Anda di halaman 1dari 7

Nama ; Alfito Dino Santoso

NPM ; 41187001190006

Metalurgi Fisik

Tugas 4

Perkembangan teknologi terutama dalam pengerasan logam pada besi.logam besi sebagai
unsur dasar dengan beberapa elemen lainya,termasuk karbon sudah meningkat dengan pesat.
Z2248. Bahan yang digunakan baja ST 37 dengan karbon 0,17%, penambahan serbuk tulang
sapi, media pendingin coolant, oli sae 40 dan air laut. 2939,76 N/mm².Perlakuan panas
merupakan kombinasi antara pemanasan dan pendinginan yang terkontrol terhadap
logam/baja atau paduan dalam keadaan padat dengan durasi waktu untuk memperoleh sifat-
sifat tertentu Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perlakuan Quenching dengan
variasi pendingin konsentrasi air garam dan untuk mengetahui variasi pendinginan
konsentrasi air garam mana yang mampu menghasilkan kekerasan dan kekuatan tarik yang
paling baik pada plat baja ST 37.Metode penelitian dimulai degan pembuatan spesimen
dengan standart ASTM A370, lalu dilanjutkan dengan proses pemanasan spesimen dalam
dapur pemanas hingga mencapai suhu 830oC dan setelah itu proses pendinginan dengan
variasi larutan garam 18%, 23% dan 28%. Hasil uji kekerasan menunjukan kekerasan
maksimal diperoleh pada spesimen dengan variasi 72% air + 28% garam yaitu sebesar 93,3
HRB. Untuk hasil dari pengujian tarik didapatkan kekuatan tarik maksimal pada spesimen
dengan variasi 82% air + 18% garam yaitu sebesar 133,14 MPa. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat berpengaruh terhadap perindustrian di
dalam negeri, salah satunya adalah industri yang menghasilkan atau memproduksi elemen-
elemen mesin yang sebagian besar menggunakan logam sebagai bahan bakunya. Penelitian
ini betujuan untuk mengetahui pengaruh media pendingin terhadap tingkat kekerasan dan
struktur mikro baja karbon paduan rendah dengan melakukan perlakuan panas sebelum dan
sesudah proses pemanasan . Proses penelitian dilakukan dimulai dengan pemotongan baja
karbon rendah, kemudian dilakukan proses pemanasan dengan temperatur 950˚ C,
selanjutnya dilakukan proses pendinginan dengan berbeda media pendingin seperti: Air
hujan, udara, Oli SAE 40 dan Coolant Radiator. Hasil pengujian kekerasan pada spesimen
sebelum dilakukan proses pemanasan didapat nilai kekerasan sebesar 27,75 HRC dan untuk
struktur mikro spesimen mengandung struktur ferrit dan perlit. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh temperatur annealing pada sambungan las terhadap kekerasan baja ST

Penelitian ini menggunaka baja ST 37 yang mengandung komposisi 0,118% C, 99,310% Fe,
0,375 Mn dan beberapa unsur paduan yang lainnya. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini ialah metode penelitian eksperimen. Pengelasan menggunakan las busur listrik. Kemudian
dilakukan perlakuan panas annealing pada suhu 450C, 550C dan 650C dan waktu
penahanan 30 menit, 60 menit dan 90 menit. HRB sedangkan pada temperatur annealing
HRB.Jurnal ini menjelaskan tentang penurunan kekuatan impact dan struktur mikro pelat baja
St 37 setelah dilakukan pengelasan SMAW. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen
dan metode literatur. Objek dalam penelitian ini adalah pelat baja St 37 yang mengandung
sedikitnya 0,12813 % karbon. Jumlah spesimen yang diujikan dalam penelitian ini adalah 27
yang mendapatkan perlakuan kuat arus berbeda. Pengelasan menggunakan elektroda E 6013
dengan variasi kuat arus 80 A, 100 A dan 120 A. Sambungan las menggunakan sambungan
kampuh V tunggal dengan sudut 70. Setiap spesimen yang sudah dilas, dilakukan metode
pendinginan dengan media pendigin oli selama 15 detik dengan posisi horizontal. Oli yang
digunakan adalah meditran S dengan kondisi baru untuk setiap spesimen variasi kuat arus.
