angket, yaitu:
SS = 4, S = 3, TS = 2, STS = 1
2) Untuk item negatif pemberian skor pada tiap item atau butir angket, yaitu:
SS = 1, S = 2, TS = 3, STS = 4
dengan angka kasar. Jika rxy adalah koefisien korelasi antara x dan y, x adalah
skor dari item yang diuji, y adalah skor total, dan N adalah jumlah seluruh subyek,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
125
N å xy - (å x )(å y )
rx ,y =
(N å x )( )
(3.5)
- (å x ) N å y 2 - (å y )
2 2 2
korelasi, ditunjukkan oleh besarnya angka yang terdapat di belakang koma. Jika
angka tersebut terlalu kecil sampai empat angka di belakang koma, maka dapat
dianggap bahwa tidak ada korelasi antara variabel X dan Y. Karena kalau ada,
angkanya terlalu kecil, maka diabaikan; b) arah korelasi, yaitu jika menunjukkan
kesejajaran antara nilai variabel X dan nilai variabel Y. Jika tanda di depan indeks
(+), maka arah korelasinya positif, sedangkan kalau (-), maka arah korelasinya
negatif; c) besarnya korelasi, yaitu besarnya angka yang menunjukkan kuat dan
tidaknya, atau mantap tidaknya kesejajaran antara dua variabel yang diukur
instrumen yang arah korelasinya negatif akan didrop dari instrumen yang akan
reliabilitas yang dicari, n adalah banyaknya item/ butir soal, Ss i2 adalah jumlah
varians skor tiap-tiap item, dan s t2 adalah varians total, maka persamaa Alpha
æ n ö æç Ss i ö÷
2
r11 = ç ÷ ç1 - 2 ÷
è n - 1 ø è commit
s t ø to user
(3.6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
126
Keputusan ujinya adalah r11 ³ rtabel maka item soal dikatakan reliabel dan
r11 < rtabel maka item soal dikatakan tidak reliabel (Arikunto, 2008). Hasil ujicoba
3.5. berikut:
Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa reliabilitas item adala 0,860 yang
berarti memiliki daya reliabilitas sangat tinggi. Adapun dari 75 item yang
digunakan untuk uji coba terdapat 9 item yang didrop yaitu item nomor 2, 3 ,5 ,6 ,
52, 54, 70, 74, dan 75. Uji validitas dan reliabilitas uji voba instrumen angket
127
Tabel 3.6. (lanjutan) Keadaan Angket Sikap
Ilmiah
InvalidSiswa 1 74
Reliabilitas 0,924 Sangat tinggi
Item yang dipakai 74 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,
17,18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,
29,30,31,32,33,34,35,36,37,38,39,40,
41,42,43,44,45,46,47,48,49,50,51,52,
53,54,55,56,57,58,59,60,61,62,63,64,
65,66,67,68,69,70,71,72,73,75
Item yang didrop 1 74
Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa reliabilitas item adala 0,924 yang
berarti memiliki daya reliabilitas sangat tinggi. Adapun dari 75 item yang
digunakan untuk uji coba terdapat 1 item yang didrop yaitu item nomor 74.
