Anda di halaman 1dari 9

J. Hort. Vol. 15 No.

4, 2005

J. Hort. 15(4):288-296, 2005

Pengendalian Kutu Kebul dan Nematoda Parasitik


Secara Kultur Teknik pada Tanaman Kentang
Setiawati, W., A.A. Asandhi, T.S. Uhan, B. Marwoto, A. Somantri, dan Hermawan
Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Jl. Tangkuban Parahu 517, Lembang, Bandung 40391
Naskah diterima tanggal 28 Maret 2005 dan disetujui untuk diterbitkan tanggal 23 Juni 2005

ABSTRAK. Bemisia tabaci dan Meloidogyne spp. merupakan OPT penting pada tanaman kentang. Pengendalian
secara kultur teknik merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah OPT tersebut. Penelitian dilaksanakan
di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang sejak bulan Juni sampai dengan Nopember 2002.
Tujuan penelitian adalah mengetahui efektivitas pengendalian B. tabaci dan Meloidogyne spp. secara kultur teknik
pada tanaman kentang agar aman dikonsumsi dan ramah lingkungan. Percobaan menggunakan rancangan petak
terpisah dengan 4 ulangan. Sebagai petak utama adalah pengelolaan tanah yang terdiri atas tanpa solarisasi dan
tanpa subsoiling serta solarisasi dan subsoiling. Sebagai anak petak adalah sistem tanam, yang terdiri atas kentang
monokultur, kentangbawang daun, kentangtagetes, dan kentanglobak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengendalian OPT secara kultur teknik (pengelolaan tanah dan sistem tanam) dapat menekan populasi OPT pent-
ing pada tanaman kentang. Tumpangsari antara kentang-bawang daun, kentangtagetes, dan kentanglobak dapat
menekan serangan hama B. tabaci, M. persicae, P. operculella, dan T. palmi, serta nematoda Meloidogyne spp. pada
tanaman kentang, sementara perlakuan subsoiling dan solarisasi serta tumpangsari antara tanaman kentang dengan
tagetes dapat menekan populasi hama B. tabaci, M. persicae, P. operculella, dan T. palmi, masingmasing sebesar
46,25; 78,65; 31,48, dan 35,38%. Di samping itu, perlakuan subsoiling dan solarisasi serta tumpangsari antara
tanaman kentang dengan tagetes dapat menekan populasi nematoda Meloidogyne spp. dan nematoda lainnya seperti
Rotylenchulus sp, Helicotylenchus sp, Tylenchulus sp., Xiphynema sp., dan Trichodorus sp pada tanaman kentang,
dengan hasil panen cukup tinggi yang berkisar antara 9,3610,05 t/ha. Pengelolaan tanah dan penggunaan tanaman
yang bersifat antagonis dan perangkap di dalam sistem tumpangsari, ternyata dapat mengurangi kepadatan populasi
OPT pada tanaman kentang.

Katakunci: Bemisia tabaci; Meloidogyne spp.; Solanum tuberosum; Kultur teknik; Tumpangsari

ABSTRACT. Setiawati W., A.A. Asandhi, T.S. Uhan, B. Marwoto, A. Somantri, and Hermawan. 2005. Cultural
practices control technique of whitefly and parasitic nematode on potato. Bemisia tabaci and Meloidogyne spp.
are important pests on potato. Cultural practices are alternative control to these pests. The study was conducted at
Indonesian Vegetables Research Institute (IVEGRI) from June to November 2002. The purpose of this experiment was
to determine effectiveness of cultural practices control technique for B. tabaci and Meloidogyne spp. nematode which
environmental and food safety concern. Split plot design was used in this experiment with 4 replications. Soil manage-
ment was used as main plot, consisted of without solarization and without subsoiling; and solarization and subsoiling.
Cropping system used as subplot were potato monocrop, potatobuncing onion, potatomarigold and potatoradish.
The results showed that cultural practices control (soil management and cropping system) could reduce population
of pests on potato. Population of pests such as B. tabaci, M. persicae, P. operculella, T. palmi, and nematode were
lower on cropping system between potatobuncing onion, potatomarigold, and potatoradish. The use of subsoiling,
solarization and cropping system between potato and marigold could reduce population of B. tabaci, M. persicae, P.
operculella, T. palmi up to 46.25, 78.65, 31.48, and 35.38% respectively. The used of subsoiling, solarization, and
cropping system between potato and marigold suppressed population of Meloidogyne spp. and other nematoda such
as Rotylenchulus sp., Helicotylenchus sp., Tylenchulus sp., Xiphynema sp., and Trichodorus sp. on potato and gave
the highest yield up to 9.3610.05 t/ha compared with other treatments. Soil management and the used of antagonistic
or trap crop in cropping system could effectively retard the population of pest and deseases on patato.

