Anda di halaman 1dari 12

Makalah 7 Pilar Konservasi di UNNES

Oleh:

1. Riski Margareta (6411416004)


2. Dian Asih Wijayanti (6411416098)
3. Suwati Dwi Sarwopeni (3111416027)
4. Bella Dyan Angela (7101416059)
5. Gilang Arista Prastomo (1511416068)
6. Fin Ichtiary (6211416033)
7. Alfian Jihan Rumajida (3101416075)
8. Danny Pramaadhanny (3211416030)
9. Syadza Salsabila Hape (1201416045)

Dosen Pengampu:

Pak Bambang Priyono

Mata kuliah Pendidikan Konservasi


Rombel 103

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan manusia sangat bergantung pada lingkungannya, karena lingkungan


yang baik dan sehat akan mempengaruhi kondisi manusia yang berada di sekitarnya.
Menjaga lingkungan dan memanfaatkan sumber daya alam merupakan tanggung jawab
manusia. Namun, manusia juga bertanggung jawab dari kerusakan lingkungan yang
semakin meningkat dan menimbulkan berbagai bencana. Oleh karena itu, perlu adanya
pemahaman tentang pentinganya lingkungan bagi generasi muda khususnya bagi para
mahasiswa. Adanya pendidikan tentang konservasi adalah salah satu upaya yang dilakukan
untuk memberikan pendidikan akan pentingnya lingkungan bagi manusia.
Universitas Negeri Semarang (UNNES) sebagai kampus konservasi
memberlakukan kurikulum dengan Mata Kuliah Pendidikan Konservasi yang wajib diikuti
oleh seluruh mahasiswa di awal semester. Pendidikan Konservasi dimaksudkan untuk
menjadikan para mahasiswa UNNES yang memahami dan menjaga serta melestarikan
lingkungan sekitar.
Dalam hal ini, kelompok kami ingin mengetahui lebih lanjut konsep konservasi
dari para pengurus dan pengembang di bidang konservasi. Hal inilah yang
melatarbelakangi kelompok kami untuk melakukan wawancara dengan Drs. Kusmuriyanto,
M.Si sebagai ketua UPT Pengembang Konservasi UNNES di Gedung LP2M.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan konservasi?


2. Apa saja tujuh pilar konservasi di UNNES?
3. Apakah tujuh pilar konservasi tersebut saling berkaitan?
4. Bagaimana penerapan dari tujuh pilar konservasi?
5. Untuk merapkan tujuh pilar konservasi tersebut langkah apa yang harus dilakukan oleh
warga UNNES?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konservasi

Konservasi berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together)
dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang
kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini
dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama
yang mengemukakan tentang konsep konservasi. Konservasi dalam pengertian sekarang,
sering diterjemahkan sebagai the wise use of nature resource (pemanfaatan sumberdaya
alam secara bijaksana). Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi
dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam
untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya
alam untuk sekarang dan masa yang akan datang.
Apabila merujuk pada pengertiannya, konservasi didefinisikan dalam beberapa
batasan, sebagai berikut :

1. Konservasi adalah menggunakan sumberdaya alam untuk memenuhi keperluan manusia


dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama (American Dictionary).
2. Konservasi adalah alokasi sumberdaya alam antar waktu (generasi) yang optimal secara
sosial (Randall, 1982).
3. Konservasi merupakan manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme hidup
termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan manusia yang meningkat
termasuk dalam kegiatan manajemen adalah survai, penelitian, administrasi, preservasi,
pendidikan, pemanfaatan dan latihan (IUCN, 1968).
4. Konservasi adalah manajemen penggunaan biosfer oleh manusia sehingga dapat
memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar dan dapat diperbaharui untuk
generasi-generasi yang akan datang (WCS, 1980).
Sedangkan menurut ilmu lingkungan, Konservasi adalah:

 Upaya efisiensi dari penggunaan energi, produksi, transmisi, atau distribusi yang
berakibat pada pengurangan konsumsi energi di lain pihak menyediakan jasa yang sama
tingkatannya.
 Upaya perlindungan dan pengelolaan yang hati-hati terhadap lingkungan dan sumber
daya alam
 (fisik) Pengelolaan terhadap kuantitas tertentu yang stabil sepanjang reaksi kiamia atau
transformasi fisik.
 Upaya suaka dan perlindungan jangka panjang terhadap lingkungan
 Suatu keyakinan bahwa habitat alami dari suatu wilayah dapat dikelola, sementara
keaneka-ragaman genetik dari spesies dapat berlangsung dengan mempertahankan
lingkungan alaminya.