Spesimen baja St 37 yang dilas memiliki ketebalan 10 mm. Nilai awal rata-rata kekuatan
impact pelat baja St 37 sebelum dilakukan pengelasan SMAW adalah 5,41 J/mm2 dengan
struktur mikro ferit dan perlit yang berarti sifat awal dari baja St 37 adalah ulet. Setelah
dilakukan pengelasan SMAW pada pelat baja St 37, nilai rata-rata kekuatan impact
mengalami penurunan.Dari penelitian ini didapatkan hasil pengelasan paling optimal, yaitu
pada kelompok kuat arus 100 A dengan nilai rata-rata kekuatan impact sebesar 0,96 J/mm2.
Pada kelompok kuat arus 100 A didapatkan struktur mikro ferit halus, bainit atas dan
martensit sehingga hasil patahan menjukkan patah ulet-getas. Hasil pengelasan paling rendah
didapat kelompok kuat arus 120 A dengan nilai rata-rata kekuatan impak sebesar 0,77 J/mm2.

PENDAHULUAN

Salah satu proses perlakuan panas pada baja adalah pengerasan , yaitu proses pemanasan baja
sampai suhu diatas daerah kritis disusul dengan pendinginan yang cepat dinamakan quench,.
Prinsip dari full hardening adalah memanaskan baja hingga minimal di titik temperatur
austenit, setelah dilakukan penahan beberapa saat, kemudian didinginkan secara
memdadak/quenching dengan kecepatan pindinginan diatas kecepatan pendinginan kritis
pada media air laut, oli sae 40 dan coolant.Tujuan utama quenching adalah meningkatkan
kekerasan logam, sedangkan faktor utama dalam proses quenching adalah pengaturan laju
pendinginan pada logam. Jika laju pendinginan terlalu lambat, logam menjadi lebih getas dan
kekerasan akan berkurang. Jika laju pendinginan terlalu cepat, maka akan terjadi distorsi dan
retak pada logam.Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perlakuan panas, yaitu suhu
pemanasan, waktu yang diperlukan pada suhu pemanasan, laju pendinginan dan lingkungan
atmosfir Perlakuan panas adalah kombinasi antara proses pemanasan atau pendinginan dari
suatu logam atau paduannya dalam keadaan padat untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu.
Sebelumnya telah dilakukan penelitian oleh Gunawan Dwi haryadi bahwa dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa nilai kekerasan, kekuatan tarik dan struktur mikro
dipengaruhi oleh suhu tempering.Ketika suhu tempering dinaikkan kekerasan dan kekuatan
tariknya akan menurun. Elin Nuraini berdasarkan penelitiannya menyatakan bahwa Dengan
media pendingin yang berbeda, maka akan didapat laju pendinginan yang ber!ainan yang
menghasilkan perubahan struktur mikro dan kekerasan.Baja adalah material yang banyak
digunakan dalam konstruksi mesin, karena memiliki sifat ulet mudah dibentuk, kuat maupun
keras.Perlakuan panas adalah proses untuk memperbaiki sifat-sifat dari logam dengan jalan
memanaskan coran sampai temperatur yang cocok, Di era globalisasi sekarang ini setiap
individu dituntut untuk selalu mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ini terlihat dari kemampuan individu untuk terus
mengembangkan teknologi penyam-bungan logam yang salah satu diantaranya adalah
teknologi pengelasan. Kualitas dari hasil pengelasan sangat dipengaruhi oleh persiapan
pelaksanaan dan pengerjaan serta proses perlakuan pendinginan terhadap logam yang dilas.
