PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada dasarnya bangunan merupakan komponen struktur tiga dimensi yang
terdiri elemen yang menunjang pada bentuk dan fungsi dari bangunan. Struktur
bangunan gedung terdiri dari komponen komponen di atas tanah dan komponen
komponen di bawah tanah yang direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat
menyalurkan beban ke tanah dasar.
Konstruksi dari sebuah bangunan merupakan kebutuhan dasar manusia,
dimana tingkat kebutuhan tersebut terus meningkat sejalan dengan perkembangan
dan kemajuan teknologi. Konstruksi bangunan pada saat ini merupakan suatu objek
yang kompleks, dimana di dalam bangunan tersebut diperlukan perhitungan dan
analisa yang cermat serta pertimbangan tertentu yang akan menghasilkan suatu
bangunan yang memenuhi syarat kokoh, ekonomis, maupun estetika.
Mengingat pentingnya kebutuhan akan sarana dan prasarana penunjang
perkuliahan, Universitas Sriwijaya kampus Palembang melakukan pembangunan
gedung perkuliahan baru yang nantinya akan dijadikan sebagai tempat perkuliahan
bersama bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya. Sehingga
proses belajar mengajar dapat dilakukan lebih maksimal.
Pada
pembangunan
gedung
kuliah
Fasilkom
Universitas
Sriwijaya
direncanakan menggunakan struktur beton bertulang yang terdiri dari 7 lantai. Hal
tersebut sangat tepat sebagai lokasi untuk melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja
Praktek (KP). Kuliah Kerja Praktek merupakan kegiatan penunjang perkuliahan
sebagai upaya menerapkan teori-terori yang didapat dibangku perkuliahan pada
pekerjaan lapangan. Sehingga menambah pemahaman dan wawasan pada mahasiswa
yang berkaitan dengan dunia teknik sipil di lapangan agar menunjang teori yang
telah didapatkan.
Secara umum struktur bangunan Gedung ini sama saja dengan bangunan
gedung atau rumah tersusun atas komponen pelat lantai, balok, dan kolom yang
semuanya dapat menjadi satu kesatuan. Pelat merupakan suatu elemen yang
mempunyai bentuk datar dengan ketebalan yang jauh lebih kecil dari elemen
elemen lainnya. Melalui peninjauan pelaksanaan pelat lantai dan diharapkan dapat
1.4
Sistematika Penulisan
Proposal kerja praktek ini akan dibagi menjadi 6 bab dengan pembahasan
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang, maksud dan tujuan penulisan, ruang
lingkup penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika laporan.
BAB II GAMBARAN UMUM PROYEK
Bab ini membahahas mengenai gambaran umum tentang proyek mencakup data
umum dan teknis proyek, rencana pelaksanaan pekerjaan dan struktur organisasi
proyek.
BAB III LANDASAN TEORI
Bab ini membahas landasan teori mengenai topik yang ditinjau pada kerja praktek
dan diperoleh dari berbagai literature dan buku-buku referensi.
BAB IV RENCANA TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
KONSTRUKSI
Bab ini membahas mengenai penjelasan persiapan dan pelaksanaan pekerjaan plat
lantai di lapangan.
BAB V RENCANA TINJAUAN PERHITUNGAN PEKERJAAN DAN
PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang pembebanan pelat lantai 1-7, perhitungan penulangan,
rekapitulasi penulangan pelat lantai, dan analisa hasil perhitungan.
BAB VI DAFTAR PUSTAKA
II.
2.1
Lokasi Proyek
Pemilik Proyek
Konsultan Perencana
Konsultan Pengawas
Kontraktor
Sumber Dana
Nomor Kontrak
: 5251/UN9.1.9/LK/2015
Tanggal Kontrak
: 01 Oktober 2015
Nilai Kontrak
: Rp 3.390.150.000
Periode Pelaksanaan
: 90 Hari
2.1.2
Pondasi
Luas Bangunan
: 639 m2
: Bata
Lantai
: Beton
Ukuran Kolom
: 70 x 70 cm (Tipe Kolom 1)
80 x 80 cm (Tipe Kolom 2)
50 x 50 cm (Tipe Kolom 3)
30 x 30 cm (Tipe Kolom 4)
13 x 13 cm (Kolom Praktis)
4
Ukuran Balok
: 35 x 60 cm (Tipe Balok 1)
25 x 40 cm (Tipe Balok 2)
20 x 35 cm (Tipe Balok 3)
Pembesian Kolom
Pembesian Balok
Sengkang
: Besi 8 100/150 mm
Selimut Beton
: 2,5 cm
Jumlah Lantai
: 7 Lantai
Tinggi Bangunan
: Lantai 1 sampai 7 : 4 m
Lebar tangga
: 1,5 m
2.2
Lokasi Proyek
Konsultan Pengawas
CV. Citra Teknik Consultant
Konsultan Perencana
Kontraktor
Mandor
SUBANDRIO
Administrasi dan
Keuangan
Logistik
SYARIFFUDIN
FERI
Gambar II.3 Struktur Organisasi Kontraktor pada Proyek Pembangunan Gedung
Pendidikan dan Latihan Fasilkom Universitas Sriwijaya
(Sumber: Data Proyek)
2.4
mulai dari tahap perencanaan, survei lapangan sampai dengan pelaksanaan proyek.