2.2 Tujuh Pilar Konservasi di UNNES

Konservasi sangat erat kaitannya tentang lingkungan hidup. Menurut Undang-


undang No. 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain.
Seiring dengan perkembangan zaman, manusia semakin mengancam kelansungan
lingkungan hidup. Karena seiring dengan perkembangan zaman maka pertumbuhan
penduduk pun semakin meningkat. Adanya pertambahan penduduk diikuti pula dengan
pertumbuhan industri yang mengancam kelestarian lingkungan.
Secara garis besar kerusakan lingkungan dapat berupa hal sebagai berikut:
1. Memburuknya atau menurunnya sumber daya mineral, sumber daya hutan, tanah, air,
udara, dsb.
2. Polusi biologis yang membawa penyakit pada hewan, tanaman dan manusia.
3. Polusi kimiawi, misalnya ditimbulkan dari polusi akibat pembuangan limbah pabrik,
deterjen, pestisida, dsb.
4. Perusakan dan disrupsi fisik, misalnya pengendapan, polusi termal, dan polusi suara.
5. Perusakan atau disrupsi sosial.
Berbagai masalah tersebut membuat dunia akademis berpikir apakah kepedulian
masyarakat akan lingkungan sedang mengalami krisis, apakah selama ini pendidikan yang
mengupayakan peningkatan kepedulian masyarakat masih kurang atau kurang optimum.
Hal tersebut yang menyebabkan dunia pendidikan harus berfikir bagaimana upaya-upaya
yang perlu ditempuh agar masyarakat dapat meningkatkan rasa kepedulian terhadap
lingkungan.
UNNES sebagai kampus konservasi mengedepankan pentingnya konservasi. Pada
pasal 3 Peraturan Rektor UNNES No. 27 Tahun 2012 bahwa tata kelola kampus berbasis
konservasi diwujudkan melalui 7 pilar utama konservasi, yakni:
1). Konservasi keaneragaman hayati (Biodiversity conservation)
2). Arsitektur hijau dan sistem trasportasi internal (Green Architecture & Internal
Transportation)
3). Pengeloaan limbah (Waste Management)
4). Kebijakan nirkertas (Paperless Policy)
5). Energi bersih (Clean Energy)
6). Konservasi, etik, seni, dan budaya
7). Kaderisasi konservasi.
Menurut Drs. Kusmuriyanto, M.Si , UNNES sebagai kampus konservasi telah
menerapkan 7 pilar tersebut. Implem en dari masing-masing pilar tersebut selain program-
program yang dilaksanakan oleh unit kerja tetapi harus juga dilakukan oleh semua warga
UNNES. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing pilar.
1. Pilar konservasi keaneragaman hayati.
Pilar ini bertujuan untuk melakukan perlindungan, pengawetan, pemanfaatan, dan
pengembangan secara arif dan berkelanjutan terhadap lingkungan hidup, flora dan fauna di
UNNES dan sekitarnya. Program yang dijalankan seperti adanya Rumah kupu-kupu, dan
Penanaman pohon yang dilakukan oleh para mahasiswa.
Rumah kupu-kupu merupakan salah satu bentuk konservasi terhadap fauna. Kupu-
kupu sebagai indikator sebuah ekosistem. Maka adanya rumah kupu-kupu ini untuk
penangkaran terhadap jenis kupu-kupu yang ada di sekitar UNNES dan beberapa spesies
kupu-kupu yang dilindungi. Selain itu, rumah kupu-kupu ini juga digunakan sebagai
sumber ilmu pengetahuan dengan mengawetkan beberapa kupu-kupu namun sekarang ini
pihak dari UNNES berusaha untuk tidak mengawetkan kupu-kupu lagi dan menggunakan
media daun untuk menggantikannya. Kupu-kupu yang sudah besar kemudian akan
dilepaskan dari penangkaran kembali ke habitatnya yang alami.
Pada masa ini, banyak sekali kerusakan lingkungan hidup yang dilakukan
manusia sehingga ekositem menjadi tidak seimbang. Keaneragaman hayati yang berkurang
akibat ulah manusia menyebabkan terjadinya suatu populasi dapat berkembang secara
besar dan terjadi overload. Contohnya pada fenomena wabah ulat bulu yang menyerang
