Anda di halaman 1dari 7

PROSES QUENCHING DAN TEMPERING

PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI


STANDAR JIS G 5111

Agung Setyo Darmawan


Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura
agungsetyod@yahoo.com

ABSTRAK
Baja SCMnCr produksi PT. Baja Kurnia Klaten mempunyai harga kekerasan
210.8 HB dan kekuatan tarik 539.21 N/mm2. Baja produksi PT. Baja Kurnia Klaten
ini belum memenuhi standar JIS G 5111 untuk Baja SCMnCr. Oleh karena itu
dilakukan proses quenching yang dilanjutkan dengan proses tempering pada baja
SCMnCr2 untuk memenuhi standar tersebut. Proses quenching dilakukan dengan
temperatur austenitisasi 850 oC. Proses tempering dilakukan dengan temperatur
penahanan 600 oC dan variasi waktu penahanan 20, 30, dan 45 menit. Sesudah
dilakukan proses heat treatment, Baja SCMnCr2 diuji strukturmikro, kekerasan,
dan kekuatan tariknya. Foto struktur mikro baja SCMnCr2 setelah diquenching
dan kemudian ditempering memperlihatkan fasa ferit dan martensit temper. Setelah
dilakukan quenching dan tempering, harga kekerasan untuk waktu penahanan 20,
30, dan 45 menit adalah 298.6 HB, 285 HB, dan 254.7 HB dan harga kekuatan tarik
untuk waktu penahanan 20, 30, dan 45 menit adalah 931.73 N/mm2, 846.54 N/
mm2, dan 878.18 N/mm2. Harga kekerasan dan kekuatan ini sudah memenuhi
standar JIS G 5111. Kenaikan harga kekerasan dari sebelum ke sesudah proses
heat treatment disebabkan oleh terbentuknya fasa martensit temper. Sementara,
penurunan kekerasan akibat waktu penahanan tempering yang semakin lama
disebabkan oleh membesar dan semakin banyaknya fasa ferit.

Kata Kunci: SCMnCr2, quenching, tempering, JIS G 5111

PENDAHULUAN macam standarisasi di dunia. JIS sendiri dikeluar-


Baja banyak digunakan dalam bidang kan oleh negara Jepang sebagai salah satu acuan
teknik. Salah satu keuntungan pemakaian baja dalam dunia teknik. Standarisasi ini digunakan
adalah karena sifat mekaniknya yang mempunyai agar produk baja dapat digunakan secara aman.
rentang cukup lebar yang dapat disesuaikan Sifat mekanik, sebagai contoh, kekuatan
dengan kegunaannya. Pemakaian baja dalam tarik dipengaruhi oleh ukuran butir. Perlakuan
kehidupan masyarakat dan dunia industri men- Panas (Heat treatment) dapat digunakan untuk
syaratkan faktor sifat mekanik tertentu yang mengatur ukuran butir dan meningkatkan sifat
sesuai dengan standar. JIS (Japanese Industrial mekanik material [Anderson, 2003].). Definisi
Standard) adalah salah satu dari beberapa perlakuan panas adalah pengubahan struktur-

