BAB I
PENERAPAN PERAWATAN TERENCANA
(PREVENTIVE AND CORECTIVE MAINTENANCE)
menentukan siklus perawatan (repair cycle), tipe produksi, bahan benda produksi
yang dikerjakan, giliran kerja perhari, yang biasanya 1 shift ( 8 jam kerja per hari).
Selain itu derajat kerumitan perawatan juga berfungsi untuk menentukan periode
antara dua masa dalam siklus dan dua masa bongkar total (over houl) dalam
tahun. Metode ini sangat berguna apabila tidak terdapat buku instruksi perawatan
tentang penentuan siklus perawatan.
Dari tabel di atas digunakan sebagai patokan agar kegiatan produksi bisa
berjalan lancar dan tidak terlalu lama dalam melakukan perawatan dan perbaikan.
Oleh karena bagian divisi maintenance harus bisa mempertimbangkan biaya,
persediaan suku cadang, perlengkapan peralatan (tools kit) dan jumlah tenaga
kerja untuk melakukan pekerjaan, sehingga target waktu tersebut tercapai.
Siklus perawatan dan periode antara dua keadaan yang berurutan ditunjukkan
dalam tabel 1.2.
O-I1-S1-I2-S2-I3-M1-I4-
0 s/d 30 S3-I5-S4-I6-M2-I7-S5-I8- 2 6 9
S6-I9-O
O-I1-I2-I3-S1-I4-I5-I6-S2-I7-I8-
I9-M1-I10-I11-I12-S3-I13-I14-I15-
30 s/d 150 S4-I16-I17-I18-M2-I19-I20-I21-S5- 2 6 27
I22-I23-I24-S6-I25-I26-I27-O
O-I1-I2-I3-S1-I4-I5-I6-S2-I7-I8-
Diatas 150 I9-S3-I10-I11-I12-M1- 2 9 36
5
Bengkel Perawatan Mesin Perkakas
TPP-MESIN PERKAKAS 6
Keterangan:
T : Lamanya waktu dari siklus perawatan yaitu ditunjukan oleh waktu antara
overhaul pertama dengan overhaul berikutnya atau O ke O.
t : Periode antara dua tingkatan yang berurutan dari kategori perawatan
preventif (ISMO), sebagaimana ditunjukan oleh tanda ( )
O-I1-S1-I2-S2-I3-M1-I4-S3-I5-S4-I6-M2-I7-S5-I8-S6-I8-O
Pada umumnya mesin dapat dilakukan perawatan preventif (metode ISMO)
hingga 2-3 kali siklus perawatan (T), selebihnya dari segi biaya perawatan sudah
tidak ekonomis.
Contoh: Tentukan siklus perawatan dari sebuah mesin bubut senter
mempunyai ukuran (315 mm x 1000 mm) memproduksi suatu benda kerja dari
bahan baja carbon dan cor secara massal. Mesin tersebut bekerja selama 8 jam
perhari.
Pembahasan: Diketahui repair complexity mesin bubut : 7 (lampiran 1), shift
kerja: 1, sehingga siklus perawatan dapat ditentukan sebagai berikut:
Production Equipment
Dari gambar 1.1 terlihat bahwa mesin perkakas banyak macamnya, oleh
karenanya materi dalam buku ini selanjutnya dibatasi hanya 4 mesin perkakas
potong yaitu mesin bubut, frais, bor dan sekrap.
