Penulis:
Daftar Pustaka......................................................................................................... 15
2
Kegiatan Belajar 3: Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin
Industri
Uraian Materi
3
Penanam modal menempatkan fungsi perawatan/pemeliharaan mesin industri penting,
karena dapat:
a. Melindungi modal yang ditanamkan terutama modal yang berupa mesin atau peralatan
produksi
b. Menjamin penggunaan sarana perusahaan secara optimal dan berumur panjang
c. Menjamin kembalinya modal dan keuntungan
d. Menjamin kelangsungan hidup perusahaan
e. Mengetahui dan mengendalikan biaya perawatan/pemeliharaan mesin, serta
membantu untuk menentukan anggaran biaya perawatan di masa mendatang.
4
rusak. Pembersihan terutama dilakukan setiap jam kerja berakhir, dan dilakukan oleh
operator mesin tersebut.
Pekerjaan utama dalam perawatan berkala terdiri dari dua jenis pekerjaan, yaitu;
1) Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan terhadap bagian-bagian dari mesin/peralatan yang dianggap
perlu, dan dilakukan secara teratur mengikuti jadwal pemeriksaan yang telah disusun.
Jadwal pemeriksaan disusun atas dasar pertimbangan yang cukup, di antaranya;
a) Pengalaman yang telah lalu dalam suatu jenis pekerjaan yang sama, terkait
dengan selang waktu atau frekuensi untuk melakukan pemeriksaan bagian
tersebut yang paling minimal dan ekonomis
b) Rekomendasi dari pabrik pembuat mesin/peralatan yang bersangkutan, misalnya
buku petunjuk perawatan atau buku petunjuk pengoperasian mesin.
2) Penyetelan
Penyetelan adalah pekerjaan mengeset atau melakukan penyesuaian agar mesin atau
bagian mesin kembali ke keadaan standar. Bagian-bagian mesin yang saling bekerja-
sama seringkali mengalami perubahan kondisi akibat pengoperasian dan
pembebanan yang terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Pasangan mur dan
baut menjadi kendor, jarak pasangan roda gigi berubah melebihi kelonggaran ideal,
kekencangan sabuk (V-belt) berubah menjadi tidak sesuai standar. Perubahan
tersebut menimbulkan penyimpangan gerak, bunyi atau suara yang tidak seharusnya,
atau mungkin panas yang lebih dari biasanya. Apabila dibiarkan, perubahan-
perubahan kecil tersebut akan menyebabkan kerusakan yang lebih besar dan fatal,
oleh karena itu secara berkala, bagian yang mengalami perubahan perlu dilakukan
penyetelan atau penyesuaian agar keadaannya kembali ke standar yang dapat
diterima.
5
a. Pemeliharaan yang Direncanakan (Planned Maintenance)
Dalam pemeliharaan yang direncanakan, suatu mesin atau peralatan akan mendapat
giliran perawatan sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan. Penentuan dari interval
waktu perawatan ini didasarkan pada beban kerja, dan tingkat kerumitan dari mesin/peralatan
yang bersangkutan. Harapan atau tujuan dari pekerjaan perawatan yang direncanakan
adalah;
1) Dapat memperpanjang usia pakai mesin/peralatan hingga mencapai 3 atau 4 kali
lebih panjang
2) Dapat mengurangi bahkan meniadakan terjadinya kerusakan yang tidak diharapkan
terutama ketika mesin/peralatan digunakan dalam proses produksi
3) Dapat menjamin ketelitian mesin/peralatan produksi yang digunakan sehingga
dapat terjamin kualitas produk yang dihasilkan
4) Dapat menjamin kualitas operasional mesin/peralatan, sehingga kelancaran dan
kelangsungan produksi dapat terpelihara dengan baik.
6
Pemeliharaan yang tidak direncanakan adalah bentuk pekerjaan pemeliharaan yang
dilakukan setelah terjadi kerusakan pada suatu mesin/peralatan. Pekerjaan pemeliharaan
yang dilakukan bersifat darurat, artinya harus segera mungkin dilakukan tindakan perbaikan
karena kerusakan tersebut telah mengganggu aktivitas produksi, oleh karena itu jenis
pemeliharaan yang tidak direncanakan ini dikatagorikan sebagai pemeliharaan darurat
(emergency maintenance).
Nama-nama atau istilah dalam perawatan/pemeliharaan mekanik industri berikut
skema yang menggambarkan klasifikasi (pengelompokan) pekerjaan perawatan/pemeliharan
mesin dapat dilihat pada Gambar 3.1. Beberapa nama atau istilah dalam setiap kelompok
perawatan dijelaskan dalam uraian berikutnya.
1) Preventive Maintenance
Adalah jenis pekerjaan perawatan/pemeliharaan yang bertujuan untuk
mencegah atau menghindari terjadinya kerusakan mesin/peralatan yang
mengakibatkan terhentinya atau terganggungan suatu kegiatan produksi. Dengan kata
lain, preventive maintenance adalah kegiatan perawatan atau cara perawatan yang
direncanakan untuk pencegahan (preventif), yaitu mencegah suatu mesin mengalami
kerusakan pada saat digunakan dalam proses produksi.
4) Shut-down Maintenance
Pekerjaan perawatan yang dilakukan karena terjadi kerusakan
mesin/peralatan pada saat mesin/peralatan tersebut digunakan untuk kegiatan
7
produksi. Perawatan dilakukan dengan cara memberhentikan sementara kegiatan
produksi yang sedang berjalan (shut-down). Pemberhentian kegiatan produksi ini tidak
dijadualkan, akan tetapi kapan, dan berapa lama waktu mesin/peralatan berhenti
beroperasi sebelumnya telah direncanakan terlebih dahulu. Perawatan dengan
memberhentikan sementara operasi mesin/peralatan ini dilaksanakan dalam durasi
waktu yang telah direncanakan, oleh karena itu sebelum dilakukan pekerjaan
perawatan terlebih dahulu harus disiapkan suku cadang, material, alat-alat kerja, dan
tenaga kerjanya.
5) Breakdown Maintenance
Break-down maintenance termasuk pemeliharaan yang direncakan, yang
kegiatannya dilakukan pada saat mesin/peralatan sedang tidak digunakaan karena
dalam masa istirahat berproduksi (break), Pelaksanaan pemeliharaan, sebelumnya
telah dijadualkan, yakni pada waktu tidak ada kegiatan atau jadual produksi. Bagian
dari mesin/peralatan yang menjadi objek perawatan biasanya telah diketahui atau
telah ditetapkan terlebih dahulu. Penetapan objek perawatan mengacu pada buku
pedoman perawatan terutama mengenai batas usia (live-time) komponen mesin,
misalnya bantalan (bearing), V-belt,, time-belt, seal, dan lainnya. Hal-hal penting yang
mendukung pelaksanaan kegiatan pemeliharaan, misalnya alokasi waktu untuk
melaksanakan pekerjaan, suku cadang, material, alat-alat kerja, dan tenaga kerjanya
telah direncanakan matang dan disiapkan terlebih dahulu sebelum pekerjaan
pemeliharaan dilakukan.
8
preventif adalah menemukan suatu tingkat keadaan yang menunjukkan gejala kerusakan
sebelum mesin/ peralatan tersebut mengalami kerusakan yang lebih fatal. Dengan demikian,
apabila prosedur perawatan preventif dilaksanakan dengan baik, kemudian diikuti dengan
koordinasi dan sinergi akan dapat;
a. Mengurangi atau menghindari kerugian akibat naiknya waktu tidak produktif (down-
time) yang disebabkan kerusakan mesin/peralatan ketika proses produksi sedang
berjalan
b. Mengurangi atau menghindari biaya perbaikan yang mahal yang disebabkan oleh
adanya kerusakan mesin/peralatan yang fatal
c. Mengurangi atau menghilangkan interupsi terhadap jadual waktu produksi dan jadual
perawatan yang telah direncanakan.
