Anda di halaman 1dari 27

TUGAS BETON PRATEGANG & PRECAST

“ Istilah – Istilah dalam Beton Prategang & Precast”


Dosen Pengampu Matakuliah : Emilia Kadreni ST.,MT.

KELOMPOK 1
ANGGOTA :

Naufal Alif Rayhandi (200404085)


Rafles Banreti (200404089)
Fadhli Al Fikry Nasution (200404091)
Trisni Simbolon (200404103)
Debora Juliana A Purba (200404105)

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023

1
Kata Pengantar
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami selaku mahasiswa
Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini disusun sebagai tugas PBL (Project Base Learning) mata kuliah
Struktur Beton Bertulang II. Selain itu, kami berharap semoga dengan adanya
penyusunan makalah ini dapat digunakan sebagai pedoman dan bahan pertimbangan
untuk menyelesaikan beberapa masalah yang berkaitan dengan mata kuliah Struktur
Beton Bertulang II. Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibu Ir. Rahmi Karolina ST., MT., IPM.

Penyusun berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi penyusun pada
khususnya dan pembaca pada umumnya. Penyusun berharap akan adanya kritik,
saran, dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Penyusun
Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
Bab I Pendahuluan 4
1.1. Latar belakang 4
1.2. Rumusan Masalah 5
1.3. Tujuan Penulisan 5
Bab II Pembahasan 6
2.1. Rangkuman Survei Proyek 6
2.2. Pengertian Kolom 14
2.3. Jenis -jenis Kolom 14
2.4. Persyaratan Peraturan Untuk Kolom 17
2.5. Perencanaan Pembuatan Kolom 17
2.5.1. Analisa 17
2.5.2. Beban Desain (Design Loads) 18
2.5.3. Detailing Kolom 19
2.5.4. Gaya Dalam 21
Bab III Penutup 25
3.1. Kesimpulan 25
3.2. Saran 25
Daftar Pustaka 26

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Survei (survey)atau lengkapnya self-administered survey adalah metode
pengumpulan data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada
responden individu. Jadi bisa disimpulkan survei adalah metode untuk
mengumpulkan informasi dari kelompok yang mewakili sebuah populasi: sejumlah
besar responden. Menurut Singarimbun (1991, p.3) survei yaitu “penelitian yang
mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpul data yang pokok”. Sedangkan menurut suhermin survei adalah aktivitas
untuk mengestimasi sesuatu (seperti : jumlah orang, persepsi atau pesan-pesan
tertentu).

Survei dalam hal ini dilakukan untuk mendapatkan data terhadap pengamatan
di lapangan, untuk itu diperlukan pencatatan data yang dianggap sebagai sumber
penelitian ataupun pemenuhan kebutuhan yang diinginkan. Dalam survei proyek
salah satu bangunan tingkat di sekitar Biro Universitas Sumatera Utara,
pembangunan masih berjalan sesuai perencanaan di awal. Namun dalam hal ini
peninjauan bukan hanya berbicara tentang peningkatan kemajuan proyek, tetapi
secara khusus akan membahas tentang perencanaan kolom dalam proyek tersebut.

Kolom merupakan elemen penting yang memikul beban dari balok dan pelat.
Kolom dapat memikul beban aksial saja, namun lebih sering kolom direncanakan
sebagai pemikul beban kombinasi aksial dan lentur. Selain beban gravitasi, kolom
juga dapat direncanakan sebagai pemikul beban lateral yang berasal dari beban
gempa atau beban angin.

Apabila beban aksial tekan diberikan pada suatu kolom pendek beton
bertulang, beton akan berperilaku elastis, hingga mencapai batas tegangan
maksimum 1/3 f ' c. Apabila beban pada kolom ditingkatkan hingga mencapai batas
ultimit, beton akan mencapai kekuatan maksimumnya dan tulangan baja mencapai
kuat luluhnya, fy . Kapasitas beton nominal, Podapat dituliskan dalam persamaan
berikut : Po=0,85 f ' c ( Ag− As ) + AsFy

4
1.2 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang diajukan :

1. Apa saja informasi yang didapatkan terkait survei di lapangan?


2. Bagaimana Pengertian kolom ?
3. Bagaimana Metode Pelaksanaan dan Perencanaan kolom ?
4. Bagaimana jenis- jenis kolom ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan sebagai berikut :

1) Informasi terkait keadaan di lapangan berdasarkan data hasil tanya jawab 


2) Mengetahui Pengertian kolom
3) Mengetahui metode pelaksanaan dan perencanaan kolom
4) Mengetahui jenis-jenis kolom

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Rangkuman Survei Proyek Biro