Keywords: Bemisia tabaci; Meloidogyne spp.; Solanum tuberosum; Cultural practices; Cropping system
Organisme pengganggu tumbuhan (OPT) pada tanaman sayuran, khususnya kentang, selalu
menimbulkan masalah dalam budidaya tanaman. Sejalan dengan makin meningkatnya laju pem-

bangunan pertanian, ternyata juga diikuti dengan tomat, meskipun terdapat sekitar 98 jenis OPT
makin kompleksnya permasalahan, khususnya di yang penting, namun biasanya hanya sekitar
bidang perlindungan tanaman. Hal ini ditandai 28 jenis yang berstatus sebagai hama/penyakit
dengan makin banyaknya permasalahan dalam utama. Kehilangan hasil panen pada tanaman
penanganan OPT. Pada tanaman sayuran, mis- sayuran akibat serangan hama sekitar 46-100%,
alnya cabai, bawang merah, kentang, kubis, dan sedangkan oleh serangan penyakit berkisar antara
288
Setiawati, W. et al.: Pengendalian kutu kebul dan
nematoda parasitik secara kultur teknik pada ...

5-90% (Setiawati et al. 2004). hama terpadu (PHT) adalah jalan keluar dalam
Kutu kebul (Bemisia tabaci Genn.) dan nema- usahatani kentang yang berkesinambungan.
toda (Meloidogyne spp.) merupakan 2 OPT yang Beberapa komponen teknologi PHT yang dapat
saat ini dianggap sebagai OPT penting pada tana- diterapkan untuk pengendalian hama B. tabaci
man kentang di Indonesia. Kutu kebul dapat dite- dan Meloidogyne spp. adalah sebagai berikut.
mukan pada berbagai jenis tanaman di Indonesia 1) Subsoiling. Pengelolaan tanah yang baik dapat
(OEPP 1989). Gejala serangan berupa bercak mematikan pupa yang ada di dalam tanah dan
nekrotik pada daun, disebabkan oleh rusaknya memungkinkan hama tersebut terkena kondisi
sel-sel dan jaringan daun akibat serangan nimfa yang tidak menguntungkan, seperti panas oleh
dan serangga dewasa. Dalam keadaan populasi sinar matahari maupun kondisi dingin. Per-
tinggi, serangan kutu kebul dapat menghambat lakuan subsoiling hingga kedalaman 14 inci
pertumbuhan tanaman. Embun madu yang dikelu- di bawah lapisan olah dapat menekan populasi
arkan dapat menimbulkan serangan jamur jelaga Meloidogyne spp. (Marwoto 1993).
berwarna hitam, yang menyerang pada berbagai 2) Solarisasi tanah dapat mematikan berbagai
stadia tanaman. Serangan berat yang terjadi pada OPT dalam tanah (Pinkerton et al. 1996)
tanaman sayuran di Amerika dan Eropa menye-
babkan kerugian sebesar US $ 500 juta (Perring 3) Meningkatkan keanekaragaman ekosistem.
et al. 1993). Aiyer (1949) dalam Marwoto dan Rohana
(1988) berpendapat bahwa pertanaman secara
Meloidogyne spp. merupakan salah satu
tumpangsari dapat menurunkan serangan OPT,
nematoda parasit yang mempunyai banyak tana-
melalui cara (1) mengurangi penyebaran,
man inang, terutama di daerah beriklim tropik.
karena adanya penghadang (barrier) tanaman
Daerah pencar nematoda tersebut sangat luas,
bukan inang dan (2) salah satu spesies tanaman
dengan prevalensi yang tinggi di sentra pertana-
berfungsi sebagai perangkap atau penolak.
man kentang di Indonesia. Densiti larva nema-
Beberapa tanaman yang berfungsi sebagai
toda di dalam contoh tanah sangat bervariasi,
perangkap atau penolak OPT adalah Tagetes
berkisar antara 6007.100, dengan rataan sekitar
erecta (Ploeg 1999), bawang daun (Allium
3.290 larva per kg contoh tanah (Hadisoeganda
esculentum) (Raymondo 1984 dan Setiawati
1991). Serangan nematoda dapat meningkatkan
et al. 1993), dan lobak (Raphanus sativus L.)
infeksi oleh bakteri layu dan layu Verticillium.
(Yamada 2001).
Kehilangan hasil kentang karena nematoda dapat
mencapai 12-20% (Wisnuwardana dan Hutaga- Penggunaan beberapa komponen teknologi
lung 1982). kultur teknik tersebut, baik secara tunggal atau-
Terjadinya ledakan populasi dan serangan pun gabungannya, diharapkan dapat menekan
kedua OPT tersebut salah satunya adalah diaki- serangan kutu kebul dan nematoda serta OPT lain
batkan oleh penerapan beberapa faktor agronomi yang penting pada tanaman kentang, sehingga
yang tidak tepat, sehingga mendorong timbulnya kehilangan hasil dapat dikurangi.
ledakan OPT. Hal ini disebabkan oleh adanya
interaksi, baik secara langsung maupun tidak Tujuan penelitian adalah mengetahui keefek-
langsung antara tanaman dengan populasi OPT tivan pengendalian OPT pada tanaman kentang
dan serangan OPT pada tanaman tersebut. Se- secara kultur teknik yang produksinya aman
bagai contoh, penggunaan pupuk Urea dan ZA dikonsumsi dan ramah lingkungan.
dengan dosis tinggi pada tanaman kentang, dapat
menimbulkan ledakan hama kutu daun persik
BAHAN DAN METODE
(Myzus persicae) dan serangan penyakit virus
menggulung daun kentang PLRV (Sastrosiswojo
Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan
1980).
Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang
Teknologi ramah lingkungan yang diwujud- sejak bulan Juni sampai dengan November 2002.
kan dalam penerapan konsepsi pengendalian Rancangan percobaan yang digunakan adalah