Mesin Bubut
(Lathe)
Mesin Frais
Horisontal
(Horizontal
milling machine)
Mesin Sekrap
(Shaping
Machine)
A. TUGAS I
Menentukan Repair Complexity Mesin Perkakas Potong
B. TUGAS II
Menentukan Siklus Perawatan (Cycle Repair) Mesin Perkakas Potong
Lembar jawaban
BAB II
TEORI PELUMAS DAN PELUMASAN
2.1 Pelumas
Faktor utama yang paling sering mengakibatkan kerusakan mesin adalah
masalah pelumasan, yaitu jenis yang salah, tingkat viskositas yang salah,
kapasitas yang tidak sesuai, penggantian minyak pelumas yang tidak teratur, atau
bahkan sama sekali tidak pernah dilumasi. Dalam keadaan ini seperti ini
pelumasan yang tepat dapat berfungsi sebagai perawatan mencegah (preventive
maintenance). Oleh karena pentingnya pelumasan dalam perawatan mesin, maka
penulis bahas terlebih dahulu pengertian dasar yang berkaitan dengan pelumas
dan pelumasan. Adapun secara mendetail tentang ilmu ini dapat dipelajari lebih
dalam pada ilmu tribologi (the friction enginering). Berikut dijelaskan beberapa
pengertian dasar, yaitu:
Pelumas adalah suatu zat yang dapat dipakai sebagai pelapis film benda yang
saling bergesekan, zat tersebut dapat berupa: zat padat, cair, dan gas.
Gesekan adalah suatu bentuk gaya yang berlawanan dengan arah gerak benda
yang besarnya tergantung dari kondisi atau kekasaran permukaan dan beban
normal. Adanya gesekan (friction) akan mengakibatkan kehilangan energi dan
mempercepat keausan benda.
a. Fungsi Pelumas:
Sebagai pelindung, pendingin, perapat dan pembersih.
Membentuk lapisan film diantara benda yang saling bergerak stau sama lain
sehingga dapat mencegah kontak/langsung pada permukaan logam agar
keausan bisa dikurangi.
Meredam hentakan/getaran terutama pada gear box.
Media transfer panas dan tenaga.
b. Bahan dasar pelumas
Lemak hewani dari biri-biri, ikan, babi.
Lemak nabati dari buah kelapa, kelapa sawit, jagung dan jarak
Pelumas sintetis yaitu bahan hasil reaksi kimia beberapa unsur yang dapat
menghasilkan zat yang bersifat pelumas.
Pelumas mineral diperoleh dari minyak bumi.
c. Bentuk Pelumas
Pelumas cair (Oli)
Syarat pemilihaan oli yang baik adalah: viskositas sesuai, multigrade, tidak
mudah terbakar, tidak bereaksi dengan oksigen dan udara keliling. Pelumas cair
(oli) banyak digunakan untuk mesin tenaga karena lebih efektif sebagai pelicin,
pendingin, pembersih, perapat, dan pemindah tenaga (hidrolik)
Pelumas setengah padat (grease/gemuk lumas)
Bahan dasar dari grease/gemuk adalah pelumas cair yang telah diberi bahan
pengental, dengan kandungan oli 70% sampai 90%. Keuntungan dari penggunaan
pelumas setengah padat adalah merupakan penutup yang baik, biasanya lebih
tahan terhadap suhu tunggi, tidak tercecer dan penggantian tidak perlu sering.
Sedangkan kerugiannya adalah pendinginan kurang baik, friksi lebih besar,
penanganan dan pengaplikasian lebih rumit, dan perlindungan yang kurang
merata. Syarat-syarat performa grease adalah mampu melumasi dalam kondisi
servis apapun, mempunyai kualitas struktural dan konsistensi, harus mampu
mancapai daerah kerja yang vital, mempunyai daya tahan kimia serta mempunyai
daya tahan kebocoran pada temperatur servis maksimum.
Grease berdasarkan bahan pengental dibagi menjadi:
(1). Grease dasar sabun logam (metallic soap base)
Gemuk lumas ini dibuat dengan mencampurkan sabun metal kedalam pelumas
cair, biasanya pelumas gemuk roda gigi. Sabun yang ditebarkan kedalam minyak
membentuk seart-serat kecil secara menyilang, yang menamgkap serta mencegah
terjadinya pengaliran pelumas dari serat-serat tersebut. Sifat-sifat grease
tergantung dari jenis sabun dan pelumas yang digunakan dalam pembuatan gemuk
lumas tersebut, diantaranya:
Grease sabun Kalsium
Mempunyai sifat: stabilitas yang kurang baik, tidak cocok untuk penggunaan
dimana kenaikan suhu lebih dari 180oF, tahan kontak langsung dengan air, sangat
baik untuk: pelumas chasis, plan bearing (rpm rendah), pompa air dan mesin-
mesin pertanian.