MEDIA MESIN, Vol. 9, No. 2, Juli 2008, 49 - 55 49


ISSN 1411-4348
mikro, dengan memberikan pemanasan dan me- Tempering pada baja dilakukan dengan
ngatur laju pendinginan sehingga diperoleh memanaskannya pada temperatur sedikit 723oC.
strukturmikro yang diinginkan. Yang tidak Perlakuan panas ini umumnya dilakukan setelah
berubah pada proses perlakuan panas ini adalah proses celup cepat (quenching). Tujuan dari
komposisi bahan. Sedang definisi strukturmikro tempering adalah untuk mendapatkan baja yang
sendiri adalah konfigurasi distribusi fasa untuk lebih tangguh (tough) dan juga liat (ductile) tanpa
suatu komposisi tertentu. banyak mengurangi kekuatan (strength).
Contoh proses perlakuan panas adalah full Ketahanan aus besi cor liat feritik berda-
anealling, normalizing, quenching dan tempering. sarkan penelitian Sahin (2008) berkurang setelah
Pada full anealling dan normalizing baja karbon, mengalami proses tempering pada temperatur
semakin cepat laju pendinginan, semakin kecil 500oC dengan waktu penahanan 1 dan 5 jam.
butir yang terjadi [Callister Jr., 2007]. Sementara Mulyanti (1996) meneliti pengaruh perla-
quenching akan mengakibatkan terbentuknya kuan panas pada paduan baja mangan austenit
fasa martensit yang kuat, keras, dan getas, yang dimana kekerasan akan turun dan harga impak
akan dapat ditingkatkan ketangguhannya dengan akan naik jika dilakukan proses temper, disebut-
proses tempering. kan juga bahwa dengan naiknya temperatur aus-
Full anneal adalah pemanasan baja ke tenitisasi, maka kekerasan akan turun dan harga
temperatur 30oC diatas garis A3 atau A1 (tergan- impak akan naik.
tung pada kandungan karbon), ditahan pada Glownia (2008) melakukan penelitian
temperatur tersebut untuk mendapatkan fasa pengaruh pemaduan mikro terhadap keoptimalan
austenit yang homogen, kemudian didinginkan proses tempering. Keoptimalan proses tempe-
secara lambat pada tungku. Hasil unluk baja ring dapat dinaikkan dengan presipitasi kar-
hypoeutectoid adalah perubahan fasa dari bonnitrida.
austenit ke perlit lamellar kasar (butir besar) vang Usaha untuk memenuhi standar JIS G
lunak, bebas tegangan, dan ferit yang halus. Kata 5111 pada baja cor SCMnCr2 produksi PT.
pelunakan (annealing) saja jika digunakan pada Baja Kurnia Klaten telah dilakukan oleh
paduan besi (Fe) menunjukkan proses full Darmawan dkk. (2008). Pengujian kekuatan
anneal. Jika digunakan pada paduan non besi pada raw material baja ini memperlihatkan hasil
kata pelunakan (annealing) menyatakan per- di bawah standar yaitu kekuatan tariknya 539.21
lakuan panas yang dirancang untuk melunakkan N/mm2. Oleh karena itu dilakukan proses
struktur hasil pengerjaan dingin dengan rekris- normalizing dan tempering pada baja SCMnCr2
talisasi dan atau kemudian pertumbuhan butir. untuk memenuhi standar tersebut. Sesudah
Karena memerlukan waktu yang lama dan dilakukan proses heat treatment Baja SCMnCr2
mahal, dalam beberapa kasus full anneal diganti diuji strukturmikro dan kekuatan tariknya. Foto
dengan normalizing. Pada normalizing, struktur mikro baja SCMnCr2 setelah dinor-
pendinginan dilakukan di udara (laju pendinginan malizing dan kemudian ditempering memperli-
lebib cepat dibandingkan ditungku) dan mengha- hatkan butir yang lebih kecil dibanding raw mate-
silkan struktur perlit yang halus. Baja di norma- rialnya.. Setelah dilakukan normalizing dan tem-
lizing untuk mendapatkan kekerasan dan ke- pering harga kekuatan naik menjadi 685.51 N/
kuatan yang lebih besar dibanding jika dengan mm2 dan akan menurun menjadi 664.21N/mm2
full anneal. ketika waktu penahanan tempering diperlama
Menurut Widyatmadji (2001), perlakuan menjadi 45 menit. Hal ini disebabkan karena
panas normalizing memberikan perubahan meningkatnya ukuran butir ferit dan perlit.
terhadap struktur mikro dan kekuatan baja.
Makin tinggi temperatur austenisasi dan makin
lama waktu tahan, kekuatan baja makin menu-
run, namun ketangguhannya akan meningkat.