289
J. Hort. Vol. 15 No. 4, 2005

petak terpisah terdiri atas 4 ulangan. Perlakuan Pada waktu panen ditimbang hasil panen ken-
yang digunakan sebagai petak utama adalah 2 tang per petak dan diamati umbi yang terserang
cara pengelolaan tanah (A), yaitu OPT.
a0. Tanpa subsoiling+tanpa solarisasi; Data pengamatan dianalisis dengan sidik
a1. Subsoiling+solarisasi. ragam dan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%.
Sedangkan sebagai anak petak adalah 4 sistem
tanam kentang (B), yaitu
b0. Kentang monokultur; HASIL DAN PEMBAHASAN
b1. Tumpangsari kentang+bawang daun;.
b2. Tumpangsari kentang+tagetes; Pengaruh perlakuan terhadap populasi kutu
b3. Tumpangsari kentang+lobak. kebul dan hama penting lainnya
Keterangan: Hama penting yang menyerang tanaman
kentang selama percobaan berlangsung adalah
1. Bawang daun, tagetes (Tagetes erecta), dan
B. tabaci, M. persicae, P. operculella, dan T.
lobak ditanam bersamaan dengan tanaman
palmi. Hasil pengamatan terhadap keempat hama
kentang.
tersebut disajikan pada Tabel 1. Terdapat interaksi
2. Subsoiling dilakukan dengan cara pencang- antara pengelolaan tanah dengan sistem tanam ter-
kulan tanah, pengangkatan, pengumpulan, hadap populasi B. tabaci, M. persicae pada umur
dan pemusnahan sisa-sisa tanaman dengan 51 HST, P. operculella pada pengamatan umur
perakarannya, dan pembalikan tanah sedalam 58 HST dan terhadap T. palmi pada pengamatan
30 cm. Pengolahan tanah dilakukan sebanyak umur 65 HST. Pengelolaan tanah (subsoiling
2 kali. dan solarisasi) serta tumpangsari antara kentang
3. Solarisasi dilakukan dengan menutup lahan dengan tagetes merupakan kombinasi terbaik dan
penelitian dengan menggunakan plastik putih mampu menekan populasi keempat OPT tersebut
transparan selama 6 minggu sampai tempera- masingmasing sebesar 46,25% untuk B. tabaci,
tur tanah mencapai 500C. 78,65% untuk M. persicae, 31,48 % untuk P. oper-
Varietas kentang yang digunakan adalah va- culella dan mampu menekan populasi T. palmi
rietas Atlantik, dengan jarak tanam 80 x 30 cm. sebesar 35,38% dan lebih tinggi dibandingkan
Kentang ditanam secara double row. Bawang dengan perlakuan lainnya.
daun, tagetes, dan lobak ditanam di antara tana- Dari data dan ulasan di atas dapat dilihat
man kentang. Jumlah tanaman per petak 100 tana- bahwa pengelolaan tanah, seperti subsoiling dan
man. Pemupukan menggunakan pupuk kandang solarisasi berpengaruh terhadap penurunan popu-
40 t/ha dan pupuk NPK 1 t/ha. lasi keempat OPT tersebut. Hal ini disebabkan
Tanaman contoh ditetapkan secara sistematis pengolahan tanah dapat menekan populasi awal
sebanyak 10 tanaman per petak perlakuan. keempat OPT. Pada pengamatan awal yaitu pada
Pengamatan dilakukan tiap minggu mulai 28 umur 2848 HST, peranan tagetes sebagai tana-
hari setelah tanaman (HST) sebagai berikut (1) man perangkap belum berfungsi secara sempurna,
Populasi B. tabaci/daun contoh, (2) Populasi larva baru pada pengamatan umur 51 HST terdapat
P. operculella Zell/tanaman contoh, (3) Populasi penurunan populasi OPT pada petak perlakuan
T. palmi Karny/daun contoh, dan (4) Populasi M. tumpangsari kentangtagetes.
persicae/daun contoh. Tingginya preferensi OPT terhadap tanaman
pada fase generatif kemungkinan juga disebab-
Populasi nematoda diamati dengan cara kan oleh adanya sifat fisik dan senyawa kimia
pengambilan tanah di lapangan pada (1) 1 hari yang merupakan stimulan bagi serangga dewasa
sebelum perlakuan, (2) 1 hari setelah perlakuan, betina, agar datang dan meletakkan telur. Evans
(3) pada umur tanaman 30 HST, (4) pada umur (1984) mengemukakan bahwa selama penyebaran
tanaman 60 HST, dan (5) pada waktu panen. ataupun pencarian inang yang sesuai, serangga
Contoh tanah selanjutnya diekstraksi dengan
menggunakan elutriator Oostenbrink.
290
Setiawati, W. et al.: Pengendalian kutu kebul dan
nematoda parasitik secara kultur teknik pada ...

Tabel 1. Interaksi antara pengelolaan tanah dan cara tanam dengan sistem tanam kentang terhadap
rataan populasi B. tabaci pada umur 51 HST, M. persicae pada umur 51 HST, P. operculella pada
umur 58 HST dan T. palmi 65 HST (Interaction between soil management and cropping system on
population of B. tabaci at 51 DAP, M. persicae at 51 DAP, P. operculella at 58 DAP and T. palmi at
65 DAP) Lembang 2002

