Anda di halaman 1dari 102

UNIVERSITAS DIPONEGORO

PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH SEMENTARA BANJIR


ROB 3 JUNI 2022 DI PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG

Planning Of a Provision Of Flood Wall Rob June 3, 2022 In Tanjung Emas


Port, Semarang

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk


memperoleh gelar Sarjana Teknik

SHANOP JOSHUA 21010115140187


ZHEFREYN STAR A SITUMORANG 21010115140214

PROGRAM SARJANA TEKNIK SIPIL


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
UNIVERSITAS DIPONEGORO

PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH SEMENTARA BANJIR


ROB 3 JUNI 2022 DI PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG

Planning Of a Provision Of Flood Wall Rob June 3, 2022 In Tanjung Emas


Port, Semarang

SHANOP JOSHUA 21010115140187


ZHEFREYN STAR A SITUMORANG 21010115140214

Semarang, 30 Desember 2022

Disetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Indrastono Dwi Atmanto, M.Ing. Dr. Kresno Wikan Sadono, S.T., M.Eng.
NIP. 195905281988031001 NIP.198207162012121004

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Teknik Sipil
Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Dr. Bagus Hario Setiadji, ST., MT., PhD

NIP. 197205102001121001
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH SEMENTARA BANJIR


ROB 3 JUNI 2022 DI PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG

Planning Of a Provision Of Flood Wall Rob June 3, 2022 In Tanjung Emas


Port, Semarang

Tugas Akhir ini adalah hasil karya kami sendiri,


dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk
telah kami nyatakan dengan benar.

NAMA : Shanop Joshua


NIM : 21010115140187
Tanda Tangan :

Tanggal : 27 Desember 2022

NAMA : Zhefreyn Star A Situmorang


NIM : 21010115140214
Tanda Tangan :

Tanggal : 27 Desember 2022


HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Akhir ini diajukan oleh :


Nama : Shanop Joshua
NIM 21010115140187
Departemen / Program Studi : Teknik Sipil / S1
Judul Tugas Akhir : PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH
SEMENTARA BANJIR ROB 3 JUNI 2022 DI PELABUHAN
TANJUNG EMAS SEMARANG
Planning Of a Provision Of Flood Wall Rob June 3, 2022 In
Tanjung Emas Port, Semarang
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.

TIM PENGUJI

Pembimbing I : Ir.Indrastono Dwi Atmanto, M.Ing. ( ............................ )

Pembimbing II : Dr. Kresno Wikan Sadono, ST.M.Eng. ( ............................ )

Penguji : Undayani Cita Sari, S.T., M.T. (….…………..…..)

Semarang, Desember 2022


Ketua Program Studi S1 Teknik Sipil
Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Dr. Bagus Hario Setiadji, ST., MT., PhD

NIP. 197205102001121001
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Akhir ini diajukan oleh :


Nama : Zhefreyn Star A Situmorang
NIM 21010115140214
Departemen / Program Studi : Teknik Sipil / S1
Judul Tugas Akhir : PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH
SEMENTARA BANJIR ROB 3 JUNI 2022 DI PELABUHAN
TANJUNG EMAS SEMARANG
Planning Of a Provision Of Flood Wall Rob June 3, 2022 In
Tanjung Emas Port, Semarang
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.

TIM PENGUJI

Pembimbing I : Ir.Indrastono Dwi Atmanto, M.Ing. (.............................)

Pembimbing II : Dr. Kresno Wikan Sadono, ST.M.Eng. (.............................)

Penguji : Undayani Cita Sari, S.T., M.T. (.............................)

Semarang, Desember 2022


Ketua Program Studi S1 Teknik Sipil
Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Dr. Bagus Hario Setiadji, ST., MT., PhD

NIP. 197205102001121001
ABSTRAK

Tanggul penahan air laut di kawasan lamicitra Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah
pecah. Tanggul pecah tersebut terjadi dikarenakan tidak kuat menahan besarnya debit dan derasnya
arus limpasan rob dari laut. Berdasarkan informasi di lapangan, tanggul darurat yang berupa
karung berisi pasir sudah di buat, tetapi akan lebih baik jika dilakukan perencanaan floodwall
sementarta, yang mana terdapat 2(dua) zona yang akan direncanakan, untuk mencegah terjadinya
banjir susulan. Data yang digunakan dalam studi kasus ini merupakan data sekunder. Analisis
perencanaan dilakukan dengan menghitung gaya geser, guling dan daya dukung tanah, serta
dengan menggunakan Program Plaxis 2D v21 yang berbasis metode untuk mencari safety factor
pada tanah yang terjadi pada floodwall. Hasil perhitungan pada zona 1(satu) meliputi gaya geser
(𝐹𝑔𝑠 ) sebesar 2,7 dengan faktor keamanan lebih besar dari 2, gaya guling (𝐹𝑔𝑙 ) sebesar 2,26 dengan
faktor keamanan lebih besar dari 2, serta daya dukung tanah(Qu) sebesar 194,905 kPa, dengan
faktor keamanan tekanan tanah dibawah dinding(𝑞𝑡𝑜𝑒 ) sebesar 38,27 kPa kurang dari tekanan
akibat beban struktur(Qa) sebesar 64,969 kPa, serta hasil perhitungan pada zona 2(dua) yang
meliputi gaya geser (𝐹𝑔𝑠 ) sebesar 5,107 dengan faktor keamanan lebih besar dari 2, gaya guling
(𝐹𝑔𝑙 ) sebesar 2,92 dengan faktor keamanan lebih besar dari 2, serta daya dukung tanah(Qu) sebesar
212 kPa, dengan faktor keamanan tekanan tanah dibawah dinding(𝑞𝑡𝑜𝑒 ) sebesar 74,402 kPa kurang
dari tekanan akibat beban struktur(Qa) sebesar 106 kPa. Hasil yang didapat dari program Plaxis
yang berupa nilai safety factor 3,085 pada zona 1(satu) serta nilai deformed mesh sebesar 0,021
meter; dan 10,42 pada zona 2(dua) dan nilai deformed mesh sebesar 0,425 meter. Nilai-nilai
perhitungan pada zona 1(satu) dan 2(dua) berdasarkan perhitungan manual floodwall dapat
dikatakan aman, serta hasil analisis menggunakan Program Plaxis 2D v21 didapatkan nilai safety
factor lebih besar dari yang disyaratkan yaitu 1,5. Kondisi perencanaan floodwall aman.

Kata Kunci : Plaxis, safety factor, deformed mesh, floodwall

ABSTRACT

The seawater retaining embankment in the lamicitra area of Tanjung Emas Port, Semarang,
Central Java has broken. The broken embankment occurred because it was not strong enough to
withstand the large discharge and swift currents of rob runoff from the sea. Based on information
in the field, an emergency embankment in the form of sacks filled with sand has been made, but it
would be better if a temporary floodwall was planned, in which there are 2 (two) zones to be
planned, to prevent further flooding. The data used in this case study is secondary data. The
planning analysis was carried out by calculating the shear, overturning and soil bearing capacity,
as well as by using the Plaxis 2D v21 program which is based on a method to find the safety factor
in soils that occur in floodwalls. The calculation results in zone 1 (one) include a shear force (Fgs)
of 2.7 with a safety factor greater than 2, overturning force (Fgl) of 2.26 with a safety factor
greater than 2, and soil bearing capacity (Qu) of 194.905 kPa, with a safety factor of earth
pressure under the wall (qtoe) of 38.27 kPa less than the pressure due to structural loads (Qa) of
64.969 kPa, and the calculation results in zone 2 (two) which includes a shear force (Fgs) of 5.107
with a safety factor greater than 2, overturning force (Fgl) of 2.92 with a safety factor greater than
2, and soil bearing capacity (Qu) of 212 kPa, with a safety factor of earth pressure under the wall
(qtoe) of 74.402 kPa less from the pressure due to structural load (Qa) of 106 kPa. The results
obtained from the Plaxis program are in the form of a safety factor value of 3.085 in zone 1 (one)
and a deformed mesh value of 0.021 meters; and 10.42 in zone 2 (two) and a deformed mesh value
of 0.425 meters. The calculation values in zones 1 (one) and 2 (two) based on manual floodwall
calculations can be said to be safe, and the results of the analysis using the Plaxis 2D v21 program
show that the safety factor value is greater than that required, namely 1.5. Floodwall design
conditions are safe.

Keywords: Plaxis, safety factor, deformed mesh, floodwall


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah–Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan dan menyusun laporan Tugas Akhir
dengan judul :
“PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH SEMENTARA BANJIR
ROB 3 JUNI 2022 DI PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG”

“Planning Of a Provision Of Flood Wall Rob June 3, 2022 In Tanjung Emas


Port, Semarang”

Penyusunan laporan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh setiap
mahasiswa dan merupakan tahap akhir dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi Strata
Satu (S1) Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, penulis mendapat bantuan dan bimbingan oleh
banyak pihak, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan, berkah, dan rahmat – Nya.
2. Jati Utomo Dwi Hatmoko, ST., MM., MSc., PhD., selaku ketua Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
3. Dr. Bagus Hario Setiadji, S.T., M.T., selaku ketua Program Studi S1 Departemen Teknik Sipil
Universitas Diponegoro.
4. Dr. Hari Nugroho, Ir., M.T., selaku sekretaris koordinator akademik Program Studi S1
Departemen Teknik Sipil Universitas Diponegoro.
5. Dr. Kresno Wikan Sadono, S.T., M.Eng., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan hingga Laporan Tugas Akhir ini terselesaikan.
6. Indrastono D. A, Ir., M.Ing., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan
hingga Laporan Tugas Akhir ini terselesaikan.
7. Indrastono D. A, Ir., M.Ing., selaku dosen wali penulis.
8. Ir. Arif Hidayat, CES, M.T., selaku dosen wali penulis.
9. Seluruh staf Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil Universitas
Diponegoro.
10. Seluruh dosen, staf dan karyawan Departemen Teknik Sipil Universitas Diponegoro.
11. Keluarga yang selalu melimpahkan doa dan motivasi.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan untuk menuju kesempurnaan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Semoga Laporan
Tugas Akhir ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................3
1.5 Batasan Masalah ........................................................................................3
1.6 Lokasi ........................................................................................................5
1.7 Sistematika Penulisan ................................................................................5
BAB II STUDI PUSTAKA...................................................................................... 7
2.1. Tinjauan Umum.........................................................................................7
2.2. Penyelidikan Tanah ...................................................................................8
2.2.1 Cone Penetration Test ................................................................................8
2.3 Jenis Jenis Lapisan Tanah ............................................................................11
2.3.1 Tanah Clay (Lempung).............................................................................11
2.3.2 Tanah Sand (Pasir) ...................................................................................12
2.4. Tekanan Tanah Lateral ............................................................................13
2.4.1Tekanan Tanah Saat Diam.........................................................................14
2.4.2 Tekanan Tanah Aktif Rankine..................................................................16
2.4.3 Tekanan Tanah Pasif Rankine ..................................................................16
2.5.1 Proporsi.....................................................................................................19
2.5.2 Aplikasi Teori Tekanan Tanah Lateral pada Perencanaan DPT ..............20
2.5.3 Stabilitas Dinding Penahan Tanah............................................................21
2.6 Plaxis 2D V.21 .............................................................................................28
2.6.1 Input Program ...........................................................................................28
2.6.2 Output Program ........................................................................................38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...........................................................40
3.1. Tinjauan Umum...........................................................................................40
3.2. Langkah Penyusunan...................................................................................41
3.3. Pengambilan Data Sekunder .......................................................................42
3.4. Analisa dan Pengolahan ..............................................................................42
3.5. Pendimensian Dinding Penahan Tanah .......................................................43
3.6. Stabilitas Dinding Penahan Tanah ..............................................................43
BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN ...................................................44
4.1. Analisis Tanah di Titik S.1 ..........................................................................44
4.1.1 Data Tanah................................................................................................45
4.1.2 Rencana Desain Floodwall .......................................................................47
4.1.3 Cek Kekuatan Desain ...............................................................................48
4.1.4 Analisa Menggunakan Plaxis 2D di Titik S.1 ..........................................53
4.1.4.1 Parameter Input ....................................................................................54
4.1.4.2 Output Program .....................................................................................59
4.2. Analisis Tanah di Titik S.2 ..........................................................................62
4.2.1 Data Tanah................................................................................................63
4.2.2 Perencanaan Floodwall Tipe 2 (Sisi Utara) Tahap 2 .................................66
4.2.2.1 Cek Kekuatan Desain ............................................................................66
4.2.3 Analisa Plaxis 2D V21 Floodwall Tipe 2 (Utara) Tahap 2 .......................75
4.2.3.1 Output Program .....................................................................................80
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................85
5.1. Kesimpulan..................................................................................................85
5.2. Saran ............................................................................................................86
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................87
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Peta lokasi Proyek Dinding Penahan Tanah ...................................................4
Gambar 1.2 Lokasi Penelitian ............................................................................................4
Gambar 1.3 Peta Lokasi Proyek Floodwall PT. Lamicitra ................................................5
Gambar 2.1 Konus Elektrik ................................................................................................8
Gambar 2.2 Konus Mekanik .............................................................................................9
Gambar 2.3 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Hasil Uji Sondir..........................................10
Gambar 2.4 Tekanan Tanah Lateral pada Umumnya.......................................................13
Gambar 2.5 Tekanan Tanah Saat Diam............................................................................14
Gambar 2.6 Tekanan Tanah Aktif Rankine......................................................................15
Gambar 2.7 Diagram Tekanan Tanah Aktif .....................................................................15
Gambar 2.8 Tekanan Tanah Pasif Rankine ......................................................................16
Gambar 2.9 Diagram Tekanan Tanah Pasif .....................................................................17
Gambar 2.10 Varian Dinding Penahan Tanah..................................................................18
Gambar 2.11 Preliminary Design DPT ............................................................................20
Gambar 2.12 Asumsi Penentuan Tekanan Tanah Lateral ................................................21
Gambar 2.13 (a) Guling, (b) Geser...................................................................................22
Gambar 2.14 (c) Runtuh, (d) Longsor ..............................................................................22
Gambar 2.15 Tekanan Lateral dalam Cek Guling ............................................................23
Gambar 2.16 Tekanan Lateral dalam Cek Geser .............................................................24
Gambar 2.17 Shear Key dan Angkur................................................................................25
Gambar 2.18 Tekanan Aktif pada Lapisan Tanah di Bawah Plat DPT ............................26
Gambar 2.19 Interface Plaxis Input .................................................................................29
Gambar 2.20 Modify Soil Layer .......................................................................................30
Gambar 2.21 Pelat Beton..................................................................................................33
Gambar 2.22 Jaring-jaring Mesh .....................................................................................34
Gambar 2.23 Initial Phase dan Pekerjaan Diaphragm Wall ............................................34
Gambar 2.24 Fase Pengerukan Sedalam 1m ....................................................................35
Gambar 2.25 Interface Phase Explorer ............................................................................36
Gambar 2.26 Kalkulasi Project ........................................................................................37
Gambar 2.27 Interface Plaxis 2D Output (Connectifity Plot ...........................................37
Gambar 2.28 Tegangan Kartesius ....................................................................................39
Gambar 3.1 Bagan Alir Perencanaan Dinding Penahan Tanah........................................41
Gambar 4.1 Peta Lokasi Proyek Dinding Penahan Tanah Titik S.1 ................................44
Gambar 4.2 Uji Sondir Manual Titik S.1 .........................................................................45
Gambar 4.3 Rencana Desain Floodwall Tipe 1/Glory .....................................................47
Gambar 4.4 Diagram Tegangan Air S.1 ...........................................................................48
Gambar 4.5 Skema Perhitungan W dan L Tipe 1.............................................................49
Gambar 4.6 Modify Soil...................................................................................................56
Gambar 4.7 Floodwall......................................................................................................56
Gambar 4.8 Air Laut pada Sisi Floodwall ........................................................................57
Gambar 4.9 Fase Pengecoran Floodwall ..........................................................................58
Gambar 4.10 Beton dan Air Laut pada Mode Flow Water ..............................................58
Gambar 4.11 Pemilihan Safety Phase ..............................................................................59
Gambar 4.12 Safety Phase................................................................................................59
Gambar 4.13 Deformed Mesh ..........................................................................................60
Gambar 4.14 Arah Displacement .....................................................................................61
Gambar 4.15 Besaran Displacement ................................................................................61
Gambar 4.16 Peta Lokasi Proyek Dinding Penahan Tanah Titik S.2 ..............................62
Gambar 4.17 Data Uji Sondir ...........................................................................................63
Gambar 4.18 Grafik Terzaghi ..........................................................................................64
Gambar 4.19 Rencana Desain Floodwall Tipe 2 Tipe 2 ..................................................66
Gambar 4.20 Diagram Tegangan Air S.2 Tahap 2 ...........................................................67
Gambar 4.21 Skema Perhitungan W dan L Tipe 2 Tahap 2.............................................69
Gambar 4.22 Modify Soil.................................................................................................75
Gambar 4.23 Floodwall ....................................................................................................76
Gambar 4.24 Air Laut pada Sisi Floodwall ......................................................................77
Gambar 4.25 Fase pengerukan Tanah pada Program Input .............................................78
Gambar 4.26 Fase Pengecoran Floodwall ........................................................................79
Gambar 4.27 Beton dan Air Laut pada Mode Flow Water ..............................................79
Gambar 4.28 Pemilihan Safety Phase ..............................................................................80
Gambar 4.29 Safety Phase................................................................................................81
Gambar 4.30 Deformed Mesh ..........................................................................................81
Gambar 4.31 Arah Displacement .....................................................................................82
Gambar 4.32 Besaran Displacement ................................................................................83
Gambar 4.33 Displacement vertical karena gaya Uplift Seepage ....................................84
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Korelasi Nilai Cu dan qc pada Uji CPT ........................................................................10