Agar pelaksanaan dan pembangunan proyek dapat berjalan baik, maka dilibatkan
banyak pihak dalam pelaksanaan tersebut. Secara umum pihak-pihak yang berperan
dalam pembangunan suatu proyek adalah sebaga berikut :
a. Pemberi Tugas atau Pemilik proyek
Pemilik proyek/owner adalah orang atau badan swasta atau pemerintah
yang menghendaki suatu pekerjaan yang dilaksanakan oleh pihak lain. Dalam
hal ini owner harus cukup punya dana untuk merealisasikan proyek yang
diinginkan.
Dalam Perencanaan Pembangunan Gedung Pendidikan dan Latihan
Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya Kampus Palembang selaku
pemberi tugas adalah pihak Universitas Sriwijaya.
7
b. Konsultan Perencana
Dalam proyek pembangunan gedung ini yang ditunjuk sebagai
konsultan perencana adalah PT. Bilitonica Indomatra Consultant.
c. Manajemen Konstruksi
Dalam proyek ini manajemen konstruksi adalah PT. Bilitonica
Indomatra Consultant.
d. Kontraktor (Pemborong)
Dalam proyek ini yang ditunjuk sebagai kontraktor adalah PT. Paku
Alam.
e. Site Manager
Site Manager dapat juga disebut pengawas lapangan. Pada Proyek ini
site manager nya adalah CV.Citra Teknik Consultant
f.
Logistic
Logistic adalah kebutuhan material dan peralatan yang diperlukan.
Material dan peralatan disiapkan oleh pihak kontraktor bagian logistic. Bapak
Syariffudin bertanggung jawab dibidang logistic pada proyek ini.
g.
Mandor
Mandor bertugas mengawasi pekerjaan yang sedang berlangsung yang
dikerjakan oleh pekerja.
h. Pekerja
Pekerja bertugas melaksanakan pekerjaan-pekerjaan bangunan yang
telah ditentukan oleh kontraktor.
2.5
c.
Persyaratan Teknis
Persyaratan teknis merupakan persyaratan yang menyangkut ruang
III.
LANDASAN TEORI
3.1
Pengertian Pelat
Pelat atau slab adalah suatu elemen struktur yang mempunyai bentuk datar
ataupun melengkung, yang ukuran tebalnya jauh lebih kecil dari ukuran-ukuran
lainnya. (Astira, Imron Fikri , 2006). Saat ini pelat beton bertulang merupakan suatu
sistem lantai yang dipakai sebagian besar bangunan. Dengan menggunakan bahan
baja dan beton mutu tinggi akan didapat ukuran atau dimensi komponen struktur
beton bertulang yang semakin mengecil. Sebenarnya peningkatan mutu bahan
defleksi komponen struktur hanya kecil saja, yang berpengaruh besar adalah ukuran
penampang atas dalam hal ini momen inersia penampang. Akan terjadi lendutan
lebih besar pada komponen struktur bahan mutu tinggi dibandingkan dengan
komponen struktur yang sama tetapi dibuat dari bahan yang dengan mutu rendah,
yang pada umumnya luas penampang lebih besar sehingga momen inersianya juga
besar. (Istimawan Dipohusodo,1999).
3.1.1 Pelat Lantai
Pelat lantai (floor plate) yang dimaksud disini adalah lantai yang tidak terletak
diatas tanah langsung, jadi merupakan lantai tingkat. Pelat lantai ini didukung oleh
balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan. Pelat lantai harus
direncanakan kaku, rata, lurus dan waterpas (mempunyai ketinggian yang sama,
tidak miring) agar terasa mantap dan enak untuk tempat berpijak.
Ketebalan pelat lantai ditentukan oleh beban yang harus didukung, besar
lendutan yang diizinkan, lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung
serta bahan konstruksi dari pelat lantai.
3.1.2 Pelat lantai Atap
Pelat lantai atap umumnya terbuat dari beton bertulang kedap air. Keuntungan
penggunaan pelat atap dari beton, yaitu :
1. Diatasnya
10
2. Konstruksi atap yang menjadi satu dengan rangka portalnya menambah sifat kaku
dari bangunan, sehingga lebih tahan terhadap gaya horizontal, oleh angin atau
gempa.
3. Karena tahan api, maka dapat mencegah menjalarnya api yang datang dari arah
atas ke dalam ruangan di bawahnya.
3.2 Metode dan Analisis Perencanaan Pelat
Dalam melakukan analisis desain struktur, perlu ada gambaran yang jelas
mengenai perilaku dan besar beban yang bekerja pada struktur. Hal penting yang
mendasar adalah pemisahan antara beban-beban yang bersifat statis (beban mati dan
beban hidup) dan dinamis (beban tak terduga).
Pada pelat lantai hanya diperhitungkan adanya beban mati dan beban hidup
saja (penghuni, perabotan, berat lapis tegel dan berat sendiri pelat) yang bekerja
secara tetap dalam waktu lama, sedangkan beban tak terduga seperti gempa, angin
dan getaran tidak diperhitungkan.
Menurut SNI-03-2487-2002 adalah sebagai berikut :
(1)
(2)
Jarak c dari serat dengan regangan maksimum ke sumbu netral harus diukur
dalam arah tegak lurus terhadap sumbu tersebut.
(3)
Faktor 1 harus diambil sebesar 0,85 untuk beton dengan nilai kuat tekan fc
lebih kecil daripada atau sama dengan 30 Mpa. Untuk beton dengan nilai kuat
tekan di atas 30 Mpa, 1 harus direduksi sebesar 0,05 untuk setiap kelebihan 7
Mpa di atas 30 Mpa, tetapi 1 tidak boleh lebih diambil kurang dari 0,65.
Hitung pembebanan
Menurut Budiadi (2008), perhitungan beban dalam perhitungan plat
menggunakan SNI-03-2487-2002 adalah :
U=1,2 D + 1,6 L
...................................................
11
( Pers. 1 )
dimana :
D = beban mati
L = beban hidup
2)
3)
1
)
2
..................................................
( Pers. 2 )
.................................................
( Pers. 3 )
ly
lx
. Jika nilai
ly
lx
ly
lx
> 2 maka
2 maka
3.3
sedemikian sehingga lenturan timbul hanya dalam satu arah saja, yaitu pada arah
yang tegak lurus terhadap arah dukungan tepi. (Istimawan Dipohusodo,1999).
Gambar dibawah ini memperlihatkan suatu pelat yang ditumpu sederhana
untuk balok pada sisi-sisi panjang yang saling berseberangan. Bentuk defleksinya
ditunjukkan dengan garis, bila beban merata bekerja pada bidang atas plat
defleksinya.
Ly
Lx
.
Sumber : Istimawan Dipohusodo, Struktur Beton Bertulang, 1999
Gambar III.1 Tampak Potongan Pelat Satu Arah
12
Pelat satu arah umumnya didesain dengan rasio tulangan tarik jauh dibawah
rasio maksimum yang diizinkan .h.0,75. Ini terutama untuk pertimbangan keamanan
dan ekonomis. Dengan tulangan dibawah rasio diharapkan baja akan leleh terlebih
dahulu sehingga keruntuhan dapat diketahui sebelumnya.
Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai pembesian lapangan maupun
pembesian tumpuan arah x dan y adalah :
3.3.1
b.
...............................( Pers. 4 )
: WU = Beban terfaktor
WDL = Beban mati (berat sendiri plat, berat penutup lantai, berat
. ................................................( Pers. 5 )
'
b = 0,85. 1 . fc .
