Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM MATERIAL

HEAT TREATMENT

Oleh:
Akbar Khoir Darmawan Kesuma
122170007

Asisten Praktikum:
Widi Reeh Adi Agung
121170059

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
LAMPUNG SELATAN
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


pada masa sekarang ini yang serba canggih dan modern material logam
memiliki peranan penting dalam bidang industri umumnya serta transportasi
maupun konstruksi material ini sudah sangat umum dipakai dan digunakan
dalam kehidupan sehari-hari logam merupakan sebuah unsur kimia yang
biasanya berbentuk padatan yang memiliki sifat yang kuat liat keras serta
mampu menghantarkan listrik atau energi panas. Material logam memiliki
banyak jenis salah satunya baja dalam hal ini baja biasanya dicampur
dengan bahan lain salah satunya ialah karbon baja karbon sendiri dibagi
menjadi tiga yaitu baja karbon rendah baja karbon sedang baja karbon tinggi
dari setiap jenis baja karbon memiliki kegunaannya masing-masing yaitu
misal baja karbon rendah yang digunakan untuk pembuatan lembaran-kawat
batangan dan baja struktur dan protil karbon sedang untuk pembuatan poros
as roda gigi pegas banyak karbon tinggi untuk pembuatan rel kereta alat
potong dan pisau kapak dan pegas.

Material-material yang sering digunakan pada kehidupan sehari-hari salah


satunya ialah baja karbon rendah. Material yang dalam penggunaannya
kebanyakan sebagai bahan dari konstruksi umum, karena baja karbon
rendah mempunyai keuletan yang tinggi tetapi kekerasannya rendah dan
tidak tahan aus, dalam hal ini diperlukan kelakuan dan perlakuan khusus
serta mengatasi dengan berubah sifat-sifat material yang tersedia yaitu
dengan proses perlakuan panas pada struktur mikro strukturnya tergantung
pada proses pengerjaan yang dialami terutama pada proses pelaku panas
yang diterima selama proses pengerjaan ketahanan pada baja karbon rendah
merupakan hal penting pada bidang teknik.

Perlakuan adalah proses kombinasi antara proses pemanasan atau


pendinginan dari suatu logam atau paduannya dalam keadaan padat untuk
mendapatkan sifat-sifat tertentu. Heat treatment (perlakuan panas) adalah
salah satu proses untuk mengubah struktur logam dengan jalan memanaskan
spesimen pada elektrik terance (tungku) pada temperatur rekristalisasi
selama periode waktu tertentu lalu kemudian didinginkan pada media
pendingin seperti, udara, air, oli dan solar yang masing-masing mempunyai
kerapatan pendinginan yang berbeda-beda. Dari proses heat treatment yang
dilakukan khususnya pada baja akan dihasilkan struktur akhir yang terdiri
dari martensit yang dimana mertensit ini memiliki sifat yang sangat getas,
sehingga dalam pemakaiannya akan sulit untuk dilakukan proses
machingning. Telah diketahui bersama bahwa perlakuan panas ialah proses
mengubah sifat fisik logam padat dengan pemanasan dan pendinginan, dan
oleh sebab itu perlakuan panas dan pembesaran butir atau pengurangan dan
dengan pembesaran adalah 2 metode untuk menghilangkan tegangan
internal.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun beberapa tujuan praktikum Heat treatment kali ini adalah sebagai
berikut :
1. Menguji kekerasan hasil perlakuan panas dan menganalisa hasil
perlakuan panas.
2. Mampu menganalisa dan memahami setiap proses heat treatment.
3. Mampu melakukan proses pengerasan metode Quenching.
4. Mampu melakukan penggunaan alat Laboratory Chamber Furnace.
5. Mampu menerapkan standar keselamatan praktikum.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Heat Treatment


Perlakuan adalah proses kombinasi antara proses pemanasan atau
pendinginan dari suatu logam atau paduannya dalam keadaan padat untuk
mendapatkan sifat-sifat tertentu. Heat treatment (perlakuan panas) adalah
salah satu proses untuk mengubah struktur logam dengan jalan memanaskan
spesimen pada elektrik terance (tungku) pada temperatur rekristalisasi
selama periode waktu tertentu lalu kemudian didinginkan pada media
pendingin seperti, udara, air, oli dan solar yang masing-masing mempunyai
kerapatan pendinginan yang berbeda-beda. Perlakuan panas adalah proses
kombinasi antara proses pemanasan atau pendinginan dalam keadaan padat
untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu. Prosedur atau proses perlakuan panas
ini berbeda-beda tergantung tujuan dari pemberian proses perlakuan
tersebut, yang di mana biasanya mengacu pada sifat-sifat mekanik dari pada
material benda kerja tersebut. Dari proses heat treatment yang dilakukan
khususnya pada baja akan dihasilkan struktur akhir yang terdiri dari material
yang di mana martensite memiliki sifat yang sangat getas sehingga dalam
pemakaiannya akan sulit untuk dilakukan proses machining.