Pembangunan salah satu proyek tepatnya di Jalan Almamater, berseberangan
dengan Politeknik Negeri Medan, atau berlokasi tepat didepan Auditorium
Universitas Sumatera Utara. Bangunan ini didirikan dengan tujuan untuk sarana
penambah fasilitas bangunan (sport center). Proyek ini sudah berlangsung sejak awal
hingga pertengahan 2022. Kemudian berlangsungnya proyek ini dalam tahap proses
pembangunan dan sejauh dari hasil tanya jawab, perencanaan gambar masih
dikatakan sesuai dengan gambar perencanaan di awal. Berbagai kendala telah
dihadapi di tengah cuaca yang ekstrim, dan dalam kurun musim penghujan.
Koordinasi Anggota K3 sangatlah diperhatikan disini mengingat proyek berlangsung
di daerah yang cukup ramai mahasiswa, dan dibatasi dengan sekat-sekat dari seng.
Untuk akses masuk pun dibatasi dikarenakan keselamatan kerja dianggap sangat
penting dan untuk menghindari bocornya privasi maupun menjaga keamanan
berlangsungnya proyek.
Dimulai dari pekerjaan fondasi, dalam pekerjaan fondasi hal yang paling
tentu harus dilakukan adalah mempersiapkan lahan dengan pengukuran terlebih
dahulu (staking out), dan mengecek kondisi tanah lewat pengujian Sondir maupun N-
SPT. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui daya dukung fondasi dan daya
dukung tanah dalam memikul serta mentranfer beban dari atasnya, menuju lapisan
tanah. Dari hasil tanya jawab di lapangan dengan salah satu kontaktor ataupun
pengawas, didapat bahwa kedalaman fondasi digunakan dengan pemancangan
sedalam 18 m, data ini tentu saja didapatkan dengan perhitungan berdasarkan
PPK(Perlawanan Penetrasi Konus), dan JHL(Jumlah Hambatan Lekat) yang
kemudian dalam perhitung end bearing pile dan friction pile dibutuhkan dalam
mengestimasi daya dukung tiang pancang. Sesuai hasil tanya jawab dikatakan bahwa
data yang dipakai atauun pengujian yag digunakan tidak hanya Sondir, melainkan N-
SPT juga. Data N-SPT dianggap berhasil digunakan karena mampu dapat
mengetahui kekuatan geser tanah pada tanah berbutir kasar (batuan). Contoh
penggunan Sondir saat di lapangan bahwa kedalaman tanah keras hanya sampai 8 m,
namun ketika diipancang/ dilakukan bored pile didapatkan kedalaman lebih dari 8

6
m /(18 m), ini menandakn akurasi data sondir perlu dipertimbangkan dalam hal ini
sehingga digunakan juga pengujian in-situ lainnya yaitu N-SPT. Selanjutnya
ditentukan efisiensi penggunaan tiang pancang ditandai dengan kelompok tiang yang
digunakan maupun dimensi tiiang akan penggunaan dinyatakan cukup dalam suatu
bangunan semisal jumlah tiang pancang yang digunakan.
Tiang pancang yang digunakan adalah tiang pancang dengan dimensi 45×45
cm (square).

Dalam hal ini pemancangan tidak semata- mata dengan kedalaman yang
sama, berdasarkan pengujian karakteristik tanah di lapangan ada yang memang di
kedalaman 10 m sudah mencapai tanah keras dan dilakukan pemancangan dengan
kedalaman tersebut. Karakteristik dari tanah sangatlah bergantung pada pemilihan
fondasi yang ingin dibangun pada bangunan yang akan didirikan. Dari data tersebut
kita dapat menentukan jenis tanah dan parameter lainnya seperti sudut geser dan
kohesi tanah dalam menentukan desain fondasi yang tepat.
Konstruksi kolom termasuk salah satu komponen paling vital dalam
bangunan gedung bertingkat. Oleh karena berkaitan dengan kekuatan sebuah
bangunan maka konstruksi ini juga berhubungan erat dengan pondasi. Hampir semua
gedung-gedung besar bertingkat menggunakan struktur beton bertulang. Dalam
rancangan beton bertulang terdapat sejumlah komponen yang harus dihitung secara
cermat supaya lebih stabil untuk menahan beban. Komponen-komponen yang

7
dimaksud mencakup pondasi, plat, balok dan kolom yang akan kita bahas lebih
lanjut.

Dalam dunia konstruksi, konstruksi kolom adalah komponen yang merupakan


bagian sktruktur bangunan yang berfungsi untuk menyangga beban aksial tekanan
vertikal. Secara keseluruhan fungsi konstruksi kolom adalah meneruskan seluruh
beban dari bangunan ke pondasi. Ibarat kerangka tubuh manusia, bagian kolom ini
yang dapat memastikan sebuah bangunan dapat tegak berdiri.