Untuk mencapai tujuan perawatan preventif tersebut, hal utama yang harus dilakukan
adalah usaha untuk sedapat mungkin menghindari terjadinya interupsi-interupsi terhadap
jadual produksi yang telah ditetapkan. Hal ini dilaksanakan dengan memusatkan perhatian
kegiatan pemeliharaan preventif pada unit-unit yang dianggap rawan atau kritis. Suatu unit
termasuk ke dalam klasifikasi rawan atau kritis apabila:
a. Kerusakan pada unit mesin/peralatan tersebut dapat membahayakan kesehatan atau
keselamatan kerja
b. Kerusakan unit mesin/peralatan tersebut dapat mempengaruhi kualitas produk
c. Kerusakan unit mesin/peralatan tersebut dapat menyebabkan proses produksi terhenti
d. Modal yang ditanamkan pada unit mesin/peralatan tersebut dinilai cukup tinggi
9
a. Inspeksi (I)
b. Perawatan kecil (K)
c. Perawatan medium (M)
d. Bongkar total (B)
Ketika mesin mulai digunakan (B1), secara periodik dilakukan inspeksi (I) agar
kondisinya tetap dapat beroperasi sesuai standar. Pekerjaan inspeksi ini dilakukan misalnya
dua kali, yaitu Inspeksi-1 (I1) dan Inspeksi-2 (I2) untuk kemudian dilakukan perawatan kecil-1
(K1). Kegiatan perawatan setelah Perawatan kecil-1 (K1) adalah Inspeksi-3 (I3) dan Inspeksi-
4 (I4) yang kemudian dilanjutkan perawatan kecil-2 (K2). Perawatan medium (M), dilakukan
setelah dua kali kegiatan inspeksi (I5 dan I6) pasca dilakukannya perawatan kecil-2 (K2).
Demikian seterusnya, setelah perawatan medium (M), kembali dilakukan inspeksi dan
perawatan kecil sampai kembali dilakukan bongkar total dan penggantian komponen-
komponen yang rusak dan aus sehingga mesin tersebut memiliki kinerja seperti mesin baru
lagi (B2). Periode waktu dari mesin dibongkar total pertama kali (B1) sampai mesin dibongkar
total kembali (B2), disebut siklus perawatan preventif. Skema siklus perawatan preventif mulai
dari bongkar total pertama (B1) sampai bongkar total kedua (B2) digambarkan sebagai
berikut.
(1) Inspeksi
Inspeksi atau pemeriksaan adalah kegiatan utama dalam perawatan preventif. Kegiatan
inspeksi dimaksudkan untuk menemukan dan mengidentifikasi gejala fisik dari mesin atau
bagian mesin yang berpotensi menimbulkan kerusakan yang lebih fatal. Inspeksi berarti
mengamati secara seksama terhadap bagian luar dan bagian dalam dari mesin/peralatan
menggunakan indera atau dengan bantuan peralatan untuk mendeteksi terjadinya
kelainan-kelainan pada mesin/peralatan ketika dioperasikan. Pengamatan terutama
dititikberatkan untuk mendeteksi adanya:
(a) Bunyi/suara yang tidak semestinya akibat kerusakan bantalan, kelonggaran susunan
roda gigi, atau kekencangan belt pada sistem transmisi berubah sehingga tidak
sesuai standar
(b) Gerakan mesin atau bagian mesin yang tidak normal karena kelonggaran yang
berlebih atau sebaliknya sehingga bagian tersebut perlu penyetelan ulang
(c) Kondisi pelumasan pada seluruh bagian mesin, mana bagian yang perlu penambahan
volume pelumas, mana bagian yang mengalami kebocoran pelumas (kerusakan seal)
dan mana bagian yang kemungkinan terjadi disfungsi pelumasan
(d) Getaran yang berlebihan pada suatu bagian mesin ketika mesin beroperasi normal,
yang dapat menjadi petunjuk bahwa bagian tersebut memerlukan penyetelan
10
(e) Panas yang lebih dari biasanya, kemunculan asap, atau bau partikel terbakaryang
tidak seharusnya.
Frekuensi inspeksi perlu ditentukan secara sangat hati-hati. Apabila frekuensi inspeksi
kurang dapat menyebabkan gejala awal kerusakan mesin tidak terdeteksi, sehingga
mesin akan menjadi rusak lebih parah yang sulit untuk diperbaiki dengan segera.
