Anda di halaman 1dari 26

I.

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Pada dasarnya bangunan merupakan komponen struktur tiga dimensi yang

terdiri elemen yang menunjang pada bentuk dan fungsi dari bangunan. Struktur
bangunan gedung terdiri dari komponen komponen di atas tanah dan komponen
komponen di bawah tanah yang direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat
menyalurkan beban ke tanah dasar.
Konstruksi dari sebuah bangunan merupakan kebutuhan dasar manusia,
dimana tingkat kebutuhan tersebut terus meningkat sejalan dengan perkembangan
dan kemajuan teknologi. Konstruksi bangunan pada saat ini merupakan suatu objek
yang kompleks, dimana di dalam bangunan tersebut diperlukan perhitungan dan
analisa yang cermat serta pertimbangan tertentu yang akan menghasilkan suatu
bangunan yang memenuhi syarat kokoh, ekonomis, maupun estetika.
Mengingat pentingnya kebutuhan akan sarana dan prasarana penunjang
perkuliahan, Universitas Sriwijaya kampus Palembang melakukan pembangunan
gedung perkuliahan baru yang nantinya akan dijadikan sebagai tempat perkuliahan
bersama bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya. Sehingga
proses belajar mengajar dapat dilakukan lebih maksimal.
Pada

pembangunan

gedung

kuliah

Fasilkom

Universitas

Sriwijaya

direncanakan menggunakan struktur beton bertulang yang terdiri dari 7 lantai. Hal
tersebut sangat tepat sebagai lokasi untuk melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja
Praktek (KP). Kuliah Kerja Praktek merupakan kegiatan penunjang perkuliahan
sebagai upaya menerapkan teori-terori yang didapat dibangku perkuliahan pada
pekerjaan lapangan. Sehingga menambah pemahaman dan wawasan pada mahasiswa
yang berkaitan dengan dunia teknik sipil di lapangan agar menunjang teori yang
telah didapatkan.
Secara umum struktur bangunan Gedung ini sama saja dengan bangunan
gedung atau rumah tersusun atas komponen pelat lantai, balok, dan kolom yang
semuanya dapat menjadi satu kesatuan. Pelat merupakan suatu elemen yang
mempunyai bentuk datar dengan ketebalan yang jauh lebih kecil dari elemen
elemen lainnya. Melalui peninjauan pelaksanaan pelat lantai dan diharapkan dapat

memberikan pengetahuan tentang pelaksanaan dan perhitungan konstruksi pelat


lantai dan tangga baik pembebanan, penulangan maupun defleksi yang terjadi.
1.2

Maksud dan Tujuan


Maksud dilaksanakannya kerja praktek ini adalah untuk mengetahui dan

memahami proses pelaksanaan konstruksi pelat lantai Proyek Pembangunan Gedung


Pendidikan dan Latihan Fakultas Ilmu Komputer Kampus Palembang Universitas
Sriwijaya, Baik tahapan-tahapan pelaksanaan maupun permasalahan yang terjadi di
lapangan.
Tujuan dari kerja praktek adalah :
(1) Mengenal kondisi sebenarnya pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung
Pendidikan dan Latihan Fakultas Ilmu Komputer Kampus Palembang
Universitas Sriwijaya secara langsung sehingga dapat mengetahui bagaimana
mengaplikasikan ilmu yang didapat.
(2) Untuk mengidentifikasi prosedur pelaksanaan pekerjaan struktur di lapangan
khususnya pelaksanaan pekerjaan pelat lantai dan tangga.
(3) Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang berlangsung serta kendala-kendala
yang terjadi dalam pelaksanaan proyek.
(4) Mempelajari dan memahami analisis perhitungan penulangan pelat lantai dan
tangga yang ada di lapangan dan dibandingkan secara teoritis.
1.3

Metodologi Pengumpulan Data


Metode pembahasan yang digunakan dalam penyusunan laporan kerja

praktek ini dilakukan dengan dua cara, yaitu :


(1) Data Primer
Adalah data yang didapatkan secara langsung, yang dapat dilakukan dengan
cara Observasi, Wawancara dan Konsultasi
(2) Data Sekunder
Pengumpulan data yang didapat berasal dari pihak kontraktor, pihak konsultan,
dan pelaksana yang berupa gambar kerja dan syarat-syarat serta data-data yang
disesuaikan dengan kebutuhan laporan, dan mempelajari literatur dan buku-buku
referensi yang berkaitan dengan tinjauan yang dibahas dalam laporan.

1.4

Ruang Lingkup Pembahasan


Ruang lingkup Pembahasan dalam penulisan laporan ini meliputi hal-hal

yang berhubungan pada Proyek Pembangunan Gedung Perkuliahan Fakultas Ilmu


Komputer Kampus Palembang Universitas Sriwijaya. Permasalahan yang akan
dibahas dibatasi hanya mengenai struktur plat lantai pada Proyek Pembangunan
Gedung Pendidikan dan Latihan Fakultas Ilmu Komputer Kampus Palembang
Universitas Sriwijaya yaitu berupa teknis pelaksanaan pekerjaan pelat lantai beserta
analisa perhitungannya.
1.5

Sistematika Penulisan
Proposal kerja praktek ini akan dibagi menjadi 6 bab dengan pembahasan

sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang, maksud dan tujuan penulisan, ruang
lingkup penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika laporan.
BAB II GAMBARAN UMUM PROYEK
Bab ini membahahas mengenai gambaran umum tentang proyek mencakup data
umum dan teknis proyek, rencana pelaksanaan pekerjaan dan struktur organisasi
proyek.
BAB III LANDASAN TEORI
Bab ini membahas landasan teori mengenai topik yang ditinjau pada kerja praktek
dan diperoleh dari berbagai literature dan buku-buku referensi.
BAB IV RENCANA TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
KONSTRUKSI
Bab ini membahas mengenai penjelasan persiapan dan pelaksanaan pekerjaan plat
lantai di lapangan.
BAB V RENCANA TINJAUAN PERHITUNGAN PEKERJAAN DAN
PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang pembebanan pelat lantai 1-7, perhitungan penulangan,
rekapitulasi penulangan pelat lantai, dan analisa hasil perhitungan.
BAB VI DAFTAR PUSTAKA
II.