Grease sabun Sodium
Mempunyai sifat: titik tuang(300oF-350oF), berserabut (tekstur spongy) dan
berserat (fibros), berwarna kuning atau hijau, tidak tahan air, baik dipergunakan
pada bagian mesin yang beroperasi pada suhu tinggi, bearing dan untuk aplikasi
industripada umumnya.
Grease sabun Barium
Mempunyai sifat: titik tuang diatas 350oF, mampu bekerja pada rentang suhu
yang besar tetapi suhu operasi dibawah 275oF, tidak cocok untuk suhu rendah dan
kecepatan tinggi, warna kuning kemerahan.
Grease sabun Lithium
Mempunyai sifat: dapat digunakan dalam berbagai kondisi, tahan air, mampu
mengatasi suhu ekstrim (60 s/d 300oF), merupakan gabungan ciri-ciri terbaik dari
grease sabun sodium dan grease sabun kalium, stabilitas baik, daya tahan yang
tinggi terhadap geser, titik tuang (300-390)oF, dapat bekerja terus-menerus pada
suhu 300oF, warna merah kecoklatan dan bertekstur buttery.
Grease sabun Aluminium
Mempunyai sifat: dapat dipergunakan untuk keperluan khusus, warna
transparan, titik tuang rendah (diatas 170oF), berubah tektur dan pecah pada
sekitar 150oF, daya tahan gesek rendah, daya tahan oksidasi kurang, daya tahan
terhadap air baik, melekat dengan baik pada permukaan yang dilumasi.
Grease sabun Stronsium dan Timbal
Jenis ini digunakan untuk keperluan khusus, baik digunakan pada suhu ruang
berbentuk fluida.
Grease sabun Sodium Kalsium
Mempunyai sifat: daya tahan terhadap air dan suhu tinggi, tektur buttery,
dapat dipergunakan untuk pelumas bearing.
(2). Grease dengan pengental sabun logam kompleks (metal based complexes)
Selain penambahan dengan sabun-sabun logam, sering ditambahakan juga
bahan-bahan berbentuk garam-garam khusus. Jenis grease ini mempunyai sifat:
tahan terhadap temperatur tinggi, titik tuang tinggi, baik untuk daerah operasi
tekanan tinggi, tidak cukup stabil.
(3). Grease dengan pengental bukan sabun
Jenis ini mempunyai keuntungan lebih ekonomis dan bekerja pada segala
situasi, tetapi mempunyai kelemahan yaitu melunak pada suhu sedang. Gemuk
pelumas ini diolah dengan menebarkan bahan pengental seperti tanah liat dengan
proses khusus atau sejenis silica gel kedalam minyak sintetis. Pengental bukan
sabun yang terbaik contohnya pengental common mineral (bentonit) yang
mempunyai sifat sebagai berikut: daya tahan terhadap air cukup baik, tahan
terhadap gaya geser, mempunyai daya tahan terhdap fase pemisah, kuat bersatu
dengan oli, sulit untuk diberi bahan additive.
Untuk meningkatkan sifat-sifat dan kemampuan dari kerja grease pada
penggunaan tertentu, maka ditambahkan beberapa additive diantaranya anti
oksidan, anti karat, extreme pressure. Selain itu terdapat pula additive yang
berbentuk padat, seperti graphite dan molibdenum disulphide, yang sering
dipergunakan untuk memperkuat sifat-sifat gemuk pelumas pada permukaan yang
licin dengan beban operasi yang terus-menerus.