pemukiman warga beberapa tahun yang lalu.
2. Arsitektur hijau dan sistem trasportasi internal
Tata bangunan atau arsitektur yang ramah lingkungan serta hemat energi pun
diterapkan di UNNES. Hal ini dapat dilihat dari sistem tata ruang yang memungkinkan
lebih banyak cahaya matahari yang dapat masuk ke dalam ruangan. Sehingga menjadikan
ruangan lebih terang dan tentunya hemat dalam penggunaan energi pencahayaan yang
bersumber dari energi listrik. Dengan sistem ini, diharapkan dapat mengurangi angka
ketergantungan dan efisiensi serta efektivitas penggunaan bahan bakar yang bersumber
dari energi minyak, batu bara, yang tercipta dari fosil-fosil yang menipis tiap saat.
Dalam penelitian yang terakhir dilakukan para peneliti, didapakan hasil bahwa
cadangan minyak di Indonesia hanya mampu sampai tahun 2030. Sehingga, mau tidak mau
sesegera mungkin dilakukan adanya gerakan yang memungkinkan penghematan
penggunaan energi tak terbarukan tersebut.
3. Pengeloaan limbah
Kegiatan warga masyarakat UNNES sendiri menimbulkan efek samping berupa
adanya berbagai macam limbah, baik sampah atau pun limbah lainnya. Sampah plastik
tetaplah menjadi sampah yang mendominasi. Seperti yang kita ketahui bersama, sampah
plastik memerlukanwaktu yang sangat lama untuk dapat diurai. Dan dengan adanya
sampah plastik sendiri pun menimbulkan pencemaran lingkugan.
Limbah lainnya berupa emisi gas buangan kendaraan bermotor. Memang tidak
dapat dipungkiri kegiatan sehari-hari kita saat ini tidak dapat berjalan dengan baik tanpa
dukungan kendaraan bermotor, seperti sepeda motor dan kendaraan roda empat. Hampir
semua mahasiswa UNNES mengendarai sepeda motor sebagai alat transportasi yang
sangat diandalkan. Untuk kalangan staff pengajar pun, tak jarang terlihat memakai
kendaraan roda empat yang mereka miliki sebagai transportasi mereka setiap harinya.
Hal di atas nampaknya jelas belum sesuai dengan apa yang digembor-gemborkan
bahwa UNNES adalah Universitas Konservasi. Oleh karena itu diperlukan adnya
pengelolaan limbah yang ditimbulkan dari aktivitas yang ada. Salah satunya adalah dengan
didirikannya Rumah Kompos di samping Asrama Mahasiswa Laki-laki di lingkungan
Fakultas Ilmu Keolahragaan. Memang dalam pemanfaatan dan progres rumah kompos
nampaknya belum efektif dalam pengelolaan limbah yang ada. Akan tetapi, setidaknya hal
tersebut merupakan sarana pelatihan kepada mahasiswa untuk dapat mengolah limbah
yang ada. Hal ini dapat kita lihat dari adanya barang-barang kerajinan yang dibuat dari
limbah plastik yang diubah menjadi tanaman hias imitasi di Gedung Penelitian dan
Pengembangan Teknologi (LP2M).
4. Kebijakan nirkertas
Kebijakan ini sebagai langkah yang tepat yang diterapkan saat ini. Selain
menghemat kertas sebagai upaya ramah lingkungan karena dapat mengurangi jumlah
penebangan pohon, juga sebagai sarana kemajuan di IPTEK.
Kebijakan ini dirumuskan dari pengalaman yang terjadi selama beberapa tahun
silam. Ketika tahun ajaran baru sebelum adanya SIKADU (Sistem Akademik Terpadu)
sebagai langkah nyata kebijakan ini, tentunya dibutuhkan banyak kertas yang
diperuntukkan untuk pengisian data mahasiswa baru. Selain boros anggaran, penggunaan
kertas juga menjadi salah satu penyebab limbah dan kerusakan lingkungan. Semakin
banyak kertas yang digunakan, maka akan semakin banyak pula pohon yang ditebang.
Dengan demikian semakin banyak pula lahan kritis yang sangat berbahaya untuk ekosiste
dan kelangsungan hidup manusia.
Kebijakan ini pula, berkaitan erat dengan pilar pertama konservasi, yaitu pilar
konservasi keaneragaman hayati.
5. Energi bersih
Dalam hal ini, penggunaan panel surya di gedung F5 (Gedung Ilmu Kesehatan
Masyarakat-FIK) dan pengadaan program biodiesel yang berupa biogas di Asrama Putri
Mahasiswa UNNES.
Namun nampaknya, kedua sistem tersebut masih hanya berperan sebagai ikon
saja. Dalam pemanfaatan dan perawatannya masih diperlukan berbagai macam
pembenahan di berbagai sisi.
Panel surya yang ada di Gedung IKM-FIK ukurannya terlalu kecil sehingga tidak
efektif dan efisien apabila digunakan sebagai sumber energi bersih dengan sumber
utamanya energi matahari. Selain itu, program di program biodiesel yang berupa biogas di
Asrama Putri Mahasiswa UNNES, kurang terawat dengan baik sehingga keadaan alat yang
ada sebagai pendukung program ini mangkrak.
Fakta tersebut mendorong untuk dilakukan penanganan segera dan berkelanjutan.
Agar program yang ada tidak hanya menjadi ikon dan penegasan status bahwa UNNES
sebagai Universitas Konservasi.
6. Konservasi, etik, seni, dan budaya
Pilar ke-6 adalah konservasi, etik, seni, dan budaya. Dalam hal ini dijelaskan
mengenai hubungan antara konsep, etik, seni, dan budaya konservasi. Sebagai contohnya
adalah mengubah kebiasaan masyarakat UNNES dalam penerapan konservasi dalam
kehidupan sehari-hari.
Contohnya dapat berupa seruan untuk berjalan kaki menuju kampus, membuang
sampah sesuai dengan tempatnya, mengajak warga UNNES untuk dapat mengolah kembali
limbah plastik menjadi bahan kerajinan, serta pengurangan penggunaan plastik di
kehidupan sehari-hari.
Dalam hal ini, masih terdapat kekurangan yang perlu pembenahan. Contoh hal
yang perlu dibenahi adalah pembuangan sampah-sampah di Fakultas Ilmu Keolahragaan
yang dibuang di jurang tepi sungai di sekitar Lapangan Prof.Dumadi. Meski telah
dilakukan upaya peneguran oleh Drs. Kusmuriyanto, M.Si mengenai hal tersebut, fakta di
lapangan masih tetap sama. Sehingga diperlukan koordinasi dan langkah yang nyata dalam
hal ini agar semakin mendukung budaya konservasi yang kita banggakan.
7. Kaderisasi Konservasi
Pilar ini mengaharapkan agar mahasiswa UNNES menjadi kader konservasi yang
tidak hanya mengajak, tapi juga melakukan dan mengembangkan budaya konservasi di
lingkungan sekitar agar tercipta lingkungan dan ekosistem yang lebih baik.
Dibutuhkan niat dan langkah nyata untuk mewujudkan lingkungan yang lebih
baik melalui kaderisasi konservasi ini.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konservasi dalam pengertian sekarang, sering diterjemahkan sebagai the wise use
of nature resource (pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana). Konservasi juga
dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi dari segi ekonomi
berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi
ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang
akan datang.
Konservasi di UNNES diterapkan melaui ketujuh pilar di atas yang tentunya saling
berkaitan satu sama lain. Dengan harapan dapat menjadi sarana untuk mengalokasi
terjaminnya ekosistem dan lingkungan serta SDA yang ada untuk masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Hardati, Puji. 2016. Buku Ajar Pendidikan Konservasi. Semarang. UNNES


PRESS
Tujuh Pilar Konservasi-Konservasi Unnes, diakses tanggal 18 Desember 2016.
(https://lailatulfitriyah6.wordpress.com/2015/03/21/tujuh-pilar-konservasi-konservasi-
unnes/)
Hasil Wawancara dengan Drs. Kusmuriyanto, M.Si selaku ketua UPT
Pengembang Konservasi UNNES di Gedung LP2M.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai