Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN TUGAS AKHIR

Nama : Zakaria Islami


NIM : B010319029
Dosen Pembimbing : Anhar Khalid,ST.,MT

PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT PADA PENGELASAN


GMAW TERHADAP STRUKTUR MIKRO
BAB 1
PENDEHULUAN

Seiring dengan perkembangan dunia industri yang semakin maju, mendorong para
pelaku dunia industri untuk meningkatkan kebutuhan penggunaan unsur logam.
Unsur logam dominan dipakai sebagai bahan dasar pembuatan alat-alat yang
digunakan. Ada beberapa jenis logam yang banyak digunakan antara lain besi (Fe)
dan selain besi yaitu alumunium (Al), tembaga (Cu), khrom (Cr) dan nikel (Ni)
 Tujuan
Tujuan penelitian untuk :
 . Untuk mengetahui pengaruh temperatur dalam proses hardening dengan media air terhadap struktur mikro
permukaan baja karbon sedang.
 Untuk mengetahui pengaruh temperatur dalam proses hardening dengan media air terhadap kekerasan permukaan
baja karbon sedang.

 Permasalahan
 Bagaimanakah pengaruh temperatur dalam proses Post Weld Heat Treatment dengan media Oli SAE 10 terhadap
struktur mikro permukaan baja karbon tinggi?
 Bagaimanakah pengaruh temperatur dalam proses Post Weld Heat Treatment dengan media Air terhadap struktur
mikro permukaan baja karbon tinggi?

 Batasan Masalah

Variasi temperatur hardening dengan 900o


 Media pendingin menggunakan air oli SAE 10 dan air.
 Teknik yang digunakan dalam perlakuan panas adalah Post
Weld Heat Treatment.
 Bahan yang digunakan adalah baja karbon sedang dengan C
0,465%.
 Pemeriksaan struktur mikro menggunakan teknik foto mikro
BAB II
Post Weld Heat Treatment (perlakukan panas pasca pengelasan)
Perlakuan panas merupakan proses yang memanaskan bahan sampai suhu
tertentu dan kemudian didinginkan menurut cara tertentu. Tujuan pengerjaan
panas adalah untuk memberi sifat yang lebih sempurna pada bahan (Amanto
dan Daryanto, 1999: 63). Pengertian pengerasan ialah perlakuan panas terhadap
baja dengan sasaran meningkatkan kekerasan alami baja. Perlakuan panas
menuntut pemanasan benda kerja menuju suhu pengerasan dan pendinginan
secara cepat dengan kecepatan pendinginan kritis (Haryadi, 2005: 2).
Berdasarkan tebal spesimen yang
digunakan yaitu baja karbon sedang
dengan tebal 10 mm, peneliti
menggunakan holding time selama 30
menit. Adanya sifat alotropik dari besi
menyebabkan timbulnya variasi struktur
mikro dari berbagai jenis logam.
Alotropik itu sendiri adalah merupakan
transformasi dari satu bentuk susunan
atom (sel satuan) ke bentuk susunan

dibawah 910̊ C sel satuannya Body


atom yang lain. Pada temperatur

910̊ C dan 1392̊ C sel satuannya Face


Center Cubic (BCC), temperatur antara

temperatur diatas 1392̊ C sel satuannya


Center Cubic (FCC) sedangkan

kembali menjadi BCC.


