TUGAS AKHIR
Disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik pada Program Studi strata 1 Teknik Fisika
Disusun oleh
Diky Meidianto
1104150028
Jl. Telekomunikasi No.1 Ters. Buah Batu Bandung 40257 No. Revisi
FORMULIR PERNYATAAN ORISINALITAS Berlaku efektif
Menyatakan bahwa Tugas Akhir II ini merupakan karya orisinal saya sendiri,
dengan judul :
FABRIKASI INTER LAYER COUNTER ELECTRODE KARBON UNTUK
DYE-SENSITIZED SOLAR CELL TIPE MONOLITIK
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko / sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap kejujuran
akademik atau etika keilmuan dalam karya ini, atau ditemukan bukti yang
menunjukkan ketidakaslian karya ini.
Diky Meidianto
1104140028
ii
UNIVERSITAS TELKOM No. Dokumen
Jl. Telekomunikasi No.1 Ters. Buah Batu Bandung 40257 No. Revisi
FORMULIR PERNYATAAN PENGESAHAN Berlaku efektif
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
Disusun oleh
Diky Meidianto
1104150028
iii
KATA PENGANTAR
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rakhmat dan
karunia-Nya serta shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW. Alhamdulillah setelah melewati banyak proses serta perkuliahan selama 8
semester lamanya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir (TA) yang berjudul
“FABRIKASI INTER LAYER COUNTER ELECTRODE KARBON UNTUK
DYE-SENSITIZED SOLAR CELL TIPE MONOLITIK” tepat pada waktunya.
Banyak pihak yang berperan dalam penyelesaian tugas akhir ini, maka dari itu
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Mama (Dra. Choidariah), Papa ( Yunisfu), sepupu, serta abang yang
telah mendoakan, memberikan semangat, dan ridhonya sehingga Tugas
Akhir (TA) ini dapat terselesaikan
2. Bapak Dr. Mamat Rokhmat sebagai Ketua Program Studi Teknik
Fisika Telkom University dan sebagai pembimbing I (satu).
3. Bapak Tri Ayodha Ajiwiguna, S.T., M.Eng. selaku Dosen Wali TF-39-
03.
4. Dosen S1 Teknik Fisika, Bu Puri, Pa Abrar, Pa Qurthobi, Pa Reza, Pa
Suwandi, Bu Endang, Pa Ramdan, dll yang telah berjasa memberikan
ilmu selama 8 semester perkuliahan.
5. Bapak Ir. Shobih, M.T. sebagai pembimbing II (dua) yang sangat
berjasa serta sabar dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan
tugas akhir.
6. Bapak dan Ibu peneliti PPET (Pusat Penelitian Elektronika dan
Telekomunikasi) LIPI Bandung, khususnya Pa Jojo, Bu Natalita dan
Bu Erlyta yang telah memberikan banyak bantuan kepada penulis.
7. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bandung, yang telah
mengijinkan penulis untuk melakukan Kerja Praktek (KP) hingga
Tugas Akhir (TA) di institusi ini.
8. Rekan seperjuangan Tugas Akhir (TA) di Laboratorium Sel Surya
LIPI Bandung, Muhammad Yovinanda Maulana yang selalu ada
v
menemani dan membantu memberikan solusi permasalahan yang
dihadapi penulis.
9. Teman-teman seperjuangan KP, Nancy Sitohang, Yoga Wibowo
Sulaeman yang telah memberikan keceriaan selama melaksanakan KP
dan 4 tahun perkuliahan.
10. Teman-teman TF-39-03, khususnya Sri Wulan, Pramudya Adi
Nugraha, Eiffel Fatimah Mardan, Valentisa Zulviana, Wawan
Kurniawan, Nanda Salsabilla, Reza Pamungkas yang telah
memberikan kontribusi sangat signifikan selama perkuliahan.
11. Rumah Koneng Squad, Jeremy Wibisono sahabat karib penulis,
Bernawahyu Setiawan, Hasan, Angga, Asep, serta tak lupa guru
mobile legend penulis Yogathama atau Kajo.
12. Tel-U Mengajar 2017, HECTRA 2016-2018, dan LAB. SISTEL 2017-
2018 yang telah mewarnai dan membentuk kepribadian penulis selama
perkuliahan.
13. Teman-teman SMAN 14 Bandung 12 IPA 1 khususnya Gita Nandyani,
Fitriana, Fuja, Putri, Atrie, Jaka Setiawan, dan Nofaldi Priambudi yang
telah memberikan sumbangsih semangat dan inspirasi.
14. Teman-teman SMPN 40 Palembang 2012 khususnya Mohammad
Aldiansyah, Yeza, dan (Alm) Rahmat Hidayat.
Diky Meidianto
vi
ABSTRAK
Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC) tipe monolitik yang hanya memiliki satu
substrat banyak dikembangkan karena harga fabrikasi yang murah dan proses
fabrikasi yang sederhana. Namun, efisiensi yang rendah merupakan salah satu
kelemahannya. Salah satu penyebabnya adalah counter electrode yang digunakan
sebagai lapisan untuk meningkatkan konduktivitas substrat kaca FTO, tidak
menempel kuat pada substrat kaca FTO, sehingga diperlukan lapisan inter layer
yang dapat meningkatkan konduktivitas lapisan counter electrode serta
meningkatkan adhesivitas antara counter electrode dengan substrat kaca FTO.
Pada penelitian ini, bahan counter electrode yang diguankan adalah karbon dan
bahan inter layer yang digunakan adalah karbon dan TiO2 colloid yang berfungsi
sebagai binder. Pendeposisian setiap lapisan DSSC tipe monolitik dilakukan
dengan teknik screen printing. Lapisan pertama karbon 1 (Inter Layer) memiliki
komposisi 0,13 gr grafit, 0,2 ml TiO2 colloid, 0,2 ml Triton 10% dan 0,25 ml
terpineol dan karbon 2 (Counter Electrode) memiliki komposisi 0,5 gr carbon
nanopowder, 2 gr bubuk grafit, 0,3 gr ethyl-cellulose, 0,25 gr TiO2-P25, dan 4,25
gr terpineol. Kedua lapisan karbon tersebut komposisinya dikali 10 untuk
memperbanyak pasta yang dihasilkan. Massa grafit pada karbon 1 (Inter Layer)
divariasikan menjadi 5 variasi yaitu 0,9 gr (A), 1,1 gr (B), 1,3 gr (C), 1,5 gr (D),
dan 1,7 gr (E). Kelima variasi tersebut masing-masing memiliki 3 sampel. Setelah
inter layer karbon difabrikasi, dilakukan karakterisasi morfologi, pengukuran
resistansi sheet, uji adhesivitas dan uji transmitansi serta karakterisasi I-V pada
DSSC tipe monolitik yang telah difabrikasi. Hasilnya, pada morfologi inter layer
karbon yang dikarakterisasi menggunakan SEM, diperoleh bahwa lapisan inter
layer sampel B memiliki penyebaran grafit yang merata dan hanya sedikit terlihat
adanya aglomerasi pada karbon. Selain itu, pada uji resistansi sheet menggunakan
four point probe diperoleh hasil bahwa sampel B memiliki Rs yang stabil dengan
rata rata 12,097± 0,054 Ω/sq. Pada uji adhesivitas, terlihat bahwa lapisan karbon 1
yang melekat kuat pada substrat kaca FTO secara visual, dan pada uji transmitansi
menggunakan UV-VIS, sampel B memiliki rasio transmitansi terkecil antara
sesudah dan sebelum uji adhesivitas sebesar 1,963. Hasil karakterisasi I-V DSSC
tipe monolitik, diperoleh efisiensi terbesar berasal dari sampel B (2) yang
memiliki massa 1,1 gr grafit pada TiO2 colloid sebesar 1,258 %. Sehingga
penambahan inter layer karbon antara counter electrode karbon dan substrat kaca
FTO dapat meningkatkan efisiensi dari DSSC tipe monolitik
Kata kunci: DSSC tipe monolitik, karbon, grafit
vii
ABSTRACT
Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC) monolithic type which has only one substrate
developed a lot because of the low price of fabrication and a simple fabrication
process. However, low efficiency is one of its weaknesses. One reason is the
counter electrode which is used as a layer to increase the conductivity of the FTO
glass substrate, not firmly attached to the FTO glass substrate, so that an inter
layer is needed that can increase the conductivity of the counter electrode layer
and increase the adhesivity between the counter electrode and the FTO glass
substrate. In this study, the material of counter electrode was used carbon and the
inter layer material was used carbon and TiO2 colloid which functioned as
binders. Deposition of each monolithic type DSSC layer is done by screen
printing techniques. The first layer of carbon 1 (Inter Layer) has a composition of
0,13 gr graphite, 0,2 ml TiO2 colloid, 0,2 ml Triton 10% and 0,25 ml terpineol
and carbon 2 (Counter Electrode) has a composition of 0,5 gr carbon
nanopowder, 2 gr graphite powder, 0,3 gr ethyl-cellulose, 0,25 gr TiO2-P25, and
4,25 gr terpineol. The two carbon layers are multiplied by 10 to multiply the
resulting paste. Graphite mass at carbon 1 (Inter Layer) varied into 5 variations,
namely 0,9 gr (A), 1,1 gr (B), 1,3 gr (C), 1,5 gr (D), and 1,7 gr (E). The five