Hal-hal yang tidak boleh dilakukan pada proses greasing: (1) jangan terlalu
banyak memberikan grease, (2) jangan memcampur, (3) gunakan gun dan
kontainer hanya untuk satu jenis grease saja, (4) kontainer, grease gun, dan fitting
harus diberi label dengan nomor identifikasi, (5) hindari pencemaran dengan
selalu menggunakan alat-alat bersih.
Pelumas padat
Secara umum yang banyak dikenal adalah pelumas dalam bentuk cair (oli) dan
grease (gemuk), tetapi sebenarnya ada yang berbentuk padat dan gas/udara.
Kelebihan pelumas padat ini adalah dapat bekerja pada suhu operasi 250 – 300oC
dan dibawah –60oC. Pada suhu tersebut pemakaian oli atau gemuk tidak
memungkinkan lagi. Pelumas padat dalam bentuk bedak, partikelnya berukuran
0,5 m hingga beberapa m.
Pelumas padat terdiri atas dua jenis yaitu:
Graphite
Graphite adalah jenis karbon dengan struktur halus. Mempunyai sifat: gaya
gesek antara lapisan partikel sangat rendah, adhesi dengan logam baik, suhu
operasi 350-700oC.
Molibdenum Disulphide(MoS2)
Molibdenum Disulphide mempunyai sifat sebagai berikut: struktur sangat
halus/tipis, koefisien gesek lebih rendah dari graphite (0,05 dan 0,1), adhesi
dengan logam baik, suhu operasi dibawah 400oC dan terendah –180oC, pada suhu
400oC akan beroksidasi menjadi MoS3 yang bersifat bukan pelumas.
Pelumas padat berbentuk powder atau sebagai suspensi dalam oli atau cairan
yang mudah menguap dan apabila cairan menguap, film pelumas tetap tertinggal.
Kelompok pelumas zat padat lamelar: grafit, boraks, mika dan iodida tertentu.
Pelumas padat mempunyai ciri-ciri sebgai berikut: (1) harganya mahal, (2)
penggantian tidak secepat pelumasan konvensional, (3) merupakan alternatif
selain oli dan gemuk pelumas, (4) tidak cocok untuk mesin pemroses makanan,
(5) suhu kerja tinggi, (6) cocok untuk semua bahan bearing, (7) tahan terhadap
beberapa fluida seperti: air ledeng, xylene, dioxane, trichloroethylene dan oli
turbin.
Pelumas padat direkomendasikan untuk digunakan apabila: ada masalah
dengan galling dan seizing, daerah pelumasan yang tidak terjangkau/terabaikan
dalam perawatan rutin, pengoperasian tidak kontinu, suhu tinggi atau rendah yang
tidak dapat diatasi oleh oli, korosi tidak dapat dihindari, kontaminasi tidak dapat
dihindari dan daerah operasi daerah berdebu. Contoh aplikasi pelumas padat yaitu
pada: cetakan logam, bagian berulir, slevee bearing, saklar kontak dan relay, alat
penyuling minyak, katub flens.
Pelumas gas
Jenis pelumas gas digunakan untuk melumasi tempat-tempat yang tidak
mungkin dilumasi, karena mempunyai putaran kurang lebih 100.000 rpm.
Biasanya diaplikasikan pada peralatan pembangkit energi nuklir dan beberapa
instalasi turbin gas.
tinggi. Tidak tertutup kemungkinan pelumas diberi warna oleh pabriknya untuk
membedakan satu dengan yang lainnya.
Oksidasi (oxidation stability)
Semua produk minyak bumi dapat bereaksi secara kimia dengan udara.
Sebenarnya oksidasi pada pelumas berlangsung sangat lambat pada suhu ruang,
tetapi semakin cepat bila suhu naik. Semakin lembab udara semakin besar
kandungan oksigennya sehingga mempercepat oksidasi. Katalisator terjadinya
oksidasi dapat berupa baja, aluminium dan tembaga. Hasil oksidasi yang tidak
larut berupa lumpur akan menyumbat lubang-lubang saluran. Sedangkan yang
larut bersifat asam, tetap terbawa oleh pelumas dan mempercepat korosi dan terak
yang menempel dengan kuat pada permukaan logam. Oleh karena itu hampir
semua pelumas diberi oxidation inhibitor. Aditif ini mengikat langsung oksigen
sebelum kontak dengan hidrokarbon pada minyak pelumas.
Keasaman (acid)
Pada umumnya proses penyulingan pelumas sifat asam tidak bisa dinetralisir
secara sepenuhnya. Adanya sedikit asam ini sebenarnya tidak berpengaruh secara
fisik maupun kimiawi. Asam yang dikandung tersebut akan menjadi aktif apabila
bereaksi dengan asam hasil oksidasi. Keasaman pada pelumas diukur dengan
suatu besaran angka yang disebut TAN (Total Acid Number), minyak pelumas
yang terlalu asam (TAN tinggi) tidak boleh dipergunakan, karena akan
mengakibatkan sifat korosif pada logam.
Kebasaan (base)
Sifat basa yang dimiliki pelumas menunjukkan bahwa pelumas tersebut
mengandung aditif terutama jenis detergent dan dispersant. Tingkat kebasaan dari
pelumas diketahui dari kandungan TBN (Total Base Number). Angka TBN
pelumas bekas akan lebih rendah dari pelumas yang baru, karena sebagian basa
telah digunakan untuk menetralisir asam-asam yang terbentuk ataupun yang telah
dipakai untuk menghancurkan kotoran.
Emulsifikasi
Air dan minyak sulit untuk bercampur, tetapi dengan adanya kontaminan
(debu dari luar dan partikel logam dari mesin itu sendiri) dapat mengakibatkan
emulsi air dalam pelumas atau sebaliknya (demulsif). Pelumas yang
Kandungan Sulfur
Sulfur dibutuhkan pada minyak pemotongan. Tetapi harus masih dalam batas
nonkorosif. Untuk menjamin hal itu maka pada penyimpanan dan penggunaan,
harus selalu pada batas suhu konstan. Bila tidak demikian maka sulfur akan
bersifat reaktif. Ikatan sulfur berupa sulfat (hidrogen sulfida dan polisulfida)
kencendurangannya bersifat korosif. Disamping itu apabila oli sudah
terkontaminasi apabila bercampur dengan air atau oksigen bisa membuat larutan
asam sulfat yang sangat keras.
Kekentalan (Viscosity)
Kekentalan/viskositas adalah besarnya tahanan aliran yang dimiliki fluida.
Sehingga semakin tinggi viskositas suatu minyak pelumas maka akan semakin
besar daya perlawanan pengaliran. Viskositas akan berubah sejalan dengan
perubahan suhu sehingga metode pengukuran viskositas bermacam-macam, antara
lain:
Viskositas dinamis, satuan: Pa/s, kg/m.s (1 g/cm.s = 1 Poise)
Viskositas kinematis, satuan: m2/s ( 1 cm2/s = 1 Stokes)
Derajat Engler (oE), suhu ukur standar: 20oC, 50oC dan 100oC
Second Saybolt Universal (SSU), suhu ukur standar: 100oF, 130oF dan 210oF
Second Redwood I (RI) atau Redwood Standard atau Redwood commercial,
suhu ukur standar: 70oF, 100oF dan 140oF
Second Redwood II (RII) atau Redwood Admiralty, suhu ukur standar: 210oF
Second DIN 4
Second Cawan Ford
Society of Automotive Engineering (SAE)
American Petroleum Institute (API)
Karakteristik viskositas dan perbandingan dari viskositas kinematis untuk
beberapa satuan pengukuran kekentalan dapat dilihat pada lampiran 2.
