HEAT TREATMENT
Disusun Oleh :
Puji syukur diucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha sa. atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah
Nikolaus M. Haumen.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Heat Treatment (perlakuan panas) adalah salah satu proses untuk mengubah struktur
logam dengan jalan memanaskan specimen pada electric terance (tungku) pada temperatur
rekristalisasi selama periode waktu tertentu kemudian didinginkan pada media pendingin
seperti udara, air, air garam, oli, dan solar yang masing-masing mempunyai kerapatan
pendinginan yang berbeda-beda.
Sifat – sifat logam yang terutama sifat mekanik yang sangat dipengaruhi oleh struktur
mikro logam disamping posisi kimianya, contohnya suatu logam atau paduan akan
mempunyai sifat mekanis yang berbeda-beda struktur mikronya diubah. Dengan adanya
pemanasan atau pendinginan dengan kecepatan tertentu maka bahan – bahan logam dan
paduan memperlihatkan perubahan strukturnya.
Perlakuan panas adalah proses kombinasi antara proses pemanasan atau pendinginan
dari suatu logam atau paduannya dalam keadaan padat untuk mendaratkan sifat-sifat
tertentu. Untuk mendapatkan hal ini maka kecepatan pendinginan dan batas temperatur
sangat menetukan.
1.2 Tujuan
BAB II
ISI
2.1 Pengertian
Heat treatment (perlakuanpanas) adalah suatu cara yang digunakan untuk tujuan
mengubah suatu sifat dari benda tertentu yang pada umumnya logam. Salah satu sifat yang
dapat diubah adalah tingkat kekerasannya melalui proses annealing, hardening, dan/atau
tempering. Proses yang bisa dilakukan pada program heat treatment, antara lain annealing,
hardening, tempering, blackening, normalizing,stress relieving, carburizing, dan quenching.
a. Annealing
Annealing adalah adalah proses pemanasan material sampai temperatur austenit lalu
ditahan beberapa waktu dan kemudian pendinginannya dilakukan secara perlahan - lahan,
didalam sebuah tungku. Arti kata dari annealing itu sendiri adalah pelunakan.
b. Hardening
Hardening adalah perlakuan panas terhadap logam dengan sasaran meningkatkan
kekerasan alami logam. Perlakuan panas menuntut pemanasan benda kerja menuju suhu
pengerasan, jangka waktu penghentian yang memadai pada suhu pengerasan dan
pendinginan (pengejutan) berikutnya secara cepat dengankecepatanpendinginan
kritis.Akibat pengejutan dingin dari daerah suhupengerasanini, dicapailah suatu keadaan
paksaan bagi struktur baja yang merangsang kekerasan, oleh karena itumaka proses
pengerasan ini disebut pengerasan kejut.
Karena logam menjadi keras melalui peralihan wujud struktur, maka perlakuan panas ini
disebut juga pengerasan alih wujud.
Kekerasan yang di capai pada kecepatan pendinginan kritis (martensit) ini diiringi
kerapuhan yang besar dan tegangan pengejutan, karena itu pada umumnya dilakukan
pemanasan kembali menuju suhu tertentu dengan pendinginan lambat.
Kekerasan tertinggi (66-68HRC) yang dapat dicapai dengan pengerasan kejut suatu baja,
pertama bergantung pada kandungan zat arang, kedua tebal benda kerja mempunyai
pengaruh terhadap kekerasan karena dampak kejutan membutuhkan beberpa waktu untuk
menembus kesebelah dalam, dengan demikian maka kekersan menurun kearah inti.
Untuk mencapai suhu austenit ± 900 ºC harus dilakukan pemanasan bertahap, misalnya
untuk Special K (Bohler). Suhu hardening 950-980 ºC untuk mencapai kekerasan 63-65 RC.
Media quenching yang digunakan adalah oli atau udara. Untuk mencapai suhu 950ºC harus
dipanaskan bertahap yaitu,
• Di tahan sebentar lalu di keluarkan dan di celupkan ke dalam oli quenching sambil
digoyang – goyangkan supaya gelembung asap cepat terlepas dari permukaan baja
sehingga pendinginannya dapat merata .
• Jika bentuk dari material yang dikeraskan berpenampang komplex atau benda
tersebut berpenampang tipis, temperatur pengerasan harus memakai atas bawah,
sedangkan jika material besar dan tebal atau berbentuk sederhana memakai
temperatur pengerasan batas atas.
b. Pemanasan terlalu cepat sehingga temperatur inti dari benda kerja belum sama
dengan temperatur kulit luar pada baja.
c. Tidak adanya proses pemanasan bertahap dan tidak adanya waktu penahanan pada
proses pemanasan sehingga pada waktu di quenching benda kerja akan mengalami
retak.
d. Timbulnya nyala api yang mengakibatkan terlepasnya karbon pada permukaan benda
kerja,sehingga permukaan benda kerja kurang keras.
c. Tempering
Setelah proses hardening biasanya baja akan sangat keras dan bersifat rapuh, untuk itu
perlu proses lanjutan yaitu proses tempering.