Tabel 2.2. Korelasi E dan qc .........................................................................................................11

Tabel 2.3. Penentuan Asumsi Nilai Nk .........................................................................................11


Tabel 2.4. Penentuan γsat. dan γunsat. ...............................................................................................11
Tabel 2.5. Nilai Kohesi Undrained................................................................................................12
Tabel 4.1. Nilai Cu di Titik S.1......................................................................................................46
Tabel 4.2. Perhitungan Luas Tipe 1 ..............................................................................................50
Tabel 4.3. Nilai L Tipe 1 ...............................................................................................................50

Tabel 4.4. Nilai Nc, Nq, dan 𝑁𝛾 ....................................................................................................52

Tabel 4.5. Parameter Tanah...........................................................................................................54


Tabel 4.6. Korelasi Nilai Cu dan qc pada Uji CPT ........................................................................65
Tabel 4.7. Nilai Cu di Titik S.2......................................................................................................65
Tabel 4.8. Perhitungan Luas Tipe 2 Tahap 2 ................................................................................69
Tabel 4.9. Perhitungan Berat Tipe 2 Tahap 2 ...............................................................................69
Tabel 4.10. Nilai L Tipe 2 Tahap 2 ...............................................................................................70
Tabel 4.11. Nilai Mw Tipe 2 Tahap 2 ...........................................................................................70
Tabel 4.12. Nilai Nc, Nq, dan Nγ ..................................................................................................72
Tabel 4.13. Parameter Tanah.........................................................................................................74
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelabuhan Tanjung Emas terletak di daerah pesisir utara kawasan pantai
Semarang. Kota Semarang sendiri adalah Ibu kota Provinsi yang memiliki
wilayah cukup luas dengan luas wilayah 373,70 km2. Batas wilayah
administratif kota Semarang sebelah barat adalah Kabupaten Kendal, sebelah
timur Kabupaten Demak, sebelah selatan Kabupaten Semarang dan sebelah
utara dibatasi oleh laut Jawa dengan garis pantai dengan panjang garis pantai
mencapai 13,6 km.
Pelabuhan yang langsung menghadap ke laut Jawa ini mempunyai sejarah
yang panjang dengan rentetan sejarah panjang kota Semarang dan juga menjadi
jantung utama pusat perekonomian dan pengiriman barang via ekspedisi laut di
Semarang. Pelabuhan yang diresmikan oleh pemerintah pada tahun 1985 ini
menjadi pintu masuk utama barang ekspor dan impor dari dan ke Semarang.
Sehingga tidak heran jika banyak perusahaan besar membangun pabriknya
disini. Kawasan Tanjung Emas ini pula terdapat Kawasan Industri bernama
Tanjung Emas Processing Zone (TEPZ) yaitu kawasan Industri yang beberapa
perusahaannya di kawasan berikat (bonded zone). Di sini, seluruh proses barang
keluar dan masuk diawasi oleh custom/bea cukai dan tercatat dengan baik.
Namun, permasalahan genangan air akibat banjir rob di kawasan Pelabuhan
Tanjung Emas menjadi permasalahan rutin yang belum bisa terselesaikan.
Hari Senin, tanggal 23 Mei 2022, kawasan Pelabuhan Tanjung Emas
Semarang diterjang banjir (Wassalim, 2022). Air merendam seluruh kawasan
tersebut dengan ketinggian air bervariasi mulai dari 30cm hingga 1,5meter. Hal
ini disebabkan tanggung milik PT. Lamicitra di kawasan pelabuhan jebol, yang
membuat air laut meluap dan membanjiri area pelabuhan.
Letak geografis yang berada di daerah pantai dengan kondisi kemiringan
tanah yang hampir datar, penurunan elevasi tanah, juga mengalami peningkatan
volume dan ketinggian air dari tahun ke tahun merupakan salah satu penyebab
terjadinya genangan bahkan membuat kawasan Pelabuhan tenggelam.

1
Di saat curah hujan tinggi, air tidak bisa mengalir dengan cepat dan
menggenang, menyebabkan banjir yang mengakibatkan kegiatan tidak bisa
berjalan dengan normal, dan air baru bisa surut membutuhkan waktu yang
cukup lama. Banjir rob bisa terjadi tanpa mengenal musim meskipun pada
musim kemarau, dan apabila terjadi air pasang mengakibatkan terjadinya rob
yang menutup dermaga bahkan jalan-jalan di pelabuhan, hal ini mengakibatkan
terganggunya proses stevedoring (bongkar muat) maupun aktivitas
kepelabuhan yang lain.
Sementara itu, pengembangan kawasan di kompleks Pelabuhan Tanjung
Emas Semarang sangat signifikan karena Pelabuhan Tanjung Emas Semarang
merupakan salah satu penunjang kegiatan ekonomi terbesar di Jawa Tengah.
Maka untuk melindungi fasilitas yang ada di kompleks pelabuhan Tanjung
Emas Semarang terhadap banjir rob yang terjadi, perlu dibuatkan tanggul
sementara yang efektif dan ekonomis.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil analisa stabilitas gaya geser, guling, dan daya dukung
tanah ?
2. Bagaimana hasil analisa safety factor dan deformed mesh floodwall dengan
menggunakan aplikasi Plaxis 2D v.21 ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maksud dan
tujuan dari perencanaan ini adalah:
1. Menganalisa stabilitas gaya geser, guling, dan daya dukung tanah
2. Mengetahui nilai safety factor(SF) dan deformed mesh floodwall dengan
aplikasi Plaxis 2D v.21

2
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai referensi dan pengetahuan untuk pembaca
2. Sebagai referensi untuk perencana dalam melaksanakan proyek floodwall
1.5 Batasan Masalah
Untuk dapat mencapai tujuan perencanaan diatas, maka dilakukan
beberapa pembatas masalah yang mana sebagai berikut:
1. Analisis parameter tanah dasar berdasarkan nilai CPT (Cone Penetration
Test)
2. Analisis tekanan lateral tanah.
3. Analisis stabilitas tanah dengan menggunakan perhitungan manual, analisa
juga dilakukan menggunakan data hasil program Plaxis 2D V.21.
4. Pemodelan Floodwall menggunakan Plaxis 2D V21
1.6 Lokasi
Lokasi penelitian ini adalah di Kawasan Pelabuhan Tanjung Emas
Semarang yang berada di wilayah kerja PT Pelindo III Kota Semarang. Posisi
geografi kawasan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang terletak di pantai Utara
Jawa Tengah, tepatnya pada garis 6º 56' - 7º 10' LS dan 110º 43' BT, seperti
terlihat pada Gambar 1.1 dan Gambar 1.2. Batas wilayah Pelabuhan Tanjung
Emas adalah sebagai berikut:
1. Utara : Laut Jawa
2. Selatan : Jalan Pantai Utara
3. Timur : Banjir Kanal Timur

3
4. Barat : Banjir Kanal Barat (Kali Garong)

Gambar 1.1 Peta lokasi Proyek Floodwall (Google Earth, 2022)

Gambar 1.2 Lokasi Penelitian (Google Maps, 2022)

4
Gambar 1.3 Peta Lokasi Proyek Floodwall PT. Lamicitra (Google Maps)

1.7 Sistematika Penulisan


Laporan Tugas Akhir dengan judul “Perencanaan Floodwall Sementara
Banjir Rob 3 Juni 2022 di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang” disusun
dengan sistematika sebagai berikut:
• BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang,rumusan masalah, maksud dan
tujuan, lokasi, serta penjelasa sistematika penulisannya
• BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang teori dan pengetahuan tentang geoteknik yang
akan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut
• BAB 3 METODOLOGI
Bab ini berisi tahapan tentang perhitungan analitis stabilitas tanah,
penurunan tanah serta tingkat waktu penurunannya pada Proyek
Perencanaan Floodwall

5
• BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi perhitungan analisis stabilitas tanah,penurunan tanah serta
tingkat waktu penurunan tanah dari Proyek Perencanaan Floodwall
• BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari desain perencanaan timbunan dan juga
saran saran evaluasi untuk pekerjaannya.
• DAFTAR PUSTAKA
Berisi tentang referensi dan sumber sumber yang digunakan pada
penulisan laporan ini
• LAMPIRAN
Berisi lampiran data berupa gambar, data uji laboratorium dan lainnya
mengenai laporan ini.

6
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum
Tanah berasal dari pelapukan batuan, yang prosesnya dapat secara fisik dan
kimia. Sifat-sifat teknis tanah, kecuali dipengaruhi oleh sifat batuan induk, yang
merupakan material asalnya, juga dipengaruhi oleh unsur-unsur luar yang menjadi
penyebab terjadinya pelapukan tersebut (Hardiyatmo, Mekanika Tanah I, 2002).
Geoteknik adalah ilmu yang mempelajari mekanika tanah, dimana digunakan
prinsip-prinsip seperti teori elastisitas Mohr’s circle, dan mekanika lanjutan untuk
mendapatkan solusi yang bisa diaplikasikan pada permasalahan geoteknis dan
pondasi. Ketika menghadapi permalasahan yang berhubungan dengan geomaterial,
termasuk di dalamnya tanah, agregat, dan bebatuan, pengetahuan mengenai geologi
juga dibutuhkan.
Sedangkan Teknik Pondasi adalah ilmu yang mempelajari segala bentuk
pondasi dan bangunan penahan tanah, pemahaman mengenai stabilitas floodwall,
seperti keamanan guling, geser, maupun daya dukung tanah, dibahas dalam Teknik
Pondasi.
Perencanaan Floodwall ini juga menggunakan Plaxis dalam analisanya, Plaxis
singkatan dari Plane Strain and Axial Symmetry (kondisi dua-dimensi dan simetris
axial) adalah program komputer untuk menganalisa finite element (metode
penyelesaian persamaan) dalam kaidah geoteknik, termasuk didalamnya deformasi,
stabilitas, dan rembesan.
Penggunaan Plaxis dalam perancangan ini digunakan untuk mendapatkan:
1. Displacement Total (vertikal dan horizontal)
2. Tegangan dan Regangan
3. Faktor Keamanan
4. Bending Momen pada dinding
5. Gaya geser pada dinding

7
2.2. Penyelidikan Tanah
Semua perancangan geoteknik membutuhkan pengetahuan mengenai
karakteristik lapisan tanah dan bebatuan yang ada di lapangan. Karena itu
penyelidikan tanah di lapangan sangat dibutuhkan untuk memperoleh data data
yang dibutuhkan dalam perancangan floodwall, data-data itu seperti kohesi, sudut
geser tanah, dan jenis lapisan tanahnya.
Penyelidikan tanah dimulai dengan mengambil sampel dari lokasi langsung
dan membawanya ke laboratorium untuk dilakukan pengujian, seperti CPT (Cone
Penetration Test) ataupun SPT (Standart Penetration Test). Metode penyelidikan
CPT (Cone Penetration Test) atau sondir dilakukan untuk mendapatkan data tingkat
kekuatan tanah, pengeboran yang bertujuan untuk mendapatkan sempel tanah
undisturbed (tidak terganggu) guna mengidentifikasi tanah lapangan sampai
kedalaman tertentu. Tes SPT (standar Penetration test) bertujuan untuk
menentukan konsistensi atau density lapangan.
2.2.1 Cone Penetration Test
Cone Penetration Test (CPT) atau umumnya disebut sondir, adalah test paling
umum digunakan di lokasi perencanaan untuk membawa sampel tanah yang
selanjutnya akan diselidiki karakteristiknya. Hasil pengujiannya juga lebih rasional
daripada penggunaan Standar Penetration Test.
CPT menggunakan konus (berbentuk kerucut) dengan luas 10cm2 dengan diameter
35mm. Konus ditekan kedalam tanah, dan secara terpisah akan didapat tekanan
tanah (qc) dan friksi (Fs). Nilai qc merupakan besarnya tahanan kerucut dibagi
dengan luas penampang. Pengukuran dilakukan setiap interval 200mm. Konus
elektrik terlihat pada Gambar 2.1 dan konus mekanik pada Gambar 2.2.