600
fy 600 fy
maks =b . 0,75
............................................( Pers. 6 )
............................................( Pers. 7 )
mi
baj
Beton(Mpa)
fc=17
=0,85
m
fc=20
=0,85
m
fc=25
=0,85
m
s
13
fc=30
=0,85
m
fc=35
=0,81
m
sm
fc=40
=0,77
m
aks
aks
aks
aks
aks
aks
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,02
0,0
0,0
274
0,0
132
0,0
323
0,0
158
0,0
403
0,0
198
0,0
484
0,0
239
0,0
538
0,0
69
0,03
584
0,0
313
0,0
166
0,0
107
0,0
241
0,0
127
0,0
301
0,0
159
0,0
361
0,0
195
0,0
402
0,0
221
0,01
436
0,0
251
0,0
166
0,0
093
0,0
196
0,0
107
0,0
244
0,0
132
0,0
293
0,0
163
0,0
325
0,0
83
0,01
354
0,0
214
0,0
138
0,0
083
0,0
163
0,0
092
0,0
203
0,0
117
0,0
244
0,0
142
0,0
271
0,0
60
0,01
295
0,0
185
0,0
26
214
143
a
BU
TP
-24
30
35
40
50
Momen per
Ly/lx =
meter lebar
Mlx =
1,0
1,2
1,4
1,6
1,8
2,0
2,5
3,0
25
34
42
39
53
58
62
65
25
22
18
15
15
15
14
14
51
63
72
78
81
82
83
83
51
0,001.Wu.ln.X
Sumber : Tabel Gideon Kusuma
54
55
54
54
53
51
49
1
2
3
4
d.
0,001.Wu.ln.X
Mly =
0,001.Wu.ln.X
Mtx =
0,001.Wu.ln.X
Mty =
e.
0,85 fy
4.Mu
........( Pers. 11 )
1 1
fc
1,7 0,8 b d 2 fc
Dimana :
12
fy
Mu
b
d
=
=
=
=
=
Rasio penulangan
Mutu baja ( kg /cm 2 )
Momen ultimate ( kg m )
Jarak per satu meter
Tebal efektif plat ( mm2 )
f.
= Rasio Penulangan
g.
h
3.4
lenturan akan timbul pada dua arah yang saling tegak lurus. (Winter, George, dan
kawan-kawan, 1993).
ly
lx
0,003.d
fy ......................................................... ( Pers. 13 )
0,003
Es
16
Dimana
Dimana
fy.(:d Mu)
As2
= Momen Ultimate
= Luas penampang beton ( mm2)
mate
r
Bata
ng
50
100
150
282,
188,
188,
7
502,
5
335,
5
335,
7
2372
1
424,
,3
1570
1
785,
200
250
300
350
400
450
141,4
113,1
94,2
80,8
70,7
62,8
351,3
201,1
167,6
143,6
125,7
111,7
318,1
254,5
212,1
181,8
159,0
141,4
392,7
214,2
261,8
224,4
193,3
174,5
565,5
452,4
377,0
323,1
282,7
251,3
(mm
)
282,
7
8
9
10
12
,8
4
2261 1131
,9
,0
42,1
523,
6
754,
0
17
13
14
16
18
19
20
22
25
28
29
32
36
40
50
2654 1327
884,
66,7
530,9
442,4
379,2
331,8
295,0
769,3
615,8
513,1
439,8
384,8
446,8
1005,
1005,
,2
,4
,4
5089 1696 2533
3
1273,
3
1272,
670,2
574,5
502,7
446,8
,4
,5
,7
5670 2835 1890
3
1417,
3
1417,
848,2
727,1
636,2
565,5
,6
6283
,2
2094
6
1570,
6
1570,
945,1
810,1
708,8
698,1
,4
3801
8
1900,
8
1900,
1047,2
897,6
785,4
698,1
,3
2908
7
2454,
7
2454,
1267,1
1086,1
950,3
844,7
1090.
4
3078,
4
3078,
1402,5
1227,
,7
6157
1636,2
8
3302,
1759,3
8
1368,
,5
6605
2052,5
2
1539,
8
4071,
1887,2
3
1467,
,2
8042
2201,7
4
1651,
5
50926
0
4071,
2297,9
8
1787,
,5
2680,8
3
2010,
5
5026,
3908,2
2
2261,
,5
6283,
3392,9
6
2261,
9
2
9817,
5
7854,
4188,8
3590,4
9
2892,
6654,0
5610,0
,6
,3
9
3078 1539 1026
,8
,4
,3
4021 1340 1340
,2
,3
242,1
3217,
4908,
5
4363,
3.5
18
maka dalam segala hal tebal pelat tidak boleh diambil kurang dari 7 cm untuk pelat
atap dan 12 cm untuk pelat lantai.