Sehingga untuk mendapatkan hasil sambungan pengelasan yang baik dan berkualitas maka
perlu memperhatikan sifat-sifat bahan yang akan dilas maupun penelitian tentang perlakuan
pendinginan pada logam yang dilas sangat mendukung untuk mendapatkan hasil sambungan
las yang berkualitas.Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk tegangan tarik dan kekerasan
baja karbon rendahST 37 dengan harapan penggunaan baja karbon rendah menjadi lebih luas
dengan pertimbangan harga masih relatif murah dibandingkan dengan jenis baja karbon lain.
Dalam penelitian ini, cairan radiator coolant dipilih karena memiliki kandungan air murni,
Etilen glikol dan anti-karat.Pengelasan SMAW Plat Baja ST 37 DenganSAE 10W - 40.
Seiring dengan perkembangan teknologi dibidang konstruksi, pengelasan merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari pertumbuhan dan peningkatan industri, karena hampir pada setiap
pembangunan suatu konstruksi dengan logam melibatkan pekerjaan pengelasan. Oleh karena
itu, rancangan las dan cara pengelasan harus memperhatikan kesesuaian antara sifat fisis dan
mekanis dari logam las dengan kegunaan konstruksi serta keadaan di sekitarnya.Dalam
proses pengelasan, bagian yang dilas menerima panas pengelasan setempat.Hal yang perlu
diperhatikan pada hasil pengelasan adalah tegangan sisa, karena pada pengelasan terjadi
tegangan termal akibat perbedaan suhu antara logam induk dan daerah las. Tegangan sisa
pada hasil pengelasan terjadi karena selama siklus termal las berlangsung di sekitar
sambungan las dengan logam induk yang suhunya relatif berubah sehingga distribusi suhu
tidak merata. Melalui perlakuan panas sifat-sifat yang kurang menguntungkan pada logam
dapat diperbaiki. Tujuan pengerjaan panas adalah untuk memberi sifat yang diinginkan.
Oleh karena itu, hal ini sangat menarik untuk diteliti dan dipelajari sehingga kita akan
mengetahui pengaruh temperatur annealing yaitu 450C, 550C, 650°C pada sambungan las
SMAW dengan waktu penahanan 30 menit, 60 menit dan 90 menitdengan laju pendinginan
tertentu terhadap kekerasan bahanpada baja ST 37.Untuk memperluas penggunaan baja
karbon rendah, diperlukan peningkatan sifat mekaniknya tetapi harganya masih relatif murah
dibandingkan dengan jenis baja karbon lainnya.Pengelasan adalah teknik penyambungan
logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa
logam penambah dan menghasilkan logam continue. Ada beberapa macam jenis las, dan yang
paling sering digunakan dalam bidang rancang bangun adalah las Shielded Metal Arc
Welding atau yang biasa disebut las busur listrik.Las SMAW sering digunakan karena
memliki banyak kelebihan, antara lain mudah pengoperasiannya, dapat digunakan untuk
mengelas berbagai tipe sambungan, posisi, serta lokasi yang sulit dikerjakan, biaya
pengoperasian yang relatif rendah, serta dapat dioperasikan di dalam maupun di luar ruangan.
Namun, las SMAW juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain hasil pengelasan sangat
bergantung pada beberapa faktor. Faktor tersebut adalah juru las, jenis elektroda, kecepatan
pengelasan, media pendingin dan kuat arus.Kuat arus yang digunakan untuk pengelasan
sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil las. Jika penggunaan arus semakin besar maka
proses pencairan logam yang akan disambung akan semakin cepat. Dampak dari penggunaan
arus yang terlalu besar adalah membuat hasil rigi-rigi las bertambah lebar, jika bahan yang
dilas itu tipis maka dapat menyebabkan benda kerja berlubang. Sedangkan jika arus yang
digunakan terlalu kecil akan membuat busur elektroda sulit dinyalakan dan sering lengket
terhadap benda kerja, sehingga berdampak pada pencairan logam yang disambung.