Perhitungan uji validitas dan reliabilitas instrumen angket sikap ilmiah siswa
selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran 43. Setelah diujicobakan maka akan
kemampuan analisis siswa (Lampiran 29) serta instrumen angket sikap ilmiah
(Lampiran 37) dan kemampuan afektif siswa (Lampiran 19) yang digunakan
prasyarat analisis. Uji prasyarat ini terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji
commit
diungkapkan Uyanto (2009: 54) adalah to userberikut:
sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
128
Bila diketahui nilai dari data x1, x2, …, xn, lalu diurutkan nilai data tersebut
dari yang terkecil hingga yang terbesar untuk membentuk tatanan statistik x(1),
xk - x
x(2), …, x (n). kemudian dihitung Z(k) = ; s simpangan baku sampel. Maka
s
{ }
D * = sup F n ( z ) - F ( z ) , -¥ £ z £ ¥ (3.7)
[ ]
Fn (z) = jumlah dari z ( k ) £ z / n , untuk setiap z sedangkan F (z ) adalah fungsi
sebagai berikut:
1) Menetapkan Hipotesis
129
b.Uji Homogenitas
1) Menetapkan Hipotesis
Hipotesis :
Bila diketahui suatu variabel Y dengan besar sampel N yang dibagi menjadi
subgroup k, dengan Ni merupakan besar sampel dari subgroup ke-i, maka uji
(N - k )å N I (Z I · - Z ·· )
k 2
i =1
W= (3.8)
(k - 1)å å N I (Z Ij - Z i· )
k Ni 2
i =1 j =1
c) Z ij = Yij - Yi · ' di mana Yi · ' = 10% trimmed mean dari subgroup ke-i
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
130
3) Keputusan Uji
2. Pengujian Hipotesis
a. Uji Anava
telah diajukan diterima atau ditolak menggunakan analisis variansi (anava) tiga
jalan dengan taraf signifikansi 5%. Rancangan uji hipotesis ini terdiri dari variabel
Tujuan dari analisis ini untuk menguji signifikansi efek variabel bebas
terhadap satu bariabel terikat dan interaksi variabel moderator, variabel bebas
terhadap variabel terikat. Jika data terdistribusi normal dan homogen, maka
statistik uji yang digunakan adalah General Linier Model (GLM). Namun, jika
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
131
data tidak terdistribusi normal dan tidak homogen maka statistik nonparametrik
yang terdapat dalam program SPSS versi 18, yaitu Kruskal Wallis. Adapun
æ 12 k R2 ö
ç n(n + 1) å
H =ç ÷ - 3(n - 1)
j
(3.9)
j =1 n j
÷
è ø
sampel yang independen yang berasal dari populasi yang berbeda dengan skala
H0 : h1 = h 2 = h 3 = .... = h k
Ketentuan pengambilan keputusan yaitu: H0 ditolak ketika P-value (Sig.) < 0,05
dan H1 akan diterima dengan tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05.
IPA siswa.
132
3) H0 : Tidak ada pengaruh tingkat sikap ilmiah kategori tinggi dan rendah
H1 : Ada pengaruh tingkat sikap ilmiah kategori tinggi dan rendah terhadap
ilmiah siswa terhadap prestasi belajar IPA saat mengikuti pelajaran IPA
ilmiah siswa terhadap prestasi belajar IPA saat mengikuti pelajaran IPA
6) H0 : Tidak ada interaksi antara kemampuan analisis dan sikap ilmiah siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
133
bahasan Bunyi
bahasan Bunyi
analisis dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar IPA siswa saat
sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar IPA siswa saat mengikuti
b. Uji Lanjut
faktor-faktor dari variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat. Oleh
karena itu, perlu diadakan uji lanjut anava untuk mengetahui manakah diantara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
134
BAB IV
A. Deskripsi Data
sampel dua kelas yaitu kelas VIII B sebagai kelas eksperimen I, dan kelas VIII D
sebagai kelas eksperimen II. Kelas VIII B terdiri dari 40 siswa sedangkan VIII D
Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat.
metode eksperimen dan metode demonstrasi serta kemampuana analisis dan sikap
ilmiah siswa. Sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan kognitif IPA pada
afektif dan sikap ilmiah siswa; dan data kemampuan kognitif melalui nilai
ulangan siswa pada pokok bahasan Bunyi yang digunakan untuk mengetahui
pencapaian hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan. Berikut data dari kedua
yaitu kategori tinggi dan rendah. Seorang siswa dikatakan memiliki kemampuan
analisis tinggi apabila skor kemampuan analisis lebih dari atau sama dengan skor
commit to user
134
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
135
rata-rata gabungan antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II, sedangkan
dikatakan memiliki kemampuan analisis rendah apabila skornya kurang dari skor
Sikap ilmiah siswa diperoleh dari pemberian angket sikap ilmiah IPA
siswa. Sikap ilmiah siswa dibedakan menjadi dua kategori yaitu kategori tinggi
dan rendah. Seorang siswa dikatakan memiliki sikap ilmiah tinggi apabila skor
commit
sikap ilmiah lebih dari atau sama to user
dengan skor rata-rata gabungan antara kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
136
eksperimen I dan kelas eksperimen II, sedangkan dikatakan memiliki sikap ilmiah
rendah apabila skornya kurang dari skor rata-rata gabungan. Dari ketetapan
memiliki sikap ilmiah tinggi dan 17 siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah.
ilmiah tinggi dan 23 siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah. Deskripsi data
Distribusi frekuensi sikap ilmiah siswa pada kelas eksperimen I dan kelas
137
demonstrasi. Nilai prestasi belajar kognitif siswa diambil dari nilai tes prestasi
belajar kognitif IPA pokok bahasan Bunyi. Distribusi frekuensi dan gambaran
yang jelas mengenai prestasi belajar kognitif siswa kelas eksperimen I dan
eksperimen II dapat dilihat pada Tabel 4.5. dan Gambar 4.1(a) dan Gambar 4.1(b).