Contoh Data-data perencanaan tulangan kolom :

Tipe kolom : K3

As kolom : As H– 15

Tinggi kolom : 5000 mm

Kuat tekan beton (fc’) : 35 MPa

Kuat leleh tul. lentur (fy) : 400 MPa

Kuat leleh tul. geser (fyv) : 240 MPa

Kuat leleh tul. puntir (fyt) : 400 MPa

8
Diameter tul. lentur (Ø lentur) : 22

Diameter tul. geser (Ø geser) : 13

Tebal selimut beton (t decking) : 40 mm (SNI 03-2847-2013 pasal 7.7.1)

Faktor β1 : 0,836 (SNI 03-2847-2013 pasal 10.2.7.3)

Faktor reduksi kekuatan lentur (φ) : 0,65 (SNI 03-2847-2013 pasal 9.3.2.2 (b))

Faktor reduksi kekuatan geser (φ) : 0,75 (SNI 03-2847-2013 pasal 9.3.2.3)

Dari hasil permodelan SAP2000 didapatkan momen envelope dari beberapa


kombinasi pada kolom yang ditinjau adalah sebagai berikut :
Tabel 4. 18

Momen Envelope Kolom Berdasarkan SNI 2847-2013 Pasal 21.6.1, syarat dimensi
kolom harus dipenuhi bila :
 Menerima beban aksial terfaktor lebih besar dari (Ag x f’c)/10
Pu > 10 Ag x f 'c
Pu > 10 1190000 x 35
Pu > 4165000 N ( OK )
 Ukuran penampang terkecil harus lebih besar dari 300 mm. 850 mm > 300 mm 
OK
 Rasio b/h harus lebih besar dari 0,4.
b/h = 850/1400 = 0,6 > 0,4 (OK)

9
Contoh gambar Penulangan Kolom

Beberapa data di atas merupakan contoh penerapan tulangan yang sesuai


pada kolom praktis yang merupakan kolom yang membantu kolom utama dalam
mentranfer beban di atasnya menuju fondasi. Untuk mengetahui lebih jelas terkait
data dan perencanaan akan dibahas pada bagian selanjutnya.
Pada proyek ini didapati banyak kendala yang berkaitan dengan cuaca, baik
dikarenakan curah hujan yang cukup tinggi ataupun dikarenakan alokasi material
yang kurang terdistribusi dengan baik dikarenakan sempitnya tempat, daerah tersebut
juga dipakai sebagai tempat menempah beberapa pelat dan peletakan tulangan bekas.
Beberapa material seperti tulangan juga terlihat sudah mengalami pengkaratan dan
terekspos tanpa perlindungan dari cuaca. Beberapa pekerja juga didapati tidak
menaati safety dalam mengerjakan pekerjaan bekisting dan pengecoran pada lantai
atas. Pekerjaan berlangsung cukup kondusif dikarenakan area yang cukup tertutup
dan pengamanan yang ketat.

Selain itu, jika ditinjau dari segi tanah, daerah tersebut sering mengalami
genangan dan cukup berlumpur dikarenakan distribusi air yang terlalu boros dan
dipengaruhi cuaca musim penghujan. Tanah di daerah tersebu termasuk lempung
sehingga sangat mudah menyerap air dan mengalami penglunakan.

Proyek adalah suatu kegiatan yang mempunyai jangka waktu tertentu dengan
alokasi sumber daya terbatas, untuk melaksanakan suatu tugas yang telah di gariskan.

Proyek konstruksi bangunan tingkat tinggi ini dilaksanakan di Universitas


Sumatera Utara. Bangunan ini dialokasikan dengan salah satu tujuannya yaitu
sebagai Sport Center.

Pekerjaan Struktur

 Pekerjaan Pondasi

10
Dalam Proyek ini jenis pondasi yang digunakan yaitu pondasi tiang Adapun
Pelaksanaan Pekerjaan Tiang Pancang yaitu :
 Pondasi Tiang Pancang
Tiang Pancang yang digunakan yaitu Square Pile dengan ukuran 45x45cm
dan perencanaan panjangnya 18m namun beda titik maka akan beda kedalaman
tiang pancang nya. Tiang Pancang ini merupakan barang pabrikan. Sekitar 1
minggu sebelum kegiatan pemancangan dilakukan, tiang pancangtelah dipesan.
Pelaksanaan pemancangan yaitu sebagai berikut :
 Melakukan pengukuran kembali dengan theodolit untuk mendapatkan
titik-titik yang akan dipancang dan sesuai dengan gambar kerja.
 Setelah didapatkan titik-titik yang akan dipancang, selanjutnya diatur
posisiatau kedudukan dari crane.
 Setelah itu dilakukan penyetelan tiang pancang agar tepat pada posisinya
(Centre Line)
 Jika tiang pancang telah pas (Centre) maka selanjutnya tiang pancang
dipukul dengan menggunakan hammer. Jika tiang pancang tersebut telah
hampir tertancap seluruhnya namun setelah dilakukan tes calendering
(PDA Test) masih belum mencapai tanah keras, maka tiang pancang
disambung denganmenggunakan las.
 Kegiatan pemancangan dapat dihentikan jika hasil tes calendering (PDA
Test) telah menunjukkan nilai yang diinginkan atau telah mencapai tanah
keras.
 Untuk mengetahui tiang pancang telah mencapai tanah keras yaitu jika
dipukul hammer (alat pemukul) akan membalik.
 Sisa tiang pancang yang muncul di permukaan tanah dipotong dan dibobok
dengan menggunakan alat potong, kemudian besi dari tiang pancang
yangmuncul disambungkan ke balok Sloof dan Kolom.
Daya dukung tiang pancang menggunakan data uji laboratorium DCP(Sondir)

 Pekerjaan Cor Sloof


Pengecoran sloof dilakukan setelah pondasi pile cap selesai dilakukan. Pada
dasarnya pelaksanaan balok sloof sama dengan pelaksanaan Pondasi Plat Setempat.
Bekisting dan tulangan besi dirakit terlebih dahulu sesuai dengan shop drawing.