Perlakuan panas secara umum adalah memanaskan logam atau paduannya


sampai suhu tertentu, dengan kecepatan tertentu, dan juga mempertahankan
pada temperatur pemanasan tersebut dalam waktu atau tempo tertentu,
mendinginkan dengan media pendingin dengan laju tertentu. Prosedur dari
perlakuan panas tersebut adalah berbeda-beda tergantung tujuan dari
pemberian proses perlakuan tersebut yang biasanya mengacu pada sifat-sifat
mekanik daripada material kerja. Langkah pertama dalam proses heat
treatment adalah pemanasan logam atau paduan dalam temperatur yang
berbeda-beda dan dengan atau tanpa memberikan waktu penahan (holding
time) yang kemudian dilanjutkan dengan mendinginkannya dengan laju
pendinginan yang diinginkan. Temperatur pengerasan sangat tergantung
pada kadar karbon dan temperatur pengerasan turun jika kadar karbon naik
ada beberapa proses heat treatment diantaranya adalah anneling,
normalizing, hardening dan tempering.

2.2 Macam – macam proses pemanasan (heat Treatment)


Adapun macam-macam proses pemanasan pada praktikum perlakuan panas
diantaranya sebagai berikut :
a. Pengerasan (hardening)
Hardening yang merupakan proses pengerasan untuk memperoleh sifat
tahan Aus yang yang tinggi. Proses ini ialah melakukan pemanasan
suatu material dengan suhu berada pada titik kritis dengan proses
pendinginan yang tepat atau juga disebut dengan quenching. kekerasan
yang dapat dicapai tergantung pada kadar karbon yang ada di dalam
baja, dan juga kekerasan yang terjadi akan tergantung pada temperatur
dari pemanasan temperature austentising, holding time ,serta laju
pendinginan yang dilakukan. Martensit adalah fase pusat tubuh yang
dihasilkan dengan menjerat karbon pada dekomposisi austenit ketika
didinginkan dengan cepat.

b. Tempering
Tempering adalah salah satu proses lanjutan dari perlakuan panas yang
diidentifikasi yang didefinisikan sebagai proses pemanasan logam pada
temperatur tempering atau di bawah suhu kritis pada baja yang
sebelumnya sudah dikeraskan yang dilanjutkan dengan proses
pendinginan. Biasanya baja yang telah dikeraskan bersifat rapuh dan
belum layak digunakan, baja yang sudah dikeraskan lalu dipanaskan
kembali pada temperatur tertentu dan ditahan selama waktu tertentu
untuk menghilangkan atau mengurangi tegangan sisa dan
mengembalikan sebagian keuletan dan ketangguhannya. Temperatur
temper mempunyai pengaruh yang cukup besar untuk memperoleh
kembali keuletan dari baja, proses tempering juga merubah struktur
mikro dari baja sehingga sifat mekanis pada baja mengalami perubahan.
Dalam tempering, baja setelah pengerasan, dipanaskan kembali ke suhu
di bawah suhu kritis yang lebih rendah dan kemudian diikuti oleh
tingkat pendinginan yang diinginkan. Memanaskan kembali baja yang
dikeraskan dilakukan di atas suhu kritis ketika struktur murni dari
austenite dan kemudian memadamkannya di jalur garam cair yang
memiliki suhu di kisaran 150-500° C. Hal ini dilakukan untuk
menghindari transformasi ke ferit dan pearlite dan diadakan quenching
suhu untuk waktu yang cukup untuk memberikan formasi lengkap
untuk struktur menengah disebut sebagai bainite kemudian didinginkan
ke suhu kamar.

c. Anealing
Anealing merupakan proses pelunakan yang di mana pada paduan dasar
logam dipanaskan di atas rentang transformasi yang diadakan di tungku
untuk waktu yang tepat lalu kemudian didinginkan perlahan di bawah
rentang transformasi di dalam tungku itu sendiri. Pada aspek ini logam
dipanaskan hingga suhu beberapa atau di bawah dekat dengan suhu
kritis yang lebih rendah yang umumnya dipanaskan hingga suhu 550°C
hingga 650°C menegang pada suhu ini dan perlahan-lahan jadi
didinginkan, dan hal ini menyebabkan rekristalisasi sepenuhnya dalam
baja. Untuk jenis struktur tertentu tingkat pendinginan tertentu
diperlukan untuk memiliki sifat anil yang baik untuk mesin bebas.
Karena logam perlahan-lahan didinginkan setelah pemanasan dan
menahan dan dengan tungku dan terkubur di media yang tidak
melakukan seperti pasir, kapur atau abu, baja karbon didinginkan pada
tingkat tertentu biasanya 150-200 ° C per jam sementara baja paduan di
mana austenite sangat stabil dan harus didinginkan jauh lebih rendah
(30 ° C hingga 100 ° C per jam). Pendinginan yang sangat lambat
diperlukan dalam anil untuk memungkinkan austenite terurai pada dua
derajat pendinginan super sehingga membentuk struktur pearlite dan
ferit dalam baja hypo-eutectoid, struktur pearlite dalam baja eutectoid
dan pearlite dan struktur cementite dalam baja hiper eutectoid. Dalam
baja anil yang berhasil, butiran ferit besar dan teratur sementara pearlite
terdiri dari cementite dan ferit. Hypo-eutectoid panas bekerja baja
mungkin di bawah pergi anil penuh untuk mendapatkan struktur
bijibijian kasar untuk mesin gratis. Ketika baja dingin bekerja
kekerasan (Brinell keras) jauh meningkat dan dakdukitas menurun
sedikit. Dakduktus baja kemudian dapat dipulihkan oleh apa yang
disebut rekristalisasi atau proses anil.