variations each have 3 samples. After fabricated inter layer carbon, soma
characterizations were done, like morphological characterization, sheet
resistance measurement, adhesivity test and transmittance test and I-V
characterization on monolithic type DSCs were fabricated. As a result, in the inter
layer carbon morphology characterized using SEM, it was found that the inter
layer of sample B had a uniform spread of graphite and only a small amount of
carbon agglomeration was seen. In addition, the sheet resistance test using four
point probes shows that sample B has a stable Rs with an average of 12,097
±0,054 Ω/ sq. In the adhesion test, it can be seen that the carbon 1 layer is firmly
attached to the FTO glass substrate visually, and in the transmittance test using
UV-VIS, sample B has the smallest transmittance ratio between after and before
the adhesive test of 1,963. The results of the monolithic type I-V DSSC
characterization, obtained the greatest efficiency derived from sample B (2) which
has a mass of 1,1 gr graphite on the colloid TiO2 of 1,258%. So that the addition
of the inter layer carbon between the carbon electrode counter and the FTO glass
substrate can improve the efficiency of the monolithic type DSSC
Keywords: monolithic type DSSC, carbon, graphite
viii
DAFTAR ISI
ix
2.5 Prinsip Kerja DSSC ...................................................................... 26
2.6 Perbedaan DSSC Tipe Monolitik dan Tipe Z/Tipe Monolitik ..... 27
x
5.1 Simpulan ........................................................................................ 67
5.2 Saran .............................................................................................. 68
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 69
Lampiran .............................................................................................................. 75
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
Gambar 3.11 Proses perendeman DSSC tipe monolitik di dalam larutan dye ..... 47
Gambar 3.12 Hasil perendaman DSSC tipe monolitik di dalam larutan dye ....... 47
Gambar 3.13 Proses vakum untuk memasukkan elektrolit .................................. 48
Gambar 3.14 Hasil setelah proses penginjeksian elektrolit ke DSSC .................. 48
Gambar 3.15 Bahan-bahan yang digunakan untuk enkapsulasi DSSC seperti
termoplastik, kaca berlubang, dan aluminium ..................................................... 49
Gambar 3.16 Hasil dari proses enkapsulasi sel DSSC tampak belakang dan depan
............................................................................................................................... 49
Gambar 3.17 Proses pengujian SEM inter layer karbon 1 .................................. 50
Gambar 3.18 Uji resistansi menggunakan Four Point Probe (FPP) .................... 50
Gambar 3.19 (a) Salah satu sampel hasil uji adhesivitas (b) Uji Transmitansi .... 51
Gambar 3.20 Pengujian karakteristik I-V DSSC tipe monolitik .......................... 51
Gambar 4.1 (a)-(e) Hasil SEM karbon 1 perbesaran 5000x dan 20000x pada
sampel A-E ........................................................................................................... 52
Gambar 4.2 Bentuk substrat yang dipakai untuk mengetahui faktor koreksi, s=
jarak antar probe, a= panjang, dan d= lebar ......................................................... 54
Gambar 4.3 Kurva variasi massa grafit pada pasta inter layer karbon terhadap Rs
............................................................................................................................... 56
Gambar 4.4 Sampel A (a) sebelum (b) setelah, uji adhesivitas ........................... 57
Gambar 4.5 Sampel B (a) sebelum (b) setelah, uji adhesivitas ............................. 57
Gambar 4.6 Sampel C (a) sebelum (b) setelah, uji adhesivitas ............................. 57
Gambar 4.7 Sampel D (a) sebelum (b) setelah, uji adhesivitas ............................ 58
Gambar 4.8 Sampel E (a) sebelum (b) setelah, uji adhesivitas ............................. 58
Gambar 4.9 Kurva Transmitansi sampel A .......................................................... 59
Gambar 4.10 Kurva Transmitansi sampel B ........................................................ 59
Gambar 4.11 Kurva Transmitansi sampel C ........................................................ 60
Gambar 4.12 Kurva Transmitansi sampel D ........................................................ 60
Gambar 4.13 Kurva Transmitansi sampel E ........................................................ 61
Gambar 4.14 Kurva I-V DSSC tipe monolitik 6 sampel terbaik ......................... 64
Gambar 4.15 Kurva variasi massa grafit pada karbon 1 terhadap efisiensi DSSC
............................................................................................................................... 64
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan beberapa jenis sel surya pada tahun 2009 .......................... 22
Tabel 2.2 Perbandingan ITO dan FTO .............................................................................. 29
Tabel 3.1 Variasi massa grafit dan volume TiO2 colloid, Triton 10 %, dan
Terpineol .............................................................................................................. 43
Tabel 4.1 Nilai-nilai faktor koeksi (f2) ................................................................. 55
Tabel 4.2 Hasil pengukuran Resistansi Sheet dari FTO dan inter layer karbon 1
............................................................................................................................... 55
Tabel 4.3 Hasil pengukuran transmitansi sampel rata-rata pada panjang
gelombang 400-800 nm sebelum dan sesudah uji adhesivitas ............................. 61
Tabel 4.4 Hasil pengukuran Pmax. Eff, Jsc, dan Voc pada 18 sampel DSSC ...... 62
Tabel 4.5 Hasil pengukuran terbaik dari 5 variasi sampel inter layer karbon 1 dan
counter electrode karbon 2 ................................................................................... 63
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
15
electrode yang digunakan dapat menggunakan karbon, platina, atau emas. Karbon
merupakan bahan yang sedang banyak dikembangkan menjadi counter electrode
karena memiliki harga yang murah dan dapat digunakan untuk memfabrikasi
DSSC dengan banyak metode, seperti screen printing, dip coating, spray
pyrolisis, dan lain-lain.
Cukup banyak penelitian yang telah dilakukan sebagai bentuk
pengembangan dari DSSC untuk tipe sandwich maupun monolitik yang
menggunakan karbon sebagai counter electrode. Beberapa penelitian yang
menggunakan counter electrode karbon pada DSSC tipe sandwich yaitu penelitian
oleh Zhen dkk, 2006, Hard Carbon Spherule (HCS) digunakan sebagai counter
electrode dihasilkan efisiensi sebesar 5,7 % [6]. Efisiensi sebesar 0,91 %
diperoleh pada penelitian yang dilakukan oleh Adi dkk, 2015 dengan carbon
nanotube sebagai counter electrode [7]. Efisiensi DSSC sebesar 2,68 % diperoleh
oleh Heksa dkk, 2015 dengam menggunakan grafit sebesar 14 % sebagai
pendoping dan penggunaan dye yang berasal dari kulit manggis [8]. Kemudian
penelitian oleh Dileep dkk, 2016 menghasilkan DSSC dengan efisiensi cukup
besar diperoleh dengan counter electrode karbon dengan proses sintering pada
suhu 400 oC, besarnya efisiensi yang diperoleh adalah 3,53% [9]. Sedangkan
untuk DSSC tipe monolitik beberapa penelitian yang telah dilakukan yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Ade dkk, 2017 dengan komposisi pasta karbon
yang terdiri atas campuran grafit 0,21 gr, karbon 0,15 gr, TiO2 P 25 0,310 gr,
asam asetat 0,15 ml, DI water 2 ml menghasilkan efisiensi sebesar 0,039 % [10].
Mubarak dkk, 2018 dengan komposisi pasta karbon yang terdiri atas 0,5 gr grafit,
2 gr karbon aktif, 0,3 gr ethyl-cellulose, 0,25 gr TiO2 P 25, dan 4,25 gr terpineol
menghasilkan efisiensi sebesar 0,221 %.
Efisiensi yang cukup kecil pada penelitian Mubarak [10] yang merupakan
DSSC tipe monolitik, disebabkan oleh lapisan karbon yang tidak melekat
sempurna karena tidak adanya lapisan yang membuat proses adhesi meningkat.
Lapisan inter layer yang memiliki adhesivitas yang baik diperlukan agar counter
electrode karbon melekat pada substrat kaca FTO. Pada penelitian ini, inter layer
karbon difabrikasi menggunakan TiO2 colloid sebagai binder dan lapisan karbon
ini akan dianalisis morfologinya menggunakan SEM, kekuatan adhesinya dengan
16
uji adhesivitas, uji transmitansi menggunakan UV-VIS, resistansi sheet yang
diukur menggunakan four point probe, serta pengaruhnya pada karakterisasi I-V
DSSC tipe monolitik.
17
6. TiO2 opaque digunakan sebagai semikonduktornya.
7. Jenis dye yang digunakan adalah Z907 merk Great Cell
8. Proses perendaman sel di dalam dye selama 24 jam.
9. Jenis elektrolit yang digunakan adalah Elektrolit EL-HPE merk Great
Cell.
2. Perancangan sistem
Perancangan sistem ini dilakukan untuk mengetahui struktur
lapisan penyusun Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC) tipe monolitik,
setelah dilakukan proses perancangan maka dilanjutkan dengan proses
fabrikasi DSSC.
3. Pemilihan substrat
Pada pemilihan substrat ini, substrat yang dipilih adalah jenis
substrat kaca FTO (F-doped Tinoxide).
4. Percobaan
Dilakukan percobaan dengan cara memberikan intensitas cahaya
500 W/m2 pada suhu 25 o C ( AM 1,5) untuk mengetahui tegangan dan
arus yang dihasilkan oleh DSSC sehingga diketahui besarnya efisiensi
yang diperoleh. Untuk mengetahui struktur permukaan dari lapisan
karbon dilakukan pengujian menggunakan SEM (Scanning Electron
Microscopy) dan EDS (Energy Dispersive Spectroscopy). Untuk
mengetahui konduktifitas dari karbon dilakukan uji resistansi
menggunakan Four Point Probe, untuk memastikan adhesivitas dari
18
karbon yang melekat pada substrat kaca FTO, dilakukan uji adhesivitas
dan transmitansi
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Sel Surya
Sel surya atau Solar cell adalah salah satu teknologi yang dapat digunakan
sebagai sumber energi alternatif dengan prinsip kerja mengubah energi cahaya
matahari menjadi energi listrik dengan memanfaatkan prinspip efek photovoltaic.
Efek photovoltaic pertama kali ditemukan oleh Becquerel pada tahun 1839.
Becquerel mendeteksi adanya tegangan cahaya ketika sinar matahari mengenai
elektrode pada larutan elektrolit. Pada tahun 1954, trio Bell Laboratories, Chapin,
Fuller, dan Pearson menemukan sebuah fenomena p-n junction yang dapat
mengubah radiasi sinar matahari menjadi tenaga listrik pertama kalinya dan
material yang dipergunakan yaitu silikon [2]. Efek photovoltaic ini adalah suatu
fenomena munculnya tegangan listrik karena adanya hubungan kontak antara dua
elektroda yang dihubungkan dengan sistem padatan atau cairan saat mendapatkan
cahaya [3]. Efisiensi yang dihasilkan dari sel surya berbahan silkon pada saat itu
sebesar 6 %. Hingga sekarang, efisiensi sel surya berbahan silikon tertinggi
sebesar 41 % pada skala penelitian dan 20 % pada skala komersil [12]
20
foton datang memiliki energi yang lebih besar dari energi band gap dari silikon
yang besarnya sekitar 1,12 eV [15], elektron akan tereksitasi dari pita valensi
menuju pita konduksi dan akan menyisakan hole, elektron akan tertampung di
bagian n-type dan hole akan tertampung di bagian p-type sehingga elektron akan
mengalir dari dari n-type menju p-type, aliran arus inilah yang mengalir pada
resistansi load (RL). Adapun besarnya energi foton yaitu:
21
2.2.2 Sel Surya Berbahan Silikon Tepadu Thin Film (Generasi
Kedua)
a. Amorphus Silikon (a-Si)
Sekarang dikembangkan sebagai pengganti tinted glass yang
semi transparan.
b. Thin film Silikon (tr-Si)
Terbuat dari polycrystalline pada grade bahan metal yang
cukup murah.
c. Cadmium Telluride (CdTe)
Terbentuk dari proses deposisi, semprot, dan evaporasi
tingkat tinggi dari thin film polycrystalline.
d. Copper Indium Diselenide (CulnSe2/CIS)
Terbuat dari thin film polycrystalline.
22
Lapisan p, Penggunaan Efisiensi
lapisan i, dan Si yang lebih rendah
lapisan n minim, dari single-
Amorphus Si 9,5
dideposisi lebih murah crystal Si,
dengan proses dari single- mudah
CVD crystal Si terdegradasi
Efisiensi
tinggi,
Metal-organic Beracun,
GaAs 26,1 menahan
CVD Mahal
radiasi di
luar angkasa
Metode
Terlalu
produksi
banyak
beragam,
penggunaan
Lapisan p-type harga leboh
Compund- Cd
CdTe murah dari
based (beracun),,
CdTe polycrystalline 16,7 single-
terlalu
di atas lapisan crystal Si,
bergantung
n-type CdS optimum
pada
band gap
persediaan
untuk
Te
regenerasi
Bergantug
Deposisi uap Absorbsinya
CIS/CIGS 19,4 pada sumber
dari CIS/CIGS tinggi
ln
Dapat
diproses
Dye, pada udara
Dye- Dye-TiO2- 11,5 Degradasi
semiconductor, terbuka,
Sensitized Electrolite [24] ultraviolet
electrolit dapat
diwarnai,
transparan,
Campuran p- Ketebalan Efisiensi
Organic
Fullerene, type polimer tipis, rendah,
thin film 5,2
polymer dan n-type fabrikasi degradasi
based
fullerene murah ultraviolet
23
2.3.3 Daya Maksimum (Pmax)
Daya maksimum adalah hasil kali antara arus maksimum (Imax)
dengan tegangan maksimal (Vmax) sehingga dapat diperoleh nilai daya
yang paling besar di antara semua kondisi I-V.
Pmax = Imax . Vmax
Arus
Tegangan
Gambar 2.2 Kurva I-V pada Sel Surya
24
berbasis silikon dan thin-film. Pada DSSC, prinsip yang digunakan bukan
berdasarkan photovolaic lagi, tetap photoelectro chemical. Lapisan dye
digunakan sebagai penyerap energi foton sehingga elektron dapat tereksitasi dari
HOMO (Highest Occupied Molecular Orbital) menuju LUMO (Lowest
Occupied Molecular Orbital) [18]. Dye digunakan karena TiO2 sebagai
semikonduktor memiliki band gap 3,1 eV [2] sehingga hanya bisa menerima
energi atau berinteraksi dengan sinar Ultra Violet (UV) untuk itu dye digunakan
untuk menginjeksikan elektron menuju pita konduksi TiO2.
Struktur DSSC terdiri dari substrat Transparent Counductive Oxide
(TCO), jenis TCO dapat berupa F-doped Tinoxide (FTO) dan I-doped Tinoxide
(ITO), nanokristal TiO2 berpori sebagai elektrode kerja (Anoda), dye sebagai
sensitizer, elektrolit redoks berupa pasangan iodide/triodide untuk meregenerasi
elektron, serta counter electrode sebagai katoda [19]. Berdasarkan strukturnya,
DSSC dibedakan menjadi dua yaitu tipe monolitik dan tipe z/tipe sandwich. Pada
tipe monolitik, hanya menggunakan satu substrat TCO, sedangkan tipe z/tipe
sandwich menggunakan dua substrat TCO [10].
25
2.5 Prinsip Kerja DSSC
26
5. Kesimpulannya, I3- dihasilkan pada elektroda TiO2 dan digunakan
pada counter electrode. Demikian pula I- yang dihasilkan pada
counter electrode yang disebarkan ke arah berlawanan dalam
elektrolit. Iodida (I-) memberikan elektron kepada dye yang
teroksidasi sehingga terbentuklah suatu siklus.