responsif terhadap faktor fisik dan senyawa persicae dan T. palmi (Setiawati et al. 1993) serta
kimia yang terdapat pada tanaman. Senyawa P. operculella (Setiawati dan Asandhi 1994).
kimia berupa bau yang dihasilkan oleh tana- Selanjutnya Risch et al. (1983) dan Litsinger
man, dapat dirasakan oleh serangga pada jarak dan Moody (1976) menyatakan bahwa penana-
dekat. Senyawa yang mudah menguap yang man tumpangsari atau polikultur menyebabkan
terdapat dalam tanaman dapat merupakan sinyal populasi serangga dan serangannya lebih ren-
untuk mendapatkan inangnya dan mempengaruhi dah dari penanaman monokultur. Tumpangsari
peletakan telur. Bruce et al. (2002) menyatakan merupakan cara pengendalian kultur teknis yang
bahwa bunga T. erecta mengandung kairomon relatif murah dan tidak merusak lingkungan. Cara
benzaldehyde, ()-linalool, phenylacetaldehyde, ini dapat mengurangi populasi serta serangan
dan (S) (-)-limonene yang dapat menarik be- hama (Trenbath 1993). Rendahnya populasi dan
berapa serangga hama seperti H. armigera dan serangan hama pada sistem tumpangsari dapat
M. persicae . sebagai akibat chemical barrier atau physical
Tumpangsari antara kentang dengan bawang barrier (Risch et al. 1983).
daun, tagetes, ataupun lobak relatif dapat menekan
populasi keempat hama yang menyerang tana- Pengaruh perlakuan terhadap populasi nema-
man kentang. Hal ini menunjukkan bahwa ada toda Meloidogyne spp. dan nematoda lainnya
pengaruh penggunaan tanaman perangkap ter-
Pengamatan terhadap nematoda parasitik disa-
hadap penurunan populasi hama tersebut. Hasil
jikan pada Tabel 2 dan 3 serta Gambar 1. Terdapat
penelitian ini menyokong pendapat Srinivasan
6 jenis nematoda yang ditemukan di dalam lahan
et al. (1994) yang menyatakan bahwa tanaman
pertanaman kentang, yaitu Meloidogyne spp., Ro-
T. erecta dapat digunakan sebagai tanaman
tylenchulus sp., Helicotylenchus sp., Tylenchulus
perangkap hama. Tumpangsari kentang dengan
sp., Xiphinema sp. dan Trichodorus sp. Populasi
bawang daun juga dapat menekan populasi M.
keenam jenis nematoda tersebut berbeda pada