d. Normalizing
Proses normalizing merupakan proses perlakuan panas yang dimana
setelah sampel logam dipanaskan pada batas kritis setelah itu
didinginkan perlahan dengan udara atau suhu ruangan. Ini bertujuan
untuk melunakkan logam memperbaiki struktur biji-bijian
meningkatkan machinability, proses ini merupakan tahapan yang
prosesnya mudah dilakukan. Normalizing didefinisikan sebagai proses
pelunakan di mana paduan dasar besi dipanaskan 40 hingga 50 ° C di
atas batas kritis atas untuk baja hipo dan hiper eutectoid dan diadakan
di sana untuk jangka waktu tertentu dan diikuti dengan pendinginan di
udara diam hingga suhu kamar. Gambar 2.5 menunjukkan rentang suhu
pemanasan untuk proses Normalizing baja hipo dan hiper karbon.

e. Quenching
Proses quenching merupakan proses perlakuan panas pada suatu
material dengan memanaskannya sampai temperatur austenit dan di
holding lalu kemudian didinginkan secara cepat pada media celup
sehingga material akan mencapai fase martensit. Media celup dapat
berupa air, air garam ataupun oli tujuan quenching ini merupakan
menambah kekerasan dari material. Pada proses quenching media
pendinginan ini sangat berpengaruh pada struktur logam serta
kemampuan mekanik yang dapat dicapai oleh material tersebut berikut
beberapa media pendingin yang sering digunakan diantaranya adalah
air, air memiliki massa jenis yang besar tapi lebih kecil dari air garam
dan kekentalannya rendah sama dengan air garam laju pendinginannya
lebih lambat dari air garam, air menghasilkan tingkat pendinginan
mendekati tingkat maksimum. Kedua ialah oli memiliki nilai fisikositas
atau kekentalan yang tertinggi dibandingkan dengan media pendingin
lainnya dan massa jenis yang rendah sehingga laju pendinginannya
lambat.

f. Holding Time
Proses holding time adalah proses perlakuan panas dengan waktu yang
ditentukan pada suhu tempering dan dilakukan untuk mendapatkan
kekerasan maksimum dari suatu bahan, pada proses hardening dengan
menahan pada temperatur pengerasan untuk memperoleh pemanasan
yang homogen sehingga strukturnya homogen atau terjadi kelarutan
karbida ke dalam austenit difusi karbon dan unsur paduannya. Proses
ini dilakukan sebelum proses metode quenching dengan didiamkan di
dalam tungku pada suhu yang konstan. 1 t memiliki makna 30 menit
waktu yang digunakan untuk proses holding setelah itu langsung
dilanjutkan proses berikutnya untuk mendapatkan kekerasan yang
diinginkan. (Boby Endi Kurniawan, 2014)

2.3 Baja AISI 1045


Baja adalah paduan besi (Fe) dengan unsur pemadu utama karbon (C),
silikon (Si), mangan (Mn), khrom (Cr), dan unsur lain untuk keperluan
khusus. Baja dan paduannya secara luas dengan kemajuan industri di zaman
sekarang biasa digunakan mulai dari peralatan perkakas, peralatan rumah
tangga, komponen otomotif, konstruksi gedung, dan lain sebagainya hingga
bahan struktur reaktor nuklir. Baja AISI 1045 adalah baja karbon yang
memiliki komposisi kandungan 0,42-0,50% C, 0,50-0,80% Mn, 0,035%
S,0,17-0,37% Si, 0,25% Ni, 0,25% Cr, 0,035% P dan termasuk golongan
baja karbon menengah (medium carbon steel). Baja karbon menengah jenis
ini banyak digunakan sebagai komponen otomotif misalnya untuk
pembuatan roda gigi, poros, dan bantalan pada kendaraan bermotor.