Gambar 2.1 Konus Elektrik

8
Gambar 2.2 Konus Mekanik
Rasio gesekan atau friction ratio (Fr) merupakan perbandingan antara fs (gaya
gesek yang bekerja pada selimut konus dibagi dengan luas selimut) dengan tahanan
konus qc atau rasio gesekan yang dinyatakan dalam Persamaan 2.1.
𝑠𝑙𝑒𝑒𝑣𝑒 𝑓𝑟𝑖𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛,𝑓𝑠
𝐹𝑟(%) = × 100 (2.1)
𝑐𝑜𝑛𝑒 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑠𝑡𝑎𝑛𝑐𝑒,𝑞𝑐

Korelasi kohesi undrained (Cu) untuk tanah clay dengan konus mekanik pada
Persamaan 2.2.
𝑞𝑐
Cu = (2.2)
17

Korelasi nilai cu dan qc pada uji CPT dapat dilihat pada Tabel 2.1.

9
Tabel 2.1 Korelasi Nilai Cu dan qc pada Uji CPT

Kemudian, masukkan nilai Fr dan Cu pada grafik klasifikasi tanah berdasarkan hasil
uji sondir, yang dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Hasil Uji Sondir


(Robertson, 2010; Robertson et al., 1986)
Berikut adalah tabel korelasi modulus elastisitas dengan hasil CPT yang bisa
dilihat pada Tabel 2.2, serta tabel penentuan nilai Nk, γsat. dan γunsat. pada Tabel
2.3 dan Tabel 2.4. (Bowles, Foundation Analysis and Design, 2001).

10
Tabel 2.2 Korelasi E dan qc (Bowles, Foundation Analysis and Design, 2001)

Tabel 2.3 Penentuan Asumsi Nilai Nk

Tabel 2.4 Penentuan γsat. dan γunsat.

2.3 Jenis Jenis Lapisan Tanah


2.3.1 Tanah Clay (Lempung)
Tanah clay adalah tanah yang terusun dari partikel mineral sangat halus dan tidak
banyak didalamnya kandungan material organik. Sehingga tanah clay terasa lengket

11
dikarenakan tidak terdapat banyak rongga di antara partikel tanahnya dan cukup
sulit untuk di drainase. Menurut standar USDA, tanah clay adalah tanah yang
butiran pasirnya berdiameter < 0.002 mm.
Tanah clay memiliki sifat sebagai berikut :
1. Bersifat kohesif

2. Sudut gesernya kecil/dianggap 0 (θ = 0°)

3. Permeabilitasnya rendah
4. Volumenya menyusut saat kering dan mengambang saat basah
Besaran nilai kohesi undrained pada clay dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Nilai Kohesi Undrained (Craig, 1987)

2.3.2 Tanah Sand (Pasir)


Tahan pasir adalah campuran batu batuan kecil dan material granular yang pada
umumnya, lebih halus dari kerikil tetapi lebih kasar dari lanau. Diameter
partikelnya berkisar antara 0.06 mm sampai dengan 2 mm.

2.3.3 Kerikil (gravels)


Kerikil (gravels) adalah kepingan-kepingan dari batuan yang kadang-kadang juga
mengandung partikel-partikel mineral quartz, feldspar dan mineralmineral lain,
Diameter butiran > 5 mm.

12
2.3.4 Lanau (silt)
Lanau (silt) sebagian besar merupakan fraksi mikroskopis (berukuran sangat kecil)
dari tanah yang terdiri dari butiran-butiran quartz yang sangat halus, dan sejumlah
partikel-partikel berbentuk lempengan-lempengan pipih yang merupakan pecahan
dari mineral-mineral mika, Diameter butiran 0,002 – 0,0075 mm.
2.4. Tekanan Tanah Lateral
Kata lateral berasal dari Bahasa inggris yang berarti ke sisi. Kata yang memiliki
arti yang sama yaitu to the side atau sideways. Dengan demikian tekanan tanah
dapat diartiakan gaya yang bekerja ke sisi floodwall (Surendro, 2015).
Perencanaan penahan tanah atau floodwall harus mempertimbangkan tekanan
lateral yang terjadi pada struktur. Tekanan lateral disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti terlihat pada Gambar 2.4, yaitu tipe (a) tipe dan pergerakan dinding, (b)
tegangan geser tanah, (c) berat jenis tanah, dan (d) kondisi drainase pada tanah di
belakangnya.

Gambar 2.4 Tekanan Tanah Lateral pada Umumnya


a. Dinding tidak bergerak. Tekanan tanah yang terjadi pada dinding disebut
tekanan tanah saat diam.
b. Dinding miring terdorong tanah di belakangnya. Kondisi tekanan lateral
seperti ini disebut tekanan tanah aktif.
c. Dinding mendorong tanah di belakangnya. Tekanan tanah ini disebut tekanan
tanah pasif.

13
2.4.1Tekanan Tanah Saat Diam
Tekanan tanah saat diam terlihat pada Gambar 2.5 berikut ini.

Gambar 2.5 Tekanan Tanah Saat Diam


Koefisien tekanan tanah saat diam atau K0 dinyatakan dalam Persamaan 2.3 dan
perhitungan P0 pada Persamaan 2.4.
𝐾0 = 1 − 𝑠𝑖𝑛 𝜙′ (2.3)
1
𝑃0 = 𝑃1 + 𝑃2 = 𝑞𝐾0 𝐻 + 2 𝛾𝐻 2 𝐾0 (2.4)

2.4.2 Tekanan Tanah Aktif Rankine


Pada perencanaan bangunan penahan tanah, tekanan tanah aktif bekerja dengan
gaya – gaya yang cenderung mengurangi keseimbangan bangunan penahan tanah
atau bagian tanah yang bekerja menekan bangunan penahan tanah. Bila permukaan
tanah horizontal, koefisien tekanan tanah aktif (coefficient of active earth pressure)
atau Ka menurut Rankine dinyatakan dalam Persamaan 2.5, dan perhitungan 𝜎′𝑎
dalam Persamaan 2.6.
𝜙′
𝐾𝑎 = 𝑡𝑎𝑛2 (45 − ) (2.5)
2

𝜎′𝑎 = 𝜎′0 𝐾𝑎 − 2𝑐′√𝐾𝑎 (2.6)

14
Tekanan tanah aktif rankine dapat dilihat pada Gambar 2.6 dan diagram tekanan
tanah aktif pada Gambar 2.7.

Gambar 2.6 Tekanan Tanah Aktif Rankine

Gambar 2.7 Diagram Tekanan Tanah Aktif


Dalam aplikasinya, kohesi bersifat negatif terhadap tekanan tanah aktif. Karena
kohesi bertindak sebagai variabel penghambat saat tekanan aktif terjadi.

15
2.4.3 Tekanan Tanah Pasif Rankine
Tekanan tanah pasif merupakan gaya perlawanan tanah akibat dari tekanan tanah
aktif tersebut. Bila permukaan tanah horizontal, koefisien tekanan tanah pasif
(coefficient of passive pressure) atau Kp menurut Rankine dinyatakan dalam
Persamaan 2.7. dan perhitungan 𝜎′𝑝 dalam Persamaan 2.8.
𝜙′
𝐾𝑝 = 𝑡𝑎𝑛2 (45 + ) (2.7)
2

𝜎′𝑝 = 𝜎′0 𝐾𝑝 + 2𝑐′√𝐾𝑝 (2.8)


Tekanan tanah pasif rankine dapat dilihat pada Gambar 2.8 dan diagram tekanan
tanah pasif pada Gambar 2.9.

Gambar 2.8 Tekanan Tanah Pasif Rankine

16
Gambar 2.9 Diagram Tekanan Tanah Pasif
Pada keadaan tanah pasif, kohesi menjadi variabel penambah, karena menjadi
pengaku tanah.
Tekanan hidrostatis (Ph) dan tekanan pasif total (Pp) dinyatakan dengan
Persamaan 2.10 dan 2.11 berikut ini.
1
𝑃ℎ = 2 × 𝛾 × 𝐻 2 (2.10)
1
𝑃𝑝 = × 𝐾𝑝 × 𝛾 × (ℎ2 )2 + 2 × 𝐶𝑢 × √𝐾𝑝 × ℎ2 (2.11)
2

Dengan:
Ph = tekanan hidrostatis (kN/m²)
Pp = tekanan tanah pasif total (kN/m²)
γ = berat volume basah tanah (kN/m³)
H = tinggi floodwall (m)
Kp = koefisien tekanan pasif
Cu = kohesi (kN/m²)
Selanjutnya dilakukan perhitungan momen Ph pada Persamaan 2.12 dan momen
Pp pada Persamaan 2.13.
𝐻
𝑀𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑃ℎ = 𝑃ℎ × 3 (2.12)
1 𝐻 𝐻
𝑀𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑃𝑝 = × 𝐾𝑝 × 𝛾 × (ℎ2 )2 × 3 + 2 × 𝐶𝑢 × √𝐾𝑝 × 𝐻 × 2 (2.13)
2

Setelah menghitung momen Ph dan Pp, didapatkan Mg dengan Persamaan 2.14.

17
Mg = Momen 𝑃ℎ - Momen 𝑃𝑝 (2.14)
Dengan,
Momen Ph = momen akibat tekanan hidrostatis (kN.m)
Momen Pp = momen akibat tekanan pasif (kN.m)
2.5. Floodwall (Retaining Wall)
Floodwall adalah bangunan struktur yang berfungsi untuk menahan tanah
lepas atau alami dan mencegah keruntuhan pada lereng yang tidak stabil atau
berpotensi longsor serta menjaga kestabilan lereng atau tanah timbunan. Umumnya,
floodwall bisa dibagi menjadi dua kategori: (a) Dinding konvensional dan (b)
dinding penahan dengan stabilisasi mekanis. Floodwall konvensional
diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu (a) Gravity Wall, (b) Semi-Gravity Wall, (c)
Cantilver, dan (d) Counterfort, seperti pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Varian Floodwall


Untuk merencanakan dinding penahan, seorang engineer harus mengetahui
parameter awal seperti berat jenis, sudut geser tanah, dan kohesi lapisan tanah
dibelakang maupun dibawah dinding. Dengan mengetahui karakteristik tanah

18
disekitar DPT, barulah dapat ditentukan distribusi tekanan tanah lateral yang akan
direncanakan.
Ada dua macam fase perencanaan dari dindin penahan tanah konvensional,
Getoteknik dan Struktural. Pada tahap pertama, dengan tekanan tanah lateral yang
sudah diketahui, struktur secara keseluruhan dicek untuk stabilitasnya. Pengecekan
stabilitas ini digunakan untuk mengetahui kemungkinan keruntuhan guling, geser,
dan keruntuhan daya dukung tanah dibawahnya. Pada tahap kedua, setiap
komponen struktur dicek untuk kekuatan, dan tulangannya ditentukan.
Beberapa floodwall memiliki tanah di bagian belakangnya dan stabilitas
mekanis bisa berupa elemen penambah seperti, strip metal, tulangan, slab cable las,
geotextiles, dan georigids. Dinding ini harus cukup fleksibel dan mampu menahan
gaya lateral yang besar dan displacement vertikal tanpa kerusakan yang signifikan.
2.5.1 Proporsi
Dalam perencanaan floodwall, seorang engineer harus mengasumsikan beberapa
dimensi terlebih dahulu atau disebut proporsi awal. asumsi ini akan dijadikan acuan
dasar awal untuk pengecekan stabilitas dinding. Jika stabilitas yang dihasilkan
kurang memuaskan, bagian tersebut bisa diganti dan cek kembali. Berikut adalah
proporsi beberapa bagian dinding penahan yang umum untuk pendimensian awal
(preliminary design).
Tebal bagian atas dinding penahan tidak boleh kurang dari 0.3m untuk pengecoran
yang baik. Tebal plat dinding, minimal 0.6m dan bagian bawah slab DPT harus
diletakkan dibawah titik beku es.
Untuk dinding counterfort, pendimensian umum dindingnya sama dengan dinding
kantilever. Tetapi, tebal plat counterfort diperbolehkan hanya 0.3m dan ujung ke
ujungnya 0.3H - 0.7H. Perhitungan H total dihitung dengan Persamaan 2.9.
𝐻 = ℎ𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 + 𝐷 (2.9)
Untuk preliminary desaign DPT seperti pada Gambar 2.11.

19
Gambar 2.11. Preliminary Design DPT
2.5.2 Aplikasi Teori Tekanan Tanah Lateral pada Perencanaan DPT
Teori dasar yang digunakan untuk menghitung tekanan tanah lateral sudah dibahas
pada bagian 2.4. Umumnya teori Rankine lebih banyak digunakan daripada teori
Coulomb karna lebih sederhana. Untuk menggunakan teori ini pada perancangan,
seorang engineer harus membuat beberapa asumsi sederhana. Dalam contoh
penghitungan dinding cantilever, penggunaan teori rankine untuk check stabilitas
berupa penggambaran garis vertikal AB dari poin A, pada bagian bawah plat. Teori
aktif rankine kemudian digunakan untuk menghitung tekanan tanah lateral pada
muka AB dinding. Dalam analisa stabilitas, tekanan 𝑃𝑎(𝑟𝑎𝑛𝑘𝑖𝑛𝑒) , berat jenis lapisan
tanah diatas sepatu dinding, dan berat sendiri beton harus dimasukkna kedalam
perhitungan. Menggunakan Mohr’s circles, Chu (1991) didapat kemiringan sudut
𝛼 𝜙′1 1 𝑠𝑖𝑛𝛼
gaya pada bagian kaki DPT sebesar [45 + 2 + − 2 𝑠𝑖𝑛−1 (𝑠𝑖𝑛𝜙′ )] ke bidang
2 1

horizontal.
Terzaghi (1943) menunjukkan bahwa sisi aktif terbentuk dalam kemiringan
granular tanah, dengan sudut membentuk 90 − 𝜙′1 . Bidang AC’ ini membentuk
sudut 𝜂 terhadap sumbu vertikal. Sudut 𝜂 dapat dihitung dengan persamaan 𝜂 =
𝛼 𝜙′1 1 𝑠𝑖𝑛𝛼
45 + 2 − − 2 𝑠𝑖𝑛−1 (𝑠𝑖𝑛𝜙′ ). Asumsi yang dikembangkan oleh tekanan aktif
2 1

20
rankine sepanjang bidang tanah AB secara teoritis adalah benar jika zona geser yang
terikat pada garis AC tidak terganggu oleh badan struktur.
Pada kondisi umumnya, permasalah hidrostatis seperti tinggi air maupun tinggi
muka air tanah juga harus dipertimbangkan sebagai tekanan hidrostatik, seperti
pada Gambar 2.12.

Gambar 2.12 Asumsi Penentuan Tekanan Tanah Lateral


2.5.3 Stabilitas Floodwall
Floodwall akan runtuh dalam beberapa kondisi, seperti pada Gambar 2.13 dan
Gambar 2.14:
1) Akan terguling dari kakinya
2) Akan tergeser dari posisi awalnya
3) Akan runtuh karna kegagalan tanah dibawahnya
4) Akan terpengaruh longsor dalam
5) Akan terjadi settlement tanah yang berlebihan

21
Gambar 2.13 (a) Guling, (b) Geser

Gambar 2.14 (c) Runtuh, (d) Longsor


1. Stabilitas DPT Terhadap Penggulingan
Tekanan tanah lateral yang diakibatkan oleh tanah urug di belakang dinding
penahan cenderung menggulingkan dinding penahan dengan pusat rotasi pada
ujung kaki depan pelat pondasi. Momen penggulingan ini dilawan oleh momen
akibat berat sendiri floodwall dan momen akibat berat tanah di atas pelat pondasi.
Terlihat gaya yang bekerja pada dinding kantilever, berdasarkan asumsi tekanan
aktif rankine pada bidang AB di kaki DPT, seperti pada Gambar 2.15.