291
J. Hort. Vol. 15 No. 4, 2005

setiap pengamatan, namun demikian yang paling nematoda seperti M. incognita, M. hapla, dan
dominan adalah Meloidogyne spp, Rotylenchu- Pratylenchus penetrans serta M. arenaria dan
lus sp., dan Helicotylenchus sp. (Gambar 1). M. javanica (Ploeg dan Maris 1999). Selanjut-
Perlakuan sangat nyata menekan perkembangan nya Carpenter dan Lewis (1991) dan Caswell
populasi nematoda tersebut. Pengelolaan tanah et al. (1991) menyatakan bahwa T. erecta juga
(subsoiling, sanitasi, dan solarisasi) ternyata dapat efektif terhadap nematoda Rotylenchulus sp.,
menurunkan populasi nematoda di dalam tanah. Trichodorus sp., dan Rotylenchus sp. Tagetes
Solarisasi selama 30 hari dapat mengurangi menghasilkan terthienyl yang dapat mempenga-
populasi nematoda (Grossman et al. 1995). Se- ruhi perkembangan nematoda (Siddiqi dan Alam
lain itu ditemukan pula bahwa solarisasi selama 1988; Marles et al. 1992). Tanaman antagonistik
6 minggu dapat menekan perkembangan OPT dapat menekan intensitas serangan pada tana-
di dalam tanah (Vito et al.1996; Pinkerton et al. man berikutnya (Marwoto 1992). Lobak selain
1996). Menurut Hadisoeganda (1993) pengolahan efektif untuk menekan serangan nematoda, juga
tanah yang sempurna menjadikan struktur dan dapat menekan serangan hama lain, seperti hama
tekstur tanah tidak seperti labyrinth, sehingga penggerek dan kumbang. Raymundo (1984) me-
tanaman terlindung dari infeksi Meloidogyne nyatakan bahwa tumpangsari kentang dan bawang
spp. Selanjutnya Marwoto (1993) menyatakan daun secara nyata mampu menurunkan jumlah
bahwa perlakuan subsoiling membuat struktur benjolan (gall) pada akar kentang.
tanah menjadi lebih remah, sehingga memberikan
peluang bagi sistem perakaran menembus ke Hasil panen
lapisan tanah yang lebih dalam. Dengan demikian Hasil pengamatan terhadap hasil panen
sistem perakaran tersebut terbebas dari jangkauan kentang dapat dilihat pada Tabel 4. Penggunaan
nematoda. Perlakuan subsoiling hingga kedala- tanaman yang bersifat antagonis dan perangkap
man 14 inci di bawah lapisan olah dapat menekan di dalam sistem tumpangsari, ternyata dapat
populasi Meloidogyne spp.. mengurangi kepadatan populasi OPT. Produksi
Tumpangsari antara kentangbawang daun, kentangbawang daun, kentangtagetes dan
kentangtagetes, ataupun kentanglobak ternyata kentanglobak tidak menunjukkan perbedaan
dapat menurunkan populasi nematoda. Namun yang nyata, bila dibandingkan dengan kentang