Dengan memperhatikan Pasal 8.16 ayat (2) tentang jarak antar batang
tulangan, maka dalam segala hal tulangan pelat, termasuk tulangan pembagi, tidak
boleh diambil kurang dari pada yang diperlukan untuk memikul susut dan perubahan
suhu. Luas tulangan ini harus diambil minimum 0.25% dari luas beton yang ada.
Pada pelat-pelat dimana tulangan pokoknya hanya berjalan dalam satu arah,
maka tegak lurus pada tulangan pokok tersebut harus dipasang tulangan pembagi.
Apabila tulangan pembagi terdiri dari baja dari mutu yang sama dengan mutu baja
tulangan pokok, maka luas tulangan pembagi tersebut harus diambil minimum 20%
dari luas tulangan pokoknya. Apabila kedua tulangan itu berbeda mutunya, maka
prosentase luas tulangan pembagi tersebut harus diambil 2 kali perbandingan
kekuatan rencana baja tulangan pokok dan baja tulangan pembagi. Jumlah prosentase
minimum sebesar 20% diatas juga berlaku bagi tulangan pelat di arah momen yang
terkecil pada plat-plat yang memikul lentur dalam dua arah.
Pada pelat-pelat yang dicor setempat, diameter dari batang tulangan pokok
dari jenis baja lunak dan baja sedang harus diambil minimum 8 mm dan dari
tulangan pembagi minimum 6 mm. Pada penggunaan batang tulangan dari jenis baja
keras, diameter dari batang tulangan pokok harus diambil minimum 5 mm dan dari
tulangan pembagi minimum 4 mm.
Pelat-pelat yang memikul beban vertikal ke bawah, walaupun menurut
perhitungan teoritis oleh penngaruh pembebanan bentang-bentang pelat yang
berbatasan hanya memikul momen negatif, tetap harus juga diberi tulangan bawah.
Jumlah tulangan bawah ini harus diambil minimum sama dengan tulangan yang
diperlukan oleh pelat tersebut untuk memikul beban vertikal yang sama, tetapi
dengan tepi-tepinya terjepit penuh. Ketentuan ini tidak berlaku untuk pelat
kantilever. Apabila arah beban vertikal tersebut adalah ke atas, maka analog dengan
hal diatas pada pelat senantiasa lurus dipasang tulangan atas.
3.6
Konstruksi Tangga
Tangga merupakan suatu komponen struktur yang terdiri dari plat, bordes dan
anak tangga yang menghubungkan satu lantai dengan lantai di atasnya. Tangga
mempunyai bermacam-macam tipe, yaitu tangga dengan bentangan arah horizontal,
tangga dengan bentangan ke arah memanjang, tangga terjepit sebelah (Cantilever
19
Stairs) atau ditumpu oleh balok tengah., tangga spiral (Helical Stairs), dan tangga
melayang (Free Standing Stairs).
Tangga merupakan suatu sambungan yang dapat dilalui antara tingkat sebuah
bangunan, dan dapat dibuat dari kayu, pasangan batu, baja, beton bertulan dll.
Statistik yang dikompilasi oleh Dewan Keamanan Nasional menunjukkan bahwa
tangga adalah penyebab jumlah terbesar kecelakaan di rumah, kecelakaan ini dapat
dikaitkan dengan berbagai faktor, yang tentu berada di luar kendali mereka yang
merancang dan membangun tangga. Namun, ada terlalu banyak kecelakaan akibat
kesalahan konstruksi langsung. Tukang kayu dapat memberikan kontribusi berharga
terhadap pencegahan kecelakaan jika ia berencana dan melakukan pekerjaannya
dengan baik.
Teknik Keselamatan Departemen Biro Jasa Pekerja Nasional Kompensasi
telah menyiapkan standar berikut sebagai saran untuk pembangun tangga untuk
membantu menghilangkan beberapa penyebab yang bertanggung jawab untuk
banyak kecelakaan.
a. Tangga harus bebas dari goncangan keras.
b. Dimensi bordes harus sama dengan atau lebih besar dari lebar tangga antara
pegangan tangan dengan dinding.
c. Semua aantride dan optride dalam setiap anak tangga harus sama.
d. Semua tangga harus dilengkapi dengan substansial dan 36 inci pegangan
tangan di ketinggian dari pusat dari tapak yang permanen.
e. Semua pegangan tangan harus memiliki sudut bulat dan permukaan yang
halus dan bebas dari serpihan.
f. Sudut tangga dengan horisontal tidak boleh lebih dari lima puluh derajat dan
tidak kurang dari dua puluh derajat.
g. Anak tangga tidak boleh licin, dan tanpa ada baut, sekrup, atau paku yang
menonjol.
beban-beban yang berat, lebarnya terbatas, memiliki sifat lentur yang tinggi serta
konstruksi tangga kayu tidak cocok ditempatkan di ruang terbuka karena kayu mudah
lapuk jika terkena panas dan cahaya.Kayu sebaiknya dipilih yang berkualitas bagus.