22
Gambar 2.15 Tekanan Lateral dalam Cek Guling
Faktor aman terhadap penggulingan (Fgl) dinyatakan dengan Persamaan 2.15
berikut ini.
∑ 𝑀𝑤
𝐹𝑔𝑙 = ∑ 𝑀𝑔
>2 (2.15)

𝑀𝑤 = 𝛴𝑊 × 𝐵 (2.16)
𝑤 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 × 𝛾𝑐 (2.17)
𝛴𝑀𝑤 = 𝛴𝑤 × 𝐿 (2.18)
Dengan:
ΣMw = momen yang melawan penggulingan (kN.m)
ΣMg = momen yang mengakibatkan penggulingan (kN.m)
W = berat tanah di atas pelat pondasi dan berat sendiri dinding penahan (kN)
B = lebar kaki dinding penahan (m)
= panjang lengan (m)
Faktor aman terhadap penggulingan bergantung pada jenis tanah, yaitu sebagai
berikut:
Fgl ≥ 1,5 untuk tanah dasar granuler
Fgl ≥ 2 untuk tanah dasar kohesif
2. Stabilitas DPT Terhadap Pergeseran
Stabilitas floodwall terhadap pengeseran di pengaruhi oleh gaya gesekan antara
tanah dengan dasar fondasi serta tekanan tanah positif apabila di depan dinding

23
penahan terdapat tanah timbunan. Tekanan lateral dalam cek geser terlihat pada
Gambar 2.16.

Gambar 2.16 Tekanan Lateral dalam Cek Geser


Faktor aman terhadap pengesaran dinyatakan dengan Persamaan 2.19 berikut ini.
𝛴𝑅
𝐹𝑔𝑠 = 𝛴𝑃ℎ > 2 (2.19)

𝛴𝑅𝐻 = (𝑐 × 𝐵) + (𝑊 ×𝑡𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛 𝛿 ′ ) (2.20)


𝑃𝐻 = 𝑃𝑎 − 𝑃𝑝 (2.21)
Dengan:
ΣRh = tahanan floodwall terhadap penggeseran
W = berat total floodwall dan tanah diatas pelat pondasi
𝛿′ = sudut gesek antara tanah dan dasar pondasi = kohesi tanah dasar
B = lebar pondasi
ΣPh = jumlah gaya-gaya horizontal
Faktor aman terhadap penggeseran dasar pondasi (Fgs) minimum diambil 1,5.
Namun bowles menyatakan bahwa:
Fgs ≥ 1,5 untuk tanah dasar granuler
Fgs ≥ 2 untuk tanah dasar kohesif
Apabila angka tidak mencapai 2 atau 3, beberapa alternatif yang bisa dilakukan
adalah:
1) Pelebaran plat bawah DPT (Kaki depan/ belakang)

24
2) Penggunaan shear key pada dasar plat DPT. Gambar dibawah menunjukkan
penggunaan shear key pada DPT, dan apabila shear key digunakan maka mencari
Pp menggunakan Persamaan 2.11.
1
𝑃𝑝 = × 𝐾𝑝 × 𝛾 × (ℎ2 )2 + 2 × 𝐶𝑢 × √𝐾𝑝 × ℎ2 (2.11)
2
𝜙′2
Dimana, 𝐾𝑝 = 𝑡𝑎𝑛2 (45 + ) (2.7)
2

3) Penggunaan Angkur pada Dinding DPT

Gambar 2.17 Shear Key dan Angkur

25
3. Stabilitas DPT Terhadap Daya Dukung Tanah (Check Bearing)
Perhitungan stabilitas daya dukung tanah dasar terdapat beberapa persamaan yang
digunakan, seperti persamaan Terzaghi (1943) dan persamaan Vesic (1975) dan
Hansen (1970). Tekanan lateral dalam daya dukung tanah terlihat pada Gambar
2.18.

Gambar 2.18 Tekanan Aktif pada Lapisan Tanah di Bawah Plat DPT
Setelah pengecekan guling dan geser, pengecekan selanjutnya adalah daya dukung
tanah (bearing capacity). Dimana, lapisan tanah pada plat bawah DPT dianggap
seperti pondasi gabungan yang terdampak beban merata, dan terpengaruh secara
eksentrisitas karena kemiringan vertikal.
Pada gambar diatas terlihat, R adalah resultan dari gaya gaya V dan 𝑃𝐻 , terpusat
pada E, pada jarak X dari titik C. menjadi beban merata eksentris, membuat
distrubusi tekanan pada tanah dibawahnya bervariasi, dari 𝑞𝑚𝑎𝑥 dan 𝑞𝑚𝑖𝑛 seperti
Persamaan 2.28 dan 2.29.
𝛴𝑉 6𝑒
𝑞𝑚𝑎𝑥 = + (2.28)
𝐵 𝐵
𝛴𝑉 6𝑒
𝑞𝑚𝑖𝑛 = − (2.29)
𝐵 𝐵

Perhitungan stabilitas menggunakan Persamaan 2.22.


𝑞𝑡𝑜𝑒 < 𝑄𝑎 (2.22)
Dengan nilai 𝑞𝑡𝑜𝑒 didapatkan dari Persamaan 2.23.
𝑊 6𝑒
𝑞𝑡𝑜𝑒 = × (1 + ) (2.23)
𝐵 𝐵

Dimana:

26
W = Berat benda = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 × 𝛾𝑐
B = Lebar total
Nilai e dihitung menggunakan Persamaan 2.24.
𝐵 𝛴𝑀𝑤 − 𝛴𝑀𝑎
𝑒 = − (2.24)
2 𝛴𝑊
𝐵
Dapat dilihat dari persamaan diatas, apabila eksentrisitas melebihi 6 , 𝑞𝑚𝑖𝑛 bernilai

negatif. Dikarenakan sifat tanah yang memilliki daya dukung, maka hal ini tidak
memungkinkan. Oleh karna itu, nilai e harus dikurangi.
Cek nilai e dengan Persamaan 2.25
e < B/6 (2.25)
Perhitungan dukung ultimate (𝑄𝑢 ) DPT dapat dianggap sama dengan pondasi
dangkal. Menganggap DPT sebagai pondasi menerus. Maka 𝑄𝑢 dapat ditulis seperti
Persamaan 2.26.
1
𝑄𝑢 = 𝑐 × 𝑁𝑐 + 𝑞 × 𝑁𝑞 + 2 × 𝛾 × 𝐵′ × 𝑁𝛾 (2.26)
Dengan:
𝑞 = 𝛾. 𝐷

c = kohesi
B’ = lebar dasar pondasi sebenarnya, m ( 𝐵′ = 𝐵 − 2. 𝑒)
𝛾 = berat volume tanah (kN/m3)
Nc, Nq, Nγ = faktor kapasitas dukung
Nilai kapasitas izin tanah (Qa) menggunakan Persamaan 2.27.
𝑄𝑢
𝑄𝑎 = (2.27)
𝐹𝑆

Dengan,
Qu = kapasitas dukung ultimate (kN/m2)
Qa = tekanan akibat beban struktur (kN/m2)
Apabila daya dukung ultimate sudah diperhitungkan menggunakan persamaan
diatas, faktor keamanan yang ada di tentukan dengan cara membagi 𝑞𝑢 dengan
𝑞𝑚𝑎𝑥 .

27
Umumnya, digunakan safety faktor 2 atau 3. Sebagai catatan, daya dukung ultimate
pondasi dangkal terjadi saat settlement sebesar 10% dari lebar pondasi. Pada DPT,
lebar memanjang DPT sangatlah besar, sehingga hal ini masih membutuhkan
penyelidikan lebih lanjut.
2.6 Plaxis 2D V.21
Plaxis merupakan kependekan dari Plane Strain and axial symmetry,
merupakan program dalam dunia geoteknik yang mampu menganalisa elemen
berhingga termasuk didalamnya analisa deformasi, stabilitas, dan rembesan.
Program ini adalah hasil kembangan Bentley System dan pertama kali dirilis pada
Desember 1982. Saat ini versi paling stabil yang telah dirilis adalah Plaxis Connect
Edition V21 (2D dan 3D).
Program plaxis dibagi lagi menjadi dua, yaitu Input dan Output, dimana pada
Input, parameter dan geometry perencanaan di masukkan dan simulasi dijalankan.
Selanjutnya program akan menampilkan hasil analisa pada output.
2.6.1 Input Program
Untuk menjalankan analisa plaxis, perlu ditentukan geometri dua dimensi yang
tersusun dari hubungan titik-titik, garis maupun komponen lainnya pada bidang x
dan y. Kemudian mendefinisikan properti material yang digunakan pada geometri
tersebut. Hal ini dilakukan pada mode geometry (Soil dan Structure). Sehingga
selanjutnya kalkulasi program dapat dijalankan pada mode Kalkulasi (Mesh, Flow,
dan Staged Construction).
A. Mode Geometry
Konfigurasi geometris proyek didefinisikan pada mode ini, sehingga semua
perubahan geometri seperti membuat, memindahkan, memodifikasi, dan
menghapus elemen pada gambar hanya bisa dilakukan pada mode ini.
Selanjutnya fitur lain seperti penambahan pelat, balok dan pembebanan dapat
didefinisikan di dalam mode Structure.
a. Soil Mode
Mode ini mendefinisikan stratigrafi lapisan tanah, tinggi muka air tanah, dan
parameter tanah.

28
b. Structure Mode
Dalam mode ini, dapat dilakukan penambahan elemen elemen geometris
pada gambar dan pendefinisian beban pada struktur.
B. Mode Kalkulasi
Pada mode kalkulasi, perubahan geometri tidak dapat dilakukan kembali, tetapi
definisi material dapat dimodifikasi.
a. Mesh
Pada mode ini, model geometri digambarkan sebagai elemen berhingga
berbentuk jaring-jaring.
b. Flow Condition
Selain permukaan air tanah yang sudah ditentukan pada mode geometris,
kondisi air tanah dapat dimodifikasi sesuai tahap pekerjaan pada mode ini.
c. Staged Construction
Pada mode ini, elemen elemen geometri dapat dinonaktifkan sehingga
memberi gambaran analisa pada setiap tahapan pekerjaan yang dilalui.
Tampilan interface program Plaxis 2D V21 input, seperti terlihat pada Gambar
2.19. Mode geometri ditampilkan berwarna biru dan Mode Kalkulasi berwarna
hijau.

Gambar 2. 19. Interface Plaxis Input

29
Fungsi Borehole memungkinkan penggambaran lapisan tanah pada program plaxis
berdasarkan titik-titik yang telah ditentukan, pada menu interface borehole, dapat
juga ditentukan kedalaman tiap lapisan tanah dan tinggi muka air tanah pada titik
borehole tersebut. Tampilan Modify soil layer pada plaxis input terlihat pada
Gambar 2.20.

Gambar 2. 20. Modify Soil Layer


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendefinisikan parameter tanah pada
Plaxis Input adalah :
1) Material Model
Sifat tanah dan batuan pada program plaxis dapat dimodelkan hingga ketepatan
tertentu. Hal ini dicapai dengan memasukkan data data parameter tanah dan
memprosesnya sesuai pemodelan plaxis.
Berikut adalah pemodelan yang umum digunakan dalam Plaxis 2D V.21 :
● Linear Elastic model (LE)
Model ini didasarkan dari teori Hooke mengenai elastisitas isotropic.
Dengan menggunakan dua buah parameter elastis umum yaitu Modulus
Young 𝐸 dan Poisson’s ratio 𝑣. model ini tidak cocok bila digunakan untuk

30
memodelkan lapisan tanah, dan umumnya digunakan untuk memodelkan
benda bervolume keras seperti Beton atau bebatuan keras.

● Mohr-Coulomb model (MC)


Pada model ini, digunakan 5 buah parameter, yaitu 𝐸 dan 𝑣 untuk elastisitas
model, 𝜑 dan 𝑐 untuk plastisitas model, dan 𝜓 sebagai sudut dilatasi. Model
ini adalah pemodelan yang paling umum digunakan, dan juga disarankan
sebagai analisis pertama sebelum menggunakan pemodelan lainnya.
● Hardening Soil model (HS)
HS merupakan pemodelan tingkat lanjut untuk memprediksi perilaku tanah
keras. Sama seperti model MC, tekanan didefinisikan dengan parameter
sudut geser, 𝜑, kohesi, 𝑐, dan sudut dilatasi, 𝜓. tetapi, kekakuan tanah
didefinisikan dengan lebih akurat karena menggunakan tiga jenis parameter
input untuk kekakuan tanah, yaitu Triaxial loading stiffness, 𝐸50 , Triaxial
unloading stiffness, 𝐸𝑢𝑟 , dan Oedometer loading stiffness, 𝐸𝑜𝑒𝑑 .
● Modified Clam-Clay model (MCC)
Pemodelan ini adalah pemodelan yang cukup dikenal didunia internasional
dalam bidang pemodelan lapisan tanah. Pemodelan MCC pada program
plaxis hanya digunakan untuk membandingkan hasil pemodelan plaxis
dengan code program lainnya.
● Soft Soil model (SS)
Pemodelan ini kurang lebih adalah pemodelan MCC yang lebih
diperuntukkan untuk memodelkan pemampatan tanah clay yang hampir
termampatkan sempurna secara natural. Umumnya pemodelan ini
digunakan untuk tanah clay yang lunak atau sangat lunak.
● Jointed Rock model (JR)
Pemodelan ini adalah pemodelan elastis-plastis anisotropic, digunakan
khusus untuk mensimulasi lapisan batuan, ter stratifikasi, dan rawan patah
geser. Plastisitas dapat terjadi pada 3 bidang arah, dengan masing masing
memiliki parameter, 𝜑, dan, 𝑐. sedangkan batuannya dianggap sepenuhnya
elastis dengan parameter kekakuan, 𝐸, dan , 𝑣.

31
● Concrete model
Dalam program plaxis beton tidak bisa didefinisikan sebagai tanah,
sehingga beton dianggap sebagai shotcrete (beton semprot) dengan
pemodelan elastoplastis.