• Mengurangi kekerasan
Secara kimia selama tempering yang terjadi adalah atom C yang setelah proses
hardening terperangkap pada jaringan besi Alfa dan pada proses pemanasan tempering
atom C mendapat kesempatan untuk melakukan diffuse yaitu pemerataan kadar C tanpa
adanya halangan dan kembali menjadi zementit.
Proses ini berlangsung terus sehingga diperoleh struktur ferrite yang bercampur dengan
zementit, dan diperoleh struktur yang ulet.
Gambar2.1Tabelsuhucolortempering
d. Blackening
e. Normalizing
Tujuan dari proses normalizing sangat bervariasi. Normalizing dapat meningkatkan atau
menurunkan kekuatan dan kekerasan dari pada baja, bergantung pada perlakuan panas dan
sifat mekanik dari baja sebelum dilakukan proses normalizing. Tetapi secara umum tujuan
dari proses normalizing adalah untuk meningkatkan mampu mesin (machinability), grain-
structurerefinement, homogenisasi, dan mengatur atau memodifikasi residual stressyang
ada pada baja.
f. StressRelieving
Besi/baja akan mengalamami tegangan dalam akibat dari pemanasan atau pendinginan
yang tidak kontinyu akibat dari tuang, las maupun tempa, atau karena pengepresan, tekuk,
tekan, maupun juga karena proses potong. Karena jika tegangan dalam ini tidak dihilangkan
akan mengganggu proses selanjutnya misalnya rentan terjadinya keretaan maupun
penyusutan pada proses pemanasan lanjutan. Prinsip dari pemanasan ini adalah
memanaskan besi/baja sampai temperatur di bawah titik ubah A1 (pada diagram FEC)
kemudian didinginkan perlahan-lahan. Untuk pemanasan stress relieving pada baja idealnya
550 ºC sampai 650 ºC yang dipertahankan selama 3 jam atau sesuai dengan tebal dari baja.
Jika proses pendinginan terlalu cepat malahan akan timbul tegangan baru, semuanya itu
dapat dicegah dengan cara pendinginan dalam dapur/oven sampai suhu400ºC dan jika
dapur/oven tidak ada pelindung oksidasi ( dengan gas nitrogen ) maka baja yang
dipanaskan harus dibungkus/dikubur dengan tatal dari besi tuang supaya tidak terjadi
oksidasi karena pertemuan dengan gas oksigen.
g. Carburizing
Penambahan karbon yang disebut carburizing atau karburasi, dilakukan dengan cara
memanaskan pada temperatur yang cukup tinggi yaitu pada temperatur austenit dalam
lingkungan yang mengandung atom karbon aktif, sehingga atom karbon aktif tersebut akan
berdifusi masuk ke dalam permukaan baja dan mencapai kedalaman tertentu. Setelah
proses difusi, diikuti perlakuan pendinginan cepat (quenching), sehingga diperoleh
permukaan yang lebih keras, tetapi liat dan tangguh bagian tengahnya. Difusi adalah gerak
spontan dari atom atau molekul di dalam bahan yang cenderung membentuk komposisi
yang seragam. Hukum pertama Fick’s menyatakan bahwa difusi dari sebuah elemen dalam
suatu bahan substrat merupakan fungsi koefisien difusi dan gradien konsentrasi. Gradien
konsentrasi adalah jumlah atom yang terdapat disekitar substrat dibandingkan dengan
jumlah atom yang terdapat di dalam substrat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kecepatan difusi yaitu, temperatur, komposisi dan waktu.
Metode proses carburizing dibedakan berdasarkan media karburasinya, yaitu gas, cair
dan padat. Pack carburizing adalah metode carburizing yang paling sederhana dibanding
metode cair dan gas, karena dapat dilakukan dengan peralatan yang sederhana. Pada
metode ini, komponen ditempatkan dalam kotak berisi media karburasi yang saat
pemanasan pada suhu austenisasi (842 – 953 oC) akan mengeluarkan gas CO2 dan CO.