11
Setelahitu barulah campuran beton dituangkan, campuran beton yang digunakan
sama dengancampuran beton Pondasi yaitu mutu beton K-300. Campuran beton
tersebut terlebih dahulu telah dilakukan job mix design dan nilai slump tesnya
sesuai dengan spesifikasi teknis. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini perlu adanya
persetujuan dari pengawas
 Pekerjaan Cor Beton Kolom
 Proses pelaksanaan pekerjaan ini sebagai berikut :
 Pekerjaan Pembesian.
Fabrikasi pembesian dilakukan ditempat fabrikasi. Besi yang digunakan
yaitu besiØ19 sebagai tulangan utama dan besi Ø10 sebagai sengkang (begel).
Besi inidirakit dan dibentuk sesuai dengan shop drawing.
 Pembuatan Bekisting.
Bekisting dibuat dari multiplex 9 mm yang diperkuatdengan kayu usuk 4/6
dan diberi skur-skur penahan agar tidak mudah roboh.
 Melakukan Kontrol Kualitas.
Ada 2 kontrol kualitas yang dilakukan:
Kontrol kualitas pertama yaitu Kontrol Kualitas Sebelum dilakukan
pengecoran meliputi kontrol kualitas terhadap posisi dan kondisi bekisting,
posisi dan penempatatan pembesian, jarak antar tulangan, panjang penjangkaran,
ketebalan beton decking (Beton tahu), ukuran baja tulangan yang digunakan,
posisi penempatan water stop.
Kontrol Kualitas kedua yaitu Kontrol kualitas saat pengecoran.Pada saat
berlangsungnya pengecoran, campuran dari Concrete mixer Truck diambil
sampelnya. Sampel diambil menurut ketentuan yangtercantum dalam
spesifikasi.Pekerjaan Kontrol kualitas ini akan dilakukan bersama-sama dengan
konsultan pengawas untuk selanjutnya dibuat berita acara pengesahan kontrol
kualitas.

 Kegiatan pengecoran.
Pengecoran dilakukan secara langsung dan menyeluruh
 Kegiatan Curing (perawatan)

12
Curing (perawatan) dilakukan sehari (24 jam) setelah pengecoran
selesaidilakukan dengan dibasahi air dan dijaga/dikontrol untuk tetap dalam
keadaan basah
 Pekerjaan Cor Beton Plat Lantai
Proses pelaksanaan pekerjaan ini yaitu :

 Pekerjaan Pengukuran dan Bekisting


Pemasangan bekisting pelat lantai didahului dengan pengukuran posisi
balok.Pengukuran dilakukan dengan cara memberi tanda as bangunan pada kolom
lantai bawah yang tadinya ada pada lantai bawah. Pengukuran ini ditujukan untuk
mengantisipasi kesalahan pada posisi balok. Dari hasil pengukuran tersebut maka
bekisting balok dan pelat dapat difabrikasi pada posisi yang benar diatas perancah
yang telah disiapkan. Pengaturan level balok dan pelat dapat dilakukan dengan
mengatur ketinggian perancah (Scafolding). Proses pemasangan bekisting ini dibantu
oleh surveyor untuk mengontrol level balok dan pelat.

 Pekerjaan Pembesian
Fabrikasi pembesian dilakukan di tempat fabrikasi, setelah bekisting siap,
besitulangan yang telah siap dipasang dan dirangkai dilokasi. Pembesian balok
dilakukan terlebih dahulu, setelah itu diikuti dengan pembesian pelat lantai.Panjang
penjangkaran dipasang 30xD Tulangan Utama.

 Levelling Pengecoran pelat lantai


Agar pengecoran pelat lantai mencapai level yang benar dan tidak terjadi
perbedaan tinggi finishing cor, maka perlu dibuat alat bantu leveling pengecoran.
Leveling pengecoran dibuat dari besi siku L.50.50.5 yang ditumpukan pada beberapa
titik besi beton. Besi beton ini ditancapkan hingga posisi besi siku tidak lagi
bergeser. Penempatan besi siku diukur dengan waterpass dan diukur padalevel sesuai
gambar desain.

 Pekerjaan Kontrol Kualitas

13
Kontrol kualitas yang dilakukan sama dengan kontrol kualitas yang
dilakukan pada pekerjaan kolom.

 Pengecoran beton
Pengecoran dilakukan dengan Ready Mix truck yang dibantu dengan
penggunaanConcrete Pump. Dalam hal ini pengecoran dilakukan secara sekaligus
balok dan pelat seluruh lantai. Untuk mempercepat proses pengecoran dipakai
Concrete Pump. Pengecoran dibantu dengan alat vibrator untuk meratakan dan
memadatkan campuran. Selanjutnya finishing lantai cor ini adalah rata namun
dibiarkan kasar karena selanjutnya akan dilakukan pekerjaan lantai.