2) Drainage Type
Tipe Drainase adalah pemodelan pergerakan air didalam tanah yang akan
dianalisa sifat sifatnya oleh pemodelan program plaxis. Hal ini penting karena
Bila tanah mengalami tekanan yang diakibatkan oleh beban maka, Angka
tekanan pori tanah akan berkurang dan terjadinya perubahan-perubahan sifat
mekanis tanah (tahanan geser meningkat). Jika tanah berada dalam air, tanah
dipengaruhi oleh gaya angkat keatas akibat tekanan hidrostatis. Berat tanah
terendam disebut berat tanah efektif, sedangkan tegangan yang terjadi disebut
tegangan efektif.
Umumnya digunakan pemodelan drainase seperti berikut :
● Drained
Yaitu lapisan tanah yang dilakukan drainase sebelumnya, sehingga
kekakuan dan kuat geser tanah didefinisikan sebagai tekanan efektif.
● Undrained (A)
Pada pemodelan ini, kekakuan bulk air diperhitungkan sehingga lapisan
tanah secara keseluruhan tidak bisa dimampatkan dan tekanan air pori di
kalkulasi, bahkan bila diatas level phreatic-nya
● Undrained (B)
Pada pemodelan ini, kekakuan didefinisikan sebagai kekakuan efektif tetapi
kuat geser didefinisikan sebagai kuat geser undrained. kekakuan bulk air
diperhitungkan sehingga lapisan tanah secara keseluruhan tidak bisa
dimampatkan dan tekanan air pori dikalkulasi, bahkan bila diatas level
phreatic-nya.
● Undrained (C)
Pada pemodelan ini, kekakuan dan kuat geser didefinisikan sebagai
kekakuan dan kuat geser undrained.

32
● Non-Porous
Pada pemodelan ini, tekanan air pori dianggap tidak mungkin terjadi.
Pada menu structure, seluruh geometri yang dibutuhkan untuk project dimasukkan
dan didefinisikan. Pembuatan beton bisa dengan menggambar poligon terlebih
dahulu, kemudian mendefinisikan material poligon tersebut dengan material beton.
Selain beton, bisa juga ditambahkan struktur seperti pelat, anchor, beam dan lain
sebagainya.
Setelah geometri selesai dibuat, pendefinisian beban luar yang bekerja pada project
perlu didefinisikan, dalam plaxis beban yang mampu didefinisikan oleh program
adalah beban titik dan beban merata. Beban ini bersifat vektor sehingga dapat
ditentukan arahnya baik x positif, x negatif, dan juga pada sumbu y positif atau
negatif.
Contoh pelat beton yang terletak diatas tanah dan bekerja diatasnya gaya merata
terlihat pada Gambar 2.21.

Gambar 2. 21. Pelat Beton


Meshing (pembuatan jaring jaring) merupakan metode plaxis sebagai program
mendefinisikan suatu object gambar menjadi elemen berhingga. Dengan membuat
node-node (titik hubungan) dari suatu objek dan mengkalkulasi berdasarkan
perubahan yang terjadi pada node tersebut saat dilakukan simulasi. Contoh
pembuatan node oleh program plaxis ditunjukkan pada Gambar 2.22.

33
Gambar 2. 22. Jaring-jaring Mesh
Fase Flow Condition adalah fase dimana dilakukan pendefinisian muka air tanah
pada setiap tahap konstruksi, hal ini penting karena perubahan tinggi muka air tanah
saat dilakukan konstruksi akan mempengaruhi gaya gaya yang bekerja pada tanah
tersebut pada tahapan tersebut. Perubahan ini bisa berarti turunnya muka air tanah
disekitar daerah galian dan lain sebagainya. Penurunan muka air tanah karena
proses penggalian tanah dijelaskan pada Gambar 2.23 dan Gambar 2.24.

Gambar 2. 23. Initial Phase dan Pekerjaan Diaphragm Wall

34
Gambar 2. 24. Fase Pengerukan Sedalam 1m
Mode terakhir pada plaxis input adalah Staged Construction, pada mode ini
pekerjaan didefinisikan berdasarkan tahapan tahapan (fase) yang dilalui dan durasi
pekerjaan setiap fasenya. Sehingga didapatkan keadaan tanah kritis pada setiap
fasenya dan memungkinkan dilakukan perkuatan tanah sementara apabila pada fase
tertentu terjadi keruntuhan atau kegagalan.
Pendefinisian fase pekerjaan dilakukan melalui Phase Explorer. Tampilan
muka Phase Explorer terlihat pada Gambar 2.25. Setiap fase yang didefinisikan
dapat dilakukan aktivasi atau deaktivasi gambar baik lapisan tanah maupun beban
yang bekerja sehingga memungkinkan pendefinisian setiap tahapan secara akurat.

35
Gambar 2. 25. Interface Phase Explorer
Setelah pendefinisian fase pada plaxis input selesai, maka langkah terakhir
yang perlu dilakukan adalah kalkulasi program, sehingga gaya gaya yang terjadi
pada proyek dapat didefinisikan dan ditampilkan pada program output. Proses
kalkulasi dari program input plaxis terlihat pada Gambar 2.26.

36
Gambar 2. 26. Kalkulasi Project
2.6.2 Output Program
Pada program output deformasi, displacement, dan tegangan ditampilkan. Dan
apabila pada project digunakan elemen struktur, gaya gaya yang bekerja pada
elemen ini akan ditampilkan. Program output akan terbuka apabila pada program
input ditekan “view result”. Gambar 2.27 merupakan tampilan utama output
program.

Gambar 2. 27. Interface Plaxis 2D Output (Connectifity Plot)

37
Berikut adalah hasil yang umumnya didapatkan pada program output:
A. Connectifity plot
Konektifitas plot merupakan jaring jaring elemen yang terhubung
divisualisasikan. Hal ini merupakan hasil dari proses Mesh pada program
output.
B. Deformasi
Pada menu deformasi, dapat ditampilkan displacement dan regangan pada
project elemen berhingga. Berikut adalah beberapa displacement umum yang
ditampilkan program output :
● Deformed Mesh
Deformed mesh merupakan plot jejaring Mesh yang sudah terdeformasi.
● Total Displacement
Total displacement merupakan penjumlahan seluruh displacement yang
terjadi pada tiap fase konstruksi, selain itu, displacement terhadap bidang x
(𝑈𝑥 ) maupun y (𝑈𝑦 ) dapat di tampilkan secara terpisah.
● Incremental Displacement
Incremental displacement merupakan displacement yang terjadi pada
bagian tertentu elemen, sehingga terdapat perbedaan displacement |𝛥𝑈|.
dan displacement pada bidang x |𝛥𝑈𝑥 | / pada bidang y |𝛥𝑈𝑦 |. arah
displacement dapat ditunjukkan dengan arah panah, kontur, atau shading.
● Regangan
Pada menu ini, seluruh regangan yang terjadi pada project setiap fase
konstruksinya dijumlahkan.
C. Tegangan
Tegangan pada program output ditampilkan dalam beberapa opsi, yaitu :
● Cartesius stresses
Tegangan kartesius merupakan tegangan yang digambarkan berdasarkan
sumbu x, y, dan z. Sehingga nilainya bisa bernilai negatif apabila mengarah
ke sumbu negatif. Gambar 2.28 memberikan penjelasan arah tegangan
yang mungkin terjadi pada bidang kartesius.

38
Gambar 2. 28. Tegangan Kartesius
● Principal stresses
Tegangan prinsip merupakan tegangan yang terjadi pada sudut tertentu
ketika tegangannya bernilai 0.
● Groundwater Flow
Apabila tekanan air pori telah dikalkulasi dalam program input, maka aliran
air bawah tanah dapat ditampilkan pada program output.
D. Struktur dan Interfase
Pada menu ini, dapat dilihat berbagai aspek seperti deformasi struktur, kontraksi
pada pelat dan geogrid, gaya-gaya yang bekerja pada struktur & geogrid, serta
struktur lainnya seperti balok dan anchor.

39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tinjauan Umum
Metodologi adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran
secara seksama untuk mencapai suatu tujuan. Kaitannya dalam hal penyusunan
laporan tugas akhir, metodologi adalah suatu pemikiran langkah penyusunan yang
berupa urutan kerja dari awal sampai akhir, sehingga diperoleh hasil penyusunan
yang baik dan jelas.
Dalam perencanaan floodwall harus melakukan survey dan investigasi dari
lokasi yang bersangkutan guna memperoleh data yang berhubungan perencanaan
yang lengkap dan teliti. Untuk mengatur pelaksanaan perencanaan perlu adanya
metodologi yang baik dan benar untuk menentukan langkah-langkah kegiatan yang
perlu diambil dalam perencanaan.
Dalam perencanaan jaringan pengambilan data perencanaan floodwall,
metodologi penyusunan sebagai berikut:
a) Identifikasi masalah
b) Identifikasi tujuan dan manfaat
c) Pengambilan data sekunder
d) Pengolahan data sekunder
e) Perencanaan dimensi floodwall
f) Kontrol terhadap geser, guling dan kapasitas daya dukung

40
3.2 Langkah Penyusunan
Dalam penyusunan perencanaan floodwall, dibuat tahapan-tahapan kegiatan
yang dijabarkan oleh bagan alir (flowchart) berikut:

Mulai

Persiapan:
1. Identifikasi Masalah
2. Identifikasi Tujuan dan Manfaat

Pengambilan Data Sekunder

Pengolahan Data Sekunder

Dimensi dan Struktur


Dinding Penahan Tanah

Stabillitas Terhadap Stabilitas Terhadap Stabilitas Terhadap


Geser Penggulingan Kapasitas Dukung

Kontrol
Keamanan Terhadap
Geser, Guling dan
Kapasitas Dukung

Selesai

Gambar 3.1 Bagan Alir Perencanaan Floodwall

41
3.3 Pengambilan Data Sekunder
Tahap pengumpulan data merupakan sarana pokok untuk menentukan
penyelesaian suatu masalah secara ilmiah. Data-data yang dikumpulkan meliputi
data sekunder. Data sekunder disni adalah data yang didapat dari Laboratorium
Mekanika Tanah Universitas Diponegoro yang telah melakukan uji sondir langsung
ke lapangan.
Salah satu cara penyelidikan tanah dilapangan yaitu dengan uji sondir (CPT)
yang menghasilkan parameter-parameter tanah berupa qc, fs, dan Fr. Nilai qc
merupakan besarnya tahanan kerucut dibagi dengan luas penampang. Pengukuran
dilakukan setiap interval 200 mm. Rasio gesekan atau friction ratio (Fr) merupakan
perbandingan antara fs (gaya gesek yang bekerja pada selimut konus dibagi dengan
luas selimut) dengan tahanan konus qc atau rasio gesekan.
3.4 Analisa dan Pengolahan Data
Dari hasil pengujian geoteknik berupa sondir, selanjutnya data tersebut
selanjutnya digunakan untuk mendapatkan parameter tanah untuk perencanaan
desain penanganan longsoran serta mencari nilai cu. Korelasi antara kohesi
undrained (Cu) untuk tanah clay dengan tahanan konus (qc) dinyatakan dalam
persamaan 2.2.
Kemudian untuk menentukan klasifikasi tanah berdasarkan hasil uji sondir
digunakan grafik nilai Friction ratio (Fr) dan cone resistance (qc/Pa) yang tercantum
pada Gambar 2.5.
Berdasarkan ukuran partikel tanah, tanah dapat digolongkan menjadi :
1. Kerikil (gravels) adalah kepingan-kepingan dari batuan yang kadang-kadang
juga mengandung partikel-partikel mineral quartz, feldspar dan mineralmineral
lain, Diameter butiran > 5 mm.
2. Pasir (sand) sebagian besar terdiri dari mineral quartz dan feldspar. Butiran
dari mineral yang lain mungkin juga masih ada pada golongan ini , Diameter
butiran 0,0075 – 5,0 mm.
3. Lanau (silt) sebagian besar merupakan fraksi mikroskopis (berukuran sangat
kecil) dari tanah yang terdiri dari butiran-butiran quartz yang sangat halus, dan
sejumlah partikel-partikel berbentuk lempengan-lempengan pipih yang

42
merupakan pecahan dari mineral-mineral mika, Diameter butiran 0,002 –
0,0075 mm.
4. Lempung (clays) sebagian besar terdiri dari partikel mikroskopis dan
submikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas bila hanya dengan mikroskopis
biasa) yang berbentuk lempengan-lempengan pipih dan merupakan partikel-
partikel dari mika. Lempung didefinisikan sebagai golongan partikel yang
berukuran kurang dari 0,002 mm (= 2 mikron).
3.5 Pendimensian Floodwall
Berdasarkan Braja M. Das & Nagaratnam Sivakugan (2019), perencanaan
floodwall, harus mengasumsikan beberapa dimensi terlebih dahulu atau disebut
proporsi awal. Asumsi ini akan dijadikan acuan dasar awal untuk pengecekan
stabilitas dinding. Jika stabilitas yang dihasilkan kurang memuaskan, bagian
tersebut bisa diganti dan cek kembali. Berikut adalah proporsi beberapa bagian
dinding penahan yang umum untuk pendimensian awal (preliminary design).
Tebal bagian atas dinding penahan tidak boleh kurang dari 0.3m untuk
pengecoran yang baik. Tebal plat dinding, minimal 0.6m dan bagian bawah slab
DPT harus diletakkan dibawah titik beku es.
Untuk dinding counterfort, pendimensian umum dindingnya sama dengan dinding
kantilever. Tetapi, tebal plat counterfort diperbolehkan hanya 0.3m dan ujung ke
ujungnya 0.3H - 0.7H. Perhitungan H total dihitung dengan Persamaan 2.9.
3.6 Stabilitas Floodwall
Hasil dari perhitungan analisis ini adalah suatu angka aman yang disebut safety
factor (SF) didapatkan dengan menggambarkan permodelan lereng beserta lapisan
tanah dibawahnya, menginput data tanah dan menghitung stabilitas floodwall.
Pengontrolan stabilitas dinding tanah nantinya akan dilakukan pengecekan,
apakah floodwall lulus check guling, check geser dan check bearing (daya dukung
tanah). Perhitungan stabilitas ini juga dilakukan dengan menggunakan aplikasi
plaxis V21.

43
BAB IV
ANALISA DAN PERENCANAAN
4.1 Analisis Tanah di Titik S.1
Proyek Floodwall di titik S.1 berlokasi di Kawasan Pelabuhan Tanjung Mas
Semarang yang berada diwilayah kerja PT. Pelindo III Kota Semarang.

Gambar 4.1 Peta Lokasi Proyek Floodwall Titik S.1

44
4.1.1 Data Tanah
Data sekunder di titik S1 merupakan data yang didapat dari hasil uji sondir, data
yang telah didapat disajikan dalam bentuk grafik sesuai dengan Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Uji Sondir Manual Titik S.1


(Sumber : Laboratorium Mekanika Tanah, Departemen Teknik Sipil – Fakultas
Teknik, Universitas Diponegoro)
Dari data uji sondir yang diperoleh, terdapat perbedaan nilai 𝑞𝑐 yang cukup
signifikan di kedalaman dangkal pada titik pengujian. Pada perhitungan
selanjutnya, data undrained cohesion yang digunakan pada S.1 adalah data
kedalaman 1.4 s.d. 20 m.