e. Standarisasi pelumas
Metode klasifikasi pelumas yang dipakai didunia ada beberapa yaitu:
1. SAE (The Society of Automotive Engineering)
2. API (American Petroleum Institute)
3. ASTM (American Standard of Testing and Material)
4. BS 4232 (British Standard)
5. DIN 51519 (Deuthsche Industry Norm)
6. ISO 3448 (Industrial Standard of Organization)
Standarisasi Pelumas Kendaraan
Kekentalan pelumas kendaraan berdasarkan penggolongan angka SAE
dibedakan:
SAE J300 : khusus untuk pelumas mesin
SAE J306 : khusus untuk roda gigi dan transmisi
Tabel 2.1 Arti simbol pada pelumas kendaraan
Simbol Keterangan
2. Tabung semprot
Pelumasan dengan menggunakan tabung
pelumas bertekanan atau semprot
4. Mangkuk gemuk
Metode pelumasan gemuk ini ada yang
menggunakan jenis tutup berulir dan
jenis pegas tekan yang diputar secara
periodik untuk mendorong gemuk
melalui lubang.
5. Tetes
Pelumasan secara teratur akan menetes
melalui pipa yang dapat disetel
tekanannya terjadi karena gravitasi atau
pengaruh getaran mesin.
6. Sumbu
Pelumasan dengan menggunakan sumbu
sebagai media untuk mengalir oli dari
bak atas
9. Pelumasan sendiri
Pelumasan yang diberikan pada saat alat
tersebut dibuat/dirakit. Umur pelumas
sama dengan umur alat, seperti
pelumasan pada bantalan.
11. Kabut
Pengabutan pelumas digunakan untuk
alat-alat pneumatik, untuk melumasi
komponen yang dilalui udara berteka-
nan
12. Percikan
Komponen yang didesain sedemikian
rupa yang berfungsi untuk memercikan
pelumas yang berada diatasnya.
13. Sirkulasi
Cara ini memakai pompa oli untuk
mengalirkan pelumas secara merata dan
terus menerus. Pelumas secara efektif
menyerap panas dan membawa deposit
kedalam tangki
TUGAS
BAB III
PELUMASAN MESIN PERKAKAS
Setiap minggu
c. Kode Warna
Bentuk simbol yang sudah ada tadi, selanjutnya ditandai dengan warna yang
menunjukkan jenis pelumas yang digunakan. Dibawah ini diberikan contoh daftar
pengelompokkan pelumas berdasarkan kode warna beserta penggunaan dan
viskositasnya.
Tabel 3.2 Daftar jenis pelumas berdasar kode warna
Pelumasan
Mesin Model
Jumlah Penggantian
Bak oli Jenis oli
(Liter) (bln)
- Poros ulir Tonna 33 2,3 12
vertikal
- Bak roda Tellus 27 2,5
Schaublin gigi
frais
53 N - Spindel Tonna 33 3,0
pemakanan
- Poros ulir Tonna 33 0,5
memanjang
Pada tabel di atas tampak bahwa pelumas yang digunakan adalah jenis oli
dengan merk tertentu. Sebenarnya jenis pelumas bisa diganti dengan pelumas
yang lainnya asalkan terlebih dahulu diketahui sifat-sifat minyak pelumas
pengganti. Sifat minyak pengganti harus ekivalen dengan minyak pelumas yang
disarankan oleh pabrik pembuat mesin.