GAMBARAN UMUM PROYEK


3

2.1

Gambaran Umum Proyek


Proyek Pembangunan Gedung Pendidikan dan Latihan Fakultas Ilmu

Komputer Kampus Palembang Universitas Sriwijaya dapat dijelaskan dengan


keadaan sebagai berikut :
2.1.1 Data Umum
Nama Proyek

: Perencanaan Gedung Pendidikan dan Latihan


Fakultas Ilmu Komputer Kampus Palembang
Universitas Sriwijaya

Lokasi Proyek

: Jalan Srijaya Negara Bukit Besar Palembang

Pemilik Proyek

: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya

Konsultan Perencana

: PT. Bilitonica Indomatra Consultant

Konsultan Pengawas

: CV. Citra Teknik Consultant

Kontraktor

: PT. Paku Alam

Sumber Dana

: Anggaran Universitas Tahun 2015

Nomor Kontrak

: 5251/UN9.1.9/LK/2015

Tanggal Kontrak

: 01 Oktober 2015

Nilai Kontrak

: Rp 3.390.150.000

Periode Pelaksanaan

: 90 Hari

2.1.2

Data-Data Teknis Proyek

Pondasi

: Tiang Pancang (bor pile)

Luas Bangunan

: 639 m2

Sistem Struktur Bangunan : Beton Bertulang


Dinding

: Bata

Lantai

: Beton

Ukuran Kolom

: 70 x 70 cm (Tipe Kolom 1)
80 x 80 cm (Tipe Kolom 2)
50 x 50 cm (Tipe Kolom 3)
30 x 30 cm (Tipe Kolom 4)
13 x 13 cm (Kolom Praktis)
4

Ukuran Balok

: 35 x 60 cm (Tipe Balok 1)
25 x 40 cm (Tipe Balok 2)
20 x 35 cm (Tipe Balok 3)

Pembesian Kolom

: Besi D16, D19, D22

Pembesian Balok

: Besi D16, D19, D22

Sengkang

: Besi 8 100/150 mm

Selimut Beton

: 2,5 cm

Jumlah Lantai

: 7 Lantai

Tinggi Bangunan

: Lantai 1 sampai 7 : 4 m

Lebar tangga

: 1,5 m

Mutu beton (fcu)

: K-300 (24,90 N/mm2)

Mutu baja (fy)

: U-24 (240 N/mm2) (sengkang)


U-40 (400 N/mm2) (tulangan pokok)

2.2

Lokasi Proyek

Adapun peta lokasi proyek yang ditinjau melalui google maps

Sumber : Google Map


Gambar II.1 Lokasi pelaksanaan proyek yang disunting dari google maps
2.3

Struktur Organisasi Proyek


5

Dalam berbagai bidang perkerjaan struktur organisasi merupakan suatu


kelengkapan yang sangat penting, demikian juga halnya dengan perkerjaan yang
berkaitan dengan pembangunan suatu konstruksi. Struktur Oganisasi ini mutlak
diperlukan untuk menjamin kelancaran dan kesuksesan suatu proyek.
2.3.1 Bagan Struktur Organisasi Proyek Pembangunan Gedung Pendidikan
dan Latihan Fasilkom Universitas Sriwijaya
Berikut ini dapat dilihat bagan struktur organisasi pembangunan Gedung
Pendidikan dan Latihan Fasilkom Universitas Sriwijaya :
Pemilik Proyek (Owner)
Universitas Sriwajaya

Konsultan Pengawas
CV. Citra Teknik Consultant

Konsultan Perencana

Kontraktor

PT. Bilitonica Indomatra Consultant

PT. Paku Alam

Gambar II.2 Struktur Organisasi Proyek Pembangunan Gedung Pendidikan dan


Latihan Fasilkom Universitas Sriwijaya
(Sumber: Data Proyek)
Keterangan :
Hubungan Kontrak
Hubungan Kerjasama

2.3.2. Bagan Struktur Organisasi Kontraktor Pada Proyek Pembangunan


Gedung Pendidikan dan Latihan Fasilkom Universitas Sriwijaya
Berikut ini dapat dilihat bagan struktur organisasi kontraktor pada
pembangunan Gedung Pendidikan dan Latihan Fasilkom Universitas Sriwijaya :
General Superintendent
HASRUL VATI
Site Manager/Pelaksana
BUDI SANTOSO

Mandor
SUBANDRIO

Administrasi dan
Keuangan

Logistik
SYARIFFUDIN

FERI
Gambar II.3 Struktur Organisasi Kontraktor pada Proyek Pembangunan Gedung
Pendidikan dan Latihan Fasilkom Universitas Sriwijaya
(Sumber: Data Proyek)
2.4