45
Pada penentuan jenis lapisan tanah, data sondir disederhanakan menjadi interval
satu meter. Dari hasil pengujian, didapatkan nilai 𝑞𝑐 , 𝐹𝑠 , TF, 𝑞𝑐 /𝑃𝑎 , dan 𝐹𝑅 (%) =
𝑓𝑠
. Selanjutnya dapat ditentukan jenis lapisan tanah menggunakan grafik Terzaghi
𝑞𝑐

pada Gambar 2.10. Nilai 𝑐𝑢 didapat dengan Persamaan 2.2, Dimana 17 adalah nilai
cone factor. Jenis lapisan tanah dan nilai 𝑐𝑢 tampak pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Nilai Cu di Titik S.1
Depth qc Fs FR qc Fs cu
meter kg/cm2 kg/cm2 % kPa kPa qc/pa Jenis Tanah
kPa
0 0 0 0 0 0
1 97 0.2 0.21 9515.7 19.62 95.16 Sand 559.7471
2 11 0.2 1.82 1079.1 19.62 10.79 Silt mixtures 63.47647
3 6 0.2 3.33 588.6 19.62 5.89 Clay 34.62353
4 5 0.2 4.00 490.5 19.62 4.91 Clay 28.85294
5 6 0.2 3.33 588.6 19.62 5.89 Clay 34.62353
6 3 0.2 6.67 294.3 19.62 2.94 Organic Soil 17.31176
7 22 0.3 1.36 2158.2 29.43 21.58 Sand mixtures 126.9529
8 5 0.2 4.00 490.5 19.62 4.91 Clay 28.85294
9 5 0.3 6.00 490.5 29.43 4.91 Clay 28.85294
10 5 0.2 4.00 490.5 19.62 4.91 Clay 28.85294
11 5 0.2 4.00 490.5 19.62 4.91 Clay 28.85294
12 3 0.2 6.67 294.3 19.62 2.94 Organic soil 17.31176
13 4 0.3 7.50 392.4 29.43 3.92 Organic soil 23.08235
14 4 0.3 7.50 392.4 29.43 3.92 Organic soil 23.08235
15 6 0.3 5.00 588.6 29.43 5.89 Clay 34.62353
16 6 0.2 3.33 588.6 19.62 5.89 Clay 34.62353
17 5 0.3 6.00 490.5 29.43 4.91 Clay 28.85294
18 6 0.2 3.33 588.6 19.62 5.89 Clay 34.62353
19 5 0.4 8.00 490.5 39.24 4.91 Clay 28.85294
20 6 0.5 8.33 588.6 49.05 5.89 Clay 34.62353

46
Nilai 𝑞𝑐 menggunakan nilai rataan dari kedalaman 1.4 s.d. 20 m. Diperoleh nilai
rataan 𝑐𝑢 = 34.19 𝑘𝑃𝑎.

4.1.2 Rencana Desain Floodwall


Tinggi Flood Wall direncanakan setinggi 1.2 m dengan tebal toe 0.50m dari dasar
tanah eksisting. Sehingga tinggi total Flood Wall (H) adalah sebagai berikut:
𝐻 = ℎ𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 + 𝐷 + ℎ𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 (2.9)
𝐻 = 1.20 + 0.35 = 1.55 𝑚

Rencana pemodelan floodwall sesuai pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Rencana Desain Floodwall Tipe 1/Glory

47
Dari gambar, diperoleh dimensi sebagai berikut:
Tinggi dari permukaan tanah (h1) = 1.2 m
Tinggi badan (h2) = 0.35 m
Tinggi telapak (h3) = 0.5 m
Tinggi Total (H) = 2.05 m
Lebar Atas (ba) = 0.35 m
Lebar Bawah (bb) = 0.5 m
Lebar Heels (b1) = 0.5 m
Lebar Total (B) = 1 m
4.1.3 Cek Kekuatan Desain
Properties yang digunakan dalam perhitungan adalah:
𝛾𝑤 = 10.25 𝑘𝑁/𝑚3
𝛾𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛 = 25 𝑘𝑁/𝑚3
1. Tekanan Air (Hidrostatik)
Perhitungan tekanan hidrostatik pada tanah sisi laut menggunakan rumus berikut:
Perhitungan tekanan hidrostatik (Ph) menggunakan Persamaan 2.10.

Gambar 4.4 Diagram Tegangan Air S.1


1
𝑃ℎ = 2 × 𝛾 × 𝐻 × 𝐻 (2.10)

sehingga diperoleh:
1
𝑃ℎ = 2 × 10.25 × 1.55 × 1.55 = 12.31 kN

48
Perhitungan momen tekanan tanah aktif (Momen Ph) menggunakan Persamaan
2.12.
𝐻
𝑀𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑃ℎ = 𝑃ℎ × 3 (2.12)

sehingga diperoleh:
1.55
𝑀𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑃𝑎 = 12.31 × = 6.36 𝑘𝑁𝑚
3
2. Cek Tahan Guling
Pengecekan tahan guling menggunakan Persamaan 2.15 (Das & Sivakugan,
2019).
∑ 𝑀𝑤
𝐹𝑔𝑙 = ∑ 𝑀𝑔
>2 (2.15)

Dimana nilai Mw didapatkan dari Persamaan 5.


𝑀𝑤 = ∑ 𝑊 × 𝐵 (2.16)
Pembagian area untuk perhitungan W dan L menggunakan Gambar 4.5.

Gambar 4.5. Skema Perhitungan W dan L Tipe 1

49
Perhitungan luas tertera pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Perhitungan Luas Tipe 1
A1 A2 A3
B (m) 0.35 1 0.15
H (m) 1.2 0.35 1.2
LUAS (m2) 0.42 0.35 0.09

Dengan nilai 𝛾𝑐 = 25 𝑘𝑁, diperoleh nilai w menggunakan Persamaan 2.17.


𝑤 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 × 𝛾𝑐 (2.17)
Sehingga diperoleh:
𝑤 = (0.42 + 0.35 + 0.09) × 25 = 21.5 𝑘𝑁
Nilai Mw diperoleh menggunakan Persamaan 2.18.
∑ 𝑀𝑤 = ∑ 𝑤 × 𝐿 (2.18)
Nilai L tampak pada Tabel 2.4.

Tabel 4.3. Nilai L Tipe 1


L1 L2 L3
Panjang (m) 0.825 0.5 0.6
Sehingga diperoleh:
𝑀𝑤 = (0.42 × 25 × 0.825) + (0.35 × 25 × 0.5) + (0.09 × 25 × 0.6)
= 14.3875 𝑘𝑁𝑚
Pengecekan tahan guling diperoleh:
14.3875
𝐹𝑔𝑙 = >2
6.36
2.26 > 2 (OK)

3. Cek Terhadap Geser


Pengecekan terhadap geser menggunakan Persamaan 2.19 (Das & Sivakugan,
2019)

50
∑𝑅
𝐹𝑔𝑠 = ∑ 𝑃ℎ > 2 (2.19)

Nilai 𝑅𝐻 didapatkan dari Persamaan 2.20.


∑ 𝑅𝐻 = (𝑐 × 𝐵) + (𝑊 × tan 𝛿 ′ ) (2.20)
Dimana:
c = Nilai cu rata-rata
B = lebar total
W = 𝑀𝑤
𝛿′ = sudut geser
sehingga diperoleh:

∑ 𝑅𝐻 = (34.19 × 1) + (21.5 × tan 0) = 34.1938 𝑘𝑁

Nilai 𝑃𝐻 didapatkan dari Persamaan 2.21.


𝑃𝐻 = 𝑃𝑎 − 𝑃𝑝 (2.21)
sehingga diperoleh:
𝑃𝐻 = 12.31-0 = 12.31 kN
Pengecekan terhadap geser diperoleh:
34.1938
𝐹𝑔𝑠 = >2
12.31

2.7 > 2 (OK)


5 Stabilitas Terhadap Daya Dukung Tanah
Perhitungan stabilitas menggunakan Persamaan 2.22.
𝑞𝑡𝑜𝑒 < 𝑄𝑎 (2.22)
Dengan nilai 𝑞𝑡𝑜𝑒 didapatkan dari Persamaan 2.23.
𝑊 6𝑒
𝑞𝑡𝑜𝑒 = × (1 + ) (2.23)
𝐵 𝐵

Dimana:
W = Berat benda = Luas penampang × 𝛾𝑐
B = Lebar total
Nilai e dihitung menggunakan Persamaan 2.24.

51
𝐵 ∑ 𝑀𝑤 − ∑ 𝑀𝑎
𝑒 = − ∑𝑊
(2.24)
2

sehingga diperoleh:
1 14.38 − 6.36
𝑒 = − = 0.13
2 21.5
sehingga diperoleh nilai 𝑞𝑡𝑜𝑒 :
21.5 6 × 0.13
𝑞𝑡𝑜𝑒 = × (1 + ) = 38.27 𝑘𝑃𝑎
1 1
Nilai 𝑄𝑢 diperoleh dari Persamaan 2.26.
1
𝑄𝑢 = 𝑐 × 𝑁𝑐 + 𝑞 × 𝑁𝑞 + 2 × 𝛾 × 𝐵′ × 𝑁𝛾 (2.26)

Nilai Nc, Nq, dan 𝑁𝛾 diperoleh dari Tabel 4.5.

Tabel 4.4. Nilai Nc, Nq, dan 𝑁𝛾

Untuk ϕ= 0°, maka didapatkan:


Nc = 5.70

52
Nq = 1.00
𝑁𝛾 = 0.00
sehingga diperoleh:
𝑄𝑢 = 34.194 × 5.70 + 0 × 18 = 194.9058 𝑘𝑃𝑎
Nilai kapasitas izin tanah (Qa) menggunakan Persamaan 2.27.
𝑄𝑢
𝑄𝑎 = (2.27)
𝐹𝑆

Nilai SF = 3, sehingga diperoleh:


194.9058
𝑄𝑎 = = 64.969 𝑘𝑃𝑎
3
Dari Persamaan 11, perhitungan stabilitas didapatkan:
𝑞𝑡𝑜𝑒 < 𝑄𝑎 (2.22)
38.27 < 64.969 (OK)
Berdasarkan dari seluruh perhitungan dapat disimpulkan bahwa, hasil cek tahan
guling yang didapat sebesar 2.26 > 2, dan hasil cek terhadap geser yang didapat
sebesar 2.7 > 2, serta bearing capacity group pile sebesar 38.27 kPa < 64.969 kPa
untuk gaya aksial itu sendiri yang mampu menahan gaya gempa vertikal.
4.1.4 Analisa Menggunakan Plaxis 2D di Titik S.1
Dalam simulasi perilaku tanah dengan digunakan model-model tanah program
dapat dilakukan melalui program plaxis. Pada tahun 1987, Technical University of
Deftatas berinisiatif dari Duch Department of Public Works and Water
Management mulai melakukan perkembangan program Plaxis. Plaxis tidak selalu
akurat, walaupun sudah banyak dilakukan pengujian serta validasi.
Diperlukan data yang dapat mendukung analisis untuk program input Plaxis :
1. Kelongsoran dari rembesan air.
2. Longsor dari beban dialokasikan
3. Penyelidikan tanah menghasilkan nilai parameter tanah.
Dalam pemilihan material pada aplikasi plaxis ini, pemilihan terhadap material
model, yang mana material model yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah
jenis material model Mohr-coulomb. Material model Mohr-coulomb itu sendiri
mewakili pendekatan 'orde pertama' dari perilaku tanah atau batuan. Disarankan

53
untuk menggunakan model ini untuk analisis pertama dari masalah yang
dipertimbangkan. Untuk setiap lapisan, satu perkiraan kekakuan rata-rata konstan.
Ada beberapa kategori dalam pemilihan tipe undrained pada aplikasi plaxis yang
telah diolah, dan tipe undrained yang dipakai pada tugas akhir ini yaitu tipe
Undrained B, yang mana perilaku material tak terdrainase atau jangka pendek, di
mana kekakuan didefinisikan dalam hal sifat efektif dan kekuatan didefinisikan
sebagai kekuatan geser tak terdrainase. Kekakuan curah yang besar untuk air secara
otomatis diterapkan untuk membuat tanah secara keseluruhan tidak dapat
dimampatkan, dan (kelebihan) tekanan pori dihitung, bahkan di atas permukaan
freatik.
4.1.4.1 Parameter Input
Metode pendefinisian soil pada Plaxis Input “
1. Membuat borehole
Klik icon borehole, lalu letakkan borehole pada koordinat (0.0).
2. Klik Modify soil layer
- Tentukan ketinggian pada head 0 m
- Pilih Material – New
- Terdapat 4 soil layer yang di masukkan yaitu : silt mixture, sand mixture,
clay, organic soil
- Parameter tanah terdapat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Parameter Tanah
Drainage qc Soil cu (int) γ γ
Layer Material Model Type Ν E
Type kPa Mpa Class. kPa unsat sat
1 Mohr - Coulomb Undrained(A) 9516 9.516 Sand Hard 559.747 18 20 0.3 2698
2 Mohr - Coulomb Undrained(A) 1079 1.079 Silt mixtures stiff 63.4765 16 18 0.3 2698
3 Mohr - Coulomb Undrained(A) 588.6 0.589 Clay Firm 34.6235 16 18 0.3 1472
4 Mohr - Coulomb Undrained(A) 294.3 0.294 Organic Soil Soft 17.3118 8 14 0.3 735.8
5 Mohr - Coulomb Undrained(A) 2158 2.158 sand mixture Firm 28.8529 18 20 0.3 12949
6 Mohr - Coulomb Undrained(A) 490.5 0.491 Clay Firm 28.8529 16 18 0.3 1226
7 Mohr - Coulomb Undrained(A) 392.4 0.392 Organic Soil Soft 23.0824 8 14 0.3 981
8 Mohr - Coulomb Undrained(A) 589 0.589 Clay Firm 34.6235 16 18 0.3 1472

54
Ada beberapa kategori dalam pemilihan tipe undrained pada aplikasi plaxis yang
telah diolah, dan tipe undrained yang dipakai pada tugas akhir ini yaitu tipe
Undrained A, yang mana perilaku material tak terdrainase atau jangka pendek di
mana kekakuan didefinisikan dalam hal sifat efektif dan kekuatan didefinisikan
sebagai kekuatan geser tak terdrainase, serta untuk cu, qc, γsat. dan γunsat. didapat dari
Tabel 2.2, Tabel 2.3, Tabel 2.4. Kekakuan curah yang besar untuk air secara
otomatis diterapkan untuk membuat tanah secara keseluruhan tidak dapat
dimampatkan, dan (kelebihan) tekanan pori dihitung, bahkan di atas permukaan
freatik. Adapun hasil dari perhitungan plaxis dimulai dari tampilan pada lapisan
material yang direncanakan.
3. Soil material diinput sesuai data sondir, yaitu :
● H -1m = Silt Mixture
● H -2m = Silt Mixture
● H -5m = Clay
● H -6m = Organic Soil
● H -7m = Sand Mix
● H -11m = Clay
● H -14m = Organic Soil
● H -20m = Clay

55
Gambar 4.6 Modify Soil
Berikut adalah metode pendefinisian air laut dan floodwall pada Plaxis Input :
1) Membuat struktur floodwall dengan soil polygon, lalu memasukkan koordinat
yang sesuai. Sehingga didapat struktur seperti Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Floodwall


Kemudian soil pada poligon didefinisikan sebagai Concrete.