Distorsi arah melintang adalah suatu
keadaan jika mengelas salah satu ujung
dan sisi yang lain akan bertambah
panjang yang dikarenakan terjadianya
proses pemuaian. Kemidian saat
pendinginan, sisi logam akan saling
mnarik satu sama lain.
Post Weld Heat Treatment Post Weld
Heat Treatment (PWHT)
a) Pemanasan: Dipanaskan pada
adalah proses perlakuan panas yang
suhu tertentu selama waktu tertentu.
dilakukan setelah proses pengelasan.
Tujuannya adalah untuk memberikan
PWHT bertujuan untuk mengurangi
kesempatan untuk perubahan
ukuran partikel, karena memiliki sifat-
keseluruhan dalam struktur atom.
sifat khusus yang dibutuhkan oleh
struktur, seperti ketahanan, keuletan,
b) Waktu Tahan: Proses menjaga
kekerasan, ketangguhan dan kehalusan
pemanasan pada suhu tertentu
butir (Femi, Purba and Fathier, 2020).
dimaksudkan untuk memberikan
Perlakuan PWHT dapat menyebabkan,
kesempatan untuk membentuk struktur
mengurangi tegangan sisa, mengurangi
seragam biasa sebelum proses
kekuatan untuk meningkatkan keuletan,
pendinginan.
meningkatkan ketahanan korosi,
meningkatkan kemampuan
c) Pendinginan: Didinginkan pada
mesin ,mengubah sifat fisik dan mekanik
kecepatan tertentu untuk mendapatkan
Proses dalam PWHT meliputi
sifat struktural dan fisik, serta sifat
pemanasan, penahanan dan pendinginan.
mekanik.
Tujuan dari setiap proses adalah:.
Austenite adalah campuran besi dan karbon yang terbentuk pada
pembekuan, pada proses pendingin selanjutnya austenite berubah
menjadi ferrit dan pearlit dan sementite. Sifat austenite adalah
lunak, tidak magnetis dan dapat ditempa. Kadar karbon maksimum
sebesar 2, 14%. Berikut struktur
Fasa ini disebut alpha (α), ruang
antar atomnya kecil dan rapat
sehingga hanya sedikit
menampung atom karbon oleh
sebab itu daya larut karbon dalam
ferrite rendah < 1 atom C per 1000
atom besi. Pada suhu ruang, kadar
karbonnya 0, 008%, sehingga dapat
dianggap besi murni. Kadar
maksimum karbon sebesar 0,025%
pada suhu 723o C. Ferrite bersifat
magnetik sampai suhu 768o C. Sifat
ferrite lainnya adalah lunak dan
liat. Ferrite berwarna putih.

Fasa ini merupakan campuran mekanis yang terdiri dari dua fasa, yaitu
ferrit dengan kadar karbon 0,025% dan semetite dalam bentuk lamellar
(lapisan) dengan kadar karbon 6, 67% yang berselang-seling rapat
terletak bersebelahan. Pearlit merupkan struktur mikro dari reaksi
eutektoid lamellar. Sifat pearlite adalah lebih keras dan lebih kuat dari
pada ferrite tetapi kurang liat dan tidak magnetis. Pearlite berwarna
hitam. Berikut ini gambar struktur ferrit dan pearlit :
BAB III
Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian “Analisa Temperatur Pada Proses Post Weld
Heat Treatment Dengan Media Oli 10 SAE dan air
Terhadap Struktur Mikro pada Permukaan Baja Karbon
Tinggi” dilaksanakan di Politeknik Negeri
Banjarmasin,Jalan Brigjen Hasan Basri Komp. ULM,
Banjarmasin. dengan menggunakan alat uji Kekerasan
dan alat uji struktrur mikro.

Metode Pelaksanaan
Proses pengerasan (hardening) dilakukan pada logam, biasanya dilakukan untuk
memperoleh sifat tahan aus yang tinggi dan mendapatkan kekerasan yang lebih
tinggi, atau kekuatan (Fatigue Limit/Strength) yang lebih baik. Pengerasan
merupakan salah satu proses perlakuan panas, dimana baja dipanaskan pada suhu
tertentu diatas temperatur kritis (a e3) dan kemudian ditahan sampai beberapa
lama. Kemudian didinginkan atau dicelup kedalam air, oli atau larutan garam
tergantung pada tipe baja tersebut. Pengerasan dilakukan dengan memanaskan
baja ke daerah austenit lalu mendinginkannya dengan cepat, dengan pendinginan
cepat ini terbentuk martensite yang keras. Temperatur pemanasannya
(Temperatur Austenitising), lamanya holding time, dan laju pendinginan unutk
pengerasan ini banyak tergantung pada komposisi kimia dari baja.
Langkah-langkah dalam pengambilan
data pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :

1. Persiapan Spesimen

Spesimen berupa batang bulat yang


dipotong menjadi 2 buah dengan
diameter 25 mm dan panjang 10 mm lalu
yang 1 dipecah sebanyak 9 buah dan 1
buah untuk uji komposisi kimia.
Proses pemanasan
Alat dan bahan yang di gunakan
Langkah Kerja Pengujian Mikrostruktur
 Pemotongan: spesimen yang telah tersedia dipotong secara melintang dengan mesin potong
sesuai dengan kebutuhan pemotretan untuk pengujian stuktur mikro pada bagian
permukaan pemotongan.
 Mounting: mounting menggunakan bahan dari resin polyester 2504 yang berwarna putih
transparan dan dicampur cairan katalis sebesar 1.5% untuk mempercepat pengerasan.
 Pengamplasan: pengamplasan dilakukan mengunakan kertas amplas dengan tingkat
kekasaran yang kasar sampai dengan tingkat kekasaran yang paling halus secara berurut,
yaitu amplas No 180, 240, 360, 800, 1000, dan 1200. Selama pengamplasan yang dilakukan
harus selalu dialiri air untuk menghilangkan geram-geram yang terjadi serta untuk
mencegah panas yang berlebihan yang akan mempengaruhi struktur mikro yang diperoleh.
Pengamplasan ini dilakukan hingga didapat permukaan logam yang sangat halus dengan
mesin poleshing.
 Pemolesan: pemolesan ini dilakukan untuk menghilangkan sisa-sisa goresan dalam proses
pengamplasan dengan mengunakan alumia polis sehingga permukaan sampel menjadi licin
dan mengkilap.
1). Pemotongan: spesimen yang
3). Pengamplasan: pengamplasan
telah tersedia dipotong secara melintang
dilakukan mengunakan kertas amplas
dengan mesin potong sesuai dengan
dengan tingkat kekasaran yang kasar
kebutuhan pemotretan untuk pengujian
sampai dengan tingkat kekasaran yang
stuktur mikro pada bagian permukaan
paling halus secara berurut, yaitu
pemotongan.
amplas No 180, 240, 360, 800, 1000, dan
1200. Selama pengamplasan yang
dilakukan harus selalu dialiri air untuk
menghilangkan geram-geram yang
terjadi serta untuk mencegah panas
2). Mounting: mounting yang berlebihan yang akan
menggunakan bahan dari resin polyester mempengaruhi struktur mikro yang
2504 yang berwarna putih transparan diperoleh. Pengamplasan ini dilakukan
dan dicampur cairan katalis sebesar 1.5% hingga didapat permukaan logam yang
untuk mempercepat pengerasan. sangat halus dengan mesin poleshing.
4). Pemolesan: pemolesan ini
dilakukan untuk menghilangkan sisa-sisa
goresan dalam proses pengamplasan
dengan mengunakan alumia polis
sehingga permukaan sampel menjadi licin
dan mengkilap.

5). Pengetsaan: dengan


memberikan larutan etsa ke
permukaan spesimen yang telah
dipoles sebelumnya sehingga akan
dapat menampakkan struktur mikro
yang dihasilkan dari proses perlakuan
panas. Zat etsa yang digunakan
adalah nital sebesar 10 % (NHO3).
Kemudian spesimen dibersihkan
dengan alkohol dan dikeringkan.
6). Pemotretan: pemotretan
dilakukan pada masing-masing
spesimen dan diamati struktur
mikro yang dihasilkan dari bagian
permukaannya. Pemotretan
dilakukan dengan menggunakan
perbesaran 100 kali dan 500 kali,
dengan alat mikroskop optik
seperti terlihat pada gambar 3.
Dalam hal pemotretan ini perlu
diperhatikan dengan baik ketika
bentuk yang didapat, yakni
usahakan gambar yang akan
dipotret sejelas mungkin.
Bab IV
Hasil Dan Pembahasan