Pihak-pihak Yang Terlibat Dalam Proyek


Dalam pembangunan suatu proyek, dilakukan beberapa tahapan kerja yaitu

mulai dari tahap perencanaan, survei lapangan sampai dengan pelaksanaan proyek.
Agar pelaksanaan dan pembangunan proyek dapat berjalan baik, maka dilibatkan
banyak pihak dalam pelaksanaan tersebut. Secara umum pihak-pihak yang berperan
dalam pembangunan suatu proyek adalah sebaga berikut :
a. Pemberi Tugas atau Pemilik proyek
Pemilik proyek/owner adalah orang atau badan swasta atau pemerintah
yang menghendaki suatu pekerjaan yang dilaksanakan oleh pihak lain. Dalam
hal ini owner harus cukup punya dana untuk merealisasikan proyek yang
diinginkan.
Dalam Perencanaan Pembangunan Gedung Pendidikan dan Latihan
Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya Kampus Palembang selaku
pemberi tugas adalah pihak Universitas Sriwijaya.
7

b. Konsultan Perencana
Dalam proyek pembangunan gedung ini yang ditunjuk sebagai
konsultan perencana adalah PT. Bilitonica Indomatra Consultant.
c. Manajemen Konstruksi
Dalam proyek ini manajemen konstruksi adalah PT. Bilitonica
Indomatra Consultant.
d. Kontraktor (Pemborong)
Dalam proyek ini yang ditunjuk sebagai kontraktor adalah PT. Paku
Alam.
e. Site Manager
Site Manager dapat juga disebut pengawas lapangan. Pada Proyek ini
site manager nya adalah CV.Citra Teknik Consultant
f.

Logistic
Logistic adalah kebutuhan material dan peralatan yang diperlukan.
Material dan peralatan disiapkan oleh pihak kontraktor bagian logistic. Bapak
Syariffudin bertanggung jawab dibidang logistic pada proyek ini.

g.

Mandor
Mandor bertugas mengawasi pekerjaan yang sedang berlangsung yang
dikerjakan oleh pekerja.

h. Pekerja
Pekerja bertugas melaksanakan pekerjaan-pekerjaan bangunan yang
telah ditentukan oleh kontraktor.
2.5

Persyaratan Umum, Administrasi dan Teknis Proyek


a. Persyaratan Umum
Persyaratan umum dari proyek merupakan persyaratan yang harus
dipatuhi antara pemilik proyek dan kontraktor yang memuat hal-hal umum
mengenai peraturan pelaksanaan, rencana kerja, dan syarat-syarat penawaran
yang dibuat dalam bentuk-bentuk pasal.
b. Persyaratan Administrasi
Persyaratan administrasi meliputi dua hal yaitu persyaratan dalam
penawaran dan persyaratan dalam pelaksanaan pekerjaan.
8

c.

Persyaratan Teknis
Persyaratan teknis merupakan persyaratan yang menyangkut ruang

lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam Perencanaan Pembangunan


Gedung Pendidikan dan Latihan 7 Lantai Fasilkom Universitas Sriwijaya
Kampus Palembang.
2.6

Pendanaan dan Pembiayaan


Pembiayaan Perencanaan Pembangunan Gedung Pendidikan dan
Latihan 7 Lantai Fasilkom Universitas Sriwijaya Kampus Palembang.
berasal dari dana APBD. Tahapan pembayaran proyek ini diatur sebagai
pembayaran termin berdasarkan persentase per tahap sampai pekerjaan
tersebut berdasarkan kemajuan pekerjaan.

III.

LANDASAN TEORI

3.1

Pengertian Pelat
Pelat atau slab adalah suatu elemen struktur yang mempunyai bentuk datar

ataupun melengkung, yang ukuran tebalnya jauh lebih kecil dari ukuran-ukuran
lainnya. (Astira, Imron Fikri , 2006). Saat ini pelat beton bertulang merupakan suatu
sistem lantai yang dipakai sebagian besar bangunan. Dengan menggunakan bahan
baja dan beton mutu tinggi akan didapat ukuran atau dimensi komponen struktur
beton bertulang yang semakin mengecil. Sebenarnya peningkatan mutu bahan
defleksi komponen struktur hanya kecil saja, yang berpengaruh besar adalah ukuran
penampang atas dalam hal ini momen inersia penampang. Akan terjadi lendutan
lebih besar pada komponen struktur bahan mutu tinggi dibandingkan dengan
komponen struktur yang sama tetapi dibuat dari bahan yang dengan mutu rendah,
yang pada umumnya luas penampang lebih besar sehingga momen inersianya juga
besar. (Istimawan Dipohusodo,1999).
3.1.1 Pelat Lantai
Pelat lantai (floor plate) yang dimaksud disini adalah lantai yang tidak terletak
diatas tanah langsung, jadi merupakan lantai tingkat. Pelat lantai ini didukung oleh
balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan. Pelat lantai harus
direncanakan kaku, rata, lurus dan waterpas (mempunyai ketinggian yang sama,
tidak miring) agar terasa mantap dan enak untuk tempat berpijak.
Ketebalan pelat lantai ditentukan oleh beban yang harus didukung, besar
lendutan yang diizinkan, lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung
serta bahan konstruksi dari pelat lantai.
3.1.2 Pelat lantai Atap
Pelat lantai atap umumnya terbuat dari beton bertulang kedap air. Keuntungan
penggunaan pelat atap dari beton, yaitu :
1. Diatasnya

dapat dipakai untuk ruangan serbaguna, seperti gudang, tempat

jemuran, ruang mesin, bak air.