(a) (b)
Gambar 2.5 (a) Struktur DSSC tipe tipe z/tipe sandwich (b) Struktur DSSC tipe
monolitik
Terdapat beberapa perbedaan antara DSSC tipe monolitik dan DSSC tipe
z/tipe sandwich yaitu:
1. Pada struktur DSSC tipe monolitik hanya menggunakan satu kaca
substrat FTO, sedangkan DSSC tipe sandwich menggunakan dua kaca
substat FTO. Hal ini membuat harga fabrikasi DSSC tipe monolitik
lebih murah jika dibandingkan dengan DSSC tipe sandwich.
2. Pada DSSC monolitik menggunakan lapisan ZrO2 sebagai pemisah
antara katoda dan anoda karena hanya menggunakan satu substrat.
3. Pada DSSC tipe sandwich kedua substrat dilapisi oleh material seperti
karbon atau platina dan TiO2 [10].
4. Pada DSSC tipe sandwich pengisian elektrolit harus dilakukan
dengan menggunakan alat injeksi khusus, sedangkan DSSC tipe
monolitik hanya menggunakan pipet tetes
27
berasal dari sinar ultraviolet saja. Meskipun demikian, TiO2
merupakan pilihan terbaik sebagai material DSSC jika
dibandingkan dengan ZnO, CdSe, CdS, WO3, Fe2O3, SnO2, dan
Nb2O5. Hal ini terjadi karena TiO2 memberikan dampak pada
DSSC yaitu efisiensi yang dihasilkan paling besar jika
dibandingkan dengan kompetitornya [22].
Pada DSSC TiO2 yang digunakan adalah TiO2 yang berfase
anastase karena memiliki kemampuan fotoaktif yang tinggi. TiO2
memiliki banyak pori yang berukuran nanometer yang terletak pada
permukaannya sehingga memiliki karakteristik luas permukaan
yang tinggi yang akan membuat semakin banyak dye yang akan
diserap. Keuntungan lain dari penggunaan TiO2 adalah
fotosensitivitasnya tinggi, stabilitas struktur yang baik pada saat di
bawah sinar matahari, dan harganya murah [25]. Permukaan TiO2
yang berpori memiliki luas permukaan yang tinggi namun dapat
diperbesar sehingga lebih banyak dye yang dapat diserap.
Diperlukan lapisan yang dapat menutup contact TiO2 dan substrat
kaca FTO yang berfungsi untuk meningkatkan kinerja permukaan
FTO karena menghambat elektrolit untuk melakukan kontak
langsung dengan FTO yang dapat membuat peningkatan resistansi
FTO.
Ketebalan TiO2 yang baik berikisar 2-20 µm, dengan
efisiensi maksimum diperoleh pada ketebalan 12-14 µm
bergantung pada pemilihan elektrolitnya [26].
28
bakunya sangat mahal dan tersedia dalam jumlah yang terbatas
[25]. Sehingga penggunaan FTO lebih dipilih sebagai pelapis
substrat kaca untuk menghantarkan listrik. Adapun perbandingan
antara FTO dan ITO yaitu:
Tabel 2.2 Perbandingan ITO dan FTO [25]
29
pita konduksi TiO2. Dye atau pewarna dapat berasal dari pewarna
organik maupun sintetik. Pewarna organik berasal dari ekstraksi
buah-buahan atau sayuran. Pewarna sintetik yang digunakan pada
DSSC umumnya berupa Ruthenium Complex. Dye jenis ini
memiliki efisiensi yang tinggi karena memiliki ikatan carboxylate,
yaitu ikatan yang elektronnya mengalir tanpa adanya lompatan dan
hambatan pada proses pengalirannya [10]. Selain itu Ruthenium
Complex memiliki sifat photoelectrochemical yang baik dan
stabilitas yang tinggi pada kondisi oxidized state [31]. Jenis dye
Z907 merupakan salah satu contoh dari Ruthenium Complex. Jenis
dye ini banyak digunakan karena memiliki stabilitas terhadap suhu
yang bertahan lama jika dibandingkan dengan jenis dye yang lain
karena besar power conversion pada proses fabrikasi DSSC lebih
besar 7% jika dibandingkan dengan dye jenis lain [32].
2.7.5 Elektrolit
Elektrolit digunakan sebagai penyuplai elektron pada dye
sehingga hole hasil eksitasi elektron dapat mendapatkan donor
elektron. Pada umumnya elektrolit yang digunakan adalah
pasangan redoks iodine (I-) dan triiodide (I3-) [10]. Elektrolit dapat
berfasa cair maupun padat. Elektrolit cair memiliki kelebihan
30
tingginya kontak antara permukaan elektrolit dengan pewarna,
namun kekurangannya mudah berubah fasa menjadi uap jika
terpapar cahaya matahari dalam waktu yang lama. Selain sebagai
perekombinasi elektron hole, elektrolit juga berfungsi sebagai
pencegah munculnya medan listrik yang dapat menghambat
penghantaran muatan [19].
31
sebagai media absorbsi karena memiliki diameter pori-pori yang
rata-rata berukuran 10-60 Angstrong.
Namun pada penelitian sebelumnya [10,40], proses deposisi
karbon tidak sempurna karena karbon tidak melekat kuat pada
ZrO2 dan kaca substrat FTO, hal ini disebabkan oleh tidak tepatnya
waktu dan suhu proses sintering serta komposisi pasta karbon yang
belum tepat, sehingga diperlukan lapisan karbon tambahan yang
konduktivitas dan adhesivitasnya lebih tinggi. Lapisan pertama
terdiri dari 0,13 gr grafit, 0,2 ml TiO2 colloid, 0,2 ml Triton 10%
[36] dan 0,25 ml terpineol, dimana massa grafit dan volume TiO2
colloid divariasikan menjadi 5 variasi. Sedangkan lapisan karbon
kedua adalah pasta karbon yang komposisinya terdiri dari 0,5 gr
grafit, 2gr karbon aktif, 0,3 gr ethyl-cellulose, 0,25 gr TiO2-P25,
dan 4,25 gr terpineol. Untuk memperbanyak pasta yang dihasilkan,
jumlah massa dan volume dari bahan-bahan tersebut dikalikan 10.
2.7.7 Enkapsulasi
Lapisan enkapsulasi digunakan sebagai penutup bagian
lapisan teratas DSSC agar terhindar dari gangguan lingkungan.
Bahan yang digunakan untuk menutup bagian teratas atau
enkapsulasi yaitu bahan kaca. Untuk menempelkan bahan kaca
harus menggunakan lapisan surlen (termo plastik) yang berguna
sebagai perekat antara kaca substrat FTO yang telah dilapisi
struktur sel surya dan kaca biasa.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
Mulai
Apakah
terdeposisi dengan
baik?
YA
Karakterisasi Morfologi, Uji
Adhesivitas dan Transmisi,
dan Resistansi
Pemberian Elektrolit
33
Gambar 3. 1 Diagram Alir Fabrikasi Counter Electrode Karbon dengan Penambahan
Karbon Berkonduktivitas dan Beradhesivitas Tinggi untuk DSSC
34
3.3 Variabel Penelitian
Variabel yang dipakai pada penelitian ini terdiri atas :
35
(a)
(b)
(c) (d)
36
(e) (f)
Gambar 3.2 Pola Struktur DSSC (a) Pola lapisan penyusun DSSC tipe monolitik (b)
Tampak Samping. Campuran Karbon 1: grafit, TiO2 colloid, triton 10%, dan terpineol,
campuran karbon 2: karbon aktif, grafit, ethyl-cellulose, TiO2 P 25, dan terpineol, (c) pola
karbon 1, (d) pola TiO2, (e) pola ZrO2, (f) pola karbon 2
37
Line. Proses terakhir, oleskan Ulano 133 pada bagian yang belum
tertutupi.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 3.3 (a)-(d) Hasil pencetakan pola ZrO2, TiO2, karbon 1, dan karbon 2 pada
screen
38
karakterisasi SEM-EDS, uji resistansi sheet, uji adhesivitas, dan uji
transmitansi. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah, pertama
tentukan sisi konduktif dari kaca dengan menggunakan multimeter, dengan
cara mengecek apakah salah satu sisi kaca akan sort apabila kutub positif
dan negatif multimeter disatukan. Setelah ditentukan, amplas kaca FTO
sesuai dengan pola elsa FTO. Lakukan pengamplasan hingga multimeter
menunjukkan tampilan no load ketika kedua kutub berseberangan terhadap
garis sesuai pola.
Langkah selanjutnya adalah melakukan pencucian substrat FTO
menggunakan sabun, diionized water (dua kali pembilasan), dan Isopropil
Alkohol (IPA). Lakukan pencucian selama masing-masing 10 menit pada
Ultrasonic Cleaner, setelah selesai keringkan substrat FTO menggunakan
hair dryer.
(a) (b)
Gambar 3.4 (a) pencucian substrat kaca FTO menggunakan air sabun, DI water, dan
Isopropil alkohol (b) Substrat kaca FTO hasil pencucian
39
screen. Setelah itu tuangkan pasta TiO2 opaque di atas papan screen, lalu
tekan tombol mesin untuk melakukan proses printing Setelah proses
printing selesai, kaca substrat yang telah dilapisi TiO2 opaque dimasukkan
ke dalam oven bersuhu 120 oC untuk dikeringkan selama 10 menit. Proses
deposisi ini dilakukan 2 kali agar TiO2 yang dideposisikan menutupi
semua permukaan pola pada FTO. Lalu lakukan proses sintering
menggunakan Conveyor Furnace merk KSL-1200X dengan suhu 500 oC.
Proses ini memakan waktu lebih kurang 30 menit. TiCl4 digunakan
sebagai pembesar luas permukaan TiO2 opaque, lapisan substrat yang
telah di-sintering kemudian dimasukkan ke dalam larutan TiCl4 selama 30
menit dan semua bagian harus tercelup. Setelah dicelupkan lalu proses
sintering dilakukan kembali dengan suhu dan waktu yang sama dengan
proses sintering TiO2 opaque.
(d)
40
Gambar 3.5 (a) Proses screen printing deposisi TiO2 (b) Hasil pendeposisian TiO2 (c)
Proses sintering sampel TiO2 pada suhu 500 oC (d) Perendaman substrat dalam TiCl4
(a) (b)
Gambar 3.6 (a) proses sintering ZrO2 (b) hasil pendeposisian ZrO2
41
3.4.6 Pembuatan Pasta Karbon 1 dan Karbon 2
Pasta karbon 1 komposisinya terdiri dari 0,13 gr grafit, 0,2 ml TiO2
colloid, 0,2 ml Triton 10% [36] dan 0,25 ml terpineol. Proses pembuatan
lapisan karbon 1 ini adalah pertama harus membuat TiO2 colloid yang
berfungsi untuk sebagai lapisan yang mencegah elektrolit berinteraksi
dengan kaca FTO. Cara pembuatan TiO2 colloid ini yaitu campurkan 12,5
ml titanium isopropoxide/TTIP dengan 2 ml isopropanol tetes demi tetes
menggunakan pipet tetes, sambil di stir pada suhu ruangan selama 10
menit. Lalu tambahkan DI water sebanyak 75 ml yang dicampurkan juga
dengan tetes demi tetes. Lalu, setelah homogen, tambahkan 0,6 ml asam
nitrat (HNO3) 65% dan dipanaskan dan di stir pada skala 2 pada suhu 80
o
C selama 8 jam. Untuk mencegah pelarut menguap, digunakan metode
reflux dalam proses pemanasan larutan ini.
(a) (b)
Gambar 3.7 (a) proses pemanasan larutan TiO2 colloid dengan metode reflux (b) hasil
larutan TiO2 colloid berwarna putih susu
Untuk membuat pasta karbon 1 ini, masukkan grafit, TiO2 colloid
ke dalam mortar, lalu dihaluskan hingga merata, lalu masukkan triton,
haluskan kembali hingga homogen. Selanjutnya Masukkan mortar ke
dalam oven bersuhu 120 oC selama 30 menit untuk menghilangkan
pelarutnya. Setelah mengering, tambahkan terpineol yang berfungsi
sebagai emulsi ke dalam mortar, haluskan hingga membentuk pasta.
42
(a) (b)
Gambar 3.8 (a) campuran bahan grafit yang telah di bakar (b) hasil pasta karbon
Pada penelitian ini, massa grafit dan volume TiO2 colloid
divariasikan agar mendapatkan komposisi terbaik yang memiliki
viskositas terbaik yang dapat meloloskan pasta inter layer dari screen dan
terdeposisi dengan merata yang akan menghasilkan efisiensi paling besar.
Dan karbon 1 ini di-sintering pada suhu 500 oC selama 30 menit karena
pada refrensi [37] pada suhu tersebut menghasilkan efisiensi terbesar pada
DSSC dengan counter electrode karbon. Untuk memperbanyak pasta yang
dihasilkan sehingga dapat dimafaatkan untuk beberapa sampel, semua
komposisi bahan karbon 1 dikali 10. Masing-masing variasi memiliki 3
sampel sehingga ada 15 sel yang di fabrikasi. Variasinya yaitu:
Tabel 3.1 Variasi massa grafit dan volume TiO2 colloid, Triton 10%, dan
Terpineol
Nama Massa Volume TiO2 Volume Triton Volume
Sampel Grafit (gr) colloid (ml) 10 % (ml) Terpineol (ml)
A 0,9 2 2 2,5
B 1,1 2 2 2,5
C 1,3 2 2 2,5
D 1,5 2 2 2,5
E 1,7 2 2 2,5
43
Pasta karbon 2 yang akan digunakan merupakan campuran dengan
komposisi 0,5 gr grafit, 2 gr karbon aktif, 0,3 gr ethyl-cellulose, 0,25 gr
TiO2 P 25, dan 4,25 gr terpineol [40]. Komposisi bahan-bahan ini
dikalikan 10 agar mendapatkan jumlah pasta yang cukup banyak.
Haluskan grafit, TiO2 P 25, dan karbon aktif dengan saringan sehingga
mendapatkan bubuk yang halus. Setelah halus, lakukan pencampuran
bahan-bahan tersebut di dalam cawan mortar sambil digiling sehingga
diperoleh pasta karbon yang halus dan merata.
44
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 3.9 (a) Hasil deposisi karbon 1 (b) proses pengeringan di atas hote plate (c)
hasil deposisi karbon 1 untuk karakterisasi (d) proses sintering karbon 1
45
(a) (b)
Gambar 3.10 (a) Hasil deposisi karbon 2 (b) proses sintering karbon 2
46
Gambar 3.11 Proses perendaman DSSC tipe monolitik di dalam larutan dye
Gambar 3.12 Hasil perendaman DSSC tipe monolitik di dalam larutan dye
47
Gambar 3.13 proses vakum untuk memasukkan elektrolit
48
Gambar 3.15 Bahan-bahan yang digunakan untuk enkpasulasi DSSC seperti
termoplastik, kaca berlubang, dan aluminium
Gambar 3.16 Hasil dari proses enkpasulasi sel DSSC tampak belakang dan depan
49
3.4.11 Karakterisasi DSSC
1. Karakterisasi Lapisan Karbon Inter Layer
1. SEM-EDS
Karakterisasi menggunakan Scanning Electron Microscopy
(SEM) untuk melihat morfologi permukaan lapisan karbon 1
sebagai inter layer serta mengetahui komposisi bahan
menggunakan Energy Dispersive Spectrodcopy (EDS).
50
3. Uji Adhesivitas dan Uji Transmitansi
Uji adhesivitas dilakukan untuk mengetahui adhesivitas dari
counter electrode karbon 1 pada lapisan FTO dan uji Transmitansi
menggunakan UV-VIS Spektrofotometer untuk mengetahui
pengaruh sebelum dan sesudah uji adhesivitas.
(a) (b)
Gambar 3.19 (a) Salah satu sampel hasil uji adhesivitas (b) Uji Transmitansi
51
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas tentangdan morfologi permukaan dari karbon
1 (inter iayer), pengukuran resistansi dari karbon 1, pengaruh adhesivitas karbon
1 dengan transmitansi, , dan dari sifat kelistrikan dari DSSC dengan penambahan
lapisan karbon 1 (inter layer) sebagai penghubung antara karbon 2 (counter
electrode) dan substrat kaca FTO,
(a)
(b)
52
(c)
(d)
(e)
Gambar 4.1 (a)-(e) Hasil SEM karbon 1 perbesaran 5000x dan 20000x pada sampel A-E
53
pengecekan menggunakan EDS (Energy Dispersive Spectroscopy) yang sesuai
dengan lampiran.
Selain itu, penambahan massa karbon, menyebabkan adanya penumpukan karbon
yang terjadi karena viskositas dari karbon yang semakin meningkat sehingga
penyebaran karbon tidak merata yang mengakibatkan terjadinya aglomerasi
seiring dengan kenaikan massa karbon seperti yang ditunjukkan pada sampel C-D.
Pada sampel A tidak terlalu banyak bongkahan-bongkahan karbon karena sampel
ini memilki massa grafit yang paling sedikit diantara sampel lain karena
menghasilkan pasta dengan viskositas yang rendah. Pada sampel B terlihat
penyebaran karbon cukup merata, dan hanya sedikit terlihat adanya aglomerasi
karbon yang akan menghambat transportasi elektron.
s s s s s s
a a
54
Gambar 4.2 Bentuk substrat yang dipakai untuk mengetahui faktor koreksi, s= jarak
antar probe, a= panjang, dan d= lebar
55
Kurva Massa Grafit pada Karbon 1
terhadap Resistansi sheet
12,500
12,400
12,300
12,200
Rsheet (Ω/sq) 12,100
12,000
11,900
11,800
11,700
0,9 1,1 1,3 1,5 1,7
Massa grafit (gr)
Gambar 4.3 Kurva variasi massa grafit pada pasta inter layer karbon terhadap Rs
Dari hasil yang diperoleh dari hasil pengukuran, resistansi dari FTO rata-
rata sebesar 14,580 Ω/sq, cukup kecil sehingga memiliki sifat konduktivitas yang
baik, namun penambahan counter electrode karbon 1 yang memiliki resistansi
yang lebih kecil dari FTO akan meningkatkan mobilitas elektron dalam proses
transportasi elektron. Berdasarkan uji resistansi, terlihat semakin banyak
penambahan massa grafit, semakin kecil resistansi yang dihasilkan yang berarti
semakin besar konduktivitas dari pasta inter layer karbon 1. Konduktivitas ini
dapat ditingkatkan apabila pada penelitian berkelanjutan ditambahkan bahan
penyusun FTO ke dalam komposisi pasta inter layer karbon 1.
Pada sampel E memiliki resistansi terkecil dari 5 sampel lain yaitu rata-
rata sebesar 11,807 Ω/sq. Namun pada sampel B memiliki standar deviasi terkecil
diantara lima sampel lain sebesar 0,054 Ω/sq. Hal ini terjadi karena deposisi pasta
pada sampel B yang merata.
56
substrat kaca FTO berukuran 1 cm x 1 cm dan dilakukan proses sintering pada
suhu 500 oC. Pengujian ini mengikuti metode yang digunakan pada referensi [42].
Terdapat 5 sampel sesuai variasi massa grafit pada inter layer karbon 1 yang akan
diuji coba kekuatan adhesivitasnya secara visual. Hasilnya seperti berikut ini:
(a) (b)
Gambar 4.4 Sampel A (a) sebelum (b) setelah, uji adhesivitas
(a) (b)
Gambar 4.5 Sampel B (a) sebelum (b) setelah, uji adhesivitas
(a) (b)
Gambar 4.6 Sampel C (a) sebelum (b) setelah, uji adhesivitas
57
(a) (b)
Gambar 4.7 Sampel D (a) sebelum (b) setelah, uji adhesivitas
(a) (b)
Gambar 4.8 Sampel E (a) sebelum (b) setelah, uji adhesivitas
Dari 5 sampel yang diuji coba, sampel A adalah sampel yang memiliki
perbedaan yang cukup terlihat secara visual setelah dilakukan pengujian
adhesivitas bahan menggunakan isolasi. Hal ini terjadi karena sampel tersebut
memiliki viskositas yang rendah jika dilihat secara visual (encer) sehingga tidak
menempel dengan kuat pada substrat kaca FTO. Sedangkan pada 4 sampel
lainnya, tidak terlihat perbedaan yang terlalu mencolok dari kondisi sebelum dan
sesudah pengujian. Hal ini menunjukkan, bahwa adhesivitas dari pasta yang
dihasilkan cukup baik dan dapat digunakan sebagai lapisan adhesi yang baik yang
dapat menghubungkan antara kaca substrat FTO dan lapisan counter electrode
karbon 2.
Untuk menguji pengaruh adhesivitas dari deposisi karbon 1 sebelum dan
sesudah dilakukan pengujian menggunakan isolasi, dilakukan uji transmitansi
untuk mengetahui persen transmitansi dari cahaya dengan panjang gelombang
cahaya tampak 400-800 nm. Berikut ini merupakan kurva yang diperoleh dari ke 5
sampel variasi massa grafit pada komposisi karbon 1:
58
Kurva Transmitansi
50
40
Transmitansi (%)
30
A Sebelum Uji Adhesivitas
20
A Sesudah Uji Adhesivitas
10
0
200 400 600 800 1000
Panjang Gelombang (nm)
Kurva Transmitansi
5
4
Transmitansi (%)
3
B Sebelum Uji Adhesivitas
2
B Sesudah Uji Adhesivitas
1
0
200 400 600 800 1000
Panjang Gelombang (nm)
59
Kurva Transmitansi
5
4
4
Transmitansi (%)
3
3
2 C Sebelum Uji Adhesivitas
2 C Sesudah Uji Adhesivitas
1
1
0
200 400 600 800 1000
Panjang Gelombang (nm)
Kurva Transmitansi
10
9
8
Transmitansi (%)
7
6
5
D Sebelum Uji Adhesivitas
4
3 D Sesudah Uji Adhesivitas
2
1
0
200 400 600 800 1000
Panjang Gelombang (nm)
60
Kurva Transmitansi
8
7
Transmitansi (%)
6
5
4 E Sebelum Uji Adhesivitas
3
E Sesudah Uji Adhesivitas
2
1
0
200 400 600 800 1000
Panjang Gelombang (nm)
Tabel 4.3 Hasil pengukuran transmitansi sampel rata-rata pada panjang gelombang 400-
800 nm sebelum dan sesudah uji adhesivitas
Selisih
Transmitansi
Transmitansi Rata- Transmitansi Rata- Rata-Rata
Rasio
Nama Sampel Rata Sebelum Uji Rata Setelah Uji Setelah dan
Transmitansi
Adhesivitas (%) Adhesivitas (%) Sebelum Uji
Adhesivitas
(%)
A 8,000 25,680 17,680 3,208
B 2,480 4,880 2,400 1,963
C 1,010 4,310 3,300 4,257
D 0,790 9,590 8,800 12,074
E 1,890 8,000 6.110 4,215
61
Rasio transmisi terkecil antara sesudah dan sebelum uji adhesivitas
dimiliki oleh sampel B sebesar 1,963 dan selisih persen transmitansi rata-rata
setelah dan sebelum uji adhesivitas sebesar 2,4 %. Hal ini menunjukkan bahwa
sifat adhesivitas hasil pendeposisian sampel B yang merata membuat sedikitnya
cahaya yang dapat ditransmisikan, hal ini sangat baik mengingat fungsi counter
electrode bukan untuk mentransmisikan cahaya.
62
4 B (1) 0,0000593 0,4315 0,1693 1,368 0,69
5 B (2) 0,000157 1,2587 0,17172 3,94 0,64
6 B (3) 0,000032 0,2596 0,1625 0,86 0,68
STDEV 5,366E-05 0,43615 0,0039 1,34823539 0,021602
AVERAGE 8,277E-05 0,64993 0,16784 2,056 0,67
Tanpa Karbon 1
16 2,4E-07 0,00195 0,01157 0,092 0,04
(1)
Tanpa Karbon 1
17 0,000036 0,28965 0,16368 0,96 0,69
(2)
Tanpa Karbon 1
18 0,000028 0,2235 0,155 0,76 0,69
(3)
STDEV 1,532E-05 0,12303 0,06975 0,371131603 0,306413
AVERAGE 2,141E-05 0,1717 0,11008 0,604 0,473333
Tabel 4.5 Hasil pengukuran terbaik dari 5 variasi sampel inter layer karbon 1 dan
counter electrode karbon 2
Nama Voc
No Pmax (W) Eff (%) FF Jsc (mA/cm2)
Sampel (Volt)
1 A (1) 0,00002 0,153 0,109 0,750 0,620
2 B (2) 0,00016 1,258 0,172 3,940 0,640
3 C (1) 0,00010 0,800 0,181 2,360 0,720
4 D (3) 0,00004 0,341 0,190 0,960 0,730
5 E (2) 0,00006 0,480 0,161 1,600 0,670
Tanpa
6 0,00004 0,289 0,164 0,950 0,690
Karbon 1 (2)
63
Kurva I-V Pengukuran Terbaik
4
3,5
3 A (1)
2,5
B (2)
Jsc (mA/cm2) 2
C (1)
1,5
D (3)
1
0,5 E (2)
0 Tanpa Karbon 1 (2)
0 0,2 0,4 0,6
Tegangan (Volt)
Gambar 4.15 Kurva variasi massa grafit pada pasta karbon 1 terhadap efisiensi DSSC
Pada tabel 4.13 menunjukkan besar arus daya maksimal, efisiensi, fill
factor, arus short circuit, dan tegangan open circuit yang diperoleh dari pengujian
karakterisasi I-V DSSC monolitik dengan dua lapisan karbon, yaitu karbon 1 dan
karbon 2, serta yang hanya menggunakan satu lapisan karbon yaitu sampel yang
diberi nama Tanpa Karbon 1. Dari 18 sampel yang telah diuji, terdapat satu
64
sampel yang memiliki efisiensi tertinggi, yaitu sampel B (2) yang memiliki
efisiensi sebesar 1,258 %, dan terdapat 5 sampel terbaik dengan efisiensi tertinggi
dari masing-masing variasi yang ditunjukkan pada tabel 4.2.
Efisiensi tertinggi yang diperoleh oleh sampel B, didukung oleh hasil Dari
karakterisasi lapisan inter layer karbon 1. Berdasarkan karakterisasi SEM-EDS,
sampel B merupakan sampel yang pendeposisian grafitnya paling merata jika
dibandingkan dengan sampel lain dan hanya beberapa bagian yang mengalami
aglomerasi grafit. Dari hasil uji resistansi sheet, sampel B memiliki standar
deviasi terkecil yang berarti sampel B memiliki keberagaman pengukuran yang
kecil karena pendeposisian pasta inter layer karbon 1 yang merata. Dari uji
adhesivitas, secara visual sampel B memiliki kekuatan adhesi yang baik karena
hanya sedikit grafit yang terlepas dari substrat FTO yang terlihat dari kondisi
sebelum dan sesudah uji adhesivitas yang didukung dengan uji transmitansi
dimana sampel B memiliki rasio transmitansi terkecil dari sampel yang lain.
Sebagian besar DSSC tipe monolitik yang dinambahkan lapisan inter
layer karbon 1 sebagai lapisan penghubung antara substrat kaca FTO dan counter
electrode karbon 2, memiliki efisiensi yang lebih besar jika dibandingkan dengan
DSSC tipe monolitik yang hanya menggunakan counter electrode karbon 2.
Tercatat, dari kelima sampe terbaik dari masing-masing variasi, hanya sampel A
(1) yang memiliki efisiensi yang lebih rendah dari DSSC yang hanya
menggunakan lapisan karbon 2. Hal ini membuktikan, adanya lapisan karbon 1
dapat meningkatkan mobilitas elektron sehingga efisiensi yang dihasilkan cukup
baik.
Jika dibandingkan antara DSSC yang hanya menggunakan karbon 2
sebagai counter electrode dengan DSSC yang menggunakan lapisan karbon 1 dan
karbon 2 sebagai counter electrode, efisiensi keduanya cukup berbeda jauh
besarnya. Dari 5 variasi DSSC berjumlah 15 sampel yang menggunakan dua
lapisan karbon, sampel B (2) merupakan sampel dengan efisiensi tertinggi yaitu
1,258 %, dengan Pmax 0.00016 Watt, FF 0.172, Jsc 3,940 mA/cm2, dan Voc
0,640 Volt. Sedangkan DSSC yang hanya menggunakan lapisan karbon 2, yang
memiliki 3 sampel, sampel terbaik hanya dihasilkan oleh sampel Tanpa Karbon 1
(2) yang menghasilkan efisiensi sebesar 0,289 %, Pmax 0,00004 Watt, FF 0,164,
65
Jsc 0,960 mA/cm2, dan Voc 0,690. Jika dibandingkan dengan penelitian
sebelumnya [10,44] dengan DSSC tipe monolitik dengan counter electrode
karbon dengan komposisi pasta karbon yang sama dengan pasta karbon 2 yang
digunakan pada penelitian ini, pada referensi tersebut hanya menghasilkan
efisiensi sebesar 0,039 % dan 0,221 %.
Perbedaan nilai efisiensi yang cukup berbeda jauh dalam satu variasi
seperti pada sampel A-D dan Tanpa Karbon 1. Hal ini terjadi karena proses
fabrikasi yang kurang sempurna yang disebabkan oleh beberapa faktor.
Contohnya, ukuran substrat kaca yang tidak semua tepat berukuran 1,5 cm x 2 cm
yang membuat pada saat mendeposisikan bahan, bahan akan terdeposisi pada
posisi yang tidak seharusnya, sehingga akan mempengaruhi siklus yang akan
terjadi dalam DSSC tipe monolitik ini. Selain itu, adanya goresan-goresan yang
terjadi akibat pada saat memindahkan sampel, capit yang digunakan menggores
lapisan-lapisan DSSC secara tidak sengaja. Hal ini cukup fatal, karena apabila
goresan terjadi pada bagian TiO2, hal ini akan membuat adanya lubang yang akan
membuat elektrolit terhubung langsung dengan substrat kaca FTO yang akan
mengganggu jalannya siklus yang terjadi pada DSSC. Selain itu juga, proses
enkapsulasi yang terlalu rapat membuat elektrolit sulit untuk memasuki ruang
karena tidak adanya space yang tersedia, hal ini terlihat pada sampel E (3).
Sampel tersebut tidak mempunyai elektrolit dikarenakan kerapatan pada saat
proses penekanan enkapsulasi terlalu lama sehingga menghasilkan efisiensi yang
cukup kecil. Selain itu, DSSC tipe monolitik yang hanya menggunakan satu
substrat kaca FTO juga membuat sedikitnya area yang dapat ditempati oleh
counter electrode karbon yang membuat fungsinya sebagai lapisan konduktif yang
mempercepat pergerakan elektron menuju elektrolit kurang maksimal sehinggal
reaksi redoks yang terjadi pada elektrolit tidak maksimal juga.
66
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Pada fabrikasi DSSC tipe monolitik penelitian ini, pendeposisian bahan
menggunakan metode screen printing. Terdapat dua lapisan karbon, yaitu karbon
1 sebagai inter layer dan karbon 2 yang berfungsi sebagai counter electrode.
Terdapat 5 variasi massa yang digunakan pada komposisi inter layer karbon 1
dengan masing-masing memiliki 3 sampel untuk mencari sampel terbaik yang
akan menghasilkan efisiensi terbesar dan terdapat 3 sampel yang hanya
menggunakan counter electrode karbon 2 tanpa adanya lapisan inter layer karbon
1. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan hasil karakterisasi SEM, pada morfologi sampel dengan
massa 1,1 gr grafit pada komposisi inter layer karbon (sampel B)
memiliki penyebaran grafit yang paling merata jika dibandingkan
dengan sampel lain dan hanya sedikit terjadi aglomerasi karbon,
sehingga sampel B merupakan sampel terbaik untuk dijadikan lapisan
inter layer berdasarkan morfologinya.
2. Berdasarkan hasil uji resistansi sheet, Pada sampel dengan massa 0,9
gr grafit pada komposisi inter layer karbon (sampel E) merupakan
sampel yang memiliki resistansi terendah yaitu rata-rata 11,807±0,601
Ω/sq. Pada sampel dengan massa 1,1 gr grafit pada komposisi inter
layer karbon (sampel B) yang memiliki efisiensi terbesar pada
karakterisasi I-V, nilai resistansinya rata-rata 12,097±0,054 Ω/sq.
Pendeposisian sampel B yang merata membuat nilai standar deviasi
yang kecil sehingga menghasilkan efisiensi yang terbesar jika
dibandingkan sampel yang lain.
3. Berdasarkan hasil uji adhesivitas, secara visual, pasta inter layer
karbon 1 yang dideposisikan di atas substrat kaca FTO memiliki daya
ikat yang cukup kuat karena tidak terlalu banyak karbon yang terlepas
dari substrat setelah ditarik menggunakan isolasi plastik dan pada
67
sampel dengan massa 1,1 gr grafit pada komposisi inter layer karbon
(sampel B) memiliki rasio transmitansi sesudah dan sebelum uji
adhesivitas terkecil sebesar 1,963.
4. Berdasarkan hasil karakterisasi I-V, ada sampel dengan massa 1,1 gr
grafit pada komposisi inter layer karbon (sampel B(2)) memiliki
efisiensi terbesar yaitu 1,2587 %. Sedangkan sampel yang hanya
menggunakan satu lapisan karbon yaitu lapisan counter electrode
karbon 2, memiliki efisiensi tertinggi pada sampel Tanpa Karbon 1 (2)
sebesar 0,28965 %. Dari hasil ini membuktikan, penambahan lapisan
inter layer karbon dapat meningkatkan efisiensi DSSC tipe monolitik.
5.2 Saran
Efisiensi yang diperoleh masih rendah jika dibandingkan dengan beberapa
refrensi sehingga diperlukan peningkatan kualitas dan kuantitas untuk penelitian
selanjutnya, antara lain dengan cara:
1. Menambahkan bahan penyusun FTO yaitu SnCl2.2H2O yang didoping
oleh NH4F pada komposisi bahan karbon 1, sehingga akan lebih
meningkatkan konduktivitas dari lapisan karbon.
2. Melakukan uji coba menggunakan pelarut-pelarut tertentu dalam
komposisi karbon 1 maupun karbon 2 sehingga mendapatkan hasil
yang bervariasi.
3. Melakukan proses fabrikasi dengan teliti, contohnya ukuran substrat
yang sesuai, mecegah lapisan tergores atau terkontaminasi pengaruh
lingkungan, dan proses enkapsulasi dengan waktu penekanan yang
tepat.
68
Daftar Pustaka
[2] Sari, N.K., Handayani, L.P., Abrar. (2016). Optimasi Pembuatan Sel
Surya TiO2 dengan Metode Spin Coating dan Perendaman Dye Buah Naga
Merah. E-Proceeding of Engineering, Vol.3, 2100-2107.
[3] Kho, D. (2017), Pengertian Sel Surya (Solar Cell) dan Prinsip
Kerjanya.[Online]. Tersedia: https://teknikelektronika.com/pengertian-sel-
surya-solar-cell-prinsip-kerja-sel-surya/ [Diakses: 15 Juli 2018]
[7] Adi, P., Agus, S., Agus, P., Hendri, W. (2015). Dye-Sensitized Solar Cell
Based Carbon Nanotube as Counter Electrode. Nanotechnology Symposium
(NNS2015), 030054-1 - 030054-6.
[8] Heksa, D.F., Samsidar, Faizar, F., Heriyanti, Sampe, N., Sarina, P. (2015).
DISAIN PROTOTIPE SEL SURYA DSSC (DYE-SENSITIZED SOLAR
CELL) LAPISAN GRAFIT/TiO2 BERBASIS DYE ALAMI. JOP, Vol. 1, 5-
11.
69
[9] Dileep, V.R., Sudip, K. B., Mohan, R. (2016). Fabrication of Low-Cost
Carbon Paste Based Counter Electrodes for Dye-Sensitized Solar Cells.
International Conference on Electrical, Electronics, and Optimization
Techniques, 3760-3764.
[12] Strong, Steven, J., The Solar Electric House, A Design Manual for
Home-Scale Photovoltaic Power Systems, Pennsylvania, Rodale Press, 1987.
[17] Lilis, R., Lia, M., dan Putri, N., A. (2015). Analisis Hasil Sintesis Serbuk
TiO2/ZnO Sebagai Lapisan Elektroda untuk Aplikasi Dye-sensitized Solar
70
Cell Analysis of Synthesis Results of TiO2/ZnO Powder as Electrode Layer
for Dye-sensitized Solar Cell Application. Jurnal Elektronika dan
Komunikasi, Vo. 15, No. 2.
[20] Yuoguang R., Zhiliang K., MiXu., Guanghui L., Heng W., Hengwei H.
(2013). Monolithic all-solid-state dye-sensitized solar cell. Proc. Of SPIE,
Vol. 8830, 1-9
[21] Wahyuono, Agung, R., Risanti, Doty, D., dan Shirosaki, Tomohiro.
2013. Photoelectrical Performance of DSSC with Monodisperse and
Polydisperse ZnO SPs. Surabaya: Fakultas Teknologi Industri, Institut
Teknologi Sepuluhnopember.
[24] Jiao Y.; Zhang F. and Meng S. (2011). Dye Sensitized Solar Cells
Principles and New Design, Solar Cells – Dye-Sensitized Devices, Prof,
Leonid A. Kosyachenko (Ed), InTech, DOI: 10.5772/21393.
71
[25] Ito, S.; Murakami, T. N.; Comte, P.; Liska, P.; Grätzel, C.; Nazeeruddin,
M. K. & Grätzel, M. (2008). Fabrication of Thin Film Dye Sensitized Solar
Cells With Solar to Electric Power Conversion Efficiency over 10%, Thin
Solid Films, Vol.516, No.14, (May 2008), pp.4613-4619, ISSN 0040-6090
[26] Latifa H. L., Tri A., Akhmad H. Y., Firdiyono. (2015). Pengaruh
Pencampuran dan Rasio Dopan/Prekursor dalam Pembuatan Lapisan Tipis
Fluorine Doped Tin Oxide (FTO) Berbasis Timah (II) Klorida. Majalah
Metalurgi, Vol. 30, 105-114.
[29] Luthfi, F., Agus S., Fahru, N. (2016). Pengaruh Tipe Screen Printing
dengan Teknik Double Cycle pada Lapisan TiO2 sebagai Elektroda Kerja
Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC), Jurnal Fisika dan Aplikasinya,Vol. 12, 17-
20.
[31] Qin, Y., & Peng, Q. (2012). Ruthenium Sensitizers and Their
Applications in Dye-Sensitized Solar Cells. International Journal of
Photoenergy, 2012, 1–21. doi:10.1155/2012/291579
72
[32] P. Wang, S. M. Zakeeruddin, R. Humphry-Baker, J. E. Moser, and M.
Gratzel, “Molecular-scale interface engineering of ¨ TiO2 nanocrystals:
improving the efficiency and stability of dye-sensitized solar cells,”
Advanced Materials, vol. 15, no. 24, pp. 2101–2104, 2003.
[37] Hartnagel, H.L., Dawar, A.L., Jain, A.K., dan Jagadish, C., 1995.
Semiconducting Transparent Thin Film, Institute of Physics, London.
73
[39] Mubarak, Z. (2018). Sintesis Pasta Karbon Sebagai Counter-Electrode
pada Dye- Sensitized Solr Cell (DSSC) Berstruktur Monolitik. Universitas
Hassanudin, Makassar.
[40] Fakharudin, A., Jose, R., Brown, T. M., Fabregat-Santiago, F., &
Bisquert, J. 2014. A perspective on the production of dye-sensitized solar
modules. Energy Environ. Sci., 1-72.
[41]Amri, A., Rinaldi, R., Khairat. 2017. Synthesis of Fluorinated Tin Oxide
(FTO) Using Sustainable Precursors and Additions of Graphene with Spray
Coating Deposition Methods for Transparent Conductive
MaterialApplications. Applied Science and Technology, 174-183.
[43] Mubarak, Z., Nursam, N. M., Shobih, Hidayat, J., Dahlang, T. 2018. A
Comparison of the Utilization of Carbon Nanopowder and Activated Carbon
as Counter Electrode for Monolithic Dye-Sensitized Solar Cells (DSSC).
Jurnal Elektronika dan Telekomunikasi (JET). Vol. 18, pp. 15-20.
74
LAMPIRAN
75
Spektrum 11
76
1,1 gr Grafit
77
Spektrum 9
78
1,3 gr Grafit
79
Spektrum 7
80
1,5 gr Grafit
81
Spektrum 4:
82
Spektrum 5:
1,7 gr Grafit
83
Element Wt% Wt% Sigma
C 94.82 0.11
Na 0.45 0.04
Mg 0.10 0.03
Si 2.15 0.04
Ca 0.47 0.04
Ti 1.64 0.06
Sn 0.36 0.07
Total: 100.00
84
Spektrum 2
85