14
12
Frekuensi (Fi)
10
8
6
4
2
0
0 54 61 68 75 82 89
Nilai Tengah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
138
16
14
12
Frekuensi (Fi)
10
8
6
4
2
0
0 57 64 71 78 85 92
Nilai Tengah
dapat disajikan dalam Tabel 4.6 (a), Tabel 4.6 (b) Tabel 4.6 (c) Tabel 4.6 (d)
139
Tabel 4.6. (g) Data Sebaran Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Metode Pembelajaran,
Kemampuan Analisis dan Sikap Ilmiah
Prestasi Belajar Kognitif
Metode Eksperimen Metode Demonstrasi
Sikap Ilmiah N 7 8
Kemampuan Tinggi Mean 71,71 70,75
Analisis SD 9,105 9,051
Tinggi Sikap Ilmiah N 8 11
Rendah Mean 71,25 66,18
SD 14,038 10,078
Sikap Ilmiah N 16 8
Kemampuan Tinggi Mean 73,13 73,13
Analisis SD 8,563 3,314
Rendah Sikap Ilmiah N 9 12
Rendah Mean 64,78 69,08
commit to user
SD 9,859 7,403
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
140
untuk memberikan informasi tentang sikap siswa. Penilaian afektif diperoleh dari
angket yang diisi oleh siswa dalam pembelajaran dalam pokok bahasan Bunyi.
Angket afektif diberikan untuk mengukur sikap siswa terhadap mata pelajaran
IPA. Instrumen yang digunakan terdiri dari 66 item. Instrumen yang telah diisi
dicari skor keseluruhannya, sehinga tiap siswa memiliki skor tertentu. Secara
umum deskripsi data prestasi belajar afektif dapat dilihat pada tabel 4.7
12
10
Frekuensi (Fi)
8
6
4
2
0
0 95 104 113 122 131 140
Nilai Tengah (xi)
141
14
12
Frekuensi (Fi)
10
8
6
4
2
0
0 104.5 112.5 120.5 128.5 136.5 144.5
Nilai Tengah (xi)
dapat disajikan dalam Tabel 4.8 (a), 4.8 (b), 4.8 (c), 4.8 (d), 4.8 (e), 4.8 (f), 4.8
142
Tabel 4.8.(g) Data Sebaran Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Metode Pembelajaran,
Kemampuan Analisis dan Sikap Ilmiah
Pendekatan Inkuiri Terbimbing
Metode Eksperimen Metode Demonstrasi
Sikap Ilmiah N 7 8
Kemampuan Tinggi Mean 127,57 123,38
Analisis SD 11,731 13,887
Tinggi Sikap Ilmiah N 8 11
Rendah Mean 108,75 121,18
SD 13,285 10,562
Sikap Ilmiah N 16 8
Tinggi Mean 128,88 118,25
Kemampuan
Analisis SD 8,958 4,200
Rendah Sikap Ilmiah N 9 12
Rendah Mean 114,00 118,58
SD 11,214 11,759
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
143
1. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan salah satu uji prasarat sebelum uji anava 3 jalan
dilakukan. Uji normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Kolmogorov-Sminov melalui program SPSS versi 18. Data yang akan diuji adalah
data prestasi belajar siswa sebagai dependent list kemudian metode pembelajaran,
kemampuan analisis, dan sikap ilmiah dijadiakan sebagai factor list. Uji
normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah samper berasal dari populasi yang
terdistribusi normal atau tidak. Jika nilai probabilitas atau p value (sig.) > 0,05
maka data tersebut ditolak, artinya data tersebut berasal dari populasi yang
terdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai probabilitas atau p value (sig.) < 0,05
maka data tersebut diterima, artinya data tersebut berasal dari populasi yang tidak
terdistribusi normal, hasil analisis uji normalitas data disajikan pada Tabel 4.9.