Sedangkan apabila terlalu sering diadakan inspeksi dapat menyebabkan mesin
kehilangan waktu produktivitasnya. Dengan demikian frekuensi pelaksanaan inspeksi
harus benar-benar ditentukan berdasarkan pengalaman, dan jadwal program inspeksi
perlu dipertimbangkan dengan matang.
(2) Perbaikan Kecil (K)
Perbaikan kecil adalah aktivitas pemeliharaan yang bersifat kuratif (perbaikan) terhadap
komponen-komponen mesin yang mengalai kerusakan atau habis usia pakainya karena
mencapai batas penggunaan. Kegiatanperbaikan kecil meliputi semua kegiatan inspeksi,
ditambah dengan kegiatan perbaikan yang disertai pembongkaran ringan pada beberapa
bagian mesin, misalnya;
(a) Pembongkaran unit untuk mengganti V-belt, time-belt yang usia pakainya telah atau
mendekati habis, atau penggantian mur dan baut yang telah tidak berfungsi dengan
baik, dan mengembalikan atau merakit kembali unit yang dibongkar
(b) Melakukan berbagai penyeuaian dengan standar yang diminta seperti pada inspeksi,
dengan melakukan perbaikan yang diperlukan jika dikehendaki
(c) Pemulihan kantong minyak pada permukaan pemandu gerak (slide-ways), jika mesin
sedang berhenti beroperasi.
11
(c) Melakukan perataan (scraping) dan penggerindaan kembali permukaan-permukaan
pemandu gerak yang ada pada mesin
a. Perawatan Poros
Poros yang berputar kedua ujungnya dilengkapi bearing. Poros harus tetap lurus dan
balanch agar supaya tidak bergetar saat berputar dengan kecepatan tinggi. Poros tetap
balanch dan bearing yang terpasang masih standard, artinya bearing tidak kocak (aus). Poros
tidak boleh kena pukulan benda keras seperti palu besi selain terluka, tidak balanch dan
kesulitan bila mengeluarkan/memasang bearing pada waktu penggantian.
Pemeliharaan roda gigi caranya menjaga agar pelumas tetap ada pada roda gigi
sehingga gesekan kering tidak terjadi. Roda gigi yang berada didalam box seperti kotak
transmisi, pelumasan umumnya menggunakan oli pelumas dengan kekentalan tertentu
misalnya SAE 30 – SAE 50. Indikator pengecekan oli secara priodik sering di cek apakah level
oli nya masih berada pada batas normal atau di bawah batas minimal. Jika level oli berada di
bawah batas minimal, maka segera dilakukan penambahan oli dengan kekentalan yang
sama.
c. Perawatan Bearing
Bearing berfungsi untuk mengurangi (meminimalkan) gesekan sehingga poros diputar
terasa lebih ringan. Bearing yang menggunakan penutup pada sisi kanan dan kiri telah diberi
pelumas yang namanya grease molibdin. Grease molibdin ini tahan lama dan tidak mudah
kering, oleh karena itu grease pada bearing jenis ini harus dijaga jangan sampai hilang/keluar
karena terkena minyak. Bearing tanpa penutup pelumasannya dari luar menggunakan oli atau
grease, jika penggunaannya tidak pada box transmisi, sedangkan bearing yang berada dalam
box transmisi pelumasannya pasti menggunakan oli pelumas dengan kekentalan tertentu.
Bearing jika telah aus akan memberi tanda kocak jika dipakai pada putaran tinggi
akan bersuara berisik, semakin besar keausannya (longgar) semakin berisik. Bering yang
telah aus harus diganti dengan ukuran yang sama, datanya dapat dilihat pada bearing seperti
diameter luar dan diameter lubang serta ketebalannya, sebaiknya mengganti bearing gunakan
bearing dengan code nomor pada merek yang sama.