 Pekerjaan curing
Sama hal nya dengan pekerjaan kolom, Curing (Perawatan) dilakukan sehari
setelah dilakukan pengecoran

2.2. Pengertian Kolom

Berdasarkan SNI 2847-2019 Kolom (Column) adalah komponen struktur


umumnya vertikal, digunakan untuk memikul beban tekan aksial, tapi dapat juga
memikul momen, geser atau torsi. Kolom yang digunakan sebagai bagian sistem
rangka pemikul gaya lateral menahan kombinasi beban aksial, momen dan geser.

Kolom adalah salah satu elemen struktur yang vertikal berfungsi meneruskan
beban aksial dan diteruskan ke fondasi. Kolom merupakan suatu elemen struktur
tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan
pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya
(collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh
struktur (Sudarmoko, 1996).

2.3 Jenis-Jenis Kolom

Jika dilihat berdasarkan bentuk dan susunan tulangnya, adapun jenis kolom
terbagi menjadi tiga kategori. Di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Kolom segi empat atau bujur sangkar dengan tulangan memanjang dan
menyengkang, kolom segi empat sangat umum digunakan pada konstruksi,

14
terutama struktur berat. Selain biaya pengerjaannya murah, pengecoran kolom
persegi jauh lebih mudah karena kemudahan penutupan dan mendukung agar
tidak terjadi keruntuhan karena tekanan beton masih berbentuk “mudah
mengalir”.
2. Kolom bundar dengan tulangan memanjang dan menyengkang berbentuk
spiral. Adapun fungsi dari tulangan spiral ini adalah memberi kemampuan kolom
untuk menyerap deformasi cukup besar sebelum runtuh sehingga mampu
mencegah terjadinya kehancuran seluruh struktur bangunan sebelum proses
pendistribusian momen dan tegangan terwujud. Kolom melingkar digunakan
pada tiang pancang dan elevasi bangunan demi tujuan estetika. Lebih dari 4
batang baja longitudinal digunakan sebagai tulangan dan ketahanan lentur yang
lebih tinggi daripada kolom persegi. Kolom bundar juga dipakai untuk
penyangga jembatan karena dapat menahan defleksi.
3. Kolom komposit, yaitu gabungan antara beton dan profil baja sebagai
pengganti tulangan di dalamnya. Struktur kolom komposit adalah struktur
kolom yang terdiri dari beton bertulang dan diisi dengan profil baja. Mempunyai
keuntungan pengerjaan yang cepat karena biasanya menggunakan balok baja
sebagai struktur horizontalnya.
Dalam beberapa kasus, kolom bersengkang merupakan jenis kolom yang
kerap digunakan karena proses pengerjaannya yang relatif lebih mudah dan
terjangkau dari segi biaya. Meskipun demikian, jenis kolom segi empat dan kolom
bundar juga kerap digunakan terutama di daerah dengan tingkat potensi gempa yang
berisiko tinggi.

 Jenis kolom berdasarkan bentuknya


Selain tiga jenis kolom yang telah disebutkan di atas, terdapat dua jenis
kolom yang dapat dibedakan menurut bentuknya, yaitu kolom utama dan kolom
praktis. Kolom utama biasanya dipasang dalam jarak 3,5 meter agar balok
berdimensi untuk menopang lantai tidak begitu besar. Kolom jenis ini memiliki
peran yang cukup penting dalam menopang seluruh bagian bangunan secara vertikal.
Ukuran kolom utama umumnya lebih besar, panjang, serta tersembunyi di dalam
dinding dan tidak terlihat dari luar.

15
Sementara pada kolom praktis, biasanya jarak kolom ini berkisar antara 3
sampai 4 meter. Rangka struktur dari kolom jenis ini biasanya berada dalam posisi
vertikal untuk menopang beban balok. Fungsi kolom praktis ini adalah untuk
menahan dinding dari gaya melintang agar tidak roboh. Letak kolom praktis juga
tersembunyi di dalam dinding sehingga tidak terlihat dari luar.

 Jenis kolom menurut kelangsingannya


Berdasarkan kelangsingannya, kolom terbagi menjadi dua jenis. Di antaranya adalah
sebagai berikut:

1. Kolom pendek, di mana masalah tekuk tidak menjadi perhatian dalam


merencanakan kolom karena pengaruhnya cukup kecil. Sebuah kolom bisa disebut
sebagai kolom pendek apabila dimensi lateral terkecilnya kurang dari 12.
Kekuatan material dan bentuk geometri dari potongan melintang dan gak
terpengaruh oleh panjang kolom akibat defleksi lateral yang terjadi sangat kecil
2. Kolom langsing, di mana masalah tekuk perlu diperhitungkan dalam
merencanakan kolom. Berkebalikan dari kolom pendek, kolom langsing terjadi
apabila dimensi lateral terkecilnya lebih dari 12. Kolom panjang lebih lemah
daripada kolom pendek walau luas penampangnya sama. Kolom ini ada bahaya
tekuk atau bengkok.