144
versi 18 pada Tabel 4.9 diketahui bahwa nilai signifikansi > 0,05. Hal ini
2. Uji Homogenitas
tidaknya data dalam penelitian. Uji homogenitas data yang digunakana adalah
Levene Statistic yang melalui program SPSS versi 18. Hasil analisis uji
Lampiran 41) diketahui bahwa nilai signifikansi > 0,05, sehingga dapat
C. Pengujian Hipotesis
1. Uji Anava
versi 18, yang hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran 42 sedangkan rangkuman
145
Tabel 4.11. (lanjutan) Rangkuman Uji Hipotesis Penelitian
3. Sikap Ilmiah 0.046 H0 ditolak 0.001 H0 ditolak
Interaksi Metode * Kemampuan
4. 0.232 H0 diterima 0.162 H0 diterima
Analisis
5. Interaksi Metode * Sikap Ilmiah 0.981 H0 diterima 0.002 H0 ditolak
Interaksi Kemampuan Analisis *
6. 0.394 H0 diterima 0.524 H0 diterima
Sikap Ilmiah
Interaksi Metode * Kemampuan
7. 0.330 H0 diterima 0.889 H0 diterima
Analisis * Sikap Ilmiah
Hipotesis dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu hipotesis nol (H0) dan
hipotesis alternatif (H1). Hipotesis nol menyatakan tidak ada pengaruh ataupun
interaksi antara suatu variabel dengan variabel yang lain. kemudian hipotesis
ditolak dan H1 diterima jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 serta H1 akan ditolak
atas, maka pengujian hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
IPA siswa.
IPA siswa
Berdasarkan Tabel 4.13., diketahui bahwa untuk prestasi belajar kognitif sig =
commit to user
0,841 (sig > 0,05), maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti tidak ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
146
dan metode demonstrasi terhadap prestasi belajar IPA siswa. Untuk prestasi
belajar afektif sig = 0,829 (sig > 0,05), maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini
metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap prestasi belajar IPA siswa.
Berdasarkan Tabel 4.11., diketahui bahwa untuk prestasi belajar kognitif sig =
0,980 (sig > 0,05), maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti tidak ada
pengaruh kemampuan analisis kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
IPA siswa. Untuk prestasi belajar afektif sig = 0,908 (sig > 0,05), maka H0
diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti tidak ada pengaruh kemampuan analisis
3. Ada pengaruh sikap ilmiah kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi
H0 : Tidak ada pengaruh tingkat sikap ilmiah kategori tinggi dan rendah
H1 : Ada pengaruh tingkat sikap ilmiah kategori tinggi dan rendah terhadap
147
Berdasarkan Tabel 4.11., diketahui bahwa untuk prestasi belajar kognitif sig =
0,046 (sig < 0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti ada pengaruh
tingkat sikap ilmiah kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar IPA
siswa. Untuk prestasi belajar afektif sig = 0,001 (sig < 0,05), maka H0 ditolak dan
H1 diterima. Hal ini berarti ada pengaruh sikap ilmiah kategori tinggi dan rendah
Berdasarkan Tabel 4.11., diketahui bahwa untuk prestasi belajar kognitif sig =
0,232 (sig > 0,05), maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti tidak ada
prestasi belajar IPA siswa saat mengikuti pelajaran IPA pokok bahasan Bunyi.
Untuk prestasi belajar afektif sig = 0,162 (sig > 0,05), maka H0 diterima dan H1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
148
ditolak. Hal ini berarti tidak ada interaksi antara penggunaan pendekatan
dengan kemampuan analisis siswa terhadap prestasi belajar IPA siswa saat
Berdasarkan Tabel 4.11., diketahui bahwa untuk prestasi belajar kognitif sig =
0,981 (sig > 0,05), maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti tidak ada
metode eksperimen dan metode demonstrasi dengan sikap ilmiah siswa terhadap
prestasi belajar pada aspek kognitif saat mengikuti pelajaran IPA pokok bahasan
Bunyi. Untuk prestasi belajar afektif sig = 0,002 (sig < 0,05), maka H0 ditolak dan
149
demonstrasi dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi pada aspek afektif
6. Ada interaksi antara kemampuan analisis dan sikap ilmiah siswa terhadap
H0 : Tidak ada interaksi antara kemampuan analisis dan sikap ilmiah siswa
bahasan Bunyi
bahasan Bunyi
Berdasarkan Tabel 4.11., diketahui bahwa untuk prestasi belajar kognitif sig =
0,394 (sig > 0,05), maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti tidak ada
interaksi antara kemampuan analisis dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi
belajar siswa saat mengikuti pelajaran IPA pokok bahasan Bunyi. Untuk prestasi
belajar afektif sig = 0,524 (sig > 0,05), maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini
berarti tidak ada interaksi antara kemampuan analisis dan sikap ilmiah siswa
terhadap prestasi belajar siswa saat mengikuti pelajaran IPA pokok bahasan
Bunyi.