Pada penerapannya, baja harus memiliki sifat ketahanan aus yang baik,
dikarenakan sesuai dengan fungsinya harus mampu menahan keausan akibat
dari gesekan dan beban tekanan. Ketahanan aus dapat didefinisikan sebagai
ketahanan suatu material terhadap pengurangan dimensi akibat dari suatu
gesekan antara permukaan tertentu. Salah satu usaha agar umur baja lebih
tahan lama terhadap gesekan atau tekanan adalah melalui proses perlakuan
panas (heat treatment). Baja AISI 1045 sering disebut sebagai baja karbon
dikarenakan sesuai dengan pengkodean internasional, yaitu seri 10xx
berdasarkan nomenklatur yang dikeluarkan oleh AISI dan SAE (Society of
Automotive Engineers) pada angka 10 pertama merupakan kode yang
menunjukan plain carbon, selanjutnya pada kode xx setelah angka 10
menunjukan komposisi kadar karbon pada baja AISI 1045 .

2.4 Diagram Fe-Fe3C


Diagram fasa adalah diagram yang menampilkan hubungan antara
temperatur dimana terjadi perubahan fasa selama proses pendinginan dan
pemanasan yang lambat dengan kadar karbon. Diagramini merupakan dasar
pemahaman untuk semua operasi-operasi perlakuan panas. Fungsi diagram
fasa adalah memudahkan memilih temperatur pemanasan yang sesuei untuk
setiap proses perlakuan panas baik proses anil, normalizing maupun proses
pengerasan. Baja adalah paduan besi dengan karbon maksimal sampai
sekitar 1,7%. Paduan besi diatas 1,7% disebut cast iron. Perlakuan panas
bertujuan untuk memperoleh struktur mikro dan sifat yang diinginkan.
Struktur mikro dan sifat yang diinginkan dapat diperoleh melalui proses
pemanasan dan proses pendinginan pada temperatur tertentu. Pada gambar
diagram fasa Ferrous – Fe3c diatas dapat dilihat bagian dari sistem Fe-C
yang menjadi dasar untuk memahami mikrostruktur paduan Fe yang disebut
baja dan besi cor. Terlihat baja sangat responsif terhadap perlakuan panas
karena adanya perbedaan besar dalam kelarutan padat dalam austenit dan
ferit serta eksistensi dari eutectoid. Dimana terdapat beberapa garis
temperatur perubahan fasa dan merupakan titik kesetimbangan yang
dideteksi selama analisa thermal pada 727oC dan 11470C. Dimana pada
diagram fasa Fe - Fe3c dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya perubahan
fasa yang terbentuk dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya ialah
komposisi kimia, temperatur transformasi, dan laju dari pendinginan.
(AnNaFiDa, 2012)

Gambar 2.4 Diagram Fasa Fe dan Fe3C


Sumber: Yurianto(2018)

Karakteristik Ferit, Austenit,Simentit dan Perlit pada diagram fasa :


a. Ferit, besi alpha, besi delta, BCC
Ferit adalah salah satu fase paduan besi yang memiliki struktur kristal
BCC ( body centered cubic, )yang berarti atom-atom besi dalam ferit
terletak di sudut dan di tengah-tengah kubus. Ferit ialah fasa dimana
besi murni berada pada temperatur mencapai 9100°C. Selain itu besi
murni juga berada dalam bentuk pada temperatur tinggi antara
13920°C dan titik cair 15360°C. Ferit yang terbentuk pada temperatur
lebih rendah adalah alfa ferit sedangkan pada temperatur yang lebih
tinggi terbentuk ialah delta ferit. Bentuk keduanya identik, dimana
sifat ferit ialah lunak dan ulet pada keadaan murni. Alfa ferit yang
dapat terlarut hanya 0,02%C, akan tetapi mempunyai kualitas yang
baik terhadap elemen pemadunya. Besi delta adalah fase paduan besi
yang memiliki struktur kristal BCC seperti ferit, akan tetapi pada suhu
yang lebih tinggi daripada ferit. Besi delta sering ditemukan dalam
paduan besi yang memiliki kadar karbon yang tinggi dan suhu tinggi.

b. Austenit, besi gamma, FCC


Austenit ialah bentuk kristal padat dari besi yang memiiki struktur
kristal FCC ( face-centre-cubic). Besi gamma adalah adalah istilah
yang sering digunakan untuk menggambarkan fase austenit dalam
paduan besi. Besi gamma ialah fase yang lebih stabil pada suhu yang
lebih tinggi, sementara besin alpha adalah fase yang lebih stabil pada
suhu lebih rendah. Ketika suhu paduan besi meningkat, fase besi alpha
akan berubah menjadi besi gamma (austenit) pada suhu tertentu.
Temperatur antara 910-13920°C besi murni berada dalam bentuk fasa
tunggal austenit, yang punya struktur kristal face-centre-cubic.
austenit dapat melarutkan karbon lebih baik jika dibandingkan ferit,
mencapai 2%C pada suhu 11460°C, pemanasan baja karbon atau baja
paduan rendah ke temperatur dimana seluruh austenit dapat
melarutkan seluruh karbon diatas transformasi eutektoid, iniliah yang
menjadi dasar dari pengetahuan tentang perlakuan panas pada baja.
austenit juga memiliki sifat lunak dan ulet.

c. cementit, besi karbida, Fe3C.