16
2.4 Persyaratan Peraturan Untuk Kolom

 Persentase tulangan minimum longitudinal tidak boleh kurang dari 1 dari luas
bruto penampang kolom.
 Persentase tulangan maksimum longitudinal tidak boleh melebihi 8% dari luas
bruto penampang kolom.
 Jumlah minimum tulangan longitudinal yang diizinkan untuk batang tekan
adalah 4 untuk kolom sengkang persegi, 3 untuk sengkang segi tiga dan 6
untuk tulangan sengkang spiral.

17
 Kolom sengkang persegi, diameter sengkang tidak boleh lebih kecil dari #3
(0.375 in) untuk tulangan longitudinal #10 (1.27 in) atau lebih kecil dan
minimum sengkang #4 (0.5 in) untuk tul longitudinal lebih besar #10. Untuk
satuan SI, tidak boleh kurang dari D10 untuk tul longitudinal D32 atau lebih
kecil dan minimum D13 untuk tul longitudinal lebih besar dari D32. Jarak
sengkang /spasi, tidak boleh melebihi 16 kali diameter longitudinal, 48 kali
diameter sengkang atau dimensi lateral terkecil dari kolom. Jarak tulangan
longitudinal, tidak boleh melebihi dari 6 inci.
 Jarak sengkang spiral kolom tidak boleh kurang dari 1 in dan tidak boleh
melebihi dari 3 in. Apabila sambungan diperlukan pada sengkang spiral,
sambungan harus di las, atau dengan lapping tulangan dengan kawat sepanjang
48 kali diameter sengkang atau 12 in.

2.5 Perencanaan Pembuatan Kolom

2.5.1 Analisa

1. Jenis taraf penjepitan kolom. Jika menggunakan tumpuan jepit, harus


dipastikan fondasinya cukup kuat untuk menahan momen lentur dan menjaga
agar tidak terjadi rotasi di ujung bawah kolom.
2. Reduksi Momen Inersia Untuk pengaruh retak kolom, momen inersia
penampang kolom direduksi menjadi 0.7Ig (Ig = momen inersia bersih
penampang).

2.5.2 Beban Desain (Desain Loads)

Yang perlu diperhatikan dalam beban yang digunakan untuk desain kolom
beton adalah :

1. Kombinasi Pembebanan.
Seperti yang berlaku di SNI Beton, Baja, maupun Kayu.
2. Reduksi Beban Hidup Kumulatif.

18
Khusus untuk kolom (dan juga dinding yang memikul beban aksial),
beban hidup boleh direduksi dengan menggunakan faktor reduksi beban
hidup kumulatif. Rujukannya adalah Peraturan Pembebanan Indonesia (PBI)
untuk Gedung 1983

Tabelnya adalah sebagai berikut :

Jumlah lantai yang dipikul Koefisien reduksi


1 1.0
2 1.0
3 0.9
4 0.8
5 0.7
6 0.6
7 0.5
8 atau lebih 0.4

Contoh cara penggunaan:

Misalnya ada sebuah kolom yang memikul 6 lantai. Masing-masing lantai


memberikan reaksi beban hidup pada kolom sebesar 80 kN. Maka beban
hidup yang digunakan untuk desain kolom pada masing-masing lantai
adalah:

– Lantai 6 : 0.6 x 80 = 48 kN
– Lantai 5 : 1.0 x (2 x 80) = 160 kN
– Lantai 4 : 1.0 x (3 x 80) = 180 kN
– Lantai 3 : 0.9 x (4 x 80) = 288 kN
– Lantai 2 : 0.8 x (5 x 80) = 320 kN
– Lantai 1 : 0.7 x (6 x 80) = 336 kN

Jadi, lantai paling bawah cukup didesain terhadap beban hidup 336
kN saja, tidak perlu sebesar 6×80 = 480 kN. Dasar dari pengambilkan
reduksi ini adalah bahwa kecil kemungkinan suatu kolom dibebani penuh
oleh beban hidup di setiap lantai. Pada contoh di atas, bisa dikatakan bahwa
kecil kemungkinan kolom tersebut menerima beban hidup 80 kN pada

19
setiap lantai pada waktu yang bersamaan. Sehingga beban kumulatif
tersebut boleh direduksi.
Catatan: Beban ini masih tetap harus dikalikan faktor beban di kombinasi
pembebanan, misalnya 1.2D + 1.6L.