150
analisis dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar IPA siswa saat
Berdasarkan Tabel 4.11., diketahui bahwa untuk prestasi belajar kognitif sig =
0,889 (sig > 0,05), maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti tidak ada
eksperimen dan metode demonstrasi dengan kemampuan analisis dan sikap ilmiah
siswa terhadap prestasi belajar IPA siswa saat mengikuti pelajaran IPA pokok
bahasan Bunyi. Untuk prestasi belajar afektif sig = 0,330 (sig > 0,05), maka H0
diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti tidak ada interaksi antara pendekatan
siswa terhadap prestasi belajar IPA siswa saat mengikuti pelajaran IPA pokok
bahasan Bunyi.
2. Uji Lanjut
Uji lanjut dilakukan ketika ada hipotesis H0 ditolak. Hal ini dilakukan
yang lain. Hipotesis nol (H0) yang ditolak pada penelitian ini yaitu: uji lanjut
Scheffe’. Rangkuman uji lanjut Scheffe’ dapat disajikan pada Tabel 4.12 berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
151
1. Hipotesis Pertama
menemukan bukti kebenaran dari teori yang sedang dipelajari. Siswa juga diberi
152
sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses. Keunggulan metode eksperimen
guru baik yang berwujud benda maupun berupa prosedur tertentu yang dilakukan
peran serta siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Melalui metode
guru.
Pada penelitian ini, secara statistik dinyatakan bahwa tidak ada pengaruh
eksperimen dan demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa baik ditinjau dari
aspek kognitif maupun afektif siswa. Hal ini mungkin disebabkan oleh berbagai
faktor. Faktor utama yang mempengaruhi adalah alokasi waktu. Alokasi waktu
antara yang tertuang di RPP tidak bisa berjalan sesuai rencana. Penelitian terhadap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
153
kedua kelas eksperimen dilakukan pada hari yang berbeda. Kelas VIII B yang
Jumat yang ternyata alokasi waktu 2X30 menit, padahal jika sesuai standar proses
adalah 40 menit untuk satu jam pelajarannya. Sedangkan kelas VIII D yang
Rabu dengan alokasi waktu 2X40 menit. Perbedaan alokasi waktu ini berdampak
sintak pembelajaran.
sedikit demi sedikit. Sehingga hasilnya tidak bisa langsung dapat diamati dalam
jangka waktu yang relatif singkat. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lanjutan
J.W. McBride et al, (2004) menyatakan bahwa jumlah siswa yang banyak menjadi
kondisi lapangan pada saat penelitian dengan jumlah siswa di kelas berkisar 40
siswa. Ini merupakan jumlah rombongan belajar yang besar. Padahal berdasarkan
standar proses bahwa jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
154
adalah 32 peserta didik untuk sekolah menengah. Kelompok belajar yang baik
berdampak pada semangat belajar siswa. Apabila iklim belajar tidak tenang dan
siswa. Sehingga kedua metode yang digunakan dalam pembelajaran ini tidak
Dilihat dari sebaran prestasi belajar yang diberikan pada kedua metode
yang diberikan, terlihat bahwa kedua metode dapat memberikan hasil prestasi
belajar yang sama baik dibandingkan dengan KKM yang sudah ditetapkan di
sekolah. Hal ini sejalan dengan teori belajar bermakna Ausubel bahwa siswa
dan ilmu yang diperoleh akan membekas lebih lama dibandingkan jika siswa tidak
terlibat langsung dalam pembelajaran. Selain itu, melalui pendekatan dan metode
yang diberikan siswa merasa senang dan dapat terlibat dalam pembelajaran.
2. Hipotesis Kedua
Setiap siswa memiliki kemampuan analisis yang berbeda satu dengan yang lain.
