PERENCANAAN PROYEK
26
Dalam proyek berskala besar dipengaruhi oleh beberapa faktor non teknis
yang harus dipertimbangkan, antara lain :
a. Faktor flexibility
Faktor flexibility yaitu suatu proyek harus fleksibel. Proyek dikatakan fleksibel
apabila proyek tersebut dapat digunakan dalam waktu sesuai dengan umur
rencana dan dapat mengikuti perkembangan jaman.
b. Faktor acceptability
Faktor acceptability yaitu proyek tersebut harus diterima oleh semua pihak
masyarakat maupun pemerintah setempat, sehingga akan terpelihara dan
dioptimalkan seoptimal mungkin agar dapat memberikan nilai ekonomis
maksimal.
c. Faktor feasibility
Faktor feasibility yaitu faktor kelayakan suatu proyek ditinjau dari berbagai
aspek sehingga proyek tersebut layak dilaksanakan. Untuk mendukung hal
tersebut perlu dilakukan penelitian dari aspek sosial, ekonomi, politik, dan sosial
budaya secara teknik.
Perancangan proyek yang baik haruslah didukung komitmen bersama untuk
dapat melaksanakannya secara konsekuen. Untuk itulah perlu adanya rapat-rapat
koordinasi sehingga menghasilkan kesepakatan mengenai mutu yang ingin
dicapai bersama.
3.2 Tahap – Tahap Perencanaan
Perencanaan suatu pembangunan dilakukan melalui beberapa tahap.
Dimulai dengan studi kelayakan yang merupakan kerangka landasan untuk
tahap-tahap selanjutnya. Tahap-tahap perancangan pembangunan suatu proyek
antara lain:
a. Tahap Pra Perencanaan
Tahapan ini terdiri dari gambar-gambar sketsa dari bangunan atau
merupakan outline dari bangunann dan perkiraan biaya proyek. Gambar-gambar
tersebut dikembangkan lebih rinci lagi untuk dipakai sebagai dasar pembahasan
berikutnya.
27
b. Tahap Perencanaan
Tahap ini terdiri dari uraian lanjutan dari gambar-gambar dasar menjadi
gambar-gambar detail sebagai dasar pelaksanaan.
c. Pembuatan Uraian/Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
Uraian kerja dan syarat-syarat ini mencakup semua aspek antara lain
material, peralatan, tenaga kerja, maupun mutu dari pekerjaan.
d. Perhitungan Anggaran Biaya (RAB)
Anggaran biaya merupakan perhitungan banyaknya biaya untuk bahan,
upah, dan biaya yang berhubungan dengan proyek.
Tahapan perencanaan dalam Proyek Pembangunan Gedung Layanan
Pendidikan Kampus III Poltekkes Semarang Tahap 1 adalah sebagai berikut:
1. Melakukan survey dan investigation di lapangan untuk mendapatkan data-data
yang diperlukan dalam perhitungan struktur maupun gambar desain nantinya.
Data yang dibutuhkan biasanya data penyelidikan tanah, luas tanah dan situasi
dari lokasi yang akan dibangun.
2. Mendesain hasil survey dan investigation kedalam bentuk gambar perencanaan
kemudian menyesuaikannya dengan perhitungan.
3. Pelaksanaan pembangunan/konstruksi (construction), yaitu kegiatan-kegiatan
realisasi atau tahap pekerjaan pembangunan.
4. Setelah proyek selesai, tahapan selanjutnya adalah operation, dimana bangunan
tersebut telah siap digunakan/dioperasikan. Kemudian pemeliharaan
(maintenance) dilakukan berkala setelah bangunan tersebut mulai dioperasikan.
3.2.1 Perencanaan Struktur
Setiap bangunan, strukturnya harus direncanankan dengan kuat, kokoh
dan stabil dalam memikul beban agar memenuhi persyaratan keamanan (safety)
selama umur layanan yang direncanakan (service ability). Diperlukan pula
adanya pengamatan-pengamatan khusus untuk zona gempa, kondisi tanah dan
iklim pada daerah-daerah yang rawan bencana.