2.5.3 Detailing Kolom

Untuk detailing, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Ukuran penampang kolom. Untuk kolom yang memikul gempa, ukuran kolom
yang terkecil tidak boleh kurang dari 300 mm. Perbandingan dimensi kolom
yang terkecil terhadap arah tegak lurusnya tidak boleh kurang dari 0.4. Misalnya
kolom persegi dengan ukuran terkecil 300mm, maka ukuran arah tegak lurusnya
harus tidak lebih dari 300/0.4 = 750 mm.
2. Rasio tulangan tidak boleh kurang dari 0.01 (1%) dan tidak boleh lebih dari 0.08
(8%). Sementara untuk kolom pemikul gempa, rasio maksiumumnya adalah 6%.
Kadang di dalam prakteknya, tulangan terpasang kurang dari minimum,
misalnya 4D13 untuk kolom ukuran 250×250 (rasio 0.85%). Asalkan beban
maksimumnya berada jauh di bawah kapasitas penampang sih, oke-oke saja.
Tapi kalau memang itu kondisinya, mengubah ukuran kolom menjadi 200×200
dengan 4D13 (r = 1.33%) kami rasa lebih ekonomis. Yang penting semua
persyaratan kekuatan dan kenyamanan masih terpenuhi.
3. Tebal selimut beton adalah 40 mm. Toleransi 10 mm untuk d sama dengan 200
mm atau lebih kecil, dan toleransi 12 mm untuk d lebih besar dari 200 mm. d
adalah jarak antara serat terluar beton yang mengalami tekan terhadap titik pusat
tulangan yang mengalami tarik. Misalnya kolom ukuran 300 x 300 mm, tebal
selimut (ke titik berat tulangan utama) adalah 50 mm, maka d = 300-50 = 250
mm.

Catatan:

 Toleransi 10 mm artinya selimut beton boleh berkurang sejauh 10


atau 12 mm akibat pergeseran tulangan sewaktu pemasangan besi
tulangan. Tetapi toleransi tersebut tidak boleh sengaja dilakukan,

20
misanya dengan memasang “tahu beton” untuk selimut setebal 30
mm.
 Adukan plesteran dan finishing tidak termasuk selimut beton, karena
adukan dan finishing tersebut sewaktu-waktu dapat dengan mudah
keropos baik disengaja atau tidak disengaja.

4. Pipa, saluran, atau selubung yang tidak berbahaya bagi beton (tidak reaktif)
boleh ditanam di dalam kolom, asalkan luasnya tidak lebih dari 4% luas
bersih penampang kolom, dan pipa/saluran/selubung tersebut harus ditanam
di dalam inti beton (di dalam sengkang/ties/begel), bukan di selimut beton.
Pipa aluminium tidak boleh ditanam, kecuali diberi lapisan pelindung.
Aluminium dapat bereaksi dengan beton dan besi tulangan.

5. Spasi (jarak bersih) antar tulangan sepanjang sisi sengkang tidak boleh lebih
dari 150 mm.

6. Sengkang/ties/begel adalah elemen penting pada kolom terutama pada daerah


pertemuan balok-kolom dalam menahan beban gempa. Pemasangan sengkang
harus benar-benar sesuai dengan yang disyaratkan oleh SNI. Selain menahan
gaya geser, sengkang juga berguna untuk menahan/megikat tulangan utama
dan inti beton tidak “berhamburan” sewaktu menerima gaya aksial yang
sangat besar ketika gempa terjadi, sehingga kolom dapat mengembangkan
tahanannya hingga batas maksimal (misalnya tulangan mulai leleh atau beton
mencapai tegangan 0.85fc’)

21
7. Transfer beban aksial pada struktur lantai yang mutunya berbeda.
Pada high-rise building, kadang kita mendesain kolom dan pelat lantai
dengan mutu beton yang berbeda. Misalnya pelat lantai menggunakan fc’25
MPa, dan kolom fc’40 MPa. Pada saat pelaksanaan (pengecoran lantai),
bagian kolom yang berpotongan (intersection) dengan lantai tentu akan dicor
sesuai mutu beton pelat lantai (25 MPa). Daerah intersection ini harus dicek
terhadap beban aksial di atasnya. Tidak jarang di daerah ini diperlukan
tambahan tulangan untuk mengakomodiasi kekuatan akibat mutu beton yang
berbeda.

2.5.4 Gaya Dalam

1. Gaya dalam yang diambil untuk desain harus sesuai dengan pengelompokan
kolom apakah termasuk kolom bergoyang atau tak bergoyang, apakah
termasuk kolom pendek atau kolom langsing.
2. Perbesaran momen (orde kesatu), dan analisis P-Delta (orde kedua) juga
harus dipertimbangkan untuk menentukan gaya dalam.