demikian efikasinya berbeda. Hal ini disebabkan monokultur.
oleh perbedaan preferensi nematoda terhadap Hal ini menunjukkan bahwa sistem tanam
jenis tanaman. Beberapa tanaman yang bersifat tumpangsari tidak mempengaruhi produktivitas
rentan, umumnya mengeluarkan eksudat akar kentang. Dari hasil pengamatan dan uraian di atas
yang terdiri dari senyawa gula dan asam amino dapat dilihat bahwa perlakuan subsoiling dan so-
yang merangsang aktivitas penetrasi dalam akar. larisasi serta tumpangsari antara kentang tagetes,
Sebaliknya tanaman antagonis dapat menghambat ternyata mampu mengurangi infeksi nematoda
penetrasi dan perkembangan nematoda di dalam dan penyakit yang diakibatkan oleh Erwinia sp.
jaringan akar. Menurut Chudhury (1981) dalam dengan hasil panen cukup tinggi, yaitu berkisar
Marwoto (1992) jumlah gall dan betina dewasa 9,3610,05 t/ha.
pada akar kentang yang ditanam bersamaan den-
gan tagetes, secara nyata lebih rendah dibanding-
kan dengan jumlah gall dan betina dewasa pada KESIMPULAN
akar yang di tanam secara monokultur.
Perlakuan dengan menggunakan subsoiling 1. Pengendalian OPT secara kultur teknik
dan solarisasi serta tumpangsari antara tanaman (pengelolaan tanah dan sistem tanam) dapat
kentang dan tagetes ternyata yang paling efektif menekan populasi OPT penting pada tanaman
dalam menekan populasi nematoda pada tanaman kentang.
kentang, terutama untuk nematoda Meloidogyne
spp., Rotylenchulus sp., dan Trichodorus sp. Hasil
ini sesuai dengan hasil penelitian Yamada (2001)
bahwa T. erecta efektif untuk menekan serangan

292
Setiawati, W. et al.: Pengendalian kutu kebul dan
nematoda parasitik secara kultur teknik pada ...

Tabel 2. Interaksi antara pengelolaan tanah dan cara tanam dengan sistem tanam kentang terhadap rataan
populasi Meloidogyne sp. per 100 ml pada umur 30 HST (Interaction between soil management
and cropping system on population of Meloidogyne sp. per 100 ml at 30 DAP) Lembang 2002

Tabel 3. Populasi nematoda (Populations of nematode per 100 ml) Lembang 2002

293
J. Hort. Vol. 15 No. 4, 2005

Keterangan: 1 = Tanpa subsoiling + tanpa solarisasi (Without subsoiling +solarization)


2 = Subsoiling + solarisasi (Subsoiling + solarization)
3 = Kentang monokultur (Potato monoculture)
4 = Kentang + bawang daun (Potato + bunching onion)
5 = Kentang + tagetes (Potato + marigold)
6 = Kentang + lobak (Potato + radish)

Gambar 1. Populasi nematoda parasitik pada pertanaman kentang (Population of parasitic nematodes
on potato) Lembang 2002