155
Namun, pada penelitian ini tidak ditemukan pengaruh yang signifikan antara
kemampuan analisis terhadap prestasi belajar siswa baik pada aspek kognitif dan
afektif.
bagian dari kemampuan kognitif, sedangkan pada instrumen soal kognitif yang
nyatanya hal ini tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi
merupakan proses kognitif yang terjadi dalam diri seseorang. Ada tiga proses
sudah diterima agar sesuai dengan kebutuhan. Informasi yang diterima dianalisis,
diproses, atau diubah menjadi konsep yang lebih abstrak agar suatu saat dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
156
Proses belajar bermakna, berguna dan mudah diingat tidak hanya sekedar
dipengaruhi oleh kemampuan memahami struktur mata pelajaran yang berisi ide,
konsep dasar, hubungan antar konsep, atau contoh yang akan dipelajari atau
dalam hal ini berkaitan dengan kemampuan analisis siswa. Namun, prestasi
Selain itu jika dilihat dari rerata skor kemampuana analisis siswa ternyata
rendah. Padahal, patokan penentuan tinggi dan rendah menggunakan skor rerata.
Jika skor rerata total rendah, maka akan sulut dibedakan antara kategori tinggi dan
rendah. Kesulitan pengkategorian ini menjadi tinggi dan rendah dari rerata yang
3. Hipotesis Ketiga
Pada penelitian ini ditemukan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar baik kognitif maupun afektif. Hal ini
berarti bahwa antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah
rendah berbeda prestasi belajarnya. Hal ini sejalan dengan beberapa studi yang
menemukan bahwa sikap ilmiah memiliki korelasi positif terhadap prestasi IPA
siswa dan memiliki peran dalam pembelajaran IPA (Simpson & Oliver, 1990; Lee
Prestasi belajar dapat diraih tidak lepas dari proses pembelajaran yang dilakukan.
157
pembelajaran adalah faktor sifat yang dimiliki siswa. Faktor sifat yang dimiliki
siswa meliputi: kemampuan dasar, pengetahuan, dan sikap. Salah satu sikap
melandasi proses IPA. Sikap ilmiah dapat dianggap sebagai nilai dan norma yang
dipegang untuk mengikat manusia dalam ilmu pengetahuan alam. Norma ini
diungkapkan dalam bentuk aturan, larangan, pilihan, dan kebolehan. Norma dan
nilai ini harus diinternalisasi oleh siswa dan setelah itu siswa akan membiasakan
diri dengan kebiasaan yang ilmiah. Sikap ilmiah tersebut antara lain sikap ingin
cenderung haus pada pengetahuan baru yang belum diketahui dan berusaha untuk
mencari jawaban tentang yang tidak atau belum diketahui. Adanya usaha, siswa
yang teliti akan mengerjakan suatu pekerjaan dengan cermat, hati-hati dan tidak
dalam penyelesaian suatu masalah. Jadi sikap ilmiah melekat dalam diri siswa
dalam upaya mencapai prestasi belajar. Siswa yang berprestasi tidak lepas dari
berkerja keras dan tekun. Kedua aspek prestasi belajar baik ranah kognitif dan
afektif dan sikap ilmiah tersebut saling berhubungan satu sama lain. Sehingga
siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan rendah akan memberikan pengaruh
yang terhadap prestasi belajar yang akan diperoleh. Dari beberapa tinjauan di atas
dapat dilihat bahwa ada pengaruh sikap ilmiah kategori tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar siswa. Berdasarkan data yang diperoleh siswa dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
158
sikap ilmiah tinggi memperoleh hasil yang lebih baik daripada siswa yang
4. Hipotesis Keempat
kognitif dan afektif. Pengaruh yang diberikan metode eksperimen dan demonstrasi
terhadap prestasi belajar merupakan pengaruh yang berdiri sendiri dan tidak
merupakan pengaruh yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan metode
memberikan pengaruh yang sama terhadap prestasi belajar serta kelompok siswa
kemampuan analisis tinggi dan rendah tidak ada perbedaan prestasi belajar yang
signifikan dan hal yang sama pada metode demonstrasi. Dua variabel bebas
159
kemampuan analisis sama, jika diberi perlakuan dengan metode yang berbeda
tidak memberikan pengaruh yang cukup besar. Selain itu beberapa keterbatasan
dalam penelitian karena ada banyak sekali faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa.
ilmiah tetapi lebih mengacu pada ranah kognitif dari siswa. Sehingga antara dua
demonstrasi mungkin tidak memiliki interaksi dan hubungan satu dengan yang
lain. Oleh karena itu, tidak ada interaksi antara penggunaan pendekatan
5. Hipotesis Kelima
antara sikap ilmiah dengan metode belajar terhadap prestasi belajar kognitif.
belajar kognitif merupakan pengaruh yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
160
dengan sikap ilmiah. Begitu pula sebaliknya, pengaruh yang diberikan sikap
ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif merupakan pengaruh yang berdiri sendiri
pengaruh yang sama terhadap prestasi belajar serta kelompok siswa dengan sikap
memberikan pengaruh yang sama terhadap prestasi belajar. Demikian juga pada
metode eksperimen, antara kelompok siswa dengan sikap ilmiah tinggi dan rendah
tidak ada perbedaan prestasi belajar yang signifikan dan hal yang sama pada
inkuiri melalui metode eksperimen dan demonstrasi dengan sikap ilmiah siswa
ilmiah. Sikap ilmiah pun mengukur sikap siswa yang melandari proses IPA.
Adapun prestasi belajar dibagi menjadi prestasi belajar kognitif berkaitan dengan
pengatahuan siswa dan afektif berkaitan dengan siswa. Antara metode dan sikap
ilmiah memiliki interseksi yang kuat karena keduanya berkaitan dengan sikap
siswa, namun prestasi belajar ranah kognitif yang melihat aspek pengetahuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
161
(perolehan konsep) saja. Maka wajar jika antara metode pembelajaran, sikap
ilmiah dan prestasi belajar kognitif tidak ada interaksi. Hal ini berbeda ketika
metode pembelajaran dikaitkan dengan sikap ilmiah dan prestasi belajar afektif,
menggunakan metode ilmiah dan jika diukur melalui prestasi belajar afektif maka
siswa terhadap prestasi belajar afektif siswa saat mengikuti pelajaran IPA pokok
belajar afektif siswa saat mengikuti pelajaran IPA pokok bahasan Bunyi.
6. Hipotesis Keenam
pengorganisasian struktur tersebut. Dalam proses belajar satu siswa dengan siswa
menguraikan suatu komponen menjadi bagian yang lebih kecil diperlukan proses
berpikir. Siswa yang memiliki sikap teliti, ulet, kritis, objektif serta terbuka akan
disajikan. Siswa yang memiliki kemampuan analisis rendah tetapi siswa tersebut
memiliki kemauan untuk teliti, pantang menyerah jika mengalami kegagalan, ulet
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
162
dalam menyelesaikan masalah, kritis terhadap fenomena yang ada dan terbuka
atau mau menerima masukan yang membangun, memberikan hasil belajar yang
baik. Bagi siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi namun sikap
ilmiahnya rendah, hasil belajarnya ternyata tidak lebih baik. Siswa dengan sikap
pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa. Demikian pula siswa dengan
antara kemampuan analisis dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif dan
berhubungan dengan sikap ilmiah. Dua variabel yang diteliti ini tidak
interaksi antara kemampuan analisis dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar
analisis yang berbeda memberikan pengaruh yang sama terhadap prestasi belajar
serta kelompok siswa dengan sikap ilmiah rendah dengan kemampuan analisis
yang berbeda juga memberikan pengaruh yang sama terhadap prestasi belajar.
siswa sikap ilmiah tinggi dan rendah tidak ada perbedaan prestasi belajar yang
signifikan dan hal yang sama pada siswa dengan kelompok kemampuan analisis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
163
rendah. Dua variabel tersebut tidak menghasilkan kombinasi efek yang signifikan,
sehingga disimpulkan tidak ada interaksi antara kemampuan analisis siswa dengan
sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar siswa baik pada ranah kognitif
maupun afektif.
siswa. Jadi kedua variabel moderator tersebut berdiri sendiri. Sehingga tidak akan
ada interaksi antara kemampuan analisis dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi
belajar IPA.
7. Hipotesis Ketujuh
antara metode, kemampuan analisis, dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar
kognitif dan afektif. Tidak terdapatnya interaksi antara metode eksperimen dan
belajar kognitif maupun afektif dapat dijelaskan karena pada metode eksperimen
siswa memiliki rata-rata yang lebih baik daripada melalui metode demonstrasi,
siswa dengan kemampuan analisis tinggi memiliki rata-rata lebih baik daripada
siswa dengan kemampuan analisis rendah, siswa dengan sikap ilmiah tinggi
memiliki rata-rata lebih baik daripada siswa dengan sikap ilmiah rendah.
Meskipun tidak ada interaksi yang signifikan antara tiga variabel bebas
164
prestasi dan sikap terhadap mata pelajaran; dan dapat mempertahankan informasi
lebih baik. Di dalam berpikir kritis menurut Facione (2011) memerlukan suatu
kemampuan analisis.