d. Perawatan Belt
Bahan belt terdiri dari karet, benang nilon, serat nilon dan katun yang sangat kuat
sebagai pembungkus belt, oleh karena itu belt lebih tepat digunakan ditempat terbuka dan
kering. Belt yang digunakan ditempat tertutup harus kondisinya kering dan bebas dari
pengaruh oli dan sejenis minyak. Kelebihan dari belt dalam tempat tertutup yaitu selain belt
kondisinya lebih bersih karena terhindar dari pengaruh debu dan pasir halus sehingga belt
lebih awet. Supaya belt dapat berfungsi dengan baik, kondisinya harus kering, bebas dari
12
minyak seperti oli, kotoran seperti debu, air dan pasir. Pemeliharaan yang rutin dilakukan
selain belt harus bersih, perlu diperhatikan adalah kekencangan belt, karena belt tidak boleh
longgar atau terlalu kencang. Penyetelan belt yang terlalu kencang (tegang) menyebabkan
bearing cepat aus (belt cepat rusak) dan bearing juga cepat aus, sedangkan pemasangan
belt yang longgar mengakibatkan belt cepat aus karena sering terjadi slip.
Belt yang rusak memberi tanda tanda sebagai berikut, a). Telah aus, ditandai telah
longgar pada alur pulley, b). Retak pada belt, c). Cover belt dari serat nilon dan katun telah
robek, dan lain sebagainya. Jika pada belt telah ada salah satu dari tanda tersebut , maka
belt harus segera diganti, jangan sampai menunggu belt putus.
e. Perawatan Pulley
Pulley umumnya terbuat dari bahan logam aluminium dan besi cor. Pulley lebih awet
dari pada belt. Kerusakan pulley ditandai dari ukuran alur yang membesar dan alur pasaknya
telah longgar. Pulley yang telah rusak sebaiknya diganti dengan pulley yang baru dengan
ukuran yang sama, karena harga pulley relatif murah dan banyak tersedia ditoko onderdil
mesin. Perawatan agar supaya pulley tidak cepat rusak sebagai berikut: a). Kekencangan
belt tidak boleh berlebihan atau penyetelan belt yang terlalu kencang, b). Beban yang
dipindahkan tidak boleh melebihi kemampuan pulley, c) jika pulley longgar pada alur pasaknya
segera kencangkan hingga menjadi kencang kembali pada alur pasaknya.
f. Pemeliharaan Pasak
Pasak ukurannya tertentu dan dapat masuk dan pas pada dudukannya diporos. Jika
pasak longgar pada dudukannya di poros, maka gantilah pasak dengan pasak yang baru.
Pasak rusak umumnya karena awalnya longgarnya masih sedikit lalu dibiarkan dan tidak
segera di perbaiki atau distel kembali akibat pembiaran akhirnya longgarnya semakin besar
dan berujung penggantian pasak.
g. Pemeliharaan Kopling
13
i. Pemeliharaan Mekanik Hidrolik
Kerusakan mekanik hidrolik umumnya ditandai dengan rembesan oli hidrolik atau yang
lebih parah jika terjadi kebocoran pada mekanik hidrolik. Umumnya kebocoran terjadi pada
sambungan antara komponen satu dan lainnya atau terjadi pada seal perapat yang umur
pakainya telah kadaluarsa atau karena telah aus. Kebocoran pada seal perapat sebaiknya
diganti seal yang baru, sebab jika hanya dikencangkan saja bila umur pakainya seal telah
kadaluarsa, maka akan tetap rembes atau bocor. Perlu suku cadang berupa seal dan jangan
menyimpan seai terlalu lama hingga kadaluarsa.
Mekanik pompa jika terjadi kerusakan umumnya seal dan pistonnya. Kerusakan yang
harus mengganti dengan komponen yang baru seperti katup lengkap dengan rumahnya.
Begitu juga dengan pompa hidrolik yang bertekanan tinggi diatas 150 bar, jika rusak piston
(plunyernya) sebaiknya mengganti dengan yang baru. Industri yang berproduksi sering
mempunyai suku cadang pompa hidrolik lengkap dengan katup-katup, selang hidrolik, dan
beberapa seal yang penting. Maksudnya bila salah satu mekanik hidroliknya rusak dapat
langsung menggantinya tanpa menunggu terlalu lama.
14
Daftar Pustaka
Higgins, LR., PE. And LC. Morrow. Maintenance Engineering Handbook, 3rd Edition. Mc.
GrawHill Book Company.
15