Ukuran tebal adalah dari 3 - 4 cm, ukuran lebar dari 26 - 30 cm, sedangkan ukuran
panjang papan menyesuaikan ukuran lebar tangga Anda. Umumnya konstruksi
tangga baja memakai anak tangga dari papan kayu utuh tanpa sambungan.
2). Konstruksi tangga baja
Biasanya digunakan pada bangunan yang sebagian besar komponenkomponen strukturnya terdiri dari material baja. Tangga ini digunakan pada
bangunan semi permanen seperti bangunan peruntukan bengkel, bangunan gudang,
dan lain-lain. Tangga ini kurang cocok untuk bangunan dekat pantai karena pengaruh
garam akan mempercepat proses karat begitupun bila ditempatkan terbuka akan
menambah biaya perawatan.
3). Konstruksi tangga beton
Sampai sekarang banyak digunakan pada bangunan bertingkat 2 (dua) atau
lebih
dan
bersifat
permanent
seperti
peruntukan
kantor, rumah
tinggal,
tulangan pembagi
: 8, 10
untuk balok :
tulangan utama
beugel/sengkang
: 8, 10
tulangan pembagi
: 8, 10
kekuatan,
efisiensi
pembuatannya,
dana
sangat
terbatas
dalam
penempatannya.
5). Eskalator
Eskalator adalah salah satu transportasi vertikal berupa konveyor untuk
mengangkut orang, yang terdiri dari tangga terpisah yang dapat bergerak ke atas dan
ke bawah mengikuti jalur yang berupa rail atau rantai yang digerakkan oleh motor.
Karena digerakkan oleh motor listrik , tangga berjalan ini dirancang untuk
mengangkut orang dari bawah ke atas atau sebaliknya. Untuk jarak yang pendek
eskalator digunakan di seluruh dunia untuk mengangkut pejalan kaki yang mana
menggunakan elevator tidak praktis. Pemakaiannya terutama di daerah pusat
perbelanjaan, bandara, sistem transit, pusat konvensi, hotel dan fasilitas umum
lainnya.
3.7
Dalam merencanakan plat tangga, terlebih dahulu kita harus mengetahui bebanbeban yang bekerja pada tangga itu sendiri. Beban pada tangga meliputi beban mati
yang berupa antrade, optrade, dan finishing yang berupa keramik. Data teknis tangga
dalam contoh perencanaan ini adalah sebagai berikut:
Bagian-bagian Tangga
22
IV.
Fasilkom Universitas Sriwijaya Kampus Palembang ini di mulai pada bulan Oktober
2015 sampai dengan Desember 2015. Adapun perencanaan pelaksanaan pekerjaan
pelat lantai antara lain :
4.1
4.1.2
Pekerjaan Persiapan
4.1.2.1 Material Bangunan
4.1.2.2 Peralatan Proyek
4.2
4.3
4.4
V.
Pemasangan Steger/Perancah/Scaffolding
Pemasangan Bekisting
4.2.3
4.2.4
4.2.5
4.2.6
4.2.7
Pekerjaan Finishing
Pekerjaan Perawatan
Pemasangan Steger/Perancah
4.3.2
Pemasangan Bekisting
4.3.3
4.3.4
4.3.5
4.3.6
Pekerjaan Finishing
4.3.7
Pekerjaan Perawatan
4.4.2
Solusi Permasalahan
Pembahasan
Yogyakarta,
Nawy, Edward G. P. E., Beton Bertulang, PT. REFIKA ADITAMA, Bandung, 1998
Standar Nasional Indonesia SNI 03-2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, Bandung : Departemen Pekerjaan
Umum, 2004.
Sutrisno HP, Eko., Panduan Pelaksanaan Pekerjaan untuk Kontraktor Bangunan
Gedung dan Sipil Bagian III, Waskita, Jakarta, 2013.
Tim penyusun., Buku Pedoman Pelaksanaan Kerja Praktek dan Tugas Akhir,
Penerbit Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya, 2005.
26