Arus yang digunakan terlalu kecil menyebabkan pencairan logam yang disambung tidak akan
menjadi sambungan yang baik antar logam yang akan disambung.Untuk mendapatkan hasil
sambungan las yang baik, perhitungan panas yang masuk pada proses pengelasan merupakan
salah satu hal yang perlu dikaji dengan seksama. Hal itu dilakukan dengan tujuan
mendapatkan hasil yang lebih optimal dari kekuatan dan ketangguhan sambunganpengelasan.

Sifat Mekanik Baja

Sifat mekanik suatu bahan adalah kemampuan bahan untuk menahan beban-beban yang
dikenakan padanya.Beban-beban tersebut dapat berupa beban tarik, tekan, bengkok, geser,
puntir, atau beban kombinasi.Sifat-sifat mekanik yang terpenting antara lain : a) Kekuatan
Kekerasan dapat didefenisikan sebagai kemampuan bahan untuk bertahan terhadap goresen,
pengikisan , penetrasi. 0,1%-1,7% sedangkan unsur lainnya dibatasi persentasenya . Secara
garis besar baja dapat dikelompokan menjadi dua yaitu baja karbon dan baja paduan. Baja
karbon dibagi menjadi tiga yaitu baja karbon rendah , baja karbon sedang dan baja karbon
tinggi . Pengukuran kekerasan permukaan baja pada umumnya menggunakan metode Brinell,
Vickers danRockwell.Baja karbon merupakan salah satu jenis baja paduan yang terdiri atas
unsur besi dan karbon. Dimana besi merupakan unsur dasar dan karbon sebagai unsur paduan
utamanya. Dalam proses pembuatan baja akan ditemukan pula penambahan kandungan unsur
kimia lain seperti sulfur , fosfor, slikon , mangan dan unsur kimia lainnya sesuai dengan sifat
baja yang diinginkan. Baja karbon memiliki kandungan unsur karbon dalam besi sebesar
0,2% hingga 2,14%, dimana kandungan karbon tersebut berfungsi sebagai unsur pengeras
dalam struktur baja.Penggunaan dari masing-masing baja berbedabeda berdasarkan
kandungan karbon pada baja tersebut. Baja karbon rendah digunakan untuk kawat, baja
profil, sekrup, ulir dan baut. Baja karbon sedang digunakan untuk rel kereta api, poros roda
gigi, dan suku cadang yang berkekuatan tinggi, atau dengan kekerasan sedang sampai tinggi.
Machine Model TM 113 ESSO di laboratoriumMesin Otomotif.Pembuatan spesimen uji tarik
ini sesuai standar JIS Z 2201 1981 sebanyak 12 spesimen. Adapun diagram alir penelitian
dalam proses uji tarik dapat terlihat pada gambar 2 di bawah ini. Setelah spesimen pengelasan
dibentuk sesuai spesifikasi yang ditentukan, spesimen tersebut di las dan dikenai perlakuan
pendinginan menggunakan radiator coolant dan oli. Berdasarkan definisi dari Deutche
Industrie Normen las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan
yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Wiryosumarto, Harsono dan Okumura
menyebutkan bahwa pengelasan adalah penyambungan setempat dari beberapa batang logam
dengan menggunakan energi panas.Penyambungan dua buah logam menjadi satu dilakukan
dengan jalan pemanasan atau pelumeran, dimana kedua ujung logam yang akan disambung di
buat lumer atau dilelehkan dengan busur nyala atau panas yang didapat dari busur nyala
listrik sehingga kedua ujung atau bidang logam merupakan bidang masa yang kuat dan tidak
mudah dipisahkan . Paling tidak saat ini terdapat sekitar 40 jenis pengelasan. Dari seluruh
jenis pengelasan tersebut hanya dua jenis yang paling populer di Indonesia yaitu pengelasan
dengan menggunakan busur nyala listrik dan las karbit.