Perencanaan struktur meliputi beberapa tahapan perencanaan, antara
lain: perencanaan tipe struktur, perencanaan dimensi dari elemen-elemen
penyusunnya, perencanaan mutu bahan bangunan yang digunakan, perencanaan
28
kekuatan dan kekakuan dari dasar bangunan tersebut sehingga didapatkan suatu
angka keamanan yang memenuhi persyaratan.
Untuk mencapai hal itu, konstruksi harus mempunyai dimensi, jenis
bahan serta jenis konstruksi yang sesuai dengan perhitungan dan peraturan
perencanaan struktur bangunan di Indonesia, antara lain :
1. Tata cara Perhitungan Struktur Beton untuk Gedung (SNI_03-2847-2013).
2. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa untuk Gedung (SNI 1726:2019).
3. Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur
Tembok Bertulang untuk Gedung SNI-2847-2019.
4. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)-NI-3.
5. Peraturan Portland Cement Indonesia 1972 (NI-8).
6. Mutu dan Cara Uji Semen Portland (SII 0013-81).
7. Mutu dan Cara Uji Agregat Beton (SII 0052-80).
8. Baja Tulangan Beton (SII 0136-84).
9. Peraturan Bangunan Nasional 1978.
Pada Proyek Pembangunan Gedung Layanan Pendidikan Kampus III
Poltekkes Semarang Tahap 1 terdapat perencanaan pekerjaan struktur yang
terbagi menjadi beberapa pekerjaan, salah satunya yaitu : pekerjaan struktur atas
(upper structure).
3.2.2 Perencanaan Struktur Atas (Upper Structure)
Tahapan perencanaan struktur merupakan tahapan yang penting
dikarenakan tahapan ini merupakan proses penentuan dan perhitungan bagian-
bagian struktur pada suatu proyek dengan didasari pada beban dan detail yang
digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaannya. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam pelaksanaan perencanaan struktur meliputi:
1. Kekuatan (strength).
2. Kekakuan (stifness).
3. Kestabilan (stability).
4. Ekonomis (optimum design).
Untuk dapat menghasilkan suatu rencana bangunan yang memenuhi
kriteria diatas, perencana struktur harus dapat menentukan struktur yang tepat
dan ekonomis serta kokoh sebagai konstruksi bangunan. Dalam perancangan
29
struktur dilakukan sesuai dengan perhitungan dari data yang telah direncanakan,
dimensi dan ukuran dari bagian struktur yang direncanakan serta dapat
menentukan mutu dan kekuatan dari bahan yang akan digunakan.
a. Kolom
Kolom merupakan elemen struktur yang penting dalam suatu
bangunan, kolom memiliki fungsi sebagai portal yang memikul beban arah
vertikal, beban arah horizontal, dan beban momen yang diteruskan ke pondasi.
Perencanaan dimensi kolom sesuai dengan analisa beban yang telah
direncanakan maka dimensi kolom bisa jadi lebih besar dari beban yang
diterima.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan maka pada lantai 1
didapat dimensi kolom yang digunakan dalam Proyek Pembangunan Gedung
Layanan Pendidikan Kampus III Poltekkes Semarang Tahap 1. Kolom yang
digunakan beraneka ragam ukuran dimensi dan tulangannya (dapat dilihat
gambar 3.4), sedangkan mutu beton yang digunakan Fc. 31,2 MPa.