10

2. Konstruksi atap yang menjadi satu dengan rangka portalnya menambah sifat kaku
dari bangunan, sehingga lebih tahan terhadap gaya horizontal, oleh angin atau
gempa.
3. Karena tahan api, maka dapat mencegah menjalarnya api yang datang dari arah
atas ke dalam ruangan di bawahnya.
3.2 Metode dan Analisis Perencanaan Pelat
Dalam melakukan analisis desain struktur, perlu ada gambaran yang jelas
mengenai perilaku dan besar beban yang bekerja pada struktur. Hal penting yang
mendasar adalah pemisahan antara beban-beban yang bersifat statis (beban mati dan
beban hidup) dan dinamis (beban tak terduga).
Pada pelat lantai hanya diperhitungkan adanya beban mati dan beban hidup
saja (penghuni, perabotan, berat lapis tegel dan berat sendiri pelat) yang bekerja
secara tetap dalam waktu lama, sedangkan beban tak terduga seperti gempa, angin
dan getaran tidak diperhitungkan.
Menurut SNI-03-2487-2002 adalah sebagai berikut :
(1)

Tegangan beton sebesar 0,85 fc diasumsikan terdistribusi secara merata pada


daerah tekan ekivalen yang dibatasi oleh tepi penampang dan satu garis lurus
yang sejajar dengan sumbu netral sejarak a = 1c dari serat dengan regangan
tekan maksimum.

(2)

Jarak c dari serat dengan regangan maksimum ke sumbu netral harus diukur
dalam arah tegak lurus terhadap sumbu tersebut.

(3)

Faktor 1 harus diambil sebesar 0,85 untuk beton dengan nilai kuat tekan fc
lebih kecil daripada atau sama dengan 30 Mpa. Untuk beton dengan nilai kuat
tekan di atas 30 Mpa, 1 harus direduksi sebesar 0,05 untuk setiap kelebihan 7
Mpa di atas 30 Mpa, tetapi 1 tidak boleh lebih diambil kurang dari 0,65.

Langkah-langkah dalam menghitung penulangan plat lantai adalah sebagai berikut:


1)

Hitung pembebanan
Menurut Budiadi (2008), perhitungan beban dalam perhitungan plat
menggunakan SNI-03-2487-2002 adalah :
U=1,2 D + 1,6 L

...................................................

11

( Pers. 1 )

dimana :

D = beban mati
L = beban hidup

2)

Hitung tinggi efektif


dx = ht (s +
dx = dx

3)

1
)
2

..................................................

( Pers. 2 )

.................................................

( Pers. 3 )

Hitung momen pelat berdasarkan nilai

ly
lx

. Jika nilai

penulangan dilakukan satu arah, sedangkan jika nilai

ly
lx
ly
lx

> 2 maka

2 maka

penulangan dilakukan dua arah.

3.3

Perencanaan Pelat Satu Arah ( One Way Slab )


Pelat satu arah adalah plat yang didukung pada dua tepi yang berhadapan

sedemikian sehingga lenturan timbul hanya dalam satu arah saja, yaitu pada arah
yang tegak lurus terhadap arah dukungan tepi. (Istimawan Dipohusodo,1999).
Gambar dibawah ini memperlihatkan suatu pelat yang ditumpu sederhana
untuk balok pada sisi-sisi panjang yang saling berseberangan. Bentuk defleksinya
ditunjukkan dengan garis, bila beban merata bekerja pada bidang atas plat
defleksinya.

Ly

Lx

.
Sumber : Istimawan Dipohusodo, Struktur Beton Bertulang, 1999
Gambar III.1 Tampak Potongan Pelat Satu Arah

12

Pelat satu arah umumnya didesain dengan rasio tulangan tarik jauh dibawah
rasio maksimum yang diizinkan .h.0,75. Ini terutama untuk pertimbangan keamanan
dan ekonomis. Dengan tulangan dibawah rasio diharapkan baja akan leleh terlebih
dahulu sehingga keruntuhan dapat diketahui sebelumnya.
Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai pembesian lapangan maupun
pembesian tumpuan arah x dan y adalah :
3.3.1

Untuk Perhitungan One Way Slab

a. Langkah perhitungan pertama dengan menghitung beban terfaktor yang


dihitung per meter maju. Rumus yang digunakan untuk menghitung beban
terfaktor pada penulangan pelat lantai adalah:
WU = 1,2 WDL + 1,6 WLL
Dimana

b.

...............................( Pers. 4 )

: WU = Beban terfaktor
WDL = Beban mati (berat sendiri plat, berat penutup lantai, berat

adukan semen, berat pasangan dinding batu bata)


WLL = Beban hidup (berat orang, berat peralatan)
Menentukan batasan min dan max, yang dapat dilihat pada tabel konstanta
perencanaan (Tabel 3.1) ataupun dapat dicari dengan rumus, yaitu:
min = 1,4
fy

. ................................................( Pers. 5 )

'
b = 0,85. 1 . fc .