B. Baja adalah merupakan suatu campuran dari besi dan karbon , dimana unsur karbon
menjadi dasar. Fe Dan C, baja juga mengandung unsur campuran lain seperti sulfur , fosfor ,
silikon , dan mangan yang jumlahnya dibatasi.Baja karbon sedang dan baja karbon tinggi
mengandung banyak karbon dan unsur lain dapat memperkeras baja, karena itu daerah
pengaruh panas atau HAZ pada baja ini mudah menjadi keras bila dibandingkan baja karbon
rendah. Sifatnya yang mudah menjadi keras ditambah dengan adanya hydrogen difusi
menyebabkan baja ini sangat peka terhadap retak las. Disamping itu pengelasan dengan
menggunakan elektroda yang sama kuat dengan logam lasnya dengan pemanasan mula dan
suhu pemanasan tergantung dari kadar karbon.Baja karbon adalah baja yang mengandung
karbon antara 0,1%-1,7%.Berdasarkan tingkatan banyaknya kadar karbon, baja digolongkan
menjadi tiga tingkatan : Baja karbon rendah, Baja karbon sedang, Baja karbon tinggi.Dan
baja ST 37 termasuk kedalam golongan baja karbon rendah karena kandungan karbonnya
kurang dari 0,30%.
C. Menurut Amanto dan Daryanto annealing dapat didefinisikan sebagai pemanasan pada
suhu yang sesuai, diikuti dengan pendinginan pada kecepatan yang sesuai. Hal ini bertujuan
untuk menginduksi kelunakan, memperbaiki sifat-sifat pengerjaan dingin dan membebaskan
tegangan-tegangan pada baja sehingga diperoleh struktur yang dikehendaki.Proses annealing
dibagi menjadi tiga macam, yaitu annealing penuh,annealing isothermal, annealing pada suhu
kritis terendah.Dalam proses annealing pada suhu kritis terendah, pemanasan dipertahankan
pada beberapa suhu di bawah batas transformasi . Suhu itu cukup tinggi untuk membuat
pengkristalan kembali dan struktur yang seragam. Apabila proses ini digunakan untuk baja
karbon tinggi akan menyebabkan baja itu mudah dibentuk dan dikerjakan mesin perkakas.
Pada waktu baja dikerjakan dengan proses annealing dengan cara dipanaskan pada suhu
tinggi dalam periode yang cukup lama, berlangsung proses oksidasi. Hal tersebut
menyebabkan terjadinya pengelupasan pada bagian luar.
D. Kemudian dilakukan proses penggerindaan untuk membuat kampuh v dengan sudut 60
pada bahan ujiSepesimen yang sudah dibuatkan kampuh, kemudian dibersihkan dan diletakan
diatas meja pengelasan.Proses pengelasan akan disesuaikan dengan gerakan elektroda yang
berbeda, yaitu dengan gerakan lurus, zig-zag dan pola U.

METODE PENELITIAN

Dimana bilangan Brinell didefinisikan sebagai tegangan P/A, dalam satuan kgf/mm2,
diamana P adalah beban dan A adalah luas permukaan kutub bola yang membentuk indentasi.
Cara pencampurannya yaitu sebelum garam dicampur dengan air, butiran garam dapur
dipanaskan dahulu dicampur dengan sedikit air sehingga garam dapur tersebut mencair,
kemudian cairan garam dapur tersebut diukur menggunakan gelas ukur untuk kemudian baru
dicampurkan dengan air.Karbon yang dihasilkan dari pendinginan lebih cepat banyak dari
pendinginan lambat. Hal ini disebabkan karena atom karbon tidaksempat berdifusi keluar,
terjebak dalam struktur kristal dan membentuk struktur tetragonal yang ruang kosong
atomnya kecil, sehingga kekerasanya meningkat.Untuk logam, hanya kekerasan lekukan
yang banyak menarik perhatian dalam kaitannya dengan bidang rekayasa. Pengujian rockwell
mirip dengan pengujian brinell, yakni angka kekerasan yang diperoleh merupakan fungsi
derajat indentasi. Beban dan indentor yang digunakan bervariasi tergantung pada kondisi
pengujian. Indentor atau «penetrator» dapat berupa bola baja atau kerucut intan dengan ujung
yang agak membulat . Diameter bola baja umumnya 1/16 inchi, tetapi terdapat juga indentor
dengan diameter lebih besar, yaitu 1/8, 1/4, atau 1/2 inchi untuk bahan-bahan yang lunak.
Dial pada mesin terdiri atas warna merah dan hitam yang didesain untuk mengakomodir
pengujian skala B dan C yang seringkali dipakai. Oli memiliki nilai viskositas atau
kekentalan yang tertinggi dibandingkan dengan media pendingin lainnya dan massa jenis
yang rendah sehingga laju pendinginannya lambat. Angka di belakang huruf SAE inilah yang
menunjukkan tingkat kekentalannya . Pelumas adalah minyak yang mempunyai sifat untuk
selalu melekat dan menyebar pada permukaan-permukaan yang bergeser, sehingga membuat
pengausan dan kenaikan suhu kecil sekali. Karena semakin tinggi temperatur austenisasi
diberikan pada material yang sama ukuran butir akan semakin besar. Dan dengan harga laju
pendinginan yang bervariasi material yang sama akan mempunyai struktur mikro yang
berbeda, dapat berupa fineferritpearlit, medium ferrit-pearlit, coarseferrit-pearlit, bainit
atupun martensit. 90 menit mempunyai nilaiPenelitian ini menggunakan metode eksperimen,
yaitu cara untuk mencari suatu hubungan sebab akibat antara beberapa faktor yang saling
berpengaruh. Eksperimen dalam penelitian ini dilaksanakan di laboratorium dengan peralatan
yang disesuaikan guna memperoleh data tentang pengaruh variasi kuat arus las SMAW dan
media pendingin terhadap kekuatan impact dan struktur mikro sambungan V baja St 37.
Selain itu, luas penampang pada pengelasan kampuh V lebih luas daripada jenis kampuh
yang lainnya sehingga memudahkan peneliti pada proses pengujiannya. 100 A. Elektroda
yang digunakan yaitu E 6013 dan sambungan pengelasan menggunakan kampuh V tunggal
sudut 700. Setiap spesimen yang sudah dilas, dilakukan proses pendinginan dengan
menggunakan media pendingin oli. Oli yang digunakan adalah meditran S dengan kondisi
yang masih baru pada setiap pencelupan spesimen pengelasan variasi kuat arus. Setelah
proses pengelasan selesai, maka dilanjutkan pembuatan spesimen sesuai standar ASTM Vol
03-03 E 23 yang nantinya akan diuji impact. Sebelum melakukan pengujian foto struktur
mikro, spesimen benda uji perlu dipoles terlebih dahulu. Pemolesan dengan menggunakan
ampelas grade 80 sampai dengan 1500. Setelah spesimen diampelas dengan ukuran 1500
sampai halus kemudian diberi autosol agar spesimen lebih halus lagi. Spesimen yang telah
dipoles dilanjutkan dengan pengujian foto struktur mikro pada base metal, HAZ dan weld
metal.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dari proses pengujian specimen dan data serta pembahsan pada
proses carburizing dengan tulang sapi maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut
519,7 HB dan bisa disimpulkan bahwa nilai paling tinggi pada proses carburizing adalah
dengan media pendingin air laut. Sedangkan carburizing dengan media pendingin coolant
mempunyai kekuatanTarik yang lebih rendah dari pada raw material dimana kekuatan Tarik
dari raw material adalah 519,67 N/mm2 dan kekuatan Tarik dari media pendingin collant
adalah 508 N/mm2. Lengkung 1149,49 N/mm2, Sedangkan carburizing dengan media
pendingin coolant mempunyai kekuatan lenkung yang paling rendah dengan kekuatan
lengkung dari media pendingin collant adalah 860,69 N/mm2. Penelitian dapat disimpulan
sebagai berikutHubungan antara kekekerasan dari suatu bahan berbanding terbalik dengan
kekuatan tarik, karena pengertian dari kekerasan dan kekuatan tarik berbeda. Kekerasan
adalah ketahanan material terhadap deformasi lokal , sedangkan kekuatan tarik adalah
ketahanan material terhadap deformasi plastis yang terjadi di seluruh permukaan material .
Maka material yang memiliki kekuatan tarik yang baik adalah material yang semakin ulet dan
tidak getas. Sedangkan material yang memiliki kekerasan yang baik adalah material yang
mempunyai sifat getas atau tidak ulet.quenching kekuatan tarik maksimal diperoleh pada
spesimen dengan variasi 82% air + 18%garam yaitu sebesar 133,14 MPa.Berdasarkan hasil
analisa yang diperoleh dari hasil penelitian proses hardening yang dilakukan dengan
temperatur 950˚C dengan media pendingin air, oli SAE 40, coolant radiator dan udara .
Didapat nilai kekerasan spesimen sebelum dilakukan proses pemanasan yang diperoleh
sebesar 27,5 HRC. Untuk nilai kekerasan yang diperoleh oleh media pendingin air hujan
34.15 HRC, sedangkan untuk nilai kekerasan yang diperoleh oleh media pendingin Oli SAE
40 28.85 HRC dan nilai kekerasan yang diperoleh oleh media pendingin udara 14 HRC.
Disini terlihat bahwa spesimen yang memiliki nilai kekerasan tertinggi ada pada media
pendingin coolant radiator dengan nilai kekerasan 39 HRC.Struktur mikro pada baja karbon
rendah yang terbentuk adalah perlit dan ferrit. Untuk struktur mikro dengan media pendingin
air hujan dan coolant radiator yang terbentuk adalah martensit.pendinginan secara cepat
sehingga ferrit yang bertransformasi menjadi austenit pada pemanasan akan akan
bertransformasi menjadi martensit. Hal ini menyebabkan tingkat kekerasan pada kedua
spesimen ini cukup tinggi. Untuk struktur mikro pada spesimen dengan media pendingin
udara yang terbentuk adalah perlit da ferrit, dan untuk spesimen dengan media pendingin oli
SAE 40 yang terbentuk adalah perlit dan ferrit. Tapi dibandingkan dengan spesimen yang
mengalami pendinginan dengan media udara dan spesimen tanpa perlakuan maka spesimen
dengan pendinginan oli lebih keras. Ini terjadi karna media pendingin oli lebih cepat
dibandingkan dengan pendingin udaraSetelah melakukan pembahasan terhadap data hasil
pengujian tarik terhadap plat baja ST 37 dengan perlakuan pendinginan Radiator Coolant

Modulus Elastisitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan pendinginan RC 5 detik, Oli 5 detik
dan Oli dicelup sampai dinginBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan uji kekerasan
yang telah di lakukan, maka dapat disimpulkan kenaikan temperatur annealing dan waktu
penahanan mempengaruhi tingkat kekerasan pada titik – titik pengujian terutama pada
sambungan las .Semakin tinggi temperatur annealing dan waktu penahanan akan menurunkan
tingkat kekerasan sehingga sambungan las akan memiliki tingkat kekerasan yang menurun
daripada daerah lainnya. 650C dengan waktu penahanan 90 menit memiliki nilai tingkat
kekerasan 73,6 HRB sedangkan pada temperatur annealing 450C dengan waktu penahanan
30 menit memiliki nilai tingkat kekerasan 86,87 HRB. Hasil penelitian pada uji kekerasan
titik 2 dan 4 memiliki perbedaan namun peningkatan yang dihasilkan hampir sama.Di titik
pengujian 1 dan 5 memiliki tingkat kekerasan yang begitu rendah signifikan karena
merupakan daerahHAZ yang mungkin hanya struktur di dalamnya yang berubah agak kasar
bilamana di uji mikrostruktur. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pengelasan
SMAW terhadap kekuatan impak baja St 37, maka dapat diambil kesimpulan yaitu ada
pengaruh kekuatan impak dengan semakin bertambahnya kuat arus pengelasan, maka nilai
impaknya semakin tinggi karena masukan panas yang dihasilkan mampu menyebarkan panas
secara merata.Penggunaan media pendingin oli membantu mempercepat laju pendinginan.