30
(Sumber : Data Proyek CV Trias Mandiri)
Gambar 3. 1 Denah Kolom LT. 2
31
(Sumber : Data Proyek CV Trias Mandiri, 2022)
Gambar 3. 2 Denah Kolom LT. 3
32
Dibawah ini terdapat Gambar yang berisi detail kolom yang digunakan
dalam proyek Proyek Pembangunan Gedung Layanan Pendidikan Kampus III
Poltekkes Semarang Tahap 1, sebagai berikut:
33
b. Balok
34
(Sumber : Data Proyek CV Trias Mandiri, 2022)
35
(Sumber : Data Proyek CV Trias Mandiri, 2022)
c. Plat Lantai
Plat lantai merupakan struktur yang dibuat dari beton bertulang dengan
bidang yang arahnya horizontal dan beban yang bekerja tegak lurus dengan
struktur tersebut. Ketebalan pada struktur ini relatif kecil, sesuai dengan hasil
analisa yang telah memenuhi beban yang akan diterima pada plat. Plat lantai
sendiri juga berfungsi untuk menambah kekakuan bangunan pada arah
horizontal.
Plat lantai yang direncanakan pada Proyek Pembangunan Gedung Layanan
Pendidikan Kampus III Poltekkes Semarang Tahap 1 menggunakan beton
bertulang dengan mutu beton yang digunakan Fc. 31,2 Mpa, Tulangan plat fy
280 untuk besi tulangan polos, dan Tulangan plat fy 400 untuk besi tulangan
ulir. Plat S1 memiliki tebal 10 cm dengan menggunakan wiremesh M5-150
(dapat dilihat gambar), Plat S2 memiliki tebal 12,5 cm dengan diameter
tulangan D10 jarak 200 mm (dapat dilihat gambar), plat S3 memiliki tebal 15
cm dengan diameter tulangan D10 jarak 200 mm (dapat dilihat gambar).
36
(Sumber : Data Proyek CV Trias Mandiri, 2022)
Gambar 3. 11 Denah Penulangan Plat Lt. 1
37
(Sumber : Data Proyek CV Trias Mandiri, 2022)
Gambar 3. 13 Denah Penulangan Plat Lt.3
38
(Sumber : Data Proyek CV Trias Mandiri, 2022)
39
Gambar 3. 16 Pasir
Sumber : Dokumentasi Pribadi
b. Agregat Kasar
Gambar 3. 17 Split
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Agregat kasar terdiri dari kerikil dan batu pecah kerikil merupakan bahan
bantuan berukuran besar yang dapat melalui ayakan 25 mm dan tinggal diatas
ayakan 2 mm. kerikil dapat berasal dari hasil pelapukan alam atau dapat juga
diperoleh dari hasil pemecahan batu dengan menggunakan mesin pemecah batu.
Kerikil yang dihasilkan mesin pemecah batu mernpunyai diameter butiran l0 mm
40
sampai 25 mm disebut batu pecah alau kricak koral (split), sebelum digunakan
dalam adukan beton, kerikil disernprot dahulu dengan air agar lumpur yang
melekat dapat terlepas.
Agreat kasar harus terdiri dari butir dengan gradasi baik. Penyimpanan
agregat harus dilakukan ditempat pekerjaan (ditimbun) sedemikian rupa
sehingga pengotoran oleh bahan lain dapat dihindari. Pada proyek ini kerikil
hanya digunakan untuk lantai kerja, selebihnya menggunakan split dan itupun
dari ready mix, sehingga saat pembangunan gedung ini tidak membeli split,
karena segala bentuk pengecoran dibuat oleh ready mix.
41
Karena beratnya yang lebih ringan ketimbang batu bata merah, maka
produktivitas pekerja untuk bata ringan tentu berbeda dengan produktivitas
dinding bata merah.
42
plesteran (finishing) serta sebagai pengikat (spesi) pasangan batu bata untuk
dinding. Pada Proyek Pembangunan Gedung Layanan Pendidikan Kampus III
Poltekkes Semarang Tahap 1 digunakan semen tiga roda sebagai perekat batu
bata ringan.Untuk type semen yang digunakan adalah Type Semen Portland I
dimana semen yang dihasilkan dengan cara menggiling klinker yang kandungan
utamanya kalsium silikat dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan
berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat. Komposisi
senyawayang terdapat pada tipe ini adalah 49% (C3S), 25% (C2S), 12% (C3A),
8%(C4AF),2,8%(MgO),2,9%(SO3).