Contoh Kasus :

Kolom Persegi

22
Diketahui beban aksial yang bekerja pada kolom PD dan PL
dengan rencana rasio tulangan longitudinal adalah 2% . Hitung kuat tekan rencana
dan luas tulangan longitudinal (metode ACI)

- BEBAN B EKERJA
PD = 160 kips Axial dead load
PL = 150 kips Axial live load

- MATERIAL PROPERTIES
Concrete data
f'c = 4,000 psi = 4 ksi
fy = 60,000 psi = 60 ksi

= 0.7faktor reduksi kolom persegi
t = 0.02
- CALCULATION
 Rencanakan Pembebanan (kombinasi beban bekerja)
Pu = 1.4xPD + 1.7 Ll = 479kips
 Hitung Kapasitas Beban Aksial
 Pn = 0.8  [0.85 f"c (Ag-Ast) + fy Ast ]
0.8 f'c (Agr-0.02Ag) + fy0.02Ag]
479 = 0.8x 0.7 x[0.85 x4 x [Agr- 0.02Agr]+60x.0.02Agr]
479 = 2.538 Agr
Agr = 189 inc
b = 13.73816704 inc
b = 14 inc
h = 14 inc
Agr = 196inc 2
 Hitung rencana kuat tekan dan tulangan
 Pn = 0.8  [0.85 f"c (Ag-Ast) + fy Ast ]
479 = 0.8x 0.7 x[0.85 x4 x [196- Ast]+60x.Ast]
479 = 373.184 + 31.70 Ast
Ast = 3.34 in2

23
pilih
6 No 5.00
Ast = 3.75 inc 2
rasio tulangan longitudinal menjadi
t = 0.0191
min = 0.0010 OK

Kolom Bulat

Diketahui beban aksial yang bekerja pada kolom PD dan PL


dengan rencana rasio tulangan longitudinal adalah 2%
Hitung kuat tekan rencana dan luas tulangan longitudinal (metode SNI)

- BEBAN B EKERJA
PD = 250kN Axial dead load
PL = 230kN Axial live load
- MATERIAL PROPERTIES
Concrete data
f'c = 30 Mpa = 300 kg/cm2
fy = 400 psi = 4,000 kg/cm2
= 0.7faktor reduksi kolom bulat
t = 0.02
p = 5cm selimut beton

- CALCULATION
 Rencanakan Pembebanan (kombinasi beban bekerja)
Pu = 1.4xPD+ 1.7 PL
741kN
74,100 kg
 Hitung Kapasitas Beban Aksial
 Pn = 0.85  [0.85 f"c (Ag-Ast) + fy Ast ]D
D0.85 f'c (Agr-0.02Ag) + fy0.02Ag]
74100 = 0.85x 0.7 x[0.85 x300 x [Agr0.02Agr]+4000x.0.02Agr]
74100 = 196.291 Agr
Agr = 378 cm 2
D = 21.92373393 cm
D = 22 cm
Agr = 380.1327111cm 2 (1/4×3.14×D^2)
 Hitung tulangan longitudinal dan rencanakan tulangan
 Pn = 0.85  [0.85 f"c (Ag-Ast) + fy Ast ]
74100 = 0.85x 0.7 x[0.85 x300 x [380.132711084365-Ast]+4000x.Ast]

24
74100 = 57,675.636 + 2,088.28 Ast
Ast = 7.87 cm2
pilih
6D 16.00
Ast = 1,206.37 mm2
Ast = 12.06 cm 2
rasio tulangan longitudinal menjadi
t = 0.0317
min = 0.0010 OK

BAB III

PENUTUP

25
3.1. Kesimpulan
Dalam suatu perencanaan di atas didapat bahwa dalam survei yang
dilakukan pada proyek Biro di kawasan USU, beberapa data penting yakni,
fondasi yang digunakan yaitu fondasi tiang pancang dengan kedalaman
berdasarkan estimasi pengujian N-SPT dan Sondir yaitu 18 m, ada pula pekerjaan
pelat lantai menggunakan diameter 10 mm, dan beberapa mutu beton yang
dipakai dari bagian bawah dari K400 hingga dianggap aman untuk kekuatan di
atasnya lebih kecil. Dalam hal ini telah dibuat contoh perencanaan kolom yang
dihitung berdasarkan faktor keamanan berdirinya suatu kolom dengan
menghitung kapasitas beban aksial dan luas tulangan didapat 12,06 cm2.
3.2. Saran
1. Dalam suatu survei perlu dilakukan beberapa kali, agar mendapatkan
informasi yang lebih banyak dan akurat seputaran proyek tersebut.
2. Kurangnya pemahaman akan Pekerjaan lapangan akan membuat sulit
untuk mengumpulkan pertanyaan terkait pekerjaan-pekerjaan dalam
proyek.
3. Diharapkan mampu memahami penerapan desain kolom di lapangan
dengan estimasi beban aksial dan perencanaan gambar.

DAFTAR PUSTAKA

SNI 2847- 2019 Persyaratan Beton Struktural Bangunan Gedung

26
Sudarmoko, 1996. Diagram Perancangan Kolom Beton Bertulang, Jurusan Teknik
Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
https://eticon.co.id/kolom-dalam-bangunan/
https://www.anakteknik.co.id/ish_sagita/articles/18-jenis-kolom-bangunan-pada-
konstruksi
https://www.arsitur.com/2017/10/pengertian-kolom-dan-jenis-jenis-kolom.html
https://www.academia.edu/33208820/perencanaan_kolom_docx

27

Anda mungkin juga menyukai