600
fy 600 fy

maks =b . 0,75

............................................( Pers. 6 )
............................................( Pers. 7 )

Tabel 1. Konstanta Perencanaan (Rasio Tulangan Minimun dan Maksimum)


Teganga
n Baja
Mu
tu

mi

baj

Beton(Mpa)
fc=17
=0,85
m

fc=20
=0,85
m

fc=25
=0,85
m

s
13

fc=30
=0,85
m

fc=35
=0,81
m

sm

fc=40
=0,77
m

aks

aks

aks

aks

aks

aks

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,02

0,0

0,0

274
0,0

132
0,0

323
0,0

158
0,0

403
0,0

198
0,0

484
0,0

239
0,0

538
0,0

69
0,03

584
0,0

313
0,0

166
0,0

107
0,0

241
0,0

127
0,0

301
0,0

159
0,0

361
0,0

195
0,0

402
0,0

221
0,01

436
0,0

251
0,0

166
0,0

093
0,0

196
0,0

107
0,0

244
0,0

132
0,0

293
0,0

163
0,0

325
0,0

83
0,01

354
0,0

214
0,0

138
0,0

083
0,0

163
0,0

092
0,0

203
0,0

117
0,0

244
0,0

142
0,0

271
0,0

60
0,01

295
0,0

185
0,0

26

214

143

a
BU
TP
-24
30
35
40
50

100 070 118 074 148 098 177 113 197


Sumber : Istimawan Dipohusodo, Struktur Beton Bertulang, 1999
c.

Menghitung momen lapangan dan momen tumpuan X sebagai arah dgn


momen kritis (Mlx, Mtx) dari tabel momen untuk plat berdasarkan SK SNI 03
- 2847 - 2002 dan tipe plat (Tabel 2 ).
Nilai momen yang digunakan sebagai berkut

Mlx = +0,001 . Wu . Lx2 . x ...................................... ( Pers. 8 )


Mly = +0,001 . Wu . Lx2 . x
Tabel 2. Penyaluran Beban Berdasarkan Metode Amplop dan Menentukan
Nilai Momen Per Meter Lebar
No

Momen per

Ly/lx =

meter lebar
Mlx =

1,0

1,2

1,4

1,6

1,8

2,0

2,5

3,0

25

34

42

39

53

58

62

65

25

22

18

15

15

15

14

14

51

63

72

78

81

82

83

83

51
0,001.Wu.ln.X
Sumber : Tabel Gideon Kusuma

54

55

54

54

53

51

49

1
2
3
4

d.

0,001.Wu.ln.X
Mly =
0,001.Wu.ln.X
Mtx =
0,001.Wu.ln.X
Mty =

Menghitung tebal efektif pelat (d)


14

Menghitung tinggi efektif pelat (d)


(1) Untuk tulangan arah x
d1 = ht (s + )................................................... ( Pers. 9 )
(2) Untuk tulangan arah y
d2 = d1 -
dimana : ht
s

e.

.......... ...........................................( Pers. 10 )


= tebal plat lantai
= tebal selimut beton
= diameter besi rencana

Langkah selanjutnya adalah mencari rasio penulangan (). Dikarenakan nilai


Koefisien tahanan ( Mpa ) tidak tersedia pada tabel maka digunakan rumus
turunan sebagai berikut:
mencari rasio penulangan ()
12


0,85 fy
4.Mu
........( Pers. 11 )
1 1

fc
1,7 0,8 b d 2 fc

Dimana :

12
fy
Mu
b
d

=
=
=
=
=

Rasio penulangan
Mutu baja ( kg /cm 2 )
Momen ultimate ( kg m )
Jarak per satu meter
Tebal efektif plat ( mm2 )

f.

Menentukan As perlu perhitungan, dengan menggunakan rumus:


As Perlu
= .b.d
.....................................................( Pers. 12 )
Dimana
: As
= Luas Penampang beton ( mm2)

= Rasio Penulangan

g.

Menentukan As susut, berdasarkan SK SNI 03 - 2847 - 2002 pasal 9.12.2.1,


tulangan yang digunakan sebagai tulangan susut dan suhu harus memiliki
rasio luas tulangan terhadap luas bruto penampang beton sebagai berikut:
a. U30 = 0,0020 b h
b. U35 = 0,0019 b h
c. U40 = 0,0018 b h
d. U40 = 0,0018 (400/fy)
Tetapi syarat susut tersebut diatas tidak boleh kurang dari 0,0014.
Karena di lapangan menggunakan mutu baja U24, maka digunakan
rasio tulangan susut minimum yaitu 0,0020, sehingga rumus menentukan As
susut adalah:
As susut
= 0,0020 b h
Dimana :
b = jarak bentang per meter maju
15

h
3.4

= tebal plat lantai

Perencanaan Pelat Dua Arah ( Two Way Slab )


Pelat dua arah adalah pelat yang didukung sepanjang keempat sisinya dimana

lenturan akan timbul pada dua arah yang saling tegak lurus. (Winter, George, dan
kawan-kawan, 1993).

Sumber : Istimawan Dipohusodo, Struktur Beton Bertulang, 1999


Gambar III.2. Potongan Pelat lantai dua arah

Penulangan pelat dua arah dilakukan bila

ly
lx

2. Pada sistem plat dua arah,

plat ditumpu oleh gelagar pada ke empat sisinya.


a. Langkah pertama perhitungan pelat dua arah sama seperti pada perhitungan
pelat satu arah yaitu dengan menghitung beban terfaktor dengan
menggunakan Persamaan 4.
b. Langkah kedua sama seperti langkah ketiga perhitungan pelat satu arah, yaitu
menentukan momen lapangan dan tumpuan, yang dapat dilihat pada Tabel 2
dan menggunakan Persamaan 3.
c. Langkah ketiga menentukan tebal efektif pelat lantai dengan cara yang sama
seperti perhitungan plat satu arah, dengan menggunakan persamaan 1 dan
persamaan 3.
d. Menentukan Coeficient Balance (jarak dari serat atas ke garis maksimum)
cb =

0,003.d
fy ......................................................... ( Pers. 13 )
0,003
Es
16

Dimana

: cb = coeficient balance ( jarak dari serat atas ke garis


maksimum)
d = tebal efektif plat ( mm)
fy = mutu baja ( kg/cm2)
Es = Nilai modulus Elastisitas baja ( 2x106)

e. Menghitung a (besar balok tegangan beton)


a
=
1.cb . ( Pers. 14 )
Dimana :

a = besar blok tegangan beton ( cm )

f. Menentukan As perlu perhitungan, dengan menggunakan rumus:


As=
..... ( Pers. 15 )
Mu

Dimana
fy.(:d Mu)
As2

= Momen Ultimate
= Luas penampang beton ( mm2)

Dari perhitungan diatas, di dapat penulangan sesuai dengan betonnya.


Pemasangan tulangan yang terlalu banyak selain boros juga dapat menyebabkan
defleksi berlebih. Adapun daftar penulangan yang dipakai dengan jarak spasi per
mm2 seperti berikut ini.
Tabel 3. Luas Penampang Baja Per Meter Panjang Pelat
Dia

Luas penampang (mm)


Jarak spasi P.K.P

mate
r
Bata
ng

50

100

150

282,

188,

188,

7
502,

5
335,

5
335,

7
2372

1
424,

,3
1570

1
785,

200

250

300

350

400

450

141,4

113,1

94,2

80,8

70,7

62,8

351,3

201,1

167,6

143,6

125,7

111,7

318,1

254,5

212,1

181,8

159,0

141,4

392,7

214,2

261,8

224,4

193,3

174,5

565,5

452,4

377,0

323,1

282,7

251,3

(mm
)
282,
7
8
9
10
12

,8
4
2261 1131
,9

,0

42,1
523,
6
754,
0

17

13
14
16
18
19
20
22
25
28
29
32
36
40
50

2654 1327

884,

66,7

530,9

442,4

379,2

331,8

295,0

769,3

615,8

513,1

439,8

384,8

446,8

1005,

1005,

,2
,4
,4
5089 1696 2533

3
1273,

3
1272,

670,2

574,5

502,7

446,8

,4
,5
,7
5670 2835 1890

3
1417,

3
1417,

848,2

727,1

636,2

565,5

,6
6283

,2
2094

6
1570,

6
1570,

945,1

810,1

708,8

698,1

,4
3801

8
1900,

8
1900,

1047,2

897,6

785,4

698,1

,3
2908

7
2454,

7
2454,

1267,1

1086,1

950,3

844,7
1090.

4
3078,

4
3078,

1402,5

1227,

,7
6157

1636,2

8
3302,

1759,3

8
1368,

,5
6605

2052,5

2
1539,

8
4071,

1887,2

3
1467,

,2
8042

2201,7

4
1651,

5
50926

0
4071,

2297,9

8
1787,

,5

2680,8

3
2010,

5
5026,

3908,2

2
2261,

,5
6283,

3392,9

6
2261,
9

2
9817,

5
7854,

4188,8

3590,4

9
2892,

6654,0

5610,0

,6
,3
9
3078 1539 1026
,8
,4
,3
4021 1340 1340

,2

,3

242,1
3217,

4908,

5
4363,

Sumber : Istimawan Dipohusodo, Struktur Beton Bertulang, 1999

3.5

Pelaksanaan Pelat Lantai


Menurut PBI 1971 pada Bab 9 tentang bagian-bagian konstruksi maka

pelaksanaan pembuatan pelat lantai adalah :


Kecuali apabila tebal minimum pelat tidak ditentukan lain oleh pembatasan
tulangan, syarat kekakuan, syarat lebar retak dan syarat ketahanan dalam kebakaran

18

maka dalam segala hal tebal pelat tidak boleh diambil kurang dari 7 cm untuk pelat
atap dan 12 cm untuk pelat lantai.
Dengan memperhatikan Pasal 8.16 ayat (2) tentang jarak antar batang
tulangan, maka dalam segala hal tulangan pelat, termasuk tulangan pembagi, tidak
boleh diambil kurang dari pada yang diperlukan untuk memikul susut dan perubahan
suhu. Luas tulangan ini harus diambil minimum 0.25% dari luas beton yang ada.
Pada pelat-pelat dimana tulangan pokoknya hanya berjalan dalam satu arah,
maka tegak lurus pada tulangan pokok tersebut harus dipasang tulangan pembagi.
Apabila tulangan pembagi terdiri dari baja dari mutu yang sama dengan mutu baja
tulangan pokok, maka luas tulangan pembagi tersebut harus diambil minimum 20%
dari luas tulangan pokoknya. Apabila kedua tulangan itu berbeda mutunya, maka
prosentase luas tulangan pembagi tersebut harus diambil 2 kali perbandingan
kekuatan rencana baja tulangan pokok dan baja tulangan pembagi. Jumlah prosentase
minimum sebesar 20% diatas juga berlaku bagi tulangan pelat di arah momen yang
terkecil pada plat-plat yang memikul lentur dalam dua arah.
Pada pelat-pelat yang dicor setempat, diameter dari batang tulangan pokok
dari jenis baja lunak dan baja sedang harus diambil minimum 8 mm dan dari
tulangan pembagi minimum 6 mm. Pada penggunaan batang tulangan dari jenis baja
keras, diameter dari batang tulangan pokok harus diambil minimum 5 mm dan dari
tulangan pembagi minimum 4 mm.
Pelat-pelat yang memikul beban vertikal ke bawah, walaupun menurut
perhitungan teoritis oleh penngaruh pembebanan bentang-bentang pelat yang
berbatasan hanya memikul momen negatif, tetap harus juga diberi tulangan bawah.
Jumlah tulangan bawah ini harus diambil minimum sama dengan tulangan yang
diperlukan oleh pelat tersebut untuk memikul beban vertikal yang sama, tetapi
dengan tepi-tepinya terjepit penuh. Ketentuan ini tidak berlaku untuk pelat
kantilever. Apabila arah beban vertikal tersebut adalah ke atas, maka analog dengan
hal diatas pada pelat senantiasa lurus dipasang tulangan atas.
3.6

Konstruksi Tangga
Tangga merupakan suatu komponen struktur yang terdiri dari plat, bordes dan

anak tangga yang menghubungkan satu lantai dengan lantai di atasnya. Tangga
mempunyai bermacam-macam tipe, yaitu tangga dengan bentangan arah horizontal,
tangga dengan bentangan ke arah memanjang, tangga terjepit sebelah (Cantilever
19

Stairs) atau ditumpu oleh balok tengah., tangga spiral (Helical Stairs), dan tangga
melayang (Free Standing Stairs).
Tangga merupakan suatu sambungan yang dapat dilalui antara tingkat sebuah
bangunan, dan dapat dibuat dari kayu, pasangan batu, baja, beton bertulan dll.
Statistik yang dikompilasi oleh Dewan Keamanan Nasional menunjukkan bahwa
tangga adalah penyebab jumlah terbesar kecelakaan di rumah, kecelakaan ini dapat
dikaitkan dengan berbagai faktor, yang tentu berada di luar kendali mereka yang
merancang dan membangun tangga. Namun, ada terlalu banyak kecelakaan akibat
kesalahan konstruksi langsung. Tukang kayu dapat memberikan kontribusi berharga
terhadap pencegahan kecelakaan jika ia berencana dan melakukan pekerjaannya
dengan baik.
Teknik Keselamatan Departemen Biro Jasa Pekerja Nasional Kompensasi
telah menyiapkan standar berikut sebagai saran untuk pembangun tangga untuk
membantu menghilangkan beberapa penyebab yang bertanggung jawab untuk
banyak kecelakaan.
a. Tangga harus bebas dari goncangan keras.
b. Dimensi bordes harus sama dengan atau lebih besar dari lebar tangga antara
pegangan tangan dengan dinding.
c. Semua aantride dan optride dalam setiap anak tangga harus sama.
d. Semua tangga harus dilengkapi dengan substansial dan 36 inci pegangan
tangan di ketinggian dari pusat dari tapak yang permanen.
e. Semua pegangan tangan harus memiliki sudut bulat dan permukaan yang
halus dan bebas dari serpihan.
f. Sudut tangga dengan horisontal tidak boleh lebih dari lima puluh derajat dan
tidak kurang dari dua puluh derajat.
g. Anak tangga tidak boleh licin, dan tanpa ada baut, sekrup, atau paku yang
menonjol.

Konstruksi tangga berdasarkan material :


1). Konstruksi tangga kayu
Untuk bangunan sederhana dan semi permanen. Pertimbangan : material kayu
ringan, mudah didapat serta menambahkan segi estetika yang tinggi bila diisi dengan
variasi profil dan difinishing dengan rapi. Kelemahan : tidak dapat dilalui oleh
20

beban-beban yang berat, lebarnya terbatas, memiliki sifat lentur yang tinggi serta
konstruksi tangga kayu tidak cocok ditempatkan di ruang terbuka karena kayu mudah
lapuk jika terkena panas dan cahaya.Kayu sebaiknya dipilih yang berkualitas bagus.
Ukuran tebal adalah dari 3 - 4 cm, ukuran lebar dari 26 - 30 cm, sedangkan ukuran
panjang papan menyesuaikan ukuran lebar tangga Anda. Umumnya konstruksi
tangga baja memakai anak tangga dari papan kayu utuh tanpa sambungan.
2). Konstruksi tangga baja
Biasanya digunakan pada bangunan yang sebagian besar komponenkomponen strukturnya terdiri dari material baja. Tangga ini digunakan pada
bangunan semi permanen seperti bangunan peruntukan bengkel, bangunan gudang,
dan lain-lain. Tangga ini kurang cocok untuk bangunan dekat pantai karena pengaruh
garam akan mempercepat proses karat begitupun bila ditempatkan terbuka akan
menambah biaya perawatan.
3). Konstruksi tangga beton
Sampai sekarang banyak digunakan pada bangunan bertingkat 2 (dua) atau
lebih

dan

bersifat

permanent

seperti

peruntukan

kantor, rumah

tinggal,

pertokoan.Tangga dengan konstruksi cor beton mengekspose papan anak tangga


hanya dari satu sisi saja. Fungsinya hanya membungkus beton supaya secara estetika
lebih indah, baik dibungkus semua atau hanya bagian atas (bagian pijakan / steps)
saja. Adapun ukuran tebal papan kayu adalah dari 1.5 - 2.5 cm, ukuran lebar dari 26 30 cm, sedangkan ukuran panjang menyesuaikan ukuran lebar tangga Anda. Tangga
dengan konstruksi cor beton ini dapat memakai papan kayu baik dari papan kayu
utuh maupun papan kayu sambungan.
Tulangan/pembesian :
Ukuran penampang tulangan/pembesian didasari atas perhitungan