TUGAS
Merencanakan dan Melaksanakan Pelumasan
Untuk Mesin Bubut dan Mesin Frais
Lembar jawaban
BAB IV
PENGUKURAN KERATAAN (LEVELLING) MESIN
Spirit level
Carriage
Meja
Kesimpulan :
Grafik B 2:
Kesimpulan :
b. Pada b. 0,03
B3 bidang
vertikal
Grafik B 3:
Kesimpulan :
b. Kemiringan b. 0,02
B4 bidang termasuk
muka kesalahan
aksial
Dial
Indikator
Poros
Pemb
antu
Kesimpulan :
Eksentrisitas 0,01
dari pada
B5 "spindel nose"
Kesimpulan :
Kesimpulan :
Horizontal Vertikal
Rata-2 Rata-
Jarak Penyimpangan Jarak Penyimpangan
Posisi mm Posisi 2
mm
00 1800 mm 00 1800 mm
0 0 0 0
1 50 1 50
2 100 2 100
3 150 3 150
4 200 4 200
5 250 5 250
6 300 6 300
Grafik B 7:
Kesimpulan :
Kesimpulan :
Horizontal Vertikal
Jarak Penyimpangan Jarak Penyimpangan
Posisi Posisi
(mm) (mm) (mm) (mm)
0 0 0 0
1 10 1 10
2 20 2 20
3 30 3 30
4 40 4 40
5 50 5 50
6 60 6 60
7 70 7 70
8 80 8 80
9 90 9 90
Grafik B 9 :
Horizontal Vertikal
Jarak Penyimpangan Jarak Penyimpangan
Posisi Posisi
(mm) (mm) (mm) (mm)
0 0 0 0
1 25 1 25
2 50 2 50
3 75 3 75
4 100 4 100
5 125 5 125
6 150 6 150
Grafik B 10:
Kesimpulan :
Perbedaan 0,04/300
tinggi antara tailstock
B11 kedua center lebih tinggi
dari pada
headstock
Grafik B 11:
Kesimpulan :
Jarak Penyimpangan
Posisi
(mm) (mm)
0 0
1 25
2 50
3 75
4 100
5 125
6 150
7 175
8 200
9 225
10 250
Grafik B 12:
Kesimpulan :
Kesimpulan :
a. Horizontal a. 0,05/300
D2
b. Vertical b. 0,08/300
Kesimpulan :
3. Landasan
Penyimpangan
Macam Hasil
No Skema yang diijinkan
Pengujian (mm) pengujian
a. Horizontal a. 0,05/300
D3
b. Vertical b. 0,08/300
Kesimpulan :
Kesejajaran
D4 chuck terhadap 0,03/300
colum
Kesimpulan :
Kesimpulan :
Kesimpulan :
Kesimpulan :
Grafik F1:
b. Pada arah
tegak lurus b.0,025/300
vertikal
simetris
dengan mesin
Grafik F 3
Kesimpulan:
a. Transversal b. Longitudinal
Jarak Penyimpangan Jarak Penyimpangan
Posisi Posisi
(mm) (mm) (mm) (mm)
0 0 0 0
1 20 1 20
2 40 2 40
3 60 3 60
4 80 4 80
5 100 5 100
6 120 6 120
Grafik F5
Kesimpulan:
Kesimpulan:
Kesejajaran : 0,025/300
F8 Sumbu spindel kebawah
relatif terhadap
permukaan
meja
Kesimpulan:
Kesimpulan:
Grafik F10
Kesimpulan:
Kesimpulan:
Kesimpulan:
Grafik S1
Kesimpulan:
Kesimpulan:
Kesimpulan:
Kesimpulan:
BAB V
PERAWATAN KECIL (SMALL REPAIR)
PADA MESIN PERKAKAS
Mesin Bubut
a. Bagian utama mesin bubut
1. Meja Mesin (Bed)
2. Kepala tetap (Head Stock)
3. Gear Box (Rumah gigi percepatan)
4. Pembawa/eretan (Carriage)
5. Kepala lepas (Tail stock)
Headstock
Tail stock
Meja
Gear box
Carriage
Pemutar Chuck
Tiga Rahang
Chuck
3. Gear box
Pada mesin bubut ada 2 gear box, yaitu gear box pada spindle utama sebagai
pengatur kecepatan dan gear box pada eretan. Keduanya pendinginnannya sama
menggunakan sistim celup.
Gigi Percepatan
Tuas pemidah
Tuas Pemindah
(a). Perawatan
Gear box jarang rusak jika perawatan / pemberian pelumas secara berkala
dilaksanakan, tetapi jika penggantian, pengecekan pelumas tidak pernah dilakukan
gear box akan cepat rusak.