Pembentukan karbon monoksida ditingkatkan oleh energizer atau katalis, seperti barium
karbonat (BaCO3), kalsium karbonat (CaCO3), kalium karbonat (K2CO3), dan natrium karbonat
(Na2CO3), yang hadir di kompleks karburasi. Kandungan karbon dari setiap jenis arangadalah
berbeda-beda.Semakin tinggi kandungankarbondalamarang, maka penetrasikarbonke
permukaan baja akan semakin baik pula.
h. Quenching
Proses quenching atau pengerasan baja adalah suatu proses pemanasan logam hingga
mencapai batas austenit yang homogen. Untuk mendapatkan kehomogenan ini maka
austenit perlu waktu pemanasan yang cukup. Selanjutnya secara cepat baja tersebut
dicelupkan ke dalam media pendingin, tergantung pada kecepatan pendingin yang kita
inginkan untuk mencapai kekerasan baja. Pada waktu pendinginan yang cepat pada fase
austenit tidak sempat berubah menjadi ferit atau perlit karena tidak ada kesempatan bagi
atom-atom karbon yang telah larut dalam austenit untuk mengadakan pergerakan difusi dan
bentuk sementit oleh karena itu terjadi fase lalu yang mertensit, ini berupa fase yang sangat
keras dan bergantung pada keadaan karbon.
Air
Air adalah senyawa kimia dengan rumus kimia H2O. Artinya satu molekul air tersusun
atas dua atom hydrogen terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air memiliki sifat
tidak berwarna, tidak terasa dan tidak berbau. Air memiliki titik beku 0oC dan titik didih 100oC.
Air memiliki koefisien viskositas sebesar 0,001 Pa pada temperatur 20oC. Pendinginan
menggunakan air akan memberikan daya pendinginan yang cepat dibandingkan dengan oli
(minyak) karena air dapat dengan mudah menyerap panas yang dilewatinya dan panas yang
terserap akan cepat menjadi dingin. Kemampuan panas yang dimiliki air besarnya 10 kali
dari minyak. Sehingga akan dihasilkan kekerasan dan kekuatan yang baik pada baja.
Pendinginan menggunakan air menyababkan tegangan dalam, distorsi dan retak.
Minyak
Minyak yang digunakan sebagai fluida pendingin dalam perlakuan panas adalah yang
dapat memberikan lapisan karbon pada kulit (permukaan) benda kerja yang diolah. Selain
minyak yang khusus digunakan sebagai bahan pendinginan proses perlakuan panas, dapat
juga digunakan minyak bakar atau oli. Viskositas oli dan bahan dasar oli sangat berpengaruh
dalam proses pendinginan sampel. Oli yang mempunyai viskositas lebih rendah memiliki
kemampuan penyerapan panas lebih baik dibandingkan dengan oli 14 yang mempunyai
viskositas lebih tinggi karena penyerapan panas akan lebih lambat. Untuk oli mesin SAE 10
pada temperatur 30oC memiliki koefesien viskositas 200x 10-3 Pa.
Udara
Garam
Garam dipakai sebagai bahan pendinginan disebabkan memiliki sifat mendinginkan teratur
dan cepat. Bahan yang didinginkan di dalam cairan garam yang akan mengakibatkan ikatannya
menjadi lebih keras karena pada permukaan benda kerja tersebut akan mengikat zat arang.
Setelah benda kerja mengalami proses hardening, maka harus dicek kembali tingkat
kekerasan (HRC) dari benda tersebut. Alat yang digunakan untuk mengukur tingkat
kekerasan tersebut adalah menggunakan mesin penguji tingkat kekerasan Rockwell.
Gambar2.2MesinpengujitingkatkekerasanHardwell
Tabel2.1Datahasilpercobaanpengukuranbendakerjasetelahhardening
Hardenin
64
62
60
58
56
54
52
PERCOBAANKE PERCOBAANKE PERCOBAANKE PERCOBAANKE PERCOBAANKE
EMS-45 AMUTIT
Gambar2.3Grafikdatahasilpercobaan
Tabel2.2Datahasilpercobaanpengukuranbendakerjasetelahtempering
Temperin
62
60
58
56
54
52
50
48
PERCOBAANKE PERCOBAANKE PERCOBAANKE PERCOBAANKE PERCOBAANKE
EMS-45 AMUTIT
Gambar2.4Grafikdatahasilpercobaan
a. Permasalahan
Waktu proses hardening tak sesuai dengan yang dianjurkan.
Permukaan benda kerja tak rata sehingga panas yang diterima tidak
merata.
Overheat.
a. Solusi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2Saran
3.3 Lampiran
Gambar3.4,3.5,3.6Hardening(flamehardening)
Gambar3.7Anneling Gambar3.8 Tempering Gambar3.9 Quenching