56
2) Membuat poligon air laut dengan tool poligon dan memasukkan koordinat:
Kemudian soil pada poligon didefinisikan sebagai air laut seperti Gambar
4.8.

Gambar 4.8 Air Laut pada Sisi Floodwall


Setelah selesai pada tahap Geometry (Soil & Structure) maka perlu dilakukan
generate mesh pada mode mesh sehingga program mampu mendefinisikan elemen
berhingga pada gambar yang telah diinput.
Berikut Pengaturan Muka Air dan Tahapan Konstruksi, yaitu :
1) Mendefinisikan tahapan konstruksi dalam Phase Explorer.
● Menambahkan fase kedua, pengecoran, dimana dilakukan pekerjaan
pengecoran membentuk tubuh floodwall rencana. Hal ini dilakukan dengan
mengaktifkan soil poligon floodwall pada gambar, lalu memodifikasi
material poligon menjadi Concrete seperti terlihat pada Gambar 4.9. Pada
fase ini juga, poligon air laut diaktifkan.

57
Gambar 4.9 Fase Pengecoran Floodwall
Pada mode Flow condition seperti pada Gambar 4.10, baik air laut dan
beton diset secara manual menjadi kering agar tidak terdefinisi tekanan air
tanah dan seepage pada poligon tersebut.

Gambar 4.10 Beton dan Air Laut pada Mode Flow Water
● Fase terakhir yang akan ditambahkan adalah fase Safety dimana struktur
secara keseluruhan akan dianalisa keamanannya secara global. Hal ini
dilakukan dengan mengatur calculation tipe pada phase modifier menjadi
safety seperti terlihat pada Gambar 4.11.

58
Gambar 4.11 Pemilihan Safety Phase
2) Memulai kalkulasi
3) Membuka hasil kalkulasi pada Program Output
4.1.4.2 Output Program
Berikut adalah output yang didapatkan dari hasil kalkulasi plaxis 2D V21:
● Safety Factor
Berdasarkan kalkulasi safety pada project, didapatkan nilai keamanan 3.085,
terlihat pada Gambar 4.12

Gambar 4.12 Safety Phase

59
● Deformed Mesh
Deform mesh pada Plaxis 2D terlihat pada Gambar 4.13, dimana tekanan air
laut mendorong struktur Floodwall dan menciptakan pergeseran
(Displacement).

Gambar 4.13 Deformed Mesh


● Displacement
Displacement terjadi seperti pada Gambar 4.14 dengan arah panah
menunjukkan arah displacement.

60
Gambar 4.14 Arah Displacement

Gambar 4.15 Besaran Displacement


Terlihat pada Gambar 4.15 Displacement terbesar terjadi pada sisi top
floodwall, dengan besaran 0.02189 𝑚. Hal ini disebabkan oleh gabungan
momen guling dan gaya geser yang bekerja pada struktur atas Floodwall.

61
1.6 Analisis Tanah di Titik S.2
Proyek Floodwall di titik S.2 berlokasi di Kawasan Pelabuhan Tanjung Mas
Semarang yang berada diwilayah kerja PT. Pelindo III Kota Semarang.

Gambar 4.16 Peta Lokasi Proyek Floodwall Titik S.2

62
4.2.1 Data Tanah
Data sekunder di titik S.2 merupakan data yang didapat dari hasil uji sondir, data
yang telah didapat disajikan dalam bentuk grafik sesuai dengan Gambar 4.17.
SONDIR TITIK S.2.

Gambar 4.17 Data Uji Sondir


Dari data uji sondir yang diperoleh, terdapat perbedaan nilai qc yang cukup
signifikan di kedalaman dangkal pada titik pengujian. Pada perhitungan
selanjutnya, data yang digunakan pada S.2 adalah data kedalaman 2.4 s.d. 20 m.
Pada penentuan jenis lapisan tanah, data sondir disederhanakan menjadi interval
satu meter.

63
𝑓𝑠
Dari hasil pengujian, didapatkan nilai 𝑞𝑐 /𝑃𝑎 , dan 𝐹𝑅 (%) = . Selanjutnya dapat
𝑞𝑐

ditentukan jenis lapisan tanah menggunakan grafik Terzaghi pada Gambar 4.18.

Gambar 4.18 Grafik Terzaghi


Jenis lapisan tanah dan nilai 𝑐𝑢 didapat dari perhitungan Persamaan 2.2.
𝑞
𝑐𝑢 = 17𝑐 (2.2)

Dimana 17 adalah nilai cone factor (Nk), yang didapat dari korelasi nilai Cu dan qc
pada uji CPT seperti pada Tabel 4.6.

64
Tabel 4.6 Korelasi Nilai Cu dan qc pada Uji CPT

Jenis lapisan tanah dan nilai 𝑐𝑢 tampak pada Tabel 4.7.


Tabel 4.7 Nilai Cu di Titik S.2
Depth qc Fs FR qc Fs cu
meter kg/cm2 kg/cm2 % kPa kN/m qc /pa Jenis Tanah
kPa
0 0 0 0 0 0
1 15 0.2 1.3% 1471.5 19.62 14.72 Silt mixtures 86.5588
2 22 0.2 0.9% 2158.2 19.62 21.58 Sand mixtures 126.953
3 8 0.2 2.5% 784.8 19.62 7.85 Clay 46.1647
4 6 0.2 3.3% 588.6 19.62 5.89 Clay 34.6235
5 8 0.2 2.5% 784.8 19.62 7.85 Clay 46.1647
6 15 0.2 1.3% 1471.5 19.62 14.72 Silt mixtures 86.5588
7 12 0.2 1.7% 1177.2 19.62 11.77 Silt mixtures 69.2471
8 6 0.2 3.3% 588.6 19.62 5.89 Clay 34.6235
9 5 0.2 4.0% 490.5 19.62 4.91 Clay 28.8529
10 4 0.2 5.0% 392.4 19.62 3.92 Clay 23.0824
11 3 0.2 6.7% 294.3 19.62 2.94 Clay 17.3118
12 4 0.2 5.0% 392.4 19.62 3.92 Clay 23.0824
13 3 0.3 10.0% 294.3 29.43 2.94 Organic Soil 17.3118
14 6 0.3 5.0% 588.6 29.43 5.89 Clay 34.6235
15 5 0.3 6.0% 490.5 29.43 4.91 Clay 28.8529
16 4 0.3 7.5% 392.4 29.43 3.92 Clay 23.0824
17 5 0.4 8.0% 490.5 39.24 4.91 Clay 28.8529
18 6 0.3 5.0% 588.6 29.43 5.89 Clay 34.6235
19 5 0.4 8.0% 490.5 39.24 4.91 Clay 28.8529
20 7 0.5 7.1% 686.7 49.05 6.87 Clay 40.3941
Nilai 𝑞𝑐 menggunakan nilai rataan. Diperoleh nilai rataan 𝑐𝑢 = 35.00 𝑘𝑃𝑎.

65
4.2.2 Rencana Desain Floodwall Tahap 1
Tinggi Flood Wall direncanakan setinggi 2.75 m dengan tebal toe 0.50 m dari dasar
tanah eksisting. Sehingga tinggi total Flood Wall (H) pada Persamaan 2.9.
𝐻 = ℎ𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 + 𝐷 (2.9).
𝐻 = 2.75 + 0.50 = 3.25 m
Rencana pemodelan floodwall sesuai pada Gambar 4.19.

Gambar 4.19 Rencana Desain Floodwall Tipe 2


Dari gambar, diperoleh dimensi sebagai berikut:
Tinggi dari permukaan tanah (h1) = 2.75 m
Tinggi telapak (h2) = 0.50 m
Tinggi total (H) = 3.25 m
Lebar dinding atas (ba) = 0.40 m
Lebar dinding bawah (bb) = 0.60 m
Lebar toe (b1) = 1.50 m
Lebar heel (b2) = 0.40 m
Lebar total (B) = 2.50 m

4.2.2.1 Cek Kekuatan Desain


Properties yang digunakan dalam perhitungan adalah:
𝛾𝑤 = 10.25 𝑘N/m3
𝛾𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛 = 25 𝑀𝑃𝑎
1. Tekanan Air (hidrostatis)

66
Gambar diagram tegangan momen tekanan tanah aktif air dan tekanan tanah
pasif disajikan pada Gambar 4.20.

Gambar 4.20 Diagram Tegangan Air S.2 Tahap 2


Perhitungan tekanan hidrostatis (Ph) menggunakan Persamaan 2.10
1
𝑃ℎ = 2 × 𝛾 × 𝐻 × 𝐻 (2.10)

sehingga diperoleh nilai tekanan hidrostatis (Ph):


1
𝑃ℎ = 2 × 10.25 × 3.252 = 54.132 𝑘𝑁

Perhitungan momen hidrostatis (Momen Ph) menggunakan Persamaan 2.12.


𝐻
𝑀𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑃ℎ = 𝑃ℎ × 3 (2.12)

sehingga diperoleh:
3.25
𝑀𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑃ℎ = 54.132 × = 58.643 𝑘𝑁𝑚
3
2. Pasif
Dikarenakan permukaan tanah yang berada di atas dinding floodwall tidak
memiliki sudut atau datar (β=0) maka rumus koefisien tekanan tanah pasif
(Kp) yang dipakai menggunakan Persamaan 2.7.

67
0
𝐾𝑝 = 𝑡𝑎𝑛2 (45 + 2) (2.7)

Dikarenakan tanah dominan clay, nilai ϕ = 0. Sehingga diperoleh Kp = 1.


Perhitungan tekanan tanah pasif (Pp) menggunakan Persamaan 2.11
1
𝑃𝑝 = × 𝐾𝑝 × 𝛾 × (ℎ2 )2 + 2 × 𝐶𝑢 × √𝐾𝑝 × ℎ2 (2.11)
2

Nilai 𝛾 = 16 𝑘𝑁/𝑚3
sehingga diperoleh:
1
𝑃𝑝 = × 1 × 16 × (0.5)2 + 2 × 35 × √1 × (0.5) = 37 kN
2

Perhitungan momen tekanan tanah pasif (Momen Pp) menggunakan Persamaan


2.13.
1 𝐻 𝐻
𝑀𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑃𝑝 = × 𝐾𝑝 × 𝛾 × (ℎ2 )2 × 3 + 2 × 𝐶𝑢 × √𝐾𝑝 × 𝐻 × 2 (2.13)
2

sehingga diperoleh:
0.5 0.5
𝑀𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑃𝑝 = 2 × + 35 × = 9.083 𝑘𝑁𝑚
3 2
Nilai Mg didapatkan dari Persamaan 2.14
Mg = Momen 𝑃ℎ - Momen 𝑃𝑝 (2.14)
= 58.643 – 9.083
= 49.560 kNm
3. Cek Tahan Guling
Pengecekan tahan guling menggunakan Persamaan 2.15 (Das & Sivakugan,
2019).
∑ 𝑀𝑤
𝐹𝑔𝑙 = ∑ 𝑀𝑔
>2 (2.15)

Dimana nilai Mw didapatkan dari Persamaan 2.16.


𝑀𝑤 = ∑ 𝑊 × 𝐵 (2.16)
Pembagian area untuk perhitungan W dan L menggunakan Gambar 4.21.

68
Gambar 4.21 Skema Perhitungan W dan L Tipe 2 Tahap 2
Perhitungan luas tertera pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Perhitungan Luas Tipe 2 Tahap 2
A1 A2 A3 A4 A5 A6
B (m) 0.4 0.2 2.5 0.4 0.6 0.6
H (m) 2.8 2.8 0.5 2.8 1 1
LUAS (m2) 1.12 0.28 1.25 1.12 0.282 0.282

Dengan nilai 𝛾𝑐 = 25 𝑘𝑁/𝑚3 , diperoleh nilai w menggunakan Persamaan


2.17.
𝑤 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 × 𝛾𝑐 (2.17)
Sehingga diperoleh nilai berat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Perhitungan Berat Tipe 2 Tahap 2
A 𝛾 W
(m2) (kN/m3) (kN/m)
1 1.12 25 28
2 0.28 25 7
3 1.25 25 31.25

69
4 1.12 16 17.92
5 0.282 25 7.05
6 0.282 25 7.05
TOTAL 98.27
Nilai Mw diperoleh menggunakan Persamaan 2.18.
∑ 𝑀𝑤 = ∑ 𝑤 × 𝐿 (2.18)
Nilai L tampak pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Nilai L Tipe 2 Tahap 2
L1 L2 L3 L4
Panjang (m) 1.9 1.633 1.25 2.3
Sehingga diperoleh nilai Mw pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Nilai Mw Tipe 2 Tahap 2
W L Mw
(kN) (m) (kNm)
1 28 1.9 53.2
2 7 1.633 11.431
3 31.25 1.25 39.0625
4 17.92 2.3 41.216
TOTAL 144.90
Pengecekan tahan guling diperoleh:
144.90
𝐹𝑔𝑙 = >2
49.560
2.92 > 2 (OK)
4. Cek Terhadap Geser
Pengecekan terhadap geser menggunakan Persamaan 2.19 (Das & Sivakugan,
2019)
∑𝑅
𝐹𝑔𝑠 = ∑ 𝑃ℎ > 2 (2.19)

Nilai 𝑅𝐻 didapatkan dari Persamaan 2.20.


∑ 𝑅𝐻 = (𝑐 × 𝐵) + (𝑊 × tan 𝛿 ′ ) (2.20)
Dimana:

70
c = Nilai cu rata-rata
B = lebar total
W = 𝑀𝑤
𝛿 ′ = sudut geser
sehingga diperoleh:

∑ 𝑅𝐻 = (35.00 × 2.5) + (98.27 × tan 0) = 87.5 𝑘𝑁

Nilai 𝑃𝐻 adalah:
𝑃𝐻 = 𝑃𝑎 − 𝑃𝑝
sehingga diperoleh:
𝑃𝐻 = 54.132 − 37 = 17.132 kNm
Pengecekan terhadap geser diperoleh:
87.5
𝐹𝑔𝑠 = >2
17.132
5.107 > 2 (OK)
Perhitungan stabilitas menggunakan Persamaan 2.22.
𝑞𝑡𝑜𝑒 < 𝑄𝑎 (2.22)
Dengan nilai 𝑞𝑡𝑜𝑒 didapatkan dari Persamaan 2.23.
𝑊 6𝑒
𝑞𝑡𝑜𝑒 = × (1 + ) (2.23)
𝐵 𝐵

Dimana:
W = Berat benda = Luas penampang × 𝛾𝑐
B = Lebar total
Nilai e dihitung menggunakan Persamaan 2.24.
𝐵 ∑ 𝑀𝑤 − ∑ 𝑀𝑎
𝑒 = − ∑𝑊
(2.24)
2

sehingga diperoleh:
2.5 144.9 −58.643
𝑒 = − = 0.372 m
2 98.27
Cek nilai e dengan Persamaan 2.25.
e < B/6 (2.25)
0.372 < 2.5/6
0.372 < 0.416 (memenuhi syarat)

71
sehingga diperoleh nilai 𝑞𝑡𝑜𝑒 :
98.27 6 × 0.372
𝑞𝑡𝑜𝑒 = × (1 + ) = 74.402 𝑘𝑃𝑎
2.5 2.5
Nilai 𝑄𝑢 diperoleh dari Persamaan 2.26.
1
𝑄𝑢 = 𝑐 × 𝑁𝑐 + 𝑞 × 𝑁𝑞 + 2 × 𝛾 × 𝐵′ × 𝑁𝛾 (2.26)

Nilai Nc, Nq, dan 𝑁𝛾 diperoleh dari Tabel 4.12.