Tetapi panas yang berlebihan akan menyebabkan logam las menjadi getas dan memperlambat
laju pendinginan sehingga nilai kekuatan impaknya menurun.Kekuatan impak tertinggi
diperoleh dengan kuat arus 100 A sebesar 0,96 J/mm2. Hal ini diperkuat dengan struktur
mikro kuat arus 100 A yang muncul struktur bainit atas, martensit dan ferit halus sehingga
mendapat patahan impak ulet-getas.Kekuatan impak terendah diperoleh kuat arus 120 A
dengan kekuatan impak sebesar 0,77 J/mm2. Hal ini juga diperkuat pada hasil struktur mikro
kelompok kuat arus 120 A yang muncul struktur bainit atas, martensit dan ferit kasar
sehingga patahan impaknya menjadi getas.
B. Saran yang diberikan sehubungan dengan penelitian ini, yaitu, jika mengelas pelat baja St
37 dengan tebal 10 mm menggunakan las SMAW dan media pendingin oli sebaiknya
menggunakan kuat arus sedang, yaitu 100 A. Penggunaan kuat arus terlalu tinggi dapat
menyebabkan penggetasan material semakin besar. Hasil penelitian pengaruh gerakan
elektroda pada proses Shielded Metal Arc Welding terhadap uji kekerasan dan kekuatan
bending pada baja ST37dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:Hasil penelitian kekuatan
bending terlihat bahwa pengelasan dengan gerakan elektroda zig-zag memiliki nilai yang
lebih tinggi dibandingkan dengan gerakan elektroda lurus dan pola U
Kekuatan bending gerakan elektroda zig-zag sebesar 879,05 N/mm memiliki nilai tertinggi
pada kekuatan bending. Gerakan elektroda memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai
kekerasan rockwell terlihat bahwa spesimen dengan gerakan elektroda zig-zag memiliki nilai
kekerasan lebih tinggi dibandingkan dengan gerakan elektroda lurus dan pola U.HAZ
umumnya akan lebih keras akibat mengalami pendinginan yang lebih cepat karena adanya
faktor pendinginan konduksi dari bagian besi yang panas disekitar daerah pengelasan
kebagian besi yang dingin. Nilai kekerasan rockwell yang tertinggi terjadi didaerah HAZ
karena pada bagianBerdaasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, agar memperoleh
hasil yang optimalmaka disarankan sebagai berikut:. Pengelasan SMAW pada baja ST37
perlu dilakukan perlakuan panas seperti pre heating atau post heating untuk meningkatkan
kekuatan sambungan pada pengelasan Perlu dilakukan pengujian Destructive Test seperti
pengujianultrasonic dan pengujian penetran untuk mengetahui apakah ada ccat las yang
terjadi didalam lasan sebelum melakukan proses pengujian bending dan kekerasan.Pada
penelitian selanjutnya pengujian terhadap sifat mekanik material dapat ditambahkan dengan
uji tarik, struktur mikro ataupun uji impact..

Anda mungkin juga menyukai