Semen Portland tipe I dipergunakan untuk pengerasan jalan, gedung,
jembatan, dan lain-lain jenis konstruksi beton yang tidak ada kemungkinan
mendapat serangan sulfat dari tanah dan timbulnya panas hidrasi yang tinggi.
Jenis semen portland tipe I ini termasuk semen umum yang banyak digunakan
masyarakat dan sering digunakan untuk kontruksi bangunan biasa. Semen ini
merupakan salah satu jenis semen yang paling banyak dijual di pasaran.
43
pengerjaannya bekisting dapat dibentuk secara konvensional yang langsung
dikerjakan dilapangan maupun dengan sistem pabrikasi atau merupakan
pengembangan dari sebuah sistem bekisting yang mudah dipasang, kuat, awet
dan mudah dibongkar.Pada Proyek Pembangunan Gedung Layanan Pendidikan
Kampus III Poltekkes Semarang Tahap 1 ini jenis Bekisting yang digunakan
adalah tripleks
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa konstruksi bekisting
adalah sebuah konstruksi non permanen yang mampu memikul beban sendiri
berat beton basah, beban hidup dan sebagai sarana pendukung dalam mencetak
konstruksi beton sesuai dengan ukuran, bentuk, rupa serta bentuk permukaan
yang diinginkan, dengan demikian bekisting berperan dalam proses produksi
konstruksi beton.
Dimensi bekisting disini yaitu harus sesuai dengan perencanaan dari
proyek.Unsur-unsur dalam Bekisting yaitu :
1. Material berkualitas
2. Aman,awet dan Efisien
3. Serta kuat dan stabil
Gambar 3. 21 Bekisting
Sumber : Dokumentasi Pribadi
44
a. Fungsi Bekisting
Dengan mendasarkan pada pengertian sebelumnya bahwa bekisting
merupakan konstruksi bersifat sementara maka hakekat dari pada bekisting itu
adalah konstruksi sederhana tapi harus kuat, dan mampu menahan beban yang
bekerja selama proses pekerjaan bekisting, pengecoran serta pasca pengeoran.
Pada dasarnya konstruksi bekisting memiliki tiga hal fungsi:
1) Menentukan bentuk dari konstruksi beton yang dibuat,
2) Memikul dengan aman beban yang ditimbulkan oleh spesi beton serta
beban luar lainya yang menyebabkan perubahan bentuk pada beton.
Namun perubahan ini tidak melampui batas toleransi yang ditetapkan,
3) Bekisting harus dapat dengan mudah dipasang, dilepas dan dipindahkan.
Mempermudah proses produksi beton masal dalam ukuran yang sama.
Berdasarkan fungsi, konstruksi bekisting dapat dibagi dalam 3 bagian
konstruksi yaitu :
1) Bekisting kontak,
2) Konstruksi penopang,
3) Bracing / skur (penjaga kestabilan).
b. Jenis-Jenis Bekisting
Bekisting Konvensional (Bekisting Tradisional) adalah bekisting yang
menggunakan kayu ini dalam proses pengerjaannya dipasang dan dibongkar
pada bagian struktur yang akan dikerjakan. Pembongkaran bekisting dilakukan
dengan melepas bagian-bagian bekisting satu per satu setelah beton mencapai
kekuatan yang cukup. Jadi bekisting tradisional ini pada umumnya hanya
dipakai untuk satu kali pekerjaan, namun jika material kayu masih
memungkinan untuk dipakai maka dapat digunakan kembali untuk bekisting
pada elemen struktur yang lain :
Kekurangan bekisting konvensional adalah:
1) Material kayu tidak awet untuk dipakai berulang-ulang kali,
2) Waktu untuk pasang dan bongkar bekisting menjadi lebih lama,
3) Banyak menghasilkan sampah kayu dan paku, sehingga lokasi menjadi
kotor,
4) Bentuknya tidak presisi.