Tabel 4. Hasil panen kentang (Potato yield) Lembang 2002

4. Perlakuan subsoiling dan solarisisi serta


2. Tumpangsari antara kentangbawang daun, tumpangsari antara tanaman kentang dengan
kentangtagetes, dan kentanglobak dapat tagetes dapat menekan populasi nematoda
menekan serangan hama B. tabaci, M. Meloidogyne spp. dan nematoda lainnya,
persicae, P. operculella dan T. palmi, serta seperti Rotylenchulus sp., Helicotylenchus
nematoda Meloidogyne spp. pada tanaman sp., Tylenchulus sp., Xiphynema sp., dan
kentang. Trichodorus sp. pada tanaman kentang dengan
3. Perlakuan subsoiling dan solarisasi serta tump- hasil panen yang berkisar 9,36 10,05 t/ha.
angsari antara tanaman kentang dengan tagetes
dapat menekan populasi hama B. tabaci, M. PUSTAKA
persicae, P. operculella, dan T. palmi mas-
ingmasing sebesar 46,25, 78,65, 31,48 dan 1. Bruce. T.J., A. Cork, D.R. Hall., and E. Dunkelblum.
35,38%. 2002. Laboratory and field evaluation of floral odors
from African marigold, Tagetes erecta, and sweet pea,
294 Lathyrus odoratus, as kairomones for the cotton bollworm
Setiawati, W. et al.: Pengendalian kutu kebul dan
nematoda parasitik secara kultur teknik pada ...

Helicoverpa armigera. IOBC wprs Bull.(25):19. J. Nematol. 31(1):62369.


2. Carpenter, A.S. and S.A. Lewis. 1991. Aggressiveness and 17. _________ and P.C. Maris. 1999. Effect of temperature
reproduction of four Meloidogyne arenaria population on on suppression of Meloidogyne incognita by Tagetes
soybean. J. Nematol. 23:232238. cultivars. J. Nematol. 31(4S):709714.
3. Caswell, E.P., J.de Frank, W.J.Apt., and C.S. Tang. 1991. 18. Raymundo, S. A. 1984. Cropping systems research and
Influence of non host plants on population decline of rootknot namatode control. In : Sasser., J. N. and CC.
Rotylenchulus reniformis. J. Nematol. 23: 9198. Carter (eds.). Advanced treatise on Meloidogyne. Biology
4. Evans, H.E. 1984. Insect biology. A text book of entomol- and control. 9:277281.
ogy. Addison Wesley Publishing Inc. 19. Risch S.J., D. Andar, and M.A. Altieri. 1983. Agro-
5. Grossman, Joel, and J. Lieman. 1995. Alternative to ecosystem diversity and pest control. Data, tentative
methyl bromide steam and solarization in nursery crops. conclusion and new research direction. Env. Entomol.
The IPM Practitioner. 3 pp. 12(3):625634.