perencanaan dan pada umumnya untuk konstruksi tangga beton bertulang


dipergunakan ;
untuk pelat tangga :
tulangan utama/pokok

: 8, 10, 12, D.12

tulangan pembagi

: 8, 10

untuk balok :
tulangan utama

: D.13, D.16, D.19


21

beugel/sengkang

: 8, 10

untuk anak tangga :


tulangan utama

: 10, 12, D.12

tulangan pembagi

: 8, 10

4). Konstruksi tangga batu/bata


Konstruksi ini mulai jarang digunakan karena sudah ketinggalan dalam
bentuk,

kekuatan,

efisiensi

pembuatannya,

dana

sangat

terbatas

dalam

penempatannya.
5). Eskalator
Eskalator adalah salah satu transportasi vertikal berupa konveyor untuk
mengangkut orang, yang terdiri dari tangga terpisah yang dapat bergerak ke atas dan
ke bawah mengikuti jalur yang berupa rail atau rantai yang digerakkan oleh motor.
Karena digerakkan oleh motor listrik , tangga berjalan ini dirancang untuk
mengangkut orang dari bawah ke atas atau sebaliknya. Untuk jarak yang pendek
eskalator digunakan di seluruh dunia untuk mengangkut pejalan kaki yang mana
menggunakan elevator tidak praktis. Pemakaiannya terutama di daerah pusat
perbelanjaan, bandara, sistem transit, pusat konvensi, hotel dan fasilitas umum
lainnya.
3.7

Data Teknis Tangga

Dalam merencanakan plat tangga, terlebih dahulu kita harus mengetahui bebanbeban yang bekerja pada tangga itu sendiri. Beban pada tangga meliputi beban mati
yang berupa antrade, optrade, dan finishing yang berupa keramik. Data teknis tangga
dalam contoh perencanaan ini adalah sebagai berikut:

Gambar III.3. data teknis tangga


3.7.1

Bagian-bagian Tangga
22

Gambar III.4. Bagian-bagian Tangga

IV.

RENCANA TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


Perencanaan Pembangunan Gedung Pendidikan dan Latihan 7 Lantai

Fasilkom Universitas Sriwijaya Kampus Palembang ini di mulai pada bulan Oktober
2015 sampai dengan Desember 2015. Adapun perencanaan pelaksanaan pekerjaan
pelat lantai antara lain :
4.1

Tahapan Persiapan Pelaksanaan


4.1.1

Jadwal pelaksanaan proyek


23

4.1.2

Pekerjaan Persiapan
4.1.2.1 Material Bangunan
4.1.2.2 Peralatan Proyek

4.2

4.3

4.4

V.

Teknis Pelaksanan Pekerjaan Struktur Plat Lantai


4.2.1
4.2.2

Pemasangan Steger/Perancah/Scaffolding
Pemasangan Bekisting

4.2.3

Pekerjaan Penulangan Besi

4.2.4

Pekerjaan Pengecoran Beton Bertulang

4.2.5

Pelepasan Bekisting Dan Steger

4.2.6
4.2.7

Pekerjaan Finishing
Pekerjaan Perawatan

Teknis Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Tangga


4.3.1

Pemasangan Steger/Perancah

4.3.2

Pemasangan Bekisting

4.3.3

Pekerjaan Penulangan Besi

4.3.4

Pekerjaan Pengecoran Beton Bertulang

4.3.5

Pelepasan Bekisting dan Steger

4.3.6

Pekerjaan Finishing

4.3.7

Pekerjaan Perawatan

Permasalahan-permasalahan yang ada di lapangan


4.4.1

Faktor Penghambat Pekerjaan Proyek

4.4.2

Solusi Permasalahan

RENCANA TINJAUAN PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN


Pada bab ini menjelaskan mengenai perhitungan pelat lantai. Perhitungan-

perhitungan yang akan dilakukan meliputi:


5.1

Pembebanan Pelat Lantai 2-5

5.2 Perhitungan Penulangan Pelat Lantai 2-5


5.2.1 Pelat Tipe A
5.2.2 Pelat Tipe B
5.2.3 Pelat Tipe C
24

5.2.4 Pelat Tipe D


5.2.5 Pelat Tipe E
5.2.6 Pelat tipe F
5.2.7 Pelat tipe G
5.3 Analisa Perhitungan Pelat Lantai
5.4 Selisih Persentase Perhitungan
5.5 Pembahasan
5.6 Perhitungan Dimensi Tangga
5.7 Perhitungan Pembebanan Pada Tangga
5.8 Perhitungan Penulangan Pelat Tangga
5.9 Analisa Perhitungan Tangga
5.10

Pembahasan

VI. RENCANA DAFTAR PUSTAKA


Dewobroto, Wiryanto., Aplikasi Rekayasa Konstruksi dengan SAP 2000. Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2004.
Dipohusodo, Istimawan., Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SK SNI T-15- 199103 Departemen Pekerjaan Umum RI, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama,
1996.
Gunawan, Rudy., Tabel Profil Konstruksi Baja, Penerbit Kanisius,
2006.
25

Yogyakarta,

Nawy, Edward G. P. E., Beton Bertulang, PT. REFIKA ADITAMA, Bandung, 1998
Standar Nasional Indonesia SNI 03-2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, Bandung : Departemen Pekerjaan
Umum, 2004.
Sutrisno HP, Eko., Panduan Pelaksanaan Pekerjaan untuk Kontraktor Bangunan
Gedung dan Sipil Bagian III, Waskita, Jakarta, 2013.
Tim penyusun., Buku Pedoman Pelaksanaan Kerja Praktek dan Tugas Akhir,
Penerbit Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya, 2005.

26

Anda mungkin juga menyukai