45
Pada proyek ini menggunakan bekisting konvensional untuk cetakan
balok dan plat lantai, sedangkan untuk penyangga menggunakan baja
ringan ataupun besi.
c. Persyaratan Konstruksi Bekisting
Bekisting merupakan unsur yang sangat penting dalam mekanisme
pengecoran beton, persyaratan terpenting adalah bahwa dimensi beton harus
akurat dan tepat. Dibawah ini disebutkan beberapa persyaratan konstruksi
bekisting:
1) Bentuk bekisting harus sesuai dengan bentuk konstruksi beton yang akan
dicor dan memiliki unsur ketepatan yaitu: ukuran, ketegakan, kelurusan,
kesikuan dan kerataan sehingga mendapatkan dimensi yang akurat,
2) Tidak bocor dan kedap air,
3) Mudah dibongkar dan awet,
4) Aman, struktur bekisting harus menjamin keaman bagi pekerja maupun
bagi beton itu sendiri.
3.3.6 Beton Decking
Beton decking atau tahu beton adalah beton atau spesi yang dibentuk
sesuai dengan ukuran selimut beton yang diinginkan. Biasanya berbentuk kotak-
kotak atau silinder. Dalam pembuatannya, diisikan kawat bendrat pada bagian
tengah yang nantinya dipakai sebagai pengikat pada tulangan.
46
menjaga agar tulangan pada beton tidak berkarat (korosi). Diameter beton
decking sendiri yaitu menyesuiakan ketebalan selimut beton. Tebal beton
decking sendiri 2,5 cm dan berbentuk bulat dan memiliki diameter 5 cm.
3.3.7 Kawat Bendrat
Kawat bendrat merupakan kawat baja yang diameternya relatif kecil.
Kawat ini digunakan untuk mengikat antara baja tulangan agar tulangan-
tulangan tersebut memiliki jarak yang konsisten sesuai dengan rencana.
47
Tabel 3. 1 Sifat Mekanis
Sumber: SNI- 2019
48
a. Apabila dalam perhitungan volume beton pihak kontaktor pelaksana
mengalami kesalahan maka kelebihan dari beton jadi (ready mix) menjadi
tanggung jawab dari kontraktor.
b. Apabila terjadi keterlambatan akibat kesalahan kontraktor dalam informasi
pengiriman yang mengakibatkan adukan beton jadi (ready mix) yang ada
dalam truk molen harus dibuang karena melebihi waktu yang ditentukan,
makakerugian menjadi tanggung jawab kontraktor.
c. Mahal, karena beton jadi (ready mix) ini dibuat oleh perusahaan
pengelolaan beton yang pastinya mengambil profit dan ada pengetesan
terlebih dahulu agar beton sesuai pesanan.
49
3.4.1 Truck Mixer
Truk Mixer adalah alat yang digunakan untuk mengangkut adukan beton
ke lokasi proyek. Selama pengangkutan, tangki pengaduk harus terus berputar,
hal ini untuk mempertahankan stabilitas kekentalan dan tidak mengeras sebelum
dipakai. Truck ini dilengkapi tangki reservoir yang mampu menyimpan ± 5
sampai 6 m3. Di dalam truck dilengkapi dengan spiral pisau satu arah rotasi
putaran. Pisau ini berfungsi sebagai pengaduk material beton cor selama waktu
transportasi ke lokasi pengecoran.
50
Gambar 3. 26 Mobil Concrete Pump
Sumber : Dokumentasi Pribadi
3.4.3 Backhoe loader (Excavator)
Backhoe loader penggali dalam istilah awam, atau dalam bahasa sehari-
hari disingkat menjadi backhoe dalam industri, adalah kendaraan alat berat yang
terdiri dari unit mirip traktor yang dilengkapi dengan sekop / ember bergaya
loader di bagian depan dan backhoe di bagian belakang.
Metode Kerja Backhoe Loader
Penggunaan pada areal yang datar terdapat tiga metode dalam mengisi
muatan ke dalam truck, yaitu :
a. Metode “shape loading” yaitu truck bergerak maju saat backhoe loader
mengambil material dari stock pile, dan truck bergerak mundur saat truck
akan dimuati oleh loader,
b. Metode “V-shape loading” pada metode ini truck tidak bergerak, pada saat
pengisian material sampai penuh dan backhoe loader bergerak maju
mundur membentuk huruf V dari arah pengambilan material keposisi
truck,
c. Metode “pass loading” metode ini digunakan apabila backhoe loader
tersedia dua unit atau lebih, truck bergerak dari bloader ke loader yang lain
sampai terisi penuh.
51
Gambar 3. 27 Backhoe
Sumber : Dokumentasi Pribadi
52
Pemindahan vibrator dari satu titik ke titik yang lain dengan jarak yang
terlalu dekat akan mengakibatkan adanya bagian adukan yang terlalu banyak
digetarkan (over vibration) sehingga timbul segregasi, sedangkan jika jarak
pindahnya tertalu jauh akan terdapat bagian-bagian yang kepadatannya tidak
maksimal. Sebagai pegangan praktis, penggetaran adukan beton harus
dihentikan apabila permukaan beton sudah kelihatan mengkilap yang
menandakan adukan tersebut sudah mencapai kepadatan yang maksimal. Hasil
pemadatan yang tidak memuaskan akan diperoleh dari penggunaan jumlah
vibrator yang sedikit untuk luas permukaan yang dipadatkan cukup
luas.sehingga timbul segregasi, sedangkan jika jarak pindahnya tertalu jauh akan
terdapat bagian-bagian yang kepadatannya tidak maksimal. Sebagai pegangan
praktis, penggetaran adukan beton harus dihentikan apabila permukaan beton
sudah kelihatan mengkilap yang menandakan adukan tersebut sudah mencapai
kepadatan yang maksimal. Alat penggetar mengenai baja tulangan dapat
menggeser posisi tulangan dari tempat yang sudah direncanakan, disamping juga
dapat mengurangi ikatan (bonding) antara beton dengan baja tulangan, terutama
apabila hal seperti itu dlakukan setelah terjadi setting pada beton (PU, 2016).
53
3.4.5 Bar Bender
Bar Bender adalah alat yang digunakan untuk membengkokkan baja
tulangan dalam berbagai macam sudut sesuai dengan perencanaan.
Cara kerja alat ini adalah baja yang akan dibengkokkan dimasukkan di
antara poros tekan dan poros pembengkok kemudian diatur sudutnya sesuai
dengan sudut bengkok yang diinginkan dan panjang pembengkokkannya. Ujung
tulangan pada poros pembengkok dipegang dengan kunci pembengkok.
Kemudian pedal ditekan sehingga roda pembengkok akan berputar sesuai
dengan sudut dan pembengkokkan yang diinginkan.
3.4.6 Bar Cutter
Bar cutter adalah alat yang digunakan untuk memotong baja tulangan
sesuai ukuran yang digunakan. Alat ini sangat berguna dan juga efisien karena
dapat memotong baja tulangan dalam jumlah yang banyak sekaligus. Digunakan
bar cutter listrik dan manual. Keuntungan menggunakan bar cutter listrik adalah
bar cutter dapat memotong baja tulangan diameter besar dan dengan mutu baja
cukup tinggi. Pengoperasian pada alat ini memerlukan perhatian khusus
dikarenakan apabila operator tidak memperhatikan penggunaan bar cutter, maka
dapat membahayakan keselamatan kerja.
54
Gambar 3. 30 Bar Cutter
Sumber : Dokumentasi Pribadi
3.4.7 Theodolite
Theodolite adalah instrumen presisi untuk mengukur sudut di bidang
horisontal dan vertikal. Theodolite terutama digunakan untuk survei aplikasi,
dan telah diadaptasi untuk tujuan khusus dalam bidang-bidang seperti metrologi
dan teknologi peluncuran roket.