Tabel 4.12 Nilai Nc, Nq, dan Nγ

Untuk ϕ= 0°, maka didapatkan:


Nc = 5.70
Nq = 1.00
𝑁𝛾 = 0.00
sehingga diperoleh:
𝑄𝑢 = 35.00 × 5.7 + 25 × 0.5 = 212 𝑘𝑃𝑎
Nilai kapasitas izin tanah (Qa) menggunakan Persamaan 2.27
𝑄𝑢
𝑄𝑎 = (2.27)
𝐹𝑆

Nilai SF=2, sehingga diperoleh:


212
𝑄𝑎 = = 106 𝑘𝑃𝑎
2

72
Dari Persamaan 14, perhitungan stabilitas didapatkan:
𝑞𝑡𝑜𝑒 < 𝑄𝑎
74.402 < 106 (OK)
Berdasarkan dari seluruh perhitungan dapat disimpulkan bahwa, hasil cek tahan
guling yang didapat sebesar 2.92 > 2, dan hasil cek terhadap geser yang didapat
sebesar 5.107 > 2, serta bearing capacity group pile sebesar 74.402 > 106
untuk gaya aksial itu sendiri yang tidak mampu menahan gaya gempa vertikal.
4.2.3 Analisa Plaxis 2D V21 Floodwall Tipe 2 (Utara) Tahap 2
Pada proyek ini, digunakan program Plaxis 2D v21 untuk memperhitungkan
safety factor & deformasi yang terjadi pada Floodwall serta seepagenya.
Pada bagian project properties semua box dibiarkan default kecuali bagian
contour dimana diisi :
𝑥𝑚𝑖𝑛 : -40m
𝑥𝑚𝑎𝑥 : 15m
𝑦𝑚𝑖𝑛 : -5m
𝑦𝑚𝑎𝑥 : 5m

Berikut adalah metode pendefinisian soil pada Plaxis Input :


4. Membuat borehole
Klik icon borehole, kemudian letakkan borehole pada koordinat 𝑥 = 0𝑚, dan
𝑦 = 0𝑚.
5. Modify soil layer
• Tentukan ketinggian head pada 0m
• Pilih Material -> New
• Pada project ini perlu didefinisi 5 buah soil layer, yaitu : silt mixture, sand
mixture, clay, reinforced concrete, dan sea water.
• Parameter tanah diisi sesuai Tabel 4.13.

73
Tabel 4.13 Parameter Tanah
Drainage qc Soil Cu (int) γ γ
Layer Material Model Type Ν E
Type kPa Mpa Class. kPa unsat sat
1 Mohr - Coulomb Undrained(A) 1471.5 1.472 Silt mixtures stiff 86.5588 16 18 0.3 3678.8
2 Mohr - Coulomb Undrained(A) 2158.2 2.158 sand mixture v.stiff 126.953 16 18 0.3 17266
3 Mohr - Coulomb Undrained(A) 784.8 0.785 Clay firm 46.1647 16 18 0.3 6278.4
4 Mohr - Coulomb Undrained(A) 1177.2 1.177 Silt mixtures stiff 69.2471 16 18 0.3 2943
5 Mohr - Coulomb Undrained(A) 392.4 0.392 clay soft 23.0824 8 14 0.3 3139.2
6 Mohr - Coulomb Undrained(A) 294.3 0.294 Organic Soil soft 17.3118 8 14 0.3 735.75
7 Mohr - Coulomb Undrained(A) 686.7 0.687 clay firm 40.3941 16 18 0.3 5493.6

Pada parameter sea water, ditentukan DLL File = fluid64.dll (Plaxis


UDSM), kemudian pilih model in DLL = Fluid, K = 2340000.
Nilai , 𝑣, Poisson’s ratio diasumsikan 0,3.
serta untuk cu, qc, γsat. dan γunsat. didapat dari Tabel 2.2, Tabel 2.3, Tabel
2.4. (Bowles, Foundation Analysis and Design, 2001)
Berdasarkan Tabel 2.2, maka didapat nilai E sebesar:
• Silt mixture = 2.5 x qc = 3678.75 kN/m2
• Sand mixture = 8 x qc = 12949.2 kN/m2
• Clay = 8 x qc = 6278.4 kN/m2
Nilai 𝐶𝑢 S.2. didapat dari hasil pengujian sondir pada Tabel 4.8. Nilai 𝑐𝑢
S.2.
6. Soil material diinput sesuai data sondir, yaitu :
● H - 1 m = Silt Mixture
● H - 2 m = Sand Mixture
● H - 5 m = Clay

74
Gambar 4.22 Modify Soil
Berikut adalah metode pendefinisian air laut dan floodwall pada Plaxis Input :
3) Membuat struktur floodwall dengan soil polygon, lalu memasukkan koordinat
● Point 0 (4; 0) ● Point 14 (3,6; -0,5)
● Point 1 (4; 2,75) ● Point 15 (3,6; 0)
● Point 2 (4,4; 2,75)
● Point 3 (4,6; 0)
● Point 4 (6,1; 0)
● Point 5 (6,1; -0,5)
● Point 6 (5,9; -0,5)
● Point 7 (5,9; -1,5)
● Point 8 (5,1; -1,5)
● Point 9 (5,1; -0,5)
● Point 10 (4,6; -0,5)
● Point 11 (4,6; -1,5)
● Point 12 (3,8; -1,5)
● Point 13 (3,8; -0,5)

75
Sehingga didapat struktur seperti Gambar 4.23.

Gambar 4.23 Floodwall


Kemudian soil pada poligon didefinisikan sebagai Concrete.
4) Membuat poligon air laut dengan tool poligon dan memasukkan koordinat:
● Point 0 (-40; 0)
● Point 1 (4; 0)
● Point 2 (4; 2,75)
● Point 3 (-40; 2,75)
Menginput kemiringan seabed dengan fitur line :
Line 1 :
● Point 1 (3,6; -0,5)
● Point 2 (-40; -0,5)
Line 2 :
● Point 1 (3,6; -0,5)
● Point 2 (-23,4; -5)
Kemudian soil pada poligon didefinisikan sebagai air laut seperti Gambar
4.24.

76
Gambar 4.24 Air Laut pada Sisi Floodwall
Setelah selesai pada tahap Geometry (Soil & Structure) maka perlu dilakukan
generate mesh pada mode mesh sehingga program mampu mendefinisikan
elemen berhingga pada gambar yang telah diinput.
Berikut Pengaturan Muka Air dan Tahapan Konstruksi, yaitu :
4) Mendefinisikan tahapan konstruksi dalam Phase Explorer.
● Menambahkan fase kedua, excavation, dimana lapisan tanah digali sedalam
0,5m untuk membuat ruang saat pengecoran kaki floodwall. Hal ini
dilakukan dengan deaktifasi kaki floodwall seperti Gambar 4.25.

77
Gambar 4.25 Fase pengerukan Tanah pada Program Input
● Menambahkan fase ketiga, pengecoran, dimana dilakukan pekerjaan
pengecoran membentuk tubuh floodwall rencana. Hal ini dilakukan dengan
mengaktifkan soil poligon floodwall pada gambar, lalu memodifikasi
material poligon menjadi Concrete seperti terlihat pada Gambar 4.26. Pada
fase ini juga, poligon air laut diaktifkan.

78
Gambar 4.26 Fase Pengecoran Floodwall
Pada mode Flow condition seperti pada Gambar 4.30, baik air laut dan
beton diset secara manual menjadi kering agar tidak terdefinisi tekanan air
tanah dan seepage pada poligon tersebut.

Gambar 4.27 Beton dan Air Laut pada Mode Flow Water

79
● Fase terakhir yang akan ditambahkan adalah fase Safety dimana struktur
secara keseluruhan akan dianalisa keamanannya secara global. Hal ini
dilakukan dengan mengatur calculation tipe pada phase modifier menjadi
safety seperti terlihat pada Gambar 4.28.

Gambar 4.28 Pemilihan Safety Phase


5) Memulai kalkulasi
6) Membuka hasil kalkulasi pada Program Output
4.2.3.1 Output Program
Berikut adalah output yang didapatkan dari hasil kalkulasi plaxis 2D V21:
● Safety Factor
Berdasarkan kalkulasi safety pada project, didapatkan nilai keamanan 22,
terlihat pada Gambar 4.29

80
Gambar 4.29 Safety Phase
● Deformed Mesh
Deform mesh pada Plaxis 2D terlihat pada Gambar 4.30, dimana tekanan air
laut mendorong struktur Floodwall dan menciptakan pergeseran
(Displacement).

Gambar 4.30 Deformed Mesh

81
● Displacement
Displacement terjadi seperti pada Gambar 4.31 dengan arah panah
menunjukkan arah displacement.

Gambar 4.31 Arah Displacement

82
Gambar 4.32 Besaran Displacement
Terlihat pada Gambar 4.32 Displacement terbesar terjadi pada sisi top
floodwall, dengan besaran 16 × 10−3m hingga 18 × 10−3m ( 1,6 𝑐𝑚 −
1,8 𝑐𝑚 ). Hal ini disebabkan oleh gabungan momen guling dan gaya geser yang
bekerja pada struktur atas Floodwall.
Sedangkan settlement yang terjadi pada Floodwall dapat dilihat pada Gambar
4.33.

83
Gambar 4.33 Displacement vertical karena gaya Uplift Seepage
Terjadi displacement vertical kearah y positif, hal ini disebabkan karena
tingginya tekanan seepage yang terjadi pada bagian bawah struktur Floodwall.
sehingga diperlukan perbaikan kondisi tanah lebih lanjut.

84
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Proyek pembangunan floodwall ini dilakukan untuk perbaikan pada tanggul
yang sempat rusak akibat hujan dengan intensitas yang tinggi pada awal bulan Juni
2022, yang mana menyebabkan air yang meluap di beberapa daerah di sekitar Jawa
Tengah.
Dengan dibangunnya floodwall ini diharapkan dapat mengatasi rusaknya
struktur pada tanggul tersebut, selain telah dilakukannya tindakan penanggulangan
sementara dengan menggunakan karung berisi pasir yang ditumpuk pada bagian
tanggul yang rusak akibat terdorong oleh air. Berikut kesimpulan daipada proyek
pembangunan ini, yaitu :
1. Sebelum dilakukannya perhitungan stabilitas, diperlukannya data-data yang
pendukung yaitu data tanah serta data Uji Sondir CPT (Cone Penetration Test)
yang telah diolah dan kemudian menghasilkan data seperti pada Tabel 2.10.
Hasil analisa stabilitas floodwall yaitu untuk menghitung pengecekan terhadap
guling, geser dan daya dukung tanah. Hasil perhitungan pada zona 1(satu)
meliputi gaya geser (𝐹𝑔𝑠 ) sebesar 2,7 dengan faktor keamanan lebih besar dari 2,
gaya guling (𝐹𝑔𝑙 ) sebesar 2,26 dengan faktor keamanan lebih besar dari 2, serta
daya dukung tanah(Qu) sebesar 194,905 kPa, dengan faktor keamanan tekanan
tanah dibawah dinding(𝑞𝑡𝑜𝑒 ) sebesar 38,27 kPa kurang dari tekanan akibat beban
struktur(Qa) sebesar 64,969 kPa, serta hasil perhitungan pada zona 2(dua) yang
meliputi gaya geser (𝐹𝑔𝑠 ) sebesar 5,107 dengan faktor keamanan lebih besar dari
2, gaya guling (𝐹𝑔𝑙 ) sebesar 2,92 dengan faktor keamanan lebih besar dari 2,
serta daya dukung tanah(Qu) sebesar 212 kPa, dengan faktor keamanan tekanan
tanah dibawah dinding(𝑞𝑡𝑜𝑒 ) sebesar 74,402 kPa kurang dari tekanan akibat
beban struktur(Qa) sebesar 106 kPa. Nilai-nilai perhitungan pada zona 1(satu)
dan 2(dua) berdasarkan perhitungan manual floodwall dapat dikatakan aman.
2. Perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan Plaxis 2D v.21 adalah untuk
menentukan safety factor serta hasil kohesi pada tanah yang mana didapatkan

85
hasil 𝑆𝐹 = 3.085, serta hasil deformed mesh pada tanah sebesar 0.021 m pada
zona 1 titik S.1, serta SF = 10.42 dan hasil deformed mesh pada tanah sebesr
0.425 m. Hasil yang didapat dari program Plaxis yang berupa nilai safety factor
3,085 pada zona 1(satu) serta nilai deformed mesh sebesar 0,021 meter; dan
10,42 pada zona 2(dua) dan nilai deformed mesh sebesar 0,425 meter. Hasil
analisis menggunakan Program Plaxis 2D v21 didapatkan nilai safety factor
lebih besar dari yang disyaratkan yaitu 1,5. Kondisi perencanaan floodwall
aman.
5.2 Saran
Berdasarkan pengalaman dalam menulis laporan Tugas Akhir ini ada beberapa
saran dalam setiap penulisan serta hal yang menyangkut isi dalam Tugas akhir ini,
yaitu :
1. Parameter data tanah yang digunakan harus diolah dengan prosedur yang sebenr-
benarnya agar data tanah yang dihasilkan akurat.
2. Analisa perhitungan secara manual harus dilakukan dengan teliti karena banyak
variabel yang terlibat.
3. Penggunaan software Plaxis 2D v.20 untuk mendukung hitungan manual harus
dipelajari lebih baik lagi, karena terdapat perbedaan standar antara buku yang
menjadi referensi hitungan manual dengan standar dalam parameter software.

86
DAFTAR PUSTAKA
Terzaghi, K.and Peck, R. B., 1967. Soil Mechanics in Engineering Practice, 2nd ed.
Wiley, New York.
Bowles,J. E., Foundation Analysis andDesign, 2nd ed. McGraw-HillBook Co.,New
York, 1977
Robertson et al.., 1986. Classification Chart and Paranagua Site Sediment
Distribution.
Surendro, 2015. Rekayasa Fondasi. Graha Ilmu.
Laboratorium Mekanika Tanah, Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro, 2022. Hasil Sondir Manual.
Hardiyatmo, 2002. Mekanika Tanah I. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Braja M. Das & Nagaratnam Sivakugan, 2019. Principles of Foundation
Engineering, 9th Edition. SI Edition-Cengage Learning, Inc.

87

Anda mungkin juga menyukai