Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Infotekmesin

Vol.10, No.02, Juli 2019


p-ISSN: 2087-1627, e-ISSN: 2685-9858
DOI:

Hasil Variasi Media Quenching dan Suhu


Tempering Terhadap Nilai Kekerasan Baja DC 11
Naufal Hanif Fadhlurrohman Aziz1, Sulistyono Sulistyono2*
1, 2Teknik Mesin Produksi dan Perawatan, Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang
1, 2Jl. Soekarno Hatta No.9 Jatimulyo Lowokwaru, Kota Malang, 65141, Indonesia

E-mail: naufalhanif588@gmail.com1, sulistyono@polinema.ac.id2

Abstrak
Info Naskah: Perlakuan panas adalah salah satu proses memperbarui struktur logam dengan
Naskah masuk: memanaskan spesimen pada temperatur di bawah titik lebur dan waktu tertentu yang
kemudian didinginkan pada media pendingin untuk mengubah sifat fisis maupun
Direvisi:
mekanis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari media quenching
Diterima: dan suhu tempering terhadap nilai kekerasan baja DC 11. Penelitian ini menggunakan
metode eksperimental dengan hardening pada suhu 990 °C dan holding time 30 menit
dengan media quenching oli SAE 10W-30 dan larutan NaCl 3,45%. Setelah itu
dilakukan tempering pada suhu 250 °C, 350 °C, dan 450 °C dengan holding time 2
jam. Kemudian, spesimen diuji kekerasan metode Rockwell. Berdasarkan hasil
penelitian didapatkan pengaruh dengan nilai kekerasan tertinggi terdapat pada media
quenching larutan NaCl 3,45% dan suhu tempering 250 °C sebesar 49,6 HRC.
Kesimpulan yang didapat adalah semakin tinggi suhu tempering, maka nilai kekerasan
semakin berkurang.

Abstract
Keywords: Heat treatment is a process of renewing the metal structure by heating the specimen at
DC 11 steel; temperature below the melting point and a certain time then cooled with cooling
medium to change the physical and mechanical properties. The purpose of this study
Heat treatment;
was to determine the effect of quenching medium and tempering temperature on the
Hardness test. value of hardness DC 11 steel. This study uses an experimental method with hardening
990 °C and 30 minutes holding time with quenching medium of SAE 10W-30 oil and
3.45% NaCl solution. Tempering temperatures of 250 °C, 350 °C, and 450 °C with 2
hours holding time. Specimens was tested for Rockwell hardness method. From the
result, obtained the effect with the highest hardness value was found in 3.45% NaCl
solution quenching medium with 250 °C tempering temperature was 49.6 HRC. The
conclusion obtained is the higher the tempering temperature will decrease of hardness
value.

*Penulis korespondensi:
Sulistyono Sulistyono
E-mail: sulistyono@polinema.ac.id

1
p-ISSN: 2087-1627, e-ISSN: 2685-9858

1. Pendahuluan Mulai
Dari sekian banyak jenis baja, baja DC 11 merupakan
jenis baja perkakas yang mengandung kadar karbon antara Studi Rumusan Studi
1,4% sampai dengan 1,6% dan Chromium 11-13,45%. Baja
Literatur Masalah Lapangan
DC 11 dipilih karena memiliki tingkat kekerasan yang
tinggi, ketahanan aus yang tinggi dan tergolong baja yang
tahan karat [1]. Baja jenis ini banyak diaplikasikan pada Persiapan Alat dan Bahan
perkakas potong, dies, pisau, punch, dan lain sebagainya.
Salah satu contoh pengaplikasian DC 11 pada pisau mesin Pembuatan Spesimen
pencacah sampah organik. Untuk dapat digunakan sebagai
pisau pencacah sampah organik, nilai kekerasan minimal
yang dibutuhkan adalah 45 HRC [2]. Tanpa Hardening 990 °C,
Untuk meningkatkan nilai kekerasan dari baja DC 11, Perlakuan
Holding time 30 menit
maka diperlukan proses perlakuan panas. Banyak metode Panas
dalam proses perlakuan panas ini, antara lain hardening,
annealing, normalizing, dan tempering. Pada proses Quenching Larutan NaCl
hardening harus memperhatikan suhu dan media pendingin 3,45% dan Oli SAE 10W-30
yang digunakan, agar mendapatkan peningkatan hasil
kekerasan yang diinginkan. Setelah melalui proses
hardening, material kurang cocok apabila langsung Tempering:
diaplikasikan karena biasanya akan bersifat getas sehingga 1. 250 °C Holding Time 2 Jam
diperlukan proses tempering untuk meningkatkan keuletan,
2. 350 °C Holding Time 2 Jam
meningkatkan ketahanan logam, dan menghilangkan
tegangan sisa [3]. 3. 450 °C Holding Time 2 Jam
Metode heat treatment untuk meningkatkan kekerasan
pisau pencacah sampah organik baja ST 41 terbukti Pengujian
meningkat dengan proses carburising dan quenching,
namun mengalami penurunan kekerasan pada proses
tempering [4]. Peningkatan kekerasan juga dibuktikan pada Hasil Pengujian dan Pembahasan
pisau pencacah sampah plastik dengan material AISI D2.
Baja jenis AISI D2 mengalami peningkatan juga pada
Kesimpulan
proses hardening dengan media quenching udara pada suhu
1030 °C dan tempering 120 menit pada suhu 200 °C [5].
Penggunaan media quenching yang berbeda tentunya Selesai
juga mempengaruhi nilai kekerasan pada baja. Perbedaan Gambar 1. Diagram alir penelitian
media quenching terhadap nilai kekerasannya dapat
menghemat waktu produksi, jika waktu pendinginan 2.1 Alat dan Bahan
berjalan dengan cepat [6].
Alat:
Berdasarkan latar belakang tersebut, variasi jenis
media pendingin pada proses hardening dan suhu pada 1) Tungku pemanas
proses tempering menarik untuk diteliti agar mengetahui Digunakan untuk melakukan proses hardening dan
pengaruhnya terhadap nilai kekerasan. Maka dari itu tempering.
dilakukan penelitian dengan judul “Hasil Variasi Media
Quenching dan Suhu Tempering terhadap Nilai Kekerasan
Baja DC 11”.

2. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode eksperimental dengan beberapa tahapan yang dapat
dilihat melalui flowchart pada gambar 1.

Gambar 2. Tungku pemanas

2
p-ISSN: 2087-1627, e-ISSN: 2685-9858

Spesifikasi tungku pemanas: Bahan:


Tipe : E80 1) Baja DC 11
Kapasitas pemanas : 3,3 kW 15 A Baja DC 11 adalah jenis baja yang mengandung
high-carbon, high-chromium tool steel alloyed
Performa keseluruhan : 3,3 kW 15 A
dengan molybdenum dan vanadium. Spesimen
Tegangan listrik : 220 V 50 Hz dibuat dengan dimensi 101055 mm Untuk
Suhu maksimal : 1100 °C kandungan baja DC 11 dapat dilihat pada tabel 1.

2) Alat uji kekerasan Rockwell C Tabel 1. Komposisi kimia baja DC 11


Digunakan untuk mengetahui nilai kekerasan Element Weight (%)
spesimen.
C 1,48
Si 0,39
Mn 0,39
P 0,028
S 0,001
Cu 0,10
Ni 0,18
Cr 11,50
Mo 0,82
Gambar 3. Alat uji kekerasan Rockwell
V 0,23
Spesifikasi alat uji kekerasan Rockwell:
Tipe : HR-400 2) Oli SAE 10W-30
Beban awal : 10 kgf Digunakan sebagai media quenching dengan
Total pembebanan : 60 kgf, 100 kgf, 150 kgf volume 10 liter.
Dimensi : 214  512  780 mm
AC input : 100-240 V, 50-60 Hz, 1,8 A
DC output : 12 V – 4,17 A

3) Polisher
Alat ini berfungsi untuk menghaluskan permukaan
benda, dimana amplas diletakkan pada alat ini.

Gambar 5. Oli SAE 10W-30

3) Larutan NaCl 3,45%


Digunakan sebagai media quenching dengan
volume 10 liter.
Gambar 4. Polisher

Spesifikasi polisher:
Tipe : C2145A
Dimensi : 643  675  290 mm
Tegangan : (220/240) V / 1 phase
Frekuensi : 50 Hz
Arus : 2,5 A
Daya : 250 W
Gambar 6. Larutan NaCl 3,45%

3
p-ISSN: 2087-1627, e-ISSN: 2685-9858

4) Kertas amplas kemungkinan rusak akibat perbedaan suhu


Digunakan untuk menghilangkan terak setelah (thermal stress) tersebut [9].
dilakukan quenching dan memperhalus permukaan
spesimen sebelum diuji kekerasan. 2) Hardening
Setelah spesimen dilakukan preheat, selanjutnya
tungku pemanas dinaikkan pada temperatur
austenite yaitu 990 °C dengan holding time selama
30 menit. Selanjutnya dilakukan quenching pada
media oli SAE 10W-30 maupun larutan NaCl
3,45%. Hardening ditujukan agar sifat mekanis
baja terutama nilai kekerasan baja meningkat [10].

3) Tempering
Setelah spesimen dilakukan hardening,
selanjutnya adalah proses tempering. Tempering
dilakukan dengan memanaskan kembali spesimen
pada tungku pemanas dengan variasi suhu 250 °C,
350 °C, dan 450 °C dengan holding time 2 jam
yang kemudian didinginkan dengan udara pada
suhu ruangan. Tujuan tempering untuk
Gambar 7. Kertas amplas
meningkatkan keuletan, menghilangkan tegangan
sisa, dan diikuti dengan penurunan kekerasan
2.2 Perlakuan Panas (Heat Treatment)
[11].
Perlakuan panas adalah salah satu proses memperbarui
struktur logam dengan memanaskan spesimen pada 2.3 Uji Kekerasan
temperatur di bawah titik lebur dan waktu tertentu yang Uji kekerasan adalah pengujian dalam menentukan
kemudian didinginkan pada media pendingin untuk kemampuan suatu bahan terhadap deformasi plastis.
mengubah sifat fisis maupun mekanis pada baja [7]. Proses Metode pada pengujian kekerasan ini ada 3 macam, yaitu
perlakuan panas meliputi pemanasan, waktu penahanan, Brinell, Vickers, dan Rockwell [12]. Pada penelitian ini
dan pendinginan. Tujuan dari pemanasan dengan waktu pengujian kekerasan menggunakan metode Rockwell.
penahanan tertentu agar perubahan fasa pada baja dapat Prinsip metode Rockwell yaitu dengan memberi gaya tekan
terjadi secara menyeluruh. Sedangkan pendinginan pada permukaan benda uji menggunakan penekan
dibutuhkan untuk memperoleh struktur ataupun sifat fisis (indentor) yang nantinya membentuk bekas (indentasi) pada
dan mekanis yang dikehendaki [8]. Adapun jalannya benda uji, dengan demikian pengujian ini menggunakan
proses perlakuan panas dalam penelitian ini dapat dilihat kedalaman penekanan pada beban yang konstan sebagai
pada gambar 8. nilai kekerasan. Pengujian Rockwell terdapat 3 skala yang
umum digunakan, yaitu skala A beban 60 kgf, skala B
beban 100 kgf, dan skala C beban 150 kgf dengan bentuk
indentor kerucut intan 120° dan bola baja [13].

Gambar 9. Skema pengujian kekerasan Rockwell C

Nilai kekerasan Rockwell ditentukan melalui


Gambar 8. Skema proses perlakuan panas kedalaman penetrasi yang disebabkan oleh beban mayor
dengan persamaan 1 [14]:
1) Preheat
Spesimen baja DC 11 dilakukan preheat dengan HR = E – e (1)
cara dimasukkan dalam tungku perlakuan panas Keterangan:
kemudian dilakukan holding time 15 menit pada HR = Nilai kekerasan Rockwell.
suhu 650 °C. Preheat bertujuan untuk E = Konstanta nilai 100 untuk indentor intan dan 130
meminimalisir perbedaan suhu antara permukaan untuk indentor bola.
spesimen dengan inti spesimen dan mengurangi e = Kedalaman penetrasi karena beban mayor diukur
dengan satuan 0,002 mm (e = h/0,002).

4
p-ISSN: 2087-1627, e-ISSN: 2685-9858

3. Hasil dan Pembahasan dengan media quenching larutan NaCl 3,45% pada suhu
Pengujian kekerasan dengan spesimen baja DC 11 tempering 250 °C, 350 °C, dan 450 °C mendapatkan nilai
hasil quenching oli SAE 10W-30 dan larutan NaCl 3,45% kekerasan berturut-turut sebesar 49,6 HRC, 38,4 HRC, dan
dengan variasi suhu tempering 250 °C, 350 °C, dan 450 °C 35,7 HRC. Pada data tersebut yang memperoleh nilai
dilakukan 3 kali pengujian pada titik yang berbeda kekerasan tertinggi terdapat pada material baja DC 11
mendapatkan hasil sebagai berikut: dengan media quenching larutan NaCl 3,45% dan suhu
tempering 250 °C sebesar 49,6 HRC. Nilai kekerasan
Tabel 2. Data hasil uji kekerasan Rockwell C terendah dengan perlakuan panas terdapat pada material
Niai Kekerasan baja DC 11 dengan media quenching Oli SAE 10W-30 dan
Suhu (HRC) Rata- suhu tempering 450 °C sebesar 34,3 HRC. Kenaikan
Media
No tempering rata tertinggi sebesar 70% dari raw material terdapat pada baja
quenching Pengujian ke
(°C) (HRC) DC 11 dengan media quenching larutan NaCl 3,45% dan
1 2 3 suhu tempering 250 °C, sedangkan pada media quenching
Raw oli SAE 10W-30 kekerasan tertinggi didapatkan dengan
1 - 29,2 28,1 30,4 29,2
material suhu tempering 250 °C yang mengalami kenaikan sebesar
2 250 39,8 39,3 40 39,7 36% dari raw material. Akan tetapi pada tiap kenaikan
Oli SAE suhu tempering, maka tingkat kekerasan akan berkurang.
3 350 37,6 37,9 37,5 37,7
10W-30 Penurunan terbesar nilai kekerasan terdapat pada larutan
4 450 33,8 34,7 34,4 34,3 NaCl 3,45% dan suhu tempering 350 °C dengan persentase
5 250 49,7 49,6 49,4 49,6 penurunan sebesar 23%.
Larutan
Faktor yang mempengaruhi meningkatnya nilai
6 NaCl 350 38 38,2 39,1 38,4
3,45% kekerasan adalah proses hardening. Proses hardening akan
7 450 35,8 36 35,4 35.7 meningkatkan kekerasan spesimen, karena spesimen yang
dipanaskan dari suhu austenite dilakukan quenching
Pada tabel 2 merupakan hasil uji kekerasan Rockwell (pendinginan paksa) sehingga dapat membentuk struktur
C dengan variasi media quenching oli SAE 10W-30 dan mikro martensite dengan kerapatan yang tinggi. Faktor
larutan NaCl 3,45%, serta variasi suhu tempering 250 °C, selanjutnya adalah pada laju pendinginan. Laju pendinginan
350 °C, dan 450 °C. Data pada tabel tersebut akan dipengaruhi oleh viskositas dan massa jenis. Semakin tinggi
dikonversi menjadi grafik yang digunakan untuk viskositas, maka semakin lambat laju pendinginannya.
melakukan perbandingan rata-rata nilai kekerasan dari hasil Semakin tinggi massa jenis, maka semakin cepat laju
media quenching dan suhu tempering untuk material baja pendinginannya. Media quenching pada media quenching
DC 11. Selengkapnya untuk grafik dapat dilihat pada larutan NaCl 3,45% memiliki laju pendinginan yang lebih
gambar 10. cepat jika dibandingkan dengan oli SAE 10W-30. Dengan
laju pendinginan yang cepat, maka nilai kekerasan yang
diperoleh semakin tinggi [15].
Proses tempering juga mempengaruhi nilai kekerasan,
yaitu nilai kekerasan yang menurun pada tiap kenaikan
suhu tempering. Dengan suhu tempering 450 °C
memperoleh nilai kekerasan terendah dibanding dengan
suhu tempering 350 °C, dan 250 °C. Turunnya nilai
kekerasan tersebut disebabkan oleh perubahan struktur
mikro martensite ke tempered martensite dari yang
kerapatannya tinggi menjadi berkurang seiring dengan
meningkatnya suhu tempering [16].
Selanjutnya pembahasan mengenai hubungan
temperatur tempering dengan media quenching dijelaskan
pada gambar 11 dan 12.

Gambar 10. Grafik perbandingan rata-rata HRC

Dengan memperhatikan gambar 10 yang merupakan


grafik nilai pengujian kekerasan, pada penelitian kali ini
dengan spesimen raw material baja DC 11 mendapatkan
rata-rata kekerasan sebesar 29,2 HRC. Selanjutnya untuk
material baja DC 11 dengan media quenching oli SAE
10W-30 pada suhu tempering 250 °C, 350 °C, dan 450 °C
memperoleh nilai kekerasan berturut-turut 39,7 HRC, 37,7
HRC, dan 34,3 HRC. Kemudian material baja DC 11

5
p-ISSN: 2087-1627, e-ISSN: 2685-9858

hubungan antara variabel media quenching larutan NaCl


3,45% dan suhu tempering mempunyai pengaruh yang
sangat kuat terhadap nilai kekerasan.

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan
bahwa nilai kekerasan dipengaruhi oleh media quenching
oli SAE 10W-30 dan suhu tempering dengan kontribusi
yang sangat kuat dibuktikan dengan R² = 1. Kemudian pada
media quenching larutan NaCl 3,45% dan suhu tempering
memberikan kontribusi yang sangat kuat dengan R² = 1.
Nilai kekerasan tertinggi terdapat pada variasi media
quenching larutan NaCl 3,45% dan suhu tempering 250 °C
Gambar 11. Grafik hubungan suhu tempering dengan rata-rata dengan nilai rata-rata 49,6 HRC. Hal ini juga ditunjukkan
nilai kekerasan pada media quenching oli SAE 10W-30 oleh presentase peningkatan nilai kekerasan sebesar 70%
dari nilai awal. Hasil analisis yang diperoleh, semakin
Pada gambar 11 menunjukkan hubungan antara media tinggi suhu tempering pada media quenching oli SAE 10W-
quenching oli SAE 10W-30 dan suhu tempering terhadap 30 maupun larutan NaCl 3,45% maka semakin rendah nilai
nilai kekerasan baja DC 11. Dapat dilihat pada grafik kekerasan yang dihasilkan.
bahwa media quenching oli SAE 10W-30 dan suhu
tempering mempengaruhi nilai HRC. Pengaruh tersebut Ucapan Terimakasih
dibuktikan dengan grafik yang menunjukkan penurunan Terima kasih ditujukan kepada Laboratorium Perlakuan
pada tiap kenaikan suhu tempering, selain itu pengaruh Bahan Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Malang dan
antara media quenching oli SAE 10W-30 dan suhu Laboratorium Pengujian Bahan Jurusan Teknik Mesin
tempering ini juga dibuktikan dengan nilai R². Rentang Universitas Brawijaya yang telah memberi waktu serta
nilai R² adalah 0 sampai 1 dengan ketentuan semakin dukungan materil maupun non-materil selama proses
mendekati angka 1 berarti pengaruh dari variabel tersebut penelitian ini.
semakin kuat. Pada variabel media quenching oli SAE
10W-30 dan suhu tempering menghasilkan nilai R² = 1 Daftar Pustaka
dengan rumus y = -7E-05x² + 0,022x + 38,575. Dengan [1] I. Saputra, N. P. Ariyanto dan M. Febri, “Pengaruh
nilai R² = 1 tersebut berarti variabel suhu tempering pada Temperatur Tempering Terhadap Pembentukan Struktur
media quenching oli SAE 10W-30 terhadap nilai kekerasan Mikro Dan Kekerasan Baja Skd 11 Untuk Tool Steel,” Jurnal
mempunyai pengaruh yang sangat kuat. Teknologi dan Riset Terapan , vol. 2, no. 1, pp. 10-13, 2020.
[2] F. J. Daywin dan A. P. Irawan, Guyub Sampah, Jakarta
Barat: Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara, 2020.
[3] A. N. S. HD dan S. Widodo, “Peningkatan Sifat Mekanis
Besi Cor Kelabu Melalui Proses Tempering,” Journal of
Mechanical Engineering, vol. 2, no. 2, pp. 8-17, 2018.
[4] M. A. Jaelani, M. F. Sidiq dan G. R. Wilis, “Analisa
Penguatan Mata Pisau Mesin Pencacah Sampah Organik
Dengan Proses Heat Treatment Bertingkat,” CRANKSHAFT,
vol. 4, no. 1, pp. 93-102, 2021.
[5] S. Ibrahim, M. Hersaputri dan V. I. Panjaitan, “Pembuatan
Mata Pisau Mesin Pencacah Sampah Plastik dengan Material
AISI D2 yang Dikeraskan,” Jurnal Vokasi Teknologi
Industri Research Paper Vol. 3, No. 1, pp. 36-40, 2021.
[6] M. Jordi, H. Yudo dan S. Jokosisworo, “Analisa Pengaruh
Proses Quenching Dengan Media Berbeda Terhadap
Gambar 12. Hubungan suhu tempering dengan rata-rata nilai Kekuatan Tarik dan Kekerasan Baja St 36 Dengan
kekerasan pada media quenching larutan NaCl 3,45% Pengelasan SMAW,” Jurnal Teknik Perkapalan, vol. 5, no.
1, pp. 272-281, 2017.
Pada gambar 12 menunjukkan hubungan antara media [7] A. Wisnujati, “Analisis Perlakuan Carburizing Terhadap
quenching larutan NaCl 3,45% dan suhu tempering Sifat Fisik dan Mekanik Pada Bahan Sprocket Imitasi
terhadap nilai kekerasan. Nilai kekerasan pada media Sepeda Motor,” Jurnal Simetris, vol. 8, no. 1, pp. 127-134,
quenching larutan NaCl 3,45% tersebut dipengaruhi oleh 2017.
suhu tempering dengan grafik yang menurun pada tiap [8] D. Permatasari, Zuhaimi dan A. Jannifar, “Analisis Sifat
kenaikan suhu tempering. Pengaruh tersebut juga diperkuat Mekanik ALumunium Alloy 6151 Setelah Mengalami
oleh nilai R². Pada variabel media quenching larutan NaCl Perlakuan Panas,” Jurnal Mesin Sains Terapan, vol. 4, no. 1,
3,45% dan suhu tempering terhadap nilai kekerasan pp. 1-5, 2020.
menghasilkan nilai R² = 1 dengan rumus y = 0.0004x² - [9] R. E. Purwanto, S. Hadi dan S. , Perlakuan dan Uji Bahan,
0,367x + 114,79. Dengan nilai R² = 1 menunjukkan bahwa Malang: Polinema Press, 2018.

6
p-ISSN: 2087-1627, e-ISSN: 2685-9858

[10] D. Prayitno dan P. P. Indayanto, “Pengaruh Hardening [14] ASTM, “E18-20 Standard Test Methods for Rockwell
Terhadap Korosi Pada Baja S45C,” Metrik Serial Teknologi Hardness of Metallic Materials,” ASTM International, West
dan Sains, vol. 2, no. 2, pp. 70-75, 2021. Conshohocken, 2020.
[11] Y. P. R. Soenoko dan W. Suprapto, “Optimasi Parameter [15] M. 'Asyara dan Syahrul, “Efek Quenching dengan Media
Second Quenching dan Tempering terhadap Kekerasan dan Pendingin yang Berbeda terhadap Nilai Kekerasan Pisau
Energi Impak Baja HRP Lokal,” Prosiding SNTTM XVI, pp. Berbahan SUP 9,” Journal of Multidicsiplinary Research
111-116, 2017. and Development, vol. 1, no. 4, pp. 887-896, 2019.
[12] R. R. Aminuddin, A. W. B. Santosa dan H. Yudo, “Analisa [16] S. Ibrahim, “Kajian Perbandingan Komposisi Kimia, Sifat
Kekuatan Tarik, Kekerasan dan Kekuatan Puntir Baja ST 37 Mekanik, dan Ketahanan Aus terhadap Baja Perkakas AISI
sebagai Bahan Poros Baling-baling Kapal (Propeller Shaft) D2 pada Aplikasi DIES,” Jurnal Vokasi Teknologi Industri
setelah Proses Tempering,” Jurnal Teknik Perkapalan, vol. Vol. 1, No. 1, pp. 23-28, 2019.
8, no. 3, pp. 368-374, 2020.
[13] M. Sulaeman, H. Budiman dan E. Koswara, “Proses Uji
Dimensi, Uji Kekerasan dengan Metode Rockwell dan Uji
Komposisi Kimia pada Cangkul di Balai Besar Logam
Mesin (BBLM) Bandung,” Prosiding Industrial Research
Workshop and National Seminar, vol. 10, no. 1, pp. 539-543,
2019.

Anda mungkin juga menyukai