Besi karbida atau simentit memiliki styruktur yang khas dan
mengandung 6 atom besi dan 1 atom karbon dalam setiap unit sel
kristalnya. Simentit ialah fasa paduan besi karbon yang memiliki
rumus kimia Fe3C, ini merupakan fase yang keras, rapuh, dan
memiliki struktur kristal ortomobik.Simentit biasanya ditemukan
dalam paduan besi yang mengandung tingkat karbon yang tinggi,
simentit sering dianggap sebagai fasa yang tidak diinginkan dalam
logam besi, karena kekerasan yang tinggi dan ketidakelastisannya
membuatnya rapuh dan tidak cocok untuk sebagian besar aplikasi
teknik. cementit adalah campuran dari besi yang dapat membentuk
fasa stabil pada paduan besi dan baja. cementit mengandung satu atom
karbon dengan tiga atom besi dan mempunyai kandungan karbon
6,67%. Dalam bentuk fasa murni, simentit bersifat sangat keras (diatas
600 HB) dan getas.

d. Perlit, lamellae, (α+Fe3C)


Lamellea adalah syruktur mikroskopis dalam perlit yang terdiri dari
lapisan-lapisan bergantian dari fasa delta ferit, dan besi karbida.
Dalam lamellae perlit, lapisan ferit dan lapisan karbida saling
berselingan, ini menciptakan tampilan khas dari perlit yang terlihat
seperti “laminasi” mikroskopis dalam material tersebut. Perlit adalah
dua fasa campuran antara ferit dan simentit tersusun sebagai pelat
sejajar bolak-balik. Perlit selalu mengandung jumlah karbon tetap
0,83% pada baja karbon danterbentuk karena reaksi eutektoid saat
austenit didinginkan. Struktur lamellae pada perlit sangat halus dan
biasanya tidak dapat diresolusi dengan jelas pada mikroskop, bahan
dengan perbesaran yang cukup tinggi. Perlit memiliki sifat keras dan
kuat, meskipun tidak ulet seperti ferit atau austenit murni tetapi tidak
sekuat martensit. Perlit ada pada baja dan memberikan nilai kekuatan
pada baja.

e. Martensit, BCT
Martensit adalah fasa metastabil yang terbentuk saat austenit
didinginkan sangat cepat, dimana pengendapan karbida ditekan. Hal
ini terjadi saat baja karbon ataupun baja paduan rendah yang
didinginkan dengan cepat (Rapid cooling). Pendinginan cepat
dilakukan dengan jalan mencelupkan baja didalam media pendingin
yang mempunyai laju kecepatan pendinginan tinggi misalnya dicelup
di air. Laju pendinginan bergantung pada media pendingin (brine, air,
minyah, udara) dan ketebalan dari material. Laju pendinginan
minimum untuk bertransformasi menjadi martensit sangat bergantung
pada kandungan paduan pada baja. Keuletan dan ketangguhan
martensit dapat ditingkatkan melalui proses penemperan yaitu
pemenasan pada daerah temperatur 150-7000C, yang akan
mengizinkan sejumlah relief tegangan (stress releaving) dan
pengendapan karbida. Temperatur penemperan yang lebih tinggi akan
menghasilkan keuletan yang lebih baik dengan mengorbankan sedikit
angka kekerasan.

f. Bainit
Bainit adalah struktur dua fasa yang dapat terbentuk pada baja karbon
melalui pendinginan cepat austenit pada suhu antara 400 0C dan
5500C, diikuti waktu penahanan pada temperatur ini sampai melewati
batas kurva transformasi Martensit finis untuk terbentuknya formasi
bainit. Pembentukan formasi bainit pada baja karbon umumnya
dilakukan pada tungku penemperan dengan media pendingin timah
cair atau Pb dan penahan isotermal baja pada bath ini. Transformasi
bainit terjadi karena pengendapan karbida dalam konfigurasi lebih
halus. Seperti halnya perlit bainit adalah campuran ferit dan simentit.
Beberapa baja paduan dapat bertansformasi menjadi bainit pada
pendinginan lanjut. Seperti halnya pada martensit ferit pada bainit
dapat terbentuk lath atau plate berisi dislokasi struktur. Sifat pada
bainit mirip dengan penemperan martensit. Bainit terbagi menjadi dua
morfologi yaitu bainit atas dan bainit bawah. Bainit bawah yang
terbentuk pada temperatur yang lebih tinggi strukturnya lebih kasar
dan tidak begitu keras atau ulet. Seperti halnya pada bainit bawah.
Matriks adalah ferit pada baja yang bertransformasi secara isotermal,
tapi bisa berubah martensit pada baja paduan dengan pendinginan
lanjut.