Langkah-langkah perawatan:
1. Cek volume pelumas gear box dengan melihat dari gelas penduga.
2. Jika kurang dari setengah ketinggian gelas penduga maka perlu ditambah
minyak pelumasnya.
3. Cek dulu keadaan pelumas, apakah sudah berbuih, kotor atau tercampur
dengan air.
4. Sebelum melakukan langkah c matikan mesin dan buka penutup.
5. Jika perlu diganti pelumas, buka baut tap oli dibawah gelas penduga, jika
hanya menambah buka baut penutup diatasnya.
(b) Langkah-langkah pembongkaran pemasangan:
1. Matikan panel, dan kunci dalam keadaan off
2. Keluarkan minyak pelumas, hati-hati jika tumpah dilantai segera bersihkan
3. Buka tutup transmisi (gear box) dengan melepas baut pengikat menggunakan
kunci L
4. Lepas sabuk beralur, hati-hati melepasnya jangan sampai sobek atau
kecelakaan bagi operator
5. Lepas pen pada tuas pemindah kecepatan, ingat pen dalam bentuk tirus
6. Tarik dan lepas poros pemindah kecepatan
7. Lepas baut spindle utama
8. Lepas pasak countershaft
9. Lepas baut pada cover dan tarik countershaft keluar
10. Keluarkan spindle utama dengan cara memukulnya dari belakang dengan
menggunakan palu plastik.
11. Letakkan sesuai dengan urutannya dimeja bangku kerja
12. Periksa bagian-bagian transmisi (sabuk beralur, spline, roda gigi, poros, tuas
penggungkit dan bantalan)
13. Pasang kembali dengan urutan kebalikan pembongkaran
14. Setelah terpasang semua, periksa pemindahan kecepatan roda gigi, jika tidak
ada masalah lanjutkan ke langkah 15 tetapi jika pemindahan terasa berat perlu
diperiksa kembali rangkaian, posisi dari transmisi.
15. Isi dengan minyak pelumas yang sesuai
16. Diuji coba apakah getaran terlalu tinggi, timbul suara yang tinggi dan apakah
ada tumpahan minyak pelumas. Jika terjadi itu perlu diperiksa kembali tetapi
jika tidak berarti mesin siap untuk dipakai.
4. Pembawa (Carriage)
Berfungsi membawa toll post untuk melakukan pemakanan atau penyayatan.
Yang perlu diperhatikan adalah spindle-spindelnya, poros berulir otomatis dan
pelumas pada gearbox pembawa.
Toolpost
Carriage
15. Periksa gigi-gigi pada gearbox, bagian-bagian eretan, bearing dan slide apakah
ada kerusakaan atau kotoran.
16. Periksa kedataran permukaan eretan dan slide
17. Periksa poros ulir slide
18. Bersihkan dan beri pelumas sebelum dipasang kembali
19. Pasang kembali dengan urutan kebalikan dari urutan pembongkaran
20. Setelah terpasang semua periksa kekencangan baut-baut pengikatnya dan stel
gerakan daripada eretan dan toolpost
21. Isi gear box dengan minyak pelumas yang disarankan dan periksa volumenya
22. Beri greas pada poros ulirnya dan oli pada poros kecepatan
23. Dicoba gerakan dari pada eretan melintang dan slide jika dirasakan telalu berat
lakukan penyetelan ulang.
Tailstock
Pemegang
Handle
Cover Transmisi
Power Belt
Chuck
Meja
Colum
Arbor
Power
Colum Meja
Tutup
Pulley
Belt
4. Mesin Sekrap
a. Bagian utama mesin sekrap
1. Tool holder
2. Ragum mesin
3. Meja mesin
4. Penahan meja
5. Motor penggerak
6. Saklar utama
7. Tuas penggerak
Penutup
TUGAS
Small Repair Mesin Perkakas
Lembar jawaban