Gambar 3. 31 Theodolite
Sumber : Dokumentasi Pribadi
3.4.8 Waterpass
Waterpass adalah alat yang digunakan untuk mengukur perbedaan
ketinggian dari satu titik acuan ke acuan berikutnya . Pada Proyek Pembangunan
Gedung Layanan Pendidikan Kampus III Poltekkes Semarang Tahap 1,
waterpass digunakan untuk menetukan ketinggan elevasi rencana pada suatu
bangunan.
55
Gambar 3. 32 Waterpass
Sumber : Dokumentasi Pribadi
3.4.9 Perancah atau Scaffolding
Perancah atau scaffolding adalah suatu struktur sementara yang digunakan
untuk menyangga manusia dan material dalam pekerjaan konstruksi. Alat ini
digunakan untuk membantu pekerja apabila pekerjaan bangunan gedung sudah
mencapai ketinggian 2 meter sehingga tidak dapat dijangkau oleh
pekerja.Perancah atau scaffolding terdiri dari beberapa bagian anatara lain:
a. Jack base, bagian yang terdapat di bagian paling bawah, dilengkapi
dengan ulir untuk mengatur ketinggian.
b. Main frame, portal besi yang dirangkai di atas jack base.
c. Cross brace, penghubung dua main frame dipasang arah melintang.
d. Ladder, tambahan di atas main frame jika ketinggian mengalami
kekurangan.
e. Joint pin, penghubung main frame dan ladder.
f. U-head jack, bagian atas main frame dan ladder yang berfungsi untuk
penyangga kayu kaso pada bagian bekisting.
Keuntungan menggunakan perancah atau scaffolding yaitu :
1) Efektif, dapat diatur sesuai dengan ketinggian yang dikehendaki.
2) Murah, karena dapat digunakan berulang kali.
3) Mudah dan cepat waktu pemasangan dan pembongkarannya.
56
Gambar 3. 33 Perancah atau scaffolding
Sumber : Dokumentasi Pribadi
3.4.11 Air Compressor
Air compressor adalah alat penghasil udara bertekanan tinggi yang
digunakan untuk membersihkan kotoran-kotoran yang dapat mengurangi mutu
dan daya lekatan tukangan pada beton seperti: debu-debu, potongan-potongan
kawat bendrat, dan serbuk-serbuk kayu. Kegiatan pembersihan ini dilakukan
sesaat sebelum dilakukan pengecoran pada bagian bangunan tertentu.
57
3.4.12 Rambu ukur
Rambu ukur adalah alat yang terbuat dari kayu atau campuran alumunium
yang diberi skala pembacaan. Alat ini berbentuk mistar ukur yang besar, mistar
ini mempunyai panjang 3, 4 bahkan ada yang 5 meter.
3.4.13 Lampu
Lampu digunakan untuk memberikan penerangan pada saat pekerjan
sedang dilaksanakan dengan sistem lembur. Lampu akan sangat membantu
pekerjaan di malam hari, karena lampu yang digunakan memiliki sinar yang
sangat terang dan jarak sorot yang lumayan jauh. Watt yang digunakan disini
adalah 20 Watt.
Gambar 3. 36 Lampu
Sumber : Dokumentasi Pribadi
58
3.4.14 Pompa Air
Pompa Air adalah alat yang digunakan untuk mengeringkan genangan air
pada bekas galian yang kemudian air tersebut di alirkan ke saluran irigasi.
Biasanya tujuan pengeringan air karena akan ada pekerjaan konstruksi di area
genangan air tersebut yang mengharuskan untuk mengeringkan area tersebut.
59
Sumber : Dokumentasi Pribadi
3.4.16 Alat Tukang
Alat tukang yang digunakan berupa palu, gergaji, paku, dan lain
sebagainya. Alat-alat ini digunakan untuk membantu memudahkan pekerjaan
para tukang saat bekerja.
Gambar 3. 39 Sekop
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 3. 40 Paku
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 3. 42 Meteran
Sumber : Dokumentasi Google
60
Gambar 3. 43 Tang catut
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 3. 44 Palu
Sumber : Dokumentasi Google
61
62