2.5 Sifat Mekanik Matetrial


Sifat mekanik material merupakan sifat yang menunjukkan karakteristik
tertentu terhadap suatu pembebanan yang diberikan, dapat berupa gaya torsi,
gaya tekan, gaya tarik atau energi lainnya yang menyatakan kemampuan
suatu material untuk menerima energi, gaya serta beban tanpa menimbulkan
kerusakan pada material tersebut. Adapun sifat mekanik pada suatu material
diantaranya adalah :
a. Kekuatan, ialah kemampuan suatu material untuk menerima tegangan
tanpa menyebabkan material menjadi patah ada beberapa jenis kekuatan
dan berdasarkan beban yang bekerja yaitu kekuatan tarik kekuatan geser
kemudian tekan kekuatan torsi dan kekuatan lengkung.

b. Kekakuan, merupakan kemampuan suatu material untuk menerima


tegangan atau beban tanpa mengakibatkan terjadinya deformasi atau
difleksi.

c. Kekerasan, adalah ketahanan material terhadap penekanan atau indentasi


serta penetrasi, sifat ini berkaitan dengan sifat tahan aus (wear resistance)
yaitu ketahanan material terhadap penggoresan atau pengikisan material,
yang berhubungan pada kuatnya susunan atom suatu material.

d. Ketangguhan, merupakan kemampuan material untuk menyerap sejumlah


energi tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan pada material.
Ketangguhan material dapat di uji dengan memberikan beban energi
melebihi kekerasannya.

e. Keuletan, adalah suatu sifat yang berkaitan dengan aplikasi kekuatan


tarik, keuletan biasanya diukur dengan suatu periode tertentu persentase
uji keregangan sifat ini biasanya digunakan dalam bidang perteknikan.
Keuletan biasanya diukur dengan suatu periode tertentu, persentase
keregangan.

f. Kegetasan, ialah satu sifat bahan yang mempunyai sifat berlawanan


dengan keuletan kegetasan merupakan suatu sifat pecah dari suatu logam
atau material dengan sedikit pergeseran permanen. Contoh bahan yang
memiliki sifat kegetasan ini yaitu besi cor.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang diperlukan pada praktikum Persiapan Material
Ini adalah sebagai berikut :
a. Laboratory Chamber Furnace

Gambar 3.1 Laboratory Chamber Furnace


Sumber : Modul heat treatment

b. Media Pendinginan (tanpa perlakuan,air dan oli)

Gambar 3.2 Media Pendinginan (tanpa perlakuan,air dan oli)


Sumber : Modul heat treatment
c. Baja karbon AISI 1045

Gambar 3.3 Baja karbon AISI 1045


Sumber : Laboratorium Rekayasa Material

3.2 Prosedur Praktikum


a. Menyiapkan 3 sampel material baja dan media pendinginan air dan oli.
b. Memastikan praktikan membaca prosedur penggunaan alat praktikum,
menghidupkan,penggunaan,dan mematikan alat.
c. Menghidupkan alat chamber furnance carbolite gero cwf 1300.
d. Mengatur sp°C pada suhu 800°C, sprr off, holding time t1 30 menit.
e. Menggunakan alat keselamatan finger gloves dan tang crsible pada saat
memasukkan dan mengeluarkan material dari chamber furnance
carbolite gero cwf 1300.
f. Mengeluarkan ketiga sampel yang telah dipanaskan, sampel pertama
didinginkan di suhu ruangan,sampel kedua langsung diamsukkan ke
dalam media pendingin air,sampel ketiga langsung dimasukkan ke
media pendingin oli.
g. Mereset chamber furnance carbolite gero cwf 1300 ke setting default,
lalu mematikan alat.
h. Setelah dingin,membersihkan permukaan sampai rata dan halus.
i. Merapihkan,membersihkan dan mengembalikan alat-alat yang
digunakan.
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data


Adapun pengumpulan data yang didapat pada saat praktikum kali ini
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 (tahap pengumpulan data)`

1. Laboratory Chamber Furnace 2. Sampel dengan pendinginan


suhu ruangan

3. Sampel dengan pendinginan air 4. Sampel dengan pendinginan oli


4.2 Data Praktikum
Adapun data praktikum atau lembar kerja diperlukan dalam praktikum
heat treatment kali ini diantaranya adalah sebagai berikut:
Spesimen : Carbon Steel Medium
Alat : Laboratory Chamber Furnace
Merek : Carbolite Gero CWF 1300
Tabel 4.2 Data Heat Treatment (Sumber : Laboratorium Rekayasa
Material)

Pre-heat Holding Temperatur Holding Heat Cooling


(N/Y) Pre-heat Austenisasi Temp. Ratio Method
(menit) (°C) Austenisasi (°C/s)
(Menit)

300 35 900 70 0.166 Quenching


300 35 900 70 0.166 Anealing
300 35 900 70 0.166 Normalizing

4.3 Pengolahan Data


Adapun pengolahan data yang didapat pada saat praktikum kali ini adalah
sebagai berikut :
a. Diagram CCT untuk AISI 1045
Gambar 4.2 Diagram CCT untuk AISI 1045
Sumber : (Jurnal UMM Metro, 2019)
Lalu pada temperatur antara 700oC-800oC dan waktu 15 menit,
terbentuk struktur bainite. Sedangkan, pada temperatur antara 400oC-
800oC dan waktu 60 menit, terbentuk struktur pearlite.

b. Kurva Holding Time


Kurva ini merupakan kurva untuk mengetahui di temperatur dan di
waktukeberapa proses-proses pendinginan pada perlakuan panas terjadi.