Dilihat dari rata-rata nilai yang diperoleh siswa bahwa ketiga variabel tersebut
memiliki dampak yang baik terhadap prestasi belajar siswa karena secara garis
E. Keterbatasan Penelitian
mempengaruhi hasil penelitian. Namun demikian dalam penelitian ini hasil yang
diperoleh tidak semuanya sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini terjadi karena
silabus, dan RPP yang digunakan. Waktu pelaksanaan penelitian hanya empat
kali pertemuan untuk proses pembelajaran dan jam pelajaran yang ada
penelitian.
165
3. Adanya faktor eksternal dan internal siswa yang mempengaruhi hasil belajar
yang mungkin mempengaruhi siswa pada saat proses pembelajaran yang tidak
beberapa siswa yang terlalu asyik bermain-main dengan alat dan bahan yang
seharusnya diselesaikan.
5. Pada uji tingkat kesukaran tes prestasi kognitif kriteria soal belum terdistribusi
dengan baik karena masih ada beberapa soal mudah dan sukar yang digunakan
serta jumlah soal yang mudah dan soal sukar yang digunakan tidak seimbang.
6. Terdapatnya satu komponen yang sama antara instrumen afektif dan sikap
ilmiah.
dan rendah. Oleh karena itu, tidak bisa melihat pengaruh kemampuan analisis
8. Alokasi waktu untuk kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II tidak sama
(alokasi waktu kelas eksperimen I lebih sedikit dari kelas eksperimen II),
karena kebijakan sekolah mengurangi jam pelajaran pada hari Jumat. Sehingga
ada beberapa tahapan di kelas eksperimen I yang tidak sesuai dengan rencana
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
166
BAB V
A. Simpulan
kepada siswa membuat siswa merasa senang terhadap pelajaran IPA oleh
karena itu nilai yang diperoleh siswa dapat melampaui KKM. Siswa dengan
70,62 pada aspek kognitif dan 121,28 pada aspek afektif sedangkan siswa
rata-rata 69,44 pada aspek kognitif dan 120,23 pada aspek afektif.
2. Tidak ada pengaruh kemampuan analisis kategori tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar IPA siswa. Hal ini karena rerata kemampuan analisis siswa
tinggi pada ranah kognitif 69,59 dan 120,23 pada ranah afektif, sedangkan
commit to user
166
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
167
3. Ada pengaruh sikap ilmiah kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
IPA siswa. Hal ini karena kedua aspek prestasi belajar baik ranah kognitif dan
afektif dan sikap ilmiah tersebut saling berhubungan satu sama lain. Sehingga
siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan rendah akan memberikan
pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar yang akan diperoleh. Prestasi
belajar yang diperoleh siswa dengan sikap ilmiah tinggi pada ranah kognitif
72,38 dan 125,33 pada ranah afektif, sedangkan siswa dengan sikap ilmiah
rendah memperoleh rerata 67,75 pada ranah kognitif dan 116,30 pada ranah
afektif.
analisis siswa terhadap prestasi belajar IPA. Hal ini karena komponen
siswa terhadap prestasi belajar pada aspek kognitif saat mengikuti pelajaran
ilmiah siswa terhadap prestasi pada aspek afektif. Hal tersebut disebabkan
karena metode dan sikap ilmiah dan prestasi belajar ranah afektif memiliki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
168
interseksi yang kuat karena keduanya berkaitan dengan sikap siswa, namun
konsep) saja.
6. Tidak ada interaksi antara kemampuan analisis dan sikap ilmiah siswa
terhadap prestasi belajar IPA. Hal ini disebabkan karena komponen analisis
sikap ilmiah mengukur sikap siswa. Jadi kedua variabel moderator tersebut
berdiri sendiri.
sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar IPA. Meskipun ketiga variabel
tida berinteraksi, namun memiliki dampak yang baik terhadap prestasi belajar
siswa karena secara garis besar mampu mendapatkan nilai di atas KKM
sekolah.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
2. Implikasi Praktis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
169
a. Memberikan masukan kepada guru IPA pada umumnya dan peneliti pada
dihadapi dalam upaya membentuk siswa kreatif dan mandiri dalam belajar.
siswa.
C. Saran
1. Kepada Pendidik
dimiliki siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
170
siswa.
psikomotorik.
2. Kepada Peneliti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
171
belajar siswa.
materi ajar.
tidak hanya dari aspek kognitif saja, tetapi juga aspek proses ilmiah.
commit to user