6. Hadisoeganda, A. Widjaya W. 1991. Pencaran, identi- 20. Sastrosiswojo, S. 1980. Resurgence of green peach aphid
fikasi, dan prevalensi nematoda bengkak akar di sentra following application of foliar insecticides in potato, MS
daerah penanaman sayuran dataran tinggi di Indonesia. Thesis. Univ. of Minnosota, USA.
Bul. Penel. Hort. XX(3):6271. 21. Setiawati, W., Subhan dan A.A. Asandhi. 1993. Pengenda-
7. _______________________. 1993. Pengaruh populasi lian hama kutu daun persik (Myzus persicae Sulz.) secara
awal nematoda bengkak akar (Meloidogyne incognita kultur teknis pada tanaman kentang dataran medium. Bul.
ras 1) pada hasil tomat dan kentang. Bul. Penel. Hort. Penel. Hort. 24(3):82-88.
XXIV(3):102111. 22. ___________ dan A.A. Asandhi. 1994. Pengendalian
8. Litsinger, J.A. dan Mody. 1976. Integrated pest ma-nage- hama terpadu terhadap hama penting pada tanaman ken-
ment in multiple cropping systems. In. R.I. Papendick., tang di dataran medium. Bul. Penel. Hort. 26(3):80-91.
P.A. Sanchez and G.B. Triplet (Eds.). Multiple crop- 23. __________, T. S. Uhan, E. Purwati dan S. Sastrosiswojo.
ping special publication no. 27. American Sosiety of 2002. Penggunaan tanaman perangkap tagetes erecta,
Agronomy Madison. Wiscosin. Pp. 293316. zea mays dan virus npv untuk mengendalikan hama He-
9. Marles., R.J., J.B. Hudson, E. A. Graham, C.S Breau, licoverpa armigera Hbn. pada tanaman tomat. J. Hort.
P. Morand, R.L. Compadre, C. M. Compadre, G.H.N. 12(4):253260.
Tower, and J.T. Arnason. 1992. Structure-activity stud- 24. ___________, T.S. Uhan dan B. Udiarto. 2004. Peman-
ies of photoactivated antiviral and cytotoxis thiophenes. faatan musuh alami dalam pengendalian hayati hama pada
Phytochemistry and Phytobiol.56:479487. tanaman sayuran. Monografi No. 24. 28 hlm.
10. Marwoto, B dan D. Rohana. 1988. Pengaruh berbagai 25. Siddiqui, M.A and M.M. Alam. 1988. Toxycity of dif-
tanaman sayuran terhadap produksi cabai dan serangan ferent plant parts of Tagetes lucida to plant parasitic
Meloidogyne spp. dalam sistem tumpangsari. Bul. Penel. nematodes. Indian J. Nematol.18:181185.
Hort. XVI(1):5459. 26. Srinivasan, K., P.N. Krishna Moorthy and T.N. Ravip-
11. _________. 1992. Pengaruh berbagai jenis tanaman an- rasad. 1994. African marigold as a trap crop for manage-
tagonistik terhadap perkembangan populasi dan serangan ment of the fruit borer Helicoverpa armigera on tomato.
nematoda bengkak akar (Meloidogyne sp.) pada tanaman International J. Pest Management. 40(1):5663.
tomat (Lycopersicon esculentum Mill). Bul. Penel. Hort 27. Trenbath, B.R. 1993. Inter cropping for management of
XXI(3):17. pests and deseases. Field Crops Research. 34:381-408.
12. _________. 1993. Upaya pengendalian nematoda beng- 28. Vito. M.D., G. Zaccheo, F. Catalano, and R.Campanelli.
kak akar (Meloidogyne spp.) pada tanaman tomat. Bul. 1996. Effect of soil solarization and low doses of fumi-
Penel. Hort. XXV(3):8490. gants on control of the root-knot nematode Meloidogyne
13. OEPP/EPPO. 1989. Data sheets on quarantine organism incognita. ISHS. Acta Horticulturae. 532.
no. 178. Bemisia tabaci. Bull. OEPP/EPPO 19:733 29. Wisnuwardana, A.W. and L. Hutagalung. 1982. Pre-
737. liminary studies on root-knot nematodes of potato and
14. Perring TM, C.A.D. Rodriguez, and R.J. Farrar. Bellow. other vegetable crops in Indonesia. p. 316-329. In: L.Y.
1993. Identification of whitefly by genomic and behav- Harmsworth, J.A.T. Woodford & M.E. Marvel (eds.).
ioral studies. Sci. 259:7477. Potato Production in the Humid Tropics. Proceedings of
15. Pinkerton, J.N., M.L. Canfield., K.L. Ivors., and L.W. the Third International Symposium on Potato Production
Moore. 1996. Effect of soil solarization and cover crops for the Southeast Asian and Pacific Regions. Bandung,
on population of selected soilborne pests and plant patho- 12-17 Oct. 1980.
gens. http://www.ars.usda.gov/is/np/mba/oct96/soil. 30. Yamada, M. 2001. Methods of control of injury associated
htm. with continuous vegetable cropping in Japan Crop rota-
16. Ploeg, A. T. 1999. Greenhouse studies on the effect of
marigolds (Tagetes spp.) on four Meloidogyne spesies.

295
J. Hort. Vol. 15 No. 4, 2005

tion and several cultural practices. JARQ. 35(1):3945.

296

Anda mungkin juga menyukai