50 Proses Quenching dan Tempering pada SCMnSr2 untuk Memenuhi


Standar JIS G 5111 oleh Agung Setyo Darmawan
METODE PENELITIAN dilakukan pada potongan material sebelum
dibentuk benda uji (specimen) adalah sebagai
Diagram Alir Penelitian berikut :
Penelitian dilakukan sesuai diagram alir 1. Spesimen dimasukkan ke dalam tungku
penelitian seperti terlihat pada gambar 1. pemanas (furnace), kemudian tungku pe-
Material yang akan diuji adalah Low Alloy Steel manas di set pada temperatur 850oC,
Casting, SCMnCr2 produksi PT. BAJA setelah temperatur tungku pemanas men-
KURNIA Ceper Klaten. Pembuatan specimen capai 850oC, spesimen ditahan selama 40
uji tarik mengikuti standar JIS Z 2201. menit dalam suhu tersebut.
2. Setelah tertahan selama 40 menit dalam
temperatur 850oC, specimen dikeluarkan
Penyiapan Material dari tungku pemanas dan didinginkan dengan
dicelup ke air hingga mencapai suhu kamar
(proses quenching).
Pengujian Struktur mikro 3. Kemudian dilanjutkan dengan proses
dan tempering yakni dengan langkah awal
Pengujian Tarik untuk Raw mengeset tungku pemanas pada temperatur
Material 600oC lalu ditahan dengan variasi waktu 20
menit (specimen A), 30 menit (specimen B),
dan 45 menit (specimen C).
Proses Heat Treatment
Quenching dan Tempering

Temperatur
Pengujian Struktur mikro
Pengujian Tarik dan Kekerasan

B C
Data dan Pengolahan

Analisa
E F

A D G
Kesimpulan
Gambar 2. Diagram proses Normalizing
40 menit Waktu
diikuti Tempering
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
Keterangan gambar 2 adalah sebagai berikut:
Pelaksanaan Heat Treatment Garis AB = Proses pemanasan hingga men-
Heat Treatment yang terdiri dari dua pro- capai temperatur 850Ú C.
ses yaitu quenching dan tempering dilaksanakan Garis BC = Proses penahanan pada tempe-
sesuai gambar 2, dengan temperatur pemanasan ratur 850Ú C selama 40 menit.
850ÚC untuk temperatur Austenitisasi pada Garis CD = Proses quenching (pendinginan
proses quenching dan 600ÚC untuk temperatur dengan dicelup ke air sampai
tempering. Adapun proses heat treatment yang temperatur kamar).

MEDIA MESIN, Vol. 9, No. 2, Juli 2008, 49 - 55 51


ISSN 1411-4348
Garis DE = Proses pemanasan hingga tem-
peratur 600Ú C.
Garis EF = Proses penahanan pada tempe-
ratur (a) selama 20 menit untuk
specimen A (b) selama 30 menit
untuk specimen B (c) selama 45
menit untuk specimen C.
Garis FG = Proses pendinginan dengan udara
sampai temperatur kamar di udara
terbuka.
Gambar 5. Struktur Mikro
HASIL DAN PEMBAHASAN dari Specimen B

Hasil dan Analisa Data Hasil Pengujian


Struktur Mikro.

Struktur mikro ini dilihat dengan Olympus


Metallurgical Microscopes dengan pembesaran
200 kali, dari pemotretan dengan kamera
didapatkan gambar 3, 4 ,5 dan 6.

Gambar 6. Struktur Mikro


dari Specimen C

Raw material mempunyai struktur mikro


yang terdiri dari fasa ferit dan perlit (gambar 3).
Fasa ini akan bertransformasi menjadi ferit dan
martensit temper setelah mengalami proses
quenching dan tempering, dimana jika waktu
Gambar 3. Struktur Mikro penahanan tempering lebih panjang, maka butir
dari Raw Material yang terjadi akan lebih besar (Gambar 4 – 6).

Hasil dan Analisa Data Hasil Pengujian


Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik untuk baja SCMnCr2
berdasarkan standar JIS G 5111 adalah minimum
590 kgf/mm2. Diagram alir tegangan-regangan
teknik hasil pengujian tarik di perlihatkan pada
gambar 7. Tabel 1 memperlihatkan data
kekuatan tarik dan kekuatan luluh. Gambar 8
memperlihatkan perbandingan kekuatan tarik
maksimum dari ScMnCr2 sebelum dan sesudah
proses treatment.
Gambar 4. Struktur Mikro
dari Specimen A

52 Proses Quenching dan Tempering pada SCMnSr2 untuk Memenuhi


Standar JIS G 5111 oleh Agung Setyo Darmawan
Tabel 1. Data Hasil Uji Tarik Bahan Keterangan:
ScMnCr2 Sebelum dan Sesudah RM : Raw Material
Proses Treatmen. A : Spesimen Treatment Temperatur Austeni-
tisasi 850oC Quenching + Temper 600oC
Kekuatan Kekuatan 20 menit
Spesimen Luluh Tarik B : Spesimen Treatment Temperatur Austeni-
(N/mm2) (N/mm2) tisasi 850oC Quenching + Temper 600oC
RM 434.44 539.21 30 menit
A 827.07 931.73 C : Spesimen Treatment Temperatur Austeni-
B 734.35 846.54 tisasi 850oC Quenching + Temper 600oC
45 menit
C 745.44 878.18

Gambar 7. Diagram Alir Tegangan-Regangan Teknik Hasil Pengujian Tarik

Gambar 8. Perbandingan Kekuatan Tarik Sebelum dan Sesudah Proses Heat Treatment

MEDIA MESIN, Vol. 9, No. 2, Juli 2008, 49 - 55 53


ISSN 1411-4348
Kekuatan tarik bahan setelah di heat treat- Hasil dan Analisa Data Hasil Pengujian
ment mengalami peningkatan, semakin lama Kekerasan
waktu penahanan, kekuatan akan cenderung me- Standar JIS G 5111 mensyaratkan keke-
nurun karena butir membesar. Proses ini masih rasan minimum baja SCMnCr2 adalah 183
memperlihatkan bahwa proses heat treatment BHN. Hasil pengujian kekerasan diperlihatkan
yang digunakan berhasil mengubah harga pada Gambar 9.
kekuatan sehingga memenuhi standar JIS G 5111.

Gambar 9. Grafik Kekerasan Rata-Rata (BHN)

Kekerasan setelah proses heat treatmen kekerasan, proses quenching yang diikuti proses
memperlihatkan kenaikan. Meskipun demikian, jika tempering dengan waktu penahanan sampai 45
waktu penahanan diperpanjang kekerasan akan tu- menit berhasil memenuhi standar JIS G 5111.
run, karena butir membesar. Kekerasan hasil pro-
ses heat treatment ini memenuhi standar JIS G 5111. PERSANTUNAN
Penulis mengucapkan terima kasih atas
KESIMPULAN bantuan Dwi Setiawan Piyarto terhadap pene-
Dari hasil pengujian kekuatan tarik dan litian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, J.C., 2003, Material Science for Engineers, Nelson Thornes, Cheltenham.

Callister, Jr., William D., 2007, Materials Science and Enginering; An Introduction, John Wiley
& Sons, New York

54 Proses Quenching dan Tempering pada SCMnSr2 untuk Memenuhi


Standar JIS G 5111 oleh Agung Setyo Darmawan
Darmawan, A.S., Masyrukan, Ariyandi, R., 2007, Proses Quenching Dan Tempering Pada
SCMnCr2 Untuk Memenuhi Standar JIS G 5111, Media Mesin ISSN 1411-4348,
Teknik Mesin UMS, Surakarta.

G³ownia, J., Kalandyk, J. B., 2008, Effect of Precipitation strengthening in low alloyed Mn-Ni
cast steel, Journal of Materials Processing Technology, Volume 207, Issues 1-3, Pages
147-153.

Mulyanti, 1996, Pengaruh Kadar Mangan (Mn) Dan Perlakuan Panas Terhadap Sifat Mekanis
Dan Struktur Mikro Paduan Baja Mangan Austenit, UI Jakarta.

Sahin, Y., Erdogan, M., Cerah, M., 2008, Effect of martensite volume fraction and tempering
time on abrasive wear of ferritic ductile iron with dual matrix, Wear, Volume 265,
Issues 1-2, Pages 196-202.

Widyatmadji, 2001, Pengaruh Perlakuan Panas Normalisasi Terhadap Sifat Mekanik Dan
Struktur Mikro Baja 1K3816AT Untuk Aplikasi Casing & Tubing Spesifikasi API
5CT K55, UI, Jakarta.

MEDIA MESIN, Vol. 9, No. 2, Juli 2008, 49 - 55 55


ISSN 1411-4348

Anda mungkin juga menyukai