Gambar 4.1 kurva holding time

Sumber: https://logam420.blogspot.com/2018/04/heat-treatment.html
c. Diagram fasa Fe-Fe3C

Gambar 4.3 Diagram fasa Fe-3Fe3C


Sumber : Yurianto(2018)

Ferrite (Besi α) adalah suatu komposisi logam yang mempunyai batas


maksimum kelarutan Carbon 0,025% pada temperatur 723°C, struktur
kristalnya BCC (Body Center Cubic) dan pada temperatur kamar
mempunyai batas kelarutan Carbon 0,008 % C. Austenite (Besi γ)
adalah suatu larutan padat yang mempunyai batas maksimum kelarutan
Carbon 2,11 % C pada temperature 1148°C, struktur kristalnya FCC
(Face Center Cubic). Cementite (Besi Karbida) adalah suatu senyawa
yang terdiri dari unsur Fe dan C dengan perbandingan tertentu
mempunyai rumus empiris dan struktur kristalnya Orthohombic.
Lediburite ialah campuran Eutectic antara besi Gamma dengan
Cementite yang dibentuk pada temperature1130°C dengan kandungan
Carbon 4,3%C. Pearlite adalah Eeutectoidmixture dari ferrite dan
cementite (α+Fe3C), terjadi pada temperatur 723°C,mengandung 0,8 %
karbon.

d. Garis Pendingin

Garis pendingin adalah garis pada diagram CCT yang menunjukkan


struktur yang terbentuk setelah melakukan proses perlakuan panas. Pada
proses quenching akan terbentuk struktur martensite dengan metode
quenching pada waktu 10 detik awal. Lalu pada annealing akan terbentuk
pearlitie dengan waktu pendinginan lebih lama yaitu 2 jam. Kemudian,
pada normalizing akan terbentuk bainite dengan waktu pendinginan lebih
lama daripada quenching, yaitu 4-8 menit.

annealin
quenchin g
g

noramlizin
ggg

Gambar 4.4 Diagram CTT


Sumber: (Mulyadi, Tafrant, Hendradinata, & Zainuddin, 2021)
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan pada praktikum heat treatment
adalah sebagai berikut :
a. Pengujian perlakuan panas dilakukan pada praktikum selanjutnya yaitu
hardness test serta penganalisaannya pada praktikum analisis struktur
mikro. Jadi praktikum kali ini melakukan heat treatment untuk
memastikan metode manakah yang paling baik digunakan untuk
pengersan heat treatment.

b. Perlakuan panas adalah proses kombinasi antara proses pemanasan


atau pendinginan dalam keadaan padat untuk mendapatkan sifat-sifat
tertentu. Prosedur atau proses perlakuan panas ini berbeda-beda
tergantung tujuan dari pemberian proses perlakuan tersebut, yang di
mana biasanya mengacu pada sifat-sifat mekanik dari pada material
benda kerja tersebut. Dari proses heat treatment yang dilakukan
khususnya pada baja akan dihasilkan struktur akhir yang terdiri dari
material yang di mana martensite memiliki sifat yang sangat getas
sehingga dalam pemakaiannya akan sulit untuk dilakukan proses
machining. Hardening yang merupakan proses pengerasan untuk
memperoleh sifat tahan Aus yang tinggi. Proses ini ialah melakukan
pemanasan suatu material dengan suhu berada pada titik kritis dengan
proses pendinginan yang tepat. Tempering adalah salah satu proses
lanjutan dari perlakuan panas yang diidentifikasi yang didefinisikan
sebagai proses pemanasan logam pada temperatur tempering atau di
bawah suhu kritis pada baja yang sebelumnya sudah dikeraskan yang
dilanjutkan dengan proses pendinginan. Anealing merupakan proses
pelunakan yang di mana pada paduan dasar logam dipanaskan di atas
rentang transformasi yang diadakan di tungku untuk waktu yang tepat
lalu kemudian didinginkan perlahan di bawah rentang transformasi di
dalam tungku itu sendiri. Proses normalizing merupakan proses
perlakuan panas yang dimana setelah sampel logam dipanaskan pada
batas kritis setelah itu didinginkan perlahan dengan udara atau suhu
ruangan. Proses quenching merupakan proses perlakuan panas pada
suatu material dengan memanaskannya sampai temperatur austenit dan
di holding lalu kemudian didinginkan secara cepat pada media celup
sehingga material akan mencapai fase martensit. Media celup dapat
berupa air, air garam ataupun oli.

c. Proses pengerasan metode quenching dilakukan saat sampel logam


telah dilakukan proses pemanasan hingga temperatur austenit dan
kemudian dilakukan pendinginan dengan cepat. Pengerasan metode
quenching memiliki tujuan pertama praktikum adalah untuk melakukan
proses pengerasan metode quenching pada sampel baja AISI 1045.
Proses quenching dilakukan dengan memanaskan baja hingga suhu
yang ditentukan critical temperature dan kemudian pendinginan cepat.
Hasil dari praktikum ini adalah pemahaman tentang bagaimana
quenching dapat meningkatkan kekerasan material dengan mengubah
struktur mikro.

d. Dalam praktikum ini, prosedur keselamatan termasuk menggunakan


sarung tangan yang dilapisi lagi dengan sarung tangan jari saat
menggunakan tungku, menggunakan tank crucible untuk meletakkan
dan mengambil spesimen dari dalam tungku, dan tidak membuka tutup
tungku ruang lab dengan sembarangan karena dapat merusak alat.
Dapat menggunakan alat Laboratory Chamber Furnace memiliki
beberapa tujuan utama. Pertama, praktikum ini bertujuan untuk
memberikan mahasiswa atau peserta praktikum pengalaman dalam
mengoperasikan dan memahami fungsi dari Laboratory Chamber
Furnace. Hal ini mencakup pemahaman prinsip dasar operasi alat dan
kemampuan dalam mengatur suhu, waktu, serta parameter lainnya.
Kedua, praktikum ini juga berfokus pada aspek keamanan, dengan
memperkenalkan prosedur yang harus diikuti dalam menangani alat ini
dan bahan berbahaya yang mungkin terlibat. Selain itu, peserta
praktikum akan diajak untuk mengeksplorasi beragam aplikasi alat
Laboratory Chamber Furnace dalam berbagai bidang ilmu, seperti
kimia, metalurgi, dan ilmu material. Terakhir, tujuan praktikum ini
adalah untuk mengembangkan kemampuan peserta dalam merancang
dan menjalankan eksperimen yang melibatkan alat ini untuk tujuan
penelitian atau pengembangan produk. Dengan mencapai tujuan ini,
peserta diharapkan dapat menjadi lebih kompeten dalam menggunakan
alat Laboratory Chamber Furnace, yang merupakan alat penting dalam
banyak disiplin ilmu dan industri, dan dapat memberikan kontribusi
yang lebih baik dalam aktivitas riset atau produksi yang melibatkan
suhu tinggi atau perlakuan termal.

e. Praktikum ini menerapkan standar keselamatan kerja yang telah


ditetapkan, asisten praktikum juga mengingatkan terkait hal ini dan
praktikan menggunakan atribut dan pakaian sesuai dengan standar
praktikum dan selalu waspada saat praktikum berlangsung.
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan setelah melakukan persiapan
material adalah :
a. Sekiranya praktikan bisa lebih berhati-hati saat menggunakan alat
praktikum.
b. Disarankan untuk memeriksa alat praktikum sebelum melakukan
penggunaan alat.
c. Diharapkan praktikan dapat mempersiapkan diri sebelum praktikum
heat treatment seperti menonton video di youtube.
d. Sekiranya dapat diberikan 2-3 sarung tangan pelindung panas.
DAFTAR PUSTAKA
AnnaFida. (2012, Maret 07). diagram fasa Fe3c. Retrieved desember 10, 2022,
from https://blog.ub.ac.id/annafida/2012/03/07/diagram-fasa-fe-fe3c/
Boby Endi Kurniawan, Y. S. (2014). Pengaruh variasi Holding Time Pada
Perlakuan Panas Quench Annealing Terhadap Sifat Mekanik dan Mikro
Strukturpada Baja Mangan AISI 3401. TEKNIK POMITS, 114.
Handoyo, Y. (2015). pengaruh queenching dan tempering baja JIS S45C terhadap
sifat mekanis dan struktur mikro. Teknik Mesin.
Haryadi, G. D. (2021). Jurnal Rekayasa Mesin, 16(2). Pengaruh Variasi
Temperatur Quenching Dan Media Pendingin Terhadap Tingkat
Kekerasan Baja AISI 1045, 255-264.
Pramono, A. (2011). Karakterisrik Mekanik Proses Hardening Baja Aisi 1045
Media.
Yurianto, Y. S. (2018). urnal Rekayasa Mesin. Optimasi Parameter Quenching
dan Tempering pada HRP Steel Lokal sebagai Baja Armor Nasional.
Jurnal Rekayasa Mesin, 143-148.

4
LAMPIRAN

5
6

Anda mungkin juga menyukai