Merupakan struktur mikro material asli


dari baja karbon sedang dengan kadar
karbon sedang. Dari gambar tersebut
dapat dilihat struktur mikro yang ada,
yakni ferit dan perlit. Bentuk dari
masing-masing struktur ini terlihat pada
perbesaran 100x dan diperjelas lagi pada
perbesaran 100x yaitu struktur yang
berwarna gelap merupakan bentuk dari
perlit. Sedangkan yang berwarna terang
adalah struktur ferrite yang mempunyai
sifat lunak dan liat. Memiliki ukuran
butir yang besar, dan tampak terlihat
kasar.
Terlihat daerah yang putih adalah
ferit, sedangkan yang berwarna
gelap adalah perlit dan berwarna
hitam menyerupai jarum adalah
martensit. Karena proses
pendinginan air yang cepat
sehingga struktur yang terbentuk
martensit menyebar kepermukaan
mikro juga struktur perlit yang
terbentuk sangat sedikit dan ferit
juga mempengaruhi struktur
material karena ferit bersifat lebih
lunak.
Perbesaran 100x terlihat daerah
yang putih adalah ferit dan
berwarna gelap adalah perlit
sedangkan berwarna hitam
menyerupai jarum disebut
martensit. Hal ini menyebabkan
proses pendinginan oli yang
cepat sehingga struktur yang
terbentuk martensit tetapi tidak
sekasar pada pendinginan air
sehingga kekerasannya lebih
rendah dari pada air juga
struktur perlit halus yang
terbentuk sangat banyak dan
ferit juga yang mempengaruhi
sifat material ferit bersifat lebih
lunak
perbesaran 100x terlihat daerah yang putih adalah
ferit dan berwarna gelap adalah perlit sedangkan
berwarna hitam menyerupai jarum disebut
martensit. Hal ini menyebabkan proses
pendinginan oli yang cepat sehingga struktur yang
terbentuk martensit tetapi tidak sekasar pada
pendinginan air sehingga kekerasannya lebih
rendah dari pada air juga struktur perlit halus yang
terbentuk sangat banyak dan ferit juga yang
mempengaruhi sifat material ferit bersifat lebih
lunak
Merupakan bentuk dari struktur mikro
spesimen dengan temperatur 900°C
kemudian di quenching dengan media oli
sae 40 dan ditemper pada temperatur
300°C selama 1 jam. Memperlihatkan
struktur martensit yang lebih banyak
sehingga menghasilkan kekerasan yang
cukup tinggi dimana dari temperatur 900°c
lalu di quenching dan ditemper terjadi
transformasi dari austenit menjadi
martensit temper. Pada umumnya semua
unsur paduan akan menyebabkan
terhambatnya dekomposisi martensit bila
dipanaskan kembali. Jadi adanya unsur
paduan dalam baja selain mempermudah
pembentukan martensit temper juga akan
menghambat terjadinya kekerasan akibat
pemanasan kembali (tempering). Terlihat
pada gambar diatas martensit temper yang
terbentuk berwarna abu-abu muda dan
memiliki ukuran butir yang halus.
merupakan bentuk dari struktur
mikro spesimen dengan temperatur
900°C kemudian di quenching
dengan media oli sae 40 dan
ditemper pada temperatur 400°C
selama 1 jam. Struktur yang
terbentuk ferit dan martensit temper
dan austenit sisa berwarna abu-abu,
mengalami penurunan kekerasan
sebesar 486 HV dikarenakan oleh
dekomposisi dari austenit yang
tertinggal.
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilaksanakan maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Struktur mikro yang terbentuk dari media pendinginan air terlihat lebih kasar
sedangkan pada media pendinginan oli struktur mikro yang terbentuk lebih
halus. Struktur yang terbentuk pada media pendinginan air dan oli hampir
sama hanya pada pendinginan air lebih banyak struktur austenit sisa yang
tidak sempat berubah menjadi struktur martensit.
Hasilnya masih bervariasi, dikarenakan besaran temperatur dan waktu yang di
gunakan berubah

SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis menyarankan sebagai berikut:
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang struktrur material yang lain akibat
proses quenching pada baja karbon sedang.
Media pendingin yang digunakan hendaknya lebih diperbanyak lagi supaya variasi
struktur atomic pada material dapat diketahui lebih banyak lagi dan media
pendingin yang paling bagus untuk kekerasan pada baja.
Untuk proses pemanasan kedepannya agar bisa menggunakan metode Tungku
Induksi.
ALHAMDULILAH
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai